Anda di halaman 1dari 7

Menu

« Sebelumnya Berikutnya »
Jun.ID
I Putu Juniartha Semara Putra
Tinggalkan Balasan
Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
Kirim Komentar
Beri tahu saya komentar baru melalui email.
Tulisan Terakhir
Senin 17 Juni 2013
Cara Herbal Mengobati Kejang-Kejang
ASKEP HIL
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN HIFEMA
KONSEP DASAR ASKEP HIDROSEFALUS
Arsip
Juni 2013
Februari 2013
Januari 2013
Desember 2012
November 2012
Oktober 2012
September 2012
Agustus 2012
Juli 2012
Juni 2012
Mei 2012
April 2012
Maret 2012
Februari 2012
Kategori
Catatan Harian
I PUTU JUNIARTHA SEMARA PUTRA POLTEKKES DENPASAR JURUSAN
KEPERAWATAN
Tak Berkategori
Meta
Daftar
Masuk
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com
View Full Site
Blog di WordPress.com.

11 September 2012 Leave a reply


ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CA TESTIS
Juniartha Semara Putra
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN CA TESTIS
BAB I
KONSEP DASAR PENYAKIT
CA. TESTIS
1. PENGERTIAN
Testis secara anatomis merupakan alat reproduksi pria yang mempunyai berat kira –
kira 12 gram pada orng dewasa dan berukuran 5×3 cm. Testis dilapisi olehdua lapisan
yang berasal dari processus vaginalis peritonei yaitu tunica vaginalis parietalis dan
visceralis. Kedua lapisan ini membentuk rongga kosong. Lebih kedalam terdapat
lapisan jaringan ikat tebal yaitu tunica albuginea dan lebih kedalam lagi tunica
vasculosa. Epididimis terletak pada bagian posterolateral testis dan merupakan
penghubung antara tubuli seminiferus contorti dan vas deferens. Pada tubuli
seminiferi terdapat sel – sel penunjang (sel sertoli ) dan sel – sel germinativum yang
mengalami spermatogenesis pada waktu akil baliq. Pada stroma terdapat sel – sel
interstitium ( sel Leydig ) yaitu sel bulat atau diagonal dengan sitoplasma banyak ,
berwarna merah inti besar mengandung khromatin kasar dan anak inti jelas. Didalam
sitoplasma sel ini terdapat lipofuscin, titik lemak dan kristaloid Reinke.
Tumor adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel – sel yang tumbuh terus
menerus secara tidak terbatas , tidak berkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan
tidak berguna bagi tubuh. Tumor dibedakan menjadi dua yaitu tumor yang jinak
( benigna ) dan tumor yang ganas ( maligna ). Ca testis merupakan tumor ganas pada
testis. (
Kumpulan kuliah Patologi Anatimik FK UI )
2. KLASIFIKASI DAN EPIDEMIOLOGI
Tumor testis hampir seluruhnya ganas dan termasuk tumor ganas yang derajat
keganasannya tinggi. Kebanyakan penderita berumur antara 24 34 tahun dengan
frekwensi tumor testis kira – kira 2 % daripada seluruh tumor ganas pada pria atau
kira – kira 10 % daripada tumor ganas tractus urogenitalis .Bentuk tumor bermacam –
macam dan mengenai klasifikasinya berdasarkan klasifikasi Friedman , Moore dan
Dixon dikemukakan bahwa 95,5% tumor testis berasal dari sel epitel germinativum
dan dibagi atas 5 golongan yaitu :
a. Seminoma
b. Embryonal carcinoma
c. Teratoma
d. Teratocarcinoma
e. Choriocarcinoma
Sedangkan berdasarkan ” The Testicular Tumor Panel and Registry of the
Pathological Society of Great Britain and Ireland ” th 1964 membagi tumor testis
sebagai berikut :
1) Seminoma
2) Teratoma berdasarkan keganasannya dibagi lagi menjadi :
a) Teratoma differentiated
b) Malignant Teratoma intermediate
c) Malignant Teratoma anaplastic
d) Malignant Teratoma tropoblastic
3. FAKTOR RESIKO
Salah satu faktor resiko yang teridentifikasi dapat meningkatkan resiko terkena kanker
testis adalah cryptochrismus yaitu berupa kelainan testis yang tidak turun kedalam
scrotum tetapi tertinggal dalam tempat yang dilalui testis selama proses descensus
yang normal. Cryptocrhismus biasanya disebabkan karena kelainan herediter,
perkembangan sex yang tidak sempurna dan sebagian besar karena kelainan mekanik
seperti funiculus spermaticus yang pendek, canalis inguinalis yang sempit,
pembentukan gubernaculumtestis yang tidak sempurnadan perlengkatan –
perlengkatan akibat fibrosis. Faktor lain yang sering dilaporkan adalah karena riwayat
pernah mengalami trauma testicular. Penderita HIV mempunyai kemungkinan
pertumbuhan tumor seperti limphoma dan sarcoma yang berefek pada testis. Penderita
dengan Klinefelter’s síndrome mempunyai resiko lebih besar terkena germ cell tumor
testis.
4. GEJALA KLINIS
Tumor testis seringkali tidak menampakkan suatu gejala dan tanda yang signifikan
kecuali adanya massa yang disertai dengan nyeri. Pada banyak kasus timbulnya massa
pada testis seringkali keliru didiagnosakan sebagai infeksi pada area disekitar testis
( epididimitis ). Pada tumor testis yang baru terdeteksi pada tahap lanjut sering
menampakkan gejala – gejala seperti nyeri punggung, massa pada daerah abdominal
disertai dengan kesulitan pernafasan .
5. PERJALANAN PENYAKIT
Mula-mula tumor berupa benjolan / tonjolan pada testis yang kadang – kadang terasa
nyeri. Tumor dapat menyebabkan timbulnya cairan jernih dalam tunica vaginalis yang
menimbulkan hidrocelle. Pada stadium lebih lanjut timbul gejala –gejala yang
disebabkan oleh anak sebar / metastase misalnya pembesaran kelenjar getah bening
regional, anak sebar dalam paru – paru , hati dan lain – lain.
Seminoma mempunyai presdiposisi pada testis yang tidak turun kedalam scrotum,
bersifat paling jinak dan walaupun telah terbentuk anak sebar pada waktu ditemukan ,
dengan orchidektomi lokal disertai dengan penyinaran pada rongga abdomen dan
regio genitalis menghasilkan angka kematian kurang dari 10 % dalam waktu dua (2)
tahun . Anak sebar seminoma biasanya hanya sampai pada kelenjar getah bening
regional dan kelenjar – kelenjar sepanjang aorta. Penderita seminoma yang berumur
lebih muda ternyata mempunyai prognosis lebih baik dari penderita yang lebih tua.
Selain seminoma , tumor – tumor testis cenderung untuk cepat beranak sebar kealat –
alat dalam seperti : paru-paru, hati, sumsum tulang, ginjal dan otak. Apabila pada
waktu pembedahan ternyata sudah terdapat anak sebar maka kemungkinan hidup
selama dua tahun sangat kecil. Tumor –tumor ini kurang peka terhadap penyinaran
sehingga dengan pembedahan radikal dan penyinaran , 50% penderita mengalami
kematian dalam waktu 2 tahun.
Pada beberapa kasus terutama choriocarsinoma terdapat peninggian produksi FSH
sehingga hormon ini dapat diketukan dalam air kemih. Peningkatan ini kemungkinan
disebabkan oleh karena testis rusak sehingga hambatan terhadap hipofisis tidak ada.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis ca testis adalah :
v Scrotal Ultra sound digunakan untuk mengetahui lokasi pasti dari tumor,
karakteristik dari benjolan apakah merupakan kiste atau solid ( padat ) , merupakan
bentuk tunggal atau kumpulan beberapa tumor.
v CT Scan digunakan untuk mengetahui adanya metastase terutama lokasi dari
metastasenya.
v Pemeriksaan darah juga dikerjakan untuk mengidentifikasi dan memastikan
spesifikasi , tanda serta ukuran tumor . AFP Alpha 1 feto protein , Beta – HCG , dan
LDH merupakan pemeriksaan darah untuk mengidentifikasi tipe tumor testis.
7. PENATALAKSANAAN
Menurut TNM Classification of Malignant Tumors seperti dipublikasikan dalam
AJCC Cancer Staging Manual kanker testis dibagi menjadi tiga ( 3 ) tingkatan yaitu :
1. Stage 1 : tumor masih terlokalisir dalam testis .
2. Stage 2 : tumor tersebar dalam testis dan sudah mengalami metastase kedalam
rongga retroperitoneal dan atau paraaortic kelenjar limfe ( kelenjar limfe dibawah
diafragma ).
3. Stage 3 : tumor tumbuh dan tersebar dalam testis dan mengalami metastase lebih
dari rongga retroperitoneal dan atau paraaortic kelenjar limfe.
Penatalaksanaan tumor testis pada dasarnya terdiri dari tiga tipe yaitu pembedahan ,
radioterapi dan kemoterapi.
1. Pembedahan
Pembedahan tumor testis yang biasa dikerjakan adalah orchidectomy . Pada beberapa
kasus pengangkatan tumor testis dengan meninggalkan testis yang secara fungsional
masih berfungsi hampir tidak pernah dilakukan , karena 95% dari tumor testis
merupakan tumor ganas. Pengangkatan tumor dilakukan dengan pengangkatan testis
secara total .
2. Radioterapi
Radiasi biasanya dipergunakan untuk mengatasi tumor testis yang merupakan tumor
seminoma derajat 2 , tetapi juga dilakukan pada kasus dengan seminoma tingkat 1
untuk meminimalisasi pertumbuhan dan mencegah penyebaran tumor.
Radiasi tidak pernah diberikan / dilakukan pada non seminoma tumor karena
memerlukan dosis yang lebih besar dan kemoterapi lebih efektif untuk kanker
nonseminoma
3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan standar untuk nonseminoma kanker ketika kanker
sudah menyebar kebeberapa bagian tubuh ( stage 2 dan stage 3 ). Protokol standar
kemoterapi yang diberikan ada tiga terdiri dari Bleomycin – Etoposide – Cisplatin
( BEP ) . Pengobatan kemoterapi ini dikembangkan oleh Dr. Lawrence Einhorn pada
Universitas Indiana.
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN CA TESTIS
1.PENGKAJIAN
NO DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF RUMUSAN MASALAH
1
2
3
4
5
Penderita mengeluh nyeri pada scrotum dan testis
Penderita mengeluhkan penurunan kemampuan ereksi / keinginan melakukan
hubungan seksual menurun
-Penderita mengeluhkan belum memiliki keturunan
-Penderita mengatakan merasa minder untuk bergaul dengan tetangga karena belum
memiliki keturunan
Penderita mengeluh merasa lemas dan merasakan kelelahan
Nyeri tekan pada testis +

Keturunan tidak ada
Postur tubuh kurus, tonus otot lemah
Hasil pemeriksaan fisik :
Adanya benjolan pada testis, hasil pemeriksaan lab, hasil pemeriksaan CT scan
adanya metastase kanker
Nyeri akut
Disfungsi seksual
Harga diri rendah
Intoleransi aktivitas
PK : Kanker ( metastase ke organ vital )
Dari hasil pengkajian data diatas dapat dirumuskan masalah keperawatan sesuai
dengan prioritas masalah yaitu :
1. PK ; Kanker ( metastase ke organ vital )
2. Nyeri akut
3. Harga diri rendah
4. Disfungsi seksual
5. Intoleransi aktivitas
2. Diagnosa Keperawatan
Dari rumusan masalah yang timbul pada penderita dengan kanker testis dapat
diangkat diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. PK : Kanker ( Metastase keorgan vital ) .
2. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan testis oleh tumor ditandai dengan nyeri
tekan pada testis
3. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan kerusakan fungsional
( gangguan reproduksi ) ditandai dengan penderita mengeluhkan belum memiliki
keturunan dan merasa minder bergaul dengan tetangga.
4. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi / struktur tubuh ditandai
dengan penurunan kemampuan erektil
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara menyeluruh
3. Rencana Perawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 PK : Kanker ( metastase ke organ vital )
-Metastase kanker dapat dicegah / bila sudah terjadi metastase dapat di lokalisir
-Penatalaksanaan secara efektif efek samping yang muncul dalam pemberian terapi
radiasi / kemoterapi
-Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan penunjang seperti CT Scan
– Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi radiasi / kemoterapi
– Observasi keadaan umum dan vital sign penderita sebelum, selama dan sesudah
pemberian terapi radiasi dan kemoterapi
-pengawasan menyebarnya sel kanker / timbulnya metastase dan lokasi penyebaran
-Radiasi dan kemoterapi merupakan terapi yang paling efektif untuk kanker stadium
II dan III
-Kemoterapi dan radiasi memiliki beberapa efek samping yang perlu penanganan
yang tepat.
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
2
3
4
Nyeri akut berhubungan dengan penekanan testis oleh tumor ditandai dengan nyeri
tekan pada testis
Harga diri rendah situasional berhubungan dg kerusakan fungsional ( gangguan
reproduksi ) ditandai dg penderita mengeluhkan belum memiliki keturunan dan
merasa minder bergaul dengan tetangga
Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi / struktur tubuh ditandai
dengan penurunan kemampuan erektil
Nyeri dapat terkontrol , berkurang atau bahkan hilang dengan kriteria :
– penderita mengatakan nyeri berkurang / hilang
– nyeri tekan –
Tumbuh dan berkembangnya persepsi diri yang positive dalam berespon terhadap
situasi yang sedang terjadi
Perubahan fungsi seksual yang diperlihatkan dapat diterima dan dihargai oleh
pasangan * Observasi vital sign
* Kaji skala nyeri ( 0-10)
* Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk
* Beri posisi yang nyaman ( sesuai dng kenyamanan pasien)
* Kolaborasi dalam pemberian analgetik
§ Kaji derajat dukungan yang ada untuk pasien
§ Diskusikan persepsi pasien tentang diri dan hubungannya dengan perubahan dan
bagaimana pasien melihat dirinya dalam peran dan fungsi yang biasa
§ Perhatikan perilaku menarik diri, berbicara negatif tentang diri sendiri, dan
penyangkalan
§ Diskusikan tersedianya berbagai sumber contoh konseling dan terapi kejuruan
v KIE terhadap penderita dan pasangannya tentang penyakit, perjalanan penyakit dan
kemungkinan yang dapat terjadi berhubungan dengan masalah seksual penderita
v KIE agar penderita dan pasangannya siap dan dapat menerima perubahan –
perubahan fungsi seksual yang dapat terjadi
v Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi hormonal
* Perubahan TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri
* Untuk mengetahui seberapa tingkat nyeri dan mempermudah memberikan
intervensi * Alat untuk mengontrol ketidaknyamana dada sementara meningktkan
keefektifan upaya batuk * Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian * Dapat
mengurangi rasa nyeri pasien
§ Support / dukungan dari keluarga, kerabat sangat penting untuk meningkatkan harga
diri pasien.
§ Pentingnya mengetahui sejauh mana gambaran diri penderita untuk menentukan
terapi / konseling yang akan diberikan
§ Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan psikologis penderita
§ Penderita dapat menentukan jenis terapi / konseling yang tepat untuk
kesembuhannya.
– Pasien dan pasangannya memperoleh pngetahuan yang cukup tentang penyakit dan
resiko yang dapat muncul kemudian
– Kesiapan mental penderita dan pasangannya untuk menerima resiko yang dapat
timbul
– Untuk mengatasi disfungsi seksual yang berkaitan dengan masalah hormonal
5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara menyeluruh
Ketersediaan energi yang cukup secara fisiologis dan atau psikologis dalam
pemenuhan aktivitas sehari-hari .
a. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
b.Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut ssi indikasi
c. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
d.
Berikan nutrisi yang adekuat
– menetapkan kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi
– menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat
– meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen
– menyediakan kalori yang cukup bagi tubuh untuk melaksanakan metabolisme
4. Evaluasi Keperawatan
Penentuan evaluasi dilihat dari tercapai atau tidaknya rencana tujuan yang telah kita
tentukan dalam pembuatan renpra, dalam hal ini evaluasi yang diharapkan dari
perencanaan diatas adalah:
1. Metastase kanker dapat teratasi
2. Nyeri berkurang dan atau hilang
3. Tumbuh dan berkembangnya persepsi diri yang positif
4. Terjalinnya hubungan yang dinamis dengan pasangan dalam mengatasi perubahan
fungsi seksual
5. Tersedianya energi yang cukup secara fisilogis dan psikologis dalam pemenuhan
aktivitas sehari

Anda mungkin juga menyukai