Anda di halaman 1dari 68

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Komunikasi

Perilaku komunikasi dalam kelompok adalah tindakan dalam berkomunikasi,

setiap tindakan dalam komunikasi meliputi tindakan verbal dan tindakan

nonverbal atau yang lebih dikenal dengan perilaku komunikasi verbal dan

perilaku komunikasi nonverbal bahwa pesan verbal adalah semua jenis

simbol yang menggunakan satu kata atau lebih, LaPierre 1934 (dalam Azwar,

2015: 5) mendefinisikan sikap suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan

antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau

secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah

terkondisikan. Oleh karenanya, komunikasi verbal adalah usaha-usaha yang

dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan

dengan menggunakan bahasa. Dalam proses komunikasi kelompok, selain

perilaku komunikasi verbal dalam bentuk dialog, diskusi, dan percakapan

dengan penggunaan bahasa sebagai simbol yang telah dikonstruksi dan

memiliki makna yang sama juga terdapat perilaku komunikasi nonverbal

yaitu perilaku komunikasi yang menggunakan simbol atau isyarat selain

dengan kata-kata.

Kelompok pemikiran yang diwakili oleh para ahli seperti Chave (1928),

Bogardus (1931), LaPierre (1934), Mead (1934), dan Gordon Allport (1935)
8

tokoh terkenal di bidang psikologi sosial dan psikologi kepribadian (dalam

Azwar, 2015: 5) yang konsepsi mereka mengenai sikap lebih kompleks,

menurut kelompok pemikiran ini, sikap merupakan semacam kesiapan untuk

bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Proses mental yang

terjadi dalam diri manusia tidak dapat kita amati secara langsung, oleh karena

itu, kita hanya dapat menarik kesimpulan mengenai apa yang menyebabkan

seseorang bertingkah laku tertentu berdasarkan apa yang ditampilkan orang

tersebut. Perilaku manusia sering pula disebut tingkah laku, yang berbentuk

aktivitas seseorang dalam rangka bereaksi terhadap rangsangan atau stimulus.

Stimulus dapat berasal dari dirinya sendiri atau dari luar (lingkungan).

Hubungan stimulus dengan tindakan merupakan hubungan sebab akibat.

Kekuatan yang mempengaruhi perilaku manusia, tidak hanya kekuatan yang

berasal dari lingkungannya saat ini, tetapi juga pengalaman masa lalu dan

juga pengaruh dari masa depan.

Perilaku komunikasi penyuluh pertanian, perilaku atas process area (metode

penyuluhan). Penyuluhan diselenggarakan menurut situasi dan kondisi

petani/masyarakat, penyuluhan ditunjukkan untuk kepentingan dan kebutuhan

petani/sasaran, penyuluhan dilakukan secara demokratis. Perilaku atas content

area (materi penyuluhann) yaitu penerapan teknologi usaha tani, keterpaan

penyuluh pada media massa (radio dan media cetak), frekuensi komunikasi ,

jumlah waktu yang diguanakan, dan jenis media yang digunakan. Intensitas

komunikasi dengan kolega/lembaga pendukung lain berkaitan dengan materi

penyuluhan, frekuensi komunikasi, jumlah waktu yang digunakan, media

yang digunakan.
9

Tingkah laku manusia juga dipengaruhi oleh kekuatan dari dirinya sendiri.

Individu memiliki minat, insight, emosi, pikiran dan motif yang mewarnai

tindakannya. Semua ini akan menggerakkan aktivitas manusia, termasuk

aktivitas komunikasi dan aktivitas lainnya. Munculnya suatu perilaku

tertentu, tidak semata-mata dirangsang oleh stimulus luar ataupun situasi

eksternal, tetapi juga ditentukan oleh pemilihan kognitif. Secara sadar

terhadap berbagai alternatif tingkah laku yang disesuaikan dengan

persepsinya terhadap situasi eksternal tersebut.

Perilaku komunikasi yang tampak disebut juga overt behavior dan perilaku

yang tidak tampak disebut covert behavior. Perilaku baik yang tampak

maupun tidak tampak ada yang alami (innate) dan ada yang operan (operant).

Sebagian besar perilaku manusia berupa perilaku operan, yakni perilaku yang

dibentuk atau dipelajari, sedangkan perilaku alami berupa gerakan-gerakan

refleks, insting atau pembawaan yang berkaitan dengan kepribadian yang

dibawa sejak lahir walaupun hal ini dapat diubah. Perilaku komunikasi

sebagai bagian dari perilaku pada umumnya merupakan aktivitas baik yang

tampak maupun yang tidak tampak dan bersifat operan. Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan konsep perilaku komunikasi yang lebih mendalam

khususnya hubungan perilaku komunikasi penyuluh pertanian. Perilaku

komunikasi itu terdiri dari perilaku atas process area (metode penyuluhan)

dan perilaku atas content area (materi penyuluhan).

Dalam penelitian ini menimbulkan teori difusi inovasi, Everret M. Rogers

1983 (dalam Azwar, 2015: 52) mendefinisikan difusi sebagai proses dimana

suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu


10

tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial. Difusi adalah suatu

komunikasi jenis khusus yang berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan

sebagai ide baru. Sedangkan komunikasi didefinisikan sebagai proses di mana

para pelakunya menciptakan informasi dan saling bertukar informasi untuk

mencapai pengertian bersama.

Unsur utama difusi adalah : (1) inovasi, (2) yang dikomunikasikan melalui

saluran tertentu, (3) dalam jangka waktu tertentu, dan (4) di antara para

anggota suatu sistem sosial. Inovasi adalah suatu ide, karya atau objek yang

dianggap baru oleh seseorang. Ciri-ciri inovasi yang dirasakan oleh para

anggota sistem sosial menentukan tingkat adopsi: (1) relative advantage

(keuntungan relatif), (2) compatibility (kesesuaian), (3) complexity

(kerumitan), (4) trial ability (dapat diuji coba), dan (5) observe ability (dapat

diamati) Everret M. Rogers 1983 (dalam Azwar, 2015: 53).

B. Definisi Kelompok
Apa yang dimaksud dengan kelompok ? berikut ini adalah beberapa definisi

kelompok :

“..a collection of person who are perceived to be bonded together in a

coherent unit some degree” (Baron, Branscombe, & Byrne, 2008, p. 380

(dalam Sarwono, 2012: 168). (“…sekumpulan orang yang merasa terikat

bersama dalam unit koheren pada beberapa tingkatan”).

“…two or more people who share a common definition and evaluation of

themselves and behave in accordance with such definition” (Vaughan &

Hogg, 2005,hlm.182 (dalam Sarwono, 2012: 168). (“….. dua atau lebih
11

orang yang berbagi definisi dan evaluasi yang serupa tentang diri mereka

dan bersikap berdasarkan definisi tersebut.”).

“…two or more individuals in face to face interaction, each aware of

his/her membership in the group, each aware of the others who belong to

the group, and each aware of their positive interdependence as they strive

to achieve mutual goals”(Johnson &Johnson, dalam Vaughan

&Hogg,2005,hlm.183). (“…dua atau lebih individu berinteraksi secara

langsung, masing-masing peduli dengan orang lain yang menjadi anggota

group, dan masing masing peduli dengan ketergantungan positif mereka

sehingga mereka dapat berusaha mencapai tujuan bersama”). (dalam

Sarwono, 2012: 168).

Berdasarkan definisi definisi tersebut, maka kita dapat menarik

kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kelompok mempunyai hal-hal

berikut.

1. Sekelompok orang (dua atau lebih).

2. Memprsepsi dan Dipersepsi sebagai satu kesatuan.

3. Ada interaksi antar anggota.

4. Ada saling ketergantungan satu sama lain.

5. Memiliki tujuan bersama.

6. Anggota kelompok merasa dirinya sebagai bagian dari kelompok.

Dengan demikian, untuk disebut sebagai kelompok ada persyaratan

fisik yang harus dipenuhi, seperti ada beberapa individu yang

berinteraksi dan saling tergantung untuk mencapai tujuan bersama, dan


12

ada pula persyaratan non-fisik, seperti persepsi sebagai satu kesatuan

serta perasaan sebagai bagian dari kelompok. Pemahaman ini

membedakan kelompok dengan agregat. Agregat adalah kumpulam

orang yang kebetulan berada di satu tempat tertentu tanpa memenuhi

persyaratan sebagaiman yang ada di kelompok. Akan tetapi, definisi

kelompok diatas biasanya digunakan pada kelompok kecil, tatap muka,

berjangka pendek (short-lived), interaktif, dan task oriented, serta

proses-proses interpersonal antara dua orang atau lebih. Namun

kenyataannya, ada berbagai jenis kelompok lain, seperti massa

(kelompok besar), keluarga, etnik, kebangsaan, agama (hubungan

darah, ideology, atau kepercayaan). Ada pula yang tanpa tatap muka

dan tidak saling tergantung, hanya ada kesamaan minat (public) atau

kesamaan kelompok usia (cohort). (Sarwono 2012: 169)

C. Mengapa Mengkaji Kelompok

Kajian tentang kelompk dalam psikologi social amat penting karena kita

hidup di tengah aneka kelompok. Kita bekerja, bermain dan bergaul di

dalam kelompok di dalam kelompok ini kita menyatakan pandangan dan

sikap pribadi melalui kelompok. Kelompok juga “menentukan”siapa diri

kita dan, bahkan sebagian besar cara hidup kita. Hal ini tampak Bahasa yang

digunakan, perilaku cultural yang kita praktikan, dan pendidikan yang kita

peroleh. Misalnya, jika seseorang berbahasa Indonesia, punya KTP,

memakan nasi sebagai makanan pokok, beretnis Melayu, dan mudik ketika

hari raya, berarti orang itu adalah orang Indonesia karena tingkah lakunya

dibentuk oleh kelompoknya, yakni kelompok orang Indonesia. Begitu


13

kuatnya pengaruh kelompok terhadap individu sehingga sering kali individu

dibatasi kemerdekaannnya dan keunikannya. Ketika menjadi anggota suatu

kelompok, individu bertingkah laku berbeda ketika berada di ruang kelas

sebagai mahasiswa dan ketika berada di tengah tengah kelompok

demonstran menuntut turunnya harga bahan bakar minyak. Orang lain pun

akan mempersepsi individu sebagai anggota kelompok, sehingga bereaksi

sesuai persepsinya tersebut.

Coba anda bayangkan, bagaimana reaksi anda ketika bertemu dengan

seseorang Narapidana kasus pembunuhan di penjara Cipinang dan seorang

Mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan anda. Apakah tingkah laku anda

akan sama atau berbeda ketika berinteraksi dengan kedua orang tersebut ?

atu, apakah ada bedanya ketika anda bertemu pria asal Amerika dengan pria

dari Baduy Luar ? jawaban dari kedua contoh diatas hamper pasti : „beda‟.

Reaksi atau tingkah laku kita akan berbeda terhadap orang yang berasal dari

kelompok berbeda. Berarti, kelompok amat berpengaruh pada tingkah laku

kita dan tingkah laku orang lain terhadap diri kita. (Sarwono, 2012: 169)

D. Manfaat Kelompok bagi Individu

Meski kelompok bias membatasi independensi Individu, namun Individu

dimanapun tetap saja menjadi anggota kelompok tertentu. Ini karena

kelompok memberikan manfaat bagi individu. Menurut Burn 2004 (dalam

Sarowono, 2012: 169), kelompok memiliki tiga manfaat, yaitu :


14

1. Kelompok memenuhi kebutuhan individu untuk merasa berarti dan

dimiliki. Adanya kelompok membuat individu tidak merasa sendirian, ada

orang lain yang membutuhkan dan menyayangi.

2. Kelompok sebagai sumber identitas diri. Individu yang tergabung dalam

kelompok biasa mendefinisikan dirinya, ia mengenali dirinya sebagai

anggota suatu kelompok, dan bertingkah laku sesuai norma kelompok itu

3. Kelompok sebagai sumber informasi tentang dunia dan tentang diri kita

adanya orang lain, dalam hal ini kelompok, bias member kita informasi

tentang banyak hal, termasuk tentang siapa diri kita.

Selain itu, ada manfaat lain yang cukup mendasar yang membuat individu

betah berkelompok, yakni dukungan untuk untuk mencapai tujuan

individu. Wibawa 2002 (dalam Sarwono, 2012: 170), yang meneliti 346

responden polisi, menemukan bahwa anggota polri tergabung dalam

kelompok kelompok formal dan informal didalam kepolisian.

Pengelompokan itu terjadi karena anggota merasakan manfaat bergabung

dalam sebuah kelompok, yaitu mendukung terselesaikannya tugas serta

mendapat bantuan financial dan pengembangan karier.

E. Alasan Individu Bergabung di Dalam Kelompok

Adanya berbagai kelompok di sekitar individu membuat individu bias

tergabung dalam lebih dari satu kelompok dengan berbagai alasan. Vaughan

dan Hogg 2005 (dalam Sarwono, 2012: 170) mengemukakan beberapa

alasan individu menjadi anggota suatu kelompok.


15

1. Poksimitas. Individu cenderung bergabung dengan individu lain yang

berdekatan. Misalnya, mahasiswa-mahasiswa yang tenpat tinggalnya di

Bogor akan berkelompok untuk pulang bareng.

2. Kesamaan minat, sikap, atau keyakinan. Individu-individu yang punya minat

atau keyakinan yang sama cenderung berkelompok. Misalnya, para

mahasiswa muslim bergabung di dalam kelompok mahasiswa muslim.

3. Saling tergantung untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Adanya tujuan

bersama menyebabkan beberapa individu bergabung dalam satu kelompok.

Misalnya, para mahasiswa yang ingin supaya harga BBM di turunkanakan

bergabung dalam Demonstran menentang keputusan pemerintah menaikkan

harga BBM.

4. Dukungan timbal balik yang positif (mutual Positive support) dan

kenikmatan berafiliasi. Kelompok bias member dujkungan yang positif

kepada individu serta membuat individu merasa memiliki afiliasi. Hal ini

dapat menghindarkan individu dari kesepuan. Misalnya, seorang mahasiswa

yang tidak masuk kuliah akan memperoleh informasi tentang tugas dari

teman kelompknya.

5. Dukungan emosional. Kelompok juga bias member dukungan emiosional

untuk para anggotanya. Misalnya, seorang mahasiswa yang diputuskan oleh

pacarnya akan dihibur teman temannya sekelompoknya dan bias sejenak

melupakan masalahnya dengan berjalan jalan bersama teman- temannya

6. Identitas social. Keanggotaan individu di dalam kelompok membuat individu

memilki identitas. Individu tahu siapa dirinya karena ia anggota suatu


16

kelompok. Misalnya, mahasiswa Universitas Indonesia, karyawan Garuda

Indonesia, anggota Jamaa‟ah Tabligh , dan anggota geng motor.

Alasan bergabung dalam kelompok diatas juga tampak pada penelitian yang

dilakukan Wibawa 2002 (dalam Sarwono, 2012: 170) pada anggota Polri. Ia

menemukan bahwa anggota Polri berinteraksi dalam kelompok tertentu

karenba kebutuhan untuk menggantungkan diri pada kelompok (afiliasi),

adanya kedekatan hubungan yang tercipta semasa mengikuti pendidikan

kepolisian (proksimitas), adanya manfaat social seperti pengembangan diri

menjaga kekompakan (dukungan timbale balik yang positif ), serta adanya

kesamaan minat secara informal di luar tugas.

F. Komponen Utama Kelompok

Kelompok memiliki struktur. Struktur kelompok ini dapat memengaruhi

tingkah laku individu yang menjadi anggotanya atau individu lain di luar

kelompok. Struktur kelompok terdiri dari peran, status, jejaring komunikasi,

sosialisasi kelompok, norma, dan kohesivitas.

“…sets bahaviors that individuals (or group of individuals)accupying

specific positions within a group are expected to perform,”(Baron dkk 2008,

hlm, 384 (dalam Sarwono, 2012: 171). (“…serangkaian perilaku yang

diharapkan untuk dilakukan oleh individu (atau kelompok individu) yang

menempati posisi tertentu di dalam grup”).


17

“…specifically designed to differentiate among people within the group

for the greater good of the group as a whole…. Help to clarify the

responsibilities and obligations of group members,” (Vaughan & Hogg,

2005, hlm 201 (dalam Sarwono, 2012: 171). (“…dirancang dengan

spesifik untuk membedakan di antara orang orang dalam grup untuk

kebaikan grup itu secara keseluruhan membantu untuk menjelaskan

tanggung jawab dan kewajiban anggota grup).

Berdasarkan kedua definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

yang dimaksud dengan peran adalah serangkaian tingkah laku yang

dijalankan dan atau diharapkan dijalankan oleh oleh anggota kelompok

yang memiliki posisi tertentu didalam kelompok sehingga membedakan ia

dari anggota lain yang memiliki posisi yang berbeda.

Peran muncul karena kelompok terdiri dari kumpulan individu yang punya

fungsi berbeda-beda, sesuai dengan posisinya. Ada yang menjadi

pemimpin, ada yang menjadi pengikut. Ada yang menjadi penguasa, dan

ada yang dikuasai, setiap individu yang berada diposisi tertentu dituntut

menampilkan tingkah laku tertentu. Misalnya, presiden Indonesia harus

menyusun cabinet, mengajukan anggaran, dan membuat keputusan untuk

menaikkan atau menurunkan harga. Sementara anggota DPR tidak dituntut

untuk melakukan hal yang dilakukan presiden, tetapi anggota DPR

dituntut mengesahkan anggaran yang diajukan presiden.

Dengan demikian, peran berfungsi untuk membedakan anggota kelompok

berdasarkan tanggung jawab masing masing. Peran juga membantu


18

menciptakan lingkungan yang stabil serta mengurangi ketidakpastian

karena. Setiap orang yang duduk di posisi tertentu sudah tau apa yang

diharapkan darinya. Peran juga berfungsi member informasi tentang apa

yang seharusnya dilakukan didalam kelompok serta tentang siapa kita

didalam kelompok dalam hubungannya dengan anggota lain. Adanya

peran juga membantu member informasi tentang apa yang seharusnya kita

harapkan dari orang lain yang berada di suatu posisi. Dengan begitu, peran

dapat mencegah anggota kelompok dari sanksi yang negative akibat salah

mengambil tindakan dan mencegah anggota kelompok dari

kesalahpahaman (Burn 2004 dalam Sarwono, 2012: 172).

Peran yang diambil seorang anggota kelompok diinternalisasi dan menjadi

bagian dari konsep diri pemiliknyam, menjadi alat untuk mendefinisikan

diri pemilik peran, dan mengarahkan tingkah lakunya. Salah satu contoh

penelitian tentang bagaimana peran sangat mempengaruhi tingkah laku

anggota kelompok adalah eksperimen‟penjara‟Zimbardo tahun 1974.

Sebanyak 24 mahasiswa menjadi partisipan eksperimen ini.mereka dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu kelompok sipir atau petugas penjara dan

kelompok narapidana. Mereka diminta bertingkah laku sesuai dengan

peran yang diperoleh. Anggota kelompok petugas penjara diberi seragam

petugas, dilengkapai dengan kacamata hitam dan pentungan. Mereka

berperan mendisiplinkan kelompok narapidana. Sedangkan anggota

kelompk narapidana diberi seragam narapidana, dilengkapi tutup kepala

dan kantong kertas penutup wajah. Mereka harus patuh pada petugas

penjara. Jika melawan, petugas penjara diperbolehkan membentak atau


19

menggunakan pentungan. Rencananya, eksperimen ini berlangsung selama

dua minggu, namun terpaksa dihentikan setelah berjalan enam hari. Ini

karena terjadi konflik antara kedua kelompok tersebut. Partisipan yang

berperan menjadi petugas penjara berubah menjadi represif dan agresif.

Mereka mempermalukan dan mengintimidasi narapidana. Sementara

partisipan yang berperan menjadi narapidana semula patuh namun

kemudian berontak. Namun, secara bertahap menreka menjadi bergairah.

Hasil eksperimen ini menunjukan bahwa peran memengaruhi tingkah laku

individu. Tak peduli apa latar belakang individu atau bagaimana

kepribadiannya, peran dapat mengarahkan tingkah laku individu, bahkan

menjadi sangat ekstrim, yang dalam kondisi‟normal‟ hampir tidak

mungkin dilakukannya (Zimbardo 2007 dalam Sawarno, 2012: 172).

G. Komunikasi Didalam Kelompok

Yang dimaksud dengan komunikasi adalah transmisi informasi dan

pemahaman antara anggota kelompok (Burn 2004 dalam Sarwono, 2012:

174). Komunikasi sangat penting bagi kelompok karena naggota kelompok

dengan perannya masing-masing perlu berkordinasi untuk mencapai tujuan

kelompok. Oleh karena itu, komunikasi juga bias dianggap sebagai bagian

dari struktur kelompok (Cartwright dan Zander, 1968 dalam Sarwono,

2012: 174)

Komunikasi didalam kelompok biasanya membentuk jejaring yang

menentukan siapa berkoordinasi dengan siapa. Jejaring komunikasi bias


20

terpusat terbentuk ketika anggota kelompok harus menghubungi seorang

tokoh sentral untuk berkomunikasi dengan anggota lain. Tokoh sentral

untuk berkomunikasi dengan anggota lain. Tokoh sentral ini adalah

sumber informasi serta target komunikasi. Sedangkan Jejaring

Komunikasi tersebar terbentuk ketika informasi mengalir di antara anggota

kelompok tanpa harus melalui tokoh sentral. Disini komunikasi dan akses

informasi terdistribusi secara lebih merata. Contohnya lingkaran dan

sarang laba laba (lihat Gambar 1 Burn,2004 dalam Sarwono: 175) yaitu

sebagai berikut:

Jejaring komunikasi terousat

y wheel Rental

Jejaring komunikasi tersebar

Sarang laba-laba lingkaran

Gambar 1. Jejaring komunikasi

Komunikasi juga bias berbentuk secara formal dan informal. Jejaring

komunikasi formal dirancang dan disediakan oleh kelompok, seperti memo

internal dan rapat mingguan. Sementara jejaring komunikasi informal adalah

jejaring komunikasi yang tidak resmi, seperti grapevine dan gossip.


21

Grapevine adalah saluran tempat berlau-lalang gossip, rumor, dan informasi

tidak resmi lainnya. Gossip adalah komunikasi tentang anggota kelompok

yang bias benar atau salah, sedangkan rumor adalah gossip yang tidak jelas

substansinya (Burn,2004 dalam Sarwono, 2012: 175).

Sari 2000 (dalam Sarwono, 2012: 175), yang meneliti jejaring komunikasi

formal dan informal di dua perusahaan, menemukan bahwa jejaring

komunikasi formal dan informal bias tumpang tindih. Komunikasi informal

bias terjadi saat kelompok tengah melakukan komunikasi formal. Jabatan

memegang peranan penting dalam ketumpang tindihan ini.

H. Iklim Komunikasi dalam kelompok.

Selain struktur komunikasi, iklim komunikasi juga berperan penting dalam

memengaruhi tingkah laku anggota kelompok. Iklim komunikasi dapat

bersifat suportif (kooperatif) dan defensive (kompetitif). Jika iklim

komunikasi yang berkembang membuat anggota kelompok merasa bebas

untuk berkomunikasi secara jujur dan komunikasi ditujukan untuk

membahas kerja kelompok, maka berarti iklim komunikasi suportif

(kooperatif) tengah berlangsung. Sedangkan jika iklim komunikasi yang

berkembang membuat anggota kelompok saling tidak percaya, dan saling

bersaing, maka iklim komunikasi defensive (kompetitif) sedang berlangsung

didalam kelompok itu. (Sarwono,2012 : 177)

I. Kohesivitas Kelompok.

“…essential property of a group that makes it act like group (solidarity,

esprit de corps, team spirit, morale); pysychological process that transform


22

an aggregate of individuals into a group” (Vaughan dan Hogg, 2005, hlm

193 (dalam Sarwono, 2012: 178). (“… property essensial dalam group yang

membuatnya bersikap seperti grup tersebut (solidaritas, esprit de corps,

semangat tim,moral) proses psikologis yang mentransformasikan sejumlah

individu kedalam sebuah grup.”).

“…all forces (factors) that cause group members to remain in the group”

(Baron et all,2008, hlm 388 (dalam Sarwono, 2012: 178). (“…semua

kekuatan (factor) yang menyebabkan anggota grup tetap berada dalam grup

tersebut”).

Berdasarkan definisi definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

yang dimaksud dengan kohesivitas kelompok adalah faktor-faktor yang

dimiliki kelompok yang membuat anggota kelompok tetap menjadi anggota

sehingga terbentuklah kelompok. Kohesivitas penting bagi kelompok karena

ia menyatukan beragam anggota menjadi satu kelompok. Tingginya

kohesivitas kelompok berhubungan dengan konformitas anggota terhadap

norma kelompok, kemampuan anggota untuk menitikberatkan pada

persamaan sebagai kelompok, meningkatnya komunikasi didalam

kelompok, dan meningkatnya rasa suka terhadap anggota kelompok

(Vaughan dan Hogg, 2005 dalam Sarwono, 2012: 178).

