Anda di halaman 1dari 62

`

PETUNJUK PRAKTIKUM

SITOLOGI, HISTOLOGI DASAR, DAN EMBRIOLOGI

DISUSUN OLEH:

Dr. drh. Tri Wahyu Pangestiningsih, M.P


Prof. drh. Teguh Budipitojo, M.P, Ph.D
drh. Ariana, M.Phil.
Dr. med.vet. drh. Hevi Wihadmadyatami, M.Sc.
drh. Irma Padeta, M.Sc.
Dr. drh. Vista Budiariati, M.Sc.

LABORATORIUM MIKROANATOMI
DEPARTEMEN ANATOMI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021

1
KATA PENGANTAR

Buku petunjuk praktikum Sitologi, Histologi Dasar, dan Embriologi ini disusun dengan
tujuan untuk membantu pemahaman struktur sel, organela sel, jaringan dan proses embriogenesi
bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah Sitologi, Histologi Dasar, dan Embriologi (KHU-
1013). Topik praktikum yang diselenggarakan telah bersesuaian dengan module hand book atau
RPKPS mata kuliah Sitologi, Histologi Dasar, dan Embriologi (KHU-1013). Praktikum ini akan
diselenggarakan dengan mengedepankan konsep praktikum yang efektif dan mudah dipahami
sebagai pendukung teori tertulis yang disampaikan pada saat perkuliahan

Penyusunan buku ini tidak lepas dari kekurangan, sehingga maka dari itu, buku ini akan
terus direvisi dan disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa program studi S1 Kedokteran Hewan,
Universitas Gadjah Mada.

Semoga dengan adanya buku petunjuk praktikum ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa S1
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada untuk dapat meningkatkan pemahaman
materi yang disampaikan.

2
DAFTAR DOSEN DAN ASISTEN
Dosen :
1. Koordinator mata kuliah: Dr. drh. Tri Wahyu Pangestiningsih, MP
2. Prof. drh. Teguh Budipitojo, MP, Ph.D
3. drh. Ariana, M.Phil
4. Dr. med.vet. drh. Hevi Wihadmadyatami, M.Sc
5. drh. Irma Padeta, M.Sc.
6. Dr. drh. Vista Budiariati, M.Sc.

Asisten Laboratorium
1. Koordinator asisten: Gregorius Tunggal Sadewa Dirgantara Putra
2. Adzkia Nadhifa Shafa Zahra
3. Anindyah Khalda Dwi Putri
4. Gregorius Viktor Lembang
5. Hera Martyna Svensa
6. Laksamana Fajar
7. Maria Yunitasari
8. Meidheina Rahma Fujiyanti
9. Vinny Anisya Larasati
10. Widyaningrum Nur Janah
11. Yesavira Mustika Adetyara
12. Yusrinabilla
13. Aliya Vanita
14. Delviera Pramesti Dien Assyifa
15. Ervinda Anggraini
16. Faizal Achmad Hidayat
17. Fransiscus Giovanni
18. Harissa Nur Askia Prayoga
19. Ika Kurniawati
20. Nur Azizah Khusnul Khotimah
21. Sekar Arum Krisna Putri
22. Shaylla Fayza Andetha Sukma
23. Tan Shi Huoy

3
JADWAL PRAKTIKUM

Acara Tanggal Materi


ke
1 11 Februari 2021 Asistensi

2 15 Februari 2021 Acara 1: Keterampilan Menggunakan Mikroskop

3 22 Februari 2021 Acara 2: Jaringan Epitel


●Epitelium Skuamus Simpleks
●Epitelium Kuboid Simpleks
●Epitelium Kolumner Simpleks
●Epitelium Pseudokompleks Kolumner Bersilia
●Epitelium Skuamus Kompleks
●Epitelium Kolumner Kompleks
●Epitelium Transisional
4 01 Maret 2021 Acara 3: Jaringan Ikat dan Jaringan Lemak
●Jaringan Ikat Mesenkimal
●Jaringan Ikat Gelatinosa
●Jaringan Ikat Fibrous Reguler
●Jaringan Ikat Fibrous Ireguler
●Jaringan Lemak
5 08 Maret 2021 Acara 4: Jaringan Tulang dan Kartilago
●Preparat Gosok Tulang (Penampang Melintang)
●Preparat Gosok Tulang (Penampang Membujur)
●Tulang Dekalsifikasi
●Kartilago Hialin
●Kartilago Elastis
6 15 Maret 2021 Acara 5: Jaringan Otot dan saraf
●Otot Seran Lintang (Otot Lurik)
●Otot Polos
●Otot Jantung
●Serabut Saraf (Penampang Melintang)
●Serabut Saraf (Penampang Membujur)
7 22 Maret 2021 Responsi 1: Histologi

4
8 12 April 2021 Acara 6: Perkembangan Embrio Katak 1
●Sel Telur Belum dibuahi
●Sel Telur Telah dibuahi
●Pembelahan Tingkat 2 Sel
●Pembelahan Tingkat 4 Sel
●Pembelahan Tingkat 8 Sel
●Pembelahan Tingkat 16 Sel
●Pembelahan Tingkat 32 Sel
9 19 April 2021 Acara 7: Perkembangan Embrio Katak 2
●Blastula Awal dan akhir
●Gastrula Awal dan akhir
●Neurula Awal dan akhir
10 26 April 2021 Acara 8: Perkembangan Embrio Katak 3
●Embrio Tingkat 3 Bagian
●Embrio Tingkat Kuntum Ekor
●Embrio Tingkat Kuntum Insang
●Embrio Tingkat Insang Tumbuh Sempurna
●Embrio Tingkat Insang Kanan Tertutup
●Embrio Tingkat Insang Tertutup Sempurna
11 03 Mei 2021 Acara 9: Embriologi Ayam
●Embrio Ayam Umur 18 Jam Pengeraman
●Embrio Ayam Umur 24 Jam Pengeraman
●Embrio Ayam Umur 33 Jam Pengeraman
●Embrio Ayam Umur 48 Jam Pengeraman
●Embrio Ayam Umur 72 Jam Pengeraman
12 10 Mei 2021 Responsi 2: Embriologi Dasar

5
TATA TERTIB PRAKTIKUM

UMUM

1. Mahasiswa yang mengambil mata kuliah Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi wajib
mengikuti Praktikum Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi.
2. Mahasiswa peserta praktikum (praktikan) wajib mengikuti seluruh acara praktikum dengan
lengkap
3. Praktikan wajib bergabung di eLOK dengan nama kelas (course) Praktikum Sitologi, Histologi
Dasar, dan Embriologi dengan menggunakan kunci pendaftaran mikro-sitologi
4. Praktikan wajib mempunyai petunjuk praktikum
5. Praktikan wajib membuat laporan praktikum berupa gambar beserta keterangannya.
6. Praktikan yang tidak dapat mengikuti acara praktikum dengan lengkap, tidak diijinkan
mengikuti responsi.
7. Praktikan wajib memakai busana sopan (bukan kaos oblong/T-shirt) dan rapi ketika mengikuti
praktikum.

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Praktikan wajib sudah belajar dari petunjuk praktikum dan video yang sudah diunggah di
Elok.
2. Praktikan sudah hadir di Room Praktikum Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi 5 menit
sebelum waktu praktikum dimulai.
3. Praktikan wajib menghidupkan kamera ketika pre-test, post-test serta sesi tanya jawab dan
menonaktifkan mikrofon selama praktikum berlangsung, kecuali telah dipersilahkan oleh
asisten praktikum.
4. Pre-test dilaksanakan selama 5 menit dan dimulai tepat waktu sebelum pemaparan materi
melalui aplikasi eLOK.
5. Setelah pre-test, dilakukan penjelasan materi praktikum.
6. Setelah penjelasan materi praktikum, dilakukan post-test selama 5 menit melalui aplikasi eLOK.
7. Segala peraturan tambahan akan disesuaikan dikemudian hari.

6
MIKROSKOP DAN CARA PENGGUNAAN MIKROSKOP

MIKROSKOP

Mikroskop merupakan alat yang dipakai untuk mengamati denda maupun penyususn
makluk yang berukuran kecil sehingga tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Belajar dan
memahami materi sitologi dan histologi perlu diawali dengan pengertian tentang penggunaan
mikroskop dengan baik. Pelajari baik-baik bagian-bagian mikroskop sebelum
menggunakannya. Periksa terlebih dahulu kebersihan lensa okuler, objektif, kondensor dan
cermin (untuk mikroskop yang menggunakan cermin sebagai sumber cahaya). Kotoran yang
ada pada benda-benda tersebut dapat mengganggu lapangan pandangan dan menimbulkan
kesalahan interpretasi. Apabila benda tersebut kotor karena debu, bersihkan dengan kertas
lensa. Untuk menentukan apakah kotoran menempel pada lensa okuler, coba putar lensa okuler,
apabila kotoran ikut berputar maka dapat dismipulkan bahwa kotoran tersebut terdapat di lensa
okuler.

MIKROSKOP CAHAYA
Mikroskop cahaya konvensional, maupun dengan aplikasi yang lebih khusus seperti
mikroskop fluoresens, mikroskop fase kontras, konfokal, dan polarisasi semuanya didasarkan pada
interaksi cahaya dengan komponen jaringan dan dipakai untuk memperlihatkan serta mempelajari
ciri jaringan.

KOMPONEN MIKROSKOP

Komponen Statif
Bagian ini beralaskan kaki berbentuk “U” dan terdiri dari cermin dan meja sediaan

1. Cermin

Bagian ini merupakan penangkap sinar yang utama. Cermin ini dilengkapi dengan dua dataran
yaitu :
a) Datar : digunakan kalau dipakai sinar alami cukup terang dan kalau kondensor
digunakan.
b) Cekung : titik apinya diatur sedemikian rupa hingga sinar-sinar sejajar yang jatuh di situ
akan dipantulkan ke kaca sediaan. Dataran cekung digunakan kalau memakai sinar buatan,
jika sumber cahaya kurang kuat, atau jika kondensor tidak digunakan.
Untuk mengatur cahaya sesuai dengan keperluan, cermin dapat diputar-putar pada kedua
sumbunya yang saling tegak lurus.

7
2. Meja Sediaan

Berupa meja datar dilengkapi dengan lubang yang dapat dilintasi sinar yang dipantulkan oleh
cermin dan alat penjepit kaca preparat yang akan diperiksa. Agar pemeriksa dapat
memindahkan kaca sediaan dengan lebih cepat maka meja sediaan dilengkapi dengan alat lain
yang dilengkapi dengan dua jenis sekrup pemutar. Sekrup ini mampu mendorong kaca sediaan
baik ke muka maupun ke kanan atau ke kiri. Umumnya alat penggeser ini dilengkapi dengan
skala milimeter atau nonius, sehingga dapat diketahui letak titik bayangan terhadap meja
sediaan. Letak meja, horizontal atau mendatar, dapat diatur dengan mengatur kedudukan tabung
statif.
3. Tabung atau Tubulus
Tabung terdiri atas dua bagian, yaitu:
a) Bagian atas : lebih ramping dan pendek. Ujungnya dilengkapi dengan lensa okuler.
b) Bagian bawah : lebih gemuk dan panjang. Di ujung bawahnya terdapat lensa bulat disebut
revolver.
Tabung dilengkapi lensa objektif berbagai ukuran, dan dapat diputar untuk menempatkan lensa
pada kedudukannya sesuai keperluan. Ukuran panjang tabung berbeda-beda menurut pabrik
pembuat mikroskop.
4. Sekrup
Statif pada ujung atasnya dilengkapi dengan alat pemutar, masing-masing di kanan dan di kiri:
a) Sekrup makrometer: Pemutaran sekrup ini membantu kita menaik turunkan tabung
terhadap meja sediaan dan statif. Ini diperlukan waktu kita berusaha mempertajam
penglihatan kita terhadap bayangan sediaan.
b) Sekrup mikrometer kecil: kegunaannya serupa dengan sekrup makrometer, hanya gerakan
lebih halus. Ini baru digunakan kalau lensa objektif sudah sangat dekat pada kaca sediaan
sehingga bayangan kabur sediaan sudah dapat terlihat pada lensa okuler. Kedua sekrup
tersebut dilengkapi dengan skala untuk secara kasar dapat dipakai untuk mengukur tebal
sediaan.

Komponen Optik

Komponen optik terdiri dari:

1. Kondensor
Daya urai mikroskop diantaranya diatur oleh sudut pembukaan objektif. Untuk 6 memperoleh
hasil optimal, sinar yang menembus sediaan harus jatuh denga sudut pembukaan objektif.
Kondensor digunakan untuk mencapai hasil ini. Kita mengenal berbagai kondensor. Nilai
kondensor ditentukan oleh Numerical Aperture” atau N.A. dan dikoreksi optiknya. Kondensor
yang dipakai di sini mempunyai N.A. sebesar 1,2.
Di bawah kondensor terdapat diafragma. Diafragma dipakai untuk mengatur intensitas cahaya
yang datang dari bawah. Di bawah diafragma terdapat cincin untuk menempatkan kaca filter
kebiru-biruan. Cincin dapat digerakan ke samping jika filter tidak dikehendaki. Filter digunakan
apabila cahaya berupa cahaya kuat dari sumber buatan.
2. Lensa Objektif

8
Lensa ini tersusun oleh berbagai macam lensa dengan berbagai kekuatan, disesuaikan dengan
panjang tubulus dan tebal preparat. Lensa objektif sebagai komponen revolver merupakan lensa
pertama yang memperbesar gambaran sediaan. Bayangan yang telah diperbesar dan jatuh dalam
tabung akan diperbesar lagi oleh lensa okuler.
3. Lensa Okuler
Lensa ini ditempatkan pada ujung atas tabung. Lensa ini juga terdapat dalam berbagai jenis.
Tugasnya ialah memperbesar bayangan yang telah diperbesar oleh lensa objektif. Lensa okuler
paling sederhana ialah lensa Huygens yang terdiri atas dua lensa plankonveks. Lensa bawah
dinamakan lensa kolektif dan lensa dekat mata disebut lensa mata. Diantaranya ada diafragma
yang dapat dilengkapi dengan petunjuk.

CARA MENGGUNAKAN MIKROSKOP

Setelah anda menempati tempat kerja dengan tempat duduk yang sesuai carilah sumber cahaya
yang baik. Jika sumber cahaya bukan matahari, gunakan filter biru.
Kedudukan Mikroskop

1. Tempatkan di tempat yang cukup dapat menangkap sinar


2. Sesuaikan kedudukan mikroskop dengan prasyarat:
a. Anda dapat bekerja enak, tidak lekas capai
b. Meja sediaan dan tabung tidak boleh condong jika anda memeriksa sediaan basah atau
memakai minyak emersi.
Pengaturan Cahaya

1. Lensa okuler dilepas dari kedudukannya


2. Atur kedudukan cermin dengan memutar pada sumbunya dan pilihlah jenis sumber cahaya
yang dipakai
3. Perhatikan apakah ada kotoran yang mengganggu
4. Usaha dihentikan setelah mendapatkan lapangan pandangan yang terang dan merata.
Memasang Kaca Sediaan

1. Letakan kaca sediaan pada meja sediaan sehingga:


a) Kaca penutup sediaan terletak di sebelah atas; dan
b) Kaca sediaan terjepit dengan baik.

Mengatur Ketajaman Bayangan


1. Mulailah dengan perbesaran lemah
2. Posisikan lensa okuler
3. Dengan memutar sekrup makrometer pada statif secara hati-hati, usahakan lensa objektif
mendekat kaca sediaan sedekat-dekatnya. Jangan sampai lensa objektif menekan kaca penutup
sediaan.
4. Sambil melihat melalui lensa okuler dan memutar sekrup micrometer, usahakan supaya
bayangan sediaan yang telah tampak kabur menjadi tajam.

9
Pemakaian Kondensor dan Diafragma
1. Kondensor digunakan kalau dipakai sinar buatan dan pada perbesaran kuat, kondensor dapat
dinaikan atau diturunkan sehingga ukuran luas lapangan penglihatan dapat diatur.
2. Diafragma digunakan untuk mengatur intensitas sinar. Pada perbesaran lemah diagfragma
dikecilkan dan kondensor diturunkan.
Setelah Selesai Menggunakan Mikroskop
1. Pada pemakaian minyak emersi, bersihkanlah dengan kertas halus yang dilembabkan dengan
xylol
2. Kembalikanlah dan atur kaca sediaan pada tempat semula setelah diteliti apakah ada yang
rusak dan pecah
3. Kembalikan mikroskop pada kedudukan semula dan periksalah apakah ada kerusakan
4. Laporkan pada asisten atau staf pembimbing yang sedang bertugas dalam laboratorium,
dengan penuh rasa tanggung jawab.

Gambar skematik suatu mikroskop cahaya pelajar yang memperlihatkan komponen-komponen


utamanya dan lintasan cahaya dari sumber (substage lamp= lampu di bawah mikroskop) ke mata
pengamat (Mescher, 2016)

10
MIKROSKOP ELEKTRON PEMINDAI (Scanning Electron Microscopy: SEM)

Mikroskop electron pemindai (SEM) memungkinkan pandangan resolusi yinggi dari permukan
sel, jaringan, dan organ. Mikroskop ini bekerja dengan menghasilkan dan memfokuskan seberkas
electron yang sangat halus, akan tetapi berkas tidak menembus specimen. Permukaan specimen
atau sampel dikeringkan dan dilapisi selapis tipis logam berat (biasanya berupa emas atau
platinum) yang memantulkan electron dalam bentuk berkas yang memindai specimen. Elektron
yang dipantulkan ditangkap oleh sebuah detector menghasilkan sinyal yang diproses menjadi
gambar hitam putih. Gambar SEM biasanya mudah untuk diinterpretasikan karena menghasilkan
pandangan tiga dimensi yang teriluminasi seperti objek besar dengan kilauan (highlight) dan
bayangan akibat pencahayaan (Mescher, 2016).

Gambar skematis komponen dari Scanning Electron Microscope (SEM) (Mescher, 2016)

11
JARINGAN EPITEL

Jaringan epitel terdiri atas sel-sel polihedral yang beragregasi erat yang melekat kuat satu sama
lain pada selapis tipis ekstraseluler matriks, membentuk lembaran-lembaran sel yang melapisi rongga
organ serta menutupi permukaan eksternal dan internal tubuh dan semua zat yang keluar atau masuk
sebuah organ harus melalui jaringan ini. Bentuk dan dimensi sel epitel sangat bervariasi merentang
dari sel-sel kolumner tinggi, kuboid, sampai skuamus pendek (Mescher, 2014).

A. Epitelium Simpleks

1. Epitelium skuamus simpleks


Preparat yang dipakai : Kapsula bowman pada ginjal
Pewarnaan : Hematoksilin dan Eosin (HE)

Ciri-ciri epitelium skuamus simpleks sebagai berikut:


a. Susunan sel: selapis
b. Bentuk sel: pipih seperti sisik
c. Sitoplasma sedikit.
d. Bentuk nukleus: pipih menebal di tengah.
e. Terdapat membrana basalis sebagai tempat untuk melekatkan jaringan epitel dengan
jaringan di bawahnya.

Gambar skematis:

Keterangan :
1. Nukleus
2. Sitoplasma
3. Membrana basalis
4. Jaringan ikat

Gambar preparat praktikum:


Nama Jaringan: Epitelium skuamus simpleks
Keterangan:
1.
2.

12
2. Epitelium kuboid simpleks
Organ yang dipakai: Kelenjar tiroid
Pewarnaan: HE
Ciri-ciri epitelium kuboid simpleks sebagai berikut:
a. Susunan sel: selapis
b. Bentuk sel : kubus
c. Nukleus berbentuk bulat, terletak di tengah sel.
d. Terdapat membrana basalis berfungsi sebagai tempat melekatnya jaringan epitel dengan
jaringan di bawahnya.

Gambar skematis:

Keterangan:
1. Nukleus
2. Sitoplasma
3. Membrana basalis
4. Jaringan ikat

Gambar preparat praktikum:

Nama Jaringan: Epitelium Kuboid Simpleks


Keterangan :
1.
2.

13
3. Epitelium kolumner simpleks
Organ yang dipakai: Intestinum tenue
Pewarnaan: HE
Ciri-ciri epitelium kolumner simpleks sebagai berikut:
a. Susunan sel: selapis
b. Bentuk sel : silindris atau parimidal
c. Bentuk nukleus: ovoid, terletak di 1/3 dasar
d. Temukan tepi striata pada permukaan sel epitel.
e. Diantara sel epitel kolumner terdapat sel piala. Sel piala merupakan modifikasi sel epitel
kolumner, mengandung banyak musin yang dengan pewarnaan HE tampak jernih.
f. Terdapat membrana basalis berfungsi untuk melekatkan epitel dengan jaringan di bawahnya.

Gambar skematis:

Keterangan :
1. Silia
2. Nukleus
3. Sitoplasma
4. Jaringan ikat
5. Membrana basalis

Gambar preparat praktikum:

Nama jaringan: Epitelium kolumner simpleks


Keterangan:
1.
2.
3.
4.

14
B. Epitelium Kompleks

1. Epitelium skuamus kompleks


Organ yang dipakai: Esophagus atau Kulit bagian epidermis.
Pewarnaan: HE
Ciri-ciri epitelium skuamus kompleks sebagai berikut:
Tersusun atas 3 lapisan:
a. Stratum superfisial (lapisan permukaan), tersusun beberapa lapis sel, sel-sel
berbentuk skuamus (pipih) dan nukleus berbentuk pipih menebal di tengah. Pada
kulit, lapisan ini mengalami penandukan, sel epitel mati dan tanpa inti.
b. Stratum intermedium (lapisan pertengahan), tersusun atas sel berbentuk
poligonal (bersudut banyak) dengan nukleus bulat ditengah
c. Stratum basale (lapisan dasar), terletak di bagian bawah, berbatasan dengan
membrana basalis, sel-sel bentuk kuboid atau kolumner rendah dengan nukleus
bulat atau oval.

Keterangan:
1. Stratum superfisial
2. Stratum intermedium
3. Stratum basale
4. Membrana basalis
5.

Epidermis kulit mamalia dilapisi oleh epitelium skuamus kompleks yang tersusun atas:
a. Stratum basale : satu lapis, bentuk sel piramid pendek/kuboid, berbatasan
membrana basalis (disebut stratum germinativum □ berisi sel yang membelah/sel
stem).
b. Stratum spinosum : bentuk sel polihedral/poligonal ke arah permukaan memipih,
tebal, mempunyai spina (prosesus spinosus melekat prosesus sel sebelahnya
sehingga tampak seperti jembatan interseluler □ desmosom)
c. Stratum granulare : beberapa lapis sampai tidak ada, bentuk sel kumparan,
mempunyai banyak granula keratohialin (basofil, prekursor keratin), inti piknotik
degenerasi.
d. Stratum lucidum : tidak selalu ada pada hewan domestik (pada epidermis yang
tebal □ bantalan kaki karnivora), sel pipih, tercat eosinofil dan pucat, inti dan
banyak organela sitoplasma menghilang sehingga sel terisi oleh keratin protein
intraseluler, sel hampir mati.
e. Stratum korneum : sel mati, membran plasma menebal, keratin, lapisan tertebal.
keratinisasi/kornifikasi adalah proses sel yang inti menghilang, bentuk lonjong dan

15
berisi produk sekretori/keratin.

Keterangan :
1.
2.
3.
4.

Epitelium Skuamus Kompleks

16
2. Epitelium kolumner kompleks
Organ yang dipakai : Uretra pada penis.
Pewarnaan : HE
Ciri-ciri epitelium kolumner kompleks sebagai berikut:
Tersusun atas 2 lapisan:
a. Stratum superfisial (lapisan permukaan): terdiri dari sel-sel kolumner dengan
nukleus berbentuk oval.
b. Stratum basale (lapisan dasar): melekat pada membrana basalis, terdiri atas satu
atau beberapa lapis sel berbentuk poligonal dengan inti berbentuk bulat.

Keterangan :
1.
2.
3.

Keterangan :
1. Stratum superfisiale
2. Stratum basale
3. Sitoplasma
4. Nukleus

Epitelium Kolumner Kompleks

17
3. Epitelium transisional
Epitelium ini sesungguhnya tergolong epitelium pseudokompleks. Kadang terlihat
banyak lapisan sel dan intinya tidak satu baris. Perubahan banyaknya lapisan sel
tergantung kondisi organ.
Organ yang dipakai : Vesica urinaria
Pewarnaan: HE
Ciri-ciri epitelium transisional sebagai berikut:
Tersusun atas 3 lapisan:
a. Stratum superfisial (lapisan permukaan): terdiri dari sel, sel-sel berbentuk
kolumner atau kuboid atau skuamus. Pada saat organ tidak berisi urin, sel di
lapisan permukaan berbentuk kolumner atau kuboid, pada saat penuh urin sel di
lapisan permukaan berbentuk pipih dan sebagian sel permukaan berbentuk
payung, disebut sel payung.
b. Stratum intermedium (lapisan pertengahan): terdiri dari sel-sel berbentuk
poligonal.
c. Stratum basal (lapisan dasar): melekat pada membrana basalis. terdiri dari
beberapa lapis sel poligonal.

Keterangan :
1. Stratum superfisial
2. Stratum intermedium
3. Stratum basal
4. Membrana basalis

Epitelium Transisional

18
4. Epitelium pseudokompleks kolumner bersilia
Organ yang dipakai: Trakea
Pewarnaan: HE
Ciri-ciri epitelium skuamus kompleks sebagai berikut:
Terdiri dari:
a. Sel-sel kolumner yang semuanya melekat pada membrana basalis tetapi tidak
semua sel mencapai permukaan.
b. Sel-sel yang mencapai permukaan memiliki silia.
c. Nukleus tidak terletak dalam satu baris/bidang.

Keterangan :
1. Silia
2. Membran sel
3. Sel mencapai permukaan
4. Sel tidak mencapai permukaan
5. Membrana basalis

Keterangan:
1.
2.
3.
4.

Epitelium Pseudokompleks Kolumner


Bersilia

19
JARINGAN IKAT DAN JARINGAN LEMAK
Jaringan ikat

A. Jaringan Pengikat / Penyokong Embrional

1. Jaringan ikat mesenkimal


Preparat yang dipakai : Embrio
Pewarnaan : HE
Ciri-ciri jaringan ikat mesenkimal sebagai berikut :
a. Jaringan didominasi sel mesenkim berbentuk bintang atau kumparan, prosesus sel saling
beranastomose, nukleus besar dengan bentuk bulat atau oval, sitoplasma asidofil.
b. Dalam jumlah kecil dapat ditemukan pula fibroblas berbentuk bintang atau kumparan
dengan prosesus sel panjang, nukleus besar dengan bentuk bulat atau oval dan sitoplasma
basofil.
c. Substansi dasar homogen.

Keterangan:
1. Sitoplasma
2. Processus sitoplasma saling
beranastomose
3. Matriks ekstraseluler

Keterangan:
1
2.
3.

Jaringan Ikat Mesenkimal

20
2. Jaringan ikat mukosa/gelatinosa
Jaringan ini merupakan kelanjutan stadium perkembangan jaringan ikat mesenkimal.
Preparat yang dipakai : Funiculus umbilicalis (tali pusar)
Pewarnaan : HE
Ciri-ciri jaringan ikat mukosa/gelatinosa:
a. Sel retikuler berbentuk kumparan menyerupai bintang atau bulat, prosesus sel saling
beranastomose, nukleus berukuran relatif besar dengan bentuk bulat atau oval, dan
sitoplasma basofil.
b. Substansi interseluler homogen dengan serabut kolagen halus, terputus-putus, belum
membentuk berkas.

Keterangan:
1. Sitoplasma
2. Processus sitoplasma
3. Matriks ekstraseluler

Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.

Jaringan ikat mukosa/gelatinosa

21
B. Jaringan Pengikat / Penyokong Dewasa

1. Jaringan pengikat fibrus reguler


Preparat yang dipakai : tendon
Pewarnaan : HE
Ciri-ciri jaringan pengikat fibrus reguler :
a. Jaringan didominasi oleh serabut kolagen atau berkas tendo primer tersusun dalam
berkas-berkas tersusun teratur arah paralel.
b. Berkas serabut kolagen terkecil membentuk fasikulus tendineus dikelilingi jaringan ikat
longgar disebut endotendineum.
c. Sel-sel tendo (tendinosit, fibrosit) banyak ditemukan, memiliki sitoplasma tipis, inti tercat
gelap dengan bentuk oval sampai tipis memanjang.
d. Fasikulus berkumpul membentuk berkas sekunder yang lebih besar dibatasi jaringan ikat
longgar disebut peritendineum, kumpulan berkas sekunder membentuk tendo yang
dibungkus oleh epitendineum.
e. Pembuluh darah dan saraf ditemukan dalam berkas tendo.

Keterangan :
.
1. Epitendineum
2. Berkas sekunder
3. Peritendineum
4. Tendinosit

22
Keterangan :
1.
2.

Jaringan ikat fibrus reguler

2. Jaringan Pengikat Fibrus Irregular


Organ yang dipakai : pars retikuler dermis (kulit)
Pewarnaan : HE
Ciri-ciri jaringan pengikat fibrus irregular:
a. Sel-selnya serupa dengan sel-sel jaringan pengikat longgar, antara lain fibrosit,
fibroblast, makrofag dan lain-lainnya. Sel-sel ini terdapat di antara anyaman serabut
kolagen dan elastis.
b. Banyak didapatkan serabut-serabut kolagen yang tersusun padat, tidak teratur dan
bergelombang. Serabut kolagen dengan pewarnaan HE berwarna merah muda.
c. Serabut-serabut elastis sedikit, tidak membentuk berkas

Keterangan :
1. Nukleus fibroblast
2. Pembuluh kapiler
3. Serabut elastis
4. a. Serabut elastis
b. Serabut kolagen

Jaringan ikat fibrus irregular

23
Keterangan :
1.
2.
3.
4.

3. Jaringan Lemak
Preparat yang dipakai : Jaringan lemak putih
Pewarnaan : HE
Ciri-ciri jaringan lemak:
a. Adiposit (sel lemak) tampak bergerombol.
b. Setiap sel memberi gambaran seperti cincin stempel karena sitoplasmanya ditempati
globulus lemak (yang larut pada saat proses pewarnaan HE dan teramati berupa ruangan
kosong), sehingga sitoplasma dan nukleusnya terdesak ke perifer. Jaringan lemak
membentuk lobulus-lobulus dan diantara lobules terdapat jaringan ikat longgar.

Keterangan :
1. Adiposit
2. Jaringan ikat
3. Globulus lemak (mendesak
sitoplasma dan nukleus ke perifer)
4. Nukleus
5. Sitoplasma

Jaringan Lemak Keterangan:


1
2.
3.
4.

24
JARINGAN KARTILAGO

A. Kartilago Hialin
Preparat yang dipakai : trakea
Pewarnaan : HE
Ciri-ciri kartilago hialin adalah sebagai berikut:
1. Sediaan ini memperagakan sifat metakromasi matriks yang tidak memberi warna biru,
melainkan banyak unsur kemerah-merahan.
2. Perikondrium berwarna merah muda. Tersusun oleh:
a. Stratum fibrosum: berupa jaringan kolagen padat terletak berbatasan dengan jaringan
disekitarnya/lapisan luar.
b. Stratum kondrogenium/seluler: banyak/kaya sel mesenkim sebagai sel stem untuk
kondroblas dan fibroblas sebagai sel stem untuk pars fibrosa perikondrium.
3. Kondrosit berada di dekat perikondrium, sel lebih pipih dengan poros membujur sejajar
permukaan kartilago, terletak dalam lakuna kartilaginea. Lebih ke arah pusat, sel bundar,
ovoid; dalam 1 lakuna kartilaginea sering terlihat 2-4 sel, membentuk gerombolan,
dinamakan kelompok isogen (isogenous group) atau disebut juga agregatio chondrocitica
(agregasi kondrosit)
4. Matriks kartilago
a. Substansi dasar berwarna kebiru-biruan seperti kaca, metakromatik. Komponen
utama substansi dasar adalah glikosaminoglikan. Serabut utama kartilago adalah kolagen.
b. Matriks teritorial/matriks kapsula yaitu matriks kartilago yang mengitari lakuna. Pada
kartilago muda, tercat asidofil sedangkan pada daerah matriks teritorial, kartilago tua
tercat sangat basofil.
c. Matriks interteritorial adalah matriks kartilago di antara individu sel atau kelompok sel.
Matriks interteritorial tercat kurang basophil dibanding matriks teritorial.

25
B. Kartilago Elastis
Preparat yang dipakai : daun telinga
Pewarnaan : HE
Ciri-ciri kartilago elastis adalah sebagai berikut:
1. Arsitektur sama dengan kartilago hialin, perbedaannya pada matriks.
2. Matriks berisi anyaman-anyaman halus serabut elastis, tercat dengan HE (berwarna merah)
3. Sel-sel (kondrosit) berbentuk bulat atau pipih dan sering bergerombol
4. Kelompok isogen lebih sering dijumpai daripada kartilago hialin.

Preparat Kartilago Hialin Preparat Kartilago Elastis

Keterangan: Keterangan:
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.

26
JARINGAN TULANG

A. Preparat Gosok Tulang


Preparat yang dipakai : tulang kompak tanpa pewarnaan.
Pengirisan : melintang dan membujur
Ciri-ciri preparat gosok tulang adalah sebagai berikut:
1. Selubung tulang yaitu:
a. Periosteum: melapisi tulang luar kecuali permukaan sendi. Mempunyai 2 lapisan: lapisan
fibrosa terdiri dari j.i. kolagen ireguler dan lapisan seluler berisi sel stem, sel
osteoprogenitor, osteoblas dan osteoklas.
b. Endosteum: selubung tulang dalam.
2. Sel-sel tulang
a. Di dalam substansi interstisial terdapat rongga-rongga kecil disebut lakuna, yang berisi
sel-sel tulang atau osteosit.
b. Osteosit berbentuk pipih dan mempunyai banyak prosesus yang meluas ke dalam
kanalikuli.
3. Substansia interseluler
a. Kaya garam Ca yang bertambah dengan bertambahnya umur
b. Merupakan struktur padat yang uniform dan berisi serabut-serabut kolagen yang memadat
c. Berkas fibril kolagen yang halus membentuk lapisan yang disebut lamela Di antara atau
dapat pula di dalam lamela terletak lakuna yang pipih seperti bentuk sel-sel yang
mengisinya
d. Lamela yang mengelilingi kanalis Haversi bersama-sama dengan osteosit membentuk
sistem Haversi
4. Macam-macam lamela
a. Lamela sirkumferensial luar (L. Sirkumferensial periosteum atau tulang lamela
periosteum) : sejajar dan terletak di dekat permukaan
b. Lamela sirkumferensial dalam (L. Sirkumferensial endosteum, tulang lamela
endosteum): mengelilingi ruang medula
c. Lamela interstisial: merupakan sisa dari sistem Haversi yang sebagian hancur pada
saat rekonstruksi tulang atau lamela di antara osteon
d. Lamela osteon: lamela konsentris/Haversi, mengelilingi kanalis Haversi
5. Osteon
Osteon/sistema Haversi adalah struktur unit tulang, di pusat terdapat kanal osteon
(pembuluh darah, saraf vasomotor, sel-sel endosteum), perifer osteon dibatasi garis reversal.
Vasa darah tulang berkembang dan dihubungkan dengan pembuluh darah di permukaan
korteks endosteum dan periosteum melalui kanalis perforans/kanalis Volkmann’s.

27
Gambar Skematis Preparat Gosok Tulang Gambar Asli Preparat Gosok Tulang
Penampang Melintang (Sistema Haversi) Penampang Melintang

Keterangan: Keterangan:
1. Kanalis Haversi 1.
2. Kanalikuli 2.
3. Lakuna berisi osteosit 3.
4. Garis reversal 4.
5. Kanalikuli 5.
6. Osteosit 6.
7. Lakuna 7.

Gambar Skematis Preparat Gosok Tulang Gambar Asli Preparat Gosok Tulang
Penampang Membujur Penampang Membujur

Keterangan: Keterangan:
1. Lakuna berisi osteosit 1.
2. Lamela osteon 2.
3. Kanalis Haversi 3.
4. Kanalis Volkmann’s/kanalis perforans
5. Kanalikuli

28
B. Tulang Dekalsifikasi
Organ: tulang kompak
Arsitektur sama dengan preparat gosok tulang tetapi substansi dasar rapuh karena
garam-garam Ca terlarutkan.
1. Osteogenesis (osifikasi, pembentukan tulang)
Preparat yang dipakai : os femur, daerah fisis
Pewarnaan : Masson’s trichrome
a. Dikenal dua macam osteogenesis yaitu osteogenesis intramembranosa dan osteogenesis
intrakartilaginosa. Terlepas dari proses osteogenesisnya, struktur tulang yang
dibentuknya setelah dewasa tidak dapat dibedakan.
b. Osifikasi/osteogenesis intramembranosa (ekkondral) bertanggung jawab pada
pencapaian bentuk akhir tulang yang tidak dibentuk dalam kartilago.
- Terjadi pada tulang bukan penyangga berat badan, antara lain tulang tengkorak
kepala, mandibula, klavikula.
- Sel mesenkim kemudian berdiferensiasi membentuk fibroblas dan sel
osteoprogenitor.
- Sel osteoprogenitor kemudian tumbuh menjadi osteoblas penghasil osteoid.
Osteoblas selanjutnya terperangkap oleh produknya sendiri.
- Kumpulan osteoblas yang sudah menjadi osteosit membentuk spikula tulang. Di
sekitar tulang yang sedang tumbuh terdapat jaringan ikat fibroseluler kaya pembuluh
darah.
- Osteoblas tampak berderet di sisi pembentukan tulang dan membentuk jaringan tulang
secara aposisi, beberapa sel terperangkap dalam sekresi mereka sebagai osteosit.
Tulang yang pertama-tama terbentuk berupa tulang rajut.
- Di sisi yang lain sering tampak adanya osteoklas yang mengadakan aktivitas
osteoklastik dalam bentuk tulang. Aktivitas osteoblastik merupakan bagian integral
pembentukan tulang.

Keterangan:
A. Sisi aposisi tulang
B. Sisi absorbsi tulang
1. Tulang rajut
2. Jaringan ikat fibroseluler
3. Osteoid
4. Osteoblas
5. Osteosit – osteoid
6. Osteosit
7. Osteoklas

c. Osifikasi/osteogenesis intrakartilaginosa (enkondral/endokondral) bertanggung


jawab terhadap pemanjangan diafisis dan bentuk serta ukuran epifisis. Pemanjangan
dilengkapi dengan aktivitas yang memperbesar diameter diafisis yang sedang

29
berkembang.
- Osifikasi intrakartilaginosa menggunakan kartilago hialin sebagai dasar model.
- Osteogenesis ini terbagi menjadi dua bagian yaitu osifikasi perikondral dan osifikasi
endokondral (osteogenesis enkondral, osteogenesis intrakartilaginosa).
- Osteogenesis kartilaginosa terjadi pada tulang penyangga tubuh.
- Pada proses osifikasi endokondral secara bertahap terjadi penggerogotan kartilago
digantikan dengan jaringan tulang. Selama proses peralihan tulang menjadi lemak.
- Untuk memperkuat jaringan sejalan dengan proses osifikasi endokondral terjadi pula
osteogenesis perikondral untuk membentuk selongsong tulang. Osteogenesis
perikondral merupakan osteogenesis intramembranosa.
- Penggerogotan kartilago untuk digantikan dengan jaringan tulang tidak berlangsung
serentak tetapi secara bertahap. Ini dibuktikan dengan adanya bangunan yang disebut
fisis / lempeng pertumbuhan pada tulang panjang / pendek yang sedang tumbuh.

Preparat Tulang Dekalsifikasi Preparat Osteogenesis


Keterangan: Keterangan:
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4.
5.
6.
7.

30
JARINGAN OTOT

Jaringan otot termasuk sistem gerak aktif yang bertanggung jawab atas gerakan alat gerak dan
organ di tubuh. Dua komponen penyusun jaringan otot adalah:
1. Sel otot/miosit, disebut juga serabut otot (myofiber)
2. Substansi interseluler yang berupa jaringan ikat kolagen dan elastis.
Berdasarkan strukturnya dikenal 3 jenis jaringan otot yaitu:
A. Jaringan Otot Serat Lintang (textus musculatus striatus) disebut juga Otot Lurik atau
Otot Skelet
Preparat yang dipakai : otot kerangka
Pewarnaan : HE
1. Serabut (sel) otot skelet berbentuk panjang, ujung sedikit meruncing atau tumpul.
Sitoplasmanya disebut sarkoplasma dan membran selnya disebut sarkolema.
2. Pada penampang melintang, serabut-serabut otot berbentuk bulat, oval atau pipih dan sering
terlihat tepinya membentuk sudut.
3. Nukleus lebih dari satu (multinucleated), berbentuk oval atau agak pipih dan terletak di tepi
(axis longitudinalnya paralel tepat di bawah sarkolema)
4. Pada penampang membujur terlihat garis-garis melintang serabut-serabut otot terdiri dari:
diskus A (anisotrop) tampak gelap, diskus I (isotrop) tampak terang
5. Diantara diskus-diskus ini terdapat diskus Z, diskus H dan diskus M. Diskus Z terletak
ditengah-tengah diskus I, diskus H ditengah-tengah diskus A, dan diskus M ditengah-tengah
diskus H.
6. Sarkomer merupakan unit kontraksi otot; mengandung miofilamen yang terletak antara 2
diskus Z yang berdekatan.Striasi melintang ini disebabkan oleh segmen miofibril yang
menyusun serabut/sel otot (muscle fiber)
7. Individu serabut otot tidak bercabang, paralel satu dengan yang lain, dan dipisahkan oleh
jaringan ikat kolagen longgar.
8. Seperti berkas-berkas kolagen dalam tendo, maka serabut-serabut otot juga saling bergabung
membentuk berkas primer (fasikulus) dan beberapa berkas primer membentuk berkas
sekunder dan seterusnya.
9. Selubung jaringan ikat pembungkus satu sel otot disebut endomisium, satu fasikulus
disebut perimisium, sedang satu otot utuh disebut epimisium

31
Keterangan :
A. Penampang melintang
B. Penampang membujur 7. Miofiber
1. Epimisium 8. Endomisium
2. Vasa darah 9. Sarkolema
3. Perimisium 10. Nukleus
4. Jaringan ikat 11. Diskus A
5. Fasikulus 12. Diskus I
6. Nukleus 13. Diskus Z

32
Preparat Otot Skelet penampang melintang (10x) Keterangan:

Preparat Otot Skelet penampang melintang (40x)

Preparat Otot Skelet penampang membujur Keterangan:

B. Jaringan Otot Polos (textus musculatus nonstriatus)


Preparat yang dipakai : tunika muskularis usus
Pewarnaan : HE
1. Penampang melintang: miosit berbentuk bulat, tidak sama besar, yang besar mengandung
nukleus di tengah. Gerombolan sel terbungkus jaringan ikat.
2. Penampang membujur: miosit berbentuk fusiform, nukleus di tengah di bagian sel yang
menebal berbentuk oval atau silindris, sitoplasma atau sarkoplasma terlihat homogen dan
mengandung miofibril longitudinal. Substansi interstisial terletak di antara miosit.

33
Keterangan
A. Penampang membujur
B. Penampang melintang
1. Sarkoplasma
2. Nukleus
3. Sarkolem

Preparat Otot Polos penampang melintang Keterangan :

34
Preparat Otot Polos penampang membujur Keterangan :

35
C. Jaringan Otot Jantung (textus muskularis striatus kardiakus)
Preparat yang dipakai : jantung
Pewarnaan : HE
1. Otot jantung mirip otot skelet dengan beberapa perbedaan.
2. Otot saling beranatomose sehingga pada potongannya menunjukkan gambaran seperti jala.
3. Jaringan ikat di sekeliling serabut otot (endomisium) lebih mencolok.
4. Nukleus sentral, di sekitar nukleus terlihat gambaran terang, disebut halo perinukleus.
5. Striasi kurang jelas
6. Terdapat striasi yang jelas yang disebut diskus interkalatus yang merupakan daerah
perbatasan satu serabut dengan serabut otot yang lain.
7. Sebagian serabut otot mengalami diferensiasi membentuk sel Purkinje yang merupakan
bagian dari sistem penghantar impuls. Sel Purkinje ini sulit ditemukan, ukuran lebih besar,
tercat lebih tipis.

Keterangan:
A & B: Penampang membujur
1. Miosit
2. Nukleus miosit
3. Vasa darah
4. Diskus interkalatus

36
Preparat Otot jantung

37
JARINGAN SARAF

A. Serabut Saraf Bermielin


Preparat : nervus
Pewarnaan : HE

1. Penampang membujur
Serabut saraf disebut bermielin kalau dengan menggunakan pengecatan lemak
melalui mikroskop cahaya dapat terlihat adanya selubung.
a. Axis silinder (akson)
1) Tampak homogen, tersusun dari neurofibril yang dikelilingi oleh aksoplasma.
2) Sebagai sitoplasma dari neuron, pada akson terdapat mitokondria, neurotubuli,
neurofilamen dan SER.
3) Nodus Ranvier (konstriksi Ranvier) adalah suatu konstriksi menyerupai cincin
dari substansi dari axis silinder.
4) Akson di nodus ini ditutupi oleh prosesus sitoplasmik sel glial.
5) Selubung mielin merupakan selubung pertama selagi serabut saraf berada
dalam sistem saraf pusat (SSPu).
6) Selubung mielin dibentuk oleh prosesus sel neuroglia yaitu sel Schwann yang
melingkar-lingkari (menyelubungi) akson secara kontinyu.
7) Di nodus Ranvier, selubung mielin tidak kontinyu.
8) Selubung ini tersusun dari lipid dan komponen non lipid

b. Neurilema/ Neurolema (selubung Schwann)


1) Disebut juga selubung mielin.
2) Merupakan selubung kedua setelah keluar dari SSPu.
3) Dihasilkan oleh sel Schwann (sel neurolema). Sel neurolema (sel Schwann)
terdapat di sebelah perifer dari selubung mielin. Sel Schwann mempunyai inti
besar, vesikuler, kelompok kromatin di perifer.
4) Pada nodus Ranvier, lapisan sel Schwann ini terputus sehingga terjadi tempat
persambungan neurolema satu dengan lain berurutan.
5) Pada tiap segmen diantaranya konstriksi terdapat nukleus neurolema.

2. Penampang melintang
a. Epineurium
1) Saraf tersusun dari fasikulus serabut-serabut neuron tertanam dalam jaringan
ikat, bungkus terluar disebut epineurium.
2) Epineurium disamakan dengan kapsula organ, tersusun dari jaringan kolagen
reguler.
b. Perineurium
1) Perineurium adalah pembungkus fasikulus, tersusun dari serabut kolagen agak
padat.

38
2) Perineurium terdiri dari 1-10 lapisan sel. Makin kecil fasikulus, perineurium
makin tipis.
3) Sel perineural adalah lapisan berselingan dengan serabut kolagen dan retikuler.
c. Endoneurium
1) Endoneurium adalah jaringan kolagen longgar meluas dari permukaan sel
neurolema ke lapisan dalam sel perineural.
2) Endoneurium tidak mempunyai lamina basalis, kaya kapiler, kapiler ini
membawa perluasan sel-sel perineural.

Keterangan:
A.Penampang
melintang
1. Epineurium
2.Perineurium
3.Endoneurium
4.Sel Schwann
5.Akson
6. Selubung
mielin

Keterangan:
B.Penampang
membujur
1.Akson
2.Selubung
mielin
3. Nodus Ranvier
4. Endoneurium
5.Sel Schwann

39
3. Ganglia
Preparat yang dipakai: ganglia otonom di septa interlobaris kelenjar ludah
Pewarnaan: HE
a. Ganglia adalah kumpulan badan sel saraf di luar sistem saraf pusat.
b. Ganglia dapat di dekat, atas, atau di dalam dinding organ. Ganglia yang ada dalam
dinding disebut ganglia intramural.
c. Ukuran ganglia bervariasi, dibungkus kapsula yang melepas serabut-serabut
kolagen halus retikuler ke dalam organ.
d. Pembuluh darah, axon, dendrit, neuroglia perifer dan badan sel saraf terdapat
dalam jaringan penyokong.
e. Sel ganglion kaya sitoplasma dengan nukleus dan nukleolus yang cukup jelas.
f. Di sekeliling sel ganglion terdapat banyak amfisit (sel satelit).
g. Berdekatan terdapat serabut saraf dengan sel neurolema

Keterangan:
1. Badan sel neuron
2. Sel satelit
3. Nukleus dan nukleolus
4. Sitoplasma neuron
5. Sitoplasma neuron

40
EMBRIOLOGI KATAK

A. Telur Yang Belum Dibuahi

Sel telur katak terdiri dari inti sel telur dan ooplasma. Ooplasma sel telur dibedakan
dalam dua bagian yaitu bioplasma dan deutoplasma. Bioplasma merupakan bagian sel
telur yang hidup dan aktif dalam pembelahan zigot, sedangkan deutoplasma merupakan
cadangan makanan.

Pada sel telur yang baru berkembang, sitoplasmanya banyak dengan perbandingan jumlah
bioplasma dan deutoplasma sama banyak. Apabila jumlah deutoplasmanya sudah mulai
meningkat maka akan terjadi polarisasi. Inti akan berada di bagian bioplasma dan daerah
ini disebut polus animalis. Di bagian deutoplasma terdapat banyak vitelus atau lecith
disebut sebagai polus vegetativus. Karena adanya pigmen pada telur katak maka polus
animalis tampak berwarna kehitaman. Polus vegetativus, sebagai daerah yang kaya lecith
berwarna kuning.

Berdasarkan penyebaran lecith tersebut, telur katak digolongkan bertipe telolecithal yaitu
telur yang mengandung lecith pada salah satu ujung telur. Sel telur katak dibungkus oleh
lendir gelatin atau jeli sebagai bungkus tertier. Lendir ini disekresikan oleh 2/3 bagian
cranial oviduct. Lendir gelatin tersebut berfungsi sebagai barier perlindungan terhadap
luar pada awal perkembangan embrio.

B. Perkembangan Zigot

1. Telur Yang Dibuahi


Setelah telur katak berada di dalam air maka gelatin akan mengembang sampai
mencapai tiga kali besar semula. Mengembangnya gelatin dan sekresi mucinase dari
spermatozoa akan memberi kemudahan bagi spermatozoa untuk menembus bungkus
gelatin tersebut.

Pada telur yang dibuahi, polus animalis tampak berwarna kehitaman sedangkan polus
vegetativus berwarna kuning, dan terdapat grey crescent/sabit kelabu merupakan
daerah ekuator yang berwarna kelabu yang disebabkan mengalirnya pigmen hitam di
daerah ekuator akibat masuknya spermatozoa.
Keterangan:
1. Polus…….
2. Sabit kelabu
3. Polus…...
4. Lendir gelatin

Preparat Basah Telur yang Terbuahi

41
2. Pembelahan
a. Pembelahan pertama (stadium 2 sel)
Bidang pembelahan meridional atau vertikal. Celah pembelahan pertama kali
terjadi di polus animalis kemudian melingkari/tegak lurus terhadap gray crescent
sehingga gray crescent terbagi menjadi dua bagian sama besar, akhirnya mencapai
polus vegetativus.

Keterangan:
1. Polus …...
2. Bidang pembelahan I
3. Polus…….
4. ……….
5. Blastomer yang mengandung gray
crescent yang sama besar

Preparat Basah Pembelahan ke-I

b. Pembelahan kedua (stadium 4 sel)


Bidang pembelahan meridional atau vertikal. Pembelahan ini dimulai sebagai
garis yang memotong celah pembelahan pertama secara tegak lurus. Pembelahan
kedua ini membagi sel telur menjadi empat blastomer, dua blastomer
mengandung gray crescent sedang dua lainnya tidak.

Keterangan:
1.Polus …...
2. Polus …...
3. Bidang pembelahan I
4……...
5……….

Preparat Basah Pembelahan ke-II

c. Pembelahan ketiga (stadium 8 sel)


Bidang pembelahan latitudinal dengan celah pembelahan terjadi sekitar sekitar

42
20o–30o dari ekuator. Pembelahan ini membagi sel telur menjadi 8 blastomer.
Empat blastomer di polus animalis lebih kecil dan berpigmen, disebut mikromer.
Sedangkan 4 blastomer di polus vegetativus besar dan tidak berpigmen, disebut
makromer. Pada penampang vertikal tampak sebuah rongga sebagai inisial
blastoselom.

Keterangan:
1.Polus ...
2. Polus ….
3. Bidang pembelahan I
4………
5……….
6.Mikromer
7……….
8……….
9. ……...

Preparat Basah Pembelahan ke-III

Preparat Kering Pembelahan ke-III

d. Pembelahan keempat (stadium 16 sel)


Terjadi dua bidang pembelahan secara vertikal atau meridional dan saling
memotong tegak lurus satu sama lain. Celah bidang pembelahan dimulai dari
polus animalis di antara bidang pembelahan pertama dan kedua.

43
Keterangan:
1. Polus ….
2. Polus ….
3. Bidang pembelahan I
4. Bidang pembelahan II
5 Bidang pembelahan ...
6. Bidang pembelahan ...
7. ….
8. Mikromer
9. …..

Preparat Basah Pembelahan ke-IV

e. Pembelahan kelima (stadium 32 sel)


Terjadi dua bidang pembelahan secara latitudinal. Bidang pembelahan yang
pertama terjadi di antara polus animalis dengan ekuator, sedangkan bidang
pembelahan kedua terjadi di antara ekuator dengan polus vegetativus.

Keterangan:
1. Polus ….
2. Polus ….
3. Bidang pembelahan I
4. Bidang pembelahan ...
5. Bidang pembelahan …
6. Bidang pembelahan IV
7. Bidang pembelahan ...
8. …..
9. Makromer
10. Lendir gelatin

Preparat Basah Pembelahan ke-V

Pada pembelahan keenam dan selanjutnya, bidang-bidang pembelahan sudah tidak


teratur lagi. Ukuran blastomer makin mengecil dan kecepatan pembelahan
meningkat.

44
3. Blastula
a. Blastula awal
Blastomer relatif masih besar dan aktivitas pembelahan sel masih terus
berlangsung. Blastoselom yang mulai terbentuk pada stadium 8 sel makin
membesar karena blastomer yang mengelilinginya mensekresikan cairan yang
dicurahkan ke dalam rongga tersebut. Sel di atap blastoselom baru selapis disebut
monoblastik kemudian mengalami pembelahan sehingga menjadi dua lapis sel
disebut diploblastik. Lapisan sel di atap dan di dinding lateral blastoselom disebut
epiblastik yang berpotensi sebagai calon ektodermal. Sel-sel di bagian dasar
blastoselom berukuran besar disebut hipoblastik yang berpotensi sebagai calon
entodermal.

Keterangan :
1. Polus Animalis
2. Polus Vegetatifus
3. Epiblastik
4. Blastoselom
5. Hipoblastik

b. Blastula akhir
Sel-sel di bagian ekuator sangat aktif membelah sehingga nampak meninggi
sebagai cincin melingkar yang disebut germ ring (cincin germinal, cincin benih),
yang berpotensi sebagai calon mesodermal. Pembelahan di polus animalis dan
bagian ekuator sangat aktif, menyebar menuju ke polus vegetativus melalui
permukaan sedangkan pembelahan hipoblastik sangat lambat sehingga sel-sel di
polus vegetativus tersebut berangsur-angsur tertutup oleh sel-sel yang datang dari
polus animalis. Pada stadium ini blastoselom mencapai ukuran maksimal.

45
Keterangan :
1. ….
2. Cincin germinal
3. ….
4. ….
5. ….
6. ….

4. Gastrula
a. Gastrula awal
Sel cincin germinal aktif membelah, sel yang baru ukurannya kecil, mengambil
tempat dan bergerak menuju ke polus vegetativus yang selnya lebih besar
sehingga batas keduanya jelas sebagai garis bengkok seperti bulan sabit. Sel-sel di
daerah bekas gray crescent lebih aktif membelah sehingga dinding blastula di
daerah ini lebih tebal disebut sebagai bibir dorsal.

Keterangan :
1. Lendir Gelatin
2. Polus Animalis
3. Bentukan bulan sabit
4. ….
5. ….

46
6. Entodermal (Calon: ….)
7. Ektodermal (Calon: ….)
8. …..
.
b. Gastrula akhir
Sel cincin germinal terus membelah sambil bergerak menuju polus vegetativus.
Sebagian sel cincin germinal masuk melalui invaginasi dan invaginasi tersebut
tumbuh melingkar. Ujung perluasan tersebut akan bertemu melingkar di polus
vegetativus. Pertemuan melingkaran tersebut disebut bibir blastoporus. Celah
melingkar tersebut menyebabkan timbulnya bangunan seperti sumbat dari sel-sel
vitelus yang disebut sumbat vitelus atau yolk plug. Sumbat vitelus berangsur-
angsur ditarik masuk ke dalam gastrula sehingga bibir blastoporus menyempit dan
di tengahnya berlubang disebut sebagai blastoporus.

Keterangan :

1. Lendir Gelatin 8. ….
2. Polus Animalis 9. ….
3. Bibir Blastoporus 10. …..
4. …. 11. …..
5. …. 12. ….
6. ….. 13. ….
7. Gastroselom 14. …

47
5. Neurula
a. Neurula awal
Sumbu polus animalis-polus vegetativus berputar 90o atau lebih ke arah kiri pada
stadium gastrula sehingga blastoporus menjadi bagian posterior dari embrio.
Neuroektodermal mengalami penebalan mulai dari dekat blastoporus di medio-
dorsal meluas ke anterior membentuk lamina neuralis sehingga permukaan dorsal
menjadi datar.

Keterangan :
1. Lamina Neuralis
2. …...
3. Mesodermal
4. …..
5. ….

b. Neurula akhir
Embrio telah memanjang dan dapat dibedakan bagian kepala dan badannya. Batas
antara neuroektodermal dan epidermal di lateral adalah lipatan longitudinal.
Lipatan tersebut tumbuh meninggi di sebut plika neuralis atau torus medularis,
yang di mediannya terdapat alur yang disebut sulkus neuralis. Puncak torus
medularis tumbuh ke median dan akhirnya bertemu dan melebur menjadi satu.
Peleburan menjalar ke anterior dan posterior sehingga membentuk suatu pipa yang
disebut kanalis neuralis.

48
Keterangan:

1. Sulcus Neuralis 8. ….
2. Plica Neuralis 9. Notochorda
3. …. 10. ….
4. …. 11. ….
5. …. 12. ….
6. Liver Diverticulum 13. Sulcus Neuralis
7. …. 14. Plica Neuralis

6. Embrio Katak Tingkat Kuntum Ekor


Terjadi peninggian di daerah dorsal dan pembagian tiga daerah makin jelas: kepala,
badan, dan ekor. Antara kepala dan badan terjadi penyempitan yang tampak sebagai
leher. Terbentuk kuntum/calon ekor dan mulai tumbuh.

Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.

49
7. Tingkat Embrio Menetas
Sucker mengeluarkan lendir, bagian ekor sudah mulai memanjang dan terlihat
lekukan calon mulut

Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.

8. Tingkat Kuntum Insang


Ekor sudah memanjang. Di bagian leher atas, tampak adanya kuntum-kuntum
insang seperti jari-jari pendek.

Keterangan :
1.
2.
3.

9. Tingkat Insang Tumbuh Sempurna


Di bagian leher bawah, insang tampak seperti jari-jari dan tumbuh mencapai
panjang maksimum.

Keterangan :
1.
2.
3.

50
10. Tingkat Penutupan Insang
Pembentukan tutup insang sebagai lipatan anterior insang. Bagian leher tidak simetris
lagi karena insang sebelah kanan sudah tertutup oleh operkulum dan insang kiri
tinggal pendek sebagian. Pada tingkat insang tertutup sempurna, insang luar sudah
tertutup dan berada dalam rongga insang di bagian faring.

Keterangan :
1.
2.
3.

51
EMBRIOLOGI AYAM

A. Embrio Ayam Umur 16-20 Jam

1. Blastoderm
Terbagi menjadi dua:
a. Area pelusida merupakan daerah di bagian dalam, jernih dan bebas vitelus.
b. Area opaka merupakan daerah di bagian luar yang terpulas lebih tua dan penuh
vitelus.
2. Stria primitive merupakan daerah yang tampak berwarna gelap dan terletak di
sepanjang sumbu tengah yang terdiri dari:
a. Krista primitivus ( primitive ridge) yaitu sel-sel mesoderm yang terkumpul di
tengah dan merupakan batas dari sulkus primitivus.
b. Sulkus primitivus (primitive groove) yaitu sel-sel mesoderm yang terkumpul di
tengah menjadi alur yang terdapat di tengah krista primitivus.
c. Nodus primitivus (primitive node) atau nodus Hensen yaitu suatu simpul di
ujung anterior stria primitive.
3. Tonjolan kepala (head processus) merupakan garis yang membentuk lipatan kepala
atau head fold meluas ke anterior yang dimulai dari nodus Hensen.
4. Proamion merupakan daerah bening yang terletak di sebelah anterior lipatan kepala.

