Anda di halaman 1dari 3

RESENSI NOVEL “WILLIAM”

Nama : Dhea mutiara

Kelas : x farmasi 1
Judul Buku : William

Pengarang : Risa Saraswati

Penerbit : PT. Bukune Kreatif Cipta

Tahun Terbit : 2017

Kota Terbit : Jakarta

Cetakan : Kedua, Juli 2017

Tebal Buku : viii + 208 Halaman

ISBN : 978-602-220-226-4

William van Kemmen lahir di Belanda dan tinggal selama beberapa tahun disana. Sebelum

kedua orang tuanya yang memutuskan pindah ke Indonesia. Berbeda dengan Janshen, orang
tua William khusunya Sang Mama sangat egois dan berambisi semata-mata hanya untuk

harta. Sang Papa pun begitu mencintai istrinya dan menuruti segala kemauan istrinya.

Berbeda dengan keempat sahabatnya yang lain, William sungguh pendiam. Dia anak laki-laki

yang tidak pandai berkata-kata dan hanya mengungkapkan perasaannya melalui melodi-

melodi yang dia mainkan melalui biolanya. Biola tersebut pemberian Sang Kakek yang

bernama Nouval sekaligus menjadi nama biola tercinta William. Meskipun sang mama sudah

membeli biolanbaru dan lebih bagus, William tetap suka dan setia dengan biola pemberian

Sang Kakek.

Orang tua William disibukkan dengan usaha milik keluarga Kemmen sampai-sampai tidak

ada waktu untuk William, ia menghabiskan waktu sehari-hari untuk belajar disekolah dan

dengan para asisten keluarganya.

William adalah anak yang pandai tetapi sangat pendiam. Dia jarang terlihat bercakap cakap

dengan teman sebayanya saat berada di sekolah. Sang Mama yang acuh tak acuh dengan

William hanya ingin melihat anaknya tampil mewah dan terlihat kaya dihadapan teman-

teman Sang Mama. Sikap tersebut jelas tak disukai oleh William. Kerap kali William diam

saja dan tidak memberontak.

Dengan terlahir dari keluarga kaya raya tak membuat William bahagia seutuhnya, ia kerap

kali mengikuti kemauan orang tuanya. Sebagai seorang anak pendiam, William hampir tidak

pernah memberontak. Hingga suatu ketika isu Jepang mulai ada di Indonesia. William hanya

diam dan tidak terlalu menghiraukan tentang isu tersebut.

Sang orang tua yang egois tetap ingin tinggal di Indonesia dan memenuhi kekayaan

keluarganya dengan bisnis yang menghasilkan kekayaan. Orang tua William tidak memilih

kembali ke negeri asalnya, Belanda.

Hingga suatu ketika Jepang benar-benar dat


ang ke Indonesia dan menangkap orang-orang Belanda. Ketika itu William hanya duduk

santai dan memainkan biolanya, entah diluar keadaan begitu buruk. Sampai akhirnya ia mati

di tangan Jepang.

Entah bagaimana, biola kesayangannya masih tetap dalam genggamannya.

Kisahnya begitu pilu dan semasa hidupnya tidak dipebuhi dengan rasa bahagia. Risa

Saraswati begitu bagusnya menceritakan kisah ini yang begitu menyedihkan.

Anda mungkin juga menyukai