Meski kohesivitas penting bagi kelompok, namun ia tidak selalu dapat

meningkatkan produktivitas kelompok. (Malik 1992 dalam Sarwono, 2012:

178), dalam studinya pada lembaga swadaya masyarakat di Bandung, Jawa

Barat, menemukan bahwa produktivitas lebih tinggi pada kelompok kohesif


23

yang heterogen daripada kelompok kohesif yang homogeny. Hasil ini

menunjukan bahwa kohesifitas saja tidak cukup untuk meningkatkan

produktivitas. Ada factor-faktor lain yang berpengaruh, seperti keragaman

anggota dan kemungkinan besar juga jenis organisasi serta pekerjaannya.

Fastinger, Schacter, dan Back (1950 dalam Sarwono, 2012: 178)

mengemukakan bahwa kohesivitas dipengaruhi oleh kemenarikan kelompok

dan anggotanya serta sejauh mana kelompok bias memenuhi kebutuhan atau

tujuan individu (Vughan dan Hogg, 2005 dalam Sarwono, 2012: 179).

Terbentuknya kohesivitas selanjtnya akan memengaruhi tingkah laku

anggota, seperti melanjutkan keanggotan di dalam kelomok serta patuh pada

norma kelompok.

J. Berbagai Model Sosialisasi.

1. Forming (orientasi). Ini adalah tahap pertama, kelompok baru terbentuk,

partisipasi anggota kelompok masih sedikit dan bergantung pada

pemimpin atau peraturan yang umum.

2. Storming (konflik). Ini merupakan tahap kedua, anggota kelompok tidak

sependapat tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana peran

pemimpin di dalam kelompok. Disini terjadi diskusi dan perdebatan antar

anggota sambil saling menilai satu sama lain.

3. Norming (struktur). Pada tahap ketiga ini mulai ada kohesi kelompok

serta terbentuk struktur, peran, dan rasa ke-kita-an. Disini juga ditentukan

tata cara, norma, aturan, hak dan kewajiban yang akan dijadikan rujukan.
24

4. Performing (bekerja). Pada tahap ini anggota kelompok terfokus untuk

menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan kelompok.

5. Adjourning (bubar). Ini adalah tahap terakhir, anggota kelompok mulai

melepaskan diri dari kegiatan social, emosional, dan tugas kelompok.

Contoh perkembangan kelompok yang paling mudah diamati adalah

organisasi Senat Mahasiswa, setelah ketua senat terpilih, ia membentuk

kepengurusan yang baru. Disinilah terjadi tahap orientasi. Ketua senat

mengarahkan kepengurusannya dan pengurus juga masih tergantung pada

sang ketua karena kelompok baru berbentuk. Selanjutnya pengurus senat

mulai berdiskusi dan berdebat, misalnya tentang aturan pertemuan berkala.

Bagaimana memulai menjalankan, dan mengevaluasi program program

senat, dan sabagainya, dari perdebatan itu, tebentuk norma kelompok.

Setiap orang sudah jelas tugas dan kewajibannya serta tata cara

berhubungan di dalam kelompok. Terbentuknya norma atau struktur

kelompok ini membuat pengurus senat menjadi efektif bekerja sebelum

akhirnya bubar di akhir masa kepengurusan. (Sarwono, 2012: 179)

Secara ringkas, komponen penting di dalam kelompok, yaitu peran, status,

komunikasi, kohesivitas, norma, dan sosialisasi kelompok, memengaruhi

bagaimana individu bertingkah laku di dalam kelompok. (Sarwono, 2012:

179).

K. Pengaruh Kelompok Terhadap Tingkah Laku Individu

Salah satu tujuan utama psikologi social adalah mengetahui pengaruh

kehadiran orang lain terhadap tingkah laku individu. Adakah perbedaan


25

tingkah laku ketika individu sendiri dengan ketika ada orang lain?. Berbagai

penelitian menunjukan bahwa adanya orang lain, dalam hal ini kelompok,

memengaruhi tingkah laku individu. Performa individu dapat meningkat

dengan adanya kelompok (fasilitas social), atau malah menurun (inhibisi

social).

Eksperimen awal tentang topic ini, yang juga eksperimen awal psikologi

social, dilakukan oleh norma (Triplett 1898 dalam Sarwono, 2012: 180).

Triplett membandingkan antara individu yang mengendarai sepeda sendiri

dengan mengendarai sepeda berpasangan dengan orang lain. Hasilnya,

individu mengendarai sepeda lebih cepat ketika dipasangkan dengan orang

lain daripada sendirian, temuan triplett ini menunjukan bahwa dalam

melaksanakan tugas-tugas motorik, adanya orang lain menimbulkan

kompetisi sehingga merangsang peningkatan energy orang. Akibatnya,

terjadi peningkatan performa. Inilah yang dinamakan efek fasilitatif.

Keberadaan orang lain memfasilitasi kinerja individu menjadi lebih baik.

Akan tetapi, tak selamanya kehadiran orang lain atau kelompok mampu

memfasilitasi kinerja individu. (Zajonc 1965 dalam Sarwono:, 2012: 182)

memperkenalkan teorinya yang disebut drive theory. Menurut teori ini,

kehadiran orang lain menyebabkan individu berada pada kondisi siaga

sehingga terjadi rangsangan atau peningkatan motivasi. Rangsang tersebut

berfungsi sebagai pendorong (drive) munculnya respon dominan benar

(tingkah laku/tugas terasa mudah), maka kehadiran orang lain menyebabkan

peningkatan performa. Sebaliknya, jika respons dominan salah (sulit), maka

kehadiran orang lain menurunkan performan.


26

Fasilitas
Jika benar
sosial
Kehadiran Timbul rangsangan Respon dominan
Orang lain meningkat
(arousal)
Inhibisi
Jika salah
sosial

Gambar 2. Drive theory

L. Kelompok dan Pengaruhnya pada Perilaku Komunikasi.

Para psikolog social juga mengenal mode. Pada tahun 1960-an, tema utama mereka

adalah persepsi social. Pada Dasawarsa berikutnya, tema ini memudar. Studi

tentang pembentukan dan perubahan sikap juga mengalami pasang surut. Pernah

menjadi mode sampai tahun 1950-an, memudar pada dawasarsa berikutnya, dan

popular lagi pada akhir 1970-an. Begitu pula studi kelompok.pada tahun 1940-an,

ketika dunia dilanda perang, kelompok menjadi pusat perhatian. Setelah perang,

perhatian beralih pada undividu, dan ini bertahan sampai pertengahan 1970-an.

Akhir 1970-an, minat yang tinggi tumbuh kembali pada studi kelompok, dan seperti

menjadi dominan pada pertengahan 1980-an. Para pendidik melihat komunkiasi

kelompok sebagai metode pendidikan yang efektif (Jalaluddin, 2012: 139). Para

manajer menemukan komunikasi kelompok sebagai wadah yang tepat untuk

melahirkan gagasan-gagasan kreatif. Para psikiater mendapatkan komunikasi

kelompok sebagai wahana untuk memperbaharui kesehatan mental. Para ideology

juga menyaksikan komunikasi kelompok sebagai sarana untuk meningkatkan

kesadaran politik ideologis. Minat yang tinggi ini telah memperkaya pengetahuan

kita tentang berbagai jenis kelompok dan pengaruh kelompok pada perilaku kita.

Marilah kita mulai dengan klasifikasi kelompok.


27

1. Klasifikai Kelompok

Tidak setiap himpunan orang disebut kelompok. Orang-orang yang berkumpul

di terminal bus, yang antri di depan loket bioskop, yang berbelanja di pasar,

semuanya disebut agregat bukan kelompok. Supaya agregat menjadi kelompok,

diperlukan kesadaran pada anggota-anggotanya akan ikatan yang sama yang

memersatukan mereka (Jalaluddin, 2012: 139). Kelompok mempunyai tujuan

dan organisasi (tidak selalu formal) dan melibatkan interaksi di antara anggota-

anggotanya. Jadi, dengan perkataan lain, kelompok mempunyai dua tanda

psikologis pertama. Anggota-anggota kelompok merasa terikat dengan

kelompok ada sense of belonging yang tidak dimiliki orang yang bukan anggota.

2. Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi.

Anda sudah mempersiapkan sebuah naskah pidato yang baik. Anda sudah

mempraktikannya dengan lancar di depan cermin. Begitu sempurnanya latihan

anda sehingga anda sendiri berdecak kagum akan kemampuan anda. Akan tetapi,

anehnya, begitu anda berdiri di depan hadirin, semua kemampuan itu hilang.

Suara anda tersekat di renggorokan. Pembicaraan anda terbata bata. Keringat

mengalir deras. Kaki bergetar, anda segera menyadari bahwa orator ulung di

depan cermin sekarang berubah menjadi orang linglung di depan podium. Ada

apa ? kata orang, anda demam panggung. Akan tetapi, apa yang menyebabkan

demam panggung ini ?. (Jalaluddin, 2012: 147)

Sementara itu, anda mengenal seorang sahabat anda, kalau ia mengobrol dengan

anda pada suasana informal, pembicaraannya tindak menarik. Suaranya agak

kecil, gerakan tangannya kaku, susunan kalimatnya tidak begitu teratur, dan
28

pemilihan katanya pun kurang baik. Anehnya, bila ia berdiri di mimbar, didepan

puluhan mata yang memandangnya, ia berubah menjadi “singa podium” lengkap

dengan getaran suara yang menyetrum, susunan kalimat yang mempesona, dan

cara penyampain yang memikat. Apakah ini juga demam panggung? Apa

gerangan yang mengakibatkan perubahan perilaku komunikasi ini ? Jawabannya

sederhana. Orang linglung dan singa podium” dalam contoh di atas dibentuk

karena pengaruh kelompok, karena reaksi sejumlah orang yang menyaksikan

perilaku komunikasinya. Perubahan perilaku individu terjadi karena apa yang

lazim disebut dalam psikologi social sebagai pengaruh social (social influence).

“social influence occurse whenever our behavior, feelings, or attitudes are

altered by what others say or do”, begitu definisi (Baron dan Byrne 1979 dalam

Jalaluddin, 2012: 147).

Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada

kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama.

Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok, aturlah rekan-

rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan

anggota,usahakan rekan rekan anda secara berurutan menunjukan persetujuan

mereka. Timbulkan kesan seakan akan seluruh anggota kelompok sudah setuju.

Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga. Menurut

(Kiesler dan Kiesler 1969 dalam Jalaluddin, 2012:147), konformitas adalah

perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat

tekanan kelompok yang nyata atau yang dibayangkan. (Jalaluddin, 2012: 147).
29

M. Model Perilaku Kelompok

Model perilaku kelompok seperti tergambar dalam gambar 3 di bawah ini adalah

model Robbins. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa kinerja dan

kepuasanakan menjelma menjadi kenyataan manakala terdapat proses dalam

kelompok yang baik dan intervening oleh kelompok tugas yang efektif. Proses

dalam kelompok itu akan dipengaruhi oleh suberdaya yang dimilki oleh anggota

anggota kelompok dan struktur yang mendukung kelompok, dimana keduanya

dipengaruhi oleh kondisi eksternal kelompok. (Wahjono, 2010: 154)

Group Member Group Task


Resources

Performance
External Group
And
Conditions Procesess
Satisfaction

Group
Structure
Gambar 3. Model Perilaku Kelompok Robbins

a. Bahwa perilaku kelompok tidak terlepas dari pengaruh Organisasi secara

keseluruhan.

b. Bahwa sumber daya seperti: Uang, Waktu, Bahan Baku, Peralatan dan

SDM yang dialokasikan kepada kelompok sangat berpengaruh kepada

perilaku kelompok. Bila sumber daya menyusut maka kecemasan

maningkat, konflik intra kelompok meningkat.

c. Bahwa struktur kelompok: otoritas pengambilan keputusan, pelaporan,

hubungan formal, aturan, prosedur, kebijakan akan menuntun perilaku


30

karyawan. Semakin formal struktur semakin dapat diramalkan perilaku

kelompok

d. Bahwa sumber daya dan struktur secara bersama sama akan

mempengaruhi proses dalam kelompok

e. Bahwa proses dalam kelompok akan mempengaruhi kinerja dan kepuasan

dengan variable moderator Tugas kelompok. (Wahjono, 2010: 154).

Terdapat asumsi yang harus dipatuhi dalam hubungan kelompok terhadap

kinerja dan kepuasan, yaitu :

a. Kelompok adalah bagian dari organisasi yang lebih besar.

b. Factor factor seperti (strategi organisasi, struktur otoritas, prosedur

seleksi, dan system imbalan) dapat memberikan suatu iklim yang

menguntungkan atau tidak bagi kelompok tersebut dalam organisasi.

(Wahjono, 2010: 154).

N. Kelompok Tani Dan Gabungan Kelompok Tani

1. Kelompok Tani

Menurut Kementrian Pertanian (2015), kelompok tani adalah kumpulan

petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan,

kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, dan sumberdaya) dan

keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha petani maupun

anggotanya. Ciri-ciri kelompok tani adalah:

1. Kelompok dibentuk oleh, dari, dan untuk petani.

2. Merupakan kumpulan petani yang berperan sebagai pengelola usahatani

baik pria/wanita dewasa maupun pria/wanita muda.


31

3. Bersifat non formal dalam arti tidak berbadan hukum, akan tetapi

mempunyai pembagian tugas dan tanggung jawab atas dasar

kesepakatan bersama, baik tertulis maupun tidak.

4. Mempunyai kepentingan bersama dalam berusahatani.

5. Sesama anggota saling mengenal, akrab, dan percaya mempercayai.

2. Pengertian Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani)

Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan

bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha

(Gapoktan sesuai Permentan No. 273 Tahun 2007 tentang Pedoman

Pembinaan Kelembagaan Petani). Tujuan gapoktan antara lain :

meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM, meningkatkan

kesejahteraan anggotanya, dan menyelenggarakan serta mengembangkan

usaha dibidang pertanian.

Gapoktan adalah gabungan kelompok tani yang bergabung dan

bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

Gapoktan dibentuk atas dasar, yaitu:

a. Kepentingan bersama antara anggota.

b. Berada pada kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama

diantara anggota.

c. Mempunyai kader pengelolaan yang berdedikasi untuk menggerakkan

petani.

d. Memiliki kader atau pimpinan yang diterima oleh petani lainnya.


32

e. Mempunyai kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sebagian

besar anggotanya.

f. Adanya dorongan atau manfaat dari tokoh setempat.

Membangun Gapoktan yang ideal diperlukan dukungan sumber daya

manusia yang berkualitas melalui pembinaan yang berkelanjutan. Proses

penumbuhan dan pengembangan gapoktan yang kuat dan mandiri

diharapkan secara langsung dapat menyelesaikan permasalahan petani,

pembiayaan dan pemasaran. Berdasarkan peraturan mentri pertanian no.

273/KPTS/OT.160/4/2007 tentang pedoman pembinaan kelembagaan

petani, pembinaan kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem

agribisnis, peningkatan peran, peran serta petani dan anggota masyarakat

pendesaan. Gapoktan merupakan kelembagaan ekonomi di pendesaan

yang didalamnya bergabung kelompok-kelompok tani. Gapoktan sebagai

aset kelembagaan dari kementrian pertanian diharapkan dapat dibina dan

dikawal selamanya oleh seluruh komponen masyarakat pertanian mulai

dari pusat, provinsi, kabupaten/kota hingga kecamatan untuk dapat

melayani seluruh kebutuhan petani di pendesaan.

3. Fungsi Gapoktan

Munculnya berbagai peluang dan hambatan sesuai dengan lingkungan

sosial ekonomi setempat, membutuhkan adanya pengembangan kelompok

tani ke dalam suatu organisasi yang jauh lebih besar. Beberapa kelompok

tani ke dalam suatu organisasi yang jauh lebih besar. Beberapa kelompok

tani bergabung ke dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan).


33

Penggabungan dalam Gapoktan terutama dapat dilakukan oleh kelompok

tani yang berada dalam satu wilayah administrasi pemerintah untuk

menggalang kepentingan bersama secara kooperatif.

Wilayah kerja Gapoktan sedapat mungkin di wilayah administratif

desa/kecamatan, tetapi sebaiknya tidak melewati batas wilayah

kabupaten/kota. Penggabungan kelompok tani kedalam gapoktan

dilakukan agar kelompok tani dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna,

dalam penyediaan sarana produksi pertanian, pemodalan, peningkatan,

atau perluasan usaha tani ke sektor dan hilir, pemasaran serta kerja sama

dalam peningkatan posisi tawar. Fungsi Gapoktan antara lain:

a. Merupakan satu kesatuan unit produksi untuk memenuhi kebutuhan

pasar (kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan harga).

b. Penyediaan saprotan (pupuk bersubsidi, benih bersertifikat, pestisida

dan lainnya) serta menyalurkan kepada para petani melalui

kelompoknya.

c. Penyediaan modal usaha dan meyalurkan secara kredit/pinjaman

kepada para petani yang memerlukan.

d. Melakukan proses pengolahan produk para anggota (penggilingan,

grading, pengepakan, dan lainnya) yang dapat meningkatkan nilai

tambah.

e. Menyelenggarakan perdagangan, memasarkan/menjual produk petani

kepda pedagang/industri hilir.


34

4. Biografi Gabungan Kelompok Tani Desa Hargo Pancuran

Kelompok tani Desa Hargo Pancuran Kecamatan Rajabasa, Lampung

Selatan terdiri dari 84 anggota, dengan kelompok pertama kelompok

Dahlia dengan diketuai oleh Bapak Mardi, kelompok kedua dengan nama

Bina Karya I diketuai oleh Bapak Yusanto, dan kelompok ketiga

bernama kelompok tani Bina Karya II diketuai oleh Bapak Basuki, itulah

kelompok tani Desa Hargo Pancuran Kecamatan Rajabasa, Lampung

Selatan. Gapoktan sebagai payung kelompok tani yang diketuai oleh

Bapak Mardi, sekretaris Bapak Basuki, dan Bendahara Bapak Samsuri.

(Gapoktan, Desa Hargo Pancuran, Rajabasa, Lampung Selatan 2015).

5. Komunikasi Kelompok Dan Komunikasi Organisasi

Teori model fisher dikemukan seseorang sesuai namanya yaitu Aubcey

Fisher, adanya teori ini dilatar belakangi adannya pembagian dari

kelompok besar, teori ini merupakan suatu bagian dari tindak komunikasi

kelompok tugas, dalam model fisher ini ada empat tahap yang harus

dilewati seseorang dalam menjalani suatu hubungan dengan anggota

kelompok.

Asumsi Dasar dan Uraian Teori Teori ini menjelaskan bagaimana proses

yang harus dilewati seseorang dalam suatu kelompok untuk

menghasilkan sesuatu yang disepakati bersama antar anggota kelompok.

Asumsi dasar dari teori adalah tahapan-tahapam yang harus dilalui

seseorang untuk menjalani hubungan dengan orang lain (anggota

kelompoknya). Tahap-tahap tersebut terdiri atas Orientasi, pada tahap ini


35

seseorang individu akan berusaha untuk saling mengenal, saling

menangkap perasaan anggota kelompoknya, dan mencoba peranan dan

status dalam tahapan ini akan ada kecenderungan perbedaan pendapat.

Konflik, tahapan ini merupakan tindakan lanjut dari adanya perbedaan

pendapat pada pertama, dalam situasi ini terhadap peningkatan perbedaan

antara satu individu dengan anggota kelompok lainnya, setiap individu

berusaha mempertahankan apa yang Ia inginkan. Pemunculan, pada

tahap ini setiap individu berusaha mengurangi tingkat perbedaan

pendapat.

Tujuannya untuk mengurangi konflik yang terjadi adalah individu sudah

tidak lagi memiliki kejelasan dalam menentukan sikap. Peneguhan, tahap

akhir yang dilakukan seseorang dalam kelompoknya yaitu bagaimana

para anggota memperteguh konsekunsi kelompok. Dalam hal ini akan

ada saran bagaimana penyelesaian yang baik dan akan ada keputusan dari

perbedaan yang ada pada para anggota.

Komunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan keseharian


orang, sejak lahir orang sudah mulai bergabung dengan kelompok primer
yang paling dekat, yaitu keluarga. Kemudian seiring dengan
perkembangan usia dan kemampuan intelektual kita masuk dan terlibat
dalam kelompok – kelompok sekunder seperti sekolah, lembaga agama,
tempat perkerjaan dan kelompok sekunder lainya yang sesuai dengan
minat dan keterikatan kita, ringkasannya kelompok merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dengan kehidupan kita, karena melalui kelompok,
memungkinkan kita dapat berbagai informasi, pengalaman, dan
pengetahuan kita dengan anggota kelompok lainnya (Zubaidah,2013:
467).

Kelompok adalah sekumpulan orang – orang yang terdiri dari dua atau

tiga orang bahkan lebih (Zubaidah,2013: 467). Kelompok memiliki


36

hubungan yang intensif diantara mereka satu sama lainnya, terutama

kelompok pimer, intensitaf hubungan diantara mereka merupakan

persyaratan utama yang dilakukan oleh orang-orang dalam kelompok

tersebut. Kelompok memiliki tujuan dan aturan-aturan yang dibuat

sendiri dan merupakan kontribusi arus informasi diantara mereka

sehingga mampu menciptakan atribut kelompok sebagai bentuk

karakteristik yang khas dan melekat pada kelompok itu. Pengertian juga

memiliki tujuan-tujuan yang diperjuangkan bersama, sehingga kehadiran

setiap orang dalam kelompok diikuti dengan tujuan tujuan pribadinya.

Dengan demikian, kelompok memiliki dua tujuan utama, yaitu tujuan

masing – masing pribadi dalam kelompok dan tujuan kelompok,

sedangkan tujuan kelompok harus memberi kepastian kepada tercapainya

tujuan tujuan individu.

Komunikasi organisasi (organization communication) yaitu pengiriman

dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal

maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005:52 dalam

Zubaidah,2013: 468). Tidak setiap himpunan orang disebut kelompok.

Orang-orang yang berkumpulan dipasar, terminal bis, atau sedang antri

loket bioskop tidak dapat disebut kelompok, tetapi disebut agregat.

Supaya agregat menjadi kelompok diperlukan kesedaran dari anggota –

anggotanya akan adanya ikatan yang sama yang mempersatukan mereka.

Kelompok mempunyai tujuan dan organisasi (meskipun tidak selalu

formal) dan melibatkan interaksi atau komunikasi diantara anggota –

anggotanya.
37

6. Klasifikasi kelompok

Kelompok disini dapat diklasifikasikan dari perspektif psikologi, dan

juga sosiologi, kelompok dapat diklasifikasi kedalam :

a. Kelompok Primer dan Kelompok Skunder

Pembagian seperti ini dikemukakan oleh (Charles Hortono Cooley

1909 dalam Jalaluddin, 2012: 140). Kelompok primer ditandai

adanya hubungan emosional, personal, dan akrab, menyentuh hati,

sperti hubungan dengan keluarga, teman sepermainan, tetangga

sebelah rumah di pedesaan Kelompok sekunder adalah lawan dari

kelompok primer, ditandai hubungan yang tidak akrab,tidak

personal, dan tidak menyentuh hati kita seperti organisasi massa,

fakultas, serikat buruh, dan sebagainya.

b. In –group dan Out-group

In-group adalah kelompok kita, Out-group adalah kelompok

mereka.in-group dapat berubah kelompok primer maupun skunder.

Keluarga kita adalah in-goup kelompok primer. Fakultas adalah

ingroup kelompok skunder. Perasamaan in-group diungkapkan

dengan kesetiaan, solodaritas, kesenangan, dan kerja sama. Untuk

membedakan In-group an Ot-group, kita membuat batas/oundaries,

yang menentukan siapa masuk orang dalam dan siapa orang luar.

(Sherif 1961 dalam Jalaluddin, 2012: 142).


38

c. Kelompok Keanggotaan dalam Kelompok Rujukan

Pembagian kelompok ini dikemukakan olehtheodoe New-comb yang

melahirkan istilah membership group dan refence group. Kelompok

rujukan diartikan sebagai kelompok yang digunakan sebagai alat

untuk member sikap. Jika Anda menggunakan kelompok itu sebagai

teladan bagaimana seharusnya bersikap, kelompok itu menjadi

kelompok rujukan negative. (Cooley 1909 dalam Jalaluddin, 2012:

143).

d. Kelompok Deskritiptif dan Kelompok Preskiptif

Jhon F Cragan dan David W. Wrigtht (dalam Jalaluddin, 2012:145)

membagi kelompok pada dua katagori preskriptif Katagori deskritif

menunjukan klasifikasi. Kelompok tidak hanya memiliki fungsi

namun kelompok juga memiliki pengaruh terhadap perilaku

komunikasi seseorang. Adapun pengaruh kelompok terhadap perilaku

komunikasi yaitu; Pertama, konformitas adalah perubahan perilaku

atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan

kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam

kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan

para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama.

Kedua, fasilitasi sosial yaitu menunjukkan kelancaran atau

peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok

mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Kehadiran

orang lain dianggap menimbulkan efek pembangkit energi pada


39

perilaku individu. Ketiga, polarisasi yaitu kecenderungan ke arah

posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota

mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi

mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu.

7. Klasifikasi Kelompok Tani Desa Hargo Pancuran, Lampung Selatan

Untuk penjelasan penilain klasifikasi kemampuan kelompok tani yang

terdiri dari Kelas Pemula, Kelas Lanjut, Kelas Madya, dan Kelas Utama,

yaitu, sebagai berikut:

a. Gapoktan Pemula

Gapoktan dibentuk dan dipersiapkan oleh tim teknis sebagai program

kementrian pertanian telah melakukan pelatihan kepada pengurus dan

pengelolaan Gapoktan. Setelah pelatihan maka dilakukan

pendampingan oleh penyuluh dan PMT dengan maksud dan harapan

dana penguatan modal usaha. Ciri-ciri gapoktan pemula, yaitu:

1) Gapoktan dapat mengkoordinasi anggota untuk memanfaatkan

dana penguatan modal usaha dalam membiayai usaha produktif

sesuai dengan usulan. Penyaluran dana setelah sesuai dengan

rencana usaha bersama.

2) Seluruh anggota sepakat untuk menggulirkan dana dalam bentuk

simpan pinjam serta mempunyai aturan yang disepakati dan

diikuti seluruh anggota masyarakat, namun tidak maksimal dalam

mengorganisir dana masyarakat dalam rangka penambahan aset.


40

3) Berdasarkan indikator-indikator penilaian kinerja Gapoktan maka

Gapoktan pemula berada pafa skala nilai 0 s/d 105.

b. Kelas lanjut

Kelas lanjut merupakan kelas yang lebih tinggi dari kelas pemula

dimana kelompok tani sudah melakukan kegiatan perencanaan

meskipun masih terbatas.

c. Gapoktan Madya

Gapoktan madya merupakan gapoktan pemula yang dibina dan

didampingi secara baik oleh tim teknis kabupaten/kota sehingga dapat

meningkatkan tingkat keswadayaan kepengurusan dan organisasi serta

dana.

Ciri-ciri Gapoktan madya, yaitu:

1) Adanya kesungguhan anggota dan pengurus untuk mengoptimalkan

kinerja organisasi dan meningkatkan akumulasi dana, keswadayaan

dana dari anggota dan meningkatkan akumulasi dana, keswadayaan

dana dari anggota dan meningkatkan laba dari operasional dana

bantuan modal usaha.

2) Gapoktan telah dapat membagi dalam format simpan pinjam.

d. Gapoktan Utama

Gapoktan yang sudah mengelola dan menjaga pengaliran dana serta

dana keswadayaan dalam format usaha simpan pinjam.

Ciri-ciri Gapoktan utama, yaitu:

1) Gapoktan secara reguler dan konsisten telah melaksanakan rapat

anggota.
41

2) Sudah membagi kepengurusan pada Gapoktan.

3) Sudah memiliki aturan organisasi AD/ART.

4) Memiliki pencatatan atau pembukuan manajemen yang baik.

5) Sudah menerapkan pola dan sistem pelayanan anggota.

6) Memiliki dana keswadayaan yang tumbuh secara progresif.

Untuk kelompok tani di desa Hargo Pancuran dibagi menjadi 3 yaitu:

1) Kelompok pertama Dahlia tergolong Kelas Madya.

2) Kelompok kedua Bina Karya I Kelas Lanjut.

3) Kelompok ketiga Bina Karya II Kelas Lanjut.(Sumber: Gapoktan

Hargo Pancuran Rajabasa 2015).

Peningkatan Kemampuan Anggota dalam Pengembangan Agribisnis

Upaya peningkatan kemampuan petani anggota kelompok tani dalam

mengembangkan agribisnis meliputi:

1) Menciptakan iklim usaha yang kondusif agar para petani mampu

untuk membentuk dan menumbuhkembangkan kelompoknya

secara partisipatif.

2) Menumbuh kembangkan kreativitas dan prakarsa anggota

kelompok tani untuk memanfaatkan setiap peluang usaha,

informasi, dan akses permodalan yang tersedia.

3) Membantu memperlancar proses dalam mengidentifikasi

kebutuhan dan masalah serta menyusun rencana dan memecahkan

masalah yang dihadapi dalam usahataninya.


42

4) Meningkatkan kemampuan dalam menganalisis potensi pasar dan

peluang usaha serta menganalisis potensi wilayah dan sumber

daya yang dimiliki untuk mengembangkan komoditi yang

dikembangkan/diusahakan guna memberikan keuntungan usaha

yang optimal.

5) Meningkatkan kemampuan anggota untuk dapat mengelola

usahatani secara komersial, berkelanjutan dan akrab lingkungan.

6) Meningkatkan kemampuan anggota dalam menganalisis potensi

usaha masing-masing anggota untuk dijadikan satu unit usaha

yang menjamin permintaan pasar yang dilihat dari kuantitas,

kualitas serta kontinuitas.

7) Mengembangkan kemampuan anggota untuk menciptakan

teknologi yang spesifik lokalita.

8) Mendorong dan mengadvokasi agar para petani mau dan mampu

melaksanakan kegiatan simpan pinjam guna memfasilitasi

pengembangan modal usaha kelompok tani.

Peningkatan Kemampuan Kelompok tani dalam Menjalankan

Fungsinya Pembinaan kelompok tani dilaksanakan secara

berkesinambungan dan diarahkan pada upaya peningkatan

kemampuan kelompok tani dalam melaksanakan fungsinya sebagai

(1) kelas belajar, (2) wahana kerja sama, dan (3) unit produksi,

sehingga mampu mengembangkan usaha agribisnis dan menjadi

kelembagaan petani yang kuat dan mandiri.


43

8. Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi

Menurut Baron dan Byrne 1979 (dalam Jalaluddin, 2012: 147). Pengaruh

Kelompok pada perilaku komunikasi ada tiga macam pengaruh

kelompok sebagai berikut :

a. Konformitas/conformity

Komformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju

norma kelompok sebagai akibat tekanan kelompok, baik secara real

maupun hanya bayangan. Bila sejumlah orang dalam kelompok para

anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi kalau

anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok, aturan teman –

teman anda meencanakan untuk menyebarkan rekan – rekan ada

secara berurutan menunjukan persetujuan mereka.(Kiesler 1969

dalam Jalaluddin, 2012: 148).

b. Fasilitas Sosial

Yang dimaksud dengan fasilitas social adalah peningkatan prestasi

individu karena disaksikan kelompok

c. Polarisasi

Yang terjadi dalam komunikasi kelompok adalah bahwa sebelum

diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung

tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi

mendukung tindakan itu. Sebaliknya, nilai sebelum diskusi para

anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi

mereka akan menentang lebih keras.


44

9. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Kelompok

Kefektifan kelompok adalah “the accomplishment of the reconized

objectives of cooperative action” (Barnard, 1938 dalam Jalaluddin, 2012:

157) anggota-anggota kelompok bekerjasama untuk mencapai dua tujuan

melaksanakan tugas kelompok dan memelihara moral anggota-

anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok disebut

prestasi (performance). Tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasaan

(satisfaction). Jadi, apabila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi

informasi. Marilah kita lihat faktor situasional yang mempengaruhi

efektifitas komunikasi kelompok sebagai berikut :

1) Ukuran Kelompok

Hubungan anatara ukuran kelompok dengan prestaasi

kelompok/performance bergantung pada jenis tugas yang arus

diselesaikan oleh kelompok. Faktor lain yang memeengaruhi

hubungan anatara prestasi dan ukuran kelompok adalah tujuan

kelompok. Bila tujuan kelompok memerlukan kegiatan yang

konvergen (mencapai satu pemecahan yang benar), maka hanya

diperlukan kelompok kecil supaya sangat produktif, terutama bila

tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber, keterampilan dan

kemampuan yang terbatas. (Jalaluddin, 2012: 159)

2) Jaringan Komunikasi

Ada lima macam jaringan komunikasi, yaitu :

a) Jaringan model roda seseorang yang biasanya pemimpin, model

focus perhatian. Ia dapat berhubungan dengan semua anggota


45

kelompok, tetapi setiap anggota kelompok hanya bisa berhubungan

dengan pemimpinnya.

b) Jaringan komunikasi rantai seperti : A dapat berkomunikasi dengan

B,B dengan C, C dengan D, dan begitu seterusnya.

c) Jaringan komunikasi Y, tiga orang anggota yang berhubungan

dengan orang-orang disampingnya seperti pola rantai, tetapi ada

dua orang yang hanya dapat berkomunikasi dengan orang yang

disampingnya.

d) Komunikasi lingkaran : setiap orang hanya dapat berkomunikasi

dengan dua orang, disamping kiri dan kanannya, dengan perkataan

lain, disini tidak ada pemimpinnya.

e) Jaringan Komunikasi Bintang. Jaringan komunikasi bintang disebut

juga jaringan komunikasi semua saluran/channel, setiap anggota

dapat berkomunikasi dengan semua anggota kelompok yang lain.

(Jalaluddin, 2012: 160)

10. Kohesi Kelompok

Kohesi kelompok berarti adanya semangat kelompok yang tinggi,

hubungan interpersonal yang akrab, kesetiakwanan, dan perasaan “kita”

yang dalam. Kohesi kelompok diukur dari :

a) Keterikatan anggota secara interpersonal satu sama lain

b) Ketertariakan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok c) Sejauh

mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan

kebutuhan personalnya.
46

c) Kepemimpinan Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif

mempengaruhi kelompok untuk bergerak kearah tujuan kelompok.

Kepemimpinan adalah factor yang paling menentukan keefektifan

komunikasi kelompok. (Jalaluddin, 2012: 161).

11. Faktor Personal yang Mempengaruhi Kelompok

1) Kebutuhan interpersonal Wiliam C Schultz merumuskan teori FIRO

(Fundamental Interpersonal Relation Orientation dalam jalaluddin,

2012: 165). Menurut Teori ini, orang memasuki kelompok karena

didorong oleh tiga kebutuhan interpersonal, yaitu:

a. Inclusion : ingin masuk, menjadi bagian kelompok

b. Control : ingin mengendalikan orang lain dalam suatu tatanan

hiraksi.

c. Affection : ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota

kelompok yang lain.

2) Tindak komunikasi

Bila kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi. Setiap

anggota berusaha menyampaikan atau menerima informasi, baik

verbal maupun non verbal. Dalam tindakan komunikasi, termasuk

pernyataan, pertanyaan, pendapat, atau syarat yang disampaikan atau

diterima oleh para anggota kelompok. (Jalaluddin, 2012: 167)

3) Peranan

Seperti halnya tindak komunikasi, peranan yang dimainkan oleh

anggota kelompok dapat membantu penyelesaian tugas kelompok,


47

memelihara hubungan emosional yang baik, atau hanya menampilkan

kepentingan individu saja. (Jalaluddin, 2012: 169).

12. Peranan Kelompok Dan Pengembangan Kelompok Tani

Pengertian peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang

mempunyai status. Menurut Menurut Kementrian Pertanian Republik

Indonesia (2014), peranan memiliki keterkaitan dengan status seseorang,

peranan dapat dilihat apabila seseorang telah melaksanakan kewajiban

dan mendapatkan haknya sesuai status yang dimiliki. Kedudukan (status)

dan peranan yang tidak dapat dipisahkan, karena saling ketergantungan

antara satu dengan yang lain. Peranan menentukan apa yang dibuat

terhadap masyarakat serta kesempatan apa yang diberikan oleh

masyarakat terhadap seseorang.

Konsep peranan merupakan salah satu dari seperangkat istilah yang

digunakan untuk mempelajari perilaku individu maupun kelompok,

membatasi data yang dikumpulkan, dan mengarah analisis yang harus

dilakukan, bahwa peranan yang melekat pada diri seseorang harus

dibedakan dengan posisi dalam pergaulan. Menurut Departemen

Pertanian Menurut Kementrian Pertanian Republik Indonesia (2014),

untuk dapat menjalankan peranannya kelompok tani harus dapat

melaksanakan fungsi-fungsinya, yaitu sebagai:

1) Kelas belajar, yaitu kelompok dapat berfungsi menjadi media untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap anggota.


