Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Beberapa bahan obat
dan produk kesehatan misalnya kateter, jarum suntik, sarung tangan bedah dan hemodialiser
pada penggunaannya berkontak langsung dengan jaringan atau cairan tubuh. Olehkarena itu
produk tersebut harus steril atau bebas dari mikroorganisme hidup terutama yang bersifat
patogen. Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan, media, dan lain-
lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen maupun yang
nonpatogen.
Pengetahuan mengenai bagaimana terjadinya infeksi sangat penting dikuasai untuk
membatasi dan mencegah terjadi penyebaran infeksi dengan cara mempelajari ilmu bakteriologi,
imunologi, virologi dan parasitologi yang terkandung pada ilmu mikrobiologi. Selain itu,
diperlukan juga cara untuk mengurangi atau bahkan mengatasi infeksi tersebut secara
keseluruhan. Secara lebih spesifik diperlukan pula pengetahuan mendasar akan kondisi seperti
apa yang bisa dijadikan lokasi atau tempat untuk melakukan asuhan keperawatan.
Perkembangan ilmu mikrobiologi telah memberikan sumbangan yang besar bagi dunia
kesehatan, dengan ditemukannya berbagai macam alat berkat penemuan beberapa ilmuan
besar. Bahwa terbukti untuk mencegah atau mengendalikan infeksi dapat menggunakan konsep
steril ataupun bersih, untuk membantu proses penyembuhan pasiennya dan lebih spesifik lagi
untuk mengendalikan dan mencegah terjadinya infeksi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana konsep infeksi nosokomial ?

b. Apa pengertian dari sterilisasi ?

c. Apa saja peralatan yang dapat disterilkan ?

1
d. Apa tujuan dan manfaat dari sterilisasi ?

e. Apa macam-macam dari teknik sterilisasi ?

f. Apa pengertian dari desinfeksi ?

g. Apa tujuan dan manfaat desinfeksi ?

h. Apa macam-macam teknik desinfeksi ?

i. Apa saja jenis-jenis desinfeksi ?

j. Bagaimana peran perawat dalam sterilisasi dan desinfeksi ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

a. Mahasiswa dapat mengetahui tentang konsep infeksi nosokomial

b. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian sterilisasi

c. Mahasiswa dapat mengetahui peralatan apa saja yang dapat disterilisasikan

d. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan dan manfaat sterilisasi

e. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam teknik sterilisasi

f. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian desinfeksi

g. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan dan manfaat desinfeksi

h. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam teknik desinfeksi

i. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis desinfeksi

j. Mahasiswa dapat mengetahui peran perawat dalam sterilisasi dan desinfeksi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP INFEKSI NOSOKOMIAL

1. Pengertian Infeksi Nosokomia


Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit dan menyerang penderita
yang sedang dalam proses perawatan, terjadi karena adanya transmisi mikroba patogen yang
bersumber dari lingkungan rumah sakit dan perangkatnya.Contoh dari infeksi nosokomial adalah
pasien tertular infeksi dari staf rumah sakit atau saat berkunjung ke rumah sakit.

2. Faktor yang menyebabkan infeksi nosokomial


 Faktor internal : usia, penggunaan obat, penyakit penyerta, malnutrisi, kolonisasi
flora normal tubuh, personal hygiene yang rendah, perilaku personal
 Faktor eksternal : lingkungan yang buruk/kotor, instrument yangmtidak steril atau
disposble, tindakan invasif, kesehatan petugas, kelalaian petugas

3. Berbagai macam infeksi yang disebabkan infeksi nosokomial :


 Infeksi saluran kemih ( UTI)
 Phlebitis
 Bronchopnemnonia
 Decubitus
 Dehiscensi luka operasi
 Influenza
 Selulitis
 Sepsis

4. Tindakan pencegahan infeksi nosokomial


Berbagai hal dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan infeksi nosokomial antara lain
dengan cara:

3
a. Mencuci tangan sebelum memulai setiap tindakan terhadap pasien
b. Gunakan masker jika perlu
c. Gunakan sarung tangan steril
d. Gunakan teknik aseptik/antiseptic
e. Ciptakan lingkungan yang adekuat untuk tindakan
f. Pertahankan kesterilan alat
5. Faktor yang memperburuk kondisi klien yang terkena infeksi :
 usia klien
 penyakit penyerta
 perilaku personal klien
 penggunaan obat-obatan
 malnutrisi

