Anda di halaman 1dari 179

LOGO

KEMNAKER

Peraturan K3 Listrik
RUANG LINGKUP
1. Pengawasan K3 Listrik di Tempat
Kerja
2. Pengawasan K3 sistem Proteksi Petir
3. Pengawasan K3 Pesawat Lift
LOGO

1.Pengawasan K3 Listrik di
Tempat Kerja
1. Pengawasan K3 Listrik
A. di Tempat
Pola Pembinaan Kerja Norma K3
dan Pengawasan
Listrik
B. Sejarah peraturan perundangan K3 listrik AVE
1938, PUIL 1964, PUIL 1977, PUIL 1988, PUIL
2000
C. Peraturan K3 listrik di tempat Kerja
D. Pemeriksaan persyaratan K3 listrik
E. Sumber bahaya listrik
F. Bahaya Listrik
G. Sistem pengamanan terhadap bahaya listrik
H. Prosedur Keselamatan Kerja listrik
I. Bahaya dan pengendalian Kebakaran dan
Peledakan akibat listrik
J. pemeriksaan keselamatan Kerja listrik
K. Penerapan SMK3 terkait K3 Listrik
A. Pola Pembinaan dan Pengawasan
Norma K3 Listrik

Perencanaan /gambar rencana

Pembuatan/pemasangan

Pola Pembinaan dan


Pengawasan Norma K3 Penggunaan
Listrik
Pemeriksaan dan pengujian

Pemeliharaaan

Pemeriksaan dan pengujian berkala


B. Sejarah peraturan perundangan K3 listrik AVE
1938, PUIL 1964, PUIL 1977, PUIL 1988, PUIL 2000
Diawali dengan Penerapan Standar yang berlaku di negara
1 Belanda

• Pemberlakukan standar Belanda dengan peraturan Menteri


2 bidang ketenagakerjaan

3 Penyusunan SNI berdasarkan standar Belanda

4 Penyusunan SNI sesuai dengan Penerapan Listrik di Indonesia


STANDAR K3 LISTRIK
DI INDONESIA

Peraturan
KHUSUS B Peraturan
Khusus B
Peraturan
04/78
Peraturan
04/88

11/1/2015
C. Peraturan K3 listrik di tempat Kerja
Dasar hukum :
Undang undang No 1 tahun 1970

Pasal 3 ayat (1) huruf q


(Objective)
Keselamatan Kerja

Dengan peraturan perundangan


ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk:
q. mencegah terkena aliran listrik
berbahaya

11/1/2015
Add your company slogan

LISTRIK
 Ahli K3 Listrik
(Permen No 12 tahun 2015 jo Kepdirjen No. Kep.
47/PPK&K3/VIII/2015)
 Teknisi Listrik
(Permen No 12 tahun 2015 jo Kepdirjen No. Kep.
48/PPK&K3/VIII/2015)
 Teknisi Lift yang terdiri dari Penyelia
Pemasangan, Teknisi Pemeliharaan, Teknisi
Penyetel dan Penyelia Operasi
(Kepdirjen No. Kep. 407/BW/1999)
LOGO
Add your company slogan

LOGO
Add your company slogan

LOGO
Add your company slogan

LOGO
Add your company slogan

LOGO
Add your company slogan

LOGO
Add your company slogan

LOGO
Add your company slogan

LOGO
Kewajiban Ahli K3 Add your company slogan

Permen No 2/1992
 Pasal 9
(1) Ahli keselamatan dan kesehatan kerja
berkewajiban:
a. Membantu mengawasi pelaksanaan
peraturan perundangan keselamatan dan
kesehatan kerja sesuai dengan bidang yang
ditentukan dalam keputusan penunjukannya;
b. Memberikan laporan kepada Menteri Tenaga
Kerja atau Pejabat yang ditunjuk mengenai
hasil pelaksanaan tugas dengan ketentuan
sebagai berikut:
www.themegallery.com LOGO
1.
Add your company slogan

1. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di


tempat kerja satu kali dalam 3 (tiga) bulan, kecuali
ditentukan lain;
2. Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di
perusahaan yang memberikan jasa dibidang
keselamatan dan kesehatan kerja setiap saat setelah
selesai melakukan kegiatannya;
c. Merahasiakan segala keterangan tentang ahasia
perusahaan/instansi yang didapat berhubungan
dengan jabatannya.

www.themegallery.com LOGO
Add your company slogan
Kewenangan Ahli K3
Ahli keselamatan dan kesehatan kerja berwenang untuk:
a. Memasuki tempat kerja sesuai dengan keputusan penunjukan;
b. Meminta keterangan dan atau informasi mengenai pelaksanaan
syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja
sesuai dengan keputusan penunjukannya;
c. Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi
dan memberikan persyaratan serta pembinaan keselamatan dan
kesehatan kerja yang meliputi:
1. Keadaan dan fasilitas tenaga kerja.
2. Keadaan mesin-mesin, pesawat, alat-alat kerja, instalasi serta
peralatan lainnya.
3. Penanganan bahan-bahan.
4. Proses produksi.
5. Sifat pekerjaan.
6. Cara kerja.
7. Lingkungan kerja. LOGO
Add your company slogan
Pelaksanaan pembinaan Colan Ahli K3 bidang
Listrik

LOGO
Add your company slogan

LOGO
Add your company slogan

LOGO
Add your company slogan

LOGO
Add your company slogan

LOGO
Add your company slogan

LOGO
Add your company slogan

LOGO
Add your company slogan

LOGO
Add your company slogan

LOGO
Add your company slogan

LOGO
Add your company slogan

LOGO
Add your company slogan

www.themegallery.com LOGO
Add your company slogan

www.themegallery.com LOGO
Add your company slogan

LOGO
Add your company slogan

LOGO
Add your company slogan

www.themegallery.com LOGO
Add your company slogan

www.themegallery.com LOGO
Add your company slogan

www.themegallery.com LOGO
Add your company slogan

www.themegallery.com LOGO
Add your company slogan

www.themegallery.com LOGO
Add your company slogan

www.themegallery.com LOGO
Add your company slogan

www.themegallery.com LOGO
Add your company slogan

www.themegallery.com LOGO
Add your company slogan

www.themegallery.com LOGO
Add your company slogan

www.themegallery.com LOGO
Add your company slogan

www.themegallery.com LOGO
Add your company slogan

www.themegallery.com LOGO
Add your company slogan

www.themegallery.com LOGO
Add your company slogan

www.themegallery.com LOGO
Add your company slogan

www.themegallery.com LOGO
Add your company slogan

www.themegallery.com LOGO
www.themegallery.com
www.themegallery.com
www.themegallery.com
D. Pemeriksaan persyaratan
K3 listrik
Checklist pemeriksaan
E. Sumber bahaya listrik

Arus kejut
panas
medan listrik
Bahaya kejut listrik

t : 1,0 0,8 0,6 0,4 0,3 0,2 (detik)


