I.JUDUL PERCOBAAN
Zat aditif bahan makanan ringan dan minuman berenergi
II.TUJUAN PERCOBAAN
1. Meneliti kandungan zat pada makanan jajanan dan minuman berenergi
2. Menguji zat warna pada makanan jajanan pasar yang dijual disekolah
III.ALAT DAN BAHAN
a. A. Alat
No Alat Jumlah
1 Gunting 1 buah
2 Pulpen 1 buah
3 Pensil 1 buah
4 Mistar 1 buah
5 Kertas Saring 2 buah
6 Tempat air 1 buah
b. B. Bahan
No Bahan
1 Snack richees sipp jagung bakar
2 Snack richees siip coklat
3 Snack richees nabati
4 Snack jaipong
5 Kecap cap bango
6 Saos sambal ABC botol
7 Saos sambal sachet
8 Tinta
9 Air
IV.DASAR TEORI
Minuman berenergi diklasifikasikan sebagai suplemen dan dipromosikan dapat
menambah energi, stamina, kinerja atletik, dan konsentrasi serta menurunkan berat badan. Bahan
umum yang digunakan yakni gula atau pemanis buatan, vitamin, suplemen herbal, dan yang
paling penting; sejumlah besar stimulan seperti kafein, taurine, dan guarana, yang mempengaruhi
sistem kardiovaskular.
Berikut adalah bahaya minuman energi :
1. Mengandung gula tinggi
Kandungan gula yang tinggi dalam minuman berenergi bisa memicu peningkatan kadar gula
darah, merusak gigi dan menyebabkan pertambahan berat badan. Pastikan Anda memeriksa
kemasan untuk mengetahui berapa jumlah gula dalam minuman tersebut. Bandingkan dengan
minuman soda dan Anda akan menemukan kandungan gula dalam minuman energi lebih tinggi.
2. Bahaya untuk anak
Paparan kafein dan gula yang tinggi pada anak-anak lebih berbahaya daripada pada orang
dewasa. Anak-anak masih dalam masa pertumbuhan sehingga dampaknya negatifnya lebih buruk
di masa depan. Lagi pula minuman energi tidak mengandung zat gizi apa pun.
3. Menyebabkan dehidrasi
Menyebabkan dehidrasi Kandungan gula yang tinggi bisa menyebabkan penyerapan air ke
dalam tubuh terhambat sehingga menimbulkan risiko dehidrasi. Tubuh yang dehidrasi justru
memiliki performa yang buruk, baik saat Anda sedang beraktivitas atau duduk di belakang meja.
Jika Anda merasa tidak bisa meninggalkan minuman berenergi disarankan untuk mengonsumsi
segelas air setelah menenggak minuman energi.
4. Menyebabkan jantung berdebar
Kafein bisa menyebabkan tekanan darah meningkat dan jantung terasa berdebar-debar,
terutama bagi mereka yang sensitif. Reaksi yang berbahaya pada minuman energi yang bisa
terjadi antara lain rasa pusing, mual, sakit maag, tremor, serta mati rasa.
Zat aditif pada makanan adalah zat yang ditambahkan dan dicampurkan dalam pengolahan
makanan untuk meningkatkan mutu, lebih menarik dengan rasa yang enak, rupa dan
konsentrasinya baik serta awet maka perlu ditambahkan bahan makanan atau dikenal dengan
nama lain “food additive”.
Zat aditif makanan ditambahkan dan dicampurkan pada waktu pengolahan makanan untuk
memperbaiki tampilan makanan, meningkatkan cita rasa, memperkaya kandungan gizi, menjaga
makanan agar tidak cepat busuk, dan lain.
Bahan yang tergolong ke dalam zat aditif makanan harus dapat:
1. memperbaiki kualitas atau gizi makanan;
2. membuat makanan tampak lebih menarik;
3. meningkatkan cita rasa makanan; dan
4. membuat makanan menjadi lebih tahan lama atau tidak cepat basi dan busuk.
Zat-zat aditif tidak hanya zat-zat yang secara sengaja ditambahkan pada saat proses
pengolahan makanan berlangsung, tetapi juga termasuk zat-zat yang masuk tanpa sengaja dan
bercampur dengan makanan. Masuknya zat-zat aditif ini mungkin terjadi saat pengolahan,
pengemasan, atau sudah terbawa oleh bahan-bahan kimia yang dipakai. Zat aditif makanan dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu:
1. zat aditif yang berasal dari sumber alami, seperti lesitin dan asam sitrat;
2. zat aditif sintetik dari bahan kimia yang memiliki sifat serupa dengan bahan alami yang
sejenis, baik susunan kimia maupun sifat/fungsinya, seperti amil asetat dan asam askorbat.
Berdasarkan fungsinya, baik alami maupun sintetik, zat aditif dapat dikelompokkan sebagai zat
pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap rasa. Zat aditif dalam produk makanan biasanya
dicantumkan pada kemasannya.
1. Zat Pewarna
Pemberian warna pada makanan umumnya bertujuan agar makanan terlihat lebih segar
dan menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk memakannya. Zat pewarna yang biasa
digunakan sebagai zat aditif pada makanan adalah:
a. Zat pewarna alami, dibuat dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan tertentu, misalnya warna
hijau dari daun pandan atau daun suji, warna kuning dari kunyit, seperti ditunjukkan pada
Gambar 8.9, warna cokelat dari buah cokelat, warna merah dari daun jati, dan warna kuning
merah dari wortel. Karena jumlah pilihan warna dari zat pewarna alami terbatas maka dilakukan
upaya menyintesis zat pewarna yang cocok untuk makanan dari bahan-bahan kimia.
b. Zat pewarna sintetik, dibuat dari bahan-bahan kimia.
Dibandingkan dengan pewarna alami, pewarna sintetik memiliki beberapa kelebihan, yaitu
memiliki pilihan warna yang lebih banyak, mudah disimpan, dan lebih tahan lama.
Beberapa zat pewarna sintetik bisa saja memberikan warna yang sama, namun belum
tentu semua zat pewarna tersebut cocok dipakai sebagai zat aditif pada makanan dan minuman.
Perlu diketahui bahwa zat pewarna sintetik yang bukan untuk makanan dan minuman (pewarna
tekstil) dapat membahayakan kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh karena bersifat
karsinogen (penyebab penyakit kanker). Oleh karena itu, kamu harus berhati-hati ketika membeli
makanan atau minuman yang memakai zat warna. Kamu harus yakin dahulu bahwa zat pewarna
yang dipakai sebagai zat aditif pada makanan atau minuman tersebut adalah memang benar-
benar pewarna makanan dan minuman.
Pewarna alami adalah pigmen – pigmen yang diperoleh dari bahan nabati, hewani,
bakteri, dan alga. Pigmen tersebut antara lain:
1. Antosianin (oranye, merah, biru)
2. Betasianin dan betanin (kuning dan merah)
3. Karotenid (kuning, merah, dan oranye)
4. Klorofil (warna hijau sampai hijau kotor)
5. Flavoid (kuning)
6. Tanin (kuning)
7. Betalain (kuning dan merah)
8. Kuinon (kuning sampai hitam)
9. Xantin (kuning)
10. Pigmen heme (merah dan cokalt)
Beberapa faktor mengapa orang-orang menggunakan pewarna pada makanan diantaranya:
1. mengimbangi pemudaran warna karena paparan cahaya, udara, perubahan suhu dan
kelembabpan
2. memperbaiki variasi warna
3. menguatkan warna yang terjadi secara alami
4. mewarnai bahan makanan yang tak berwarna
5. membuat makanan lebih menarik sehingga mengundang selera
Pada bulan November 2007, sebuah hasil penelitian yang diterbitkan di jurnal medis terkemuka
Lancet mengungkapkan bahwa beberapa zat pewarna makanan meningkatkan tingkat
hiperaktivitas anak-anak usia 3-9 tahun, Hiperaktivitas adalah suatu keadaan dimana anak
memiliki kesulitan untuk mengontrol perilaku dan memusatkan perhatian sehingga timbul
aktivitas yang berlebih dan tak terkendali.
Beberapa jenis pewarna buatan yang terkenal dan beberapa efek samping yang ditimbulkannya :
1. Tartrazine (E102 atau Yellow 5)
Tartrazine adalah pewarna kuning yang banyak digunakan dalam makanan dan obat-
obatan. Yang berakibat meningkatkan hiperaktivitas anak, pada sekitar 1- 10 dari sepuluh ribu
orang dan menimbulkan efek samping langsung seperti urtikaria (ruam kulit), rinitis (hidung
meler), asma, purpura (kulit lebam) dan anafilaksis sistemik (shock). Zat ini akan lebih
berbahaya lagi pada penderita asma atau orang yang sensitif terhadap aspirin.
2. Sunset Yellow (E110, Orange Yellow S atau Yellow 6)
Sunset Yellow dapat ditemukan dalam makanan seperti jus jeruk, es krim, ikan kalengan,
keju, jeli, minuman soda dan banyak obat-obatan. Untuk sekelompok kecil individu, konsumsi
pewarna aditif ini dapat menimbulkan urtikaria, rinitis, alergi, hiperaktivitas, sakit perut, mual,
dan muntah. zat ini telah dihubungkan dengan peningkatan kejadian tumor pada hewan dan
kerusakan kromosom, namun Kajian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menemukan
bukti insiden tumor meningkat baik dalam jangka pendek dan jangka panjang karena konsumsi
Sunset Yellow.
3. Ponceau 4R (E124 atau SX Purple)
Ponceau 4R adalah pewarna merah hati yang digunakan dalam berbagai produk seperti:
selai, kue, agar-agar dan minuman ringan. Zat tersebut berpotensi memicu hiperaktivitas pada
anak, dan dianggap karsinogenik (penyebab kanker) di beberapa negara.
4. Allura Red (E129)
Allura Red adalah pewarna sinetis merah jingga yang banyak digunakan pada permen
dan minuman. Allura Red sudah dilarang di banyak negara.
Sebuah studi menunjukkan bahwa reaksi hipersensitivitas terjadi pada 15% orang yang
mengkonsumsi Allura Red. dalam studi itu, 52% telah menderita gatal-gatal atau ruam kulit.
5. Quinoline Yellow (E104)
Pewarna makanan kuning ini digunakan dalam produk seperti es krim dan minuman
energi. Zat ini sudah dilarang di banyak negara karena meningkatkan risiko hiperaktivitas dan
serangan asma.
Beberapa pewarna alami adalah sebagai berikut :
a. Klorofil
Klorofil adalah zat warna alami hijau yang umumnya terdapat pada daun.. Terdapat dua
jenis klorofil yang telah berhasil diisolasi yaitu klorofil a dan klorofil b. keduanya terdapat pada
tanaman dengan perbandingan 3:1. Klorofil a termasuk dalam pigmen yang disebut porfirin;
hemoglobin juga termasuk di dalamnya.Klorofil a mengandung atom Mg yang diikat dengan N
dari dua cincin pirol dengan ikatan kovalen serta oleh dua atom N dari dua cincin pirol
lainmelalui ikatan koordinat; yaitu N dari pirol yang menyumbangkan pasangan elektronnya
pada Mg (pada gambar dinyatakan dengan garis putus-putus).
b. Mioglobin dan Hemoglobin
Mioglobin dan hemoglobin ialah zat warna merah pada daging yang tersusun oleh protein
globin dan heme yang mempunyai inti berupa zat besi. Heme merupakan senyawa yang terdiri
dari dua bagian yaitu atom zat besi dan suatu cincin plana yang besar yaitu porfirin. Porfirin
tersusun oleh empat cincin pirol yang dihubungkan satu dengan lainnya dengan jembtan meten.
