DISUSUN OLEH:
LABORATORIUM MIKROANATOMI
DEPARTEMEN ANATOMI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
i
Dosen :
1. Dr. drh. Tri Wahyu Pangestiningsih, MP (Koordinatoor)
2. drh. Teguh Budipitojo, MP, Ph.D
3. drh. Ariana, M.Phil
4. Dr. drh. Hevi Wihadmadyatami, MSc
5. drh. Irma Padeta, M. Sc
Tenaga Kependidikan:
1. Agus Tunggoro
2. Tri Winangsih Nila Kusumawati, S.T.P
Asisten Laboratorium :
1. Ayu Miftahul Khasanah
2. Binarta
3. Elisabet Desy Frinisah Sihombing
4. Mohd. Al Fajri
5. Neila Rahma Habibah
6. Niswah Nurul Fahma
7. Nourrisma Dyah Ayu Widiati
8. Synthia Regita Noor Mahesty
9. Vivin Wirawati
10. Alma Hafidah Shidiq
11. Daisynta Prima Aninditya
12. Filea Trifena Karnalim
13. Iffah Sofana
14. Ignasius Gracia Putra Dharu Wicaksono
15. Isna Fitranuansa Kusuma
16. Prisca Andini Nirwan
17. Rahmanita
18. Rina Pratiwi
19. Adzkia Nadhifa Shafa Zahra
20. Anindyah Khalda Dwi Putri
21. Gregorius Viktor Lembang
22. Hera Martyna Svensa
23. Laksamana Fajar
24. Maria Yunitasari
25. Meidhenia Rahma Fujiyanti
26. Vinny Anisya Larasati
27. Widyaningrum Nur Jannah
28. Yesavira Mustika Adetyara
29. Yusrinabilla
ii
JADWAL PRAKTIKUM
iii
11 13 Mei 2019 dan Embrio Tingkat 3 Bagian
17 Mei 2019 Embrio Tingkat Kuntum Ekor
Embrio Tingkat Kuntum Insang
Embrio Tingkat Insang Tumbuh Sempurna
Embrio Tingkat Insang Kanan Tertutup
Embrio Tingkat Insang Tertutup Sempurna
12 20 Mei 2019 dan Perkembangan embrio ayam
24 Mei 2019 Embrio Ayam Umur 18 Jam Pengeraman
Embrio Ayam Umur 24 Jam Pengeraman
Embrio Ayam Umur 33 Jam Pengeraman
Embrio Ayam Umur 48 Jam Pengeraman
Embrio Ayam Umur 72 Jam Pengeraman
13 27 Mei 2019 Responsi Embriologi
iv
TATA TERTIB PRAKTIKUM
UMUM
MENJELANG PRAKTIKUM
1. Praktikan wajib menyerahkan buku laporan berisi: tanda tangan atau ACC dari
asisten pada acara praktikum sebelumnya (mulai acara praktikum ke-2) dan
ringkasan praktikum acara hari itu.
2. Praktikan sudah hadir di Laboratorium Mikroanatomi 15 menit sebelum waktu
praktikum.
3. Praktikan dilarang menunggu praktikum di koridor. Pada saat menunggu
praktikum diharap tenang, sopan, jaga kebersihan, dan tidak membuang sampah
sembarangan.
v
PETUNJUK PENGGUNAAN MIKROSKOP
DI LABORATORIUM MIKROANATOMI
MIKROSKOP
Mikroskop merupakan alat yang dipakai untuk mengamati denda maupun
penyususn makluk yang berukuran kecil sehingga tidak bisa dilihat dengan mata
telanjang. Belajar dan memahami materi sitologi dan histologi perlu diawali dengan
pengertian tentang penggunaan mikroskop dengan baik. Pelajari baik-baik bagian-
bagian mikroskop sebelum menggunakannya. Periksa terlebih dahulu kebersihan
lensa okuler, objektif, kondensor dan cermin (untuk mikroskop yang menggunakan
cermin sebagai sumber cahaya). Kotoran yang ada pada benda-benda tersebut dapat
mengganggu lapangan pandangan dan menimbulkan salah tafsir. Apabila benda
tersebut kotor karena debu, bersihkan dengan kertas lensa. Untuk menentukan apakah
kotoran menempel pada lensa okuler, coba putar lensa okuler, apabila kotoran ikut
berputar maka jelaslah bahwa kotoran tersebut terdapat di lensa okuler.
KOMPONEN MIKROSKOP
Statif
Bagian ini beralaskan kaki berbentuk “U” dan terdiri dari cermin dan meja
sediaan
1. Cermin
Bagian ini merupakan penangkap sinar yang utama. Cermin ini dilengkapi dengan
dua dataran yaitu :
a) Datar : digunakan kalau dipakai sinar alami cukup terang dan kalau
kondensor digunakan.
b) Cekung : titik apinya diatur sedemikian rupa hingga sinar-sinar sejajar yang
jatuh di situ akan dipantulkan ke kaca sediaan. Dataran cekung digunakan kalau
memakai sinar buatan, jika sumber cahaya kurang kuat, atau jika kondensor
tidak digunakan.
Untuk mengatur cahaya sesuai dengan keperluan, cermin dapat diputar-putar pada
kedua sumbunya yang saling tegak lurus.
2. Meja sediaan
Berupa meja datar dilengkapi dengan lubang yang dapat dilintasi sinar yang
dipantulkan oleh cermin dan alat penjepit kaca preparat yang akan diperiksa. Agar
pemeriksa dapat memindahkan kaca sediaan dengan lebih cepat maka meja sediaan
dilengkapi dengan alat lain yang dilengkapi dengan dua jenis sekrup pemutar.
Sekrup ini mampu mendorong kaca sediaan baik ke muka maupun ke kanan atau
ke kiri. Umumnya alat pengeser ini dilengkapi dengan skala milimeter atau nonius,
1
sehingga dapat diketahui letak titik bayangan terhadap meja sediaan. Letak meja,
horizontal atau mendatar, dapat diatur dengan mengatur kedudukan tabung statif.
Tabung dilengkapi lensa objektif berbagai ukuran, dan dapat diputar untuk
menempatkan lensa pada kedudukannya sesuai keperluan. Ukuran panjang tabung
berbeda-beda menurut pabrik pembuat mikroskop.
5. Sekrup
Statif pada ujung atasnya dilengkapi dengan alat pemutar, masing-masing di kanan
dan di kiri:
a) Sekrup makrometer : Pemutaran sekrup ini membantu kita menaik
turunkan tabung terhadap meja sediaan dan statif. Ini diperlukan waktu kita
berusaha mempertajam pengelihatan kita terhadap bayangan sediaan.
Komponen optik
Komponen optik terdiri dari:
1. Kondensor
Daya urai mikroskop diantaranya diatur oleh sudut pembukaan objektif. Untuk 6
memperoleh hasil optimal, sinar yang menembus sediaan harus jatuh denga sudut
pembukaan objektif. Kondensor digunakan untuk mencapai hasil ini. Kita
mengenal berbagai kondensor. Nilai kondensor ditentukan oleh Numerical
Aperture” atau N.A. dan dikoreksi optiknya. Kondensor yang dipakai di sini
mempunyai N.A. sebesar 1,2.
2
Di bawah kondensor ada diagfragma. Diagfragma dipakai untuk mengatur
intensitas cahaya yang dating dari bawah. Di bawah diagfragma ada cincin untuk
menempatkan kaca filter kebiru-biruan. Cincin dapat digerakan ke samping jika
filter tidak dikehendaki. Filter digunakan apabila cahaya berupa cahaya kuat dari
sumber buatan.
2. Lensa objektif
Lensa ini tersusun oleh berbagai macam lensa dengan berbagai kekuatan,
disesuaikan dengan panjang tubus dan tebal preparat. Lensa objektif sebagai
komponen revoler merupakan lensa pertama yang memperbesar gambaran sediaan.
Bayangan yang telah diperbesar dan jatuh dalam tabung akan diperbesar lagi oleh
lensa okuler.
3. Lensa okuler
Lensa ini ditempatkan pada ujung atas tabung. Lensa ini juga berbagai jenis.
Tugasnya ialah memperbesar bayangan yang telah diperbesar oleh lensa objektif.
Lensa okuler paling sederhana ialah lensa Huygens yang terdiri atas dua lensa
plankonveks. Lensa bawah dinamakan lensa kolektif dan lensa dekat mata disebut
lensa mata. Diantaranya ada diagfragma yang dapat dilengkapi denga petunjuk.
Kedudukan mikroskop
Pengaturan cahaya
3
Memasang kaca sediaan
4
Gambar skematik suatu mikroskop cahaya pelajar yang memperlihatkan
komponen-komponen utamanya dan lintasan cahaya dari sumber (substage lamp
= lampu di bawah mikroskop) ke mata pengamat. (Courtesy of Carl Zeiss Co.)
5
JARINGAN EPITEL
A. Epitelium Simpleks
Keterangan :
1.
1 2.
3.
4.
2 3 4
Keterangan :
1.
2.
1
3.
4.