6. Sumber-sumber infeksi nosokomial :


 Pasien
Merupakan unsur pertama yang dapat menyebarkan infeksi kepada pasien lainnya, petugas
kesehatan, pengunjung kesehatan atau benda dan alat kesehatan lainnya.
 Petugas kesehatan
Dapat menyebarkan infeksi melalui kontak lansung, yang dapat menularkan berbagai kuman
ke tempat lain.
 Pengunjung
Dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke dalam lingkungan rumah sakit atau
sebaliknya.
 Sumber lain
Yang dimaksud adalah lingkungan rumah sakit yang meliputi kondisi kebersihan rumah
sakit, alat yang ada dirumah sakit yang dibawa oleh pengunjung atau petugas kesehatan
kepada pasien atau sebaliknya.

B. PENGERTIAN STERILISASI
Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan proses penghilangan semua jenis organisme
hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungsi, bakteri, mycoplasma, virus) yang

4
terdapat pada di dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses
fisik dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme.
Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target suatu
metode inaktivasi tergantung dari metode dan tipe mikroorganismenya, yaitu tergantung dari
asam nukleat, protein, atau membran mikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi
disebut sterilant.

C. PERALATAN YANG DAPAT DISTERILISASIKAN


1. Peralatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting, speculum dan lain-lain.
2. Peralatan yang terbuat dari kaca, misalnya semprit (spuit), tabung kimia dan lain-lain.
3. Peralatan yang terbuat dari karet, misalnya, kateter, sarung tangan, pipa penduga
lambung, drain dll.
4. Peralatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanule rectum, kanule trachea dan lain-lain.
5. Peralatan yang terbuat dari email, misalnya bengkok (nierbekken), baskom dan lain-lain.
6. Peralatan yang terbuat dari porselin, misalnya mangkok, cangkir, piring dan lain-lain.
7. Peralatan yang terbuat dari plastik, misalnya slang infus dan lain-lain.
8. Peralatan yang terbuat dari tenunan, misalnya kain kasa, tampon, doek operasi, baju,
sprei, sarung bantal dan lain-lain.

D. TUJUAN DAN MANFAAT STERILISASI


1. Untuk mencegah transmisi penyakit
2. Untuk mencegah pembusukan material oleh mikroorganisme
3. Mencegah kontaminasi terhadap bahan- bahan yang dipakai dalam melakukan biakan
murni
4. Menyiapkan peralatan perawatan dalam keadaan siap pakai
5. Mencegah peralatan cepat rusak
6. Mencegah terjadinya infeksi silang
7. Menjamin kebersihan alat
8. Menetapkan produk akhir dinyatakan sudah steril dan aman digunakan pasien.

5
E. MACAM-MACAM TEKNIK STERILISASI
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi:
1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi)
Menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikronatau 0.45 mikron)
sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut.
Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas:
1 . Larutan enzim
2. Antibiotik.
Cara kerja dari sterilisasi ini berbeda dari metode lainnya karena sterilisasi ini
menghilangkan mikroorganisme melalui penyaringan dan tidak menghancurkan
mikroorganisme tersebut. Penghilangan mikroorganisme secara fisik melalui penyaring dengan
matriks pori ukuran kecil yang tidak membiarkan mikroorganisme untuk dapat melaluinya.
Sterilisasi dengan cara ini dilakukan dengan mengalirkan cairan atau gas pada saringan berpori
kecil sehingga dapat menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu.
Kegunaan:
 Untuk sterilisasi media yang tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya Urea Broth ataupun
untuk sterilisasi vaksin, serum, enzim, vitamin.
 Meminimalkan kuman udara masuk untuk ruangan kerja secara aseptis