Heme juga disebut feroprotoporfirin. Baik hemoglobin maupun mioglobin memiliki fungsi yang
serupa yaitu berfungsi dalam transfor oksigen untuk keperluan metabolisme.
c. Karotenoid
Karotenoid merupakan kelompok pigmen yang berwarna kuning, oranye, merah oranye
yang terlarut dalam lipida (minyak), berasal dari hewan maupun tanaman, misalnya fukoxanthin
yang terdapat didalam lumut, lutein, violaxanthin, dan neoxanthin terdapat pada dedaunan,
likopen pada tomat, kapsanthin pada cabe merah, biksin pada annatto, caroten pada wortel, dan
astazanthin pada lobster.
Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna makanan dikelompokkan menjadi dye dan
lake. Dye merupakan zat pewarna makanan yang umumnya bersifat larut dalam air. Dye
biasanya dijual di pasaran dalam bentuk serbuk, butiran, pasta atau cairan. Lake merupakan
gabungan antara zat warna dye dan basa yang dilapisi oleh suatu zat tertentu. Karena sifatnya
yang tidak larut dalam air maka zat warna kelompok ini cocok untuk mewarnai produkproduk
yang tidak boleh terkena air atau produk yang mengandung lemak dan minyak.
2. Zat Pemanis
Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada makanan dan minuman. Zat pemanis
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Zat pemanis alami.
Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren. Selain itu, zat
pemanis alami dapat pula diperoleh dari buahbuahan dan madu. Zat pemanis alami berfungsi
juga sebagai sumber energi. Jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan, kita akan
mengalami risiko kegemukan. Orang-orang yang sudah gemuk badannya sebaiknya menghindari
makanan atau minuman yang mengandung pemanis alami terlalu tinggi.
b. Zat pemanis buatan atau sintetik.
Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai
sumber energi. Oleh karena itu, orangorang yang memiliki penyakit kencing manis (diabetes
melitus) biasanya mengonsumsi pemanis sintetik sebagai pengganti pemanis alami. Contoh
pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat, magnesium siklamat, kalsium siklamat,
aspartam dan dulsin. Pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan
pemanis alami. Garamgaram siklamat memiliki kemanisan 30 kali lebih tinggi dibandingkan
kemanisan sukrosa. Namun, kemanisan garam natrium dan kalsium dari sakarin memiliki
kemanisan 800 kali dibandingkan dengan kemanisan sukrosa 10%.
Walaupun pemanis buatan memiliki kelebihan dibandingkan pemanis alami, kita perlu
menghindari konsumsi yang berlebihan karena dapat memberikan efek samping bagi kesehatan.
Misalnya, penggunaan sakarin yang berlebihan selain akan menyebabkan rasa makanan terasa
pahit juga merangsang terjadinya tumor pada bagian kandung kemih. Contoh lain, garam-garam
siklamat pada proses metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan senyawa sikloheksamina
yang bersifat karsinogenik (senyawa yang dapat menimbulkan penyakit kanker). Garam siklamat
juga dapat memberikan efek samping berupa gangguan pada sistem pencernaan terutama pada
pembentukan zat dalam sel.
Beberapa pemanis buatan yang sering digunakan adalah:
1. Sakarin
Tingkat kemanisan sakarin adalah 300 kali lebih manis daripada gula. Karena tidak
mempunyai nilai kalori, sakarin sangat populer digunakan sebagai pemanis makanan diet.
2. Siklamat
Tingkat kemanisannya 30 kali lebih manis daripada gula dan tidak memberikan after
taste. Siklamat dilarang penggunaannya karena produk degradasinya yaitu sikloheksil amina
bersifat karsinogenik. Hidrolisis tersebut terjadi akibat kegiatan ezim yang dihasilkan pada
sistem pencernaan monogastrik.
3. Aspartam
Aspartam atau metil ester dari L-aspartil-L-fenilalanin merupakan pemanis yang
mempunyai nilai kalori karena aspartam merupakan suatu dipeptida dengan kadar kemanisan
yang tinggi (200 kali sukrosa). Karena merupakan dipeptida, Asapartam mudah terhidrolisis,
mudah mengalami reaksi kimia yang biasa terjadi pada komponen pangan lainnya dan mungkin
terdegradasi oleh mikroba. Hal tersebut tentunya merupakan limitasi penggunaan aspartam pada
produk-produk pangan berkadar air tinggi. Jika mengalami hidrolisis aspartam akan kehilangan
rasa manisnya. Di dalam makanan aspartam dapat mengalami kondensasi intramolukuler
menghasilkan diketo piperazin.Biasanya digunakan untuk es cream.
4. Asesulfam K.
Asesulfam K adalah senyawa 6-metil-1,2,3-oksatizin-4(3H)-on-2,2-dioksida atau
merupakan asam asetoasetat dan asam sulfamat. Tingkat kemanisan asesulfam adalah 200 kali
lebih manis daripada sukrosa. Pengujian laboratorium telah membuktikan bahwa sesulfam K
tidak berbahaya bagi manusia dan stabilitasnya selama pengolahan sangat baik.
Sedangkan zat pemanis alami dibedakan menjadi:
1. Pemanis nutrifi
Pemanis alami yang menghasilkan kalori. Berasal dari tumbuhan, hewan, dan hasil
pengurain karbohidrat. Pemanis ini bisa mengakibatkan obesitas.
2. Pemanis nonnutriffi
Pemanis alami yang tidak menghasilkan kalori. Berasal dari tumbuhan dan dari
kelompok protein
3. Zat Pengawet
Zat pengawet adalah zatzat yang sengaja ditambahkan pada bahan makanan dan
minuman agar makanan dan minuman tersebut tetap segar, bau dan rasanya tidak berubah, atau
melindungi makanan dari kerusakan akibat membusuk atau terkena bakteri/ jamur. Karena
penambahan zat aditif, berbagai makanan dan minuman masih dapat dikonsumsi sampai jangka
waktu tertentu, mungkin seminggu, sebulan, setahun, atau bahkan beberapa tahun. Dalam
makanan atau minuman yang dikemas dan dijual di toko-toko atau supermarket biasanya
tercantum tanggal kadaluarsanya, tanggal yang menunjukkan sampai kapan makanan atau
minuman tersebut masih dapat dikonsumsi tanpa membahayakan kesehatan.
Seperti halnya zat pewarna dan pemanis, zat pengawet dapat dikelompokkan menjadi zat
pengawet alami dan zat pengawet buatan.
Zat pengawet alami berasal dari alam, contohnya gula (sukrosa) yang dapat dipakai untuk
mengawetkan buah-buahan (manisan) dan garam dapur yang dapat digunakan untuk
mengawetkan ikan.
Zat pengawet sintetik atau buatan merupakan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia.
Contohnya, asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan natrium propionat atau kalsium
propionat dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering. Garam natrium benzoat, asam sitrat,
dan asam tartrat juga biasa dipakai untuk mengawetkan makanan. Selain zat-zat tersebut, ada
juga zat pengawet lain, yaitu natrium nitrat atau sendawa (NaNO3) yang berfungsi untuk
menjaga agar tampilan daging tetap merah. Asam fosfat yang biasa ditambahkan pada beberapa
minuman penyegar juga termasuk zat pengawet.
Selain pengawet yang aman untuk dikonsumsi, juga terdapat pengawet yang tidak boleh
dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Zat pengawet yang dimaksud, di antaranya formalin
yang biasa dipakai untuk mengawetkan benda-benda, seperti mayat atau binatang yang sudah
mati. Pemakaian pengawet formalin untuk mengawetkan makanan, seperti bakso, ikan asin, tahu,
dan makanan jenis lainnya dapat menimbulkan risiko kesehatan. Selain formalin, ada juga
pengawet yang tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Pengawet yang
dimaksud adalah pengawet boraks. Pengawet ini bersifat desinfektan atau efektif dalam
menghambat pertumbuhan mikroba penyebab membusuknya makanan serta dapat memperbaiki
tekstur makanan sehingga lebih kenyal. Boraks hanya boleh dipergunakan untuk industri
nonpangan, seperti dalam pembuatan gelas, industri kertas, pengawet kayu, dan keramik. Jika
boraks termakan dalam kadar tertentu, dapat menimbulkan sejumlah efek samping bagi
kesehatan, di antaranya:
a. gangguan pada sistem saraf, ginjal, hati, dan kulit;
b. gejala pendarahan di lambung dan gangguan stimulasi saraf pusat;
c. terjadinya komplikasi pada otak dan hati; dan
d. menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3–6 gram.
Walaupun tersedia zat pengawet sintetik yang digunakan sebagai zat aditif makanan, di
negara maju banyak orang enggan mengonsumsi makanan yang memakai pengawet sintetik. Hal
ini telah mendorong perkembangan ilmu dan teknologi pengawetan makanan dan minuman
tanpa penambahan zat-zat kimia, misalnya dengan menggunakan sinar ultra violet (UV), ozon,
atau pemanasan pada suhu yang sangat tinggi dalam waktu singkat sehingga makanan dapat
disterilkan tanpa merusak kualitas makanan.
Fungsi pengawet adalah:
• mencegah proses peluruhan yang terjadi sesuai dengan pertambahan waktu
• menjaga kualitas yang memadai
• sebagai penambah daya tarik makanan
Tiga macam zat pengawet:
1. GRAS (General Recognized as Safe) bersifat alami, aman, dan tidak menimbulkan efek racun.
2. ADI (Accpeptable Daily Intake) ditetapkan batas penggunaanya untuk melindungi konsumen
3. Zat yang tidak layak untuk dikonsumsi contoh: boraks, formalin, dan rhodamin – b.
Bahan pengawet buatan yang tidak diperbolehkan adalah formalin dan boraks :
1. Formalin (Formaldehyde solution)
Formalin merupakan suatu larutan yang tidak berwarna, berbau tajam yang mengandung
lebih kurang 37 % formaldehit dalam air, biasanya ditambahkan mineral 10-15 % sebagai
pengawet, Penggunaan formalin seharusnya untuk Pembunuh kuman, sehingga dimanfaatkan
untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian; Pembasmi lalat dan berbagai serangga,
bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak; Dalam dunia
fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas; Bahan untuk pembuatan
produk parfum; Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku; Bahan untuk insulasi
busa; Pencegah korosi untuk sumur minyak dan Bahan perekat untuk produk kayu lapis
(plywood). Namun sungguh mengerikan karena saat ini marak digunakan formalin sebagai
sering digunakan untuk mengawetkan tahu dan mie basah sehingga dapat menyebabkan kanker
paru-paru, gangguan pada jantung, gangguan pada alat pencernaan, gangguan pada ginjal dll.
Bahaya formalin pada kesehatan: Dalam jangka pendek (akut), bila tertelan formalin
maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menekan, mual, muntah dan diare,
dapat terjadi pendarahan, sakit perut hebat, sakit kepala, hipotensi, (tekanan darah rendah),
kejang, tidak sadar hingga koma. Disamping itu formalin juga menyebabkan kerusakan jantung,
hati, otak, limpa, pankreas, sistem saraf pusat dan ginjal. Jangka panjang (kronik),
mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung formalin, efek sampingnya tampak setelah
jangka panjang, karena terjadi akumulasi formalin dalam tubuh. Timbul iritasi pada saluran
pernafasan, muntah, sakit kepala, rasa terbakar pada tenggorokan, dan rasa gatal di dada. Pada
hewan percobaan dapat menyebabkan kanker sedangkan pada manusia diduga bersifat
karsinogen (menyebabkan kanker).
Tanda dan gejala keracunan formalin: Menyebabkan rasa terbakar pada mulut, saluran
pernafasan dn perut, sulit menelan, diare, sakit perut, hipertensi, kejang dan koma. Kerusakan
hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan saraf pusat dan gangguan ginjal. Berdasarkan
temuan patologis, formaldehid merusak jaringan dan menyusutkan selaput lendir, juga merusak
hati, ginjal, jantung dan otak.
Ciri-ciri produk pangan yang mengandung formalin :
2. Boraks
Penggunaan boraks atau pijer atau kie dapat merupakan garam Natrium Na2 B4O7
10H2O yang banyak digunakan dalam berbagai industri nonpangan khususnya industry kertas,
gelas, pengawet kayu, dan keramik. Gelas pyrex yang terkenal dibuat dengan campuran boraks.
Boraks sejak lama telah digunakan masyarakat untuk pembuatan gendar nasi, kerupuk
gendar, atau kerupuk puli yang secara tradisional di Jawa disebut “Karak” atau “Lempeng”.
Disamping itu boraks digunakan untuk industri makanan seperti dalam pembuatan mie basah,
lontong, ketupat, bakso bahkan dalam pembuatan kecap. Bakso yang menggunakan boraks
memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak
daging disukai dan tahan lama sedang kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan
mengembang dan empuk, teksturnya bagus dan renyah.
Boraks yang dikonsumsi cukup tinggi dapat menyebabkan gejala pusing, muntah,
mencret, kejang perut, kerusakan ginjal, hilang nafsu makan, gangguan pada kulit, gangguan
pada otak, gangguan pada hati, lemak, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan
demam, anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan
depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, bahkan kematian.
Dengan gejala sebagai berikut:
a. Tanda dan gejala akut
- Muntah
- diare
- merah dilendir
- konvulsi dan depresi SSP(Susunan Syaraf Pusat)
b. Tanda dan gejala kronis
- Nafsu makan menurun
- Gangguan pencernaan
- Gangguan SSP : bingung dan bodoh
- Anemia, rambut rontok dan kanker
Bahan pengawet yang aman dipakai, namun bahaya jika terlalu berlebih:
a. Kalisum benzoate
Pengawet ini bisa menghambat pertumbuhan bakteri penghasil racun, bakteri spora, dan
bkateri bukan pembusuk, Bahan ini menimbulkan kesan aroma fenol, Bahan pengawet ini
digunakan untuk mengawetkan minuman ringan, minuman anggur, saus sari buah, siro, dan ikan
asin. Dampak negatif dari bahan ini adalah menimbulkan asma bagi penderitannya.
b. Sulfur dioksida (so2)
Digunakan pada sari buah, buah kering, sirop, dan acar. Bahan ini berisiko menyebabkan
perlukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker, dan alergi.
c. Kalium nitrit
Bahan ini berwarna putih dan kuning, yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan
bakteri pada daging dan ikan dalam waktu singkat. Efek samping dari bahan ini adalah kesulitan
bernafas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah–muntah.
d. Kalsium propionat/natrium propionat
Keduannya termasuk golongan asam propionat, yang digunakan untuk mencegah jamur
atau kapang. Bahan ini menyebabkan migren, kelelahan, dan insomnia.
e. Natrium metasulfat
Digunakan pada produk roti dan tepung. Bahan ini menyebakan alergi pada kulit.
f. Asam sorbet
Digunakan pada prduk jeruk, keju, salad buah, dan produk minuman. Bahan ini bisa
menyebabkan perlukaan kulit.
Bahan–bahan pengawet yang berbahaya antara lain:
1. Natamysin, yang digunakan pada produk daging dan keju, yang menyebabakan mual, muntah,
tidak nafsu makan, diare, dan perlukaan kulit.
2. Kalium asetat, digunakan pada makanan yang asam dan bisa menyebabkan rusaknya ginjal.
3. Butil hidroksi anisol (bha), biasanya terdapat pada daging babi dan sosis, minyak sayur,
shortening, keripik kentang, pizza, dan teh instan.
4. Zat Penyedap Cita Rasa
Di Indonesia terdapat begitu banyak ragam rempahrempah yang dipakai untuk
meningkatkan cita rasa makanan, seperti cengkeh, pala, merica, ketumbar, cabai, laos, kunyit,
bawang, dan masih banyak lagi yang lain. Melimpahnya ragam rempah-rempah ini merupakan
salah satu sebab yang mendorong penjajah Belanda dan Portugis tempo dulu ingin menguasai
Indonesia. Jika rempah-rempah dicampur dengan makanan saat diolah, dapat menimbulkan cita
rasa tertentu pada makanan.Selain zat penyedap cita rasa yang berasal dari alam, ada pula yang
berasal dari hasil sintesis bahan kimia. Berikut ini beberapa contoh zat penyedap cita rasa hasil
sintesis:
a. oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk jika dicampur dengan zat
penyedap ini;
b. etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah nanas pada makanan;
c. amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang;
d. amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini maka akan terasa dan beraroma seperti
buah apel.
Selain zat penyedap rasa dan aroma, seperti yang sudah disebutkan di atas, terdapat
pula zat penyedap rasa yang penggunaannya meluas dalam berbagai jenis masakan, yaitu
penyedap rasa monosodium glutamat (MSG). Zat ini tidak berasa, tetapi jika sudah ditambahkan
pada makanan maka akan menghasilkan rasa yang sedap. Penggunaan MSG yang berlebihan
telah menyebabkan “Chinese restaurant syndrome” yaitu suatu gangguan kesehatan di mana
kepala terasa pusing dan berdenyut. Bagi yang menyukai zat penyedap ini tak perlu khawatir
dulu. Kecurigaan ini masih bersifat pro dan kontra. Bagi yang mencoba menghindari untuk
mengonsumsinya, sudah tersedia sejumlah merk makanan yang mencantumkan label “tidak
mengandung MSG” dalam kemasannya.
Seringkali suatu zat aditif, khususnya yang bersifat alami memiliki lebih dari satu fungsi.
Contohnya, gula alami biasa dipakai sebagai zat aditif pada pembuatan daging dendeng. Gula
alami tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pemanis, tetapi juga berfungsi sebagai pengawet.
Contoh lain adalah daun pandan yang dapat berfungsi sebagai pemberi warna pada makanan
sekaligus memberikan rasa dan aroma khas pada makanan.
Kromatografi adalah proses pemisahan yang digunakan untuk memisahkan campuran
molekuler berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi komponen dan distribusi molekul-molekul
dalam dua fasa diam (adsorben) dan fasa bergerak (eluen). Dengan perkataan lain prinsip dasar
dalam analisa kromatografi adalah berdasarkan pada prinsip distribusi fasa yakni suatu
perpindahan komponen-komponen zat yang dianalisa dari suatu fasa yang bergerak (eluen)
menuju ke fasa lain yang diam (adsorben) yang dilaluinya. Eluen adalah pelarut yang dipakai
dalam proses migrasi/pergerakan dalam membawa komponen-komponen zat sampel atau fasa
yang bergerak melalui fasa diam dan membawa komponen-komponen senyawa yang akan
dipisahkan. Sedangkan adsorben adalah fasa diam yang mengikuti/menyerap zat yang dianalisa,
contohnya kertas, kanji, selulosa, silika gel, dll. Distribusi fasa atau perpindahan molekul suatu
komponen dari fasa yang bergerak menuju ke fasa diam yang dilaluinya merupakan suatu proses
kesetimbangan. Apabila tetapan kesetimbangan dari molekul komponen-komponen dari zat yang
akan dianalisa terhadap ke dua fasa yang bergerak dan fasa diam yang dilaluinya berbeda, maka
akan terjadi pemisahan komponen-komponen tersebut. Bila suatu komponen mempunyai daya
ikat pada fasa diam yang dilaluinya lebih besar, maka komponen tersebut akan lebih dahulu
terikat/diadsorbsi oleh fasa padat daripada komponen yang lainnya. Sebagai hasil analisa
kromatografi, daerah pemisahan komponen pada fasa diam akan berupa pita lurus.
Distribusi molekul dapat berupa distribusi fasa adsorbsi dan distribusi fasa partisi.
Distribusi fasa adsorbsi yaitu distribusi fasa yang terjadi karena adanya perbedaan daya adsorbsi
komponen-komponen pada fasa padat. Sedangkan distribusi fasa partisi yaitu distribusi fasa yang
terjadi karena perbedaan kelarutan komponen-komponen dalam pelarut-pelarut yang tidak saling
melarutkan.
Kromatografi dapat digunakan untuk sbb :
1. Menentukan konsentrasi suatu zat sampel.
2. Menentukan kemurnian zat sampel.
3. Memisahkan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu zat.
4. Menentukan komponen-komponen yang terdapat dalam suatu zat sampel dengan menghitung
harga Rf (Ratio formation) tiap komponen.
V. PROSEDUR KERJA
1. Potong kertas saring dengan ukuran (3 cm x 9 cm) persegi panjang
2. Tarik garis sebesar 1 cm dari ujung kertas secara horizontal menggunakan pensil.
3. Haluskan bahan-bahan yang belum halus,dan encerkan sedikit dengan air
4. Buat satu titik yang tepat berada di tengah garis yang telah dibuat,untuk tanda tempat uji
bahan-bahan yang di teliti di bubuhkan.
5. Sebanyak 40 ml pelarut yaitu air dituang ke dalam mangkok sedang
6. Bubuhkan bahan-bahan yang akan di uji pada garis yang berada pada bagian bawah kertas
kromatografi/ kertas saring. Usahakan untuk membuat titik kecil dan jelas pada kertas, jaga
agar titik yang dibuat untuk setiap percobaan tetap sama
7. Akibat dari efek kapiler kertas pada pelarut, maka larutan warna akan bergerak menuju ke
bagian atas kertas, dan seiring dengan bergeraknya larutan, maka zat warna yang ada akan
terpisah berdasarkan perbedaan densitasnya.
Dalam percobaan ini digunakan metode ascending, dimana pelarut maupun komponen
akan teradsopsi dan bergerak ke atas dengan gaya kapiler pada kertas kromatografi, berlawanan
dengan gaya gravitasi hingga ¾ bagian dari panjang kertas kromatografi tersebut. Dari hasil
percobaan didapatkan pada Tinta larutan warna bergerak menuju ke bagian atas kertas, dan
seiring dengan bergeraknya larutan, zat warna yang ada terpisah menunjukkan bahan tersebut
tergolong berbahaya . Pada Kecap larutan menyebar karena densitasnya membuat larutan
menyebar pada media kertas, Sedangkan pada snack Jaipong,Saos Sachet, Snack Richees rasa
Jagung,Snack Richees rasa Coklat,Snack nabati keju,dan saos tomat ABC tidak mengalami
perubahan maka tidak tergolong berbahaya dan menunjukan itu sehat untuk di konsumsi.
VIII.KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
Kromatografi kertas merupakan kromatografi dengan menggunakan kertas penyaring
sebagai penunjang fase diam dan fase bergerak, berupa cairan yang terserap di antara struktur
pori kertas.
Akibat dari efek kapiler kertas pada pelarut, maka larutan warna akan bergerak menuju
ke bagian atas kertas, dan seiring dengan bergeraknya larutan, maka zat warna yang ada akan
terpisah berdasarkan perbedaan densitasnya. Larutan warna yang bergerak keatas dan bergerak
cepat menandakan mengandung zat pewarna yang tidak baik bagi tubuh.
Daftar Pustaka
Basset, J, et al. 1994. Buku Ajar Vogel; Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.
Day & Underwood. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Svehla, G. 1979. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Jilid
1 Edisi Kelima. PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta.
Diposkan oleh saNah_yaYang di 00.08
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Reaksi:
1. Percobaan :Indera Penciuman
Nama Percobaan : Pembauan
Nama Subjek Percobaan: Risnawati
Tempat Percobaan :Laboratorium Psikologi Faal
a) Tujuan Percobaan :Untuk membuktikan bahwa zat yang dibaui adalah
zat yangberupa gas, serta membedakan beberapa wewangian mulai dari bau yang tidak enak
sampai yang enak.
1.2 Asisten telah menyiapkan 5 tabung yang terdapat wewangian, praktikan disuruh untuk mencium
dan menebak nama dari wewangian tersebut.
Hasil Sebenarnya
a. Hio, Dupa, dan Obat nyamuk bakar ketika dibakar akan mengeluarkan bau yang lebih kuat.
b. KarenaConcha Nasal Superiorhanya menerima rangsang benda-benda yang dapat menguap dan
berwujud gas.