48

Agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik,

kelompok tani diarahkan untuk mempunyai kemampuan sebagai

berikut:

a. Menggali dan merumuskan kebutuhan belajar.

b. Merencanakan dan mempersiapkan kebutuhan belajar.

c. Menumbuhkan kedisiplinan dan motivasi anggota kelompok tani.

d. Melaksanakan proses pertemuan dan pembelajaran secara

kondusif dan tertib.

e. Menjalin kerja sama dengan sumber-sumber informasi yang

diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang berasal dari

sesama petani, instansi pembina maupun pihak-pihak lain.

f. Menciptakan iklim/lingkungan belajar yang sesuai.

g. Aktif dalam proses belajar-mengajar, termasuk mendatangkan

dan berkonsultasi kepada kelembagaan penyuluhan pertanian, dan

sumber-sumber informasi lainnya.

h. Mengemukakan dan memahami keinginan, pendapat maupun

masalah yang dihadapi anggota kelompok tani.

i. Merumuskan kesepakatan bersama, baik dalam memecahkan

masalah maupun untuk melakukan berbagai kegiatan kelompok

tani.

j. Merencanakan dan melaksanakan pertemuan-pertemuan berkala

baik di dalam kelompok tani, antar kelompok tani atau dengan

instansi terkait.
49

2) Unit produksi, yaitu kelompok dapat berfungsi sebagai satu unit

produksi untuk dapat mencapai skala ekonomi yang efisien dalam

memproduksi hasil usahataninya. Sebagai wahana kerja sama,

hendaknya kelompok tani memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Menciptakan suasana saling kenal, saling percaya mempercayai

dan selalu berkeinginan untuk bekerja sama.

b. Menciptakan suasana keterbukaan dalam menyatakan pendapat

dan pandangan diantara anggota kelompok tani untuk mencapai

tujuan bersama.

c. Mengatur dan melaksanakan pembagian tugas/kerja diantara

sesama anggota kelompok tani sesuai dengan kesepakatan

bersama.

d. Mengembangkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab diantara

sesama anggota kelompok tani.

e. Merencanakan dan melaksanakan musyawarah agar tercapai

kesepakatan yang bermanfaat bagi anggota kelompok tani.

f. Melaksanakan kerja sama penyediaan sarana dan jasa pertanian.

g. Melaksanakan kegiatan pelestarian lingkungan.

h. Mentaati dan melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama

dalam kelompok tani maupun pihak lain.

i. Menjalin kerja sama dan kemitraan usaha dengan pihak penyedia

sarana produksi, pengolahan, pemasaran hasil dan/atau

permodalan.
50

j. Mengadakan pemupukan modal untuk keperluan pengembangan

usaha anggota kelompok tani.

3) Wahana kerja sama, yaitu kelompok dapat berfungsi sebagai wahana

kerja sama diantara sesama anggota, kerja sama dengan kelompok

dan atau pihak lain sehingga produktivitas kelompok dan masing-

masing anggota meningkat.

4) Kelompok usaha, yaitu kelompok dapat berfungsi sebagai satu

kesatuan usaha yang dijalankan sehingga mampu mencari dan

memanfaatkan berbagai peluang dan kesempatan berusaha.

Menurut Kementrian Pertanian Republik Indonesia (2015),

1. Penguatan Kelompok tani Menjadi Lembaga Petani yang Kuat dan

Mandiri Upaya penguatan kelompok tani menjadi lembaga petani

yang kuat dan mandiri meliputi:

a. Melaksanakan pertemuan/rapat anggota, rapat pengurus yang

diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan.

b. Disusunnya rencana kerja kelompok dalam bentuk Rencana

Definitif Kelompok (RDK) dan Rencana Definitif Kebutuhan

Kelompok (RDKK)yang diselenggarakan oleh para pelaksana

sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir

penyelenggaraan dilakukan evaluasi secara partisipatif.

c. Memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama. d.

Memiliki pencatatan/pengadministrasian organisasi yang rapih.

d. Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu

sampai hilir.
51

e. Memfasilitasi usahatani secara komersial dan berorientasi pasar.

f. Sebagai sumber pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha

para.

g. petani umumnya dan anggota kelompok tani khususnya.

h. Menumbuhkan jejaring kerja sama antara kelompok tani dengan

pihak lain dalam bentuk kemitraan.

i. Melakukan penilaian klasifikasi kemampuan kelompok tani yang

terdiri dari Kelas Pemula, Kelas Lanjut, Kelas Madya, dan Kelas

Utama.

13. Klasifikasi Dan Indikator Tingkat Kemampuan Kelompok Tani

Klasifikasi kelompok tani ditetapkan berdasarkan nilai yang dicapai oleh

masing-masing kelompok dari hasil evaluasi dengan menggunakan lima

jurus kemampuan kelompok. Kelas kemampuan kelompok tani

ditetapkan berdasarkan nilai yang dicapai oleh masing-masing kelompok

untuk lima tolak ukur/jurus kemampuan kelompok. Berdasarkan nilai

tingkat kemampuan tersebut, masing-masing kelompok tani ditetapkan

kelasnya dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Kelas Pemula, merupakan kelas terbawah dan terendah.

b. Kelas Lanjut, merupakan kelas yang lebih tinggi dari kelas pemula

dimana kelompok tani sudah melakukan kegiatan perencanaan

meskipun masih terbatas.

c. Kelas Madya, merupakan kelas berikutnya setelah kelas lanjut dimana

kemampuan kelompok tani lebih tingggi dari kelas lanjut.


52

d. Kelas Utama, merupakan kelas kemampuan kelompok yang tertinggi,

dimana kelompok tani sudah berjalan dengan sendirinya atas dasar

prakarsa dan swadaya sendiri.

Menurut Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya

Manusia Pertanian melalui surat keputusannya

No.168/Per/SM.170/J/11/2011, penilaian kelas kemampuan kelompok

tani dilaksanakan berdasarkan lima jurus kemampuan kelompok atau

yang disebut panca kemampuan kelompok tani, yang selanjutnya dinilai

dengan menggunakan indikator-indikator tertentu, yaitu:

a. Kemampuan merencanakan kegiatan untuk meningkatkan

produktivitas usahatani (termasuk pasca panen dan analisis

usahatani). Para anggotanya, dengan penerapan rekomendasi yang

tepat dan memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal,

indikatornya yaitu sebagai berikut:

1) Kemampuan merencanakan pemanfaatan SDA yang tersedia.

2) Kemampuan merencanakan usaha kelompok guna mencapai

skala usaha.

3) Kemampuan merencanakan pelaksanaan rekomendasi teknologi.

4) Kemampuan merencanakan pengadaan sarana produksi.

5) Kemampuan merencanakan pengadaan atau pengembalian

kredit.

6) Kemampuan merencanakan pengolahan dan pemasaran hasil.

7) Kemampuan melakukan analisis usahatani.


53

b. Kemampuan melaksanakan dan mentaati perjanjian dengan pihak

lain, indikator :

1) Kemampuan memperoleh kemitraan usaha yang menguntungkan

bagi usaha tani kelompok.

2) Mampu membuat perjanjian kerja sama dengan mitra usaha.

3) Mampu memperoleh hak kelompok sesuai perjanjian.

4) Kemampuan melaksanakan kewajiban kelompok sesuai

perjanjian.

5) Mampu saling memberi informasi dalam kerja sama.

6) Kemampuan menerapkan 5 tepat (kualitas, kuantitas, harga,

waktu dan tempat) dalam kerja sama dengan pihak lain.

7) Kemampuan mentaati peraturan/perundangan yang berlaku.

c. Kemampuan pemupukan modal dan pemanfaatan pendapatan secara

rasional, indikator :

1) Kemampuan memupuk modal, baik dari tabungan anggota,

penyisihan hasil usaha, simpan pinjam maupun pendapatan dari

usaha kelompok.

2) Kemampuan mengembangkan modal usaha di bidang produksi,

pengolahan hasil dan atau pemasaran untuk mencapai skala

ekonomi.

3) Kemampuan memanfaatkan pendapatan secara produktif.

4) Kemampuan mengadakan dan mengembangkan fasilitas atau

sarana kerja.
54

5) Kemampuan mendapatkan dan mengembalikan kredit dari Bank

atau pihak lain.

d. Kemampuan meningkatkan hubungan yang melembaga antar

kelompok tani dengan KUD, indikator:

1) Kemampuan mendorong anggotanya menjadi anggota

koperasi/KUD.

2) Kemampuan meningkatkan pengetahuan perkoperasian bagi

anggota.

3) Kemampuan memperjuangkan anggotanya menjadi pengurus

koperasi.

4) Kemampuan memanfaatkan pelayanan yang disediakan

koperasi/KUD.

5) Kemampuan meningkatkan kegiatan kelompok menjadi salah

satu kegiatan utama koperasi/KUD.

6) Kemampuan menjadikan kelompok sebagai Tempat Pelayanan

Koperasi (TPK) atau Unit Usaha Otonom (UUO) koperasi/KUD.

7) Kemampuan menjadikan koperasi/KUD sebagai penyedia sarana,

pelaksana pengolahan atau pemasaran hasil.

8) Kemampuan untuk menabung dan memperoleh pinjaman/kredit

dari koperasi/KUD, dan

9) Kemampuan untuk berperan serta memajukan koperasi/KUD.


55

e. Kemampuan menerapkan teknologi dan pemanfaatan informasi serta

kerja sama kelompok yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas

dari usahatani para anggota kelompok, indikator:

1) Kemampuan secara teratur dan terus menerus mencari,

menyampaikan, meneruskan dan memanfaatkan informasi.

2) Kemampuan melaksanakan kerja sama antar anggota dalam

pelaksanaan seluruh rencana kelompok.

3) Kemampuan melakukan pencatatan dan evaluasi untuk

peningkatan usahatani.

4) Kemampuan meningkatkan kelestarian lingkungan.

5) Kemampuan mengembangkan kader kepemimpinan dan keahlian

dari anggota kelompok.

6) Tingkat produktivitas usahatani seluruh anggota kelompok

(dibandingkan dengan rata-rata produktivitas komoditas sejenis di

daerah yang bersangkutan).

7) Tingkat pendapatan usahatani seluruh anggota kelompok

(dibandingkan dengan rata-rata daerah yang bersangkutan untuk

satuan tertentu).

8) Tingkat kesejahteraan petani seluruh anggota kelompok

(komposisi jumlah keluarga prasejahtera, sejahtera I, II dan III

dibandingkan dengan rata-rata daerah yang bersangkutan.

Berdasarkan Surat Keputusan tersebut untuk pengukuhan kelas

kelompok tani, maka pemberian sertifikat terhadap kemampuan

kelompok tani diatur sebagai berikut:


56

a. Kelas Pemula, dengan piagam yang ditandatangani oleh Kepala

Kelurahan.

b. Kelas Lanjut, dengan piagam yang ditandatangani oleh Camat.

c. Kelas Madya dan Kelas Utama, dengan piagam yang

ditandatangani oleh Bupati/Walikota.

O. Penyuluh Pertanian Lapangan

Penyuluhan berasal dari kata “suluh” yang dapat diartikan bisa menerangi.
Definisi penyuluhan pertanian menurut UU Nomor 16 Tahun 2006 adalah
proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau
dan mampu menolong dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
pemodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraan, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian lingkungan hidup. (Isran, 2012:
4).

Penyuluh Lapangan (PPL) harus banyak berada di tengah-tengah masyarakat,

terutama untuk para kelompok tani. Penyuluh Lapangan (PPL) di tengah-

tengah masyarakat untuk mendengarkan permasalahan-permasalahan dan

juga keluhan dari para petani. Untuk itu, PPL pasti kerja ekstra keras.

Termasuk juga bagi Kepala Dinas yang terkait. Penyuluh pertanian berperan

sebagai fasilitator, motivator dan sebagai pendukung gerak usaha petani

merupakan titik sentral dalam memberikan penyuluhan kepada petani akan

pentingnya berusaha tani dengan memperhatikan kelestarian dari sumber

daya alam dan meningkatkan hasil pertanian.

Falsafah dasar penyuluhan pertanian yaitu: 1). Penyuluhan adalah proses


pendidikan, artinya harus dapat membawa perubahan manusia dalam hal
aspek-aspek perilaku baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik, 2).
Penyuluhan adalah proses demokrasi, artinya penyuluhan harus mampu
mengembangkan suasana bebas untuk berpikir, berdiskusi, menyelesaikan
masalahnya, merencanakan dan bertindak bersama-sama, 3). Penyuluhan
adalah proses kontinu, artinya penyuluhan harus dimulai dari keadaan petani
57

pada saat itu ke arah tujuan yang mereka kehendaki, berdasarkan kebutuhan
dan kepentingan yang senantiasa berkembang. (Isran, 2012: 4).

Tujuan penyuluhan pertanian yang ingin dicapai bagi pelaku utama dan

pelaku usaha, yaitu bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih

baik (better business), hidup lebih sejahtera (better living), masyarakat lebih

baik (better community), kelestarian lingkungan lebih terjaga (better

environment). (Isran, 2012: 4).

1. Penyuluhan Dalam Kehidupan Masyarakat

Tugas penyuluh pertanian adalah melakukan kegiatan persiapan

penyuluhan pertanian, pelaksanaan penyuluhan pertanian, evaluasi dan

pelaporan, serta pengembangan penyuluhan pertanian, pengembangan

profesi dan kegiatan penunjang penyuluhan pertanian. (Isran, 2012: 5).