Keterangan :
1. Primitive pit
2. Nodus Hensen/ Primitive node
3. Sulcus neuralis
4. Proamnion
5. Area opaka
6. Sulcus primitivus
7. Tonjolan kepala

52
Preparat Embrio Ayam Umur 18 Jam

Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
B. Embrio Ayam Umur 23-27 Jam

1. Blastoderm
Area opaka terbagi menjadi dua:
a. Area opaka vaskulosa merupakan daerah bagian dalam dan berisi penuh pulau-
pulau darah.
b. Area opaka vitelina merupakan daerah bagian luar dan berisi penuh vitelus.
2. Kepala
Lipatan kepala telah terangkat dari blastoderm.
3. Susunan syaraf
a. Torus medularis atau plika neuralis (neural fold) merupakan lipatan neuralis
longitudinal.
b. Sulkus neuralis (neural groove) merupakan daerah bagian median sepanjang alur
torus medularis. Di akhir bagian bawah sepanjang sulkus neuralis terdapat chorda
dorsalis yang pada preparat tampak terang.
c. Mesoderm sudah meluas. Mesoderm disepanjang kanan dan kiri chorda dorsalis
membentuk somit-somit (pada stadium ini ada kira-kira 4-8 pasang somit). Cara
menghitung umur embrio ayam adalah 19 + jumlah pasang somit. Preparat ini,
umur embrio ayam adalah 19 +5 pasang somit= 24 jam.

53
Embrio ayam umur 21 jam Keterangan :
1. Tonjolan kepala
2. Batas anterior mesoderm
3. Area pelusida
4. Area opaka vitelina
5. Segmental plate
6. Sisa stria primitive
7. Area opaka vaskulosa
8. Somit ke 2
9. Somit ke 3
10. Sulcus neuralis/neural groove
11. Plica neuralis/torus medularis
12. Proamnion

Preparat Embrio Ayam Umur 24 Jam

Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

54
C. Embrio Ayam Umur 30-38 Jam

1. Susunan syaraf
a. Otak dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Prosensefalon merupakan ujung otak yang membesar, di depannya terdapat
neuroporus anterior dan sepasang kanan kiri vesikula optika (calon rongga
mata).
2. Mesensefalon merupakan bagian otak yang pendek.
3. Rombensefalon merupakan bagian 3-4 segmen-segmen otak.
b. Kanalis neuralis
c. Vesikula otika merupakan calon rongga telinga.
2. Susunan Peredaran Darah
a. Jantung merupakan gelembung terletak di sebelah sinister.
b. Aorta ventralis yaitu percabangan trunkus arteriosus kea rah cranial.
c. Aorta dorsalis jaitu lanjutan aorta ventralis setelah membalik ke dorsal menuju
ke bagian posterior badan ke kaudal.
d. Arteria omfalomesenterika merupakan lanjutan aorta dorsalis yang
mempercabangkan arteria vitelina.
e. Vena omfalomesenterika merupakan persatuan vena vitelina yang masuk
jantung bagian posterior.
3. Somit
Pada preparat embrio ayam umur 32 jam ini, somit bertambah jumlahnya kira- kira
13 pasang.
4. Usus Depan (Foregut)
Usus depan sudah lebih meluas, letaknya di bawah rombensefalon dan muaranya
sebagai intestinum portal anterior yang berhubungan dengan vitelus.
5. Pembentukan Tubuh Embrio
Axis badan embrio masih dalam satu bidang yaitu dalam bidang sagital. Setelah 38
jam terjadi torsi, di bagian anterior memutar dan membelok ke kanan sehingga pada
posisi baru dengan arah lateral, sedangkan di belakang tetap arah dorso- ventral.

55
Embrio ayam umur ayam 32 jam

Keterangan :
1. Tonjolan kepala
2. Calon mata
3. Jantung
4. Vena vitelina
5. Foregut
6. Somit
7. Plica neuralis
8. Tuba neuralis
9. Arteri vena
omfalomesenterika
10. Sulcus neuralis
11. Notochorda
12. Area pelusida
13. Somit
14. Rhombencefalon
15. Mecencefalon
16. Procencefalon
17. Proamnion

Preparat Embrio Ayam Umur 33 Jam

Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.

56
D. Embrio Ayam Umur 42-52 Jam

1. Belokan tubuh, terbagi menjadi :


a. Belokan di daerah kepala merupakan lengkungan di anterior daerah mesenfalon.
b. Belokan di daerah servik merupakan lengkungan yang terjadi di bagian
rombensefalon disebut flexura servikalis atau flexura nukalis.
c. Lipatan ekor dan lipatan tubuh lateral.
d. Membran-membran ekstra embrional
1) Lipatan amnion di daerah kepala (amniontic fold).
2) Lipatan amnion di daerah badan (lateral).
3) Lipatan amnion di daerah ekor belum terbentuk.
2. Susunan syaraf
a. Prosensefalon terbagi dua: telensefalon dan diensenfalon. Pada diensenfalon
terdapat epifise sebagai penonjolan atapnya vesikula optika.
b. Mesensefalon merupakan bagian penyempitan.
c. Rombensefalon terbagi dua: metensefalon dan mielensefalon. Metensefalon
yang kelak jadi serebelum.
3. Susunan peredaran darah
a. Jantung
b. Vena vitelina yang mengembalikan darah ke jantung dari area vaskulosa melalui
vena omfalomesenterika.
c. Arteri vitelina yaitu arteri besar bercabang-cabang yang berasal dari arteria
omfalomesenterika.
4. Saluran pencernaan makanan
a. Stomodeum merupakan lekukan ektodermal di sebelah anterior lengkung
mandibula.
b. Faring merupakan lanjutan ke kaudal dari stomodeum.
5. Pembentukan tubuh embrio
Axis badan sudah tidak dalam satu bidang, di bagian anterior arah lateral sedang
di bidang posterior arah dorso-ventral. Torsi terjadi kira-kira di setengah bagian
anterior atau di sekitar jantung.

57
Embrio Ayam Umur 48 Jam Keterangan :
1. Diencefalon
2. Vesicula optica
4. Telencefalon
5. Procencefalon
6. Jantung
7. Arteri vena omfalomesenterika
8. Somit
9. Vesicula otica
10. Rhombensefalon
11. Mesencefalon

Preparat Embrio Ayam Umur 48 Jam

Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

58
E. Embrio Ayam Umur + 72 Jam
Mulai terbentuknya kuntum/calon sayap dan kuntum kaki, dan tonjolan pertama alantois.
Penutupan amnion makin ke bagian posterior, kira-kira tinggal seperempat bagian
posterior yang belum tertutup amnion.

1. Saraf
a. Telensefalon dengan hemisperi.
b. Diensefalon dengan tonjolan epifise.
2. Pencernaan
Calon pencernaan di bagian posterior telah terbentuk saluran sebagai ujungnya dan
bermuaranya sebagai intestinum portal posterior. Pada calon itu terbentuk tonjolan
alantois yang masih kecil.
3. Peredaran darah
Jantung masih di luar badan
4. Pembentukan tubuh embrio
Axis badan belum satu bidang,sebelah anterior dalam kedudukan dari
lateral,sedangkan di bagian posterior masih dengan arah dorso-ventral. Torsi
terjadi di bagian hampir ujung belakang embrio.

Keterangan :
1. Metensefalon
2. Mesensefalon
3. Vesikula optica
4. Diencefalon
5. Epifisis
6. Telencefalon
7. Flexura cranialis
8. Arteri/vena omfalomesenterika
9. Arteri/vena omfalomesenterika
10. Somit
11. Plica neuralis
12. Sulcus neuralis
13. Jantung
14. Atrium
15. Viseral cleft IV
16. Mielensefalon
17. Vesikula otica
18. Viseral cleft

59
Preparat Embrio Ayam Umur 72 Jam

Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

60
Catatan:

61
DAFTAR PUSTAKA

1. Banks, W.J. 1993. Applied Veterinary Histology. 3rd. Mosby-Year Book, Inc.
Missouri, USA.
2. Bacha Jr., W.J. dan Bacha, L.M. 2000. Color Atlas of Veterinary Histology. 2nd.
Lippincott Williams & Wilkins, Pennsylvania, USA
3. Samuelson, D. A. 2007. Textbook of Veterinary Histology. Saunders. St. Louis,
Missouri
4. McGeady, T.A., Quinn, P.J., Patrick, E.S dan Ryan, M.T. 2006. Veterinary
Embryology. T.J. International Ltd., Cornwall. Great Britain.
5. Mescher, A.L. 2016. Basic Histology Junquieira, The McGraw-Hill.
6. Sandhu, G.S., Srivastava, S. dan Arora, C.K.1994. A Textbook of Embryology. Anmol
Publications Pvt Ltd. New Delhi. India.
7. Yatim, W. 1984. Embriologi. Edisi ketiga. Tarsito, Bandung, Indonesia

62

Anda mungkin juga menyukai