Askep Lansia GGN Pend - LP.LK
Askep Lansia GGN Pend - LP.LK
Home
Daftar Isi
Cari Artikel...
Beranda » asuhan keperawatan » ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN
GANGGUAN SISTEM PANCA INDERA
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN GANGGUAN SISTEM PANCA INDERA
Melalui panca indra, manusia memperoleh informasi tentang kondisi fisik dan lingkungan yang
berada di sekitarnya. Informasi sensorik yang diterima akan masuk ke otak tidak hanya melalui
mata, telinga, dan hidung,akan tetapi masuk melalui seluruh anggota tubuh lainnya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak tampak mencolok. Penuaan
akan terjadi pada hampir semua sistem tubuh manusia dan tidak semua sistem akan mengalami
kemunduran pada waktu yang sama. Meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran yang
universal, tidak seorangpun mengetahui dengan pasti penyebab penuaan dan mengapa manusia
menjadi tua pada usia yang berbeda-beda.
Dahulu para ilmuan telah membuat teori tentang penuaan seperti Aristoteles dan Hipocrates yang
berisi tentang suatu penurunan suhu tubuh dan cairan secara umum. Sekarang dengan seiring
jaman banyak orang yang melakukan penelitian dan penemuan dengan tujuan supaya ilmu itu
dapat semakin jelas, komplek dan variatif. Ahli teori telah mendeskripsikan proses biopsikososial
penuaan yang kompleks. Tidak ada teori yang menjelaskan teori penuaan secara utuh. Semua teori
masih dalam berbagai tahap perkembangan dan mempunyai keterbatasan.
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan
kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh itu bersifat alamiah/fisiologis. Penurunan
tersebut disebabkan berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh. Pada umumnya tanda proses
menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60
tahun.
Dimasa datang, jumlah lansia di Indonesia semakin bertambah. Tahun 1990 jumlah lansia 6,3 %
(11,3 juta orang), pada tahun 2015 jumlah lansia diperkirakan mencapai 24,5 juta orang dan akan
melewati jumlah balita yang ada pada saat itu diperkirakan mencapai 18,8 juta orang. Tahun 2020
jumlah lansia di Indonesia diperkirakan akan menempati urutan ke 6 terbanyak di dunia dan
melebihi jumlah lansia di Brazil, Meksiko dan Negara Eropa.
Oleh karena itu dalam penyusunan makalah ini penulis akan membahas tentang proses penuaan
pada penurun fungsi sensori.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari sensori ?
2. Bagaimana proses penuaan ?
3. Apa Perubahan fisiologis penuaan pada Penginderaan ?
4. Apa Masalah Sensori Pada Lansia ?
5. Bagaimana ASKep sensori pada lansia ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mendapat gambaran dan pengalaman tentang penetapan proses asuhan keperawatan
secara komprehensif terhadap lansia dengan gangguan sensori.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa/i diharapkan mampu :
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada lansia dengan gangguan sensori
b. Mengetahui definisi dari sensori
c. Mengetahui bagaimana proses penuaan
d. Mengetahui bagaimana perubahan fisiologis penuaan pada penginderaan
e. Mengetahui masalah sensori pada lansia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sensori Normal
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun luar tubuh. Stimulus
tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca indera). Stimulus yang sempurna
memungkinkan seseorang untuk belajar berfungsi secara sehat dan berkembang dengan normal.
Secara fisiologis, sistem saraf secara terus menerus menerima ribuan informasi dari organ saraf
sensori, menyalurkan informasi melalui saluran yang sesuai, dan mengintegrasikan informasi
menjadi respon yang bermakna.
Stimulus sensori mencapai organ sensori dan menghasilkan reaksi yang segera atau informasi
tersebut saat itu disimpan ke otak untuk digunakan dimasa depan. Sistem saraf harus utuh agar
stimulus sensori mencapai pusat otak yang sesuai dan agar individu menerima sensi.Setelah
menginterpretasi makna sensasi, maka orang dapat bereaksi terhadap stimulus tersebut.
Empat komponen penting pada sensori, yaitu:
1. Stimulus (rangsangan)
2. Reseptor
3. Konduksi
4. Persepsi
Proses sensorik adalah kemampuan untuk memproses atau mengorganisasikan input sensorik yang
diterima. Biasanya proses ini terjadi secara otomatis, misalnya ketika mendengar suara kicauan
burung, otak langsung menterjemahkan sebagai bahasa atau suara binatang
Proses sensorik diawali dengan penerimaan input (registration), yaitu individu menyadari akan
adanya input. Proses selanjutnya adalah orientation, yaitu tahap dimana individu memperhatikan
input yang masuk. Tahap berikutnya, kita mulai mengartikan input tersebut (interpretation).
Selanjutnya adalah tahap organization, yaitu tahap dimana otak memutuskan untuk
memperhatikan atau mengabaikan input ini. Tahap terakhir adalah execution, yaitu tindakan nyata
yang dilakukan terhadap input sensorik.
Melalui panca indra, manusia memperoleh informasi tentang kondisi fisik dan lingkungan yang
berada di sekitarnya. Informasi sensorik yang diterima akan masuk ke otak tidak hanya melalui
mata, telinga, dan hidung,akan tetapi masuk melalui seluruh anggota tubuh lainnya seperti :
1. Mata (Visual)
Disebut juga indera penglihatan. Terletak pada retina.Fungsinya menyampaikan semua informasi
visual tentang benda dan menusia.
2. Telinga (Auditory)
Disebut juga indera pendengaran, terletak di telinga bagian dalam. Fungsinya meneruskan
informasi suara. Dan terdapat hubungan antara sistem auditor ydengan perkembangan bahasa.
Apabila sistem auditory mengalami gangguan, maka perkembangan bahasanya juga akan
terganggu.
3. Hidung (Olfactory)
Disebut juga indera pembau, terletak pada selaput lendir hidung, fungsinya meneruskan informasi
mengenai bau-bauan (bunga, parfum, bau makanan).
4. Lidah (Gustatory)
Disebut juga indera perasa, terletak pada lidah, fungsinya meneruskan informasi tentang rasa
(manis, asam, pahit,dan lain-lain) dan tektur di mulut (kasar, halus, dan lain-lain).
5. Kulit (Tactile)
Taktil adalah indera peraba. Terletak pada kulit dan sebagian dari selaput lendir. Bayi yang baru
lahir, menerima informasi untuk pertama kalinya melalui indera peraba ini.
B. Proses Menua
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal setelah itu
tubuh mulai menyusut dikarenakan jumlah sel sel yang ada dalam tubuh menurun. Sebagai
akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang
dikatakan proses penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita
(constantinides 1994). Seiring dengan proses menua tersebut tubuh akan mengalami berbagai
masalah kesehatan atau yang biasa disebut penyakit degeneratif.
2. Indra pendengaran
Pada lansia umumnya disebabkan koagulasi cairan yang terjadi selama otitis media atau tumor
seperti kolesteatoma. Gangguan ini dapat diatasi dengan operasi. Hilangnya sel – sel rambut
koklear, reseptor sensorik primer sistem pendengaran atau sel saraf koklear ganglion, brain stem
trucks dikenal dengan sensoric neurel hearing loss. Kerusakan sistem ini sangat kompleks dan
umumnya tidak dapat disembuhkan. penyebab gangguan pendengaran lainnya seperti sindrom
meniere dengan ggejala seperti vertigo, mual, muntah, telinga terasa penuh tinnitus, dan hilangnya
daya pendengaran dan aquostik neuroma.. Hal yang sering terjadi pada lansia adalah hilangnya
high pitch terutama konsonan. Apabila berbicara dengan lansia sebaiknya jelas, pelan, selalu
memelihara kontak mata, dan berhadapan sehingga lansia dapat melihat gerak bibir sewaktu kita
berbicara.