Peran penyuluh pertanian yaitu sebagai berikut:

a. Memfasilitasi proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha.

b. Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke

sumber informasi, teknologi, dan sumberdaya lainnya.

c. Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan

kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha.

d. Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuh-

kembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya

saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik dan

berkelanjutan.
58

e. Membantu menganalisis dan memcahkan masalah serta merespon

peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha

dalam mengelola usaha.

f. Melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian yang maju

dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan.

Paling sedikit sejak dua dekade belakangan ini, berbagai aktivitas

penyuluhan telah menjadi suatu hal yang biasa dan cukup dikenal di

tengah masyarakat kita. Keadaan itu dapat dianggap merupakan hasil dari

berkembang dan meningkatnya (sekurang-kurangnya secara fisik) berbagai

program yang dilaksanakan oleh sekian banyak lembaga pemerintah

maupun swasta dalam bentuk yang kurang lebih lama, yakni

menyebarluaskan sesuatu konsep, ide, ataupun praktek mengenai sesuatu

hal ke tengah-tengah masyarakat luas, guna meningkatkan taraf kehidupan

mereka. Dalam istilah populer secara menyeluruh kegiatan-kegiatan

tersebut kemudian disebut penyuluhan.

Berbagai penyuluhan yang telah pernah dilaksanakan selama ini antara

lain adalah penyuluhan pertanian, KB, hukum, gizi, teknologi, kesehatan,

manajemen, pengusaha kecil, dan lain sebagainya. Penyuluhan juga

sebagai suatu aktivitas komunikasi, secara harfiah, penyuluhan bersumber

dari kata suluh yang berarti obor atau pun alat untuk menerangi keadaan

yang gelap. Dari asal perkataan tersebut dapat diartikan bahwa penyuluhan

dimaksudkan untuk memberi penerangan atau pun penjelasan kepada


59

mereka yang disuluhi, agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai

suatu masalah tertentu.

Prinsip bahwa komunikasi adalah suatu proses, penting sekali dijadikan

pedoman, karena hal itu menunjukkan kepada kita bahwa pada hakekatnya

sebagai suatu proses, maka komunikasi tidak mempunyai awal dan akhir

yang definitif. Segala sesuatu pengalaman, pengetahuan, tentang orang,

topik, informais umum, serta sikap kita yang berasal dari masa lalu ikut

berpengaruh pada respon yang kita lakukan terhadap sesuatu yang kita

terima ketika berkomunikasi.

2. Penyuluhan sebagai Difusi Inovasi

Fungsi penyuluh pertanian adalah berperan sebagai motivator, fasilitator,

dan dinamisator dalam kegiatan penyuluha pertanian seperti membantu

mencarikan informasi inovasi teknologi, pemodalan, pemasaran,

mengajarkan keterampilan, menawarkan, merekomendasikan paket

teknologi, memfasilitasi, mengembangkan swadaya dan swakarya petani.

(Isran, 2012: 6). Penyuluhan sebagai difusi inovasi, untuk dapat

berlangsungnya peristiwa komunikasi yang mana pun, senantiasa harus

ada setidak-tidaknya tiga unsur yang memungkinkan terjadinya

komunikasi, yaitu: sumber (source), pesan (message), dan penerima

(receiver). Pada umumnya kegiatan penyuluhan bertujuan mengubah

kehidupan masyarakat lebih baik dari keadaan yang ada menuju tingkat

yang lebih baik lagi.


60

3. Kompetensi Komunikasi Seorang Penyuluh

Prinsip penyuluhan sebagai berikut:

a. Adanya minat dan kebutuhan petani, artinya penyuluhan pertanian akan


efektif jika selalu mengacu kepada minat dan kebutuhan petani.
b. Membangun organisasi masyarakat, artinya penyuluhan pertanian akan
efektif jika mampu melibatkan atau menumbuhkan organisasi petani.
c. Adanya keragaman budaya, artinya penyuluhan pertanian harus
memperhatikan keragaman budaya masyarakat.
d. Perubahan budaya, artinya setiap kegiatan penyuluhan pertanian harus
mengakibatkan perubahan budaya. Kegiatan penyuluhan harus
dilakukan secara bijak dan hati-hati agar perubahan budaya tidak
menimbulkan kejutan-kejutan budaya.
e. Kerjasama dan partisipasi, artinya penyuluhan pertanian akan efektif
jika mampu menggerakkan program-program penyuluhan yang telah
dirancang.
f. Demokrasi dalam menerapkan ilmu, artinya dalam penyuluhan harus
memberikan kesempatan kepada petani untuk menawarkan setiap ilmu
alternatif yang ingin diterapkan.
g. Belajar sambil bekerja, artinya belajar dari pengalaman tentang segala
sesuatu yang dia kerjakan.
h. Menggunakan metode penyuluhan yang sesuai.
i. Kepemimpinan, artinya penyuluh pertanian harus mampu
mengembangkan kepemimpinan petani.
j. Spesialisasi yang terlatih, artinya penyuluh pertanian harus benar-benar
orang yang telah memperoleh latihan khusus tentang segala sesuatu
yang sesuai dengan fungsinyasebagai penyuluh.
k. Segenap keleuarga, artinya penyuluh pertanian harus memperhatikan
keluarga sebagai kesatuan unit sosial.
l. Kepuasaan, artinya penyuluh pertanian harus mampu mewujudkan
tercapainya kepuasaan. (Isran, 2012: 5).

Penyuluh dan fungsinya sebagai konsekuensi dari tugas yang diembannya,

maka pada setiap penyuluh pada dasaranya tercermin beberapa fungsi

yang melekat pada dirinya. Pertama-tama, seorang penyuluh dapat dilihat

sebagai seorang pemimpin yang membina dan meningkatkan kemampuan

anggota masyarakat dalam usaha bersama mengubah kehidupan menjadi

lebih baik. Agar masyarakat yang dibinanya bergairah dan bersemangat

untuk berusaha menpai cita-cita kehidupan bersama tersebut, maka


61

penyuluh juga berfungsi sebagai motivator yang tangguh, atau orang yang

membangkitkan motivasi masyarakat yang dibinanya.

Dalam proses perubahan itu, penyuluh sekaligus merupakan fasilitator

yang membantu anggota masyarakat melaksanakan proses yang dimaksud.

Bagi seorang penyuluh, kompetensi (kemampuan yang benar-benar

dikuasai) dalam berkomunikasi tidak diragukan lagi merupakan sesuatu

yang mutlak yang dibutuhkan. Tanpa kemampuan berkomunikasi yang

memadai, rasanya agak mustahil bagi seorang penyuluh untuk dapat

sukses dalam tugasnya menyampaikan informasi dan mengajak anggota

masyarakat berubah dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku.

P. Konsep dan Tujuan Penyuluhan

Dalam penelitian ini diharapkan pengaruh perilaku komunikasi penyuluh

pertanian terhadap keberhasilan penyuluhan pada Gapoktan di Desa Hargo

Pancuran Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan, melalui penyuluhan yang

telah diberikan. Sampai terjadinya perubahan perilaku yang dilakukan melalui

kegiatan penyuluhan adalah perubahan pada ranah pengetahuan (kognitif),

keterampilan (psikomotorik), dan sikap (efektif).

1. Keberhasilan Penyuluhan Pertanian

Faktor- faktor yang mempengaruhi keberhasilan yang perlu diperhatikan

terhadap sasaran dalam keberhasilan penyuluhan adalah:

a. Tingkat pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap

informasi yang baru diterimanya. Maka dapat dilakatakan bahwa


62

semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah sesorang

menerima informasi yang didapatnya.

b. Tingkat sosial ekonomi

Semakin tinggi tingkat social ekonomi seseorang, semakin mudah pula

dalam menerima informasi baru.

c. Adat istiadat

Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan

hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat

menghargai dan menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan.

d. Kepercayaan masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh

orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul

kepercayaan masyarakat dengan penyampaian informasi.

e. Ketersediaan masyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas

masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam

penyuluhan.

Intensifikasi pertanian adalah pengolahan lahan pertanian yang ada dengan

sebaik-baiknya untuk meningkatkan hasil pertanian dengan menggunakan

berbagai sarana. Pada awalnya intensifikasi pertanian ditempuh dengan

program Panca Usaha Tani, yang kemudian dilanjutkan dengan program

sapta usaha tani. Adapun sapta usaha tani dalam bidang pertanian meliputi

kegiatan sebagai berikut:


63

1) Pengolahan tanah yang baik.

2) Pengairan yang teratur.

3) Pemilihan bibit unggul.

4) Pemupukan.

5) Pemberantasan hama dan penyakit tanaman.

6) Pengolahan pasca panen.

Bicara tentang peningkatan produksi pertanian bisa disebabkan oleh

berbagai hal. Faktor yang bisa dikendalikan oleh manusia antara lain;

penyiapan lahan dan cara budidaya yang benar, cara panen yang tepat dan

pengolahan pasca panen yang bagus.

2. Ekstensifikasi Pertanian

Ekstensifikasi pertanian usaha meningkatkan hasil pertanian dengan cara

memperluas lahan pertanian baru,misalnya membuka hutan dan semak

belukar dan daerah pertanian yang belum dimanfatkan.

3. Diversifikasi Pertanian

Diversifikasi pertanian adalah usaha penganekaragaman jenis usaha atau

tanaman pertanian untuk menghindari ketergantungan pada salah satu

hasil pertanian. Diversifikasi pertanian dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu :

a) Memperbanyak jenis kegiatan pertanian, misalnya seorang petani

selain bertani juga beternak ayam dan beternak ikan.

b) Memperbanyak jenis tanaman pada suatu lahan, misalnya pada suatu

lahan selain ditanam Kakao juga ditanam Rica dan lain-lain.


64

4. Mekanisasi Pertanian

Mekanisme pertanian adalah usaha meningkatkan hasil pertanian dengan

menggunakan mesin-mesin pertanian modern. Mekanisasi pertanian

banyak dilakukan di luar Pulau Jawa yang memiliki lahan pertanian luas.

Pada program mekanisasi pertanian, tenaga manusia dan hewan bukan

menjadi tenaga utama melainkan mesin yang menjadi tenaga utama,

karena hal ini akan sangat membantu kinerja petani.

5. Rehabilitasi Pertanian

Rehabilitasi pertanian adalah usaha memperbaiki lahan pertanian yang

semula tidak produktif atau sudah tidak berproduksi menjadi lahan

produktif atau mengganti tanaman yang sudah tidak produktif menjadi

tanaman yang lebih produktif. Sebagai tindak lanjut dari program-

program tersebut, pemerintah menempuh langkah-langkah sebagai

berikut:

a) Memperluas,memperbaiki dan memelihara jaringan irigasi yang

meluas di seluruh wilayah Indonesia.

b) Menyempurnakan sistem produksi pertanian pangan melalui

penerapan berbagai paket program yang diawali dengan program

Bimbingan Masal (Bimas). Kemudian disusul dengan program

intensifikasi Masal (Inmas), Intensifikasi Khusus (Insus) dan Supra

Insus yang bertujuan meningkatkan produksi pangan secara

berkesinambungan.
65

c) Membangun pabrik pupuk serta pabrik insektisida dan pestisida yang

dilaksanakan untuk menunjang proses produksi pertanian. Cara

Peningkatan Pertanian.

Usaha-usaha meningkatkan hasil pertanian dapat dilakukan antara lain


dengan cara :

a) Membangun gudang dan menetapkan harga dasar.

b) Memberikan berbagai subsidi dan insentif modal kepada para petani

agar petani dapat meningkatkan produksi pertaniannya.

c) Menyempurnakan sistem kelembagaan usaha tani melalui

pembentukan kelompok tani, dan Koperasi Unit Desa (KUD) di

seluruh pelosok daerah yang bertujuan untuk memberikan motivasi

produksi dan mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi para

petani.

Semua hal tersebut memiliki konten teknologi. Bicara teknologi di

bidang pertanian terkadang ada yang menggunakan teknologi tinggi,

namun ada juga yang menggunakan teknologi sederhana. Bahwa

teknologi di pertanian harus mendorong peningkatan produktivitas. Di

Indonesia masih cukup banyak petani yang mengeluhkan tingkat

produktivitas atau hasil panen. Namun demikian jarang diantara mereka

yang mau melakukan evaluasi dan introspeksi. Melakukan aktivitas

pertanian dari mulai pengolahan hingga pemanenan masih mengikuti

cara-cara masa lampau. Informasi yang diperolehpun terkadang juga

tidak utuh. Perlunya peran aktif penyuluh pertanian terutama dari

pemerintah untuk menyampaikannya dan melakukan kontrol tentunya.


66

Hanya sebagian kecil introduksi pertanian yang dijalankan oleh petani.

