Anda di halaman 1dari 49

PETUNJUK PRAKTIKUM

HISTOLOGI DASAR DAN EMBRIOLOGI

DISUSUN OLEH:

Dr. drh. Tri Wahyu Pangestiningsih, MP


drh. Teguh Budipitojo, MP, Ph.D
drh. Ariana, M.Phil
Dr. drh. Hevi Wihadmadyatami, MSc
drh. Irma Padeta, M. Sc

LABORATORIUM MIKROANATOMI
DEPARTEMEN ANATOMI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019

i
Dosen :
1. Dr. drh. Tri Wahyu Pangestiningsih, MP (Koordinatoor)
2. drh. Teguh Budipitojo, MP, Ph.D
3. drh. Ariana, M.Phil
4. Dr. drh. Hevi Wihadmadyatami, MSc
5. drh. Irma Padeta, M. Sc

Tenaga Kependidikan:
1. Agus Tunggoro
2. Tri Winangsih Nila Kusumawati, S.T.P

Asisten Laboratorium :
1. Ayu Miftahul Khasanah
2. Binarta
3. Elisabet Desy Frinisah Sihombing
4. Mohd. Al Fajri
5. Neila Rahma Habibah
6. Niswah Nurul Fahma
7. Nourrisma Dyah Ayu Widiati
8. Synthia Regita Noor Mahesty
9. Vivin Wirawati
10. Alma Hafidah Shidiq
11. Daisynta Prima Aninditya
12. Filea Trifena Karnalim
13. Iffah Sofana
14. Ignasius Gracia Putra Dharu Wicaksono
15. Isna Fitranuansa Kusuma
16. Prisca Andini Nirwan
17. Rahmanita
18. Rina Pratiwi
19. Adzkia Nadhifa Shafa Zahra
20. Anindyah Khalda Dwi Putri
21. Gregorius Viktor Lembang
22. Hera Martyna Svensa
23. Laksamana Fajar
24. Maria Yunitasari
25. Meidhenia Rahma Fujiyanti
26. Vinny Anisya Larasati
27. Widyaningrum Nur Jannah
28. Yesavira Mustika Adetyara
29. Yusrinabilla

ii
JADWAL PRAKTIKUM

Acara ke- Tanggal Materi


1 4 Maret 2019 Asistensi
2 5-6 Maret 2019 Pendaftaran praktikum dan pembagian kelompok
3 11 Maret 2019 dan Histologi dasar
15 Maret 2019 Jaringan epitel
Epitelium Skuamus Simpleks
Epitelium Kuboid Simpleks
Epitelium Kolumner Simpleks
Epitelium Pseudo Kolumner Kompleks Bersilia
Epitelium Skuamus Kompleks
Epitelium Kolumner Kompleks
Epitelium Transisional
4 18 Maret 2019 dan Jaringan ikat dan jaringan lemak
22 Maret 2019 Jaringan Ikat Mesenkimal
Jaringan Ikat Gelatinosa
Jaringan Ikat Fibrous Reguler
Jaringan Ikat Fibrous Irreguler
Jaringan Lemak
5 25 Maret 2019 dan Jaringan tulang dan kartilago
29 Maret 2019 Preparat Gosok Tulang (Penampang Melintang)
Preparat Gosok Tulang (Penampang Membujur)
Tulang Decalsifikasi
Kartilago Hialin
Kartilago Elastis
6 15 April 2019 dan Jaringan otot dan saraf
22 April 2019 Otot Serat Lintang (Otot Lurik)
Otot Polos
Otot Jantung
Serabut Saraf (Penampang Melintang)
Serabut Saraf (Penampang Membujur)
7 23 April 2019 Latihan responsi
8 26 April 2019 Responsi Histologi Dasar
9 29 April 2019 dan Embriologi
3 Mei 2019 Perkembangan embrio katak
Sel Telur Dibuahi
Pembelahan Tingkat 2 Sel
Pembelahan Tingkat 4 Sel
Pembelahan Tingkat 8 Sel
Pembelahan Tingkat 16 Sel

10 6 Mei 2019 dan Blastula Awal


10 Mei 2019 Blastula Akhir
Gastrula Awal
Gastrula Akhir
Neurula Awal
Neurula Akhir

iii
11 13 Mei 2019 dan Embrio Tingkat 3 Bagian
17 Mei 2019 Embrio Tingkat Kuntum Ekor
Embrio Tingkat Kuntum Insang
Embrio Tingkat Insang Tumbuh Sempurna
Embrio Tingkat Insang Kanan Tertutup
Embrio Tingkat Insang Tertutup Sempurna
12 20 Mei 2019 dan Perkembangan embrio ayam
24 Mei 2019 Embrio Ayam Umur 18 Jam Pengeraman
Embrio Ayam Umur 24 Jam Pengeraman
Embrio Ayam Umur 33 Jam Pengeraman
Embrio Ayam Umur 48 Jam Pengeraman
Embrio Ayam Umur 72 Jam Pengeraman
13 27 Mei 2019 Responsi Embriologi

Yogyakarta, 11 Februari 2019


Koordinator Mata Kuliah,

Dr. drh. Tri Wahyu Pangestiningsih, MP

iv
TATA TERTIB PRAKTIKUM

UMUM

1. Mahasiswa yang mengambil mata kuliah Sitologi, Histologi Dasar dan


Embriologi wajib mengikuti Praktikum Histologi Dasar dan Embriologi.
2. Mahasiswa peserta praktikum (praktikan) wajib mengikuti seluruh acara
praktikum dengan lengkap.
3. Praktikan wajib mempunyai petunjuk praktikum dan buku laporan.
4. Praktikan wajib membuat laporan praktikum berupa gambar beserta
keterangannya.
5. Laporan praktikum disetujui oleh asisten dan dipakai sebagai tiket masuk untuk
praktikum selanjutnya.
6. Praktikan yang tidak dapat mengikuti acara praktikum dengan lengkap, tidak
diijinkan mengikuti responsi.
7. Praktikan wajib memakai busana sopan (bukan koas oblong/T-shirt) dan memakai
sepatu.

MENJELANG PRAKTIKUM

1. Praktikan wajib menyerahkan buku laporan berisi: tanda tangan atau ACC dari
asisten pada acara praktikum sebelumnya (mulai acara praktikum ke-2) dan
ringkasan praktikum acara hari itu.
2. Praktikan sudah hadir di Laboratorium Mikroanatomi 15 menit sebelum waktu
praktikum.
3. Praktikan dilarang menunggu praktikum di koridor. Pada saat menunggu
praktikum diharap tenang, sopan, jaga kebersihan, dan tidak membuang sampah
sembarangan.

SAAT PRAKTIKUM BERLANGSUNG

1. Bersikap sopan dan tidak gaduh.


2. Tidak mengaktifkan telepon seluler di dalam laboratorium.
3. Sebelum praktikum dimulai, dilakukan tes (pre-test), dan setelah praktikum,
dilakukan tes (post-test).
4. Setelah pre-test, dilakukan penjelasan materi praktikum.
5. Mengamati preparat, mencocokkan dengan teori yang diperoleh. Apabila belum
jelas, bertanya kepada asisten/dosen yang bertugas.
6. Apabila memecahkan preparat, diwajibkan menganti biaya sesuai dengan ongkos
pembuatan preparat (slide histologi) atau membawa pengganti preparat embrio
yang dipecahkan.

Yogyakarta, 11 Februari 2019


Kepala Laboratorium Mikroanatomi,
drh. Teguh Budipitojo, MP, Ph.D

v
PETUNJUK PENGGUNAAN MIKROSKOP
DI LABORATORIUM MIKROANATOMI

MIKROSKOP
Mikroskop merupakan alat yang dipakai untuk mengamati denda maupun
penyususn makluk yang berukuran kecil sehingga tidak bisa dilihat dengan mata
telanjang. Belajar dan memahami materi sitologi dan histologi perlu diawali dengan
pengertian tentang penggunaan mikroskop dengan baik. Pelajari baik-baik bagian-
bagian mikroskop sebelum menggunakannya. Periksa terlebih dahulu kebersihan
lensa okuler, objektif, kondensor dan cermin (untuk mikroskop yang menggunakan
cermin sebagai sumber cahaya). Kotoran yang ada pada benda-benda tersebut dapat
mengganggu lapangan pandangan dan menimbulkan salah tafsir. Apabila benda
tersebut kotor karena debu, bersihkan dengan kertas lensa. Untuk menentukan apakah
kotoran menempel pada lensa okuler, coba putar lensa okuler, apabila kotoran ikut
berputar maka jelaslah bahwa kotoran tersebut terdapat di lensa okuler.

KOMPONEN MIKROSKOP

Statif
Bagian ini beralaskan kaki berbentuk “U” dan terdiri dari cermin dan meja
sediaan

1. Cermin

Bagian ini merupakan penangkap sinar yang utama. Cermin ini dilengkapi dengan
dua dataran yaitu :
a) Datar : digunakan kalau dipakai sinar alami cukup terang dan kalau
kondensor digunakan.
b) Cekung : titik apinya diatur sedemikian rupa hingga sinar-sinar sejajar yang
jatuh di situ akan dipantulkan ke kaca sediaan. Dataran cekung digunakan kalau
memakai sinar buatan, jika sumber cahaya kurang kuat, atau jika kondensor
tidak digunakan.

Untuk mengatur cahaya sesuai dengan keperluan, cermin dapat diputar-putar pada
kedua sumbunya yang saling tegak lurus.

2. Meja sediaan

Berupa meja datar dilengkapi dengan lubang yang dapat dilintasi sinar yang
dipantulkan oleh cermin dan alat penjepit kaca preparat yang akan diperiksa. Agar
pemeriksa dapat memindahkan kaca sediaan dengan lebih cepat maka meja sediaan
dilengkapi dengan alat lain yang dilengkapi dengan dua jenis sekrup pemutar.
Sekrup ini mampu mendorong kaca sediaan baik ke muka maupun ke kanan atau
ke kiri. Umumnya alat pengeser ini dilengkapi dengan skala milimeter atau nonius,

1
sehingga dapat diketahui letak titik bayangan terhadap meja sediaan. Letak meja,
horizontal atau mendatar, dapat diatur dengan mengatur kedudukan tabung statif.

4. Tabung atau tubulus


Tabung terdiri atas dua bagian, yaitu:
a) Bagian atas : lebih ramping dan pendek. Ujungnya dilengkapi
dengan lensa okuler.
b) Bagian bawah : lebih gemuk dan panjang. Di ujung bawahnya terdapat lensa
bulat disebut revolver.

Tabung dilengkapi lensa objektif berbagai ukuran, dan dapat diputar untuk
menempatkan lensa pada kedudukannya sesuai keperluan. Ukuran panjang tabung
berbeda-beda menurut pabrik pembuat mikroskop.

5. Sekrup
Statif pada ujung atasnya dilengkapi dengan alat pemutar, masing-masing di kanan
dan di kiri:
a) Sekrup makrometer : Pemutaran sekrup ini membantu kita menaik
turunkan tabung terhadap meja sediaan dan statif. Ini diperlukan waktu kita
berusaha mempertajam pengelihatan kita terhadap bayangan sediaan.

b) Sekrup micrometer kecil : kegunaannya serupa dengan sekrup


makrometer, hanya gerakan lebih halus. Ini baru digunakan kalau lensa objektif
sudah sangat dekat pada kaca sediaan sehingga bayangan kabur sediaan sudah
dapat terlihat pada lensa okuler. Kedua sekrup tersebut dilengkapi dengan skala
untuk secara kasar dapat dipakai untuk mengukur tebal sediaan.

Komponen optik
Komponen optik terdiri dari:

1. Kondensor
Daya urai mikroskop diantaranya diatur oleh sudut pembukaan objektif. Untuk 6
memperoleh hasil optimal, sinar yang menembus sediaan harus jatuh denga sudut
pembukaan objektif. Kondensor digunakan untuk mencapai hasil ini. Kita
mengenal berbagai kondensor. Nilai kondensor ditentukan oleh Numerical
Aperture” atau N.A. dan dikoreksi optiknya. Kondensor yang dipakai di sini
mempunyai N.A. sebesar 1,2.

2
Di bawah kondensor ada diagfragma. Diagfragma dipakai untuk mengatur
intensitas cahaya yang dating dari bawah. Di bawah diagfragma ada cincin untuk
menempatkan kaca filter kebiru-biruan. Cincin dapat digerakan ke samping jika
filter tidak dikehendaki. Filter digunakan apabila cahaya berupa cahaya kuat dari
sumber buatan.

2. Lensa objektif
Lensa ini tersusun oleh berbagai macam lensa dengan berbagai kekuatan,
disesuaikan dengan panjang tubus dan tebal preparat. Lensa objektif sebagai
komponen revoler merupakan lensa pertama yang memperbesar gambaran sediaan.
Bayangan yang telah diperbesar dan jatuh dalam tabung akan diperbesar lagi oleh
lensa okuler.

3. Lensa okuler
Lensa ini ditempatkan pada ujung atas tabung. Lensa ini juga berbagai jenis.
Tugasnya ialah memperbesar bayangan yang telah diperbesar oleh lensa objektif.
Lensa okuler paling sederhana ialah lensa Huygens yang terdiri atas dua lensa
plankonveks. Lensa bawah dinamakan lensa kolektif dan lensa dekat mata disebut
lensa mata. Diantaranya ada diagfragma yang dapat dilengkapi denga petunjuk.

CARA MENGGUNAKAN MIKROSKOP


Setelah anda menempati tempat kerja dengan tempat duduk yang sesuai
carilah sumber cahaya yang baik. Jika sumber cahaya bukan matahari, gunakan filter
biru.

Kedudukan mikroskop

1. Tempatkan di tempat yang cukup dapat menangkap sinar


2. Sesuaikan kedudukan mikroskop dengan prasyarat:
a. Anda dapat bekerja enak, tidak lekas capai
b. Meja sediaan dan tabung tidak boleh condong jika anda memeriksa
sediaaan basah atau memakai minyak emersi.

Pengaturan cahaya

1. Lensa okuler dilepas dari kedudukannya


2. Atur kedudukan cermin dengan memutar pada sumbunya dan pilihlah jenis sumber
cahaya yang dipakai
3. Perhatikan apakah ada kotoran yang mengganggu
4. Usaha dihentikan setelah mendapatkan lapangan pandangan yang terang dan
merata.

3
Memasang kaca sediaan

1. Letakan kaca sediaan pada meja sediaan sehingga:


2. Kaca penutup sediaan terletak di sebelah atas
3. Kaca sediaan terjepit dengan baik.

Mengatur ketajaman bayangan


1. Mulailah dengan perbesaran lemah
2. Posisikan lensa okuler
3. Denga memutar sekrup makrometer pada statif secara hati-hati, usahakan lensa
objektif mendekat kaca sediaan sedekat-dekatnya. Jangan sampai lensa objektif
menekan kaca penutup sediaan.
4. Sambil melihat melalui lensa okuler dan memutar sektrup micrometer, usahakan
supaya bayangan sediaan yang telah tampak kabur menjadi tajam.

Pemakaian kondensor dan diagfragma:


1. Kondensor digunakan kalau dipakai sinar buatan dan pada perbesaran kuat,
kondensor dapat dinaikan atau diturunkan sehingga ukuran luas lapangan
penglihatan dapat diatur.
2. Diagfragma digunakan untuk mengatur intensitas sinar. Pada perbesaran lemah
diagfragma dikecilkan dan kondensor diturunkan.

Setelah selesai mmakai mikroskop


1. Pada pemakaian minyak emersi,bersihkanlah dengan kertas halus yang
dilembabkan dengan xylol
2. Kembalikanlah dan atur kaca sediaan pada tempat semula setelah diteliti
apakah ada yang rusak dan pecah
3. Kembalikan mikroskop pada kedudukan semula dan periksalah apakah ada
kerusakan
4. Laporakan pada asisten atau staf pembimbing yang sedang bertugas dalam
laboratorium, dengan penuh rasa tanggung jawab.

4
Gambar skematik suatu mikroskop cahaya pelajar yang memperlihatkan
komponen-komponen utamanya dan lintasan cahaya dari sumber (substage lamp
= lampu di bawah mikroskop) ke mata pengamat. (Courtesy of Carl Zeiss Co.)

5
JARINGAN EPITEL

A. Epitelium Simpleks

1. Epitelium skuamus simpleks


Organ yang dipakai: kapsula bowman pada ginjal
Pewarnaan: HE
Perhatikan ciri-ciri epitelium skuamus simpleks sebagai berikut:
a. susunan sel: selapis
b. bentuk sel: pipih seperti sisik
c. sitoplasma sedikit
d. bentuk nukleus: pipih menebal di tengah
e. terdapat membrana basalis sebagai tempat untuk melekatkan jaringan epitel
dengan jaringan di bawahnya

Keterangan :
1.
1 2.
3.
4.

2 3 4

2. Epitelium kuboid simpleks


Organ yang dipakai: kelenjar tiroid
Pewarnaan: HE
Perhatikan ciri-ciri epitelium kuboid simpleks sebagai berikut:
a. susunan sel: selapis
b. bentuk sel : kubus
c. nukleus berbentuk bulat, terletak di tengah sel
d. terdapat membrana basalis berfungsi untuk melekatkan epitel dengan
jaringan di bawahnya.

Keterangan :
1.
2.
1
3.
4.

2 3
4

6
3. Epitelium kolumner simpleks
Organ yang dipakai: intestinum tenue
Pewarnaan: HE
Perhatikan ciri-ciri epitelium kolumner simpleks sebagai berikut:
a. susunan sel: selapis
b. bentuk sel : silindris atau parimidal
c. bentuk nukleus: ovoid, terletak di 1/3 dasar
d. temukan tepi striata pada permukaan sel sepitel.
e. diantara sel epitel kolumner terdapat sel piala. Sel piala merupakan
modifikasi sel epitel kolumner , mengandung banyak musin yang
dengan pewarnaan HE tampak jernih.
f. terdapat membrana basalis berfungsi untuk melekatkan epitel
dengan jaringan di bawahnya
5
Keterangan :
1.
1
2.
3.
4.
5.

4 3 2

B. Epitelum Kompleks

1. Epitelium skuamus kompleks


Organ yang dipakai: esophagus atau kulit bagian epidermis
Pewarnaan: HE
Perhatikan ciri-ciri epitelium skuamus kompleks sebagai berikut:
a. tersusun atas 3 lapisan:
b. Stratum superfisiale (lapisan permukaan), tersusun beberapa lapis
sel, sel-sel berbentuk skuamus (pipih) dan nukleus berbentuk pipih
menebal ditengah. Pada kulit, lapisan ini mengalami penandukan, sel
epitel mati dan tanpa inti.
c. Stratum intermedium (lapisan pertengahan), tersusun atas sel berbentuk
poligonal (bersudut banyak) dengan nukleus bulat ditengah
d. Stratum basale (lapisan dasar), terletak dibagian bawah, berbatasan
dengan membrana basalis, sel-sel bentuk kuboid atau kolumner rendah
dengan nucleus bulat atau oval.

7
Keterangan :
1.
2.
1 3.
4.

Epidermis kulit mamalia dilapisi oleh epitelium skuamus kompleks yang


terurus atas :
a. Stratum basale : satu lapis, bentuk sel piramid pendek/kuboid, berbatasan
membrana basalis (disebut stratum
germinativum  berisi sel yang membelah/sel stem).
b. Stratum spinosum : bentuk sel polihedral/poligonal ke arah permukaan
memipih, tebal, mempunyai spina (prosesus spinosus melekat prosesus sel
sebelahnya sehingga tampak seperti jembatan interseluler  desmosoma)
c. Stratum granulare : beberapa lapis sampai tidak ada, bentuk sel kumparan,
mempunyai banyak granula keratohialin (basofil, prekusor keratin), inti
piknotik  degenerasi.
d. Stratum lucidum : tidak selalu ada pada hewan domestik (pada epidermis
yang tebal bantalan kaki karnivora), sel pipih, tercat eosinofil dan pucat,
inti dan banyak organela sitoplasma menghilang sehingga sel terisi oleh
keratin protein intraseluler, sel hampir mati.
e. Stratum korneum : sel mati, membran plasma menebal, keratin, lapisan
tertebal. keratinasasi/kornifikasi adalah proses sel yang inti menghilang,
bentuk lonjong dan berisi produk sekretori/keratin.

Keterangan :
SC : Stratum corneum
SGr : Stratum granulare
SS : Stratum spinosum
SB : Stratum basale

8
2. Epitelium kolumner kompleks
Organ yang dipakai : urethra pada penis
Pewarnaan : HE
Perhatikan ciri-ciri epitelium kolumner kompleks sebagai berikut:
a. tersusun atas 2 lapisan:
b. Stratum superfisiale (lapisan permukaan): terdiri dari sel-sel
kolumner dengan nukleus berbentuk oval
c. Stratum basale (lapisan dasar): melekat pada membrana basalis,
terdiri atas satu atau beberapa lapis sel berbentuk poligonal dengan
inti berbentuk bulat.

Keterangan :
1.
1 2.
3.
4.

4 3

3. Epitelium transisional
Epitelium ini sesungguhnya tergolong epitelium pseudokompleks. Kadang
terlihat banyak lapisan sel dan intinya tidak satu baris. Perubahan banyaknya
lapisan sel tergantung kondisi organ.
Organ yang dipakai : vesica urinaria
Pewarnaan: HE
Perhatikan ciri-ciri epitelium transisional sebagai berikut:
a. Tersusun atas 3 lapisan:
b. Stratum superfisiale (lapisan permukaan): terdiri dari sel, sel-sel
berbentuk kolumner atau kuboid atau skuamus. Pada saat organ tidak berisi
urin, sel di lapisan permukaan berbentuk kolumner atau kuboid, pada saat
penuh urin sel di lapisan permukaan berbentuk pipih dan sebagian sel
permukaan berbentuk payung, disebut sel payung. Stratum intermedium
(lapisan pertengahan): terdiri dari sel-sel berbentuk polygonal.
c. Stratum basale (lapisan dasar): melekat pada membrana basalis. terdiri
dari beberapa lapis sel polygonal.

9
Keterangan :
1 1.
2.
3.
2 4.

4. Epitelium pseudo kompleks kolumner bersilia


Organ yang dipakai: trakea
Pewarnaan: HE
Perhatikan ciri-ciri epitelium skuamus kompleks sebagai berikut:
a. terdiri dari: sel-sel kolumner yang semuanya melekat pada membrana
basalis 13 tetapi tidak semua sel mencapai permukaan.
b. sel-sel yang mencapai permukaan memiliki silia
c. nukleus tidak terletak dalam satu baris/bidang

1 Keterangan :
1.
2 2.
3.
4.
3

10
JARINGAN IKAT

A. Jaringan Pengikat / Penyokong Embrional

1. Jaringan ikat mesenkimal


Organ yang dipakai: Embrio
Pewarnaan: HE
Perhatikan ciri-ciri jaringan ikat mesenkimal sebagai berikut :
a. Jaringan didominasi sel mesenkim berbentuk bintang atau kumparan,
prosesus sel saling beranastomose, nukleus besar dengan bentuk bulat atau
oval, sitoplasma asidofil.
b. Dalam jumlah kecil dapat ditemukan pula fibroblast berbentuk bintang atau
kumparan dengan prosesus sel panjang, nukleus besar dengan bentuk bulat
atau oval dan sitoplasma basofil.
c. Substansi dasar homogen.

Keterangan :
1.
2.
1 3.
4.
2

2. Jaringan ikat mukosa/gelatinosa


Jaringan ini merupakan kelanjutan stadium perkembangan jaringan ikat
mesenkimal.
Organ yang dipakai: Funiculus umbilicalis (tali pusar)
Pewarnaan: HE
Perhatikan ciri-ciri jaringan ikat mukosa/gelatinosa :
a. Sel retikuler berbentuk kumparan menyerupai bintang atau bulat, prosesus
sel saling beranastomose, nukleus berukuran relative besar dengan bentuk
bulat atau oval, dan sitoplasma basofil.
b. Substansi interseluler homogen dengan serabut kolagen halus, terputus-
putus, belum membentuk berkas.

11
Keterangan :
1.
1 2.
3.
2 4.
3

B. Jaringan Pengikat / Penyokong Dewasa

1. Jaringan pengikat fibrus regular


Organ yang dipakai : tendon
Pewarnaan: HE
Perhatikan ciri-ciri jaringan pengikat fibrus regular :
a. Jaringan didominasi oleh serabut kolagen atau berkas tendo primer tersusun
dalam berkas-berkas tersusun teratur arah pararel.
b. Berkas serabut kolagen terkecil membentuk fasikulus tendineus dikelilingi
jaringan ikat longgar disebut endotendineum.
c. Sel-sel tendo (tendinosit, fibrosit) banyak ditemukan, memiliki sitoplasma
tipis, inti tercat gelap dengan bentuk oval sampai tipis memanjang.
d. Fasikulus berkumpul membentuk berkas sekunder yang lebih besar dibatasi
jaringan ikat longgar disebut peritendineum, kumpulan berkas sekunder
membentuk tendo yang dibungkus oleh epitendineum.
e. Pembuluh darah dan saraf ditemukan dalam berkas tendo.

1
2
1

2
3

Keterangan :
1. .
2.
3.

12
2. Jaringan Pengikat Fibrus Irregular
Organ yang dipakai : pars retikuler dermis (kulit)
Pewarnaan: HE
Perhatikan ciri-ciri jaringan pengikat fibrus irreguler
a. Sel-selnya serupa dengan sel-sel jaringan pengikat longgar, antara lain
fibrosit, fibroblast, makrofag dan lain-lainnya. Sel-sel ini terdapat di antara
anyaman serabut kolagen dan elastis.
b. Banyak didapatkan serabut-serabut kolagen yang tersusun padat, tidak
teratur dan bergelombang. Serabut kolagen dengan pewarnaan HE berwarna
merah muda.
c. Serabut-serabut elastis sedikit, tidak membentuk berkas.

4
1

Keterangan :
1.
2.
3.

3. Jaringan Lemak
Preparat yang dipakai: Jaringan lemak putih
Pewarnaan: HE
Perhatikan ciri-ciri jaringan lemak
a. Adiposit (sel lemak) tampak bergerombol.
b. Setiap sel memberi gambaran seperti cincin stempel karena sitoplasmanya
ditempati globulus lemak (yang larut pada saat proses pewarnaan HE dan
teramati berupa ruangan kosong), sehingga sitoplasma dan nukleusnya
terdesak ke perifer. Jaringan lemak membentuk lobulus-lobulus dan diantara
lobules terdapat jaringan ikat longgar.

13
1 Keterangan :
1.
2.
3.
3
4.
4 5.
5

14
JARINGAN KARTILAGO

A. Kartilago Hialin
Organ yang dipakai: trakea
Pewarnaan: HE
Perhatikan ciri-ciri kartilago hialin :
1. Sediaan ini memperagakan sifat metakromasi matrix yang tidak memberi
warna biru, melainkan banyak unsur kemerah-merahan.

2. Perikondrium berwarna merah muda. Tersusun oleh:


a. Stratum fibrosum: berupa jaringan kolagen padat terletak berbatasan
dengan jaringan disekitarnya/lapisan luar.
b. Stratum kondrogenium/seluler: banyak/kaya sel mesenkim sebagai sel
stem untuk kondroblas, dan fibroblas sebagai sel stem untuk pars fribosa
perikondrium.

3. Kondrosit berada di dekat perikondrium, sel lebih pipih dengan poros


membujur sejajar permukaan kartilago, terletak dalam lakuna kartilaginea.
Lebih ke arah pusat, sel bundar, ovoid; dalam 1 lakuna kartilaginea sering
terlihat 2-4 sel, membentuk gerombolan, dinamakan kelompok isogen
(isogenous group) atau disebut juga agregatio chondrocitica (agregasi
kondrosit)

4. Matriks kartilago
a. Substansi dasar berwarna kebiru-biruan seperti kaca,
metakromatik. Komponen utama substansi dasar adalah
glikosaminoglikan. Serabut utama kartilago adalah kolagen.
b. Matriks teritorial/matriks kapsula yaitu matriks kartilago yang mengitari
lakuna. Pada kartilago muda, tercat asidofil sedangkan pada daerah matriks
teritorial, kartilago tua tercat sangat basophil.
c. Matriks interteritorial adalah matriks kartilago di antara individu sel
atau kelompok sel. Matriks interteritorial tercat kurang basophil
dibanding matriks teritorial.

15
B. Kartilago Elastis

Organ yang dipakai: daun telinga


Pewarnaan: HE
Perhatikan ciri-ciri kartilago elastis :
1. Arsitektur sama dengan kartilago hialin, perbedaannya pada matriks.

2. Matriks berisi anyaman-anyaman halus serabut elastis, tercat dengan HE


(berwarna merah)

3. Sel-sel (kondrosit) berbentuk bulat atau pipih dan sering bergerombol

4. Kelompok isogen lebih sering dijumpai daripada kartilago hialin.

16
JARINGAN TULANG

A. Preparat Gosok Tulang

Organ yang dipakai: tulang kompak tanpa pewarnaan.


Pengirisan: melintang dan membujur
Perhatikan preparat gosok tulang pada:
1. Selubung tulang yaitu:
a. Periosteum: melapisi tulang luar kecuali permukaan sendi.
Mempunyai 2 lapisan: lapisan fibrosa terdiri dari j.i. kolagen ireguler dan
lapisan seluler berisi sel stem, sel osteoprogenitor, osteoblas dan osteoklas.
b. Endosteum: selubung tulang dalam.

2. Sel-sel tulang
a. Di dalam substansi intertisial terdapat rongga-rongga kecil disebut
lakuna, yang berisi sel-sel tulang atau osteosit.
b. Osteosit berbentuk pipih dan mempunyai banyak prosesus yang meluas
ke dalam kanakuli.

3. Substansia interseluler
a. Kaya garam Ca yang bertambah dengan bertambahnya umur
b. Merupakan struktur padat yang uniform dan berisi serabut-serabut
kolagen yang memadat
c. Berkas fibril kolagen yang halus membentuk lapisan yang disebut
lamelae Di antara atau dapat pula di dalam lamela terletak lakuna yang
pipih seperti bentuk sel-sel yang mengisinya
d. Lamela yang mengelilingi kanalis Haversi bersama-sama dengan
osteosit membentuk sistem Haversi

4. Macam-macam lamela
a. Lamela sirkumferensial luar (L. Sirkumferensial periosteum atau tulang
lamella periosteum) : sejajar dan terletak di dekat permukaan
b. Lamela sirkumferensia dalam (L. Sirkumferensial endosteum, tulang
lamela endosteum): mengelilingi ruang medula
c. Lamelae interstitial: merupakan sisa dari sistim Haversi yang sebagian
hancur pada saat rekonstruksi tulang atau lamela di antara osteon
d. Lamelae osteon: lamela konsentris/Harvensi, mengelilingi kanalis Haversi

5. Osteon
Osteon/sistema Haversi adalah struktur unit tulang, di pusat terdapat kanal
osteon (pembuluh darah, syarat vasomotor, sel-sel endosteum), perifer
osteon dibatasi garis reversal. Vasa darah tulang berkembang dan
dihubungkan dengan pembuluh darah di permukaan korteks endosteum dan
periosteum melalui kanal perforans.

17
4
1 2 3
Preparat gosok
tulang: penampang
melintang (sistema
Haversi)
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

7
5 6

Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

B. Tulang Dekalsifikasi

Organ : tulang kompak


Arsitektur sama dengan preparat gosok tulang tetapi substansi dasar rapuh karena
garam-garam Ca terlarutkan.