Virus seperti mikroorganisme tanpa dinding sel (mikroplasma) umumnya tidak dapat
ditahan oleh filter. Ada beberapa macam cara penyaringan salah satu nya yaitu dengan
menggunakan penyaringan (filtrasi) membran. Prinsip tekhnik filtrasi membran ini adalah
dengan menyaring cairan sampel melewati saringan yang sangat tipis dan yang terbuat dari
bahan sejenis selulosa. Membran ini memiliki pori-pori berukuran mikroskopis dengan diameter
lebih kecil daripada ukuran sel mikroba pada umumnya. Jadi selama proses penyaringan
berlangsung, sel-sel yang terdapat pada sempel akan terjebak dari peralatan filtrasi kedalam
cawan petri berisi media. Kertas membran ini bersifat solid sehingga dapat menahan sel yang
terjebak tetap pada posisinya dan kemudian dapat berkembang tanpa bercampur dengan sel lain
yang ikut terjebak juga. Nutrisi yang terdapat pada media akan berdifusi dan terserap kedalam
kertas membrane sehingga sel-sel yang tersebar acak dan kasat mata itu dapat tumbuh menjadi

6
koloni yang dapat dihitung dengan mata telanjang setelah melewati masa waktu inkubasi
tertentu. Bentuk, warna dan sifat lain dari masing-masing koloni tergantung kepada jenis
mikroba yang berada pada kertas membran.

2. Sterilisasi secara fisik


Dapat dilakukan dengan pemanasan dan penyinaran :
A. Pemanasan
1. Pemanasan Kering
a. Flaming (Flambir)
Flaming diterapkan terhadap skalpel, jarum, mulut tabung biakan, kaca objek
dan kaca penutup. Benda-benda ini dijilatkan pada api bunsen, tanpa
membiarkan memijar. Dapat juga diulakukan dengan mencelupkannya kedalam
spirtus bakar, kemudian dibakar, tetapi cara ini tidak menghasilkan suhu yang
cukup tinggi untuk sterilisasi. Cara ini diterapkan terhadap permukaan baskom
dan mortir.
b. Pembakaran
Membakar alat pada api secara langsung dengan bunser burner, contoh alat :
jarum inokulum, pinset, batang L, dll. 100 % efektif namun terbatas
penggunaanya
c. Udara Panas.
Sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk
alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll. Waktu relatif
lama sekitar 1-2 jam. Kesterilan tergantung dengan waktu dan suhu yang
digunakan, apabila waktu dan suhu tidak sesuai dengan ketentuan maka
sterilisasi pun tidak akan bisa dicapai secara sempurna.
Pemanasan dengan udara panas dugunakan untuk sterilisasi alat-alat
laboratorium dari gelas misalnya : petri, tabung gelas, botol pipet dll, juga untuk
bahan-bahan minyak dan powder misalnya talk. Bahan dari karet, kain, kapas
dan kasa tidak dapat ditserilkan dengan cara ini.
Setelah dicuci alat-alat yang akan disterilkan dikeringkan dan dibungkus dengan
kertas tahan panas, kemudian dimasukkan dalam oven dan dipanaskan pada

7
temperatur antara 150 - 170ºC, selama kurang lebih 90 – 120 menit. Hal yang
perlu diperhatikan adalah bahwa di antara bahan yang disterilisasi harus terdapat
jarak yang cukup, untuk menjamin agar pergerakan udara tidak terhambat.

2. Secara Panas Basah


a. Merebus (boiling)
Teknik disinfeksi termurah, waktu 15 menit setelah air mendidih,
beberapa bakteri tidak terbunuh dengan teknik ini contohnyaClostridium
perfingens dan Cl. Botulinum.
Misal Pisau operasi, Gunting, Pinset, Kocher, Korentang
1. Persiapan:
1. Peralatan yang akan dibersihkan
2. Tempat pencucuian dengan air yang mengilir atau baskom berisi air
bersih.
3. Sabun cuci
4. Sikat halus
5. Bengkok (nierbekken)
6. Lap kering
7. Larutan desinfektan
8. Kain kasa
9. Stalisator dalam keadaan siap pakai
2. Pelaksanaan:
1. Peralatan yang sudah dipergunakan, dibilas air (sebaiknya dibawah air
mengalir) untuk menghilangkan kotoran yang melekat
2. Kemudian direndam didalam larutan desinfektan sekurang-kurangnya dua
jam. Khusus peralatan yang telah dipergunakan pada pasien berpenyakit
menular, harus direndam sekurang-kurangnya 24 jam
3. Peralatan disabuni satu per satu, kemudian dibilas
4. Selanjutnya disterilkan dengan cara merebus didalam sterilisator yang
telah diisi air secukupnya, dimasak sampai mendidih.
5. Setelah air mendidih kurangnya 15 menit baru diangkat.

8
6. Peralatan yang telah disterilkan, diangkat atau dipindahkan dengan
korentang steril ketempat penyimpanan yang steril.
b. Dengan uap air panas
Dapat dipakai dengan dandang/panci dengan penangas air yang bagiannya
diberilubang/sorongan, agar uap air dapat mengalir bagian alat yang akan
disterilkan. Lamanyasterilisasi adalah 30 menit, cara ini tidak bisa digunakan
untuk spora tetapi untuk bentukvegetatif.
c. Uap air panas bertekanan
Menggunalkan autoklaf menggunakan suhu 121 C dan tekanan 15 lbs,
apabila sedang bekerja maka akan terjadikoagulasi. Untuk mengetahui autoklaf
berfungsi dengan baikdigunakan Bacillus stearothermophilus. Bila media yang
telah distrerilkan, diinkubasi selama 7 hari berturut-turut apabila selama 7 hari.
Media keruh maka autoklaf rusak. Media jernih maka autoklaf baik,
kesterilalnnya, keterkaitan antara suhu dan tekanan dalam autoklaf.
Sterilisasi dengan uap air panas bertekanan ini adalah mengatur tekanan
dalam autoklaf, maka dapat dicapai panas yang diinginkan. Cara ini dipakai untuk
sterilisasi media yang tahan terhadap pemanasan tinggi. Sterilisasi biasanya
dijalankan dengan menggunakan panas 120ºC selama 10 – 70 menit tergantung
kebutuhan.
Hal yang perlu diperhatikan bila mengerjakan sterilisasi dengan menggunakan
autoklaf :
1. Harus ditunggu selama bekerja
2. Hati-hati bila mengurangi tekanan dalam autoklav (perubahann temperatur
dan tekanan secara mendadak dapat menyebabkan cairan yang disterilkan
meletus dan gelas-gelas dapat pecah). Pada sterilisasi dengan pemanasan
kering, bakteri akan mengalami proses oksidasi putih telur, sedang dengan
sterilisasi panas basah, akan mengakibatkan terjadinya koagulasi putih telur
bakteri. Dalam keadaan lembab jauh lebih cepat menerima panas daripada
keadaan kering sehingga sterilisasi basah lebih cepat dibanding oksidasi).

9
d. Pasteurisasi
Digunakan untuk mensterilkan susu dan minuman beralkohol. Panas yang
digunakan 61,7ºC selama 30 menit. Pertama dilakukan oleh Pasteur. Membunuh
kuman: tbc, brucella, Streptokokus, Staphilokokus, Salmonella, Shigella dan
difteri (kuman yang berasal dari sapi/pemerah).
e. Tyndalisasi
Dilakukan pemanasan basah pada suhu 800C selama 30 menit yang dilakukan
selama 3 hari berturut-turut.
Caranya :
1. Hari 1 dilakukan sterilisasi dengan uap air selama 30 menit pada 1000C.
2. Kemudian dimasukkan inkubator selama 24 jam.
3. Hari 2 dilakukan pemanasan dan inkubasi lagi, begitu jug hari ke 3.
B. Radiasi
1. Penyinaran dengan sinar UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan
disinari lampu UV Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa
desinfektan antara lain alkohol.
Panjang gelombang yang paling efektif untuk membunuh bakteri adalah 240-280
nm. Pada panjang gelombang 260 nm merupakan panjang gelombang yang maksimum
diabsorbsi oleh DNA bakteri. Tidak dapat digunkan untuk material tertutup dan
endospora. Digunakan untuk sterilisasi udara, ruangan perawatan, dan ruang operasi.
Kontak yang lama dengan UV dapat merusak mata, luka bakar dan kanker kulit.
Beberapa kelebihan sterilisasi dengan cara ini:
a. Memiliki daya antimikrobial sangat kuat
b. Absorbsi asam Nukleat
c. Panjang gelombang: 220-290 nm paling efektif 253,7 nm
d. Penetrasi lemah kelemahan
2. Sinar ion bersifat hiperaktif
Sering digunakan pada sinar Gamma, daya kerjanya sterilisasi bahan makanan,
terutama bila panas menyebabkan perubahan rasa, rupa atau penampilan. Bahan

10
disposable: alat suntikan cawan petri dapat disterilkan dengan teknik ini. Sterilisasi
dengan sinar gamma disebut juga “sterilisasi dingin”.
Penggunaan teknik ini radiasi gamma dari kobalt-60, lebih kuat daya tembusnya
dibandingkan dengan sinar UV dan tidak dilakukan dalam laboratorium. Metode
sterilisasi ini ditujukan untuk merusak asam nukleat mikroorganisme dan digunakan
untuk bahan-bahan yang tidak dapat disterilisasi menggunakan panas, contohnya
bahan plastik sekali pakai (disposable plasticware), antibiotik, hormon, dan jarum
suntik.
3. Sterilisasi dengan Cara Kimia
Macam-macam sterilisasi secara kimia :
1. Gas sterilisator
Sterilisasi gas adalah cara menghilangkan mikroorganisme dengan menggunakan
gas yang membunuh mikroorganisme dan spora. Mekanisme dalam membunuh
mikroorganisme yaitu bertindak sebagai alkylating agent dimana berikatan dengan
gugus –SH,-COOH atau –OH yang pada akhirnya gugus ini menyebabkan
denaturasi pada protein mikroorganisme sehingga mikroorganisme dapat mati.
Digunakan untuk zat yang tidak tahan panas. Ethylene oxide digunakan untuk
sterilisasi suhu rendah. Ethylene oxide bersifat eksplosif ketika bercampur dengan
udara. Sifat ini dapat dihilangkan dengan menggunakan campuran ethylen oxide
dengan karbondioksida. Peralatan yang disterilkan yaitu bahan yang bersifat
termolabil seperti karet, plastik , antibiotik, plastik kateter,jarum suntik plastik sekali
pakai.
Langkah-langkah dalam teknik sterilisasi adalah sebagai berikut:
a.Sampel dimasukkan kedalam chamber sterilisasi.
b.Gas etilen oksida dipompakan ke dalam chamber selama 20-30 menit dengan
suhu 100°C.
c.Diatur kelembapan 50-60% dan suhu 30° – 40°C.
d.Didiamkan selama 14 jam.
e. Dilakukan proses vakum selam 2 jam. Hal ini dilakukan untuk menarik residu
gas pada sampel karena gas etylen okside bersifat toksik.

11
Digunakan untuk bahan/alat yang tidak dapat disterilkan dengan panas tinggi atau
dengan zat kimia cair. Kejelekannya : ethilen oksida bersifat toksis dan mudah
meledak.
2. Zat cair
Beberapa Zat Kimia yang sering digunakan untuk sterilisasi :
A. Alkohol
Berdaya aksi dalam rentang detik hingga menit dan untuk virus diperlukan waktu
di atas 30 menit. Umum dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70-90
%. Paling efektif untuksterilisasi dan desinfeksi membran
sel yang rusak.Mendenaturasi protein dengan jalandehidrasi & enzim tidak aktif
B. Halogen
Golongan ini berdaya aksi dengan cara oksidasi dalam rentang waktu sekira 10-
30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 1-5%.
C. Yodium
Konsentrasi yodium yang tepat tidak mengganggu kulit,efektif terhadap berbagai
protozoa.
D. Klorin
Rentang waktu sekitar 5 menit dan konsentrasinya 0,5%,memiliki warna khas
dan bau tajam, dapat mendesinfeksi ruangan, permukaan serta alat non bedah.
E. Fenol
Digunakan secara luas sebagai desinfektan dan antiseptik. Fenol sebagai
desinfektan cair tidak dipengaruhi oleh bahan organik, aktifitasnya rendah
rendah terhadap endosproa bakteri, efektif pada konsentrasi 2-5 % dengan
mendenaturasi protein dan merusak membran sel bakteri serta aktif pada pH
asam. Alasan fenol pada saat ini jarang digunakan sebagai desinfektan adalah
karena fenol dapat meniritasi kulit.
F. Peroksida (H2O2)
Konsentrasinya 0,02 %. Daya aksi berada dalam rentang detik hingga menit,
tetapi perlu 2 jam untuk membunuh virus. Peroksida bersifat efektif dan
nontoksid, molekulnya tidakstabil, menginaktif enzim mikroba.

12
G. Surfaktan
Dapat menurunkan tegangan permukaan diantara molekul-molekul dalam
larutan. Contohnya sabun dan detergen.
H. Etilen oksida
Digunakan untuk sterilisasi ruang tertutup. Mekanisme adalah dengan
mendenaturasi protein mikroorganisme.
I. Logam berat dan senyawa logam
Beberapa logam berat dapat bersifat biosidal atau antiseptik karena mampu
berkombinasi dengan protein seluler dan mendenaturasikannya. Contohnya
adalah arsenik, perak, merkuri, dan tembaga.

F. PENGERTIAN DESINFEKSI
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia
atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalan membunuh
mikroorganisme patogen.
Agen disinfeksi adalah disinfektan, yang biasanya merupakan zat kimiawi dan digunakan
untuk objek-objek tak hidup. Disinfeksi tidak menjamin objek menjadi steril karena spora viabel
dan beberapa mikroorganisme tetap dapat tersisa.

Hasil proses desinfeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor:


1. Beban organik (beban biologis) yang dijumpai pada benda.
2. Tipe dan tingkat kontaminasi mikroba.
3. Pembersihan/dekontaminasi benda sbelumnya.
4. Konsentrasi desinfektan dan waktu pajanan
5. Struktur fisik benda
6. Suhu dan PH dari proses desinfeksi.

G. TUJUAN DAN MANFAAT DESINFEKSI


Tujuan dari desinfeksi adalah memelihara peralatan dalam keadaan siap pakai, dengan
cara memusnahkan semua mikroorganisme pada peralatan tersebut tanpa membunuh spora
bakteri. Sedangkan manfaat desinfeksi adalah mencagah terjadinya kontaminasi oleh
mikroorganisme pada jaringan bahan dan alat steril.

13
H. MACAM-MACAM TEKNIK DESINFEKSI
Menurut A. Aziz Alimul H. (2012), desinfeksi dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu
sebagai berikut.

1. Cara desinfeksi dengan mencuci

Prosedur kerja :

a. Cucilah tangan dengan sabun lalu bersihkan, kemudian siram atau membasahi dengan
alkohol 70%

b. Cucilah luka dengan H2O2, betadine, atau larutan lainnya

c. Cucilah kulit/jaringan tubuh yang akan dioperasi dengan yodium tinktur 3%,
kemudian dengan alkohol.

d. Cucilah vulva dengan larutan sublimat atau larutan sejenisnya.

2. Cara desinfeksi dengan mengoleskan

Prosedur kerja :

a. Oleskan luka dengan merkurokrom atau bekas luka jahitan menggunakan alkohol atau
betadine

3. Cara desinfeksi dengan merendam

Prosedur kerja :

a. Rendamlah tangan dengan larutan lisol 0,5%

b. Rendamlah peralatan dengan larutan lisol 3-5% selama 2 jam

c. Rendamlah alat tenun dengan lisol 3-5% kurang lebih 24 jam

4. Cara desinfeksi dengan menjemur

Prosedur kerja :

14
a. Jemurlah kasur, tempat tidur, urinal, pispot, dan lain-lain dengan masing-masing
permukaan selama 2 jam

I. JENIS DESINFEKSI

1. Desinfeksi Tingkat Tinggi

Desinfeksi tingkat tinggi (DTT) dapat membunuh semua organisme kecuali spora
bakteri. Teknik DTT dapat digunakan pada alat-alat medis. DTT dapat dilakukan dengan
merebus, mengukus atau menggunakan bahan kimia.

a. DTT dengan merebus

1) Mulai menghitung waktu saat air mulai mendidih

2) Merebus selama 20 menit dalam panci tertutup

3) Seluruh alat harus terendam

4) Jangan menambah alat apapun ke air mendidih

5) Pakai alat sesegera mungkin atau simpan dalam wadah tertutup dan kering yang telah
di DTT, maksimal satu minggu

b. DTT dengan mengukus

1) Kukus alat selama 20 menit

2) Kecilkan api sehingga air tetap mendidih

3) Waktu dihitung mulai saat keluarnya uap

4) Jangan pakai lebih dari 3 panci uap

5) Keringkan dalam kontainer DTT

c. DTT dengan kimia

1) Desinfektan kimia untuk DTT

15
2) Klorin 0,1 % , Formaldehid 8% , Glutaraldehid 2%

3) Lakukan dekontaminasi dengan cuci dan dibilas lalu keringkan

4) Rendam semua alat dalam larutan desinfektan selama 20 menit

5) Bilas dengan air yang telah direbus dan dikeringkan di udara

6) Segera pakai atau disimpan dalam kontainer yang kering dan telah di DTT

2. Desinfeksi Tingkat Sedang

Desinfeksi tingkat sedang dapat membunuh bakteri, kebanyakan jamur kecuali spora
bakteri. Desinfeksi tingkat sedang jarang dipakai di rumah sakit, namun bisa diterapkan di
rumah untuk mendesinfeksi peralatan dapur.

3. Desinfeksi Tingkat Rendah

Desinfeksi tingkat rendah dapat membunuh kebanyakan bakteri, beberapa virus dan
beberapa jamur tetapi tidak dapat membunuh mikroorganisme yang resisten seperti basil
tuberkel dan spora bakteri. Teknik ini tidak digunakan di rumah sakit, namun dapat
diterapkan untuk mendesinfeksi perabot rumah tangga.

I. PERAN PERAWAT DALAM STERILISASI DAN DESINFEKSI


Dalam dunia kesehatan, sterilisasi dan disinfeksi digunakan sebagai pencegah infeksi.
Dengan adanya praktek pencegah infeksi dapat mencegah mikroorganisme berpindah dari satu
individu ke individu lainnya sehingga dapat memutus rantai penyebaran infeksi.
Tindakan- tindakan pencegahan infeksi termasuk hal-hal berikut:
1) Cuci tangan
2) Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya
3) Menggunakan teknik asepsis atau aseptic
4) Memproses alat bekas pakai
5) Menangani peralatan tajam dangan aman
6) Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelola sampah secara benar)

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Infeksi nasokomial adalah infeksi yang disebabkan oleh lingkungan saat proses
keperawatan.
 Sterilisasi adalah proses penghilangan organisme.
 Peralatan yang dapat disterilkan yaitu logam, kaca, karet, ebonit, email, porselin, plastik,
dan tenunan.
 Salah satu tujuan dan manfaat sterilisasi adalah mencegah pembusukan material oleh
mikroorganisme
 Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara mekanin, fisika, dan kimiawi.
 Desinfeksi adalah proses penghilangan organisme dengan cara membunuh nya.
 Tujuan dan manfaat desinfeksi adalah memelihara alat dengan memusnahkan dan
mencegah kontaminasi semua mikroorganisme pada peralatan tersebut tanpa membunuh
spora bakteri.
 Desinfeksi dapat dilakukan dengan cara mencuci,mengoleskan,merendam,dan menjemur.
 Macam macam jenis desinfeksi yaitu, desinfeksi tingkat tinggi, tingkat sedang, dan
tingkat rendah.
 Peran perawat dalam sterilisasi adalah sebagai pelaku dalam melakukan sterilisasi dan
disenfeksi.

B. Saran
Diharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian, agar dikemudian hari kelompok
kami dapat memperbaiki dan mengerjakan makalah menjadi lebih baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

Arrozi, fauzan. 2013. Pengenalan Alat dan Teknik Keselamatan Kerja dan Pembuatan Media,
Teknik Aseptik , Sterilisasi dan Desinfeksi . Jember.pdf

Ginting,mardan.2001.Infeksi Nosokomial dan Manfaat Pelatihan Keterampilan Perawat


Terhadap Pengendaliannya di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2001:Medan.pdf

http://ejournals1.undip.ac.id

Effendy,Christantie.Infeksi Nosokomial.pdf

Tamher, Sayuti. 2008. Mikrobiologi. Jakarta. CV. Trans Info Media

Lukas, Stefanus. 2011. Formula Steril. Yogyakarta. CV. Andi Offset.

18

Anda mungkin juga menyukai