Hasil Sebenarnya
a. Biasanya dalam hal kemampuan mengingat bau perempuan lebih baik.
b. Proporsinya dari 5 macam wewangian, wanita : 5, laki-laki : 3.
c. Hal ini disebabkan karena pada perempuan ruang dalam menerima gas ( Concha Nasal Superior).
d. Semakin tajam wanginya, semakin mudah dikenal.
e. Semakin lambat wanginya, semakin sulit dikenal.
Indra pengecapan lidah dilayani oleh saraf cranial kelima ( trigeminalis) , ketujuh ( facialis
) , dan kesembilan (giossopharyngeus ) . Sementara gerakkan – gerakkannya dipersyarafi oleh
sataf cranial keduabelas
( hypoglossus)
Sebagai reseptor pengecapannya adalah berupa putik kecap dimana setiap putik kecap
terdiri dari sel penyangga dan sel rambut . Sel – sel indra ini berkelompok membentuk kulit
gustatoril . Sel – sel ini memanjang dan meruncing pada kedua ujungnya . Ujung yang lain
sebagai bulu yang pendek dan ujung lainyya terdapat cabang dendrite dan neuron yang lain ,
yaitu suatu neuron dipolar .
Keterangan :1. Manis
2.Asin
3. Asem
4. Pedas Manis
5. Pedas Asin
6. pedas Asem
7. pedas pahit
8. pahit
c) Alat yang Digunakan :Cotton Bud, 5-6 larutan rasa (manis, asin,
pahit, danpedas), sapu tangan (handuk kecil).
d) Jalannya Percobaan : Praktikan diminta untuk maju kedepan, ke
tempat yangtelahdisediakannya larutan, kemudian praktikan disuruh untuk merasakan satu
persatu rasa larutan tersebut menggunakan Cotton Bud kemudian menulis rasa larutan tersebut
dicatatan praktikan.
Hasil Sebenarnya
Larutan : 1. Manis
2.Asin
3. Asem
4. Pedas Manis
5. Pedas Asin
6. pedas Asem
7. pedas pahit
8. pahit
BAB I
PENDAHULUAN
Kecepatan Efektif Membaca adalah perpaduan antara kecepatan mata (kemampuanvisual) dengan
kecepatan pemahaman (kemampuan kogniti) dalam meresposnsuatu
bacaan.Kecepatan Efektif Membaca sangat dibutuhkan dalam praktek lapangan.
Makasiswa, dosen, manajer perusahaan dan ilmuwan lainnya harus mampu menyerap
isisebuah bacaan secara cepat dan efektif. Kecepatan ini harus dilatih sejak dini agar kita
tidak terbiasa berprilaku membaca secara salah, misalnya : membaca denganmulut
berkomat-kamit, membaca dengan suara berdengung seperti bebek ataumendesis
seperti ular, membaca dengan bantuan tangan, penggaris atau alat tulislainnya, dan sebagainya.
Dalam membaca, pelihatan periferal yang lebih luas berarti adalah kemampuan untuk
menerima informasi lebih banyak dalam satu waktu. Kita membaca lebih cepat jika kita
memahami satu frasa dalam sekali pandang. Oleh karena itu pelihatan periferal harus
dilatih dan ditingkatkan agar lebih luas dan tajam (De Porter 2000 : 270-274).
Berdasarkan hal tersebut di atas, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah
"Apakah teknik Tri Fokus Steve Snyder dapat meningkatkan kecepatan efektif membaca
(KEM) siswa 3D SLTP 3 Patebon pada semester I tahun pelajaran 2002/2003. Adapun
tujuan penelitian makalah ini adalah agar siswa memiliki kecepatan efektif membaca yang
memadai dan menumbuhkan kemampuan membaca pemahaman (kritis) untuk menangkap
informasi.
Ada dua faktor utama penyebab rendahnya KEM siswa. Pertama, faktor siswa yang terdiri
atas:
(1) faktor internal antara lain rendahnya minat dan motivasi membaca, penguasaan
(2) factor eksternal antara lain: keadaan sosial ekonomi siswa, lingkungan yang kurang
kondusif untuk peningkatan kemahiran membaca. Kedua, factor guru antara lain: kemampuan
guru dalam memotivasi siswa, dan kemampuan guru mengelola kelas untuk pembelajaran
BAB II
LANDASAN TEORI
dan tugas membaca merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan karena kegiatan
ini akan menentukan kualitas dan keberhasilan seorang siswa sebagai peserta didik dalam
studinya. Seorang guru di sekolah hendaknya dapat memberi motivasi siswa dalam dua segi, yakni
kemampuan membaca. Hal ini seorang guru bahasa Indonesia perlu memilih suatu metode yang
tepat untuk mencapai tujuan seperti yang tercantum dalam kurikulum SMA.
Agar dapat tercapai tujuan pembelajaran tersebut guru harus dapat menentukan metode
yang dianggap lebih mudah pelaksanaannya dari metode atau alat lain misalnya dengan
hanya seorang pembaca cepatlah seorang pembaca yang efektif dan efisien. Dengan
demikian seorang pelajar yang membaca dengan lambat tidak dapat menyelesaikan
Keuntungan Akademik
Keuntungan Pribadi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil artikel Kecepatan Efektif Membaca tentang ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Kemampuan kecepatan membaca siswa rendah karena teknik pembelajaran membaca yang selama
ini tidak di arahkan untuk melatih keterampilan membaca, dan model pembelajarannya selalu
mengacu pada buku yang ada, sehingga para siswa beranggapan pengajaran membaca tujuannya
semata-mata menjawab pertanyaan, mencari kata/istilah yang sulit dan lain-lain. Hal ini dihadapi
siswa dengan proses yang amat lamban.
b. Faktor internal dan faktor eksternal yang merupakan penyebab rendahnya KEM siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud, 1999. Penelitian Tindakan. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah, Direktorat Menengah Umum.
Kasmidjan, Drs. 1996. Teori Membaca. Surabaya : Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni.
Poerwodarminto, WJS., 1994, Bahasa Indonesia untuk Karang Mengarang. Yogya : UP.
Indonesia
Soedarso, 2000, Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.
Subyakto, Sri Utari, Dr.1988, Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta : Depdikbud Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan
Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999. Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Jakarta: Depdikbud
Direktorat Pendidikan Tinggi, Pengembangan Guru Sekolah Menengah
16 November 2011
PEDOMAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1 (ALAT UKUR MEKANIK)
I. Tujuan
Mengetahui cara penggunaan alat-alat ukur : jangka sorong, mikrometer sekrup, penggaris, dan
stopwatch.
Pengukuran adalah kegiatan membandingkan sesuatu yang diukur menggunakan alat ukur dengan
suatu satuan. Pengukuran besaran relatif terhadap suatu standar atau satuan tertentu. Dikatakan relatif
di sini, maksudnya adalah setiap alat ukur memiliki tingkat ketelitian yang berbeda-beda, sehingga hasil
pengukuran yang diperoleh berbeda pula. Ketelitian dapat didefinisikan sebagai ukuran ketepatan yang
dapat dihasilkan dalam suatu pengukuran, dan ini sangat berkaitan dengan skala terkecil dari alat ukur
yang dipergunakan untuk melakukan pengukuran. Sebagai contoh, pengukuran besaran panjang dengan
menggunakan penggaris (mistar), jangka sorong dan mikrometer sekrup. Ketiga alat ukur ini memiliki
tingkat ketelitian yang berbeda-beda (Zemansky).
Menurut Resnic (2003), alat ukur adalah seperangkat alat yang dipergunakan untuk menentukan
nilai atau besaran dari suatu kuantitas atau variabel fisis. Umumnya, alat ukur dasar terdiri dari dua jenis
yaitu alat ukur analog dan alat ukur digital. Alat ukur yang sering kita jumpai dan digunakan dalam
kehidupan sehari-hari adalah penggaris berskala milimeter (mm). Penggaris ini memiliki skala terkecil 1
mm, sehingga ketelitian yang didapatkan dari alat ukur ini adalah 1 mm.
Selain penggaris ada banyak sekali alat ukur ilmiah. Salah satunya adalah jangka sorong. Alat ukur
ini merupakan alat ukur panjang yang memiliki bagian utama yaitu rahang tetap dan rahang geser. Alat
ukur ini memiliki tingkat ketelitian yang cukup tinggi, yaitu berkisar antara 0,01 mm sampai 0,05 mm.
Skala panjang yang tertera pada rahang sorong disebut nonius atau vernier. Jangka sorong yang akan
digunakan memiliki skala nonius yang panjangnya 10 cm dan terbagi atas 20 bagian, sehingga beda satu
skala nonius dengan skala utama adalah 0,05 mm (Sutrisno, 2001).
Untuk mengukur diameter luar sebuah benda ( misalnya kelereng ) dapat dilakukan dengan
langkah sebagai berikut :
Geserlah rahang geser jangka sorong kekanan sehingga benda yang diukur dapat masuk diantara kudua
rahang ( antara rahang geser dan rahang rangka tetap )
3. Mengukur Kedalaman
Untuk mengukur kedalaman sebuah benda/tabung dapat dilakukan dengan langkah sebagai
berikut :
Letakkan tabung yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak
Putar jangka (posisi tegak) kemudian letakkan ujung jangka sorong ke permukaan tabung yang
akan diukur dalamnya
Geserlah rahang kebawah sehingga ujung batang pada jangka sorong menyentuh dasar tabung
Jangka Sorong
Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan untuk mengukur
panjang suatu benda berbeda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. keuntungan penggunaan jangka
sorong adalah dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam
sebuah tabung atau cincin, maupun kedalam sebuah tabung.
Secara umum, jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan rahang geser.
Jangka sorong juga terdiri atas 2 yaitu skala utama dan skala nonius (vernier) yang terdapat pada
rahang geser.
Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm, dengan kata lain jaraak 2 skala utama yang
paling berdekatan adalah 0,1 cm. sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9 cm,
dengan kata lain 2 skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi berbeda suatu skala
utama dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. Sehingga skala
terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm atai 0,01 cm. Ketelitian dari jangka sorong adalah
setengah dari skala terkecil. Jadi ketelitian jangka sorong adalah
Dx = x 0,01 cm = 0,005 cm
Dengan ketelitian 0,005 cm, maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur
diameter subuah kelereng atau cincin dengan lebih teliti (akurat). Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya bahwa jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter luar sebuah
kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin maupun untuk mengukur kedalaman sebuah
tabung. Langkah – langkah menggunakan jangka sorong untuk keperluan tersebut.
Mikrometer sekrup juga merupakan alat ukur panjang, biasanya alat ini digunakan untuk
mengukur ketebalan suatu benda yang memerlukan ketelitian tinggi. Sebuah mikrometer sekrup,
ditunjukkan pada gambar 2, memiliki dua macam skala, yaitu skala tetap dan skala putar. Skala
luar yang berada di selubung luar terbagi atas 50 bagian (garis). Ketika selubung luar ini diputar
lengkap 1 kali putaran, maka rahang geser dan selubung luar akan bergerak maju atau mundur
sejauh 0,5 mm. 1 bagian pada skala putar bernilai 0,01 mm, angka ini diperoleh dari: (0,5/50) x 1
mm = 0,01 mm. Angka ini merupakan tingkat ketelitian dari mikrometer sekrup.
Cara memperoleh hasil pengukuran dengan mikrometer sekrup adalah sebagai berikut:
1. Perhatikan garis pada skala utama yang berdekatan dengan tepi selubung luar. Pada
gambar 3, garis skala utama adalah 3,5 mm.
2. Perhatikan garis mendatar pada selubung luar yang tepat berhimpitan dengan garis mendatar
pada skala utama. Pada gambar 3, garis skala nonius adalah 46x 0,01 mm =
0,46 mm.
3. Hasil pengukurannya adalah penambahan dari kedua nilai tersebut. Sehingga hasil
pembacaan untuk mikrometer sekrup pada gambar 3 adalah (3,5 + 0,46) mm = 3,96 mm.
