Anda di halaman 1dari 13

DESAIN MODEL PEMBELAJARAN BIO KOMUNIKASI

PADA BERBAGAI JENJANG PENDIDIKAN

Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah: Komunikasi dan Interaksi Pendidkan
Dosen Pengampu: Muh. Hanif, S. Ag. M. Ag. MA.

Disusun Oleh:

1. Ifan Taufik (1617402107)


2. Maryam Ikhtiar S (1617402112)
3. Nofi Suryaningsih (1617402117)

6 PAI C
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2019
A. PENDAHULUAN
Guru adalah salah satu komponen utama dalam melakukan perubahan pradigma
dalam pembelajaran, khususnya pada jenjang pendidikan formal. Karena gurulah yang
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pembelajaran pendidikan di sekolah (kelas).
Salah satu perubahan paradigma pembelajaran adalah orientasi pembelajaran yang
semula berpusat pada guru (teacher oriented) beralih berpusat pada siswa (student
oriented). Perubahan paradigma pembelajaran tersebut dilakukan untuk memperbaiki
kualitas pendidikan baik melalui proses maupun dari output pendidikan itu sendiri.
Akibat adanya perubahan paradigma pembelajaran itulah maka dilahirkanlah
desain model pembelajaran bio komunikasi terutama pada jenjang pendidikan sekolah
dasar yang mana perlu ditekankan dalam proses pembelajarannya yang diharapkan dapat
mempermudah seorang pendidik dalam melakukan proses pembelajaran di jenjang
pendidikan didalam kelas sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas output
pendidikan tersebut.
Dengan adanya model pembelajaran bio komunikasi yang tepat disetiap jenjang
pendidikan dari SD, SMP, SMA, maupun Perguruan Tinggi makan akan membuat
pembelajaran menjadi lebih menarik perhatian siswa dan juga akan lebih mudah
dimengerti oleh para siswa. Hal ini karena pembelajaran ini sangat didukung oleh
berbagai faktor yang mendukung terjadinya pembelajaran yang lebih inovatif dan efisien.
Dengan demikian menjadi penting untuk setiap guru mampu memahami desain
model pembelajaran bio komunikasi pada berbagai jenjang pendidikan. Oleh karena itu
dalam makalah ini akan dibahas tentang model pembelajaran jenjang sekolah dasar,
model pembelajaran jenjang sekolah menengah pertama, model pembelajaran jenjang
sekolah atas, dan juga model pembelajaran jenjang perguruan tinggi.
B. PEMBAHASAN

1. Model Pembelajaran Jenjang Sekolah Dasar


Berdasarkan hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa pada jenjang
pendidikan dasar, faktor utama yang harus dimiliki oleh seorang pendidik adalah
berusaha menanamkan aspek kreativitas pada anak didiknya. Diharapkan melalui
desain model pembelajaran dalam bentuk model latihan drill, model tutorial atau
bimbingan, model simulasi (uraian proses), dan model permainan semuanya dapat
menyisipkan aspek aktivitas belajar yang membantu perkembangan kreativitasnya.
Dengan membiasakan kreativitas pada peserta didik berarti juga telah melatih semua
aspek yang dibutuhkan peserta didik dalam belajar seperti aspek IQ, EQ, ES, terutama
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. 1
Model pembelajaran teknologi, informasi dan komunikasi tidak hanya
menekankan aspek kecanggihan teknologinya saja, tapi perlu memikirkan aspek
psikologis yang berhubungan dengan aktivitas otak kiri dan kanan. Karena kreativitas
yang dapat dikembangkan dengan model pembelajaran teknologi, informasi, dan
komunikasi adalah peserta didik yang memiliki tingkat inteligensi berada pada
rentang rata-rata (anak normal). Dengan begitu, kreativitas ini sangat didukung oleh
tingkat inteligensi. Maka dari itu perlu diperhatikan dalam hal pewarnaan, animasi,
audio, dan desain sajian, aspek ini juga harus disesuaikan dengan kecerdasan visual,
audio, dan kinestetik.
Menurut Ari Ginanjar Agustin, meta kecerdasan yaitu terdiri dari IQ, EQ, SQ,
kemudian ada aspek kecerdasan visual, audio, dan kinestetik yang mendukung
kreativitas anak didik. Mengenai aspek visual dalam model pembelajaran teknologi,
informasi, dan komunikasi terutama pada model latihan drill dan simulasi perlu
diperhatikan karena berhubungan dengan warna, kecepatan gerak, dan sajian yang
menarik lainnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibu Rima SD Sains Al-biruni
mengatakan bahwa model pembelajaran simulasi mampu menumbuhkan daya cipta
anak didik. Daya cipta salah satunya bisa terbentuk melalui visual yang kemudian
bisa terwujud melalui kreativitas.
2. Model Pembelajaran Jenjang SMP

1
Deni Dermawan, Komunikasi Pendidkan Perspektif Bio-Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2016), hlm. 257-258
Model pembelajara Lateral Computer Base Tutorial ini pada dasarnya
merupakan prinsip model latihan dan tutorial melalui kemampuan berpikir lateral
atau loncatan berpikir yang di dukung dengan kemampuan visual dalam memahami
invormasi pembelajaran dari layar komputer. Model pembelajaran yang di harapkan
masih berorientasi pada rangka meningkatkan motivasi belajar siswa dan
kreativitasnya, di samping itu kecepatan memahami materi yang tentunya tidak
terlepas dari daya tarik visual, audio dan animasi serta kemampuan Hand Tools
ketika peserta didik mengorganisasi pencarian pengetahuanya di dalam komputer.2
Proses yang dituntut dalam model ini adalah bisa di kembengkan guna
memenuhi proses pembelajaran di jenjang SMP yang sudah di tunjukan dengan
membentuk kecepatan (accelerated), kecepatan ini di tunjukan pada aktivitas
memahami, mengamati sampai dengan menemukan, mengonstruksi rumus hingga
menerapkan rumus dalam menyelesaikan sebuah soal. Namun aspek permainan,
pengarahan (tutor), serta pelatihan dalam bentuk kuis, dimana di sajikan didalam
simulasi-simmulasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Dalam pembelajaran ini komputer multimedia tetaap masih di perlukan
peserta didik guna memberikan Reinforcement dan Relaxation selama didalam
proses penyelesaian pembelajaran. Semua ini di tunjukan kepada upaya pemberian
ruang gerak kepada proses kerja otak kiri dan otak kanan hingga mendapatkan
keseimbangan antara keduanya dari model pembelajaran tutorial ini. Kecerdasan
visual dalam pembelajaran tutorial ini sangat di prlukan untuk mencapia tingkat
pemahaman melalui proses pengamatan, seperti yang di katakan oleh Milly R.
Sonneman bahwa hampir 80% orang adalah pemikir visual, penggunaan seketsa
visual akan menawan perhatian pemira.
Semua ini jika dipadukan dengan bentuk tutorial yang berbasiskan LCBT
maka peserta didik akan lebih cepat lagi, terlebih hal ini juga dapat memberikan
ketenangan belajar dan menumbuhkan rasa tenang dan percaya diri. Terlebih jika
model pembelajaran menggunakan pencitraan dengan latarbelakang musik yang
mampu menyentuh sensorik otak belahan kanan maka proses berpikir dari seorang
anak akan terjadi secara lebih seimmban, karena di kontrol oleh alunan musi yang
membantu individu lebih setabil dalam jalur pikirnya serta merasa tenang.

2
Deni Dermawan, Komunikasi Pendidkan Perspektif Bio-Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2016), hlm. 263.
Desain model tutorial dewasa ini di sarankan untuk memperhatikan aspek latar
belakang (sound effect) musik yang di sesuaikan dengan kelompok mata pelajaran
karena musik bisa membawa dan memberikan ciri gaya belajar dan berpikir sesuai
dengan pribadi masing-masing. Selain itu model tutorial juga harus memiliki desain
visual yang harus menarik perhatian siswa, karena temuan siswa yang di peroleh dari
media visual ini akan di ilustrasikan oleh mereka dengan pengetahuan yang telah
dikuasai sebelumnya. Begitu juga apabila tutorial ini mengedepankan audio maka
juga harus betul betul mampu mengoptimalkan bagian sepesifik lobus temporal
bagian kanan maupun bagian kiri.
Dalam desain pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi
untuk jenjang SMP berdasarkan tiga dimensi tersebut juga harus di relevansikan
dengan dimensi berpikir dengan indra visual audio dan kinestetik yang dimiliki oleh
model tutorial, hal ini selaras dengan apa yang di kemukakan oleh Eric Jensen yang
menujukan bahwa pada dasarnya berfikir adalah berhubungan dengan aktivitas
kognitif maka antara dimensi visual audio dan kinestetik di asumsikan mampu
mendukung proses berpikr yang lebih menekankan kepada aspek kognitif secara
fleksibel, maka prinsip fleksibel inilah yang harus di perhatikan didalam membentuk
desain pembelajaran tutorial berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Dari
sentuhan teknologi seperti mengondisikan dan mengatur gerakan seperti didalam
kecerdasan visual dan audio maka akan berpengaruh terhadap keberhasilan siswa
dalam menyelesaikan pembelajaran tanpa adanya hambatan.
Dalam kaitanya didalam alur peserta didik yang mengikuti pembelajaran
dengan tutorial ini maka salah satu yang dapat di kembangkan didalam desainnya
adalah Mind Mapping, dimada dengan konsep ini semua bagian ini fungsi kerja dari
semua bagian sepesifik otak akan bisa di berdayaan semua dan tertuju kepada satu
tujuan (keberhasilan belajar) melalui proses cepat dengan pemberdayaan funsi-fungsi
bagian sepesifik otak. Melalui Mind Mapping ini maka jalur bercabang yang di
kembangkan didalam odel desain tutorial dapat di ikuti dan cepat di lalui oleh peserta
didik karena halini sangat berkaitan dengan tuntunan kerja semua proses berpikir.
Dari aspek desain software yang digunakan maka Mind Mapping ini cukup
mendasari terhadap desain warna teks, keseimbangan, layout, teks, dan efek-efek
yang di kembengkan lainya harus di perhatikan dan di sesuaikan dengan kecepatan
perolehan pengalaman belajar oleh peserta didik. Demikian juga daya dukungnya
terhadap daya tarik serta menumbuhkan tingkat kreativitas yang cukup baik, dalam
melatih memori untuk memanggil pengetahuan atau informasi khusus lainya yang
telah di simpan dalam jangka waktu panjang.
Model yang benar-benar menerapkan ITC (Information Comunication dan
Technology) yang mendasr, yaitu yang mampu memberikan esempatan kepada siswa
untuk memilih alternatif jalur penuntasan dalam mempelajari materi yang di ajarkan.
Melalui tutorial ini siswa juga lebi mampu untuk menjawab soal-soal yang di sajikan.
Temuan dalam penelitian ini menunjukan bahwa sebetulnya indra indra yang di
perlukan dalam belajar hendaknya mampu dikembangkan secara terintegrasi dalam
sebuah proses pembelajaran.
Selain melalui model tutorial model pembelajaran berbasis teknologi
informasi untuk jenjang SMP ini di antaranya adalah model simulasi yang
digabungkan atau terintegrasi dalam model tutorial, maka model ini di katakan oleh
Aris (2004) yang mengampu ata pelajaran fisika, dimana ketika siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model gabungan antara tutorial, simulasi, dan latihan
siswa mampu dengan cepat menyelesaikan pelajaran. Semua model berpikir yang di
tuntut didalam pembelajaran sanagt memungkinkan di lakukan oleh peserta didik
berdasarkan kemampuan bagian sepesifik bagian otaknya, sebagaimana di jelaskan
oleh Jean Marie Stine, (2003) bahwa model berpikir meningkatkan enamkali lipat
kekuatan otak, dengan cara memikirkan situasi dari setiap sudut pandang berikut
yaitu: berpikir objektif, berpikir kritis, berpikir positif, berpikir kreatif, berpikir
intuitif, berpikir tentang model.
Menurut Aris dalam model gabungan ini memungkinkan terjadinya proses
keseimbangan kemampuan otak kiri dan kanan karena distimulasi dengan penjelasan
teks dan gambar animasi mengenai bagian-bagian meteri yang di jelaskan. Disini
otak kiri bekerja ketika siswa harus memahami, menghafal, penjelasan atau uraian
tulisan yang ia amati dari tampilan model tersebut, kemudian setelah itu pada bagian
animasi maka otak kanan mulai berinteraksi untuk menemukan kesesuaian antara
uraian, bentuk dan gerak gambar yang muncul dari model tayangan model
pembelajaran tersebut. Di akhir pembelajaran ternyata siswa mampu menujukan
bahkan membedakan bahkan memperagakan apa yang menjadi materi pembelajaran
yang telah di bahas menggunakan model pembelajaran tersebut.
3. Model Pembelajaran Jenjang SMA
Model pembelajaran brbasis teknologi informasi dan komunikasi yang bisa di
sarankan ntu jenjng SMA ini adalah model pemelajaran yang tentunya disesuaikan
dengn tikatan berfikir yang dimiliki individu pada usia ini. Model-model
pembelajaran yang tepat unuk digunakan adalah yang ampu mengoptimalkan
kemampuan kreatifitas dan perasaan. Aspek kreatifitas dan perasaan ini sangat
memiliki katan yang erat dengan tingkatan berfikir yang dimiliki peserta didik pada
jenjang SMA dimana peserta didik berada dalam tahap berfikir yang absrak.3
Melalui model yang interaktif dan menyajikan permasalahan yang harus
dipecahkan sendiri jalur temuan masalahnya maka akan tertuju paa salah satu model
yang harus dipecahkan sendiri jalur temuan masalahnya maka akan tertuju salah satu
model utama yaitu model tutorial games berbasis simulasi. Salah satu model
pembelajaran tutorial games berbasis simulasi adalah Multi Media Interaktif (MMI).
Model ini memungkinkan peeerta didik pada jenjang SMUbisa mengoptimalkan
penglihatan, pendengaran, dan kinestetik yang ditujukan kepada pemecahan masalah.
Model pembelajaran untuk jenjang SMU ini ditunjukan ntk memunculkann
sebuah kecepatan dan kreatifitas belajar yan lebih mandiri terutama dengan
menganndalkan kekutan memori dan imajinasi baik itu imajinaaasi yang berasal dadri
keerdasan visual dalam bentuk sajian viisual animasi , imajinasi berdasarkan
kecerdasan audio dalam bentuk saian Ibackground suara dan jenis musik yang
dikemas, juga imajiasi berdasarkan kecerdasan kinestetiknya yang bisa disajikan
melalui permainan dan simulasi yang didesain dalam model tertentu.
Khusus untuuk pertumbuhan kekuatan kerja memori berdasarkan image-image
yang didesain dalam model pembelajarran merupaakan sesuatu yang sangat dominan
dalam kecepatan belajar. Dalam hal ini minimal pesert didik takjub, terstimulasi dan
muncul rrasa igin tahu bahkan ingin membuatnya sendiri berdasarkan majinasi
sendiri. Imajinasi selama mengikuti model pembelajaran ini sangat kuat dalam
mempengaruhi memori. Dan di era yang berkemajun ini konssep dan desain model
computer bbsed instruction, hal ini yang tidak mungkin untuk dikembagan ternyata
bisa diwujudkan terrutama yang berhubungan dengan pola-pola pemikiran dalam
belajar seperti latihan, pemetaan konsep, permainan tutorial, dan simulasi yan
sebelumnya dilakuan dalam bentuk media-media nyata. Demikian juga
pembelajaranyang sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik jenjang SMA ini
yaitu bentuk MMA yang mencoba menggabukan poa-pola pengembangan memori
menuju terwujudnya kreatifitas individu masing-masing dengan memberdayakan

3
Deni Dermawan, Komunikasi Pendidkan Perspektif Bio-Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2016), hlm. 269
kemampuan imajinasi dalam berpikir abstrak (otak kaan) yang dikontrol oleh logika
(otak kiri). Nurhalim Shihab dalam hal ini menjelaskan bahwa:
“Seseorang mengatur dan memproses informasi sangat bergantung pada
kebiasaannya berpikir. Bagi seseorang yang biasa berpikir. Bagi seseorang
yang biasa berpikir logis cara yang mudah menyerap informasi adalah
disajikan dalam bentuk yang logis. Lain halnya dengan seseorang yang otak
kanannya lebih dominan. Bagi mereka lebih senang mulai dengan global lebih
dahulu dan biasanya visualisasi yang disertai dengan imajinasi sangat
berkesan bagi yang otak kanannya dominan”

Pendapat diatas dijadikan dasar dalam desain model multemedia interaktif ini
yang harus menyajikan aspek belajar kognitif dan aspek kreativitas peserta didk
jenjang SMU terutama sekali dalam melakukan pemecahan masalah. Dalam hal ini
aspek kognitif dalam model ini masih perlu dikembangkan tentunya dengan proporsi
yang seimbang berdasarkan tingkat perasaan dan gaya belajar yang telah terbentuk.
Model pembelajaran untuk SMU yang sedang dikembangkan pada mata pelajaran
Ekonomi, Akutansi, dan Manajemen dalam bentuk multimedia interaktif yang bekerja
sama dengan Departemen Pendidkan Nasional, bahwa belajar dengan pola-pola
gabungan yaitu yang berisi petunjuk, tes-tes kemampuan awal berupa latihan, serta
alur penyajian materi secara bercabang dan bahkan disajikan ilustrasi dalam bentuk
video dan simulasi animasi teks dan gambar akan lebih mampu memberikan proses
belajar secara utuh.
Dapat disimpulkan bahwa model yang cocok untuk jenjang SMU ini adalah
model tutorial, simulasi, dan permainan yang didesain dalam bentuk MMI, dimana
desainya tida lagi menyekat anatara model tutorial, model permainan, dan model
simulasi. Jadi melalui sajian model ini masalah akselerasi siswa mengalami gangguan
dengan pola berpikir tertentu bisa dibantu dengan sajian-sajian yang menjembatani
kelanjutan kebiasaan ia berfikir apakah itu berpikirnya logik, global, atau keduannya.
4. Model Pembelajaran Jenjang Pendidikan Tinggi
Model pembelajaran pada jenjang perguruan tinggi diantarany ahrus tertuju
kepada sistem kolaboratif model yaitu mencakup sistem latihan, tutorial, simulasi dan
permainan. Dalam prosedur produksinya berlandaskan pada pronsip mapping
concept. Model ini diharapkan mampu menstimulasi kemampuan logika yang sifatnya
advance organiser of knowledge baik kelompok sosial maupun kelompok eksak.
Sebagai upaya membekali dan merangsang optimalisasi kedua belahan otak pada
jenjang pendidkan tinggi adalah pembelajaran berbasis komputer yang sifatnya inuiri
and Discovery melalui aplikasi E-learning dan Telekonference, dan pembelajaran
prinsip ICT lainnya. Kepercayaan diri dan rasa tanggung jawab dan perasaan yakin
akan keberhasilan dalam belajarnya.4
Model untuk jenjang Perguruan Tinggi ini, juga harus sudah menyentuh aspek
intuisi tentang apa yang dilihat (visual). Dengan demikian kecepatan belajar akan
lebih terbantu terutama yang akhirnya memberikan keyakinan terhadap sesuatu
kangkah-langkah pembuktia tentang hal-hal ynag barubdipelajarinya. Model tutorial
yang dikemas juga harus mengadopsi konsep learning thinking terutama untuk
kelompok eksak sehingga stimulus aspek imajinasi dan kesan visual membantu dalam
problem solving. Aspek-aspek persuasif dalam model tersebut juga mesti ada yang
diperuntukan dalam mengajak siswa untuk berpikir logis da rasional tentang
fenomena yang disajikan dalam bentuk simulasi. Demikian juga bahwa aspek visual
dan imajinatif harus menjadi sentra dalam sajian informasi pembelajaran yang diberi
latar musik untuk menambah konsentrasi pengamatan yang dilakukan.
Dengan demikian maka model pembelajaran berbasis teknologi informasi dan
komunikasi untuk jenjang pendidikan ini mencakup seluruh model yang dikemukakan
oleh Trolif & Allesi yaitu drill, tutorial, simulasi, games yang diintegrasikan dengan
berbagai aspek pendukung yang mencakup mapping concept, advance orgaizer
knowledge, discovery-inuiry, lateral thinking, persuasif, visual audio imaging, yang
dikemas dalam sistem ICL dengan alternatif sajian melalui prosedur sistem belajar
jarak jauh seperti e-learning, teleconference, yang isinya bersifat problem solving
dengan jalur pemecahan ,asalah diserahkan pada gaya dan tanggung jawab, keyakinan
serta kemandirian belajar mahasiswa. Berikut adalah visualisasi model pemikiran
mengenai model pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi
berdasarkan kontrol perilaku biologi komunikasi pada jenjang pendidkan tinggi.

4
Deni Dermawan, Komunikasi Pendidkan Perspektif Bio-Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2016), hlm. 273
C. ANALISIS
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi dalam pendidikan, yaitu
suatu proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan melalui perantara
atau media tertentu. Untuk itu dalam suatu proses komunikasi harus diciptakan melalui
kegiatan penyampaian pesan, tukar menukar pesan atau informasi dari setiap pengajar
kepada pembelajar, atau sebaliknya. Dalam pembelajaran, pesan atau informasi yang
disampaikan berupa pengetahuan, skill, ide, pengalaman, keahlian, dan sebagainya.
Melalui proses komunikasi inilah, pesan yang disampaikan dapat diterima dan dipahami
oleh penerima pesan. Maka supaya tidak terjadi kesalahan dalam proses komunikasi
khususnya dalam pendidikan, perlu adanya sarana yang dapat membantu proses
komunikasi.
Seorang pengajar perlu mengetahui dasar-dasar atau landasan dalam komunikasi
dan keterampilan dasar mengajar dalam proses pembelajaran. Seorang pendidik atau
guru biasanya dapat berkomunikasi secara baik dengan siapapun, baik dalam peoses
pembelajaran maupun dengan lingkungan dan masyarakatnya. Sehingga pengolahan
komunikasi yang efektif dan efisien sangat diperlukan bagi para pendidik atau pengajar
maupun peserta didiknya.5
Kegagalan pembelajaran sering kita jumpai disebabkan karena lemahnya sistem
komunikasi. Untuk itu, pendidik perlu mengembangkan pola komunikasi yang efektif
dan inovatif dalam proses pembelajarannya. Suatu komunikasi dikatakan baik apabila
komunikasi tersebut mengalami hubungan timbal balik atau transaksional. Desain pesan
pembelajaran merupakan tahapan yang penting untuk dilakukan dan dilaksanakan oleh
seorang pendidik atau pengajar, agar proses belajar mengajar yang dilakukan di dalam
kelas dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Dengan mendesain model terlebih
dahulu, akan memudahkan seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di
dalam kelas.6
Pembelajaran merupakan proses interasi antara peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. pembelajaran juga dapat diartikan sebagai