3. Indra peraba
Pada lansia, kulit mengalami atrofi, kendur, tidak elastis, kering, dan berkerut. Kulit akan
kekurangan cairan sehinggga menjadi tipis dab berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atrovi
glandula sebasea dan glandula sudorivera. Menipisnya kulit ini tidak terjadi pada epidermisnya,
tetapi pada dermisnya karena terdapat perubahan dalam jaringan kolagen serta jaringan elastisnya.
Bagian kecil pada kulit menjadi muda retak dan menyebabkan cechymosen. Timbulnya pigmen
berwarna coklat pada kulit, dikenal dengan liver spot. Perubahan kulit banyak dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, antara lain angin dan sinar matahari, terutama sinar ultraviolet.
Tabel : perubahan kulit pada penuaan
Perubahan fisiologis
Perubahan fungsional
Peningkatan pigmentasi
Kulit menggelupas, tipis, kering, keriput dan mudah pecah
Atrofi epidermis, glandula sebasea, subdorifera, dan folikel rrambut
Cenderung terjadi bercak senilis berwarna merah ungu
Degenerasi kolagen dan elastin
Atrofi kuku, perubahan warna rambut abu – abu/ putih
Peningkatan viskositas aliran darah
Mutasi somatis
Pengurangan jaringan subkutan
Pengurangan lemak
Bila perubahan sistem dalam tubuh lansia tidak diperhatikan dengan serius akan mengakibatkan
ketergantungan lansia pada keluarga dan lingkungan. Disamping itu harus dicegah faktor resiko
terjadinya ceder ketika melakukan aktivitas.
4. Indra pengecap
Pada lidah terdapat banyak tonjolan saraf pengecap yang memberi berbagai sensasi rasa ( manis,
asin, gurih, dan pahit ). Akibat penambahan usia maka jumlah tonjolan saraf tersebut berkurang,
sehingga lansia kurang dapat merasakan rasa kecap, akibatnya mereka butuh lebih banyak jumlah
gula atau garam untuk mendapatkan rasa yang sama dengan kualitasnya
Mata normal
Mata merupakan organ penglihatan, bagian-bagian mata terdiri dari sklera, koroid dan retina.
Sklera merupakan bagian mata yang terluar yang terlihat berwarna putih, kornea adalah lanjutan
dari sklera yang berbentuk transparan yang ada didepan bola mata, cahaya akan masuk melewati
bola mata tersebutsedangkan koroid merupakan bagian tengah dari bola mata yang merupakan
pembuluh darah. Dilapisan ketiga merupakan retina, cahaya yang masuk dalm retina akan
diputuskan leh retina dengan bantuan aqneous humor,lensa dan vitous humor. Aqueous humor
merupakan cairan yang melapisi bagian luar mata, lensa merupakan bagian transparan yang elastis
yang berfungsi untuk akomodasi.
Hubungan usia dengan mata Kornea, lensa, iris, aquous humormvitrous humor akan mengalami
perubahan seiring bertambahnya usia., karena bagian utama yang mengalami perubahan /
penurunan sensifitas yang bisa menyebabkan lensa pada mata, produksi aquous humor juga
mengalami penurunan tetapi tidak terlalu terpengaruh terhadap keseimbangan dan tekanan intra
okuler lensa umum. Bertambahnya usia akan mempengaruhi fungsi organ pada mata seseorang
yang berusia 60 tahun, fungsi kerja pupil akan mengalami penurunan 2/3 dari pupil orang dewasa
atau muda, penurunan tersebut meliputi ukuran-ukuran pupil dan kemampuan melihat dari jarak
jauh. Proses akomodasi merupakan kemampuan untuk melihat benda-bend dari jarak dekat
maupun jauh. Akomodasi merupakan hasil koordianasi atas ciliary body dan otot-otot ins, apabial
sesorang mengalami penurunan daya akomodasi makaorang tersebut disebut presbiopi. 5 masalah
yang muncul ada lansia :
a. Penurunan kemampuan penglihatan
Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah progesifitas dan pupil
kekunningan pada lensa mata, menurunnya vitous humor, perubahan ini dapat mengakibatkan
berbagai masalah pada usia lanjut seperti : mata kabur, hubungan aktifitas sosial, dan penampialan
ADL, pada lansia yang berusia lebih dari 60 tahun lensa mata akan semakin keruh, beberapa orang
tidak mengalami atau jarang mengalami penurunan penglihatan seirinng dengan bertambahnya
usia.
c. Glaukoma
Glaukoma dapat terjadi pada semua usia tapi resiko tinggi pada lansia usia 60 tahun keatas,
kerusakan akibat glaukoma sering tidak bisa diobati namun dengan medikasi dan pembedahan
mampu mengurangi kerusakan pada mata akibat glaukoma. Glaukoma terjadi apabila ada
peningkatan tekanan intra okuler ( IOP ) pada kebanyakan orang disebabkan oleh oleh
peningkatan tekanan sebagai akibat adanya hambatan sirkulasi atau pengaliran cairan bola mata
(cairan jernih berisi O2, gula dan nutrisi), selain itu disebabkan kurang aliran darah kedaerah vital
jaringan nervous optikus, adanya kelemahan srtuktur dari syaraf.
Populasi yang berbeda cenderung untuk menderita tipe glaukoma yang berbeda pula pada suhu
Afrika dan Asia lebih tinggi resikonnya di bandinng orang kulit putih, glaukoma merupakan
penyebab pertama kebutuhan di Asia.
Tipe glaukoma ada 3 yaitu :
1) Primary open angle Gloueoma (glaukoma sudut terbuka)
2) Normal tenion glukoma (glaucoma bertekanan normal)
3) Angel clousure gloukoma (Glaukoma sudut tertutup)
d. Katarak
Katarak adalah tertutupnya lensamata sehingga pencahayaan di fokusing terganggu (retina)
katarak terjadi pada semua umur namun yang sering terjadi pada usia > 55 tahun. Tanda dan
gejalanya berupa : Bertanbahnya gangguan penglihatan, pada saat membaca / beraktifitas
memerlukan pencahayaan yang lebih, kelemahan melihat dimalam hari, penglihatan ganda.
Penanganannya yang tepat adalah pembedahan untuk memperbaiki lensa mata yang rusak
pembedahan dilakukan bila katarak sudah mengganggu aktifitas namun bila tidak mengganngu
tidak perlu dilakukan pembedahan.
c. Prebiakusis
Hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekwensi tinggi, yang merupakan suatu
fenomena yang berhubungan dengan lanjutnya usia. Bersifat simetris, dengan perjalanan yang
progresif lambat. Terdapat beberapa tipe presbiakusis, yaitu :
1) Presbiakusis Sensorik
Patologinya berkaitan erat dengan hilangnya sel neuronal di ganglion spiralis. Letak dan jumlah
kehilangan sel neuronal akan menentukan apakah gangguan pendengaran yang timbul berupa
gangguan atas frekwensi pembicaraan atau pengertian kata-kata.
2) Presbiakusis neural
Patologinya berupa hilangnya sel neuronal di ganglion spiralis. Letak dan jumlah kehilangan sel
neuronal menentukan gangguan pendengaran yang timbul (berupa gangguan frekuensi
pembicaraan atau pengertian kata-kata adanya inkoordinasi, kehilangan memori, dan gangguan
pusat pendengaran).
3) Prebiakusis Strial ( metabolic )
Abnormalitas vaskularis striae berupa atrofi daerah apical dan tengah dari kohlea. Prebiakusis
jenis ini biasanya terjadi pada usia yang lebih muda disbanding jenis lain.
