Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK PADA SISTEM

INTEGUMEN

Disusun Oleh :

Hadiyana tiansari

UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN BAGU

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis ucapkan kehadirat tuhan Yang Maha Esa, berkat limpahan rahmat dan
petunjuk dari-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Pemeriksaan Fisik pada Sistem Integumen.
            Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami tentang Pemeriksaan
Sistem Integumen serta memenuhi tugas mata kuliah Sistem Integumen. Untuk itu Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yaitu Bapak Yulius Tiranda, Skep , Ns., M.Kep
, tim penulis serta teman teman yang telah membantu penulis dalam menghadapi berbagai masalah
dalam penyusunan makalah ini.
            Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. 
Terimakasih dan semoga makalah ini memberikan manfaat positif bagi pembaca dan kita
semua.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................

1. Latar Belakang..................................................................................
2. Tujuan Penulisan..............................................................................
3. Rumusan Masalah............................................................................
4. Manfaat Penulisan............................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................


1. Persiapan, pemeriksaan, pasca pemeriksaan integument.................
2. Pemeriksaan Fisik pada Sistem Integumen......................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................

1. Kesimpulan.......................................................................................
2. Saran.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan fisik keperawatan menggunakan 4 cara yaitu dengan cara inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi. Pemeriksaan Fisik biasanya dilakukan Head to toe yaitu
dimulai dari bagian kepala dan sampai ke bagian anggota gerak. Pemeriksaan fisik
keperawatan pada prinsipnya dikembangkan berdasarkan model keperawatan yang lebih
difokuskan pada respon yang ditimbulkan akibat masalah kesehatan yang dialami.
Pemeriksaan fisik keperawatan harus mencerminkan diagnosa fisik yang secara umum
perawat dapat membuat perencanaan tindakan untuk mengatasinya. Untuk mendapatkan data
yang akurat sebelum pemeriksaan fisik dilakukan pengkajian riwayat kesehatan, riwayat
psikososial, sosial-ekonomi dll. Hal ini memungkinkan pengkajian yang fokus dan tidak
menimbulkan bias dalam mengambil kesimpulan terhadap masalah yang ditemukan.

1.2 Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum
Setelah mempelajari pemeriksaan fisik pada manusia, Mahasiswa diharapkan
mampu memahami pemeriksaan fisik Sistem Integumen pada manusia.
b. Tujuan Khusus
 Mengetahui dan memahami cara pemeriksaan fisik kulit, rambut dan kuku.
 Menentukan kelainan fisik yang berhubungan dengan Sistem Integumen
 Mengklarifikasi dan memastikan kelainan sesuai dengan keluhan dan riwayat
kesehatan pasien
 Mendapatkan data untuk menegakkan diagnosa keperawatan
 Mendapatkan data fisik untuk menetukan status kesehatan pasien
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana cara pemeriksaan fisik dalam Sistem Integumen ?

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1        Bagi Pembaca
 Agar dapat menambah pengetahuan tentang pemeriksaan fisik pada Sistem
Integumen
1.4.2        Bagi Penulis
 Mampu memahami tentang bagaimana cara pemeriksaan fisik pada Sistem
Integumen

1.4.3 Bagi Akademik

 Dalam bidang akademik, penulis berharap supaya makalah ini dapat digunakan
sebagai salah satu bahan pembelajaran serta dapat dijadikan sebagai referensi untuk
Mahasiswa lainnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERSIAPAN, PELAKSANAAN, PASCA PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC DAN LAB