2 3
4
6
3. Epitelium kolumner simpleks
Organ yang dipakai: intestinum tenue
Pewarnaan: HE
Perhatikan ciri-ciri epitelium kolumner simpleks sebagai berikut:
a. susunan sel: selapis
b. bentuk sel : silindris atau parimidal
c. bentuk nukleus: ovoid, terletak di 1/3 dasar
d. temukan tepi striata pada permukaan sel sepitel.
e. diantara sel epitel kolumner terdapat sel piala. Sel piala merupakan
modifikasi sel epitel kolumner , mengandung banyak musin yang
dengan pewarnaan HE tampak jernih.
f. terdapat membrana basalis berfungsi untuk melekatkan epitel
dengan jaringan di bawahnya
5
Keterangan :
1.
1
2.
3.
4.
5.
4 3 2
B. Epitelum Kompleks
7
Keterangan :
1.
2.
1 3.
4.
Keterangan :
SC : Stratum corneum
SGr : Stratum granulare
SS : Stratum spinosum
SB : Stratum basale
8
2. Epitelium kolumner kompleks
Organ yang dipakai : urethra pada penis
Pewarnaan : HE
Perhatikan ciri-ciri epitelium kolumner kompleks sebagai berikut:
a. tersusun atas 2 lapisan:
b. Stratum superfisiale (lapisan permukaan): terdiri dari sel-sel
kolumner dengan nukleus berbentuk oval
c. Stratum basale (lapisan dasar): melekat pada membrana basalis,
terdiri atas satu atau beberapa lapis sel berbentuk poligonal dengan
inti berbentuk bulat.
Keterangan :
1.
1 2.
3.
4.
4 3
3. Epitelium transisional
Epitelium ini sesungguhnya tergolong epitelium pseudokompleks. Kadang
terlihat banyak lapisan sel dan intinya tidak satu baris. Perubahan banyaknya
lapisan sel tergantung kondisi organ.
Organ yang dipakai : vesica urinaria
Pewarnaan: HE
Perhatikan ciri-ciri epitelium transisional sebagai berikut:
a. Tersusun atas 3 lapisan:
b. Stratum superfisiale (lapisan permukaan): terdiri dari sel, sel-sel
berbentuk kolumner atau kuboid atau skuamus. Pada saat organ tidak berisi
urin, sel di lapisan permukaan berbentuk kolumner atau kuboid, pada saat
penuh urin sel di lapisan permukaan berbentuk pipih dan sebagian sel
permukaan berbentuk payung, disebut sel payung. Stratum intermedium
(lapisan pertengahan): terdiri dari sel-sel berbentuk polygonal.
c. Stratum basale (lapisan dasar): melekat pada membrana basalis. terdiri
dari beberapa lapis sel polygonal.
9
Keterangan :
1 1.
2.
3.
2 4.
1 Keterangan :
1.
2 2.
3.
4.
3
10
JARINGAN IKAT
Keterangan :
1.
2.
1 3.
4.
2
11
Keterangan :
1.
1 2.
3.
2 4.
3
1
2
1
2
3
Keterangan :
1. .
2.
3.
12
2. Jaringan Pengikat Fibrus Irregular
Organ yang dipakai : pars retikuler dermis (kulit)
Pewarnaan: HE
Perhatikan ciri-ciri jaringan pengikat fibrus irreguler
a. Sel-selnya serupa dengan sel-sel jaringan pengikat longgar, antara lain
fibrosit, fibroblast, makrofag dan lain-lainnya. Sel-sel ini terdapat di antara
anyaman serabut kolagen dan elastis.
b. Banyak didapatkan serabut-serabut kolagen yang tersusun padat, tidak
teratur dan bergelombang. Serabut kolagen dengan pewarnaan HE berwarna
merah muda.
c. Serabut-serabut elastis sedikit, tidak membentuk berkas.
4
1
Keterangan :
1.
2.
3.
3. Jaringan Lemak
Preparat yang dipakai: Jaringan lemak putih
Pewarnaan: HE
Perhatikan ciri-ciri jaringan lemak
a. Adiposit (sel lemak) tampak bergerombol.
b. Setiap sel memberi gambaran seperti cincin stempel karena sitoplasmanya
ditempati globulus lemak (yang larut pada saat proses pewarnaan HE dan
teramati berupa ruangan kosong), sehingga sitoplasma dan nukleusnya
terdesak ke perifer. Jaringan lemak membentuk lobulus-lobulus dan diantara
lobules terdapat jaringan ikat longgar.
13
1 Keterangan :
1.
2.
3.
3
4.
4 5.
5
14
JARINGAN KARTILAGO
A. Kartilago Hialin
Organ yang dipakai: trakea
Pewarnaan: HE
Perhatikan ciri-ciri kartilago hialin :
1. Sediaan ini memperagakan sifat metakromasi matrix yang tidak memberi
warna biru, melainkan banyak unsur kemerah-merahan.
4. Matriks kartilago
a. Substansi dasar berwarna kebiru-biruan seperti kaca,
metakromatik. Komponen utama substansi dasar adalah
glikosaminoglikan. Serabut utama kartilago adalah kolagen.
b. Matriks teritorial/matriks kapsula yaitu matriks kartilago yang mengitari
lakuna. Pada kartilago muda, tercat asidofil sedangkan pada daerah matriks
teritorial, kartilago tua tercat sangat basophil.
c. Matriks interteritorial adalah matriks kartilago di antara individu sel
atau kelompok sel. Matriks interteritorial tercat kurang basophil
dibanding matriks teritorial.
15
B. Kartilago Elastis
16
JARINGAN TULANG
2. Sel-sel tulang
a. Di dalam substansi intertisial terdapat rongga-rongga kecil disebut
lakuna, yang berisi sel-sel tulang atau osteosit.
b. Osteosit berbentuk pipih dan mempunyai banyak prosesus yang meluas
ke dalam kanakuli.
3. Substansia interseluler
a. Kaya garam Ca yang bertambah dengan bertambahnya umur
b. Merupakan struktur padat yang uniform dan berisi serabut-serabut
kolagen yang memadat
c. Berkas fibril kolagen yang halus membentuk lapisan yang disebut
lamelae Di antara atau dapat pula di dalam lamela terletak lakuna yang
pipih seperti bentuk sel-sel yang mengisinya
d. Lamela yang mengelilingi kanalis Haversi bersama-sama dengan
osteosit membentuk sistem Haversi
4. Macam-macam lamela
a. Lamela sirkumferensial luar (L. Sirkumferensial periosteum atau tulang
lamella periosteum) : sejajar dan terletak di dekat permukaan
b. Lamela sirkumferensia dalam (L. Sirkumferensial endosteum, tulang
lamela endosteum): mengelilingi ruang medula
c. Lamelae interstitial: merupakan sisa dari sistim Haversi yang sebagian
hancur pada saat rekonstruksi tulang atau lamela di antara osteon
d. Lamelae osteon: lamela konsentris/Harvensi, mengelilingi kanalis Haversi
5. Osteon
Osteon/sistema Haversi adalah struktur unit tulang, di pusat terdapat kanal
osteon (pembuluh darah, syarat vasomotor, sel-sel endosteum), perifer
osteon dibatasi garis reversal. Vasa darah tulang berkembang dan
dihubungkan dengan pembuluh darah di permukaan korteks endosteum dan
periosteum melalui kanal perforans.
17
4
1 2 3
Preparat gosok
tulang: penampang
melintang (sistema
Haversi)
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
7
5 6
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
B. Tulang Dekalsifikasi
18
b. Osifikasi intramembranosa bertanggung jawab pada pencapaian bentuk
akhir tulang yang tidak dibentuk dalam kartilago.
c. Osifikasi intrakartilaginosa bertanggung jawab terhadap pemanjangan
diafisis dan bentuk serta ukuran epifisis. Pemanjangan dilengkapi dengan
aktivitas yang memperbesar diameter diafisis yang sedang berkembang.
Keterangan:
A. Sisi aposisi tulang
B. Sisi absorbsi tulang
1. Tulang rajut
2. Jaringan ikat fibroseluler
3. Osteoid
4. Osteoblas
5. Osteosit – osteoid
6. Osteosit
7. Osteoklas
19
c. Osteogenesis kartilaginosa terjadi pada tulang penyangga tubuh.
d. Pada proses osifikasi endokondral secara bertahap terjadi penggerogotan
kartilago digantikan dengan jaringan tulang. Selama proses peralihan tulang
menjadi lemak.
e. Untuk memperkuat jaringan sejalan dengan proses osifikasi endokondral
terjadi pula osteogenesis perikondral untuk membentuk selongsong tulang.
Osteogenesis perikondral merupakan osteogenesis intramembranosa.
f. Penggerogotan kartilago untuk digantikan dengan jaringan tulang tidak
berlangsung serentak tetapi secara bertahap. Ini dibuktikan dengan adanya
bangunan yang disebut fisis / lempeng pertumbuhan pada tulang panjang /
pendek yang sedang tumbuh.
Keterangan : Keterangan :
1. Pembuluh darah epifisis 1.
2. Lempeng akhir 2.
3. Zona kondrosit cadangan 3.
4. Zona kondrosit proliferasi 4.
5. Zona kondrosit dewasa 5.
6. Zona kondrosit hipertrofi 6.
7. Zona kartilago kalsifikasi 7.
8. Tulang rajut pada spikula 8.
kartilago kalsifikasi 9.
9. Lung-lung kapiler 10.
10. Matriks kartilago 11.
11. Tulang rajut 12.
20
JARINGAN OTOT
Jaringan otot termasuk sistem gerak aktif yang bertanggung jawab atas gerakan alat
gerak dan organ di tubuh. Dua komponen penyusun jaringan otot adalah:
1. Sel otot /miositus, disebut juga serabut otot (myofiber)
2. Substansia interselularis yang merupakan jaringan ikat kolagen dan elastis.
3. Nukleus lebih dari satu (multi nucleated), berbentuk oval atau agak pipih
dan terletak ditepi (axis longitudinalnya paralel tepat di bawah sarkolema)
7. Individu serabut otot tidak bercabang, paralel satu dengan yang lain, dan
dipisahkan oleh jaringan ikat kolagen longgar.
21
9. Selubung jaringan ikat pembungkus satu sel otot disebut endomisium, satu
fasikulus disebut perimisium, sedang satu otot utuh disebut epimisium.
A 1
3
2
6
4 7
8
5
9
10 13
B 12
11
Katerangan :
A.Penampang :
B. Penampang :
1. 6. 11.
2. 7. 12.
3. 8. 13.
4. 9.
5. 10.
22
Keterangan :
1 A. Penampang :
B. Penampang :
1.
2.
A 3.
2
B
3
6. Terdapat striasi yang jelas yang disebut diskus interkalatus yang merupakan
daerah perbatasan satu serabut dengan serabut otot yang lain.
23
A B
1
2 4
2
3
5
Keterangan :
A. Penampang : B. Penampang :
1. 4.
2. 5.
3.
24
JARINGAN SARAF
1. Penampang membujur
Serabut saraf disebut bermielin kalau dengan menggunakan pengecatan lemak
melalui mikroskop cahaya dapat terlihat adanya selubung.
a. Axis silinder (akson)
1) Tampak homogen, tersusun dari neurofibril yang dikelilingi oleh
aksoplasma.
2) Sebagai sitoplasma dari neuron, pada akson terdapat mitokondria,
neurotubuli, neurofilamen dan SER.
3) Nodus Ranvier (konstriksi Ranvier) adalah suatu konstriksi
menyerupai cincin dari substansi dari axis silinder.
4) Akson di nodus ini ditutupi oleh prosesus sitoplasmik sel glial.
5) Selubung mielin merupakan selubung pertama selagi serabut
saraf berada dalam sistim saraf pusat (SSPu).
6) Selubung meilin dibentuk oleh prosesus sel neoroglia yaitu sel
Schwann yang melingkar-lingkari menyelubungi akson secara
kontinyu.
7) Di nodus Ranvier, selubung meilin tidak kontinyu.
8) Selubung ini tersusun dari lipid dan komponen non lipid
b. Neurilema (selubung Schwann)
Disebut juga selubung mielin.
Merupakan selubung kedua setelah keluar dari SSPu.
Dihasilkan oleh sel Schwann (sel neurolema). Sel neurolema (sel
Schwann) terdapat disebelah perifer dari selubung mielin. Sel Schwann
mempunyai inti besar, vesikuler, kelompok kromatin di perifer.
Pada nodus Ranvier, lapisan sel Schwann ini terputus sehingga terjadi
tempat persambungan neurolema satu dengan lain berurutan.
Pada tiap segmen diantaranya konstriksi terdapat nukleus neurolema.
Penampang melintang
a. Epineurium
1) Saraf tersusun dari fasikulus serabut-serabut neuron tertanam dalam
jaringan ikat, bungkus terluar disebut epineurium.
2) Epineurium disamakan dengan kapsula organ, tersusun dari jaringan
kolagen reguler.
b. Perineurium
1) Perineurium adalah pembungkus fasikulus, tersusun dari serabut kolagen
agak padat.
25
2) Perineurium terdiri dari 1-10 lapisan sel. Makin kecil fasikulus,
perineurium makin tipis.
3) Sel perineural adalah lapisan berselingan dengan serabut kolagen dan
retikuler.
c. Endoneurium
1) Endoneurium adalah jaringan kolagen longgar meluas dari permukaan sel
neurolema ke lapisan dalam sel perineural.
2) Endoneurium tidak mempunyai lamina basalis, kaya kapiler, kapiler ini
membawa perluasan sel-sel perineural.
A Keterangan :
A.Penampang :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
B Keterangan :
B.Penampang :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
3. Ganglia
Preparat yang dipakai: ganglia otonom di septa interlobaris kelenjar ludah
Pewarnaan: HE
a. Ganglia adalah kumpulan badan sel saraf di luar sistim saraf pusat.
b. Ganglia dapat di dekat, atas, atau di dalam dinding organ. Ganglia yang ada
dalam dinding disebut ganglia intramural.
c. Ukuran ganglia bervariasi, dibungkus kapsula yang melepas serabut-serabut
kolagen halus an retikuler ke dalam organ.
d. Pembuluh darah, axon, dendrit, neuroglia perifer dan badan sel saraf
terdapat dalam jaringan penjokong.
e. Sel ganglion kaya sitoplasma dengan nukleus dan nukleolus yang cukup
jelas.
f. Di sekeliling sel ganglion terdapat banyak amfisit (sel satelit).
26
g. Berdekatan terdapat serabut saraf dengan sel neurolema
Keterangan :
1.
1 2.
3.
2
27
EMBRIOLOGI KATAK
Sel telur katak terdiri dari inti sel telur dan ooplasma. Ooplasma sel telur
dibedakan dalam dua bagian yaitu bioplasma dan deutoplasma. Bioplasma
merupakan bagian sel telur yang hidup dan aktif dalam pembelahan zigot,
sedangkan deutoplasma merupakan cadangan makanan.
Pada sel telur yang baru berkembang, sitoplasmanya banyak dengan perbandingan
jumlah bioplasma dan deutoplasma sama banyak. Apabila jumlah deutoplasmanya
sudah mulai meningkat maka akan terjadi polarisasi. Inti akan berada di bagian
bioplasma dan daerah ini disebut polus animalis. Di bagian deutoplasma terdapat
banyak vitelus atau lecith disebut sebagai polus vegetativus. Karena adanya
pigmen
pada telur katak maka polus animalis tampak berwarna kehitaman. Polus
vegetativus, sebagai daerah yang kaya lecith berwarna kuning.
B. Perkembangan Zigot
2. Pembelahan
a. Pembelahan pertama (stadium 2 sel)
Bidang pembelahan meridional atau vertikal. Celah pembelahan pertama
kali terjadi di polus animalis kemudian melingkari/tegak lurus terhadap
gray crescent sehingga gray crescent terbagi menjadi dua bagian sama
besar, akhirnya mencapai polus vegetativus.
28
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
29
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
30
Pada pembelahan keenam dan selanjutnya, bidang-bidang pembelahan
sudah tidak teratur lagi. Ukuran blastomer makin mengecil dan kecepatan
pembelahan meningkat.
3. Blastula
a. Blastula awal
Blastomer relative masih besar dan aktivitas pembelahan sel masih terus
berlangsung. Blastoselom yang mulai terbentuk pada stadium 8 sel makin
membesar karena blastomer yang mengelilinginya mensekresikan cairan
yang dicurahkan ke dalam rongga tersebut. Sel di atap blastoselom baru
selapis disebut monoblastik kemudian mengalami pembelahan sehingga
menjadi dua lapis sel disebut diploblastik. Lapisan sel di atap dan di
dinding lateral blastoselom disebut epiblastik yang berpotensi sebagai
calon ektodermal. Sel-sel di bagian dasar blastoselom berukuran besar
disebut hipoblastik yang berpotensi sebagai calon entodermal.
b. Blastula akhir
Sel-sel di bagian ekuator sangat aktif membelah sehingga nampak
meninggi sebagai cincin melingkar yang disebut germ ring (cincin
germinal, cincin benih), yang berpotensi sebagai calon mesodermal.
Pembelahan di polus animalis dan bagian ekuator sangat aktif, menyebar
menuju ke polus vegetativus melalui permukaan sedangkan pembelahan
hipoblastik sangat lambat sehingga sel-sel di polus vegetativus tersebut
berangsur-angsur tertutup oleh sel-sel yang datang dari polus animalis.
Pada stadium ini blastoselom mencapai ukuran maksimal.
Keterangan : Keterangan :
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5.
31
4. Gastrula
a. Gastrula awal
Sel cincin germinal aktif membelah, sel yang baru ukurannya kecil,
mengambil tempat dan bergerak menuju ke polus vegetativus yang selnya
lebih besar sehingga batas keduanya jelas sebagai garis bengkok seperti
bulan sabit. Sel-sel di daerah bekas gray crescent lebih aktif membelah
sehingga dinding blastula di daerah ini lebih tebal disebut sebagai bibir
dorsal.
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
b. Gastrula akhir
Sel cincin germinal terus membelah sambil bergerak menuju polus
vegetativus. Sebagian sel cincin germinal masuk melalui invaginasi dan
invaginasi tersebut tumbuh melingkar. Ujung perluasan tersebut akan
bertemu melingkar di polus vegetativus. Pertemuan melingkaran tersebut
disebut bibir blastoporus. Celah melingkar tersebut menyebabkan
timbulnya bangunan seperti sumbat dari sel-sel vitelus yang disebut
sumbat vitelus atau yolk plug. Sumbat vitelus berangsur-angsur ditarik
masuk ke dalam gastrula sehingga bibir blastoporus menyempit dan di
tengahnya berlubang disebut sebagai blastoporus.
32
Keterangan : Keterangan :
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
5. Neurula
a. Neurula awal
Sumbu polus animalis-polus vegetativus berputar 90o atau lebih ke arah
kiri pada stadium gastrula sehingga blastoporus menjadi bagian posterior
dari embrio. Neuroektodermal mengalami penebalan mulai dari dekat
blastoporus di medio-dorsal meluas ke anterior membentuk lamina
neuralis sehingga permukaan dorsal menjadi datar.
Keterangan : Keterangan :
1. 1.
2. 2.
3.
4.
5.
6.
b. Neurula akhir
Embrio telah memanjang dan dapat dibedakan bagian kepala dan
badannya. Batas antara neuroektodermal dan epidermal di lateral
33
adalah lipatan longitudinal. Lipatan tersebut tumbuh meninggi di sebut
plika neuralis atau torus medularis, yang di mediannya terdapat alur
yang disebut sulkus neuralis. Puncak torus medularis tumbuh ke
median dan akhirnya bertemu dan melebur menjadi satu. Peleburan
menjalar ke anterior dan posterior sehingga membentuk suatu pipa
yang disebut kanalis neuralis.
Keterangan : Keterangan :
1. 1.
2. 2.
3.
4.
5.
6.
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
34
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
Keterangan :
1.
2.
3.
Keterangan :
1.
2.
3.
35
insang kiri tinggal pendek sebagian. Pada tingkat insang tertutup sempurna,
insang luar sudah tertutup dan berada dalam rongga insang di bagian faring.
Keterangan :
1.
2.
3.
36
EMBRIOLOGI AYAM
1. Blastoderm
Terbagi menjadi dua :
a. Area pelusida merupakan daerah di bagian dalam, jernih dan bebas vitelus.
b. Area opaka merupakan daerah di bagian luar yang terpulas lebih tua dan
penuh vitelus.
2. Stria primitive merupakan daerah yang tampak berwarna gelap dan terletak di
sepanjang sumbu tengah yang terdiri dari:
a. Krista primitivus.( primitive ridge) yaitu sel-sel mesoderm yang terkumpul
di tengah dan merupakan batas dari sulkus primitivus.
b. Sulkus primitivus (primitive groove) yaitu sel-sel mesoderm yang
terkumpul di tengah menjadi alur yang terdapat di tengah krista primitivus.
c. Nodus primitivus (primitive node) atau nodus Hensen yaitu suatu simpul
di ujung anterior stria primitive.
37
B. Embrio Ayam Umur 23-27 Jam
1. Blastoderm
Area opaka terbagi menjadi dua:
a. Area opaka vaskulosa merupakan daerah bagian dalam dan berisi
penuh pulau-pulau darah.
b. Area opaka vitelina merupakan daerah bagian luar dan berisi penuh vitelus.
2. Kepala
Lipatan kepala telah terangkat dari blastoderm.
3. Susunan syaraf
a. Torus medularis atau plika neuralis (neural fold) merupakan lipatan
neuralis longitudinal.
b. Sulkus neuralis (neural groove) merupakan daerah bagian median
sepanjang alur torus medularis. Di akhir bagian bawah sepanjang sulkus
neuralis terdapat chorda dorsalis yang pada preparat tampak terang.
c. Mesoderm sudah meluas. Mesoderm disepanjang kanan dan kiri chorda
dorsalis membentuk somit-somit (pada stadium ini ada kira-kira 4-8 pasang
somit). Cara menghitung umur embrio ayam adalah 19 + jumlah pasang
somit. Preparat ini, umur embrio ayam adalah 19 +5 pasang somit= 24 jam.
7 6
1. Susunan syaraf
a. Otak dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
38
1) Prosensefalon merupakan ujung otak yang membesar, di depannya
terdapat neuroporus anterior dan sepasang kanan kiri vesikula optika
(calon rongga mata).
2) Mesensefalon merupakan bagian otak yang pendek.
3) Rombensefalon merupakan bagian 3-4 segmen-segmen otak.
b. Kanalis neuralis
c. Vesikula otika merupakan calon rongga telinga
3. Somit
Pada preparat embrio ayam umur 32 jam ini, somit bertambah jumlahnya kira-
kira 13 pasang.
39
Embrio ayam umur 32 jam Keterangan :
1.
17
1 2.
16 3.
2 4.
5.
15 3 6.
7.
14 4 8.
5 9.
6 10.
13
7 11.
8 12.
12
9 13.
14.
11 10 15.
16.
17.
2. Susunan syaraf
a. Prosensefalon terbgi dua: telensefalon dan diensenfalon. Pada
diensenfalon terdapat epifise sebagai penonjolan atapnya vesikula optika.
b. Mesensefalon merupakan bagian penyempitan.
c. Rombensefalon terbagi dua: metensefalon dan mielensefalon.
Metensefalon yang kelak jadi serebelum.
40
Embrio ayam umur 48 jam Keterangan :
11 1.
10
2.
3.
9
1 4.
2 5.
4 6.
5 7.
6 8.
9.
10.
9 11.
7
Mulai terbentuknya kuntum/calon sayap dan kuntum kaki, dan tonjolan pertama
alantois. Penutupan amnion makin ke bagian posterior, kira-kira tinggal
seperempat bagian posterior yang belum tertutup amnion.
1. Saraf
a. Telensefalon dengan hemisperi
b. Diensefalon dengan tonjolan epifise
2. Pencernaan
Calon pencernaan di bagian posterior telah terbentuk saluran sebagai ujungnya
dan bermuaranya sebagai intestinum portal posterior. Pada calon itu
terbentuk tonjolan alantois yang masih kecil.
3. Peredaran darah
Jantung masih di luar badan.
41
Embrio ayam umur 72 jam Keterangan :
17 18 1.
1 2.
16
3.
4.
2 5.
15 6.
14 3 7.
4
13 8.
5
6
9.
10.
7
8
11.
12.
12 9 13.
14.
11 10
15.
16.
17.
18.
42
Catatan :
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Banks, W.J. 1993. Applied Veterinary Histology. 3rd. Mosby-Year Book, Inc.
Missouri, USA.
2. Bacha Jr., W.J. dan Bacha, L.M. 2000. Color Atlas of Veterinary Histology. 2nd
. Lippincott Williams & Wilkins, Pennsylvania, USA
3. Leeson, C.R..1996. Buku Teks Histologi. Edisi kelima, penerjemah : Yan
Tabayong, dkk.
4. Judull asli : Textbook of Histologi.Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta.
5. Ross, M.H. dan Romrell, L.J. 1989. Histology: A Text and Atlas. 2nd. Williams
& Wilkins, Maryland, USA
6. Samuelson, D. A. 2007. Textbook of Veterinary Histology. Saunders. St. Louis,
Missouri
7. Young, B., Lowe, J. S., Stevens A. dan Heath J. W. 2006. WHEATER’S
Functional Histology
8. A Text and Colour Atlas. 5th. Churchill Livingstone, Elsevier, Philadelphia,
USA
9. Balinsky. 1975. An Introduction to Embryology. 4th ed.W.B. Saunders
Company, Philadelphia, USA.
10. Huettner A.F. 1956. Fundamentals of Comparative Embryology of The
Vertebrates. 7th ed. The Macmillan Company, New York, USA.
11. McGeady, T.A., Quinn, P.J., FITZPatrick, E.S dan Ryan, M.T. 2006. Veterinary
Embryology. T.J. International Ltd., Cornwall. Great Britain.
12. Shumway, W., dan Adamstone, F.B. 1964. Introduction to Vertebrate
Embryology. 5th ed. John Wiley & Sons, Inc. New York, USA.
13. Sandhu, G.S., Srivastava, S. dan Arora, C.K.1994. A Textbook of Embryology.
Anmol Publications Pvt Ltd. New Delhi. India.
14. Ulrich, D. 1996. Atlas Bewarna & Teks Embriologi. Edisi pertama, penerjemah:
Hendra
15. Laksmana. Judul asli: Taschenatlas der Embryologie. Hipokrates, Jakarta.
Indonesia
16. Yatim, W. 1994. Reproduksi & Embryologi. Edisi ketiga. Tarsito, Bandung,
Indonesia.
44