4) Prebiakusis Konduktif Kohlear ( mekanik )
Diakibatkan oleh terjadinya perubahan mekanik pada membrane basalis kohlea sebagai akibat
proses dari sensitivitas diseluruh daerah tes.
d. Tinitus
Suatu bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah, bisa terus menerus atau
intermiten. Biasanya terdengar lebih keras di waktu malam atau ditempat yang sunyi. Apabila
bising itu begitu keras hingga bisa didengar oleh dokter saat auskkkultasi disebut sebagai tinnitus
obyektif.
3. Pengecapan
Organ pengecap yang paling berperan adalah pada bagian depan, tepi dan belakang, rasa manis
dan asin berada pada bagian ujung lidah, asam dibagian tepi sedang pahit dipangkal lidah. Fungsi
pengecap akan berubah seiring bertambahnya usia. Kerusakan fungsi pengecap akan
menyebabkan makan kurang bergairah terkadang seorang lansia perlu menambah jumlah garam
karena dia merasa bahwa maskannya kurang asin (padahal sudah asin).
Kurangnya sensasi rasa dikarenakan pengaruh sensori persarafan. Ketidakmampuan
mengidentifiksi rasa secara unilateral atau bilateral. Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,
atropi indera pengecapan, hilangnya sensitifitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis
dan asin, hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap. Masalah yang sering timbul pada lansia
adalah kemapuan mengunyah yang semangkin menurun.
4. Penciuman
Pada sistem penciuman terjadi pembentukan kartilago yang terus menerus terbentuk didalam
hidung sesuai proses penuaan, menyebabkan hidung menonjol lebih tajam. Atropi progresif pada
tonjolan olfaktorius juga terjadi, mengakibatkan kemunduran terhadap dalam indra penciuman.
Masalah yang sering terjadi pada lansia adalah gangguan pada penciuman terhadap bau-bauan.
Kenikmatan makan akan didukung oleh indra pembau, makan yang dibau akan merangsang
mukosa hidung untuk menghantar impuls ke otak untuk menyimpulkan bahwa makan itu enak
atau tidak. Ini juga akan berpengaruh terhadap keinginan pemenuhan nutrisi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama Klien : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 94 thn
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Petani
Suku : Sunda
Alamat Rumah : Desa pasir jaya Rt 09
2. Riwayat Kesehatan
a. Masalah Kesehatan yang pernah Dialami :
Klien mengatakan tidak pernah terkena penyakit yang parah, klien hanya sering merasa panas-
dingin atau masuk angin.
3. Riwayat Kesehatan
NO
KEGIATAN
DIRUMAH
1
NUTRISI
BB : 43 Kg
TB : 150Cm
Frekuensi Makanan
Jenis Makanan
Makanan yang disukai
Makanan yang tidak disukai
Makanan pantangan :
Nafsu makan
Rasa mual/muntah
Kebutuhan kalori
Jenis diet
Intake cairan/minuman
Kesulitan lain
IMT
2x sehari
Nasi,sayuran
Tahu, Tempe
Makanan manis
Tidak ada
Baik
Tidak ada mual
Kurang tercukupi
Tidak diet
± 5 x 200ml ( air putih & Teh pait )
Tidak ada
19,11
2
ELIMINASI
BAB
Frekuensi
Waktu
Penggunaan pencahar
Warna
Konsistensi
Darah/lender
Kolostomi/ileostomi
BAK
Frekuensi
jumlah
nyeri
Warna
Bau
Incontinencia
Hematuria
Infeksi
Cateter
Urine out put
1x 1 sehari
Di pagi hari
Tidak menggunakan pencahar
Kuning /normal
Tidak lembek
Tidak ada
Tidak ada
3-5x sehari
± 150ml
Tidak ada
Kuning jernih
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak menggunakan
500ml sehari
3
POLA ISTIRAHAT TIDUR
Waktu tidur
Lama tidur
Kebiasaan tidur
Mimpi buruk
Jam tidur ( siang dan malam )
Kualitas tidur
Kondisi setelah bangun
2x sehari
10 jam
Membaca doa,sholat
jarang
13.00-15.00 / 21.00-05.00
Tengah malam bangun untuk sholat
segar
4
PERSONAL HYGIENE
Mandi
Gosok gigi
Cuci rambut
Ganti pakaian
2x sehari, mandiri
Mandiri
Mandiri
mandiri
5
POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
Kegiatan dalam pekerjaan
Kegiatan diwaktu luang
Olahraga : Jenis
Frekuensi latihan
Kesulitan/ keluhan dalam hal :
Pergerakan tubuh
Mengenakan pakaian
Mengedan saat BAB
Mandi
Mudah merasa kelelahan
Sesak nafas saat beraktifitas
Tidak ada
Bermain dengan cicit
Jalan-jalan di pagi hari
Setiap pagi
Kesulitan berjalan/ merambat / memakai tongkat
lemah
Mandiri
Tidak mengedan
Mandiri
Mudah merasa lelah
Tidak ada
4. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Rambut warna
Kualitas / distribusi
Kondisi kulit kepala
Bengkak/ memar
Bentuk
Pusing / sakit kepala
Alopesia
Benjolan / masa
Putih karna uban
Mudah di cabut
Bersih, tidak ada luka
Tidak ada
Simetris
Tidak pusing
Tidak ada
Tidak ada
Mata
Bentuk
Ketajaman penglihatan
Daya akomodasi
Reaksi pupil
Konjungtiva
Pergerakan bola mata
Edema palpebra
Penggunaan alat bantu
Adanya lesie
Simetris
Penglihatan menurun
Kurang baik (± 1mtr )
Miosis isokor
Pucat
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Hidung
Keluaran / secret
Lecet atau lesi
Septum
Edema / polip
Reaksi alergi
Fungsi penghidu
Epistaksis
Pernapasan cuping hidung
Bibir / mulut
Bentuk
Lesi / lecet
Membrane mukosa
Warna bibir
Kelengkapan gigi / penggunaan gigi palsu
Caries
Edema pada gusi
Pembesaran tonsil
Stomatitis
Kesulitan menelan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Menurun
Tidak ada
Tidak ada
lembab
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Pucat
Gigi tinggal 5
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Telinga / pendengaran
Bentuk
Lesi / lecet
Keluaran cerumen / cairan
Fungsi pendengaran
- Hasil test weber
- Test rine
- Test swabach
- Test bisik
Penggunaan alat bantu
Fungsi keseimbangan
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Menurun ± 30cm
-
-
-
-
Tidak ada
Menurun ( menggunakan tongkat, karna pernah jatuh d kamar mandi )
Leher
Kulit
Kelenjar getah bening
Kelenjar tiroid
Elastic, keriput,kering
Tidak ada
Tidak ada
Sirkulasi
Distensi vena jugularis
Suara jantung
Suara jantung tambahan
Nyeri dada
Edema clubbing finger
Rasa pusing
Rasa kesemutan
Perubahan frekuensi / jumlah urine
Varises
Tanda sianosis
Tanda anemia
Tanda phlebitis
Akral dingin
Normal
S1, S2
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Saat dingin jmlh urine meningkat
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Pernapasan
Suara paru
Pola napas
Bentuk dada
Sputum
Nyeri dada
Bentuk / hemaptoe
Pengembangan dada
Penggunaan otot pernapasan tambahan
Irama pernapasan
Pernapasan cuping hidung
Riwayat merokok
Vesicular
dangkal
Simetris
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Simetris
Tidak ada
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Muskuluskeletal
Nyeri
Pola latihan gerak (ROM)
Tonus otot
Kulit
Warna
Turgor
Texture
Lesi luka
Letak luka (gambarkan)
Sawo matang
Elastic
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Abdomen / Pencernaan
Keterangan
Bentuk
Acites
Gambaran pembuluh darah vena
Massa
Bising usus
Nyeri tekan
Pembesaran hati
Mual/ muntah
hemoroid
Simetris
Tidak ada
-
-
10X permenit
Tidak ada
Tidak ada
Tidak mual
Tidak ada
Neurosensori
Keterangan
Tingkat kesadaran