1. Persiapan
a) Persiapan alat
b) Persiapan perawat
c) Persiapan lingkungan
2. Pelaksanaan
a) Pemeriksaan kulit
 Amati warna kulit
 Kaji adanya lesi dan edema
 Palpasi kelembaban kulit
 Palpasi suhu kulit, bandingkan suhu kedua kaki dan kedua tangan dengan
menggunakan punggung jari
 Tarik/ cubit kulit untuk mengetahui turgor kulit (normalnya kembali cepat)
b) Pemeriksaan rambut
 Inspeksi pada penyebaran rambut, normalnya penyebaran rambut merata, tidak ada
lesi/ pitak.
 Inspeksi warna rambut, perhatian kesesuaian antara warna dan usia. Dan inspeksi
adanya warna rambut coklat kemerahan yang mungkin terjadi pada malnutrisi
 Inspeksi kebersihan kulit dari kutu dan ketombe
 Lakukan palpasi area rambut dan kepala dengan pola sirkulasi, perhatikan ada/
tidaknya massa atau nyeri tekan
 Perhatikan konsisten rambut : halus atau kasar, pecah-pecah, atau mudah rontok
saat di pegang
c) Pemeriksaan kuku
 Amati bentuk kuku jari untuk menentukan lengkungan dan sudut kuku (abnormal
bila sudut > 60 drajat)
 Amati warna dan tekstur kuku jari tangan dan kaki
 Lakukan pemeriksaan CRT dengan mencubit pada ujung kuku (normal < 3 detik)
3. Pasca pemeriksaan
Dokumentasi hasil pemeriksaan
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik pada kulit, rambut dan kuku adalah inspeksi dan palpasi. Sistem
integument meliputi kulit, rambut, dan kuku. Sistem ini berfungsi memberikan proteksi
eksternal bagi tubuh, membantu dalam proses pengaturan suhu tubuh, sebagai sensor
nyeri, dan indera peraba.
1. Kulit
Keterampilan perawat dalam pengkajian fisik dan pemahamanya terhadap anatomi
dan fungsi kulit dapat menjamin bahwa setiap penyimpangan dari keadaan normal
akan dapat dikenali, dilaporkan, dan didokumentasikan. Pemeriksaan pada kulit
adalah non-invasif. Lesi pada kulit bisa saja hanya terjadi pada epidermis, tapi juga
bisa hingga jaringan kulit yang lebih dalam.
Karakteristik kulit normal meliputi :
a. Warna
Warna kulit normal bervariasi antara orang yang satu dengan lainnya, dan
berkisar dari warna gading hingga cokelat gelap. Kulit bagian tubuh yang terbuka,
khususnya di kawasan yang beriklim panas dan banyak cahaya matahari,
cenderung lebih berpigmen daripada bagian tubuh lainnya. Efek vasodilatasi yang
ditimbulkan oleh demam, sengatan matahari, dan inflamsi akan menimbulkan
bercak merah muda atau kemerahan pada kulit. Pucat merupakan keadaan tidak
adanya atau berkurangnya tonus, serta vaskularitas kulit yang normal dan paling
jelas terlihat pada konjungtiva. Warna kebiruan pada sianosis menunjukan
hipoksia selular dan mudah terlihat pada ekstermitas, dasar kuku, bibir, serta
membrane mukosa. Ikterus, yaitu kulit yang mengunung, berhubungan langsung
dengan kenaikan kadar bilirubin serum dan sering kali terlihat pada sclera, serta
membrane mukosa.
b. Tekstur kulit
Tekstur kulit normalnya lembut dan kencang. Pajanan matahari, proses penuaan,
dan perokok berat akan membuat kulit sedikit lembut. Normalnya kulit adalah
elastic dan dapat cepat kembali apabila dilakukan pencubitan yang sering disebut
dengan turgor kulit baik.
c. Suhu
Suhu kulit normalnya hangat, walaupun pada beberapa kondisi pada bagian
perifer seperti tangan dan telapak kaki akan teraba dingin akibat suatu kondisi
vasokontriksi.
d. Kelembapan
Secara normal kulit akan teraba kering apabila disentuh. Pada beberapa kondisi
seperti adanya peningkatan aktivitas dan pada peningkatan kecemasan,
kelembapan akan meningkat.
e. Bau busuk
Kulit normalnya bebas dari segala bau yang tidak mengenakan. Bau yang tajam
secara normal dapat ditemukan pada peningkatan produksi keringat terutama pada
area aksila dan lipat paha.
Beberapa jenis lesi pada kulit adalah sebagai berikut :
1. Lesi primer kulit.

Jenis Lesi Keterangan Gambar


Bula Lesi yang berisi cairan, diameter >2cm
(disebut juga blister).
Disebabkan oleh keracunan getah
pohon ek (jenis pohon yang batangnya
keras), dermatitis lvy (sejenis tanaman
menjalar), bullous pemfigoid bulosa,
luka bakar derajat 2.

Komedo Disebabkan karena tertutupnya duktus


pilosebaceous, eksfoliatif, terbentuk
dari sebum dan keratin.
Komedo hitam komedo terbuka ,
komedo putih komedo tertutup.

Kista Massa semi padat atau kapsul yang


berisi cairan yang berada dalam kulit
(misalnya jerawat).

Macula Datar, berpigmen, bentuknya


melingkar, luasnya < 1cm (misalnya,
bekas rubella).
Nodul Lesi berupa tonjolan, lebih tinggi dari
jaringan sekitar dan lebih dalam dari
pada papula. Meluas hingga lapisan
dermal, berdiameter 0,5 – 2cm.

Papula Inflamasi dengan lesi naik hingga 0,5


cm. Warnanya bisa sama atau berbeda
dengan warna kulit.

Tumor Lesi padat, lebih tinggi dari kulit


sekitar, meluas hingga jaringan dermal
dan subkutan.

Vesikel Permukaan kulit naik, berbatas jelas,


terisi cairan, diameternya < 0,5cm.

2. Lesi sekunder kulit

Jenis Lesi Keterangan Gambar


Atropi Penipisan kulit pada bagian tubuh
tertentu (misalnya proses penuaan).

Krusta Sebum yang mongering, eksudat


serosa, purulen, atau sanguineous di
bawah kulit yang mengalami erosi
sehingga muncul kepermukaan kulit
sebagai vesikel, bula atau pustula.

Erosi Lesi berbatas tidak tegas, kehilangan


lapisan jaringan epidermis superficial.

Ekskoriasi/Abras Garukan / goresan linear, dengan


i daerah sekitarnya mengalami abrasi.
Biasanya dilakukan oleh diri sendiri.

Likenifikasi Lapisan kulit yang menebal, kulit


yang tampak sering digaruk
(misalnya, atopic dermatitis kronis).

Fisura Belahan pada kulit yang bertepi rata,


dapat meluas ke lapisan dermal.
Skar Jaringan ikat yang disebabkan oleh
trauma, inflamasi dalam, atau
pembedahan. Berwarna merah jika
baru terjadi, jika sudah lama akan
tampak berwarna lebih muda dan
datar.
Ulkus Kerusakan pada lapisan epidermal dan
dermal, dapat meluas ke jaringan
subkutan. Biasanya sembuh dengan
menyisakan skar.

1. Inspeksi
 Lihat warna kulit klien bahwa sinar matahari. Normalnya kulit berwarna cerah merah
muda hingga kecokelatan ataupun hitam. Kulit yang tidak terkena sinar matahari akan
berwarna lebih terang, dan tampak pucat pada orang yang tidak pernah / jarang terpapar
sinar matahari.
 Lihat adanya lesi pada kulit (primer ataupun sekunder).
 Lihat apakah kulit klien tampak berminyak.
2. Palpasi
 Raba permukaan kulit, rasakan kelembapannya. Normalnya kulit teraba lembap, tetapi
tidak basah.
 Rasakan suhu pada permukaan tubuh, normalnya tubuh akan teraba hangat.
 Cubit sedikit pada bagian dada, atau lengan bagian dalam. Turgor kulit akan kembali
dalam waktu < 2 detik (nilai normal).
 Untuk mengetahui adanya pitting edema, tekan perlahan pada daerah pretibialis, dorsum
pedis, atau sacrum. Jika ditemukan pitting edema, pada area yang ditekan akan tampak
bekas jari pemeriksa dan akan kembali dengan lambat (> 2 detik).
A. Rambut
1. Inspeksi
 Perhatikan penyebaran rambut di seluruh tubuh, penyebaran rambut akan tampak lebih
banyak pada pria dibandingkan wanita. Lihat kebersihannya, catat adanya tinea kapitis,
tinea korporis, kutu, dan lain-lain. Lihat warnanya, warna rambut berbeda-beda
tergantung suku bangsanya.
2. Palpasi
 Rasakan apakah rambut berminyak. Tarik sedikit rambut, catat jika ada kerontokan
rambut atau alopesia (rontok berlebihan).

B. Kuku
Kondisi kuku mencerminkan status kesehatan umum, status nutrisi, pekerjaan, dan tingkat
perawatan diri seseorang, bahkan status psikologis juga dapat diungkapkan dari adanya bukti – bukti
gigitan kuku. Sebelum mengkaji, kondisi kuku mencerminkan status kesehatan umum, status nutrisi,
pekerjaan, dan tingkat perawatan diri seseorang bahkan status psikologis juga dapat diungkapkan
dari adanya bukti – bukti gigitan kuku. Sebelum mengkaji kuku, perawat mengumpulkan riwayat
singkat. Bagian kuku yang paling dapat dilihat adalah plat kuku, lapisan transparan sel epitel yang
menutupi bantalan kuku. Vaskularitas bantalan kuku member warna lapisan di bawah kuku.
Semilunar, area putih dibagian dasar bantalan kuku disebut lunula, yaitu merupakan dari nama plat
kuku terbentuk.

1. Inspeksi
 Perhatikan bentuk kuku dan warna dasar kuku. Normalnya dasar kuku berwarna merah
muda cerah karena mengandung banyak pembuluh darah.
 Sudut normal antara kuku dengan pangkalnya adalah 160 derajat.
 Perhatikan sekitar kuku, apakah ada lesi atau perlukaan.
2. Palpasi
 Tekan ujung jari untuk memeriksa Capillary Refil Time (CRT) yaitu waktu pengisian
balik kapiler. Normalnya akan kembali dalam waktu < 2 detik.

Beberapa kelainan pada kuku :

Jenis Keterangan Gambar


Jari gada Terjadi karena kondisi hipoksia
(clubbing finger) dalam waktu yang lama.
Sudut antara kuku dengan dasarnya
> 180 derajat.

Koilonika Bentuk kuku seperti sendok,


(koilonychia) disebabkan karena anemia dalam
jangka waktu yang lama.

Paronikia Ditandai dengan adanya edema


(paronychia) pada dasar kuku. Diakibatkan
karena trauma atau infeksi yang
bersifat local.

Garis Beau Biasa terjadi karena penyakit


infeksi yang kronis. Ditandai
dengan garis transversal pada
permukaan kuku.
Onikomikosis Terjadi karena adanya infeksi jamur
pada kuku.

Onycholysis Proses terlepasnya kuku karena


onikomikosis yang tidak ditangani.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Pemeriksaan fisik pada sistem integumen meliputi kulit , rambut dan kuku. Pemeriksaan yang
dilakukan adalah dengan cara Inspeksi dan palpasi. Pada pemeriksaan fisik kulit hal yang dikaji
adalah pada warna, kelembapan, tekstur kulit, suhu, dan bau busuk. Kalau pada  pemeriksaan fisik 
rambut meliputi pemeriksaan pada warna,kebersihan, distribusi, dan tekstur. Sedangkan pemeriksaan
pada kuku meliputi pemeriksaan pada warna , bentuk kuku, sudut kuku dan Capillary Refill Time.

3.2 Saran
Makalah ini disusun untuk memudahkan proses belajar mengajar, baik sebagai materi
bimbingan klinik maupun sebagai materi ajar pada mata kuliah Sistem Integumen. Setelah
mengetahui tentang cara pemeriksaan fisik pada sistem integumen diharapkan agar kita sebagai
perawat dapat melakukan pemeriksaan fisik pada Sistem Integumen dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Debora, Oda. 2011. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Malang : Salemba Medika

Arif Muttaqin, Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta :
Salemba Medika

Syaifuiddin.2010. Anatomi dan Fisiologi : Kurikulum berbasis Kompetensi untuk Keperawatan dan
Kebidanan, Edisi 4. Jakarta ; EGC

Potter, Patricia A. 2010. Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku 2. Jakarta : Salemba Medika

Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai