Oleh:
Clarissa Dian (01034170016)
Eunike Jasmine (01034170050)
Friska Yolanda (01034170044)
Gianova, Stevany N. (01034170054)
Marceline Megan (01034170061)
1
3. Daging yang telah dibalur dimasukkan ke dalam kantung plastik.
4. Setengah bagian dari sisa garam kuring dilarutkan dengan air
sebanyak 20 mL.
5. Larutan kuring disuntikan ke dalam daging secara merata.
6. Daging disimpan pada suhu 2-4oC selama 24 jam.
7. Pengamatan dilakukan pada jam ke-24, 48, dan 72.
2
9. Chicken nugget beku dicelupkan ke dalam adonan battering hingga
semua bagian permukaan tertutup batter.
10. Chicken nugget yang telah dilapisi batter digulingkan pada tepung
roti.
11. Semua chicken nugget yang diperoleh ditimbang (sebanyak 5 buah).
12. Chicken nugget disimpan di dalam freezer selama 15 menit.
13. Chicken nugget digoreng dalam minyak panas dengan suhu
160-170oC selama 1,5 menit dengan metode deep fat frying.
14. Suhu internal chicken nugget diamati, chicken nugget harus digoreng
lagi dalam minyak panas sampai kecoklatan jika suhu internal tidak
mencapai 75oC.
15. Produk chicken nugget yang dihasilkan ditimbang lalu dilakukan uji
organoleptik terhadap warna, tekstur, dan rasa.
3
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
proses dry curing, garam yang dibalurkan di permukaan daging mulai
berpenetrasi ke dalam daging menggunakan air yang berada pada
permukaan daging dan pada waktu yang bersamaan air yang ada di dalam
daging mulai berjalan keluar. Pada akhirnya, ketika seluruh garam telah
masuk ke dalam daging dan tidak ada lagi air yang berjalan keluar maka
didapatkan sebuah titik kesetimbangan. Pada titik ini, garam yang terdapat
di dalam daging membengkak dikarenakan kemampuannya untuk
mengikat air di dalam daging. Kejadian ini berlawanan dengan metode wet
curing karena pada proses injeksi, garam kuring yang telah dilarutkan
dengan air disuntikkan ke dalam daging menyebabkan jumlah air yang ada
di dalam daging lebih banyak dibandingkan dry curing. Selain itu, karena
garam sudah disuntikkan langsung ke dalam jaringan daging, maka garam
tidak lagi perlu berpenetrasi ke dalam yang menyebabkan jumlah air keluar
lebih sedikit. Maka, garam yang sudah ada di dalam akan langsung
mengikat air yang ada pada daging menyebabkan jumlah air yang diikat
semakin banyak dan jumlah air yang keluar dari daging semakin sedikit.
Pada akhirnya, tekstur daging dengan sistem wet curing/i njeksi
akan menjadi lebih lunak dibandingkan dengan tekstur daging yang
dilakukan dengan pembaluran dikarenakan jumlah air yang diikat pada wet
curing lebih besar dibandingkan dengan dry curing. Jika disesuaikan
dengan tujuan dilakukannya kuring pada daging yang dinyatakan oleh
Tarté (2009), maka pada percobaan ini, tekstur daging kuring yang terbaik
ada pada metode pembaluran karena jumlah air yang terdapat pada daging
lebih sedikit sehingga jumlah Aw yang digunakan oleh mikroorganisme
untuk bertumbuh juga semakin mengecil menyebabkan produk daging
menjadi lebih tahan lama. Namun masih ada kemungkinan bahwa hasil
percobaan lain berbeda dengan hasil percobaan ini. Hal ini dikarenakan,
pada percobaan ini digunakan daging yang rendah lemak atau memiliki
lemak yang sedikit sehingga penetrasi garam ke dalam daging lebih cepat
terjadi sehingga proses dry curing menghasilkan tekstur daging yang
5
paling baik. Namun ketika digunakan daging yang memiliki lemak yang
banyak maka penetrasi garam pada proses dry curing t idak berjalan
maksimal sehingga proses wet curing atau kombinasi juga dapat
menghasilkan produk daging kuring yang lebih baik.
Grafik 4.1 Grafik hasil uji warna dan tekstur kuring selama 24 jam
Grafik 4.2 Grafik hasil uji warna dan tekstur kuring selama 48 jam
6
Grafik 4.3 Grafik hasil uji warna dan tekstur kuring selama 72 jam
7
Grafik 4.4 Grafik nilai pH kuring daging selama 24, 48, dan 72 jam
8
menjadi NO dan NO2. Saat pemanasan akan terbentuk
nitrosyl-hemochrome yang berwarna merah muda ketika NO bereaksi
dengan pigmen daging dan menghasilkan NOMb (Nitric Oxide
Myoglobin) (Tarté, 2009).
9
4.2.2 Fungsi Pembekuan Minimal 30 Menit dalam Pembuatan Chicken
Nugget
Dalam proses pembuatannya, nugget dibekukan terlebih dahulu
sebelum dicelupkan ke dalam batter. Dikatakan oleh Sams (2001) bahwa
sebelum dilakukan pembentukan pada chicken nugget, suhu adonan harus
dikurangi terlebih dahulu untuk membantu pembentukan produk.
Pendinginan ini harus dilakukan dengan waktu tertentu dan cukup lama
supaya adonan daging menjadi keras dan mudah dipotong/dibentuk. Jika
adonan daging yang diperoleh terlalu lunak, maka bentuk akhir nugget
yang diperoleh berantakan dan hancur.
10
4.2.4 Suhu Internal Chicken Nugget
Saat menggoreng chicken nugget, kita harus memperhatikan suhu
internalnya. Menurut Komansilan (2015), suhu internal chicken nugget
perlu mencapai 75°C dikarenakan pada suhu ini, daging akan mengalami
pembentukan gel dan ketika didinginkan akan membentuk padatan.
Pembentukan gel ini bisa terjadi dikarenakan adanya pemanasan pada
daging sehingga menyebabkan terjadinya konversi kolagen menjadi gelatin
menyebabkan jaringan ikat menjadi lunak dan serat-serat daging akan
mengeras. Mengerasnya serat-serat daging terjadi karena koagulasi dari
protein myofibril. Ditambahkan oleh Setyoadjie (2018), penggorengan
pada suhu tertentu dapat dilakukan untuk menghancurkan atau membunuh
mikroorganisme dan meningkatkan eating quality dari suatu bahan pangan.
11
persentase rendemennya pun akan semakin besar. Semakin tinggi
rendemennya, maka semakin baik produk chicken nugget t ersebut karena
jumlah air yang keluar semakin sedikit dan semakin rendah rendemennya
maka produk chicken nugget tersebut dapat dianggap kurang baik karena
jumlah air yang keluar semakin banyak. Oleh karena itu, biasanya tepung
maizena bukan digunakan sebagai bahan utama melainkan sebagai bahan
pelengkap bersama tepung yang lain.
Grafik 4.5 Hasil rendemen chicken nugget dengan formulasi batter y ang berbeda
Grafik 4.6 Hasil uji organoleptik chicken nugget dengan formulasi batter y ang berbeda
12
Pada grafik 4.6, dapat dilihat pengaruh formula batter yang berbeda
terhadap sifat organoleptik chicken nugget y ang meliputi kelekatan,
kekompakkan, kekenyalan, dan rasa. Kelekatan chicken nugget
dipengaruhi oleh WBC formula batter yang digunakan. Semakin tinggi
nilai WBC maka semakin tinggi pula tingkat kelekatannya. Menurut
Syamsir (2012), pemilihan jenis protein yang ditambahkan juga serta
pelapisan tepung roti akan mempengaruhi kelekatan lapisan coating ke
bahan utama. Apabila tepung roti memiliki partikel yang halus maka daya
rekat dari adonan chicken nugget akan semakin kuat. Berdasarkan grafik
4.6, dapat dilihat bahwa formula batter B dan batter F memiliki kelekatan
antara daging dan tepung yang paling tinggi sedangkan formula batter C
dan formula batter E memiliki kelekatan antara daging dan tepung yang
paling rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kandungan protein
yang berbeda antara tepung yang satu dengan yang lain serta komposisi
tepung yang digunakan berbeda sehingga tingkat kelekatannya pun
berbeda.
Berdasarkan percobaan, chicken nugget dengan formulasi C dan D
menghasilkan produk dengan nilai kekenyalan yang paling tinggi. Dengan
komposisi tepung terigu : tepung maizena sebesar 120 : 30 dan sebaliknya
akan menghasilkan chicken nugget dengan kekenyalan yang baik. Pada
komposisi tersebut, air terikat dengan baik sehingga hanya sedikit air yang
hilang. Menurut Komansilan (2015), kekenyalan dari chicken nugget
dipengaruhi oleh daya pengikatan air dimana tekstur dan kekenyalan yang
baik tercapai saat jumlah air yang hilang hanya sedikit saja. Struktur
miofibril, kandungan jaringan ikat, dan daya mengikat air oleh protein
berpengaruh terhadap kekenyalan dari daging. Selain itu, faktor seperti
antemortem yang meliputi genetik, umur, jenis kelamin serta stress ternak
dan faktor postmortem yang meliputi pembekuan, metode pengolahan,
pemasakan, penambahan bahan pengempuk juga mempengaruhi
kekenyalan daging.
13
Secara keseluruhan pembuatan chicken nugget dengan formulasi A
sampai F tidak menghasilkan rasa chicken nugget yang off flavor. Namun,
dengan formulasi C, chicken nugget yang dihasilkan memiliki cita rasa
yang paling rendah sedangkan dengan formulasi E menghasilkan cita rasa
yang paling tinggi sehingga rasa chicken nugget yang terbaik didapatkan
dari formulasi E.
14
BAB V
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
Linda, Nur. Kadar Air, Kadar Serat Dan Vitamin C Chicken Nugget Pada Jenis
Dan Lebel Penambahan Pasta Tomat. Master's thesis, Universitas
Hasanuddin, 2017. Accessed January 31, 2019.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/24475/SKRIPSI.pdf
?sequence=1.
Primo-Martín, C., Sanz, T., Steringa, D. W., Salvador, A., Fiszman, S. M., & Van
Vliet, T. Performance of cellulose derivatives in deep-fried battered snacks:
Oil barrier and crispy properties. Food Hydrocolloids(2010), 24, 702–708.
Reny, Ayu Angga. Penentuan Formulasi Daging Ayam Dan Dangke Terbaik
Dalam Pembuatan Nugget Berdadarkan Nilai Thiobarbituric-Acid Dan
16
Kualitas Organoleptik. Master's thesis, Universitas Hasanuddin, 2016.
Accessed January 30, 2019.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/18843/SKRIPSI
AYU ANGGA RENY.docx?sequence=1.
Sams, Alan R. Poultry Meat Processing. CRC Press: Taylor & Francis Group.
2001.
17