E: 90 100 110 125 140 200 (Volt)
I : 180 200 250 280 330 400 (mA)
F. Bahaya Listrik
Dampak arus listrik bagi tubuh
manusia
 gagal kerja jantung
 gangguan pernafasan
 kerusakan sel
 terbakar
Tiga Faktor penentu tingkat bahaya
listrik
 tegangan
 arus
 tahan
Keterangan :
Ru1 = Tahanan penghantar
Rki = Tahanan tubuh
Ru2 = Tahanan penghantar
Rk = Tahanan total = Ru1 + Rki +
Ru2
 Proses Terjadinya Sengatan Listrik
 Terdapat dua cara listrik bisa menyengat
tubuh kita, yaitu melalui sentuhan langsung
dan tidak langsung.
Tiga Faktor Penentu Keseriusan
Akibat Sengatan Listrik
 Besar arus listrik
 Lintasan aliran arus dalam tubuh
 Lama waktu terkena sengatan listrik
G. Sistem pengamanan terhadap
bahaya listrikterhadap sentuhan
Pengamanan
langsung
 isolasi
 penghalang
 Menggunakan
peralatan
INTERLOCKI
NG
Pengamanan
terhadap tegangan
sentuh (tidak
langsung)
 Pentanahan
(Grounding/Earthing)
Alat Proteksi
Otomatis
 Residual Current
Device (RCD),
Earth Leakage
Circuit Breaker
(ELCB) dan
Ground Fault
Circuit Interruptor
(GFCI)
Pengaman
pada
peralatan
portabel
 Alat Kelas I
dan Kelas II
H. Prosedur Keselamatan Kerja
listrik
umum
Hanya orang-orang yang berwenang, dan
berkompeten yang diperbolehkan bekerja
pada atau di sekitar peralatan listrik
Menggunakan peralatan listrik sesuai dengan
prosedur (jangan merusak atau membuat
tidak berfungsinya alat pengaman)
Jangan menggunakan tangga logam untuk
bekerja di daerah instalasi listrik
lanjutan umum
• Pelihara alat dan sistem dengan baik
• Menyiapkan langkah-langkah tindakan darurat
ketika terjadi kecelakaan
Prosedur shut-down :
• tombol pemutus aliran listrik (emergency off)
harus mudah diraih.
• Korban harus dipisahkan dari aliran listrik dengan
cara yang aman sebelum dilakukan pertolongan
pertama.
• Hubungi bagian yang berwenang untuk
melakukan pertolongan pertama pada
kecelakaan. Pertolongan pertama harus
dilakukan oleh orang yang berkompeten
lanjutan 8. prosedur
Khusus
 Prosedur
Lockout/Tago
ut
I. Bahaya dan pengendalian
Kebakaran dan Peledakan akibat
listrik

Penyebab
Kebakaran
dan
Peledakan
 Ukuran kabel
yang tidak
memadai
 Penggunaan
adaptor atau
stop kontak
yang salah.
 Instalasi
kontak
yang tidak
memadai
 Percikan bunga
api pada peralatan
listrik atau ketika
memasukkan dan
mengeluarkan
soket ke stop-
kontak pada
lingkungan kerja
yang berbahaya di
mana terdapat
cairan, gas atau
debu yang mudah
terbakar
Pengendalian Kebakaran dan
peledakan
 penggunaan instalasi, perlengkapan dan
peralatan sesuai dengan IP (indeks
protection)
 perlindungan terhadap masuknya benda
padat
 perlindungan terhadap masuknya benda cair
 perlindungan pada kondisi khusus
Tabel Elemen Kode IP

1 2 3 4
Elemen Angka/ Artinya proteksi untuk Artinya proteksi
huruf perlengkapan manusia
Kode huruf IP
Dari masuknya benda Dari sentuh
asing padat langsung ke bagian
berbahaya dengan :
Angka 0 (tanpa proteksi) (tanpa Proteksi)
Karakteristi 1 diameter ≥ 50 mm belakang telapak
k pertama 2 diameter ≥ 12,5 mm tangan
3 diameter ≥ 2,5 mm jari
4 diameter ≥ 1,0 mm perkakas
5 debu kawat
6 kedap debu kawat
kawat

11/1/2015
Tabel Elemen Kode IP

1 2 3 4
Elemen Angka Artinya proteksi untuk Artinya proteksi
/huruf perlengkapan manusia
Kode huruf IP
Dari masuknya benda asing Dari sentuh langsung
cair ke bagian berbahaya
dengan :
Angka 0 (tanpa proteksi)
karakteristrik 1 tetesan air secara vertical
kedua 2 tetesan air miring (150)
3 semprotan air/ butiran halus
4 semprotan air/butiran besar
5 pancaran air
6 pancaran air kuat
7 perendaman sementara
11/1/2015
8 perendaman kontinu
Tabel Elemen Kode IP
1 2 3 4
Elemen Angka Artinya proteksi untuk Artinya proteksi
/huruf perlengkapan manusia
Kode huruf IP
Dari masuknya benda Dari sentuh
asing padat langsung ke bagian
berbahaya dengan :
Huruf A Belakang telapak
tambahan B tangan
(Opsi) C Jari
D Perkakas
kawat
Informasi suplemen
khusus untuk :
Huruf H Aparat tegangan tinggi
suplemen M Gerakan selama uji air
(Opsi) S Stasioner selama uji air
11/1/2015
Simbol-simbol
yang digunakan
untuk berbagai
jenis proteksi
menurut
EN 60529.
J. Pemeriksaan
keselamatan Kerja listrik

Checklist pemeriksaan
keselamatan Kerja listrik
LOGO

KEMNAKER

K. SMK3
(PP No. 50 Tahun 2012)
terkait K3 Listrik
Lima Prinsip SMK3 meliputi :

1 Penetapan kebijakan K3

2 Perencanaan K3

3 Pelaksanaan rencana K3

4 Pemantauan dan evaluasi kinerja K3

5 Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3


Kegiatan K3 Listrik dalam Penerapan SMK3

1 Penetapan kebijakan K3

 identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian


risiko terkait listrik
 melakukan peninjauan terhadap kejadian yang
berbahaya terkait listrik
 penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya listrik
yang disediakan
 memastikan terdapat penilaian kinerja manajemen
terhadap upaya pengendalian potensi bahaya listrik
 masukan pekerja/buruh terhadap pengendalian potensi
bahaya litsrik selalu diperhatikan dan ditinjau.
 kebijakan K3 memuat pengendalian potensi bahaya
listrik
lanjutan Pedoman Penerapan

2 Perencanaan K3

 melakukan identifikasi potensi bahaya listrik


 merencanakan upaya pengendalian potensi bahaya listrik
 menetapkan kebutuhan Ahli K3 bidang listrik dan
Teknisi K3 Listrik
 merencanakan kegiatan pemeriksaan dan pengujian
berkala listrik
 menetapkan indikator pencapaian pelaksanaan K3 listrik
 membentuk dan menetapkan pertanggungjawaban untuk
memastikan pekerjaan listrik dalam kondisi aman
lanjutan Pedoman Penerapan