I. Pengambilan Data
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat:
1 buah jangka sorong
1 buah mikrometer sekrup
1 buah gelas kaca
obaan : Untuk membuktikan bahwa zar yang dibaui adalah zat yang berupa gas, serta membedakan wewangian
mulai dari bau yang tidak enak sampai yang enak.
: Sensasi wangi/ bau terjadi karena adanya interaksi zat dengan reseptor indera penciuman yang
diteruskan ke otak berupa sinyal listrik. Reseptor ini merupakan sel saraf yang berupa benang halus.
Pada satu ujung sel saraf berinteraksi dengan zat berbau, sedangkan ujung yang lainnya berkumpul
dalam suatu tulang menuju bagian otak yang bertugas menerjemahkan sensasi dari indra penciuman.
Serangkaian proses terjadi dalam benang halus, dimulai dari interaksi molekul dengan reseptor
sampai dihasilkannya sinyal listrik. Interaksi molekul dengan sel saraf reseptor akan menyebabkan
reseptor teraktifkan. Suatu protein yang berpasangan dengan reseptor (protein G) akan teraktifkan juga.
Protein G yang teraktifkan akan menstimulasi pembentukan cAMP, melalui pembentukan enzim
adnylate cyclase III. cAMP merupakan suatu molekul pembawa pesan yang dapat mengatifkan suatu
mekanisme transfer ion, sehingga akhirnya dapat dikirim informasi mengenai “wangi/bau” molekul ke
otak berupa sinyal listrik.
Setiap satu sensasi wangi terdiri dari beberapa campuran zat “berbau” yang akan menstimulasi
reseptor. Kemudian dalam otak terdapat suatu system pemetaan yang menerjemahkan sensai wangi
ini. Itulah sebabnya meskipun hanya ditemukan 1000 sel saraf penciuman, tapi kita dapat mengenal
10000 jenis wewangian. Indra penciuman akan cepat beradatasi. Sering kita merasa tidak lagi mencium
wangi parfum yang telah kita semprotkan, padahal orang lain yang baru bertemu dengan kita masih bisa
menciumnya. Terjadinya fenomena ini dapat dijelaskan dengan mekanisme berikut. Saat transfer ion
untuk pengiriman sinyal ke otak,
Memungkinkan masuknya ion Ca2+, ion Ca2+ akan mengikat protein calmodulin (CaM).
Kompleks Ca2+/Ca Mini dapat mengaktifkan enzim PDE yang selanjutnya dapat merusak molekul cAMP
(molekul pembawa pesan yang dapat mengaktifkan transfer ion dan bertanggung jawab dalam
pengiriman sinyal ke otak), akibatnya pengeriman sinyal ke otak yang membawa informasi sensasi wangi
terhenti.
Saraf cranial (olfactory) manusia dapat membedakan berbagai macam bau karena memiliki
banyak reseptor pembau, namun kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip-prinsip komposisi
(komponen principle). Organ pembau hanya memiliki 7 reseptor namun dapat membaui lebih dari 600
aroma.
Sistem olfaction dapat menerima stimulus benda-benda kimia sehingga reseptornya disebut
chemoreseptor.
Sistem olfaction terdapat di hidung bagian atas (concha nasal superior) yang peka terhadap penciuman
dan lebih dekat ke saraf olfactorius.
Fisik : Lebih sensitif terhadap bau, hidung mancung lebih peka atau lebih sensitif
Variasi fisiologis : pada wanita PMS dan ibu hamil muda, penciumannya lebih peka
Spesies : anjing (karena kemampuan survivle tergantung pada pembauan jadi lebih peka pembauannya)
- Catat hasilnya
2. Lemon / sirsak
3. Melati / melati
4. Melon / melon
5. Stroberi / apel
Biasanya dalam hal mengingat bau, wanita lebih baik dan dapat mengingat kurang lebih 5 macam
wewangian sedangkan laki – laki hanya dapat mengingat 3 macam bau ata wewangian. Hal itu
disebabkan karena pada wanita, ruang dalam menerima gas lebih luas (Concha Nasal Superior). Dan
semakin tajam wanginya maka semakin mudah dikenal, semakin lembu wanginya maka semakin sulit
dikenali.
:. Sensasi wangi/ bau terjadi karena adanya interaksi zat dengan reseptor indera penciuman yang diteruskan
ke otak berupa sinyal listrik. Reseptor ini merupakan sel saraf yang berupa benang halus. Pada satu
ujung sel saraf berinteraksi dengan zat berbau, sedangkan ujung yang lainnya berkumpul dalam suatu
tulang menuju bagian otak yang bertugas menerjemahkan sensasi dari indra penciuman.
Saraf cranial (olfactory) manusia dapat membedakan berbagai macam bau karena memiliki banyak
reseptor pembau, namun kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip-prinsip komposisi (komponen
principle). Organ pembau hanya memiliki 7 reseptor namun dapat membaui lebih dari 600 aroma.
Total Pageviews
26,625
INDERA KHUSUS
A. Pelaksanaan Praktikum :
B. Tujuan :
2. Menentukan jarak bintik buta dari mata, daerah bintik buta pada kertas dan titik
pandangan dekat.
C. Dasar Teori
Sistem indera adalah bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk proses informasi
indera. Di dalam sistem indera, terdapat reseptor indera, jalur saraf, dan bagian dari otak ikut
serta dalam tanggapan indera. Umumnya, sistem indera yang dikenal adalah penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecapan dan peraba.
Organ-organ indera merupakan satu-satunya saluran komunikasi antara dunia luar dengan
system sarat pusat. Proses penginderaan dimulai pada organ-organ indera atau lebih tepatnya
pada sel-sel reseptor didalam organ indera tersebut. Suatu reseptor mungkin merupakan bagian
dari sel saraf aferen, misalnya ujung-ujung sel saraf dibawah kulit atau mungkin sel-sel khusus
yang berhubungan baik dengan ujung peripheral sel-sel saraf aferen, misalnya sel-sel pengecap
lidah.
Indera dibagi menjadi indera umum dan indera khusus. Termasuk kedalam indera umum
adalah rasa sakit, sentuhan ringan (rabaan), tekanan, sensasi suhu, dan propriosepsi (sensasi
posisi tubuh). Indera khusus didukung oleh reseptor yang lebih maju, meliputi pengecap,
pembau, pengelihatan, pendengaran dan keseimbangan.
1. Indera Pengecap.
Pada mamalia dan vertebrata yang lain, pada lidahnya terdapat reseptor untuk rasa.
Reseptor ini peka terhadap stimulus dari zat-zat kimia, sehingga disebut kemoreseptor. Reseptor
tersebut adalah kuncup-kuncup pengecap. Kuncup tersebut berbentuk seperti bawang kecil atau
piala dan terletak dipermukaan epitelium pada permukaan atas lidah. Kadang juga dijumpai pada
langit-langit rongga mulut, faring dan laring, walaupun sedikit sekali.
Kuncup-kuncup pengecap ini ada yang tersebar dan ada pula yang berkeompok dalam
tonjolan-tonjolan epitel yang disebut papila. Terdapat empat macam papila lidah:
4. Papila Filiformis, terdapat pada bagian posterior. Pada foliate tidak terdapat
kuncup-kuncup pengecap.
Setiap kuncup pengecap terdiri dari dua macam sel, yaitu sel pengecap dan sel penunjang,
pada sel pengecap terdapat silia (rambut gustatori) yang memanjang ke lubang pengecap. Zat-zat
kimia dari makanan yang kita makan, mencapai kuncup pengecap melalui lubang-lubang
pengecap (taste pores).
Kuncup-kuncup pengecap dapat merespon empat rasa dasar, yaitu manis, masam, asin
dan pahit. Pada lidah reseptor-reseptor yang sensitif terhadap rasa manis terdapat pada ujung
lidah, sedangkan untuk rasa masam terdapat pada bagian kanan dan kiri lidah. Pangkal lidah
sensitif untuk rasa pahit dan bagian samping depan sensitif terhadap rasa asin.
2. Indera Pembau
Indra pembau berfungsi untuk menerima bau suatu zat terlarut dalam udara atau air.
Reseptor pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian yang disebut epitelium
olfaktori. Epitelium olfaktori terdiri dari sel-sel reseptor dan sel-sel penyokong. Sel resptor
olfaktori berbentuk silindris dan mempunyai filamen-filamen seperti rambut pada permukaan
bebasnya. Akson sel olfaktorius berjalan menuju bulbus olfaktorius pada sistem saraf pusat. Sel-
sel olfaktorius didampingi oleh sel-sel penunjang yang berupa sebaris sel-sel epitel silindris
berlapis banyak semu.
Dalam lamina propria tunika mukosa penciuman, selain terdapat banyak pembuluh darah
dan saraf, ditemukan juga kelenjar-kelenjar jenis tubulo alveolar dengan sel-sel seromukosa yang
dengan PAS-positif. Saluran ekskresi kelenjar ini bermuara ke epitel permukaan dan aliran
ekskresinya terus-menerus membersihkan bagian apikal sel-sel penciuman. Dalam hal ini
senyawa-senyawa yang merangsang rasa penciuman secara tetap disingkirkan, jadi
mempertahankan reseptor-reseptor selalu dalam keadaan siap menerima stimulus yang baru.
Pembau dan pengecap saling bekerja sama, sebab rangsangan bau dari makanan dalam
rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima oleh reseptor olfaktori. Keadaan ini
akan terganggu ketika kita sakit pilek, di mana hubungan antara rongga hidung dan rongga mulut
terganggu, sehingga uap makann dari makanan di mulut tidak dapat mencapai rongga hidung dan
makanan seakan-akan kehilangan rasanya
3. Indera Pengelihatan
2. Saraf optik, yaitu saluran saraf yang menghubungkan mata dengan otak (the
visual pathway).
Disamping itu terdapat organ-organ aseseori yang penting untuk melindungi dan
mempertahankan fungsi mata, yaitu kelopak mata, bulu mata, alis dan kelenjar air mata.
a. The Eye
Mata merupakan bagian indera yang fungsinya hanya terbatas pada menerima dan
menyiapkan rangsang agar dapat diteruskan ke pusat-pusat penglihatan yang terletak di dalam
otak. Mata merupakan organ penglihat (apparatus visual) yang bersifat peka cahaya (foto
sensitif).
Bagian bola mata manusia yang bertdedah ke permukaan anterior hanya 1/6 (seper-enam)
bagian saja. Sedangkan sisanya terlindung dalam orbita mata. Secara anatomi, bola mata dapat
dibedakan menjadi tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu:
Sklera merupakan selaput jaringan ikat yang kuat, berfungsi untuk bagian-bagian dalam
bola mata dan untuk mempertahankan kekakuan bola mata.
Kornea
Kornea merupakan selaput bening yang melapisi bagian anterior bola mata. Kornea juga
merupakan jalan masuk cahaya pada mata dengan menempatkannya pada retina. Lapisan luar
kornea ditutup oleh lapisan epitel yang berkesinambungan dengan epidermis yang disebut
konjungtiva.
Koroid
Merupakan menbran tipis yang mengandung pigmen dan melapisi permukaan sebelah
dalam sklera. Koroid mengandung banyak pembuluh darah yang menyalurkan nutrisi ke retina.
Iris
Iris merupakan diafragma yang terletak diantara kornea dan mata. Pada iris terdapat dua
perangkat otot polos yang tersusun sirkuler dan radial. Iris berfungsi untuk mengatur jumlah
cahaya yang memasuki mata, dengan jalan membesarkan atau mengecilkan pupil, yaitu lubang
yang terletak di tengah-tengah iris. Ketika mata berakomodasi untuk melihat benda yang dekat
atau cahaya yang terang otot sirkuler berkontraksi sehingga pupil mengecil, begitu pula
sebaliknya. Iris juga mempengaruhi warna mata seseorang, yaitu terkait dengan jumlah dan sifat
pigmen yang terkandung di dalamnya.
Lensa
Lensa mata berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk dan memfokuskan cahaya
pada retina. Lensa berada tepat di belakang iris dan tergantung pada ligamen suspensori. Bentuk
lensa dapat berubah-ubah, diatur oleh otot siliaris. Ruang yang terletak diantara lensa mata dan
retina disebut ruang viterus, berisi cairan yang lebih kental (humor viterus), yang bersama
dengan humor akueus berperan dalam memelihara bentuk bola mata.
Retina
Retina adalah bagian mata vertebrata yang peka terhadap cahaya, merupakan lapisan
terdalam dari bola mata. Bagian ini berfungsi untuk menerima cahaya, mengubahnya menjadi
impuls saraf dan menghantarkan impuls ke saraf optik (II). Retina tersusun atas lapisan jaringan
saraf (sebelah dalam merupakan bagian visual) dan lapisan berpigmen (sebelah luar merupakan
bagian non visual).
Lapisan jaringan saraf pada retina mengandung tiga daerah neuron yaitu:
Neuron Fotoreseptor
Neuron Bipolar
Neuron Ganglion
Sel kerucut terpusat pada fovea sentral, suatau lekukan kecil pada makula lutea. Makula
lutea (bintik kuning) terdapat pada bagian posterior retina, bersesuaian dengan sumbu visual
mata. Bayangan hanya dapat direspon oleh mata, jika jatuh pada binti kuning. Cahaya yang
diterima oleh neuron-neuron fotoreseptor diubah menjadi impuls syaraf, kemudian dihantarkan
ke neuron bipolar dan diteruskan ke neuron ganglion.
4. Indera Peraba
Indra peraba merupakan indera yang sederhana, umumnya tersebar pada kulit mamalia
dan sedikit sekali pada vertebrata rendah. Kepekaan peraba pada manusia sangat besar, terutama
di ujung jari dan bibir.
Klasifikasi reseptor antara lain berdasarkan tipe energi khusus atau kepekaan terhadap
modalitas tertentu yaitu : termoreseptor (peka terhadap perubahan suhu), mekanoreseptor (peka
terhadap sentuhan dan tekanan), kemoreseptor (peka terhadap perubahan kimiawi), osmoreseptor
(peka terhadap perubahan tekanan osmotik).
Berdasarkan morfologi dibedakan atas : badan terakhir yang bebas/ terbuka (tanpa
kapsul) yang tak berhubungan dengan tipe sel lainnya, badan akhir yang berkapsul (korpuskular)
yang mengandung unsur bukan saraf di samping saraf badan akhir saraf.
Beberapa saraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus. Pada epidermis berhubungan
dengan sel folikel rambut dan mukosa oral, akhir saraf membentuk badan akhir seperti
lempengan (diskus atau korpuskel merkel). Badan ini merupakan sel yang berwarna gelap
dengan banyak juluran sitoplasma. Seperti mekanoreseptor badan ini mendeteksi pergerakan
antara keratinosit dan kemungkinan juga gerakan epidermis sehubungan dengan jaringan ikat di
bawahnya. Telah dibuktikan bahwa beberapa diskus merkel merespon rangsangan getaran dan
juga resepor terhadap dingin.
Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila dermis, khususnya pada ujung jari,
bibir, puting dan genetalia. Bentuknya silindris, sumbu panjangnya tagak lurus permukaan kulit
dan berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya sekitar 40 mikron. Sebuah kapsul jaringan ikat
tipis menyatu dengan perinerium saraf yang menyuplai setiap korpuskel. Pada bagian tengah
korpuskel terdapat setumpuk sel gepeng yang tersusun transversal. Beberapa sel saraf menyuplai
setiap korpuskel dan serat saraf ini mempunyai banyak cabang mulai dari yang mengandung
mielin maupun yang tak mangandung mielin. Korpuskulus ini peka terhadap sentuhan dan
memungkinkan diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu membedakan rangsang dua titik yang
letaknya berdekatan).
Setiap korpuskulus disuplai oleh sebuah serat bermielin yang besar dan juga telah
kehilangan sarung sel schwannya pada tepi korpuskulus. Akson saraf banyak mengandung
mitokondria. Akson ini dikelilingi oleh 60 lamela yang tersusun rapat (terdiri dari sel gepeng).
Sel gepeng ini tersusun bilateral dengan dua alur longitudinal pada sisinya. Korpuskulus ini
berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan yang dalam.
E. Korpuskulus Ruffini
Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan kapsula sendi.
Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat tipis yang mengandung ujung akhir saraf yang
menggelembung. Korpuskulus ini merupakan mekanoreseptor, karena mirip dengan organ tendo
golgi. Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli intrafusal) yang terbungkus
dalam kapsula berlamela. Akhir saraf tak bermielin yang bebas, bercabang disekitar berkas
tendonya. Korpuskulus ini terangsang oleh regangan atau kontraksi otot yang bersangkutan juga
untuk menerima rangsangan panas.
A. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna, aurikula), saluran telinga luar (meatus
akustikus eksternus) dan selaput gendang (membrane tympani), bagian telinga ini berfungsi
untuk menerima dan menyalurkan getaran suara atau gelombang bunyi sehingga menyebabkan
bergetarnya membran tympani. Meatus akustikus eksternus terbentang dari telinga luar sampai
membrane tympani. Meatus akustikus eksternus tampak sebagai saluran yang sedikit sempit
dengan dinding yang kaku. Satu per tiga luas meatus disokong oleh tulang rawan elastis dan
sisanya dibentuk oleh tulang rawan temporal. Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah
rambut, kelenjar Sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah mengalami modifikasi
menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang berkelok-kelok yang
mennnghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-coklatan yang dinamakan serumen
( minyak telinga ). Serumen berfungsi menangkap debu dan mencegah infeksi.
Pada ujung dalam meatus akustikus eksternus terbentang membrane tympani. Dia diliputi
oleh lapisan luar epidermis yang tipis dan pada permukaan dalamnya diliputi oleh epitel selapis
kubus. Antara dua epitel yang melapisi terdapat jaringan ikat kuat yang terdiri atas serabut-
serabut kolagen dan elastin serta fibroblast. Pada kuadran depan atas membran atas tympani
tidak mengandung serabut dan lemas, membentuk membran shrapnell.
Telinga tengah merupakan suatu rongga kecil dalam tulang pelipis (tulang temporalis)
yang berisi tiga tulang pendengaran (osikula), yaitu maleus (tulang martil), inkus (tulang
landasan), dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiganya saling berhubungan melalui persendian .
Tangkai maleus melekat pada permukaan dalam membran tympani, sedangkan bagian kepalanya
berhubungan dengan inkus. Selanjutnya, inkus bersendian dengan stapes. Stapes berhubungan
dengan membran pemisah antara telinga tengah dan telinga dalam, yang disebut fenestra ovalis
(tingkap jorong/ fenestra vestibule). Di bawah fenesta ovalis terdapat tingkap bundar atau fenesta
kokhlea, yang tertutup oleh membran yang disebut membran tympani sekunder.
Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada lamina propria yang
tipis yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat dua otot
kecil yang melekat pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara . maleus,
inkus, dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng.
Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran eustachius (tuba
auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan antara kedua sisi membrane
tympani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut menganga atau ketika menelan makanan.
Ketika terjadi suara yang sangat keras, membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk
mencegah pecahnya membran tympani. Karena ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka
dan udara akan masuk melalui tuba auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan
yang sama antara permukaan dalam dan permukaan luar membran tympani.
Telinga dalam merupakan struktur yang kompleks, terdiri dari serangkaian rongga-rongga
tulang dan saluran membranosa yang berisi cairan. Saluran-saluran membranosa membentuk
labirin membranosa dan berisi cairan endolimfe, sedangkan rongga-rongga tulang yang di
dalamnya berada labirin membranosa disebut labirin tulang (labirin osseosa). Labirin tulang
berisi cairan perilimfe. Rongga yang terisi perilimfe ini merupakan terusan dari rongga
subarachnoid selaput otak, sehingga susunanz peri limfe mirip dengan cairan serebrospinal.
Labirin membranosa dilekatkan pada periosteum oleh lembaran-lembaran jaringan ikat tipis yang
mengandung pembuluh darah. Labirin membranosa sendiri tersusun terutama oleh selapis epitel
gepeng dikelilingi oleh jaringan-jaringan ikat.
Labirin terdiri atas tiga saluran yang kompleks, yaitu vestibula, kokhlea (rumah siput) dan
3 buah kanalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran). Vestibula merupakan rongga di
tengah labirin, terletak di belakang kokhlea dan di depan kanalis semisirkularis. Vestibula
berhubungan dengan telinga tengah melalui fenesta ovalis (fenestra vestibule). Vestibule bagian
membran terdiri dari dua kantung kecil, yaitu sakulus dan utikulus. Pada sakulus dan utikulus
terdapat dua struktur khusus yang disebut makula akustika, sebagai indra keseimbangan statis
(orientasi tubuh terhadap tarikan gravitasi). Sel-sel reseptor dalam organ tersebut berupa sel-sel
rambut, yang didampingi oleh sel-sel penunjang. Bagian atas sel tersebut tertutup oleh membran
yang mengandung butir-butiran kecil kalsium karbonat (CaCO3) yang disebut otolit. Perubahan
posisi kepala yang menimbulkan tarikan gravitasi, menyebabkan akan menyampaikan impuls
saraf ke cabang vestibular dari saraf vestibulokokhlear yang terdapat pada bagian dasar sel-sel
tersebut, yang akan meneruskan impuls saraf tersebut ke pusat keseimbangan di otak.
Kokhlea membentuk bagian anterior labirin, terletak di depan vestibula. Berbentuk seperti
rumah siput, berupa saluran berbentuk spiral yang terdiri dari 2 ¾ lilitan, mengelilingi bentukan
kerucut yang disebut mediolus. Penampang melintang kokhlea menunjukkan bahwa kokhlea
terdiri dari tiga saluran yang berisi cairan. Tiga saluran tersebut adalah:
Getaran suara dapat sampai pada organ corti melalui lintasan sebagai berikut: Getaran
suara memasuki liang telinga ® Menekan membran tympani ® melintas melalui tulang-tulang
pendengaran ® Menekan tingkap jorong ® Menimbulkan gelombang pada jaringan perilimfe ®
Menekan membran vestibularis dan skala basilaris ® merangsang sel-sel rambut pada organ
corti. Di sinilah mulai terjadi pembentukan impuls saraf.
1. Reseptor Rasa.
- Cooton but
- Peta rasa
- Kertas hisap/saring
2. Reseptor Visual.
- Penentu bitimk buta
- Penggaris panjang
- Kertas gambar
- Pasak/jarum lurus
3. Persepsi Thermoreseptor
- Gelas ukur
- Air
- Es Batu
- Pemanas Air
E. Cara Kerja :
1. Reseptor Rasa.
- Salah satu pasangan praktum diminta untuk berkumur kemudian lidah dikeringkan
dengan kertas hisap.
- Aplikator disentuhkan pada daerah ujung, sepanjang sisi, tengah, dan belakang
lidah.
- Tuliskan tanda (+) bila daerah tersebut merespon rasa dari aplikator pada peta
pengecapan.
- Tuliskan tanda (-) bila daerah tersebut tidak merespon rasa dari aplikator pada peta
pengecapan.
- Ulangi sampai semua larutan seperti langkah kerja diatas.
2. Reseptor Visual.
a. Bintik Buta
- Difokuskan mata pada tanda positif dan dengan perlahan gerakkan penentu bintik
buta tersebut mendekati wajah (jarak awal penentu bitik buta dengan mata 20
inch).
- Diukur jarak antara alat penentu bintik buta dan mata tepat pada saat hilangnya titik
hitam dari pandangan.
b. Pandangan Dekat
- Dututup satu mata dengan tangan dan difokuskan 1 mata yang lain pada jarum yang
dipegang tangan dengan jarak tertentu.
3. Persepsi Thermoreseptor
- Diisi beker gelas A dengan air hangat dan beker gelas B dengan air dingin yang
dicampur es batu.
- Dimasukkan ujung jari tangan kedalam beker gelas A dan beker gelas B secara
bersamaan dan rendamlah selama 1 menit.
- Dipindahkan jari tangan dari beker gelas A dan B dan dimasukkan kedalam beker
gelas C secara bersamaan.
- Dua buah garis yang sejajar sepanjang 30 cm dibuat pada kertas polio, diberi tanda
AB dan CD. Pada masing-masing titik digambar tanda titik yang agak tebal.
- Dibuat potongan kertas dengan ukuran 2x1 cm yang diberi tanda titik tebal
ditengahnya.
- Tutup sebelah mata, posisi tubuh tidak boleh berubah selama praktikum dan
fokuskan mata yang terbuka tersebut pada titik A. Jangan berubah.
- Posisikan potongan kertas tersebut pada titik A. Gerakkan perlahan potongan kertas
sepanjang garis AB. Mata tetap fokus pada titik A.
- Bilang ‘stop’ jika titik pada potongan kertas hilang. Tandai titik hilang tersebut
dengan tanda A’.
- Simpan potongan kertas tersebut dititik B. Lakukan yang sama dengan titik A.
- Antara titik A’ dan A” diukur titik tengahnya dan tandai dengan A’”. Hal tersebut
dilakukan juga pada titik B, C, dan D.
- Antara titik A’” dan B”’, juga titik C”’ dan D”” diambil titik tengahnya.
- Kemudian kedua titik tersebut dihubungkan hingga dibentuk garis sepanjang 30 cm.
Diberi tanda EF.
- Titik A’”, B”’, C’”, D’”, E’” dan F”’ dihubungkan sehingga membentuk daerah
bintik buta.
F. Hasil Pengamatan
1. Reseptor Rasa
2. Reseptor Visual
a. Bintik Buta
Kiri = 18 cm
Hanif M N Kanan = 20 cm
Kiri = 16 cm
M Kholik F Kanan = 20 cm
Kiri = 15 cm
Reni Herlina Kanan = 8 cm
Kiri = 11,5 cm
b. Pandangan Dekat
Kiri = 11,5 cm
Hanif M N Kanan = 8 cm
Kiri = 7 cm
M Kholik F Kanan = 17 cm
Kiri = 11,5 cm
Reni Herlina Kanan = 21 cm
Kiri = 22 cm
G. Pembahasan
Pada perlakukan dengn air dingin, cenderung rasa yang dirasakan lebih lambat
karena termoreseptor pada kulit lebih lambat mereapon karean sebelumnya telah
terbekukan oleh perlakukan dengan air dingin. Termoreseptor pada kulit akan merespon
suhu dingin yang tentunya akan mengeluarkan kalor yang dimilkiknya, sehingg suhu
tangan akan lebih turun dari yang sebelumnya. Ini akan menyebabkan termoreseptor akan
merespon lebih lambat dari sebelumnya.
Pada uji mengenai indera pengecap, hampir semua praktikan dapat merespon berbagai
rasa yang di berikan kepada praktikan, baik itu manis, asem, asin, dan pahit. Semua
menunjukkan bahwa pada lidah depan merupakan reseptor manis, bagian samping kiri kanan
merupakan reseptor asem dan asin, dan bagian pangkal lidah merupakan reseptor rasa pahit.
Puting pengecap pada lidah memiliki perbedaan fungsi, fungsi ini deitentukan oleh jumlah
puting pengecap yang dimiliki oleh papila-papila lidah. Jenis papila lidah secara umum adalah
papili sircum falata, papili fungi formes, papila filiformes, dan papila falata. Pada papila
filiformes tidak memiliki puting pengecap.
Rasa manis dirasakan oleh papila fungiformes, rasa pahit dirasakan oleh papila sirkum falata,
dan rasa manis dan sem dirasakan oleh papila falata. Pada saat peraktikum setiap perlakukan
harus dibersihkan oleh kertas saring, tujuannya adalah agar larutan yang diuji tidak menyebar
kebagian lidah yang lain sehingga rasa yang di cap oleh masing-masing bagian lidah dapat
dibedakan. Larutan yang akan diuji harus ditempelkan tepat pada bagian-bagian lidah yang diuji,
kemudian masing-masing peraktikan disuruh untuk mengatakan apakah terdapat rasa atau tidak
pada bagian yang diteskan larutan, kemudian dibuat peta pengecap untuk masing-masing orang.
Dari sini kita dapat menemukan kesimpulan bahwa pada setiap prkatikan yang melakukan
pengujina, hampir semuanya memilki bentuk peta pengecap yang sama. Ini berarti bahwa lidah
dari tiap peraktikan masih normal dan masih baik sehingga dapat merespon perbedaan rasa yang
diujikan pada lidah mereka.
Pada praktikum indra pendengaran, dimaksudkan untuk mengetahui letak benda hanya
dengan mendengarkan bunyi dari benda tersebut. Apakah benda terseput terletak diatas, di
depan, dibelakang, disamping kiri atau disamping kanan. Ternyata bahwa hampir tidak ada
mahasiswa yang mapu menebak secara benar dari kelima posisi benda yang ditanyakan. Hampir
semuanya salah dalam menentukan letak benda yang akan ditebak posisinya. Secara umum
praktikan sulit membedakan suara yang berasal dari atas mereka, belakan mereka, dan depan
mereka, sehingga kesalahan yang terdeteksi biasanya pada sekitar daerah tersebut.
Kita akan mulai membahas pada daerah kiri dan kanan dimana mahasiswa dapat dengan
mudah dan tepat menentukan dimana letak dari benda yang diperdengarkan. Berdasarkan analisis
kami, hal tersebut karena letak benda sejajar dan tepat didepan dari indera pendengaran kita ,
akibatnya kita memiliki persepsi yang tepat terhadap kedudukan benda tersebut. Suara dibagian
atas seolah-olah berada dibagian depan atau belakang, atau sebaliknya suara dibagian depan atau
belakang seolah-olah berada dibagian atas, ini terjadi karena letak atau posisi benda tersebut
tidak sejajar atau tepat dengan telinga kita sehingga suara benda yang kita dengar seolah-olah
samar samar dan tak tentu letaknya. Hal ini disebabkan oleh suara yang yang ditangkap oleh
indera pendengaran kita dihantarkan melalui udara, dan udara akan masuk dari sebelah kiri atau
kanan, sehingga kita cenderung untuk salah menebak letak benda yang kita dengar karena suara
yang kita terima sebenarnya masuk dari sebelah kanan atau kiri sehingga indera keseimbangan
kita agak kesulitan dalam menetukan respon terhadap letak benda.
Hal tersbut sebenarnya bisa dilatih apabila kita terus mencoba untuk menentukan letak
benda han ya dengan indera pendengaran kita, seperti pada misalnya ornag buta, dia tentu akan
memiliki indera pendengaran yang tajam, karena telinganya sudah sering dilatih untuk dapat
melakukan sesuatu yang lebih baik daripada yang dilakukan oleh orang dengan mata normal. Hal
ini menyebabkan orang tersebut dapat menentukan letak benda hanya dengan mendengar bunyi
dari benda tersebut.
H. Jawaban Pertanyaan
1. Jelaskan bagaimana jalannya impuls pada percobaan diatas sehingga anda dapat merasakan rasa
manis, pahit, asam dan lain sebagainya!
Di dalam satu papila (pada permukaan lidah) terdapat banyak puting-puting pengecap (sel
penyokong dan sel pengecap sebagai reseptor). Zat-zat kimia terlarut dalam cairan ludah akan
mengadakan kontak dan merangsang sel-sel pengecap timbul impuls yang akan dijalarkan ke
syaraf VII dan syaraf IX otak terus ke thalamus dan berakhir di daerah pengecap primer lobus
parietalis untuk diinterpretasikan.
Bintik buta adalah discus opticus yang tidak mengandung rod dan cone sehingga cahaya yang
jatuh ke discus opticus tidak akan terlihat apa-apa. Sedangkan bintik kuning adalah salah satu
bagian dari retina mata (terletak tepat pada sumbu penglihatan mata) yang mengandung sel cone
paling banyak.
Bayangan yang jatuh pada retina akan merangsang rod atau cone. Akson-akson sel ganglion
membentuk saraf otak II kemudian impuls dijalarkan ke chiasma opticus, tractus opticus dan
thalamus opticus, lalu terjadi sinaps dan impuls diteruskan ke daerah penglihatan di lobus
occipitalis otak. Cortex occipital kiri akan menginterpretasi penglihatan dari benda sebelah kiri
dan sebaliknya. Cortex occipital bagian atas akan menginterpretasikan penglihatan dari retina
bagian bawah dan sebaliknya.
Daftar Pustaka
Reactions:
1 comment:
1.
ReplyDelete
Load more...
Create a Link
Digital clock
Daily Calendar
Entri Populer
Ordo Diptera
Lalat merupakan hewan invertebrata yang termasuk dalam Filum Arthropocla, Klas Insecta,
Ordo Diphtera, dan Sub ordo Brachycera dan Cyclorap...
Kultur Jaringan
Kultur Jaringan Kultur jaringan bila diartikan ke dalam bahasa Jerman disebut Gewebe kultur
atau tissue culture (Inggris) atau weefsel kw...
Pada umumnya penggunaan enzim hanya terbatas sekali pakai saja, sehingga setiap mulai
pengolahan atau analisis harus menggunakan en...
Kromatografi
Evolusi Genom
Evolusi 1) Evolusi Dari Kelompok Awal Dari sederetan peristiwa yang disebut di muka, pada
akhirnya terbentuklah sel awal yang selanj...
Indera Khusus
INDERA KHUSUS A. Pelaksanaan Praktikum : Judul : Indera Khusus Hari tanggal : Selasa, 27 April
2009. Tempat...
a. Pendahuluan Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di
air dan bernapas dengan insang ...
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam rongga mulut
terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut ...
(no title)
PEWARNAAN TULANG Alizarin red merupakan suatu metode untuk mengetahui pembentukan
tulang pada embrio atau untuk mendeteksi proses kalsif...
Followers
Video Bar
Share it
Blog Archive
► 2012 (15)
o ► May (2)
o ► April (13)
► 2011 (5)
o ► November (1)
o ► June (4)
▼ 2010 (16)
o ▼ October (16)
Indera Khusus
Orgin Of Human
Pertanian Di Indonesia
Kromatografi
PEWARNAAN TULANG Alizarin red merupakan suatu m...
Manfaat Pohon
Bahaya Bila Kita Tidak Menjaga Alam
8 Pertanda Orang Berjodoh
Model Kaos Team CO7 Futsal
Kultur Jaringan
Sejarah AC Milan
Pencernaan Pada Ikan
Membuat Walpaper Windows 7 Dari Video.
Membuat Walpaper Windows 7 Dari Video.
Stop Miras
Evolusi Genom
► 2009 (18)
akhwat lempeur
assalamualaikum ..
Manusia dapat mengalami ekspresi wajah tertentu secara sengaja, tapi umumnya ekspresi wajah
dialami secara tidak sengaja akibat perasaan atau emosi manusia tersebut. Biasanya amat sulit
untuk menyembunyikan perasaan atau emosi tertentu dari wajah, walaupun banyak orang yang
merasa amat ingin melakukannya. Misalnya, orang yang mencoba menyembunyikan perasaan
bencinya terhadap seseorang, pada saat tertentu tanpa sengaja akan menunjukkan perasaannya
tersebut di wajahnya, walaupun ia berusaha menunjukkan ekspresi netral. Hubungan perasaan
dan ekspresi wajah juga dapat berjalan sebaliknya, pengamatan menunjukkan bahwa melakukan
ekspresi wajah tertentu dengan sengaja (misalnya: tersenyum), dapat memengaruhi atau
menyebabkan perasaan terkait benar-benar terjadi.
Sebagian ekspresi wajah dapat diketahui maksudnya dengan mudah, bahkan oleh anggota
komunitas yang berbeda, misalnya kemarahan dan kepuasan. Namun, beberapa ekspresi lainnya
sulit diartikan, misalnya ketakutan dan kejijikan kadang sulit dibedakan. Selain itu, kadang-
kadang suatu wajah dapat disalahartikan mengalami emosi tertentu, karena susunan otot-otot
wajah orang tersebut secara alami menyerupai wajah seseorang yang mengalami ekspresi
tertentu, misalnya wajah seseorang yang tampak selalu tersenyum.
berikut adalah berbagai macam ekspresi wajah yang sering kita jumpai.
Pict 1 : Marah
Sekilas tambah wajah orang tsb seperti memiliki semangat yang menggebu-gebu. tapi bila dilihat
dari raut wajahnya, Anda bisa menyebutkan bahwa orang tersebut sedang marah.
Gunakan gerakan tangan, bahu, atau seluruh tubuh untuk mengekspresikan gagasan, perasaan,
atau sikap.
Gunakan mata dan mulut serta posisi kepala untuk menandaskan kata-kata yang diucapkan dan
untuk menyampaikan perasaan.
Mengapa Penting?
Ekspresi gerak dan ekspresi wajah menambahkan penandasan visual dan emosional pada ujaran
Saudara. Ekspresi tubuh dapat menggugah perasaan Saudara dan oleh karenanya membuat suara
Saudara terdengar hidup.
Ekspresi gerak adalah hal yang wajar bagi Yesus dan murid-muridnya di masa awal. Pada suatu
peristiwa, seseorang melaporkan kepada Yesus bahwa ibu dan adik-adik lelaki Yesus ingin
berbicara dengannya. Yesus menjawab, ”Siapakah ibuku, dan siapakah saudara-saudara
lelakiku?” Kemudian, Alkitab menambahkan, ”Sambil mengulurkan tangannya ke arah murid-
muridnya, ia mengatakan, ’Lihat! Ibuku dan saudara-saudara lelakiku!’” (Mat. 12:48, 49) Dari
antara referensi lainnya, Alkitab memperlihatkan di Kisah 12:17 dan 13:16 bahwa rasul Petrus
dan rasul Paulus juga berekspresi gerak secara spontan.
Gagasan dan perasaan dikomunikasikan bukan hanya lewat suara melainkan juga lewat ekspresi
gerak dan ekspresi wajah. Jika tidak berekspresi dengan baik, si pembicara akan memberi kesan
bahwa ia bersikap masa bodoh. Tetapi, apabila ekspresi-ekspresi itu dipadukan dengan serasi,
kata-kata si pembicara akan semakin efektif. Bahkan meskipun Saudara berbicara lewat telepon,
jika Saudara menggunakan ekspresi gerak dan ekspresi wajah yang cocok, suara Saudara akan
mengungkapkan dengan lebih leluasa pentingnya berita yang Saudara sampaikan serta perasaan
pribadi Saudara berkenaan dengan apa yang Saudara katakan. Oleh karena itu, tidak soal Saudara
berkhotbah secara ekstemporer atau membaca di hadapan umum, tidak soal hadirin Saudara
sedang memperhatikan Saudara atau sedang membaca Alkitabnya, ekspresi gerak dan ekspresi
wajah sangat diperlukan.
Ekspresi gerak dan ekspresi wajah hendaknya dilakukan secara wajar. Saudara tentu tidak pernah
mempelajari caranya tertawa atau caranya menunjukkan ketidaksenangan. Ekspresi gerak
hendaknya juga mengekspresikan perasaan dalam diri Saudara. Semakin spontan ekspresi gerak
Saudara, semakin baik hasilnya.
Ekspresi gerak dapat digolongkan menjadi dua kategori umum: untuk menggambarkan dan
untuk menandaskan. Ekspresi gerak untuk menggambarkan bertujuan untuk mengungkapkan
suatu tindakan atau memperlihatkan dimensi dan tempat. Di Sekolah Teokratis, apabila Saudara
ditugasi untuk mengupayakan penggunaan ekspresi gerak, jangan berpuas dengan
memperlihatkan hanya satu atau dua ekspresi gerak. Berupayalah berekspresi gerak secara wajar
di sepanjang khotbah Saudara. Jika Saudara merasa sulit melakukannya, Saudara mungkin dapat
mencari kata-kata yang menunjukkan arah, jarak, ukuran, lokasi, atau letak. Akan tetapi, sering
kali, yang harus Saudara lakukan adalah menghayati khotbah Saudara, bukannya terlalu
memikirkan kesan apa yang ingin Saudara buat, melainkan mengungkapkan gagasan dengan
kata-kata dan ekspresi gerak seperti yang biasa Saudara lakukan sehari-hari. Jika Saudara tenang,
ekspresi gerak akan muncul dengan wajar.
Ekspresi gerak untuk menandaskan bertujuan untuk menyatakan perasaan dan keyakinan.
Fungsinya adalah untuk menekankan, menghidupkan, dan menguatkan suatu gagasan. Ekspresi
gerak untuk menandaskan sangatlah penting. Tetapi, waspadalah! Ekspresi gerak jenis ini dapat
dengan mudah menjadi kebiasaan yang berlebihan. Jika Saudara menggunakan ekspresi gerak
yang sama berulang kali, yang hadirin perhatikan adalah ekspresi gerak tersebut, bukannya
khotbah Saudara. Jika pengawas sekolah Saudara menunjukkan bahwa Saudara mempunyai
kesulitan dalam hal ini, berupayalah membatasi diri selama beberapa waktu untuk menggunakan
hanya ekspresi gerak untuk menggambarkan.
Stimulan adalah obat-obatan yang menaikkan tingkat kewaspadaan di dalam rentang waktu singkat.
Stimulan biasanya menaikkan efek samping dengan menaikkan efektivitas, dan berbagai jenis yang lebih
hebat sering kali disalahgunakan menjadi obat yang ilegal atau dipakai tanpa resep dokter. Stimulan yang
disalah gunakan tersebut dapat digolongkan dalam kelompok narkotika.
Stimulan menaikkan kegiatan sistem saraf simpatetik, sistem saraf pusat (CNS), atau kedua-
duanya sekaligus. Beberapa stimulan menghasilkan sensasi kegirangan yang berlebihan, khususnya jenis-
jenis yang memberikan pengaruh terhadap CNS. Stimulan dipakai di dalam terapi untuk
menaikkan atau memelihara kewaspadaan, untuk menjadi penawar rasa lelah, di dalam situasi yang
menyulitkan tidur (misalnya saat otot-otot bekerja), untuk menjadi penawar keadaan tidak normal yang
mengurangi kewaspadaan atau kesadaran (seperti di dalam narkolepsi), untuk menurunkan bobot tubuh
(phentermine), juga untuk memperbaiki kemampuan berkonsentrasi bagi orang-orang yang didiagnosis
sulit memusatkan perhatian (terutama ADHD
Dalam peristiwa yang jarang terjadi, stimulan juga dipakai untuk merawat orang yang mengalami
depresi. Stimulan kadang-kadang dipakai untuk memompa ketahanan dan produktivitas, juga untuk
menahan nafsu makan. Eforia yang dihasilkan oleh beberapa stimulan mengarah kepada penggunaan
rekreasionalnya, meskipun hal ini tidaklah legal di dalam sebagian besar sistem hukum.
Berdasar efek yang terjadi pada tubuh orang yang mengkonsumsi stimulan, ada 2 jenis stimulan yaitu :
c) Nikotin dalam tembakau, selain bagi perokok berat yang digunakan untuk relaks/istirahat
Obat-obat tersebut yang termasuk dalam kelompok ini digolongankan ke dalam jenis obat
terlarang karena mengakibatkan pengguna menjadi orang yang bersifat dan berkelakuan melawan hukum
dan ketagihan
• Saat mengkonsumsi stimulan, Stimulan akan diserap dalam tubuh (darah), diiringi dengan pelepasan
Adrenalin dan pemblokade-an hormone insulin. Adrenalin lebih dikenal sebagai hormon “Fight or
Flight”. Efek dari kerja adrenalin:
Saat Adrenalin dilepas tubuh kita pun akan melepaskan cadangan glukosa ke dalam darah. Kemudian,
insulin akan memerintahkan sel tubuh untuk menyerap kelebihan glukosa dalam darah. Efek ini sering
disebut sebagai hyperglycaemic, yaitu tingginya kadar gula dalam darah. Inilah alasan kenapa saat
mengkonsumsi, seseorang tidak merasa lapar dan akan tahan untuk tidak makan selama berjam-jam.
Lebih banyak dijumpai pengguna yang berbadan kurus dibandingkan pengguna yang kelebihan berat
badan.
Dalam jangka panjang, Stimulan dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah,
mengakibatkan si pengguna, walaupun sudah lama berhenti mengkonsumsi, sangat rentan terhadap
serangan jantung dan stroke. Ini sebagai akibat dari rusaknya pembuluh arteri dalam darah, yang salah
satu fungsinya, mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh.
Di dalam otak, sebagai respon terhadap Stimulan, otak akan memerintahkan tubuh untuk
membuat zat endorphin lebih banyak lagi. Endorphin adalah senyawa protein yang lebih tepat disebut
sebagai body’s natural pain killer. Struktur kimia Endorphin tidaklah jauh berbeda dengan painkiller kelas
atas seperti morphine. Endorhpin dapat membuat seseorang merasa relaks dan euphoria.
• Ketergantungan
• insomnia,
• sakit perut
• Kematian
• rasa lelah
• perasaan terganggu
• sakit kepala
Stimulan adalah zat yang dapat meningkatkan kerja organ-organ tubuh manusia namun juga dapat
menimbulkan efek negatif jika digunakan secara berlebihan.Misalnya penurunan berat badan, kerusakan
syaraf hingga kematian.
Ekspresi wajah atau mimik adalah hasil dari satu atau lebih gerakan atau posisi otot pada
wajah. Ekspresi wajah merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal, dan dapat
menyampaikan keadaan emosi dari seseorang kepada orang yang mengamatinya. Ekspresi wajah
merupakan salah satu cara penting dalam menyampaikan pesan sosial dalam kehidupan manusia,
namun juga terjadi pada mamalia lain dan beberapa spesies hewan lainnya.
Manusia dapat mengalami ekspresi wajah tertentu secara sengaja, tapi umumnya ekspresi wajah
dialami secara tidak sengaja akibat perasaan atau emosi manusia tersebut. Biasanya amat sulit
untuk menyembunyikan perasaan atau emosi tertentu dari wajah, walaupun banyak orang yang
merasa amat ingin melakukannya. Misalnya, orang yang mencoba menyembunyikan perasaan
bencinya terhadap seseorang, pada saat tertentu tanpa sengaja akan menunjukkan perasaannya
tersebut di wajahnya, walaupun ia berusaha menunjukkan ekspresi netral. Hubungan perasaan
dan ekspresi wajah juga dapat berjalan sebaliknya, pengamatan menunjukkan bahwa melakukan
ekspresi wajah tertentu dengan sengaja (misalnya: tersenyum), dapat memengaruhi atau
menyebabkan perasaan terkait benar-benar terjadi.[rujukan?]
Sebagian ekspresi wajah dapat diketahui maksudnya dengan mudah, bahkan oleh anggota spesies
yang berbeda, misalnya kemarahan dan kepuasan. Namun, beberapa ekspresi lainnya sulit
diartikan, misalnya ketakutan dan kejijikan kadang sulit dibedakan. Selain itu, kadang-kadang
suatu wajah dapat disalahartikan mengalami emosi tertentu, karena susunan otot-otot wajah
orang tersebut secara alami menyerupai wajah seseorang yang mengalami ekspresi tertentu,
misalnya wajah seseorang yang tampak selalu tersenyum.