Itupun membutuhkan waktu yang lama. Sehingga sering sekali

ketinggalan jaman. Dibeberapa waktu lalu, kami cukup kaget bahwa

istilah pemupukan berimbang ternyata belum banyak dimengerti oleh

petani. Jika kenyataannya bahwa salah satu sebab produkstivitas

pertanian meningkat dikarenakan pemberian nutrisi yang tepat untuk

tanaman tidak dilakukan dengan benar, maka apa yang terjadi? Tentunya

bisa jadi pemborosan penggunaan pupuk dan input lainnya. Ujung-

ujungnya petani yang akan rugi.

Budidaya yang benar tentu memerlukan ilmu dan pemahaman sendiri.

Membiarkan petani melakukannya sendiri juga tidak bagus. Petani harus

selalu didampingi dan mulai diperkenalkan dengan cara penyiapan lahan

garap yang optimal. Misalnya dengan pemberian bahan-bahan organik

dari pupuk organik maupun limbah pertanian yang sudah terdekomposisi.

Pengukuran tingkat keasaman tanah atau ukur pH, prediksi pemupukan

yang tepat dengan pengukur tes kadar hara dengan peralatan yang

sederhana dan praktek yang terkoordinasi.

Menggunakan benih atau bibit yang bagus dan memiliki potensi produksi

yang tinggi. Hal ini tidak berarti harus memilih benih yang mahal.

Memperhatikan kesesuaian benih yang cocok dengan ketinggian lahan

dan lokasi, iklim dan jaminan keabsahan benih. Benih yang bagus

biasanya dicirikan dengan viabilitas yang tinggi dan cenderung seragam

saat tumbuh. Pola tanam yang menggunakan kaidah teknologi atau teknik
67

yang tepat. Misal pada tanam padi sawah menggunakan jajar legowo,

pada tanaman hortikultura mengikuti jarak tanam yang sesuai dengan

petunjuk di pembungkus benih. Perawatan tanaman yang rutin dan teliti

juga mampu meningkatkan produktivitas. Pengendalian organisme

pengganggu dengan prinsip pengendalian hama terpadu (PHT) dengan

mengutamakan penggunaan pengendali alami jauh lebih bagus dibanding

menggunakan pestisida dari bahan kimia. Selain ramah lingkungan

biasanya akan lebih ekonomis.

Terakhir pada saat penyimpanan hasil panen juga perlu diperhatikan

secara seksama. Di dalam proses ini terkadang petani menyepelekan

tempat simpan (gudang). Tempat simpan yang baik tentunya akan

menyebabkan umur produk bisa lebih panjang dan menjaga kualitas dari

hasil panen itu sendiri. Sanitasi dan menjaga kondisi gudang tetap bersih

mampu menekan kehilangan hasil panen akibat hama gudang dan jamur.

Dari sekian banyak proses di kegiatan pertanian harus diupayakan

memanfaatkan teknologi yang sudah ada dan berkembang saat ini. Petani

harus lebih inovatif dan kreatif agar produknya selalu dalam kondisi

prima dan memiliki produktivitas yang tinggi.

Q. Penelitian Terdahulu Tentang Pertanian Dan Penyuluhan

Peneliti harus belajar dari peniliti lain, untuk menghindari duplikasi dan

pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang dibuat oleh

peneliti sebelumnya. Penelitian terdahulu dalam tinjauan pustaka

memudahkan penulis dalam menentukan langkah-langkah yang sistematis


68

dari teori maupun konseptual. Berikut ini adalah tabel penelitian terdahulu

yang menjadi acuan dan salah satu bahan referensi yang menunjang penulis

untuk melakukan penelitian terkait dengan penyuluh pertanian.

Tabel 3. Penelitian Terdahulu

No Jurnal penelitian Pengarang Instansi Tahun


1. Peranan Penyuluh Aginia Universitas 2010
Pertanian dalam Revikasari Sebelas
Pengembangan Maret
Gabungan Kelompok
Tani (Gapoktan) di
Desa Tempuran
Kecamatan Paron
Kabupaten Ngawi

2. Faktor-Faktor yang Sapar, Amri Jurnal 2012


Mempengaruhi Kinerja jahi, Pang S. Penyuluhan,
Penyuluh Pertanian dan Asngari, Sekolah
Dampaknya pada Amiruddin, dan Tinggi Ilmu
Perilaku Petani Jagung I.G. Putu Ekonomi
di Provinsi Gorontalo Purnaba Muahammadi
yah, Palopo,
Sulsel
Institut
Pertanian
Bogor
69

Tabel lanjutan Penelitian Terdahulu


(1) (2) (3) (4) (5)
3. Analisis Efektifvitas Asih Jurnal Ilmu 2013
Penyaluran Dana Mulyaningsih, Pertanian dan
Gapoktan Yudi LA. Perikanan,
Salampessy Jurusan
Agribisnis
Fakultas
Pertanian
Universitas
Sultan Ageng
Tirtayasa

4. Pengaruh Kompetensi Mohamad Ikbal Universitas 2014


pada Kinerja Penyuluh Bahua Negeri
Pertanian dan Gorontalo
Dampaknya pada
Perilaku Petani Jagung
di Provinsi Gorontalo

1. Penelitian pertama pada tabel di atas tentang, Peranan Penyuluh Pertanian dalam

Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Desa Tempuran

Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi yang disusun oleh Aginia Revikasari

Universitas Sebelas Maret tahun 2010. Adapun tujuan penelitian yang akan

dilakukan adalah sebagai berikut untuk mengkaji peranan penyuluh pertanian

dalam pengembangan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Untuk mengkaji

berbagai hambatan dalam upaya pengembangan Gabungan Kelompok Tani

(Gapoktan) dan untuk mengkaji faktor pelancar atau faktor pendukung dalam

pengembangan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Desa Tempuran,

Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi.

2. Penelitian yang kedua menjelaskan tentang, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kinerja Penyuluh Pertanian dan Dampaknya pada Perilaku Petani Jagung di


70

Provinsi Gorontalo Sapar, Amri Jahi, Pang S. Asngari, Amiruddin, dan I.G. Putu

Purnaba Jurnal Penyuluhan, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muahammadiyah,

Palopo, Sulsel 2Institut Pertanian Bogor, tahun 2012. Tujuan penelitian ini adalah

mengidentifikasi faktor-faktor internal yang dapat meningkatkan kinerja penyuluh

pertanian dalam pengembangan usahatani jagung, mengkaji pengaruh faktor-

faktor internal dan kinerja penyuluh pertanian pada perilaku petani dalam

berusahatani jagung, mengkaji derajat hubungan faktor-faktor internal yang dapat

meningkatkan kinerja penyuluh pertanian dalam pengembangan usahatani jagung,

dan mengkaji dampak kinerja penyuluh pertanian pada perubahan perilaku petani

jagung di Provinsi Gorontalo.

3. Pada penelitian ketiga, meneliti tentang Analisis Efektifvitas Penyaluran Dana

Gapoktan Asih Mulyaningsih, Yudi LA. Salampessy, Jurnal Ilmu Pertanian dan

Perikanan, Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa, tahun 2013. Adapun tujuan pada penelitian ini adalah mengidentifikasi

hubungan efektivitas penyaluran dana Gapoktan terhadap penyuluhan petani

dalam meningkatkan usahatani hortikultur.

4. Penelitian ini menjelaskan tentang Pengaruh Kompetensi pada Kinerja Penyuluh

Pertanian dan Dampaknya pada Perilaku Petani Jagung di Provinsi Gorontalo

Mohamad Ikbal Bahua, tahun 2014. Tujuan Penelitian tersebut adalah

mengidentifikasi pengaruh kompetensi yang dapat meningkatkan kinerja

penyuluh pertanian dalam pengembangan usahatani jagung, mengkaji pengaruh

kompetensi dan kinerja penyuluh pertanian pada perilaku petani dalam

berusahatani jagung, dan mengkaji dampak kinerja penyuluh pertanian pada

perubahan perilaku petani jagung di Provinsi Gorontalo 2014.


71

Berdasarkan uraian penelitian terdahulu yang sudah dipaparkan dari jurnal

pertama ada yang meneliti tentang peranan penyuluh pertanian , dampak perilaku

petani, hubungan efektivitas penyaluran dana Gapoktan, mengidentifikasi

pengaruh kompetensi yang dapat meningkatkan kinerja penyuluh pertanian, maka

dapat disimpulkan dan dicermati perbedaan penelitian yang akan peneliti lakukan

yaitu bahwa peneliti disini meneliti hubungan perilaku komunikasi penyuluh

pertanian dengan keberhasilan penyuluhan Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani)

Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan.

R. Kerangka Pikir

Desa Hargo Pancuran Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan,

berada dalam kawasan pertanian. Sebagian besar penduduk desa Hargo

Pancuran Kecamatan Rajabasa memanfaatkan sumber daya alam untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik tanaman semusim maupun tanaman

tahunan. Khususnya di daerah persawahan dengan luas sawah 75 hektar,

Adanya kelompok tani merupakan hasil dari persiapan masyarakat melalui

fasilitasi oleh pemerintah maupun non-pemerintah. Fasilitasi bertujuan untuk

meningkatkan kesiapan kelembagaan masyarakat. Meningkatnya kesiapan

kelembagaan ditandai dengan terbentuknya kelompok tani yang dapat

melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa menunjang profesi mereka sebagai

petani.

Desa Hargo Pancuran Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan sudah memiliki

kelompok tani tahun penumbuhan 1994, yang dinamai kelompok Dahlia

untuk nama kelompok pertama, nama kelompok kedua Bina Karya I dan
72

kelas lanjut, dan yang ketiga Bina Karya II kelas lanjut, dengan pembina

penyuluh Titin Suparyani, diketuai oleh Sumardi, sekretaris Syamsuri, dan

bendahara Basuki. Pembentukan kelompok tesebut merupakan kegiatan

gapoktan yang difasilitasi oleh Pemerintah dibantu oleh pihak lain. Upaya

tersebut tidak terlepas dari peran penyuluh, baik penyuluh pertanian negeri,

swasta, maupun swadaya dalam menjembatani antara masyarakat dengan

pemerintah dalam perkembangan pertanian yang ada di Desa Hargo

Pancuran.

Hasil pertanian Gapoktan Desa Hargo Pancuran terkadang tidak membuahkan

hasil seperti yang mereka harapkan. Maka dari itu peneliti ingin mengetahui

hubungan perilaku komunikasi penyuluh pertanian dalam keberhasilan

penyuluhan pada Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Desa Hargo

Pancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan. Permasalahan ini menjadi

perhatian utama karena hambatan sosial dalam berkomunikasi dapat menjadi

kendala serius terhadap keberlangsungan kelompok. Komunikasi merupakan

kegiatan yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Komunikasi

terjadi pada saat seseorang menyampaikan pesan dalam bentuk lambang-

lambang tertentu yang memiliki makna dan diterima oleh orang lain yang

menjadi sasarannya yang menimbulkan kesamaan makna.

Untuk itu pembinaan yang mendorong anggota kelompok agar mampu

berkomunikasi dengan baik menjadi kunci keberhasilan pembinaan

manajemen kelompok tani. Pembinaan dapat dilakukan melalui pelatihan

ataupun dengan membentuk kelompok yang lebih homogen. Kelompok yang


73

homogen, dengan anggota yang merasa lebih setara, dapat mengurangi rasa

acuh tak acuh yang berpotensi menjadi penghalang jalannya komunikasi

secara efektif. Peran dalam penelitian ini merujuk pada penyuluh pertanian

yang meliputi dinamisator, mediator, fasilitator, motivator, dan konsultan

yang diharapkan mampu membantu masyarakat untuk melakukan kegiatan-

kegiatan yang dapat meningkatkan hasil pertanian mereka.

Perilaku Komunikasi Penyuluh Keberhasilan Penyuluhan


Pertanian (Variabel X): (Variabel Y):
1. Aspek kognisi
1. Kemampuan (pemahaman tentang
komunikator dalam teknologi usaha tani)
menyampaikan pesan. 2. Aspek afeksi
2. Perilaku atas process (perubahan
area (metode pemikiran dan
perasaan dalam
penyuluhan).
usaha tani)
3. Perilaku atas content 3. Aspek perilaku
area (materi (kemampuan
penyuluhan). gabungan kelompok
4. Frekuensi komunikasi tani dalam
penyuluh. pengolahan lahan
5. Media penyuluhan. pertanian yang ada
dengan sebaik-
baiknya).

Gambar 4. Bagan kerangka pikir


74

S. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H0: Tidak ada hubungan perilaku komunikasi penyuluh pertanian dengan

keberhasilan penyuluhan pada Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani)

Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan.

H1: Ada hubungan perilaku komunikasi penyuluh pertanian dengan

keberhasilan penyuluhan pada Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani)

Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan.

Anda mungkin juga menyukai