3 Pelaksanaan rencana K3

 memastikan yang melakukan perencanaan, pemasangan,


perubahan, pemeliharaan, pemeriksaan dan pengujian
adalah Ahli K3 bidang listrik yang mempunyai SKP yang
masih berlaku
 memastikan yang melakukan pemasangan dan
pemeliharaan adalah teknisi k3 listrik yang mempunyai
lisensi yang masih berlaku
 memastikan adanya prosedur, infomasi dan pelaporan
yang terdokumentasi dalam pemasangan, perubahan,
pemeliharaan, pemeriksaan dan pengujian listrik
 memastikan upaya pengendalian potensi bahaya listrik
menjadi bagian dari kegiatan K3
lanjutan Pedoman Penerapan

 memastikan adanya perencanaan/gambar rencana


dalam pemasangan dan perubahan listrik
 memastikan adanya prosedur kerja dan instruksi kerja
listrik (Electrical permit , logout/tagout sistem)
 memastikan pekerjaan listrik dilakukan oleh PJK3
bidang listrik yang mempunyai SKP yang masih berlaku
 memastikan adanya rencana tanggap darurat kecelakaan
listrik
lanjutan Pedoman Penerapan

 memastikan adanya petunjuk, rambu atau peringatan di


area kerja listrik yang mudah dipahami dan terlihat
dengan jelas oleh semua pekerja dan
tamu/pelangan/pemasok
 memastikan adanya prosedur informasi dan pelaporan
jika terjadi gangguan listrik
 melakukan dokumentasi terhadap pengesahan, hasil
pemeriksaan dan pengujian, hasil identifikasi, izin kerja
dan kalibrasi alat uji listrik
lanjutan Pedoman Penerapan

4 Pemantauan dan evaluasi kinerja K3

 melakukan pemeriksaan dan pengujian listrik


 mengawasi pelaksanaan riksa uji yang dilakukan oleh
pihak ketiga untuk memastikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan dan standar
kelistrikan yang berlaku
 membuat rekomendasi perbaikan
lanjutan Pedoman Penerapan

5 Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3

Peran Ahli K3 bidang Listrik dalam Peninjauan dan


Peningkatan Kinerja SMK3 :

 melakukan up dating / pembaharuan pelaksanaan K3


listrik terkait diterbitkannya Permenaker no 12 tahun
2015
Kriteria audit terkait dengan K3 listrik

 1.1.4 Kebijakan khusus dibuat untuk masalah K3


yang bersifat khusus.
 1.2.1 Tanggung jawab dan wewenang untuk
mengambil tindakan dan melaporkan kepada semua pihak
yang terkait dalam perusahaan di bidang K3 telah
ditetapkan, diinformasikan dan didokumentasikan.
 1.2.2 Penunjukan penanggung jawab K3 harus sesuai
peraturan perundang-undangan.
 1.2.5 Petugas yang bertanggung jawab untuk
penanganan keadaan darurat telah ditetapkan dan
mendapatkan pelatihan.
 1.4.2 Terdapat prosedur yang memudahkan
konsultasi mengenai perubahan-perubahan yang
mempunyai implikasi terhadap K3.
 2.1.1 Terdapat prosedur terdokumentasi untuk identifikasi
potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko K3.
 2.1.2 Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan
pengendalian risiko K3 sebagai rencana strategi K3
dilakukan oleh petugas yang berkompeten.
 2.1.3 Rencana strategi K3 sekurang-kurangya berdasarkan
tinjauan awal, identifikasi potensi bahaya, penilaian,
pengendalian risiko, dan peraturan perundang-undangan
serta informasi K3 lain baik dari dalam maupun luar
perusahaan.
 2.1.4 Rencana strategi K3 yang telah ditetapkan digunakan
untuk mengendalikan risiko K3 dengan menetapkan tujuan
dan sasaran yang dapat diukur dan menjadi prioritas serta
menyediakan sumber daya.
 2.1.5 Rencana kerja dan rencana khusus yang berkaitan
dengan produk, proses, proyek atau tempat kerja tertentu
telah dibuat dengan menetapkan tujuan dan sasaran yang
dapat diukur, menetapkan waktu pencapaian dan
menyediakan sumber daya.
 2.2.2 Terdapat manual khusus yang berkaitan dengan
produk, proses, atau tempat kerja tertentu.
 2.3.1 Terdapat prosedur yang terdokumentasi untuk
mengidentifikasi, memperoleh, memelihara dan memahami
peraturan perundang-undangan, standar, pedoman teknis, dan
persyaratan lain yang relevan dibidang K3 untuk seluruh tenaga
kerja di perusahaan
 2.3.3 Persyaratan pada peraturan perundang-undangan,
standar, pedoman teknis, dan persyaratan lain yang relevan di
bidang K3 dimasukkan pada prosedur-prosedur dan petunjuk-
petunjuk kerja.
 2.3.4 Perubahan pada peraturan perundang-undangan,
standar, pedoman teknis, dan persyaratan lain yang relevan di
bidang K3 digunakan untuk peninjauan prosedur-prosedur dan
petunjuk-petunjuk kerja.
 2.4.1 Informasi yang dibutuhkan mengenai kegiatan K3
disebarluaskan secara sistematis kepada seluruh tenaga kerja, tamu,
kontraktor, pelanggan, dan pemasok.
 3.1.1 Prosedur yang terdokumentasi mempertimbangkan
identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko yang
dilakukan pada tahap perancangan dan modifikasi.
 3.1.2 Prosedur, instruksi kerja dalam penggunaan produk,
pengoperasian mesin dan peralatan, instalasi, pesawat atau proses
serta informasi lainnya yang berkaitan dengan K3 telah
dikembangkan selama perancangan dan/atau modifikasi.
 3.1.3 Petugas yang berkompeten melakukan verifikasi
bahwa perancangan dan/atau modifikasi memenuhi persyaratan
K3 yang ditetapkan sebelum penggunaan hasil rancangan.
 5.1.1 Terdapat prosedur yang terdokumentasi yang
dapat menjamin bahwa spesifikasi teknik dan informasi lain
yang relevan dengan K3 telah diperiksa sebelum keputusan
untuk membeli.
 5.1.2 Spesifikasi pembelian untuk setiap sarana
produksi, zat kimia atau jasa harus dilengkapi spesifikasi yang
sesuai dengan persyaratan peraturan perundang-undangan
dan standar K3.
 5.1.4 Kebutuhan pelatihan, pasokan alat pelindung
diri dan perubahan terhadap prosedur kerja harus
dipertimbangkan sebelum pembelian dan penggunaannya.