5
Lia Hanifa, Komunikasi Efektif dalam Pendidikan, (Jakarta: Jurnal Manajemen Pendidikan, 2012),
hlm. 24.
6
Rusman, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011), hlm. 13.
interaksi antara guru (pengajar) dan murid (pembelajar), yaitu membicarakan suatu
bahan dalam proses pembelajaran.7
Istilah model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas dari pada strategi,
metode, atau prosedur. Model pembelajaran adalah suatu pola (kerangka) konseptual
yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan tertentu, berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran (pengajar) dalam merencanakan aktivitas pembelajarannya. Model
pembelajaran mengacu pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu yang memuat
tujuan, sintaks, lingkungan, dan sistem pengelolaannya.8
Model pembelajaran menurut Joyce dan Weil adalah suatu rencana atau pola
yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajatran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di
kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru
boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan
pendidikannya. 9
Dari uraian yang telah disampaikan oleh Deni Darmawan dalam buku
Komunikasi Pendidikan Perspektif Bio-Komunikasi mengenai Desain Model
Pembelajaran Bio-Komunikasi Pada Berbagai Jenjang Pendidikan secara umum sudah
menjelaskan secara rinci mengenai model pembelajaran yang sesuai baik untuk Sekolah
Dasar, jenjang SMP, jenjang SMA, maupun jenjang Perguruan Tinggi. Karena buku
tersebut juga sudah didukung dari hasil penelitian yang dilakukan secara langsung oleh
peneliti atau pendidik pada masing-masing jenjang pedidikan. Sehingga untuk
menerapkan desain model pembelajaran pada setiap jenjang menjadi lebih mudah
dipahami dan dilakukan atau dipraktekkan secara langsung bagi seorang pendidik.

7
Haryanto Alfandi, Desain Model Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2011 ),hlm. 253.
8
Rudi Hartono, Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid, (Jogjakarta: Diva Press, 2013),
hlm. 43.
9
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 133.
D. PENUTUP
Pembelajaran merupakan suatu proses komunikasi. Proses pembelajaran pada
hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan atau
penyampaian suatu bahan dari sumber pesan melalui perantara media tertentu ke
penerima pesan tersebut. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang maksimal,
dianjurkan agar seorang pendidik membiasakan diri menggunakan komunikasi banyak
arah atau komunikasi sebagai transaksi, yaitu komunikasi yang tidak hanya melibatkan
interaksi dinamis antara seorang pendidik dengan peserta didiknya, melainkan juga
melibatkan interaksi yang dinamis antara peserta didik yang satu dengan peserta didik
yang lainnya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanya dalam setiap jenjang
pendidikan memiliki karakteristik masing-masing sehingga dalam penggunaan model
pembelajaran bio komunikasi memilki perbedaan karena setiap jenjang pendidikan
tujuan dan juga kemampuan dari masing-masing jenjang berbeda.
Dalam jenjang pendidikan sekolah dasar masih sangat dekat dengan aspek
adaptasi dan menyenangkan siswa yaitu dengan metode menciptakan imajinasi, daya
cipta serta permainan. Dalam jenjang SMP siswa lebih ditekankan kepada bagaimana
mengintegrasikan dari prinsip tutorial, permainan dan juga simulasi melalui proses
keseimbangan otak kanan dan juga otak kiri. Dalam jenjang SMA siswa dituntut untuk
lebih kritis sehingga metode yang tepat adalah MMI atau Multi Media Interaktif yang
menuntun siswa berpikir logik, global atau keduanya. Dan dalam jenjang Perguruan
Tinggi mahasiswa lebih kepada bagaimana memecahkan sebuah masalah atau problem
solving yang menuntut tanggung jawab dan kemandirian belajar siswa.
E. DAFTAR PUSTAKA

Alfandi, Haryanto. 2011. Desain Model Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Dermawan, Deni. 2016. Komunikasi Pendidkan Perspektif Bio-Komunikasi. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Hartono, Rudi. 2013. Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid. Yogyakarta:
Diva Press.
Hanifa, Lia. 2012. Komunikasi Efektif dalam Pendidikan. Jakarta: Jurnal Manajemen
Pendidikan.
Rusman. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai