Anda di halaman 1dari 12

Versi online / URL:

Volume 3, Nomor 2

STUDI KASUS TUMOR GANAS PADA TESTIS: KOMPLIKASI KRONIS


KRIPTOKISMUS

Case Study Carcinoma Testis: Complication of Cryptorchismus

Mochamad Aleq Sander

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang


Jl. Bendungan Sutami 188A Malang 65145
No. telp. 081322479012
e-mail: aleq.sander@yahoo.com

ABSTRAK

Tumor testis ganas (seminoma) berasal dari sel germinal atau jaringan stroma testis. Tumor ini
mempunyai derajat keganasan tinggi, tetapi dapat sembuh bila diberi penanganan adekuat. Penyebab
keganasan ini salah satunya adalah kriptorkismus dimana pada kasus ini testis tidak turun ke dalam skrotum
sehingga timbul trauma termis kronis yang memicu terjadinya degenerasi maligna. Tujuan laporan kasus ini
adalah untuk menunjukkan bahwa kriptorkismus yang dibiarkan dalam jangka waktu lama dapat berubah
menjadi tumor testis ganas. Metode penelitian adalah studi kasus dengan melakukan tindakan operasi
berupa orchidectomy kepada dua orang pasien dengan keluhan benjolan di lipat paha kanan. Hasil
pemeriksaan patologi anatomi sediaan tumor menunjukkan suatu seminoma. Kesimpulan dari studi ini adalah
bahwa komplikasi lanjut dari penderita kriptorkismus adalah transformasi ganas dari testis akibat inflamasi
kronik di luar skrotum.

Kata kunci: seminoma, kriptorkismus, orchidectomy, transformasi ganas

ABSTRACT

Testicle tumor (seminoma) origin from germinal cell or testicle stroma. This tumor had high degree
of malignancy, but can recover when be given adequate treatment. The one of etiology of maliganancy
was cryptorchismus which testicle couldn’t down into the scrotum, then it had chronic thermal injury of
testicle that could lead malignant degeneration. The aim was chronic cryptorchismus can changed tobe
testicle malignant tumor. The research method is case study was orchidectomy for two patient with chief
complain of tumor in right inguinal. The result of pathology was seminona. Conclusion of this study was
complication of chronic cryptorchismus could lead malignant transformation of testicle because of chronic
inflammation.

Keywords: seminoma, cryptorchismus, orchidectomy, malignant transformation.

LATAR BELAKANG 30 tahun yang lalu, karena sarana diagnosis


lebih baik, diketemukan penanda tumor,
Seminoma adalah tumor testis yang diketemukan regimen kemoterapi dan radiasi,
berasal dari sel germinal atau jaringan stroma serta teknik pembedahan yang lebih baik.
testis. Tumor ini agak jarang ditemukan dan Angka mortalitas menurun dari 50% menjadi
meliputi kurang lebih 1% dari keganasan laki- 5% (Purnomo BB, 2003). Kriptorkismus atau
laki. Kebanyakan ditemukan pada usia antara Undescensus Testis (UDT) adalah gangguan
20-36 tahun. Tumor ini mempunyai petanda perkembangan yang ditandai dengan
tumor sejati yang berharga sekali untuk gagalnya penurunan salah satu atau kedua
diagnosis, rencana terapi, dan kontrol (follow testis secara komplit ke dalam skrotum.
up) (De Jong, 2005). Akhir-akhir ini terdapat Komplikasi jangka panjang dari kriptorkismus
perbaikan usia harapan hidup pasien yang yang tidak menjalani orchidectomy adalah
mendapatkan terapi jika dibandingkan dengan transformasi ganas (Wales et al, 2003).

Studi Kasus Tumor Ganas Pada Testis: Komplikasi Kronis Kriptokismus 159
Mochamad Aleq Sander JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

Insidens tumor testis terdapat variasi


nyata geografis dan etnis. Denmark memiliki Klasifikasi
insidens tertinggi, disusul orang kulit putih
Amerika Utara dan Eropa Barat, sedangkan Sebagian besar tumor testis primer,
Asia dan Afrika serta orang kulit hitam berasal dari sel germinal sedangkan sisanya
Amerika Utara memiliki insidens terendah. berasal dari non germinal. Tumor germinal
Insidens di Cina sekitar 1:100,000 (Desen W, testis terdiri atas seminoma (SGCT =
2008). Faktor penyebab karsinoma testis tidak seminoma germ cell tumor) dan non
jelas. Faktor genetik, virus, atau penyebab seminoma (NSGCT = non seminoma germ
infeksi lain, atau trauma testis tidak cell tumor). Seminoma paling sering dijumpai
mempengaruhi terjadinya tumor ini. Penderita (sekitar 40%), disusul karsinoma sel
kriptorkismus atau pasca orchidectomy embrional dan teratoma. Sekitar 25% tumor
mempunyai risiko lebih tinggi untuk tumor testis berupa tumor campuran, mengandung
testis ganas. Walaupun orchidectomy karena berbagai jenis sel, diantaranya yang tersering
kriptorkismus pada usia muda mengurangi adalah karsinoma sel embrional dan teratoma.
insidens tumor testis sedikit, risiko terjadinya Seminoma berbeda sifat-sifatnya dengan non
tumor tetap tinggi. Rupanya kriptorkismus seminoma, antara lain sifat keganasannya,
merupakan suatu ekpresi disgenesia gonad respon terhadap radioterapi, dan prognosis
yang berhubungan dengan transformasi ganas tumor (Chung PW et al, 2010). Selain berada
(De Jong, 2005). Penggunaan hormon di dalam testis, tumor sel germinal juga bisa
dietilstilbestrol, yang terkenal sebagai DES, berada di luar testis sebagai extragonadal
oleh ibu pada kehamilan dini meningkatkan germ cell tumor antara lain dapat berada di
risiko tumor maligna pada alat kelamin bayi mediastinum, r etroperitoneum, daerah
pada usia dewasa muda, yang berarti sakr okoksigeus, dan glandula pineal.
karsinoma testis untuk janin laki-laki (Paulino Pembagian tumor testis dapat dilihat pada
AC, 2012). gambar 1 (Purnomo BB, 2003).
Ada beberapa faktor yang erat
kaitannya dengan peningkatan kejadian tumor Stadium Tumor
testis, antara lain: 1) maldesensus testis, 2)
trauma testis, 3) atrofi atau infeksi testis, dan Tumor sel germinal testis dalam
4) pengaruh hormon. Dikatakan bahwa 7- penentuan stadium menggunakan sistem
10% pasien karsinoma testis, menderita klasifikasi TNM menurut AJCC (American
kriptorkismus. Proses tumorigenesis pasien Joint Comitte of Cancer) tahun 2002
maldesensus 48 kali lebih banyak daripada modifikasi 2008, penentuan T dilakukan
testis normal. Meskipun sudah dilakukan setelah orkidektomi berdasarkan atas
orkidopeksi, risiko timbulnya degenerasi pemeriksaan histopatologik. Beberapa cara
maligna masih tetap ada (Purnomo BB, 2003). penetuan stadium klinis yang lebih sederhana
Selain itu, partus prematur, berat badan dikemukakan oleh Boden dan Gibb, yaitu
rendah, reaksi gravid hebat dan perdarahan stadium A atau I untuk tumor testis yang
abnormal waktu hamil semuanya memiliki masih terbatas pada testis, stadium B atau II
kaitan tertentu dengan tumor testis. Banyak untuk tumor yang telah mengadakan
pasien tumor testis memiliki delesi lengan penyebaran ke kelenjar regional (para aorta)
pendek kromoson nomor 21, diduga 1/3 tumor dan stadium C atau III untuk tumor yang telah
testis berkaitan dengan faktor herediter menyebar keluar dari kelenjar
(Desen W, 2008). retroperitoneum atau telah mengadakan
metastasis supradiafragma. Stadium II
dibedakan menjadi stadium IIA untuk

160 Juli 2012: 159 - 170


Versi online / URL:
Volume 3, Nomor 2

pembesaran limfonodi para aorta yang belum Penyebaran


teraba, dan stadium IIB untuk pembesaran
limfonodi yang telah teraba (>10 cm) Tumor testis pada mulanya berupa lesi
(Purnomo BB, 2003). Dari berbagai klasifikasi intratestikuler yang akhirnya mengenai
tumor testis ganas, klasifikasi WHO makin seluruh parenkim testis. Sel-sel tumor
sering dipakai. Selain seminoma yang kemudian menyebar ke rete testis, epididimis,
memang berasal dari sel germinal, terdapat funikulus spermatikus, atau bahkan ke kulit
karsinoma embrional, ter atoma, dan skrotum. Tunika albuginea merupakan barier
koriokarsinoma yang digolongkan yang sangat kuat bagi penjalaran tumor testis
nonseminoma, yang dianggap berasal dari sel ke organ sekitarnya, sehingga kerusakan
germinal pada tahap perkembangan lain tunika albuginea oleh invasi tumor membuka
histogenesis. Seminoma meliputi sekitar 40% peluang sel-sel tumor untuk menyebar keluar
dari tumor testis ganas. testis. Kecuali korio karsinoma, tumor testis
Metastasis tumor testis kadang berbeda menyebar melalui pembuluh limfe menuju ke
sekali dari tumor induk, yang berarti tumor kelenjar limfe retroperitoneal (para aorta)
primer terdiri atas berbagai jenis jaringan sebagai stasiun pertama, kemudian menuju
embrional dengan daya invasi yang berbeda. ke kelenjar limfe mediastinal dan
Tumor testis menyebar melalui pembuluh supraklavikula (gambar 3), sedangkan korio
limfe yaitu di paraaorta kiri setinggi L2 tepat karsinoma menyebar secara hematogen ke
dibawah hilus ginjal dan disebelah kanan paru, hepar, dan otak (Purnomo BB, 2003).
antara aorta dan vena kava setinggi L3 dan Metastasis ke kelenjar inguinal hanya terjadi
prakava setinggi L2. Metastasis di kelenjar setelah penyusupan tumor ke dalam kulit
inguinal hanya terjadi setelah penyusupan skrotum atau setelah dilakukan pembedahan
tumor ke dalam kulit skrotum atau setelah pada funikulus spermatikus, seperti pada
dilakukan pembedahan pada funikulus hernia inguinalis lateralis yang
spermatikus (De Jong, 2005). menyebabkan gangguan aliran arus limfe
didalamnya. Penyebaran hematogen luas
pada tahap dini mer upakan tanda
koriokarsinoma (Jimenez R et al, 2012).

Seermatosistik
Anaplastik
Seminoma Klasik

Karsinoma Sel Embrional


Germinal
Kario Karsinoma
Teratoma
Non Seminoma Tumor Yolk Sea
Rrime

Tumor Sel Leydig


Tumor Ganas Tetis Non Germinal Tumor Sel Sertoll
Gonadoblastoma

Sekunder
Limfoma
Leukemia Infiltratif

Gambar 1. Klasifikasi tumor testis.

Studi Kasus Tumor Ganas Pada Testis: Komplikasi Kronis Kriptokismus 161
Mochamad Aleq Sander JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

Gambaran Klinis Penanda Tumor

Gambaran khas tumor testis ialah Penanda tumor pada karsinoma testis
benjolan di dalam skrotum yang tidak nyeri. germinal bermanfaat untuk membantu
Biasanya tumor terbatas dalam testis sehingga diagnosis, penentuan stadium tumor,
mudah dibedakan dari epididimis pada palpasi monitoring respons pengobatan, dan sebagai
yang dilakukan dengan telunjuk dan ibu jari. indikator prognosis tumor testis. Penanda
Gejala dan tanda lain, seperti nyeri pinggang, tumor yang paling sering diperiksa pada tumor
kembung perut, dispnea atau batuk, dan testis adalah: 1) alfa FP (Alfa Feto Protein)
ginekomastia menunjukkan adanya adalah suatu glikoprotein yang diproduksi oleh
metastasis yang luas. Metastasis paraaorta karsinoma embrional, teratokarsinoma, atau
yang luas menyebabkan perut kembung dan tumor yolk sac, tetapi tidak diproduksi oleh
besar sekali. Metastasis ke paru koriokarsinoma murni dan seminoma murni.
menyebabkan sesak napas. Gonadotropin Penanda tumor ini mempunyai masa paruh
yang mungkin disekresi oleh sel tumor dapat 5-7 hari, 2) ²HCG (Beta Human Chorionic
menyebabkan ginekomastia. Transiluminasi, Gonadotropin) adalah suatu glikoprotein
ultrasonografi, dan pemeriksaan endapan yang pada keadaan normal diproduksi oleh
kemih sangat berguna untuk membedakan jaringan trofoblas. Penanda tumor ini
tumor dari kelainan lain, seperti hidrokel (De meningkat pada semua pasien
Jong, 2005). koriokarsinoma, pada 40%-60% pasien
Pemeriksaan petanda tumor sangat karsinoma embrional, dan 5%-10% pasien
berguna, yaitu beta-human chorionic seminoma murni. HCG mempunyai waktu
gonadotropin (beta-HCG), alfa- paruh 24-36 jam (Boujelbene N et al, 2011).
fetoprotein (AFP), dan laktat
dehidrogenase (LDH). Diagnosis ditentukan Pencitraan
dengan pemeriksaan histologik sediaan biopsi
dari hasil operasi. Setiap benjolan testis yang Pemeriksa ultrasonografi yang
tidak menyurut dan hilang setelah pengobatan berpengalaman dapat membedakan dengan
adekuat dalam waktu dua minggu harus jelas lesi intra atau ekstratestikuler dan massa
dicurigai suatu keganasan. Biopsi (operasi) padat atau kistik. Namun ultrasonografi tidak
dilakukan melalui sayatan inguinal dan bukan dapat mempelihatkan tunika albuginea,
melalui kulit skrotum untuk menghindari sehingga tidak dapat dipakai untuk
pencemaran luka bedah dengan sel tumor. menentukan penderajatan tumor testis.
Biopsi testis dikerjakan setelah funikulus Berbeda halnya dengan ultrasonografi, MRI
spermatikus ditutup dengan jepitan klem untuk dapat mengenali tunika albuginea secara
mencegah penyebaran limfogen dan terperinci sehingga dapat ipakai untuk
hematogen. Pemeriksaan selanjutnya adalah menentukan luas ekstensi tumor testis.
patologi anatomi untuk menentukan, sifat Pemakaian CT scan berguna untuk
tumor, jenis tumor, derajat keganasan menentukan ada tidaknya metastasis pada
(grading), dan luasnya penyebaran. Bila retroperitoneum. Sayangnya pemeriksaan CT
ternyata telah menyebar ke kelenjar getah scan tidak mampu mendeteksi
bening regional maka dilakukan mikr ometastasis pada kelenjar limfe
limfadenectomy inguinal atau bila telah retroperitoneal (Purnomo BB, 2003).
menyebar ke kelenjar getah bening di para
aorta maka dilakukan diseksi kelenjar limfe Penatalaksanaan
retr operitoneal secara transabdomen
(Williams MB, 2012). Pada dugaan tumor testis tidak
diperbolehkan melakukan biopsi testis, karena

162 Juli 2012: 159 - 170


Versi online / URL:
Volume 3, Nomor 2

itu untuk penegakan diagnosis patologi terutama diperuntukkan bagi pasien


anatomi, bahan jaringan harus diambil dari seminoma stadium I dan II pasca orkidektomi
orkidektomi. Orkidektomi dilakukan melalui radikal, lingkup radiasi adalah kelenjar limfe
pendekatan inguinal setelah mengangkat testis regional retroperitoneal, dosis 25-35Gy.
dan funikulus spermatikus sampai anulus Pasien dengan riwayat operasi skrotum atau
inguinalis internus. Biopsi atau pendekatan inguinal ipsilateral, medan radiasi harus
trans-skrotal tidak diperbolehkan karena mencakup region inguinal ipsilateral dan
ditakutkan akan membuka peluang sel-sel kavum pelvis (Yuranga W et al, 2011).
tumor mengadakan penyebaran. Pada
orkidektomi radikal, lingkup reseksi harus Prognosis
mencakup testis, epididimis, dan korda
spermatika, dimana eksisi korda spermatika Bila penanganan bedah sempurna serta
harus sampai annulare internal inguinal. kemoterapi dan penyinaran dilakukan lengkap,
Bila pasien menjalani kriptorkidektomi, harus prognosis baik sekali dan dianjurkan untuk
sekalian dilakukan pengangkatan kelenjar pemeriksaan lanjutan berkala. Pasien
limfe inguinal sisi tersebut (Desen W, 2008). seminoma stadium I setelah orkidektomi
Dari hasil pemeriksaan patologi dapat radikal dan radioterapi kelenjar limfe regional
dikategorikan antara seminoma dan non memiliki survival 5 tahun sebesar 95-100%,
seminoma. Jenis seminoma memberikan pasien stadium II sekitar 80%. Setelah
respon yang yang cukup baik terhadap radiasi kemoterapi BEP dan PVB, angka survival
sedangkan jenis non seminoma tidak sensitif. meningkat, meskipun stadium lanjut namun
Oleh karena itu radiasi eksterna dipakai survival jangka panjang masih dapat mencapai
sebagai adjuvan terapi pada seminoma testis. 90%. NSCGT secara keseluruhan memiliki
Pada non seminoma yang belum melewati prognosis lebih buruk daripada seminoma.
stadium III dilakukan pembersihan kelenjar Pasien NSGCT stadium I pasca orkidektomi
retr operitoneal atau retroperitoneal murni memiliki rekurensi sebesar 30%. Oleh
lymphnode disection (RPLND). Tindakan karena itu pasien pasca terapi tumor testis
diseksi kelenjar pada pembesaran aorta yang harus diperiksa ulang reguler seumur hidup.
sangat besar didahului dengan pemberian Periksa ulang mencakup pemeriksaan fisik
sitostatika terlebih dahulu dengan harapan (ter utama pemeriksaan kelenjar limfe
akan terjadi downsizing dan ukuran tumor superfisial dan testis kontralateral), petanda
akan mengecil(Purnomo BB, 2003). Formula tumor serum (AFP, ²-hCG, LDH, dan PLAP),
kemoterapi kombinasi berbasis sisplatin ronsen toraks dan USG atau CT abdomen.
(DDP) sangat efektif terhadap tumor testis. Karena sebagian rekurensi terjadi dalam 2
Meskipun lesi stadium lanjut sebagian besar tahun pasca terapi, maka periksa ulang harus
pasien masih dapat mengalami remisi lengkap dilakukan tiap 1-2 bulan sekali, setelah 2 tahun
jangka panjang atau sembuh. Terutama sesuai diperiksa ulang tiap 3-6 bulan sekali (Schmoll
untuk seminoma stadium II atau lebih dan HJ et al, 20010).
NSGCT, atau pasien r ekuren pasca
radioterapi atau pasca pengangkatan limfatik METODE
retroperitoneal.
Metode penelitian yang digunakan
Formula kemoterapi yang sering dipakai
adalah penelitian studi kasus dengan
adalah BEP (sisplatin, etoposid, dan
paradigma postpositivistik. Jenis penelitian
bleomisin), PVB (sisplatin, vinblastin, dan
studi kasus ini lebih menekankan pada kasus
bleomisin), VIP (VP-16/etoposid, ifosfamid,
sebagai obyek yang holistik sebagai fokus
sisplatin, dan mesna). VIP terutama untuk
penelitian. Peneliti melakukan pengamatan
kasus gagal dengan BEP dan PVB atau kasus
terhadap berbagai obyek pada kondisi nyata
rekuren (Desen W, 2008). Radioterapi

Studi Kasus Tumor Ganas Pada Testis: Komplikasi Kronis Kriptokismus 163
Mochamad Aleq Sander JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

di kejadian sehari-harinya. Jumlah kasus untuk mendapatkan sayatan yang


sebanyak 2 kasus tumor ganas pada testis memudahkan dalam pengambilan tumor.
dengan seting di 2 rumah sakit. Diputuskan untuk membuat insisi inguinal
dextra dengan rencana membuang kulit yang
HASL DAN PEMBAHASAN melebar akibat pertumbuhan tumor, sehingga
pada saat penutupan luka operasi diharapkan
Kasus Pertama tidak ada kelebihan kulit dan bekas operasi
tampak rata dengan kulit abdomen diatasnya
Seorang laki-laki 55 tahun datang ke poli . Insisi diatas tumor dibuat elips sepanjang
bedah rumah sakit Hasta Brata Bayangkara tumor. Insisi diperdalam lapis demi lapis
Batu dengan keluhan benjolan di lipat paha dengan melakukan diseksi tajam dan tumpul
kanannya sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya menyusuri tepi tumor.
benjolan sebesar telur puyuh sudah ada sejak Hasil temuan operasi didapatkan
kecil di lipat paha kanannya, namun 2 tahun venektasi hebat dipermukaan tumor yang
terakhir ini cepat membesar hingga sebesar menjadikan perdarahan intraoperatif cukup
kepala bayi. Penderita tidak mengeluh nyeri, banyak. Diperlukan waktu lebih lama untuk
mual, ataupun muntah. Buang air besar menghentikan perdarahan dengan melakukan
(BAB) dan buang air kecil (BAK) tidak ada cauterization dan ligasi pembuluh darah
keluhan, namun penderita mengeluh berat disekitar tumor yang merupakan feeding
badannya menurun sejak 6 bulan terakhir ini artery bagi pertumbuhan tumor. Setelah
hingga 2 kg. Dari hasil anamnesis yang dilakukan pembebasan tumor dari jaringan di
mendalam ternyata sejak kecil testis sebelah sekitarnya, ternyata dijumpai bahwa dasar
kanan tidak ada, namun hal ini tidak disadari tumor telah menginfiltrasi fascia dinding
oleh orang tua penderita sehingga dibiarkan abdomen dan pembuluh darah besar yaitu
hingga dewasa. Penderita telah menikah dan arteri dan vena femoralis, sehingga diputuskan
mempunyai 3 orang putra. Penderita juga untuk tidak melakukan pembebasan tumor
mengaku telah berobat ke berbagai secara radikal guna menghindari mencederai
pengobatan alternatif (tradisional) namun pembuluh darah yang dapat menyebabkan
tidak membuahkan hasil, malahan tumor syok intraoperatif, namun dilakukan
bertambah besar dan terasa berat. debulking yaitu mengambil sebagian besar
Pada pemeriksaan fisik, di r egio tumor dengan menyisakan sebagian kecil
inguinal dextra tampak massa tumor ukuran tumor disekitar organ vital (gambar 3).
20x15x15 cm, padat kenyal, permukaan rata, Disamping itu juga tampak pembesaran
batas tegas, mobilitas terbatas, tampak kelenjar getah bening inguinal tunggal,
venektasi di permukaan tumor, ulkus (-), nyeri konsistensi padat kenyal, batas tegas, dan
tekan (-), kelenjar getah bening inguinal sulit mudah dibebaskan dari jaringan disekitarnya.
dievaluasi (gambar 2). Dari hasil pemeriksaan Kelenjar getah bening inguinal ini baru
ultrasonografi (USG) tampak massa tumor tampak setelah dasar tumor dibebaskan
hiperekhoik bercampur hipoekhoik berlobus- dengan ukuran 5x3,5x2,5 cm dan berbentuk
lobus. Tepi tumor reguler dengan batas yang lonjong dengan permukaan diliputi pembuluh
tegas dengan jaringan disekitarnya. Setelah darah, sehingga diputuskan untuk dilakukan
dilakukan informed consent kepada limfadenectomy guna pemeriksaan patologi
penderita dan keluarga, diputuskan untuk anatomi apakah terdepat sel-sel ganas
dilakukan operasi. Diagnosis awal kasus ini didalam kelenjar getah bening tersebut. Pada
adalah suspek karsinoma testis akibat operasi ini tidak dilakukan diseksi kelenjar
komplikasi kriptorkismus yang tidak dilakukan getah bening radikal dengan mengangkat
orkidopeksi di masa kecil. Sebelum tindakan seluruh kelenjar getah bening di inguinal baik
operasi dilakukan mapping terlebih dahulu

164 Juli 2012: 159 - 170


Versi online / URL:
Volume 3, Nomor 2

deep maupun superficial karena tindakan Kasus Kedua


tersebut berisiko terjadi gangguan drainage
aliran limfatik ke cranial sehingga terjadi Seorang laki-laki 30 tahun datang ke poli
edema pada ekstremitas bawah. Setelah bedah rumah sakit Ganesha Medika Malang
massa tumor dikeluarkan, ditimbang, dan dengan keluhan benjolan di lipat paha
didapatkan beratnya 1,3 kg, lalu dibelah untuk kanannya sejak 5 tahun yang lalu. Benjolan
melihat gambaran secara makroskopis, dirasakan makin membesar terutama dalam
ternyata tumor memang terdiri dari bagian 1 tahun terakhir ini. Awalnya sebesar telor
solid dan kistik, namun bagian yang solid lebih puyuh lalu membesar hingga sebesar telor
dominan dengan beberapa bagian mengalami bebek. Penderita mengaku bahwa testis
nekrosis (gambar 4). sebelah kanannya memang tidak ada sejak
Sebelum luka operasi ditutup, daerah kecil namun di lipat paha kanan teraba
operasi di tumor bed dikompres dahulu benjolan kecil. Orang tua penderita tidak
dengan aquadest selama ±5 menit sekaligus pernah memeriksakan keadaan tersebut ke
untuk melihat apakah masih ada rembesan dokter dan dianggapnya sesuatu yang normal.
perdarahan di lapangan operasi. Tujuan Dalam 3 bulan ini, penderita mengeluh ngilu
pemberian aquadest adalah untuk membunuh di lipat paha kanannya tanpa disertai mual
sel-sel kanker yang masih tersisa atau lepas atau muntah. Buang air besar (BAB) dan
saat pengangkatan tumor. Sifat hipotonis pada buang air kecil (BAK) tidak ada keluhan.
aquadest menyebabkan cairan ini akan masuk Penderita sudah periksa ke dokter umum dan
kedalam sel sehingga sel-sel kanker menjadi didiagnosis sebagai suatu hernia inguinalis
bengkak dan pecah. Jaringan tumor dikirim lateralis irreponibilis dan disarankan untuk
ke bagian patologi anatomi untuk diketahui istirahat total agar isi kantong hernia baik usus
jenis histopatologinya dan setelah beberapa ataupun omentum (penggantung usus)
hari didapatkan hasil sebagai berikut: 1) kembali masuk ke perut. Namun karena
tampak neoplasma dengan sel-sel benjolan tidak hilang-hilang dan malah makin
proliferative dan bagian-bagian yang membesar, maka penderita datang ke poli
nekrotik, 2) sel-sel dengan inti oval, hampir bedah. Penurunan berat badan disangkal.
sama besar, dan sitoplasma jernih, 3) terdapat Penderita telah menikah dan mempunyai 1
sekat-sekat jaringan ikat, dan disimpulkan orang putra.
bahwa tumor tersebut adalah seminoma
testis.

Gambar 2. Gambaran klinis massa tumor membesar sepanjang inguinal dextra hingga perut bagian
bawah. A. Tampak dari atas. B. Tampak dari samping

Studi Kasus Tumor Ganas Pada Testis: Komplikasi Kronis Kriptokismus 165
Mochamad Aleq Sander JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

Pada pemeriksaan fisik, di r egio sitoplasma jernih, 3) sekat-sekat jaringan ikat


inguinal dextra tampak massa tumor membentuk sarang-sarang, dan disimpulkan
berbentuk lonjong berukuran 10x5x5 cm, sebagai seminoma.
padat kenyal, permukaan rata, batas tegas,
mobilitas terbatas, tak tampak venektasi di Pembahasan
permukaan tumor, tidak berdenyut, ulkus (-),
nyeri tekan (-), kelenjar getah bening inguinal Seminoma testis yang diderita oleh
(-) (gambar 10). Pada pemeriksaan skrotum pasien tersebut diatas baik pasien pertama
hanya didapatkan testis sebelah kiri dengan maupun kedua adalah kasus komplikasi lanjut
bentuk dan ukuran normal. Pemeriksaan dari suatu kriptorkismus. Testis yang tidak
penis tidak didapatkan kelainan. Setelah turun secara lengkap ke dalam skrotum akan
dilakukan informed consent kepada menyebabkan inflamasi kronik pada testis
penderita dan keluarga, diputuskan untuk akibat suhu tinggi (panas) yang tidak sesuai
dilakukan operasi. Diagnosis awal kasus ini bagi testis. Inflamasi kronik akan memicu
adalah suspek karsinoma testis. Diputuskan suatu organ untuk beradaptasi guna
untuk membuat insisi inguinal dextra diatas mempertahankan kondisi dari trauma yang
massa tumor sejajar dengan ligamentum berkepanjangan mulai dari metaplasia sampai
inguinale dan diperluas hingga ke supra- dysplasia yang akhirnya berubah menjadi
skrotal dengan tujuan mempermudah eksisi keganasan. Keterlambatan dalam penegakan
tumor. Insisi diatas tumor dibuat elips diagnosis dan penanganan menjadikan suatu
sepanjang tumor. Insisi diperdalam lapis demi kriptorkismus berubah menjadi tumor ganas
lapis dengan melakukan diseksi tajam dan testis yang dapat membahayakan nyawa
tumpul menyusuri tepi tumor. Perdarahan penderita.
dirawat dengan cauterization maupun ligasi Dari anamnesis dan pemeriksaan klinis
pembuluh darah. awal sudah dapat diduga bahwa benjolan di
Hasil temuan operasi didapatkan tumor inguinal pasien baik pasien pertama maupun
berbentuk lonjong dengan ukuran 10x5x5 cm, kedua adalah suatu karsinoma testis. Diantara
konsistensi padat kenyal sebagian keras, petunjuk yang mengarahkan ke diagnosis
berbatas tegas, dan dasar tumor belum tersebut adalah: 1) Sejak kecil testis yang di
menginfiltrasi fascia dinding abdomen dan skrotum hanya 1 buah, sedangkan testis kanan
pembuluh darah besar yaitu arteri dan vena berada di inguinal dan 2) Benjolan mulai
femoralis maupun nervus femoralis, sehingga tumbuh membesar sejak 2 tahun terakhir ini
tumor relatif masih mudah dibebaskan dari (pasien pertama) dan 3 bulan terakhir (pasien
jaringan sekitarnya (tumor masih mobile) kedua) serta tidak nyeri (hanya ngilu akibat
(gambar 12 dan 13). Funiculis spermatikus pendesakan tumor ke jaringan sekitar), artinya
ditemukan dalam keadaan menebal dan diliputi untuk menjadi ganas suatu organ membutuh
pembuluh darah yang cukup banyak, namun waktu induksi yang cukup lama. Tumor
masih bias digerakkan dari jaringan doubling time (TDT ) pada kasus ini
sekitarnya, sehingga dilakukan eksisi diperkirakan 29 hari (pasien pertama) dan 22
funikulus spermatikus pada jarak ±5cm dari hari (pasien kedua) yang menandakan bahwa
tumor guna mendapatkan daerah bebas tumor tumor tersebut bersifat ganas. Perhitungan
yang meyakinkan. Pembesaran kelenjar TDT ini penting untuk memperkirakan sejak
getah bening di inguinal tidak ditemukan. awal apakah tumor pada tubuh pasien
Hasil patologi anatomi didapatkan hasil termasuk kedalam tumor ganas, jinak, atau
sebagai berikut: 1) sel-sel proliferative hanya merupakan proses inflamasi. TDT
dengan bentuk beraneka ragam, 2) sel-sel adalah waktu yang diperlukan oleh suatu
dengan inti oval, hampir sama besar, dan tumor untuk membesar hingga 2 kali dari