 5.2.1 Barang dan jasa yang dibeli diperiksa


kesesuaiannya dengan spesifikasi pembelian.
 5.3.1 Barang dan jasa yang dipasok pelanggan, sebelum
digunakan terlebih dahulu diidentifikasi potensi bahaya dan dinilai
risikonya dan catatan tersebut dipelihara untuk memeriksa
prosedur.
 5.4.1 Semua produk yang digunakan dalam proses
produksi dapat diidentifikasi di seluruh tahapan produksi dan
instalasi, jika terdapat potensi masalah K3.
 6.1.3 Terdapat prosedur atau petunjuk kerja yang
terdokumentasi untuk mengendalikan risiko yang teridentifikasi
dan dibuat atas dasar masukan dari personil yang kompeten serta
tenaga kerja yang terkait dan disahkan oleh orang yang berwenang
di perusahaan.
 6.1.4 Kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan, standar serta pedoman teknis yang relevan
diperhatikan pada saat mengembangkan atau melakukan
modifikasi atau petunjuk kerja.
 6.1.5 Terdapat sistem izin kerja untuk tugas berisiko tinggi.
 6.1.6 Alat pelindung diri disediakan sesuai kebutuhan
dan digunakan secara benar serta selalu dipelihara dalam
kondisi layak pakai.
 6.2.1 Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa
setiap pekerjaan dilaksanakan dengan aman dan mengikuti
prosedur dan petunjuk kerja yang telah ditentukan
 6.2.3 Pengawas/penyelia ikut serta dalam identifikasi
bahaya dan membuat upaya pengendalian.
 6.2.4 Pengawas/penyelia diikutsertakan dalam
melakukan penyelidikan dan pembuatan laporan terhadap
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta wajib
menyerahkan laporan dan saran-saran kepada pengusaha atau
pengurus.
 6.3.2 Penugasan pekerjaan harus berdasarkan
kemampuan dan keterampilan serta kewenangan yang
dimiliki.
 6.4.1 Pengusaha atau pengurus melakukan penilaian
risiko lingkungan kerja untuk mengetahui daerah-daerah
yang memerlukan pembatasan izin masuk.
 6.4.2 Terdapat pengendalian atas daerah/tempat
dengan pembatasan izin masuk.
 6.4.4 Rambu-rambu K3 harus dipasang sesuai dengan
standar dan pedoman teknis.
 6.5.1 Penjadualan pemeriksaan dan pemeliharaan sarana produksi
serta peralatan mencakup verifikasi alat-alat pengaman serta
persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan,
standar dan pedoman teknis yang relevan.
 6.5.2 Semua catatan yang memuat data secara rinci dari kegiatan
pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan dan perubahan yang dilakukan
atas sarana dan peralatan produksi harus disimpan dan dipelihara.
 6.5.3 Sarana dan peralatan produksi memiliki sertifikat yang masih
berlaku sesuai dengan persyaratan peraturan perundang-undangan dan
standar.
 6.5.4 Pemeriksaan, pemeliharaan, perawatan, perbaikan dan setiap
perubahan harus dilakukan petugas yang kompeten dan berwenang.
 6.5.5 Terdapat prosedur untuk menjamin bahwa Jika terjadi
perubahan terhadap sarana dan peralatan produksi, perubahan
tersebut harus sesuai dengan persyaratan peraturan perundang-
undangan, standar dan pedoman teknis yang relevan.
 6.5.6 Terdapat prosedur permintaan pemeliharaan sarana
dan peralatan produksi dengan kondisi K3 yang tidak memenuhi
persyaratan dan perlu segera diperbaiki.
 6.5.7 Terdapat sistem untuk penandaan bagi peralatan
yang sudah tidak aman lagi untuk digunakan atau sudah tidak
digunakan.
 6.5.8 Apabila diperlukan dilakukan penerapan sistem
penguncian pengoperasian (lock out system) untuk mencegah agar
sarana produksi tidak dihidupkan sebelum saatnya.
 6.5.9 Terdapat prosedur yang dapat menjamin
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja atau orang lain yang
berada didekat sarana dan peralatan produksi pada saat proses
pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan dan perubahan.
 6.5.10 Terdapat penanggung jawab untuk menyetujui bahwa
sarana dan peralatan produksi telah aman digunakan setelah
proses pemeliharaan, perawatan, perbaikan atau perubahan.
 6.6.1 Apabila perusahaan dikontrak untuk
menyediakan pelayanan yang tunduk pada standar dan
peraturan perundang-undangan mengenai K3, maka perlu
disusun prosedur untuk menjamin bahwa pelayanan
memenuhi persyaratan.
 6.7.1 Keadaan darurat yang potensial di dalam
dan/atau di luar tempat kerja telah diidentifikasi dan
prosedur keadaan darurat telah didokumentasikan dan
diinformasikan agar diketahui oleh seluruh orang yang ada
di tempat kerja.
 6.7.3 Tenaga kerja mendapat instruksi dan pelatihan
mengenai prosedur keadaan darurat yang sesuai dengan
tingkat risiko.
 7.1.5 Laporan pemeriksaan/inspeksi berisi
rekomendasi untuk tindakan perbaikan dan diajukan
kepada pengurus dan P2K3 sesuai dengan kebutuhan.
 7.1.7 Tindakan perbaikan dari hasil laporan
pemeriksaan/inspeksi dipantau untuk menentukan
efektifitasnya.
 7.3.1 Terdapat prosedur yang terdokumentasi
mengenai identifikasi, kalibrasi, pemeliharaan dan
penyimpanan untuk alat pemeriksaan, ukur dan uji
mengenai K3.
 8.4.1 Terdapat prosedur untuk menangani masalah
keselamatan dan kesehatan yang timbul dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 12.1.1 Analisis kebutuhan pelatihan K3 sesuai persyaratan
peraturan perundang-undangan telah dilakukan.
 12.1.2 Rencana pelatihan K3 bagi semua tingkatan telah
disusun.
 12.1.4 Pelatihan dilakukan oleh orang atau badan yang
berkompeten dan berwenang sesuai peraturan perundang-
undangan.
 12.3.2 Pelatihan diberikan kepada tenaga kerja apabila di
tempat kerjanya terjadi perubahan sarana produksi atau proses.

 12.4.1 Terdapat prosedur yang menetapkan persyaratan


untuk memberikan taklimat (briefing) kepada pengunjung dan
mitra kerja guna menjamin K3.
 12.5.1 Perusahaan mempunyai sistem yang menjamin
kepatuhan terhadap persyaratan lisensi atau kualifikasi sesuai
dengan peraturan perundangan untuk melaksanakan tugas khusus,
melaksanakan pekerjaan atau mengoperasikan peralatan
LOGO

2. Pengawasan K3
sistem Proteksi Petir
Ref
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 02/Men/1989
tentang instalasi penyalur petir
Berlaku untuk sistem proteksi eksternal / proteksi
bahaya sambaran langsung

2. SNI 04- 0225 2000 (PUIL 2000)


Sebagai rujukan untuk sistem proteksi internal / proteksi
bahaya sambaran tidak langsunglangsung

Instalasi penyalur petir yang tidak


memenuhi syarat dapat mengundang bahaya

11/1/2015
Pengawasan K3 +++++++
+++++++++
Instalasi Penyalur Petir +++++++
- - - - - - -
- - - - - -
- - - - -
11/1/2015
-- - - - - - - - - - - - - - -
------------
- -
- -
-
- -
- - - -
- - -
-
- -
- - - - - -
- - - - -
- -

- - - - - -
- - - - - -
- - -

+ + + +
+ + + + + + + BUMI+ + +
+ + + + + + + + +

11/1/2015
Arus : 5.000 ~ 200.000
A
Panas: 30.000 oC

KERUSAKAN Sasaran
• THERMIS
, OBYEK YANG TERTINGGI
• ELEKTRI
S,
11/1/2015 • MEKANIS
++++++++ - - - - - - - - +++++++
++++++++ - - - - - - - - +++++++++
++++++++ - - - - - - - - +++++++
------------ +++++++ - - - - - - -
------------- +++++++ - - - - - -
------------ +++++ - - - - -
DARI AWAN
KE AWAN DARI AWAN
KE BUMI

MENYAMBAR
JARINGAN LISTRIK

11/1/2015
BAHAYA SAMBARAN PETIR

 SAMBARAN
LANGSUNG

 SAMBARAN TIDAK
LANGSUNG

KERUSAKAN
PADA ALAT ELEKTRONIK

11/1/2015
Instalasi penyalur petir
yang tidak
memenuhi syarat dapat
mengundang bahaya

Grounding tidak sempurna

Berbahaya

11/1/2015
11/1/2015
Ref
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 02/Men/1989
tentang instalasi penyalur petir
Berlaku untuk sistem proteksi eksternal / proteksi
bahaya sambaran langsung

2. SNI 04-0225 2000 (PUIL 2000)


Sebagai rujukan untuk sistem proteksi internal / proteksi
bahaya sambaran tidak langsunglangsung

Instalasi penyalur petir yang tidak


memenuhi syarat dapat mengundang bahaya

11/1/2015
KONSEP PROTEKSI BAHAYA
SAMBARAN PETIR
PERLINDUNGAN SAMBARAN LANGSUNG
Dengan memasang instalasi penyalur petir pada
bangunan
Jenis instalasi :
- Sistem Franklin
- Sistem Sangkar Faraday
- Sistem Elektro statik

PERLINDUNGAN SAMBARAN TIDAK LANGSUNG


Dengan melengkapi peralatan penyama tegangan
pada jaringan instalasi listrik (Arrester)

11/1/2015
PERTIMBANGAN PEMASANGAN
INSTALASI PENYALUR PETIR

INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR


A : Peruntukan bangunan (-10 - 15)
B : Struktur konstruksi (0 - 3)
C : Tinggi bangunan (0 - 10)
D : Lokasi bangunan (0 - 2)
E : Hari guruh (0 - 7)

R =A+B+C+D+E
< 11 ABAIKAN
= 11 KECIL
= 12 SEDANG
= 13 AGAK BESAR
= 14 BESAR
> 14 SANGAT BESAR

11/1/2015
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
A: Peruntukan bangunan
Rumah tinggal : 1
Bangunan umum : 2
Banyak orang : 3
Instalasi gas,minyak, rumah sakit : 5
Gudang handak : 15

B: Struktur konstruksi
Steel structure 0
Beton bertulang, kerangka baja atap logam 1
Beton bertulang, atap bukan logam 2
Kerangka kayu atap bukan logam 3

11/1/2015
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR

C: Tinggi bangunan
s/d 6m 0
12 m 2
17 m 3
25 m 4
35 m 5
50 m 6
70 m 7
100 m 8
140 m 9
200 m 10

11/1/2015
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
D: Lokasi bangunan
Puncak bukit 2
Lereng bukit 1
Tanah datar 0

E: Hari guruh per tahun


2 0
4 1
8 2
16 3
32 4
64 5
128 6
256 7

11/1/2015
INSTALASI PENYALUR PETIR
PERMENAKER PER-02 MEN/1989
SISTEM FRANKLIN
BAGIAN BAGIAN PENTING

PENERIMA
(AIR TERMINAL)

 HANTARAN PENURUNAN
(DOWN CONDUCTOR)

 HANTARAN PEMBUMIAN
(GROUNDING)

11/1/2015
PENERIMA (AIR TERMINAL)
1. Dipasang pada tempat yang akan tersambar.
2. Daerah terlindung
3. Tinggi lebih dari 15 cm dari sekitar
4. Jumlah dan jarak harus diatur (daerah perlindungan 112
derajat)

Penerima dapat berupa :


a. Logam bulat panjang yang terbuat dari tembaga
b. hiasan,-hiasan pada atap, tiang-tiang, cerobong logam yang
disambung dengan instalasi penyalur petir.
c. Atap –atap dari logam yang disambung secara elekteris.

11/1/2015
SYARAT-SYARAT PEMASANGAN PENGHANTAR PENURUNAN
1. Dipasang sepanjang bubungan ke tanah.
2. Diperhitungkan pemuaian dan penyusutan.
3. Jarak antara alat pemegang penghantar maximal 1,5 meter.
4. Dilarang memasang penghantar penurunan dibawah atap dalam
bangunan.
5. Jika ada, penurunan dipasang pada bagian yang terdekat pohon,
menonjol.
6. Memudahkan pemeriksaan.
7. Jika digunakan pipa logam, pada kedua ujung harus disambung
secara elektris.
8. Dipasang minimal 2 penurunan.
9. Jarak antar kaki penerima dan titik percabangan penghantar
maximal 5 meter.

11/1/2015
BAHAN PENGHANTAR PENURUNAN
a. Kawat tembaga penampang min. 50 mm2 & Tebal minimal 2 mm.
b. Bagian atap, pilar, dinding, tulang baja yang mempunyai massa
logam yang baik.
c. Khusu tulang beton harus memenuhi :
a. Sudah direncanakan untuk itu
b. Ujung-ujung tulang baja mencapai garis permukaan air
dibawah tanah.
c. Kolom beton yang digunakan sebagai penghantar adalah kolom
beton bagian luar.
d. Pipa penyalur air hujan + minimal dua pengantar penurusan khusus.
e. Jarak antar penghantar
a. Tinggi < 25 m max. 20 m
b. Tinggi 25 – 50 m max (30 – 0,4xtinggi bangunan)
c. Tinggi > 50 m max 10 meter.
11/1/2015
SYARAT PEMBUMIAN/TAHANAN PEMBUMIAN
a. Dipasang sedemikian sehingga tahan pembumian terkecil.
b. Sebagai elektroda bumi dapat digunakan
a. Tulang baja dari lantai kamar, tiang pancang
(direncanakan).
b. Pipa logam yang dipasang dalam bumi secara tegak.
c. Pipa atau penghantar lingkar yang dipasang dalam
bumi secara mendatar.
d. Pelat logam yang ditanam.
e. Bahan yang diperuntukkan dari pabrikan (spesifikasi
sesuai standar)
c. Dipasang sampai mencapai permukaan air dalam bumi.
d. Masing-masing penghantar dari suatu instalasi yang
mempunyai beberapa penghantar harus disambungkan
dengan elektroda kelompok.
11/1/2015
e. Terdapat sambungan ukur.
f. Jika keadaan alam tidak memungkinkan,
• Masing-masing penghantar penurunan harus disambung
dengan penghantar lingkar yang ditanam dengan beberapa
elektro tegak atau mendatar sehingga jumlah tahan
pembumian bersama memenuhi syarat.
• Membuat suatu bahan lain (bahan kimia dan sebagainya)
yang ditanam bersama dengan elektroda sehingga tahan
pembumian memenuhi syarat.
g. Elektroda bumi yang digunakan untuk pembumian instalasi
listrik tidak boleh digunakan untuk pembumian instalasi
penyalur petir.

11/1/2015
BANGUNAN YANG MEMPUNYAI ANTENA
1. Antena harus dihubungkan dengan instalasi penyalur petir
dengan penyalur tegangan lebih, kecuali berada dalam
daerah perlindungan.
2. Jika antena sudah dibumikan, tidak perlu dipasang
penyalur tegangan lebih.
3. Jika antena dpasang pada bangunan yang tidak mempunyai
instalasi petir, antena harus dihubungkan melalui penyalur
tegangan lebih.
4. Pemasangan penghantar antara antena dan penyalur petir
sedemikian menghindari percikan bunga api.
5. Jika suatu antena dipasang pada tiang logam, tiang
tersebut harus dihubungkan dengan instalasi penyalur
petir.
6. Jika antena dipasang secara tersekat pada suatu tiang
besi, tiang besi ini harus dihubungkan dengan bumi.

11/1/2015
CEROBONG YANG LEBIH TINGGI DARI 10 M

a. Instalasi penyalur petir yang terpasang dicerobong


tidak boleh dianggap dapat melindung bangunan yang
berada disekitarnya.
b. Penerima harus dipasang menjulang min 50 cm di atas
pinggir cerobong.
c. Alat penangkap bunga api dan cincin penutup pinggir
bagian puncak dapat digunakan sebagai penerima petir.
d. Instalasi penyalur petir dari cerobong min harus
mempunyai 2 penurunan dengan jarak yang sama satu
sama lain.
e. Tiap-tiap penurunan harus disambungkan langsung
dengan penerima.
11/1/2015
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
1. Setiap instalasi penyalur petir harus dipelihara agar
selalu bekerja dengan tepat, aman dan memenuhi syarat.
2. Instalasi penyalur petir petir harus diperiksa dan diuji :
1. Sebelum penyerahan dari instalatir kepada pemakai.
2. Setelah ada perubahan atau perbaikan (bangunan
atau instalasi)
3. Secara berkala setiap dua tahun sekali.
4. Setelah ada kerusakan akibat sambaran petir.
3. Dilakukan oleh pegawai pengawas, Ahli K3 atau PJK3
Inspeksi.

4. Pengurus atau pemilik wajib membantu (penyedian alat)

11/1/2015
Dalam pemeriksaan dan pengujian hal yang perlu
diperhatikan :
a. Elektroda bumi, terutama pada jenis tanah yang
dapat menimbulkan karat.
b. Kerusakan-kerusakan dan karat dari penerima,
penghantar
c. Sambungan-sambungan
d. Tahanan pembumian dari masing-masing
elektroda maupun elektorda kelompok.
e. Setiap hasil pemeriksaan dicatat dan diperbaiki.
f. Tahanan pembumian dari seluruh sistem
pembumian tidak boleh lebih dari 5 ohm.
g. Dilakukan pengukuran elektroda pembumian.
11/1/2015
SNI 225 - 1987
Harus dipasang instalasi PUIL-1987
(820 - B.16 dan - C.4)
PROTEKSI PETIR
(Sistem internal protection)

Ruangan berpotensi
bahaya ledakan
gas/uap/debu/serat

11/1/2015
11/1/2015
PROTEKSI PETIR SYSTEM INTERNAL
Semua bagian konduktif dibonding
Semua fasa jaringan RSTNG dipasang Arrester
Bila terjadi sambaran petir pada jaringan instalasi listrik semua
kawat RSTN
tegangannya sama tidak ada beda potensial

RSTN RSTN

ARRESTER

GROUNDING

11/1/2015
11/1/2015
www.themegallery.com
www.themegallery.com
11/1/2015
LOGO

3. Pengawasan K3
Pesawat Lift
MENGANDUNG POTENSI BAHAYA &
BERAKIBAT FATAL

LIF
T

11/1/2015
ABTRAK

Pesawat lift sebagai sarana transportasi vertikal yang


dirancang dengan perangkat pengendali otomatik dari dalam
kereta atau dari lantai pemberhentian dan penumpang dapat
mengendalikan dengan mudah menuju lantai yang
dikehendaki.

Aspek kehandalan dan keamanan merupakan faktor dasar


dalam pertimbangan perancangan pesawat lift.

Untuk menjamin kehandalan dan keamanan pesawat lift,


telah ditetapkan syarat-syarat K3, sebagaimana diatur dalam
Undang undang No 1 th 1970 dan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No Per. 03/Men/1999

11/1/2015
TINJAUAN UNDANG UNDANG NO. 1 TH 1970

Ruang lingkup (Psl 2.)


Setiap tempat, obyek atau proses dimana mengandung
potensi bahaya

Potensi bahaya yang ada pada pesawat lift, antara lain pada
tahapan :
- Pekerjaan pemasangan,
- Pemeliharaan, maupun
- Dalam penggunaan

11/1/2015
Persyaratan k3 lift
- Perencanaan, pemasangan yang aman
- Penggunaan yang aman
- Pemeliharan yang teratur dan sesuai standar
- didukung olah personil yang kompeten

11/1/2015
PEMBUATAN, PEMASANGAN,
PERBAIKAN, PERAWATAN DAN
PERUBAHAN LIFT
- Harus sesuai dengan gambar yang telah disahkan
- Pembuatan harus sesuai standar yang berlaku
- Pelaksana harus telah mendapatkan penunjukan dari Menteri
- Teknisinya harus mempnyai keahlian dibidang K3 lift
(sertifikat) dan mempunyai ijin operasi dari Menteri
- Ketentuan sesuai dengan Kep . 407/Men/1999 tentang
kualifikasi teknisi Lift.

11/1/2015
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

- Setiap lift sebelum digunakan harus dilakukan


pemeriksaan dan pengujian
- Setiap lift harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian
secara berkala 1 (satu) tahun sekali.
- Pemeriksaan dapat dilakukan oleh pegawai pengawas
atau Ahli K3

PENGAWASAN
- Pelaksanaan pengawasan terhadap syarat K3 lift dilakukan oleh
Pegawai Pengawas atau AHLI K3
11/1/2015
TINJAUAN UNDANG UNDANG NO. 1 TH 1970

Upaya pengendalian kecelakaan (Psl 4)


Untuk menjamin kehandalan dan keamanan pesawat atau
alat yang berbahaya (Lift), dilakukan upaya pengendalian
pada setiap tahapan:
- Perencanaan
- Pembuatan,
- Pemasangan
- Pemakaian
- Pemeliharaan

11/1/2015
TINJAUAN UNDANG UNDANG NO. 1 TH 1970

Tanggung jawab K3
Pelaksanaan K3 adalah tanggung jawab Pengusaha
dan pengurus tempat kerja

Syarat syarat K3
Mengamanatkan kepada pemerintah (Menteri Tenaga Kerja)
untuk mengatur lebih lanjut, baik secara teknis maupun
administratif mengacu pada Pasal 2, 3 dan 4.

Penjabaran syarat K3 Lift telah diatur dengan


.Kepmen Nakertrans No Kep. 75/Men/2002
.Permennaker No Per. 03/Men/1999
.Kepmennaker No Kep. 407/M/BW/1999
11/1/2015
TINJAUAN PERMENAKER NO : PER 03/MEN/1999

PENGENDALIAN K3 LIFT

Dasar pertimbangan
Pertimbangan teknis penetapan Peraturan K3 Lift (Menteri
Tenaga Kerja No Per 03/Men/1999) adalah bahwa Pesawat lift
dinilai mempunyai potensi bahaya tinggi,

Pasal 25

Pengurus yang membuat, memasang, memakai pesawat lift


dan perubahan teknis maupun administrasi harus mendapat
ijin dari Menteri atau pejabat yang ditunjuknya.

11/1/2015
PERIJINAN K3 LIFT (PERMENAKER : PER 03/MEN/1999)

DESAIN LIFT IJIN PABRIKASI LIFT


K3

DESAIN IJIN PEMASANGAN


KONSTRUKSI K3 LIFT
PEMASANGAN LIFT

AS BUILT DRAWING IJIN PEMAKAIAN


TEST & Commissioning K3 LIFT

PEMERIKSAAN DAN
PENGUJIAN

11/1/2015
MEKANISME PENGAWASAN K3
GAMBAR RENCANA

EVALUASI
Rekomendasi
IJIN OK
PEMASANGAN RIKSA UJI
BERKALA
Rekomendasi
PEMASANGAN RIKSA UJI
Rekomendasi
OK

IJIN PEMAKAIAN
PEMAKAIAN
11/1/2015
IJIN PEMBUATAN (PABRIKASI) LIFT

Pasal 24 Ayat (1)


DESAIN PEMBUATAN LIFT
Pembuatan dan atau
pemasangan lift harus sesuai
dengan gambar rencana yang Lengk
disahkan oleh Menteri atau ap
pejabat yang ditunjuk Analisis :
§Konsep desain
§Standar desain
Ayat 2
§Checking perhitungan konstruksi
Dokumen perencanaan
-Gambar konstruksi lengkap
-Perhitungan konstruksi Memenuhi
syarat
-Spesifikasi dan sertifikasi
material
IJIN
Ayat 3 K3
Proses pembuatannya harus PABRIKASI LIFT
memenuhi SNI atau Standar
internasional yang diakui
11/1/2015
IJIN PEMASANGAN LIFT

Pasal 24 Ayat (4) Perencanaan pemasangan lift


Gambar rencana pemasangan lift
terdiri :
-Denah ruang mesin dan peralatannya
-Konstruksi mesin dan penguatannya Doc.Lengka
-Diagram instalasi listrik p
-Diagram pengendali Analisis :
-Rem pengaman Evaluasi gambar dan sertifikat
-Bangunan ruang luncur dan pintu- Checking perhitungan kekuatan konstruksi
pintunya
-Rel pemandu dan penguatannya
Memenuhi
-Konstruksi kereta
syarat
-Governor dan peralatannya
-Kapasitas angkut, kecepatan, tinggi
vertikal IJIN K3
-Perhitungan tali baja
LAIK
KONSTRUKSI LIFT

11/1/2015
IJIN PEMAKAIAN LIFT (PERMENAKER : PER 03/MEN/1999)

Pasal 30 AS BUILT DRAWING LIFT


Ayat (1)
Setiap lift sebelum dipakai harus
diperiksa dan diuji sesuai standar TEST & COMMISSIONING
uji yang ditentukan §PEMERIKSAAN VISUAL/VERIFIKASI DATA
§PENGUJIAN PEMBEBANAN
§PENGUJIAN REM & SAFETY DEVISES

Standar uji K3 lift :


Memenuhi
SNI 1718 – 1989 – E
syarat
Bentuk laporan :
-38 - L
-39 - L IJIN K3

LIFT LAIK OPEPASI

11/1/2015
www.themegallery.com
www.themegallery.com
KLASIFIKASI & KOMPETENSI TEKNISI LIFT
KEPUTUSAN MENTERI
No KEP-407/M/BW/99

• PENYELIA PEMASANGAN
Mengawasi pelaksanaan
pekerjaan
Proyek pemasangan

• TEKNISI (Ajustment)
Melaksanakan Comissioning,

• TEKNISI PEMELIHARAAN
Merawat dan memperbaiki lift

• PENYELIA OPERASI LIFT


Mengawasi kelaikan operasi lift
11/1/2015
www.themegallery.com
PERSYARATAN TEKNIS
MESIN DAN KAMAR MESIN
-Sesuai SNI yang berlaku
-Rem membuka dengan magnet
listrik dan dapat berhenti
otomatis pad asaat arus listrik
putus.
-Mesin harus dilengkapi dengan
rem yang bekerja dengan
tenaga pegas
11/1/2015
MESIN DAN KAMAR MESIN
- Bangunan kamar kuat, bebas air, tahan api min 1 jam
- Luas kamar mesin ruang luncur min 1,5 x luas ruang
luncur dan tinggi min 2,2 m kec. Lift perumahan atau
rumah tinggal.
- Cukup penerangan dan ventilasi
- Dilengkapi jalan masuk dengan membuka ke arah luar
(0,7 x 2 m)dan dapat terkunci, tahan api ( 1 jam)
- Terdapat mesin, alat pengendali kerja dan hubung bagi
listrik
- Tersedia APAR min Kapasitas 5 kg.