1. Osteogenesis (osifikasi, pembentukan tulang)


Preparat: os femur, daerah fisis
Pewarnaan: Masson’s trichrome
a. Dikenal dua macam osteogenesis yaitu osteogenesis intramembranosa dan
osteogenesis intrakartilaginosa. Terlepas dari proses osteogenesisnya,
struktur tulang yang dibentuknya setelah dewasa tidak dapat dibedakan.

18
b. Osifikasi intramembranosa bertanggung jawab pada pencapaian bentuk
akhir tulang yang tidak dibentuk dalam kartilago.
c. Osifikasi intrakartilaginosa bertanggung jawab terhadap pemanjangan
diafisis dan bentuk serta ukuran epifisis. Pemanjangan dilengkapi dengan
aktivitas yang memperbesar diameter diafisis yang sedang berkembang.

2. Osteogenesis intramembranosa (enkondral)


a. Terjadi pada tulang bukan penyangga berat badan, antara lain tulang
tengkorak kepala, mandibula, klavikula.
b. Sel mesenkim kemudian berdiferensiasi membentuk fibroblas dan sel
osteoprogenitor.
c. Sel osteoprogenitor kemudian tumbuh menjadi osteoblas penghasil osteoid.
Osteoblas selanjutnya terperangkap oleh produknya sendiri.
d. Kumpulan osteoblas yang sudah menjadi osteosit membentuk spikula
tulang. Di sekitar tulang yang sedang tumbuh terdapat jaringan ikat
fibroseluler kaya pembuluh darah.
e. Osteoblas tampak berderet di sisi pembentukan tulang dan membentuk
jaringan tulang secara aposisi, beberapa sel terperangkap dalam sekresi
mereka sebagai osteosit. Tulang yang pertama-tama terbentuk berupa tulang
rajut.
f. Di sisi yang lain sering tampak adanya osteoklas yang mengadakan aktivitas
osteoklasik dalam bentuk tulang. Aktivitas osteoblastik merupakan bagian
integral pembentukan tulang.

Keterangan:
A. Sisi aposisi tulang
B. Sisi absorbsi tulang
1. Tulang rajut
2. Jaringan ikat fibroseluler
3. Osteoid
4. Osteoblas
5. Osteosit – osteoid
6. Osteosit
7. Osteoklas

3. Osteogenesis intrakartilaginosa (enkondral, endokondral)


a. Osifikasi intrakartilaginosa menggunakan kartilago hialin sebagai dasar
model.
b. Osteogenesis ini terbagi menjadi dua bagian yaitu osifikasi perikondral dan
osifikasi endokondral (osteogenesis enkondral, osteogenesis
intrakartilaginosa).

19
c. Osteogenesis kartilaginosa terjadi pada tulang penyangga tubuh.
d. Pada proses osifikasi endokondral secara bertahap terjadi penggerogotan
kartilago digantikan dengan jaringan tulang. Selama proses peralihan tulang
menjadi lemak.
e. Untuk memperkuat jaringan sejalan dengan proses osifikasi endokondral
terjadi pula osteogenesis perikondral untuk membentuk selongsong tulang.
Osteogenesis perikondral merupakan osteogenesis intramembranosa.
f. Penggerogotan kartilago untuk digantikan dengan jaringan tulang tidak
berlangsung serentak tetapi secara bertahap. Ini dibuktikan dengan adanya
bangunan yang disebut fisis / lempeng pertumbuhan pada tulang panjang /
pendek yang sedang tumbuh.

Keterangan : Keterangan :
1. Pembuluh darah epifisis 1.
2. Lempeng akhir 2.
3. Zona kondrosit cadangan 3.
4. Zona kondrosit proliferasi 4.
5. Zona kondrosit dewasa 5.
6. Zona kondrosit hipertrofi 6.
7. Zona kartilago kalsifikasi 7.
8. Tulang rajut pada spikula 8.
kartilago kalsifikasi 9.
9. Lung-lung kapiler 10.
10. Matriks kartilago 11.
11. Tulang rajut 12.

20
JARINGAN OTOT

Jaringan otot termasuk sistem gerak aktif yang bertanggung jawab atas gerakan alat
gerak dan organ di tubuh. Dua komponen penyusun jaringan otot adalah:
1. Sel otot /miositus, disebut juga serabut otot (myofiber)
2. Substansia interselularis yang merupakan jaringan ikat kolagen dan elastis.

Berdasarkan strukturnya dikenal 3 jenis jaringan otot yaitu:

A. Jaringan Otot Serat Lintang (textus musculatus striatus) disebut juga


Otot Lurik atau Otot Skelet

Preparat yang dipakai: otot kerangka


Pewarnaan: HE
1. Serabut (sel) otot skelet berbentuk panjang, ujung sedikit meruncing atau
tumpul. Sitoplasmanya disebut sarkoplasma dan membran selnya disebut
sarkolema.

2. Pada penampang melintang, serabut-serabut otot berbentuk bulat, oval atau


pipih dan sering terlihat tepinya membentuk sudut.

3. Nukleus lebih dari satu (multi nucleated), berbentuk oval atau agak pipih
dan terletak ditepi (axis longitudinalnya paralel tepat di bawah sarkolema)

4. Pada penampang membujur terlihat garis-garis melintang serabut-serabut


otot terdiri dari: diskus A (anisotrop) tampak gelap, diskus I (isotrop)
tampak terang

5. Diantara diskus-diskus ini terdapat diskus z, diskus H dan diskus M. Diskus


Z terletak ditengah-tengah diskus I, diskus H ditengah-tengah diskus A, dan
diskus M ditengah-tengah diskus H.

6. Sarkomer merupakan unit kontraksi otot; mengandung miofilamen yang


terletak antara 2 diskus Z yang berdekatan.Striasi melintang ini disebabkan
oleh segmen miofibril yang menyusun serabut/sel otot (muscle fiber)

7. Individu serabut otot tidak bercabang, paralel satu dengan yang lain, dan
dipisahkan oleh jaringan ikat kolagen longgar.

8. Seperti berkas-berkas kolagen dalam tendo, maka serabut-serabut otot juga


saling bergabung membentuk berkas primer (fasikulus) dan beberapa
berkas primer membentuk berkas sekunder dan seterusnya.

21
9. Selubung jaringan ikat pembungkus satu sel otot disebut endomisium, satu
fasikulus disebut perimisium, sedang satu otot utuh disebut epimisium.

A 1
3
2
6

4 7
8
5
9

10 13

B 12
11
Katerangan :
A.Penampang :
B. Penampang :
1. 6. 11.
2. 7. 12.
3. 8. 13.
4. 9.
5. 10.

B. Jaringan Otot Polos (textus musculatus nonstriatus)

Organ yang dipakai: tunika muskularis usus


Pewarnaan: HE
1. Penampang melintang : miosit berbentuk bulat, tidak sama besar, yang besar
mengandung nukleus di tengah. Gerombolan sel terbungkus jaringan ikat.

2. Penampang membujur: miosit berbentuk fusiform, nukleus di tengah di


bagian sel yang menebal berbentuk oval atau silindris, sitoplasma atau
sarkoplasma terlihat homogen dan mengandung miofibril longitudinal.
Substansi interstisial terletak di antara miosit.

22
Keterangan :
1 A. Penampang :
B. Penampang :
1.
2.
A 3.
2

B
3

C. Jaringan Otot Jantung (textus muskularis striatus kardiakus)

Preparat yang dipakai: jantung


Pewarnaan: HE
1. Otot jantung mirip otot skelet dengan beberapa perbedaan.

2. Otot mempunyai cabang-cabang anatomose sehingga pada potongannya


menunjukkan gambaran seperti jala.

3. Jaringan ikat di sekeliling serabut otot (endomisium) lebih mencolok.

4. Nukleus sentral, di sekitar nukleus terlihat gambaran terang, disebut halo


perinukleus.

5. Striasi kurang jelas

6. Terdapat striasi yang jelas yang disebut diskus interkalatus yang merupakan
daerah perbatasan satu serabut dengan serabut otot yang lain.

7. Sebagian serabut otot mengalami diferensiasi membentuk sel Purkinje yang


merupakan bagian dari sistem penghantar impuls. Sel Purkinje ini sulit
ditemukan, ukuran lebih besar, tercat lebih tipis.

23
A B
1

2 4

2
3

5
Keterangan :
A. Penampang : B. Penampang :
1. 4.
2. 5.
3.

24
JARINGAN SARAF

A. Serabut Saraf Bermielin


Preparat : nervus
Pewarnaan : HE

1. Penampang membujur
Serabut saraf disebut bermielin kalau dengan menggunakan pengecatan lemak
melalui mikroskop cahaya dapat terlihat adanya selubung.
a. Axis silinder (akson)
1) Tampak homogen, tersusun dari neurofibril yang dikelilingi oleh
aksoplasma.
2) Sebagai sitoplasma dari neuron, pada akson terdapat mitokondria,
neurotubuli, neurofilamen dan SER.
3) Nodus Ranvier (konstriksi Ranvier) adalah suatu konstriksi
menyerupai cincin dari substansi dari axis silinder.
4) Akson di nodus ini ditutupi oleh prosesus sitoplasmik sel glial.
5) Selubung mielin merupakan selubung pertama selagi serabut
saraf berada dalam sistim saraf pusat (SSPu).
6) Selubung meilin dibentuk oleh prosesus sel neoroglia yaitu sel
Schwann yang melingkar-lingkari menyelubungi akson secara
kontinyu.
7) Di nodus Ranvier, selubung meilin tidak kontinyu.
8) Selubung ini tersusun dari lipid dan komponen non lipid
b. Neurilema (selubung Schwann)
 Disebut juga selubung mielin.
 Merupakan selubung kedua setelah keluar dari SSPu.
 Dihasilkan oleh sel Schwann (sel neurolema). Sel neurolema (sel
Schwann) terdapat disebelah perifer dari selubung mielin. Sel Schwann
mempunyai inti besar, vesikuler, kelompok kromatin di perifer.
 Pada nodus Ranvier, lapisan sel Schwann ini terputus sehingga terjadi
tempat persambungan neurolema satu dengan lain berurutan.
 Pada tiap segmen diantaranya konstriksi terdapat nukleus neurolema.

 Penampang melintang
a. Epineurium
1) Saraf tersusun dari fasikulus serabut-serabut neuron tertanam dalam
jaringan ikat, bungkus terluar disebut epineurium.
2) Epineurium disamakan dengan kapsula organ, tersusun dari jaringan
kolagen reguler.
b. Perineurium
1) Perineurium adalah pembungkus fasikulus, tersusun dari serabut kolagen
agak padat.

25
2) Perineurium terdiri dari 1-10 lapisan sel. Makin kecil fasikulus,
perineurium makin tipis.
3) Sel perineural adalah lapisan berselingan dengan serabut kolagen dan
retikuler.
c. Endoneurium
1) Endoneurium adalah jaringan kolagen longgar meluas dari permukaan sel
neurolema ke lapisan dalam sel perineural.
2) Endoneurium tidak mempunyai lamina basalis, kaya kapiler, kapiler ini
membawa perluasan sel-sel perineural.

A Keterangan :
A.Penampang :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

B Keterangan :
B.Penampang :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

3. Ganglia
Preparat yang dipakai: ganglia otonom di septa interlobaris kelenjar ludah
Pewarnaan: HE
a. Ganglia adalah kumpulan badan sel saraf di luar sistim saraf pusat.
b. Ganglia dapat di dekat, atas, atau di dalam dinding organ. Ganglia yang ada
dalam dinding disebut ganglia intramural.
c. Ukuran ganglia bervariasi, dibungkus kapsula yang melepas serabut-serabut
kolagen halus an retikuler ke dalam organ.
d. Pembuluh darah, axon, dendrit, neuroglia perifer dan badan sel saraf
terdapat dalam jaringan penjokong.
e. Sel ganglion kaya sitoplasma dengan nukleus dan nukleolus yang cukup
jelas.
f. Di sekeliling sel ganglion terdapat banyak amfisit (sel satelit).

26
g. Berdekatan terdapat serabut saraf dengan sel neurolema

Keterangan :
1.
1 2.
3.
2

27
EMBRIOLOGI KATAK

A. Telur Yang Belum Dibuahi

Sel telur katak terdiri dari inti sel telur dan ooplasma. Ooplasma sel telur
dibedakan dalam dua bagian yaitu bioplasma dan deutoplasma. Bioplasma
merupakan bagian sel telur yang hidup dan aktif dalam pembelahan zigot,
sedangkan deutoplasma merupakan cadangan makanan.

Pada sel telur yang baru berkembang, sitoplasmanya banyak dengan perbandingan
jumlah bioplasma dan deutoplasma sama banyak. Apabila jumlah deutoplasmanya
sudah mulai meningkat maka akan terjadi polarisasi. Inti akan berada di bagian
bioplasma dan daerah ini disebut polus animalis. Di bagian deutoplasma terdapat
banyak vitelus atau lecith disebut sebagai polus vegetativus. Karena adanya
pigmen

pada telur katak maka polus animalis tampak berwarna kehitaman. Polus
vegetativus, sebagai daerah yang kaya lecith berwarna kuning.

Berdasarkan penyebaran lecith tersebut, telur katak digolongkan bertipe


telolecithal yaitu telur yang mengandung lecith pada salah satu ujung telur. Sel
telur katak dibungkus oleh lendir gelatin atau jeli sebagai bungkus tertier. Lendir
ini disekresikan oleh 2/3 bagian cranial oviduct. Lendir gelatin tersebut berfungsi
sebagai barier perlindungan terhadap luar pada awal perkembangan embrio.

B. Perkembangan Zigot

1. Telur Yang Dibuahi


Setelah telur katak berada di dalam air maka gelatin akan mengembang
sampai mencapai tiga kali besar semula. Mengembangnya gelatin dan sekresi
mucinase dari spermatozoa akan memberi kemudahan bagi spermatozoa
untuk menembus bungkus gelatin tersebut.

Pada telur yang dibuahi, polus animalis tampak berwarna kehitaman


sedangkan polus vegetativus berwarna kuning, dan terdapat grey
crescent/sabit kelabu merupakan daerah ekuator yang berwarna kelabu yang
disebabkan mengalirnya pigmen hitam di daerah ekuator akibat masuknya
spermatozoa.

2. Pembelahan
a. Pembelahan pertama (stadium 2 sel)
Bidang pembelahan meridional atau vertikal. Celah pembelahan pertama
kali terjadi di polus animalis kemudian melingkari/tegak lurus terhadap
gray crescent sehingga gray crescent terbagi menjadi dua bagian sama
besar, akhirnya mencapai polus vegetativus.

28
Keterangan :
1.
2.
3.
4.

Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.

b. Pembelahan kedua (stadium 4 sel)


Bidang pembelahan meridional atau vertikal. Pembelahan ini dimulai
sebagai garis yang memotong celah pembelahan pertama secara tegak
lurus. Pembelahan kedua ini membagi sel telur menjadi empat blastomer,
dua blastomer mengandung gray crescent sedang dua lainnya tidak.

Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

c. Pembelahan ketiga (stadium 8 sel)


Bidang pembelahan latitudinal dengan celah pembelahan terjadi sekitar
sekitar 20o–30o dari ekuator. Pembelahan ini membagi sel telur menjadi 8
blastomer. Empat blastomer di polus animalis lebih kecil dan berpigmen,
disebut mikromer. Sedangkan 4 blastomer di polus vegetativus besar dan
tidak berpigmen, disebut makromer. Pada penampang vertikal tampak
sebuah rongga sebagai inisial blastoselom.

29
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

d. Pembelahan keempat (stadium 16 sel)


Terjadi dua bidang pembelahan secara vertikal atau meridional dan
saling memotong tegak lurus satu sama lain. Celah bidang pembelahan
dimulai dari polus animalis di antara bidang pembelahan pertama dan
kedua.

Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

e. Pembelahan kelima (stadium 32 sel)


Terjadi dua bidang pembelahan secara latitudinal. Bidang pembelahan
yang pertama terjadi di antara polus animalis dengan ekuator, sedangkan
bidang pembelahan kedua terjadi di antara ekuator dengan polus
vegetativus.

Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10

30
Pada pembelahan keenam dan selanjutnya, bidang-bidang pembelahan
sudah tidak teratur lagi. Ukuran blastomer makin mengecil dan kecepatan
pembelahan meningkat.

3. Blastula
a. Blastula awal
Blastomer relative masih besar dan aktivitas pembelahan sel masih terus
berlangsung. Blastoselom yang mulai terbentuk pada stadium 8 sel makin
membesar karena blastomer yang mengelilinginya mensekresikan cairan
yang dicurahkan ke dalam rongga tersebut. Sel di atap blastoselom baru
selapis disebut monoblastik kemudian mengalami pembelahan sehingga
menjadi dua lapis sel disebut diploblastik. Lapisan sel di atap dan di
dinding lateral blastoselom disebut epiblastik yang berpotensi sebagai
calon ektodermal. Sel-sel di bagian dasar blastoselom berukuran besar
disebut hipoblastik yang berpotensi sebagai calon entodermal.

b. Blastula akhir
Sel-sel di bagian ekuator sangat aktif membelah sehingga nampak
meninggi sebagai cincin melingkar yang disebut germ ring (cincin
germinal, cincin benih), yang berpotensi sebagai calon mesodermal.
Pembelahan di polus animalis dan bagian ekuator sangat aktif, menyebar
menuju ke polus vegetativus melalui permukaan sedangkan pembelahan
hipoblastik sangat lambat sehingga sel-sel di polus vegetativus tersebut
berangsur-angsur tertutup oleh sel-sel yang datang dari polus animalis.
Pada stadium ini blastoselom mencapai ukuran maksimal.

Keterangan : Keterangan :
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5.

31
4. Gastrula
a. Gastrula awal
Sel cincin germinal aktif membelah, sel yang baru ukurannya kecil,
mengambil tempat dan bergerak menuju ke polus vegetativus yang selnya
lebih besar sehingga batas keduanya jelas sebagai garis bengkok seperti
bulan sabit. Sel-sel di daerah bekas gray crescent lebih aktif membelah
sehingga dinding blastula di daerah ini lebih tebal disebut sebagai bibir
dorsal.

Keterangan :
1.
2.
3.
4.

Keterangan :
1.
2.
3.
4.

b. Gastrula akhir
Sel cincin germinal terus membelah sambil bergerak menuju polus
vegetativus. Sebagian sel cincin germinal masuk melalui invaginasi dan
invaginasi tersebut tumbuh melingkar. Ujung perluasan tersebut akan
bertemu melingkar di polus vegetativus. Pertemuan melingkaran tersebut
disebut bibir blastoporus. Celah melingkar tersebut menyebabkan
timbulnya bangunan seperti sumbat dari sel-sel vitelus yang disebut
sumbat vitelus atau yolk plug. Sumbat vitelus berangsur-angsur ditarik
masuk ke dalam gastrula sehingga bibir blastoporus menyempit dan di
tengahnya berlubang disebut sebagai blastoporus.

32
Keterangan : Keterangan :
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.

5. Neurula
a. Neurula awal
Sumbu polus animalis-polus vegetativus berputar 90o atau lebih ke arah
kiri pada stadium gastrula sehingga blastoporus menjadi bagian posterior
dari embrio. Neuroektodermal mengalami penebalan mulai dari dekat
blastoporus di medio-dorsal meluas ke anterior membentuk lamina
neuralis sehingga permukaan dorsal menjadi datar.

Keterangan : Keterangan :
1. 1.
2. 2.
3.
4.
5.
6.

b. Neurula akhir
Embrio telah memanjang dan dapat dibedakan bagian kepala dan
badannya. Batas antara neuroektodermal dan epidermal di lateral

33
adalah lipatan longitudinal. Lipatan tersebut tumbuh meninggi di sebut
plika neuralis atau torus medularis, yang di mediannya terdapat alur
yang disebut sulkus neuralis. Puncak torus medularis tumbuh ke
median dan akhirnya bertemu dan melebur menjadi satu. Peleburan
menjalar ke anterior dan posterior sehingga membentuk suatu pipa
yang disebut kanalis neuralis.

Keterangan : Keterangan :
1. 1.
2. 2.
3.
4.
5.
6.

6. Embrio Katak Tingkat Kuntum Ekor


Terjadi peninggian di daerah dorsal dan pembagian 3 daerah makin jelas:
kepala, badan dan ekor. Antara kepala dan badan terjadi penyempitan yang
tampak sebagai leher. Terbentuk kuntum/calon ekor dan mulai tumbuh.

Keterangan :
1.
2.
3.
4.

7. Tingkat Embrio Menetas


Sucker mengeluarkan lendir, bagian ekor sudah mulai memanjang dan terlihat
lekukan calon mulut

34
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.

8. Tingkat Kuntum Insang


Ekor sudah memanjang. Di bagian leher atas, tampak adanya kuntum-kuntum
insang seperti jari-jari pendek.

Keterangan :
1.
2.
3.

9. Tingkat Insang Tumbuh Sempurna


Di bagian leher bawah, insang tampak seperti jari-jari dan tumbuh mencapai
panjang maksimum.

Keterangan :
1.
2.
3.

10. Tingkat Penutupan Insang


Pembentukan tutup insang sebagai lipatan anterior insang. Bagian leher tidak
simetris lagi karena insang sebelah kanan sudah tertutup oleh operkulum dan

35
insang kiri tinggal pendek sebagian. Pada tingkat insang tertutup sempurna,
insang luar sudah tertutup dan berada dalam rongga insang di bagian faring.

Keterangan :
1.
2.
3.

36
EMBRIOLOGI AYAM

A. Embrio Ayam Umur 16-20 Jam

1. Blastoderm
Terbagi menjadi dua :
a. Area pelusida merupakan daerah di bagian dalam, jernih dan bebas vitelus.
b. Area opaka merupakan daerah di bagian luar yang terpulas lebih tua dan
penuh vitelus.

2. Stria primitive merupakan daerah yang tampak berwarna gelap dan terletak di
sepanjang sumbu tengah yang terdiri dari:
a. Krista primitivus.( primitive ridge) yaitu sel-sel mesoderm yang terkumpul
di tengah dan merupakan batas dari sulkus primitivus.
b. Sulkus primitivus (primitive groove) yaitu sel-sel mesoderm yang
terkumpul di tengah menjadi alur yang terdapat di tengah krista primitivus.
c. Nodus primitivus (primitive node) atau nodus Hensen yaitu suatu simpul
di ujung anterior stria primitive.

3. Tonjolan kepala (head processus) merupakan garis yang membentuk lipatan


kepala atau head fold meluas ke anterior yang dimulai dari nodus Hensen.

4. Proamion merupakan daerah bening yang terletak di sebelah anterior lipatan


kepala.

Embrio ayam umur 18 jam Keterangan :


7 1.
2.
3.
6 4.
1
5.
6.
7.
2
5
3

37
B. Embrio Ayam Umur 23-27 Jam

1. Blastoderm
Area opaka terbagi menjadi dua:
a. Area opaka vaskulosa merupakan daerah bagian dalam dan berisi
penuh pulau-pulau darah.
b. Area opaka vitelina merupakan daerah bagian luar dan berisi penuh vitelus.

2. Kepala
Lipatan kepala telah terangkat dari blastoderm.

3. Susunan syaraf
a. Torus medularis atau plika neuralis (neural fold) merupakan lipatan
neuralis longitudinal.
b. Sulkus neuralis (neural groove) merupakan daerah bagian median
sepanjang alur torus medularis. Di akhir bagian bawah sepanjang sulkus
neuralis terdapat chorda dorsalis yang pada preparat tampak terang.
c. Mesoderm sudah meluas. Mesoderm disepanjang kanan dan kiri chorda
dorsalis membentuk somit-somit (pada stadium ini ada kira-kira 4-8 pasang
somit). Cara menghitung umur embrio ayam adalah 19 + jumlah pasang
somit. Preparat ini, umur embrio ayam adalah 19 +5 pasang somit= 24 jam.