166 Juli 2012: 159 - 170


Versi online / URL:
Volume 3, Nomor 2

ukuran semula dan hasil perhitungan ini akan dihadapi mengingat bahwa tumor sangat
bersifat kasar, namun dapat membantu pada besar dan berada diatas pembuluh darah besar
dokter untuk mengetahui sifat dan kecepatan di inguinal yaitu arteri dan vena femoralis.
pertumbuhan tumor. Seharusnya sebelum Namun karena keterbatasan biaya dan
dilakukan operasi dilakukan pemeriksaan CT kegunaan CT scan sudah diinformasikan
Scan terlebih dahulu untuk mengetahui kepada keluarga, maka terpaksa tidak
kedalaman infiltrasi tumor, sehingga dapat dilakukan, sehingga ahli bedah hanya
direncanakan teknik operasi yang akan mengandalkan hasil pemeriksaan klinis dan
dilakukan dan seberapa tingkat kesulitan yang USG.

Gambar 3. Hasil temuan operasi: A. Insisi elips diatas dan sepanjang massa tumor. B. Diseksi
tajam dan tumpul untuk membebaskan tumor dari jaringan sekitarnya. Tampak pembuluh
darah yang robek diligasi (panah) C. Dasar tumor telah menginfiltrasi fascia dan
pembuluh besar dibawahnya (panah). D. Tampak tumor telah dapat dibebaskan dari
dasarnya.

Hasil USG ternyata sesuai dengan tidak bisa terdeteksi dengan pemeriksaan
temuan intraoperatif dimana tumor memang klinis maupun USG. Untuk pemeriksaan
terdiri dari bagian yang solid dan kistik, namun penanda tumor (tumor marker) tidak
setelah tumor diangkat ternyata ditemukan dilakukan pada kedua pasien tersebut diatas
kelenjar getah bening soliter dibawahnya yang karena pemeriksaan ini tidak sensitif untuk
penegakan diagnosis namun untuk

Studi Kasus Tumor Ganas Pada Testis: Komplikasi Kronis Kriptokismus 167
Mochamad Aleq Sander JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

kepentingan follow up dan membantu metastasis lebih cepat pula. Disamping itu
menentukan prognosis. Untuk tumor testis tindakan biopsi sangat berisiko melanggar
tidak dilakukan pemeriksaan patologi anatomi prinsip-prinsip onkologi, dimana tumor yang
terlebih dahulu baik melalui FNAB (fine dicurigai ganas dilarang untuk ditekan-tekan
needle aspiration biopsy) maupun biopsi ataupun ditarik-tarik mengingat ikatan antar
terbuka (BI-biopsi insisi). Hal ini disebabkan sel-sel kanker sangat lemah dan mudah lepas
tindakan pemeriksaan tersebut berisiko sehingga mudah menyebar baik lokal maupun
terjadinya penyebaran tumor ke jaringan jauh. Jadi penentuan sifat, jenis, dan gradasi
sekitarnya (infiltrative) lebih cepat dan tumor diperoleh setelah tumor diangkat
(orchidectomy).

Gambar 4. Gambaran makroskopis massa tumor. Tampak sebagian besar berupa massa solid dan
beberapa diantaranya berupa kistik (panah putih). Tampak bagian tumor yang mengalami
nekrosis (panah hitam).

Setiap prosedur pengangakatan tumor mungkin menempel di sarung tangan


ganas selalu diberikan kompres kassa yang mengkontaminasi lapangan operasi yang telah
telah dibasahi dengan aquadest guna bersih. Hal-hal tersebut diatas dilakukan
memecah sel-sel kanker yang tersisa dan dengan tujuan untuk mengurangi risiko residif
tidak terlihat oleh mata ahli bedah terutama lokal.
di tumor bed. Prosedur ini hendaknya Berdasarkan temuan intraoperatif
dilakukan selama 5-10 menit guna member tersebut maka dilakukan staging untuk
kesempatan cairan hipotonis untuk masuk ke menentukan tindakan selanjutnya. Staging
sitoplasma sel-sel kanker. Sambil menunggu intraoperatif pada kasus pertama adalah II
proses pembunuhan sel-sel kanker tersebut dan kasus kedua adalah I. Untuk kasus
hendaknya ahli bedah dan asisten bedah pertama disarankan untuk dilakukan
mengganti sarung tangan steril dengan yang kemoterapi adjuvant untuk menghindari
baru guna mencegah sel-sel kanker yang kekambuhan sedangkan kasus kedua tidak

168 Juli 2012: 159 - 170


Versi online / URL:
Volume 3, Nomor 2

perlu tambahan terapi karena tumor dapat mongering, namun karena keterbatasan biaya
diangkat secara radikal. Pada follow up maka kemoterapi tidak dilakukan, sedangkan
dalam 1 bulan pertama baik pada pasien pada pasien kedua tidak diperlukan
pertama maupun kedua tidak ada keluhan kemoterapi karena tumor masih kecil dan
stadiumnya masih stadium I. Pada follow
yang berarti, luka operasi dalam kondisi kering
bulan ke-6 kedua pasien masih dalam kondisi
dan reaksi radang juga sudah mulai
baik terutama pasien pertama tidak didapatkan
berkurang. Tidak tampak tanda-tanda residif tanda-tanda residif lokal. Untuk pasien
lokal maupun infeksi di bekas tempat operasi. pertama disarankan untuk selalu kontrol tiap
Pasien pertama disarankan untuk 6 bulan sekali guna pemeriksaan fisik lokal
menjalani kemoterapi setelah luka operasi dan laboratorium untuk penanda tumor.

Gambar 5. Hasil temuan operasi: A. Massa tumor setelah kulit diinsisi. B. Pembebasan tumor dari
jaringan sekitarnya. C. Tampak tumor telah bebas disertai spermatic cord (panah
putih).

KESIMPULAN DAN SARAN (orkidektomi) dengan radiasi atau kemoterapi,


2) Tumor testis dengan ukuran yang sangat
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: besar disertai mobilitas yang terbatas,
komplikasi lanjut dari kriptorkismus adalah hendaknya dilakukan pemeriksaan CT Scan
transformasi ganas dari testis akibat inflamasi dahulu untuk mengetahui seberapa jauh
kronik di luar skrotum berupa seminoma, infiltrasi tumor ke jaringan sekitarnya, 3)
dibutuhkan masa induksi yang cukup lama Limfadenectomy hendaknya tidak dilakukan
untuk terjadinya degenerasi maligna dari testis secara radikal mengingat efek samping
akibat kriptorkismus, pemeriksaan patologi berupa edema tungkai bawah akan
anatomi berupa biopsi baik FNAB maupun menimbulkan masalah baru bagi pasien,4)
biopsi terbuka tidak boleh dilakukan pada Periksakan ke dokter bila dicurigai testis
tumor testis guna mencegah penyebaran hanya 1 buah, agar segera dapat dilakukan
tumor ke jaringan sekitarnya. Saran penelitian operasi penurunan testis (orkidopeksi).
ini adalah 1) Seminona stadium IIC-III
hendaknya dilakukan modalitas terapi lebih DAFTAR PUSTAKA
dari 1 macam untuk menghindari kekambuhan
dan memperbaiki prognosis, seperti operasi Chung, P.W, Daugaard, G, Tyldesley, S,
Panzarella, T, Kollmannsberger, C.K,

Studi Kasus Tumor Ganas Pada Testis: Komplikasi Kronis Kriptokismus 169
Mochamad Aleq Sander JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

Gospodarowicz, M.K. et al. 2010. K. 2011. Patient information: Testicular


Prognostic Factors for Relapse in Stage cancer (Beyond the Basics) [online],
I Seminoma Managed with Aurveillance: (diunduh 20 September 2012), tersedia
A Validation Study [online], (diunduh 01 dari: http://www.uptodate.com/contents/
Oktober 2012), tersedia dari: http:// testicular-cancer-beyond-the-basics.
www.asco.org/ASCOv2/Meetings/ Jimenez, R, Pernick, N. 2012. Testis and
Abstracts?&vmview=abst_detail_view& Epididymis: Germ Cell Tumors
confID = 74&abstractID=54194. Spermatocytic Seminoma [online],
Brunicardi, J.H, Andersen, D.K, Billiar, T.R, (diunduh 29 September 2012), tersedia
Dunn, D.L, Hunter, J.G, Matthews, J.B. dari: http://
2010. Intussusception in Schwartz Paulino, A.C. 2012. Pediatric Seminoma
Principles of Surgery. 9th ed. the [online], (diunduh 29 September 2012),
McGraw-Hill Companies, Chapter 39. tersedia dari: http://
Desen, W. 2008. Buku Ajar Onkologis Klinis emedicine.medscape.com/ar ticle/
Ed 2. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, Bab 988932-overview.
17:h 481-87. w w w. p a t ho l o g yo u t l i nes . c om/ t o p i c /
De Jong, W, Sjamsuhidajat, R. 2005. Buku testisspermseminoma.html.
Ajar Ilmu Bedah. Ed 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Bab 35:h 627-629.
Wales, J,K,H, Wit, J.M, Rogol, A.D. 2003.
Cryptorchidism: Abnormal Genitalia in
Pediatric Endocrinology and Growth.
Edinburgh, London, New York:
Saunders, p173-4.
Purnomo, B.B. 2003. Dasar-dasar Urologi.
Ed 2. Penerbit CV. Sagung Seto Jakarta,
Bab 11: h 181-86.
Williams, M.B. 2012. Testicular Seminoma
[online], (diunduh 15 September 2012),
tersedia dari: http://
emedicine.medscape.com/ar ticle/
437966-overview.
Schmoll, H.J, Jordan, K, Huddart, R, Laguna,
M.P, Horwich, A, Fizazi, K et al. 2010.
Testicular seminoma: ESMO Clinical
Practice Guidelines for diagnosis,
treatment and follow-up [online],
(diunduh 18 September 2012), tersedia
dari: http://annonc.oxfordjournals.org/
content/ 21/suppl_5/v140.full.
Yuranga, W, Dixon, A. 2012. Testicular
Seminoma [online], (diunduh 18
September 2012), tersedia dari: http://
radiopaedia.org/articles/testicular-
seminoma-1.
Boujelbene, N, Cosinschi, A, Boujelbene, N,
Khanfir, K, Bhagwati, S, Herrmann, E
et al. 2011. Pure seminoma: A review
and update [online], (diunduh 20Wiliam,

170 Juli 2012: 159 - 170

Anda mungkin juga menyukai