Anda di halaman 1dari 9

PERBANDINGAN FREEWAY SPACE ANTARA METODE

WILLIS DAN ANALISIS FOTO DIGITAL

Nabila Chintami*, Haryo Mustiko Dipoyono*, Erwan Sugiatno*


*Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Gadjah Mada

INTISARI

Pengukuran freeway space sangat penting dalam pembuatan gigi tiruan, karena
tanpa dimensi vertikal yang tepat akan menimbulkan ketidaknyamanan dan masalah pada
sistem stomatognatik pada pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan hasil
pengukuran freeway space antara metode Willis dan analisis foto digital.
Metode pengukuran freeway space antara metode Willis dan analisis foto digital
menggunakan metode cross sectional study pengamatan langsung pada pasien dan foto
pasien. Metode pengambilan sampel purposive sampling, dilakukan pada 30 mahasiswa
FKG UGM usia 18-25 tahun laki-laki dan perempuan yang telah memenuhi kriteria. Pada
metode Willis, freeway space diukur langsung pada subjek menggunakan digital vernier
caliper. Pengukuran dilakukan dengan mengukur jarak antara dua titik pada ujung hidung
dan ujung dagu sebagai patokan pengukuran dimensi vertikal oklusi dan dimensi vertikal
rest position. Metode analisis foto digital, subjek difoto pada jarak 56 cm dan dilakukan
pengukuran pada foto mengunakan program Corel Draw X7. Data dianalisis secara
statistik menggunakan uji Independent t-test
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pengukuran menggunakan
metode Willis dan analisis foto digital (p<0,05). Rata-rata freeway space dengan metode
Willis sebesar 2,3723 mm, sedangkan menggunakan analisis foto digital sebesar 1,9979
mm. Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode Willis dan analisis foto digital dapat
digunakan untuk mengukur freeway space. Pengukuran freeway space menggunakan
metode Willis lebih besar dari pada menggunakan analisis foto digital.

Kata kunci : metode Willis, foto digital wajah, dimensi vertikal rest position, dimensi vertikal
oklusi, freeway space.

PENDAHULUAN

Penentuan dimensi vertikal maxillomandibular merupakan satu tahapan penting

dalam perawatan prostodontik khususnya bagi pasien yang telah kehilangan gigi-geligi

yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan dimensi vertikal [1]. Pembuatan gigi tiruan

bertujuan untuk mengembalikan perubahan dimensi vertikal akibat kehilangan gigi

tersebut. Keberhasilan suatu gigi tiruan tergantung pada ketepatan penentuan dimensi

vertikal selama prosedur pembuatan gigi tiruan [2]. Penetapan dimensi vertikal diperoleh

berdasarkan dimensi vertikal pada saat rahang pasien dalam keadaan posisi istirahat, yaitu

dimensi vertikal rest position (DVRP) dan saat beroklusi, yaitu dimensi vertikal oklusi (DVO)

[1]. Rahang dalam keadaan istirahat, gigi-geligi dalam keadaan sedikit terpisah sehingga
terdapat celah antara permukaan oklusal gigi-gigi atas dan gigi-gigi bawah disebut freeway

space atau jarak interoklusal [3].

Freeway space atau jarak interoklusal adalah jarak antara permukaan oklusal

maksila dan mandibula ketika dalam keadaan istirahat berkisar antara 2-4 mm [4]. Freeway

space sangat diperhatikan dalam pembuatan gigi tiruan, karena memberi tempat bagi aksi

otot mastikasi yang berperan mengatur fungsi mastikasi dan dibuat agar meregang lebih

panjang atau lebih pendek dari normal selama pergerakan otot mastikasi, sehingga pada

prothesa yang digunakan telah menyediakan freeway space yang tepat [5].

Pengukuran dimensi vertikal dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Secara tidak langsung salah satunya dengan media foto (foto cephalometry, foto lama

pasien, dan foto digital wajah pasien). Media foto sendiri sudah tidak asing lagi di dunia

kedokteran gigi, penelitian yang menggunakan foto digital sebagai pembanding dangan

alat ukur yang berhubungan dengan wajah. Kiekens dkk., (2008) dan Mizumoto dkk.,

(2009) meneliti proporsi golden ratio wajah dengan melakukan pengukuran pada hasil foto

digital. Mohindran dan Bulman (2002) meneliti efek peningkatan dimensi vertikal pada

estetik wajah dengan mengunakan foto sebelum dan sesudah perawatan sebagai alat

media penilaian.

Pengukuran dimensi vertikal secara langsung menggunakan metode Willis dengan

mengukur jarak antara ujung hidung ke ujung dagu menggunakan digital vernier caliper.

Metode Willis juga mengukur jarak antara canthus mata ke sudut mulut sama dengan jarak

antara ujung hidung ke ujung dagu. Metode ini mudah digunakan karena stabil dan lebih

akurat saat merekam jarak antara dasar hidung ke ujung dagu [9]. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui perbandingan freeway space antara metode Willis dan analisis foto

digital.

SUBJEK DAN METODE

Subjek penelitian adalah mahasiswa/i FKG UGM berjumlah 30 orang yang telah

memenuhi kriteria sedang tidak dalam perawatan ortodontik, tidak memakai gigi tiruan

lepasan atau cekat, dan tidak ada kelainan atau pembedahan pada wajah yang dapat
menyebabkan keasimetrisan. Jenis penelitian ini adalah cross sectional pengamatan

langsung pada pasien dan foto pasien untuk pengukuran nilai freeway space.

Hasil analisis data penelitian ini merupakan data kuantitatif berskala rasio. Terlebih

dahulu dilakukan uji normalitas menggunakan Shaphiro-Wilk dan uji homogenitas

mengunakan software statistik. Jika data diperoleh terdistribusi normal, maka untuk

mengetahui perbedaan rerata nilai freeway space antara metode Willis dan analisis foto

digital menggunakan uji statistik parametrik Independent sample t-test, sedangkan jika

distribusi data tidak normal maka dilakukan uji statistik non parametrik yaitu uji Mann

Whitney. Pengujian dikerjakan dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) menggunakan

program statistik.

HASIL PENELITIAN

Hasil perhitungan rerata, simpangan baku, uji normalitas, uji homogenitas, dan uji

Independent sample t-test dapat dilihat pada tabel 1, 2, 3, dan 4. Tabel 1 menunjukkan

hasil perhitungan rerata dan simpangan baku nilai freeway space antara metode Willis dan

analisis foto digital. Tabel 2 dan 3 menunjukkan nilai normalitas dan homogenitas antara

metode Willis dan analisis foto digital yang menunjukkan data terdistribusi normal dan

homogen. Tabel 4 merupakan uji Independent sample t-test yang menunjukkan hasil

terdapat perbedaan bermakna freeway space antara metode Willis dan analisis foto digital.

Tabel 1. Hasil perhitungan rerata dan simpangan baku nilai freeway space dalam
satuan milimeter.
Kelompok N 𝑥̅ Sb
Digital venier caliper 30 2,3723 0,3582
Analisis foto digital 30 1,9979 0,2838
Keterangan:
n : jumlah sampel
𝑥̅ : nilai rerata kedua metode
sb : simpangan baku

Berdasarkan tabel 1, rerata nilai freeway space pada metode Willis

adalah 2,3723 mm dan metode foto digital 1,9979 mm. Setelah itu dilakukan uji

normalitas Shapiro-Wilk untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau

tidak. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 2.


PERBANDINGAN NILAI
FREEWAY SPACE
M. Willis M.foto digital

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

Gambar 4. Data rata-rata freeway space antara metode Willis dan analisis
foto digital.

Tabel 2. Hasil uji normalitas (Shapiro-Wilk).


Kelompok Statistic P
Digital venier caliper 0,966 0,704

Analisis foto digital 0,965 0,865

Keterangan:
P: signifikansi

Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk didapatkan bahwa

p>0.05 untuk digital vernier caliper dan foto digital, artinya data yang didapatkan

terdistribusi normal. Uji ini digunakan karna jumlah data yang digunakan pada penelitian

kurang dari 50 sampel. Analisis selanjutnya dilakukan uji homogenitas Levene’s test dan

Independent t-test untuk membandingkan rerata data kelompok. Hasil uji Levene’s test

dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil uji homogenitas (Levene’s test)


Levene’s test for equality of variances
P
Freeway space Equal variance 0,096
asssumed
Equal variances
not assumed
Keterngan:
P : signifikansi (p>0,05)
Uji homogenitas Levene’s test bertujuan untuk mengetahui apakah data memiliki

variasi yang sama atau terdistribusi homogen. Hasil dari uji Levene’s test menunjukkan

hasil p = 0,096 artinya data terdistribusi homogen karena (p>0,05). Berdasarkan hasil

tersebut, maka data dilihat dari hasil Independent t-test pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil uji Independent sample t-test


Freeway space T Df Sig.(2- Std.Error
tailed) Differences

Equal variances
assumed 4,488 58 0,000 0,08344

Equal variances not 4,488 55,118 0,000 0,08344


assumed
Keterangan :
T : t hitung
Df : derajat kebebasan
Sig.(2-tailed) : signifikansi (p>0,05)
Std.Error Difference : perbedaan standar error

Berdasarkan uji Independent sample t-test, nilai signifikansi yang dilihat adalah pada

baris Equal variance assume menunjukkan nilai sebesar 0,00 (p<0,05), hasil tersebut

menunjukkan terdapat perbedaan bermakna freeway space antara metode Willis dan

analisis foto digital.

PEMBAHASAN

Penelitian ini membandingkan nilai freeway space antara metode Willis dan analisis

foto digital menggunakan subjek penelitian mahasiswa FKG Universitas Gadjah Mada,

agar memudahkan menjangkau subjek penelitian dan memungkinkan pengambilan data

subjek pada tempat yang sama. Pemotretan wajah subjek memerlukan cahaya dan jarak

pemotretan tertentu sehingga diperlukan ruangan dan sumber cahaya yang memadai.

Pencahayaan yang dapat berubah selama proses pengambilan foto dapat mempengaruhi

kualitas hasil foto.

Pengukuran wajah subjek secara langsung menggunakan metode Willis harus

dilakukan segera setelah pemotretan wajah untuk mencegah terjadinya bias hasil

pengukuran freeway space. Oleh karena itu, sedapat mungkin tempat pemotretan dan

pengukuran wajah subjek secara langsung adalah sama untuk semua subjek penelitian.
Penelitian ini menggunakan uji Independent sample t-test dengan tingkat

kepercayaan 95% digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai rerata

freeway space antara metode Willis dan analisis foto digital. Hasil penelitian menunjukkan

nilai sebesar 0,00 (p<0,05), terdapat perbedaan nilai rerata freeway space antara metode

Willis dan analisis foto digital. Metode Willis memiliki nilai rata-rata 2,3723 mm sesuai

dengan pendapat Tyson dan McCord (2002) nilai freeway space berkisar 2-5 mm dan pada

pasien lanjut usia bisa lebih besar pada kisaran yang ada. Metode Willis mudah untuk

digunakan karena stabil dan lebih akurat saat merekam jarak antara dasar hidung ke ujung

dagu[9]. Pengukuran freeway space menggunakan analisis foto digital memiliki rata-rata

1,9979. Pengukuran menggunakan analisis foto digital dapat digunakan untuk pengukuran

freeway space karena selisih dengan metode Willis tidak terlalu besar 0,3744 mm dan

masih dalam jarak normal sesuai dengan Wirahadikusumah dkk., (2011) analisis foto

digital dapat digunakan untuk mengukur dimensi vertikal rest position. Tidak ada suatu

metode yang akurat untuk mengukur dimensi vertikal rest position untuk menghasilkan

oklusi yang baik [12]. Peran seorang dokter gigi sangat dibutuhkan untuk menentukan

metode mana yang paling cocok digunakan untuk merawat pasien.

Pada penelitian ini terdapat perbedaan nilai freeway space pada pengukuran

wajah dan foto digital akibat tidak digunakannya alat bantu dalam penentuan bidang sagital

subjek seperti sefalostat sehingga mengakibatkan perbedaan hasil pengukuran dimensi

lebar wajah yang tidak simetris terhadap kamera. Selain itu, pergerakan kepala subjek saat

pengambilan foto dilakukan tidak dapat dikontrol meskipun subjek telah diintruksikan untuk

duduk diam sehingga dapat menyebabkan distorsi. Pengaturan posisi kepala subjek

kemungkinan juga sebagai penyebab terjadinnya perbedaan nilai pengukuran freeway

space.

Pengambilan foto digital wajah dan pengukuran dilakukan pada subjek saat

posisi rahang istirahat fisiologis dengan kepala tegak lurus bidang Frankfurt Horizontal

Plane sejajar lantai. Seperti yang kita ketahui faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi

vertikal dalam jangka pendek meliputi posisi kepala, kehilangan gigi, rasa sakit di daerah
mulut (berkaitan dengan otot), dan faktor pernafasan. Sedangkan faktor yang bersifat

jangka panjang meliputi usia, kesehatan umum, dan kebiasaan prafungsi yang dapat

mengakibatkan abnormalitas oklusi. Posisi kepala ke arah belakang akan memperbesar

dimensi verikal rest position dan posisi kepala yang sedikit merunduk memperkecil dimensi

vertikal rest position. Posisi kepala yang dianjurkan saat menentukan dimensi vertikal,

pasien harus dalam keadaan rileks dan bidang Frankfurt sejajar lantai [13].

Penelitian ini menggunakan latar belakang warna hitam dan tidak bermotif agar

tidak memantulkan cahaya. Menurut Gomes dkk., (2009) pada penelitiannya

menggunakan latar belakang warna hitam, namun tidak disebutkan dalam ketentuan

pemotretan dalam penelitian tersebut.

Penelitian ini menggunakan kamera digital tipe single-lens SAL1855, Sony α

330, Jepang dan tripod sebagai alat bantu saat pengambilan data foto. Tripod berfungsi

untuk fiksasi kamera, sehingga posisi kamera terhadap subjek tetap stabil. Pengambilan

foto dilakukan pada jarak 56 cm antara ujung lensa kamera dengan ujung hidung subjek

mengacu pada Wirahadikusumah dkk., (2011) melakukan penelitian pengukuran dimensi

vertikal rest position pada subjek mahasiswa di Universitas Indonesia menggunakan

kamera digital yang diletakkan di atas tripod dengan jarak dari ujung hidung ke lensa

kamera sejauh 56 cm.

Pemotretan dilakukan sebanyak dua kali saat posisi dimensi vertikal oklusi dan

dimensi vertikal rest position, menurut Zarb dkk., (2002) penentuan dimensi vertikal rest

position merupakan suatu tahapan dalam perawatan prostodontik yang sulit ditentukan.

Tidak ada metode atau alat yang dapat menyatakan dimensi vertikal yang akurat.

Wirahadikusumah dkk., (2011) pada penelitiannya menggunakan program

Adobe Photoshop untuk mengukur jarak antara dasar hidung dan ujung dagu. Peneliti

menggunakan program Corel Draw X7 yang memiliki fungsi yang hampir sama dengan

Adobe Photoshop. Corel Draw X7 juga dapat digunakan untuk mengedit foto, namun

ternyata peneliti menemukan bahwa program ini juga efektif untuk mengukur titik-titik

tertentu pada foto digital wajah.


Identifikasi titik dasar hidung ke ujung dagu dilakukan dengan melihat tanda yang

telah diberikan menggunakan spidol hitam sebelum pemotretan dilakukan. Debnath dkk.,

(2014) pengukuran dimensi vertikal secara langsung menggunakan metode Willis

mengukur jarak antara ujung hidung ke ujung dagu menggunakan digital vernier caliper.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat perbedaan nilai freeway

space antara metode Willis dan analisis foto digital sebesar 0,3744 mm. Rata-rata freeway

space menggunakan metode Willis 2,3723 mm sesuai dengan dengan Tyson dan McCord

(2002) menyatakan bahwa jarak freeway space antara 2-4 mm. Rata-rata freeway space

menggunakan analisis foto digital 1,9979 mm. Jarak tersebut masih dalam batas normal

sesuai dengan Jhonson dkk., (2002) yang menyatakan bahwa nilai freeway space atau

jarak interoklusal maksila dan mandibula ketika mandibula dalam keadaan istirahat

berkisar antara 2-4 mm. Sehingga kedua metode itu dapat digunakan untuk pengukuran

freeway space.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan: terdapat perbedaan

freeway space antara metode Willis dan analisis foto digital, dengan nilai freeway space

metode Willis lebih besar dibandingkan analisis foto digital.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Zarb A. C., Bolender, L.C., Hickey, C. J., dan Carlsson, E.G., 2002, Buku Ajar
Prostodonti untuk Pasien Tak Bergigi Menurut Boucher (terj). 10th ed., Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, hal. 233-238.
[2] Meta, D. J., dan Joglekar, P. A., 1969, Vertical Jaw Relation as A Factor in Partial
Dentures, J.Prosthet.Dent., 21(6): 618-625.
[3] Watt, D. M., dan MacGregor, R. A., 1992, Membuat Desain Gigi Tiruan Lengkap, 2nd
ed., (terj), Buku Kedokteran Gigi Hipokrates, Jakarta, hal.149.
[4] Johnson, A., Wildgoose, D. G., dan Wood, D.J., 2002, The Determination of Freeway
Space Using Two Different Methods, J.Oral.Rehabil., 29:1010-1013.
[5] Hartono, R., Kosasih, A., Hidayat, H., dan Morganelli, C. J., 1992, Estetik dan Prostetik
Mutakhir Kedokteran Gigi, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal.78.
[6] Kiekens, A. M. R., 2008, Putative Golden Proportions as Predictor of A Facial Esthetics
in Adoslescents, Am.J.Orthod.Dentofac., 134(4): 80-83.
[7] Mizumoto, Y., Deguchi, T., dan Fong, G. W. K., 2009, Assessment of Facial Golden
Proportions Among Young Japanese Women, Am.J.Orthod. Dentofac., 136(2): 168-
141.
[8] Monhiro, K. N., Bulman, S. J., 2002, The Effects of New Denture on Facial Esthetics,
Brit.Dent.J., 192(3): 164-168.
[9] Debnath, N., Gupta, R., Kumar, S., Hota, S., dan Rawat, P., 2014, Relationship of Inter-
Condylar Distance With Inter-Dental Distance Of Maxillary Arch and Occlusal Vertical
Dimension: A Clinical Anthropometric Study, J.Clin. Diagn.Res., 8(12): 39-43.
[10] Tyson, W. K. dan McCord, F. J., 2000, Chairside Option for the Treatment of Complete
Denture Problem Associated with Athrophic (Flat) Mandibular Ridge, Brit.Dent.J.,
188(1): 10-12.
[11] Wirahadikusumah, A., Koesmaningati, H., dan Fardaniah, S., 2011, Digital Photo
Analysis as A of Physiological Vertical Dimension, J.Prosthet.Dent., 18(2): 40.
[12] Toolson, B. L., dan Smith, E. D., 2006, Clinical Measurment and Evaluation of Vertical
Dimentions, J.Prosthet.Dent., 47(3): 236-241.
[13] Geerts, G. A. V. M., Stuhlinger, M. E., dan Nel, D. G., 2004, A Comparison of the
Accurancy of Two Methods Used by Pre-doctoral Student to Measure Vertical
Dimension, J.Prosthet.Dent., 91(1): 59-60.
[14] Gomes, V. L., Gonccalves, L. C., Correia, C. L., Lucas, B. L., dan Carvalho, P. M., 2008,
Vertical Dimention of the Face Analyzed by Digital Photographs, Eur J.Esthet.Dent.,
3(4): 362-70.

Anda mungkin juga menyukai