Nilai GCS
Koordinasi /tremor
Orientasi terhadap waktu, tempat dan ruang
Pola tingkah laku
Reflek
Kekuatan menggenggam
Riwayat kejang/ epilepsy
Sakit kepala
Kejang
Paralise/ parise
Tanda peningkatan TIK
Normal
Eye4, motorik 5, verbal 6
Tidak ada
Mulai pikun ( lupa orang,tempat )
Baik
Baik
Menurun
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Reproduksi
Keterangan
Untuk Klien wanita
Kehamilan
Buah dada
Nipple
Ada massa/ tidak
Perdarahan
Keputihan
Usia menarche
Lamanya siklus menstruasi
Periode menstruasi terakhir
Fungsi seksual
-
-
-
Tidak ada
Tidak ada
Endokrin
Keterangan
Rasa haus
Rasa lapar
Poli uri
Ada riwayat luka sukar sembuh
Riwayat pola diet tunggi gula
Penurunan BB drastic
Riwayat penyakit keluarga (gula)
Normal
Tidak lapar
Baik
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Imunologi
Keterangan
Riwayat alergi
Jenis allergen
Reaksi allergen yang muncul
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tanda-tanda vital
Keterangan
Tekanan darah
Pernafasan
Nadi
Irama nadi
Kekuatan nadi
Suhu
130/80Mmhg
16x permenit
60x permenit
Normal
Baik
36,8 ºC
Perkemihan
Keterangan
Kesulitan BAK
Pembesarab blas
Penggunaan diuretic
Perubahan frekuency BAK
Keseimbangan intake/ output
Tidak ada
Tidak ada
Tidak menggunakan
Tidak ada
Baik
Nyeri / Ketidaknyamanan
Keterangan
Lokasi
Intensitas nyeri skala 1-10
Frekuensi
Kualitas
Durasi
Penjalaran
Factor-faktor pencetus
Cara menghilangkan nyeri
Respon emosional
Mengerutkan muka
Memegang area yang nyeri
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
6. Interaksi Sosial
a. Status perkawinan : janda
b. Lama ; -
c. Hidup dengan : cucu, cucu menantu dan 2 orang cicit nya
d. Masalah-masalah / stress : saat cucu nya tidak bekerja dan cucu menatunya menjadi stress
karna punya gangguan kejiwaan.
e. Keluarga besar : klien mempunyai 2 anak, dan 1 cucu, dan 2 cicit
f. Peran dalam struktur keluarga : nenek dari ke 2 cicit nya
g. Perubahan bicara, penggunaan alat bantu komunikasi : klien sudah sulit mendengar tetapi
tidak menggunakan alat bantu
h. Bicara : intoleransi kurang dan hanya bisa berbahasa sunda
i. Komunikasi verbal/ non verbal dengan keluarga/ orang terdekat : Klien tampak lancer
berkomunikasi dengan cucu,cucu menantu maupun cicit nya.
j. Pola interaksi keluarga ( perilaku ) : klien lebih agak pendiam
7. Data Spritual
Agama/ kepercayaan yang di anut : islam
Kegiatan keagamaan yang dilakukan : sholat 5waktu
B. Analisa Data
Symtom
Etiologi
Problem
Ds : Klien mengatakan :
Ø Sudah tidak jelas mendengar.
Ø Lupa terhadap orientasi tempat dan orang
DO : klien tampak
Ø Tidak menggunakan alat bantu dengar
Ø Tidak bs mendengar pada jarak ± 30cm
DO : klien tampak
Ø Rambut klien rontok
Ø N = 60X permenit
Ø Konjungtiva pucat
Ø Bising usus 15x
Ø Kulit kering
ketidakmampuan untuk memasukan atau mencernaa nutrisi oleh karena factor ekonomi
DO : klien tampak
Ø Menggunakan tongkat
Ø Gerakan sangat lambat
Ø Penurunan pergerakan 9 penurunan untuk berjalan )
Ø Klien tampat jalan sambil merembet tembok
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori (visual, auditori ) berhubungan dengan perubahan penerimaan
sensori, transmisi dan integrasi.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd ketidakmampuan untuk
memasukan atau mencernaa nutrisi oleh karena factor ekonomi
3. Gangguan mobilitas fisik bd indeks masa tubuh di atas 75 tahun percentile sesuai dengan
usia.
D. Intervensi
Diagnosa
Keperawatan
Rencana Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil
Intervensi
DX
1
NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x24 gangguan persepsi sensori teratasi dengan
indicator :
Ø Pasien dapat menunjukkan kemampuan kognitif.
Ø Pasien dapat mengidentifikasikan diri, orang, tempat, dan waktu.
NIC
Ø Monitoring perubahan status neurologis pasien.
Ø Monitoring tingkat kesadaran pasien.
Ø Identifikasikan factor yang berpengaruh terhadap gangguan persepsi sensori.
Ø Pastikan akses dan penggunaan alat bantu sensori.
Ø Tingkatkan jumlah stimulus untuk mencapai tingkat sensori yang sesuai.
DX
2
NOC :
§ Nutritional status : adequacy of nutrient
§ Nutritional status : food and fluid intake
§ Weight control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x24 nutrisi kurang teratasi dengan indicator :
Ø Albumin serum
Ø Pre albumin serum
Ø Hematokrit
Ø Hemoglobin
Ø Total airon capacity
Ø Jumlah limfosit
NIC
Ø Kaji adanya alergi makanan
Ø Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Ø Ajarkan pasien bagaimana menbuat catatan makanan harian
Ø Monitor adanya penurunan BB
Ø Monitor lingkungan selama makan
Ø Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
Ø Monitor turgor kulit
Ø Monitor kekeringan, rambut kusam
Ø Monitor mual dan muntah
Ø Monitor pucat,kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
Ø Monitor intake nutrisi
Ø Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi
Ø Kolaborasi dngan ahli gizi untuk menentkan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
DX
3
NOC
§ Joint movement : active
§ Mobility level
§ Self care
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…..x24jam gangguan mobilitas fisik teratasi
dengan criteria hasil :
Ø Klien meningkatkan dalam aktivitas fisik
Ø Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
Ø Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi (walker )
Ø Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah
NIC
Ø Monitoring vital sign sebelum / sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
Ø Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
Ø Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera.
Ø Latih pasien dalam pemenuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
Ø Berikan alat bantu jika klien memerlukan
Ø Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika di perlukan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun luar tubuh. Stimulus
tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca indera). Stimulus yang sempurna
memungkinkan seseorang untuk belajar berfungsi secara sehat dan berkembang dengan normal.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring
dengan proses menua tersebut tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa
disebut penyakit degeneratif.
Perubahan pada sistem indra yang dibahas meliputi pengelihatan, pendengaran, pengecap,
penciuman, dan peraba.
DAFTAR PUSTAKA
Mariam, Siti. R DKK. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. 2008. Jakarta : Salemba Medika.
Nugroho, Wahjudi. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. 2008. Jakarta : EGC.
wahyudi, Nugroho, Keperawatan Gerontik. 2000. EGC : Jakarta.
Panduan dianosa keperawatan NANDA
Bandiyah, siti. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. 2009.Yogjakarta : Nuha Medika.
Atau sobat juga bisa follow KTI Kebidanan dengan mengklik tombol di bawah ini:
Newer Post
Older Post
Home
Kategori
Artikel Kebidanan
Artikel Kesehatan
Asuhan Kebidanan
asuhan keperawatan
Bahan Ajar kebidanan
KTI Kebidanan
Makalah Kebidanan
Makalah Kesehatan
Popular Posts
WAKTU PELAKSANAAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN) DAN KUNJUNGAN NIFAS
(KF)
WAKTU PELAKSANAAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN) DAN KUNJUNGAN NIFAS
(KF) berikut ini merupakan jadwal (waktu) pelaksanaan Kunjungan Neonatu...