Embrio ayam umur 24 jam Keterangan :


12 1.
1 2.
3.
2
4.
11 5.
3 6.
10 7.
8.
9 9.
4 10.
8 11.
5 12.

7 6

C. Embrio Ayam Umur 30-38 Jam

1. Susunan syaraf
a. Otak dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

38
1) Prosensefalon merupakan ujung otak yang membesar, di depannya
terdapat neuroporus anterior dan sepasang kanan kiri vesikula optika
(calon rongga mata).
2) Mesensefalon merupakan bagian otak yang pendek.
3) Rombensefalon merupakan bagian 3-4 segmen-segmen otak.
b. Kanalis neuralis
c. Vesikula otika merupakan calon rongga telinga

2. Susunan Peredaran Darah


a. Jantung merupakan gelembung terletak di sebelah sinister.
b. Aorta ventralis yaitu percabangan trunkus arteriosus kea rah cranial.
c. Aorta dorsalis jaitu lanjutan aorta ventralis setelah membalik ke dorsal
menuju ke bagian posterior badan ke kaudal.
d. Arteria omfalomesenterika merupakan lanjutan aorta dorsalis yang
mempercabangkan arteria vitelina.
e. Vena omfalomesenterika merupakan persatuan vena vitelina yang
masuk jantung bagian posterior.

3. Somit
Pada preparat embrio ayam umur 32 jam ini, somit bertambah jumlahnya kira-
kira 13 pasang.

4. Usus Depan (fore gut)


Usus depan sudah lebih meluas, letaknya di bawah rombensefalon dan
muaranya sebagai intestinum portal anterior yang berhubungan dengan
vitelus.

5. Pembentukan Tubuh Embrio


Axis badan embrio masih dalam satu bidang yaitu dalam bidang sagital.
Setelah 38 jam terjadi torsi, di bagian anterior memutar dan membelok ke
kanan sehingga pada posisi baru dengan arah lateral, sedangkan di belakang
tetap arah dorso-ventral.

D. Embrio Ayam Umur 42-52 Jam

1. Belokan tubuh, perhatikan :


a. Belokan di daerah kepala merupakan lengkungan di anterior daerah
mesenfalon.
b. Belokan di daerah servik merupakan lengkungan yang terjadi di bagian
rombensefalon disebut flexura servikalis atau flexura nukalis.
c. Lipatan ekor dan lipatan tubuh lateral.
d. Membran-membran ekstra embrional
1) Lipatan amnion di daerah kepala (amniontic fold)
2) Lipatan amnion di daerah badan (lateral)
3) Lipatan amnion di daerah ekor belum terbentuk

39
Embrio ayam umur 32 jam Keterangan :
1.
17
1 2.
16 3.
2 4.
5.
15 3 6.
7.
14 4 8.
5 9.
6 10.
13
7 11.
8 12.
12
9 13.
14.
11 10 15.
16.
17.

2. Susunan syaraf
a. Prosensefalon terbgi dua: telensefalon dan diensenfalon. Pada
diensenfalon terdapat epifise sebagai penonjolan atapnya vesikula optika.
b. Mesensefalon merupakan bagian penyempitan.
c. Rombensefalon terbagi dua: metensefalon dan mielensefalon.
Metensefalon yang kelak jadi serebelum.

3. Susunan peredaran darah


a. Jantung
b. Vena vitelina yang mengembalikan darah ke jantung dari area vaskulosa
melalui vena omfalomesenterika.
c. Arteria vitelina jaitu arteria besar bercabang-cabang yang berasal dari
arteria omfalomesenterika.

4. Saluran pencernaan makanan


a. Stomodeum merupakan lekukan ektodermal di sebelah anterior lengkung
mandibula.
b. Faring merupakan lanjutan ke kaudal dari stomodeum.

5. Pembentukan tubuh embrio


a. Axis badan sudah tidak dalam satu bidang, di bagian anterior arah
lateral sedang di bidang posterior arah dorso-ventral. Torsi terjadi kira-
kira di setengah bagian anterior atau di sekitar jantung

40
Embrio ayam umur 48 jam Keterangan :
11 1.
10
2.
3.
9
1 4.
2 5.
4 6.
5 7.
6 8.
9.
10.
9 11.
7

E. Embrio Ayam Umur + 72 Jam

Mulai terbentuknya kuntum/calon sayap dan kuntum kaki, dan tonjolan pertama
alantois. Penutupan amnion makin ke bagian posterior, kira-kira tinggal
seperempat bagian posterior yang belum tertutup amnion.

1. Saraf
a. Telensefalon dengan hemisperi
b. Diensefalon dengan tonjolan epifise

2. Pencernaan
Calon pencernaan di bagian posterior telah terbentuk saluran sebagai ujungnya
dan bermuaranya sebagai intestinum portal posterior. Pada calon itu
terbentuk tonjolan alantois yang masih kecil.

3. Peredaran darah
Jantung masih di luar badan.

4. Pembentukan tubuh embrio


Axis badan belum satu bidang, sebelah anterior dalam kedudukan dari
lateral, sedangkan di bagian posterior masih dengan arah dorso-ventral.
Torsi terjadi di bagian hampir ujung belakang embrio.

41
Embrio ayam umur 72 jam Keterangan :
17 18 1.
1 2.
16
3.
4.
2 5.
15 6.
14 3 7.
4
13 8.
5
6
9.
10.
7
8
11.
12.
12 9 13.
14.
11 10
15.
16.
17.
18.

42
Catatan :

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Banks, W.J. 1993. Applied Veterinary Histology. 3rd. Mosby-Year Book, Inc.
Missouri, USA.
2. Bacha Jr., W.J. dan Bacha, L.M. 2000. Color Atlas of Veterinary Histology. 2nd
. Lippincott Williams & Wilkins, Pennsylvania, USA
3. Leeson, C.R..1996. Buku Teks Histologi. Edisi kelima, penerjemah : Yan
Tabayong, dkk.
4. Judull asli : Textbook of Histologi.Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta.
5. Ross, M.H. dan Romrell, L.J. 1989. Histology: A Text and Atlas. 2nd. Williams
& Wilkins, Maryland, USA
6. Samuelson, D. A. 2007. Textbook of Veterinary Histology. Saunders. St. Louis,
Missouri
7. Young, B., Lowe, J. S., Stevens A. dan Heath J. W. 2006. WHEATER’S
Functional Histology
8. A Text and Colour Atlas. 5th. Churchill Livingstone, Elsevier, Philadelphia,
USA
9. Balinsky. 1975. An Introduction to Embryology. 4th ed.W.B. Saunders
Company, Philadelphia, USA.
10. Huettner A.F. 1956. Fundamentals of Comparative Embryology of The
Vertebrates. 7th ed. The Macmillan Company, New York, USA.
11. McGeady, T.A., Quinn, P.J., FITZPatrick, E.S dan Ryan, M.T. 2006. Veterinary
Embryology. T.J. International Ltd., Cornwall. Great Britain.
12. Shumway, W., dan Adamstone, F.B. 1964. Introduction to Vertebrate
Embryology. 5th ed. John Wiley & Sons, Inc. New York, USA.
13. Sandhu, G.S., Srivastava, S. dan Arora, C.K.1994. A Textbook of Embryology.
Anmol Publications Pvt Ltd. New Delhi. India.
14. Ulrich, D. 1996. Atlas Bewarna & Teks Embriologi. Edisi pertama, penerjemah:
Hendra
15. Laksmana. Judul asli: Taschenatlas der Embryologie. Hipokrates, Jakarta.
Indonesia
16. Yatim, W. 1994. Reproduksi & Embryologi. Edisi ketiga. Tarsito, Bandung,
Indonesia.

44

Anda mungkin juga menyukai