11/1/2015
TALI BAJA DAN TEROMOL
- Tali baja harus kuat, luwes, tidak boleh ada sambungan,
semua utas tali seragam dari satu sumber yang sama
- Tali baja harus mempunyai angka Faktor keamanan
untuk kecepatan lift
- 20 – 59 m/menit ----- 8 x kapasitas angkut
- 59 - 90 m/menit ----- 9,5 x kapasitas angkut
- 105 – 180 m/menit ----- 10,5 x kapasitas angkut
- 210 – 300 m/menit ----- 11,5 x kapasitas angkut
- 300 atau lebih ------ 12 x kapasitas angkut
- Garis tengah tali baja penarik min 10 mm
- Tali baja tidak boleh terbuat dari rantai
- Lift tarikan gulung min mempunyai 2 tali baja
penggerak
- Lift Gesek min mempunyai 3 tali baja penarik.
11/1/2015
TALI BAJA DAN TEROMOL
-Teromol harus diberi alur
-Perbandingan antara garis tengah teromol dan tali baja
-Lift penumpang atau barang = 40 : 1
-Lift pelayan = 40 : 1
-Governor = 25 : 1

11/1/2015
BANGUNAN RUANG LUNCUR
DAN LEKUK DASAR
- Konstruksi kuat, kokoh, tahan api tertutup rapat dari lantai
bawah samapi langit-langit ruang luncur
- Bersih, bebas dari instalasi atau peralatan yg bukan bagian
dari instalasi lift
- Lift ekspress (non stop), ruang luncur harus terdapat pintu
min 1 buah pada setiap 3 lantai ( jarak 11 m)
- Terdapat pintu darurat (70x140 cm), tahan api, hanya
membuka keluar
- Daun pintu ruang luncur harus tahan api min 1 jam dan
menutup rapat.
11/1/2015
BANGUNAN RUANG LUNCUR
DAN LEKUK DASAR
- Pintu ruang luncur harus dilengkapi kunci kait (interlock)
dan bekerja sejalan dengan pengendalian lift.
- Sistem interlock harus menjamin
- kereta tidak dapat bergerak sebelum pintu tertutup
rapat dan terkunci,
- pintu hanya terbuka jika kereta berhenti penuh dan
sama sata dengan lantai.
- Toleransi beda kerataan lanti kereta dan lantai
pemberhentian max 20 cm.
- ruang bebas min 50 cm antara lekuk dasar dengan bagian
bawah kereta lift pada saat kereta menekan penuh
peredam/penyangga.
- Lekuk dasar tidak boleh berhubungan langsung dengan
tanah, kekuatan tanah min 5000 N/m2, dilengkapi rem
pengaman, tidak bolh digunakan sebagai tempat kerja.
11/1/2015
KERETA LIFT
- Rangka kereta terbuat dari baja, kuat menahan tumbukan
kereta dan penyangga
- Badan kereta harus tertutup rapat dan mempunyai pintu
- Atap kereta harus kuat menahan beban peralatan dan
orang ( 2 oarang)
- Tinggi dinding min 2 meter
- Kereta harus dilengkapi pintu darurat dengan syarat :
- berengsel dan dapat dibuka dari luar sangkar
- Tidak memnggagu instalasi di atas sangkar sewaktu
dibuka
- Ukuran min (0,35 x 045)m
- Dapat dibuka dengan menarik pegangan tangan dan
tanpa terkunci.
- Pintu darurat pada lift otomatis harus dapat tertutup
sejalan dengan operasi lift.
- Perbandingan beban dan luas lantai lihat pada lampiran 1.
11/1/2015
KERETA LIFT
- Pintu kereta harus kuat, kokoh, aman, bekerja otomatis, tinggi min
2 meter
- Jarak antar ambang pintu kereta dan pintu ruang luncur max. 35
mm
- Harus dilengkapi peralatan tanda bahaya bel listrik dengan tenaga
aki dan telepon yang dipasang pada lantai tertentu yang dapat
dioperasikan dari dalam kereta lift.
- Mempunyai ventilasi dan penerangan ( 2 buah) yang cukup
- Terdapat saklar/peralatan di atas atap kereta yang digunakan untuk
penerangan, menjalankan dan menghentikan lift
- Lampu penerangan darurat dan Panel operasi :
-Nama pembuat/ merk dagang
-Kapasitas beban (Kg dan Orang)
-Rambu dilarang merokok
-Indikasi beban lebih (tulisan /signal visual)
-Tombol buka-tutup,permintaan, bel alarm dan tanda bahaya,
intercom
11/1/2015
GOVERNOR DAN PERLENGKAPAN
PENGAMAN

- lift harus dilengkapi dengan alat untuk memicu atau mengatur


bekerjanya rem pengaman (governor), yang bekerja jika
-Kecepatan lift sampai 42 m/menit. Kec. Governor 50 %
lebih besar,
-Kec. 42-90 m/menit, Kec. Governor 40 % lebih besar
-Kec. 90 – 120 m/menit , Kec. 35 % lebih besar
-Kec. Lebih 120 m/menit, kec. 30 % lebih besar
- Governor lift yang berkecepatan 60 m/menit lebih, harus
dilengkapi saklar pemutus arus ke mesin sesaat sebelum
governor bekerja.
- Dilengkapi rem pengaman yang dapat menghentikan kereta
jika terjadi kecepatan lebih atau goncangan atau tali baja
penarik putus.
11/1/2015
GOVERNOR DAN PERLENGKAPAN PENGAMAN
- Rem pengaman lift terdiri dari rem pengaman kerja
berangsur dan rem pengaman kerja mendadak
- Rem kerja berangsur (progressive) untuk kec. Lif 60m/menit
atau lebih
- Rem kerja mendadak (instantaneous) untuk kec lift kurang
dari 60 m/menit.
- Jarak minimal dan maksimal antara kemerosotan kereta
dengan rem pengaman :
- Kec. Sampai 105 m/menit min : 0,25 m dan max : 1.1 m
- Kec. sampai 150 m/menit min : 0,5 m dan max : 1.8 m
- Kec. Sampai 210 m/menit min : 1,0 m dan max : 3,0 m
- Kec. Samapi 300 m/menit min : 2,0 m dan max : 5,6 m
- Rem pengaman tidak bekerja untuk peregerakan ke atas
(rem pengaman khusus)
- Rem yang dipasang lebih dari satu harus bekerja serempak
- Lif kec. 60 m/menit lebih harus memiliki sakelar pemetus
arus menhentikan motor penggerak.
11/1/2015
GOVERNOR DAN PERLENGKAPAN
PENGAMAN
- Lift otomatis harus dilengkapi dengan saklar darurat
berwarna merah (stop swicth)
- Perlengakapan yang harus ada :
-Pengaman batas (travel limit swicth) untuk
menhentikan mesin sebelum kereta / bobot mencapai
perjalanan akhir.
-Alat pembatas beban lebih (over load) dan lift tidak
dapat berjalan jika beban belum dikurangi.
-Alat pengaman yang dapat menhentikan lift jika tali
baja penarik kendur.

11/1/2015
BOBOT IMBANG, REL PEMANDU DAN
PEREDAM ATAU PENYANGGA

- Bobot imbang harus terbuat dari balok/ lempengan


logam/ beton bertulang, satu sama lain harus terikat ,
satu kesatuan.
- Rel pemandu harus kuat manahan tekanan kereta pada
beban penuh dan terbuat dari baja
- Bobot imbang dan kereta dilengkapi
peredam/penyangga yang ditempatkan pada lekuk dasar
- Peredam / penyangga bersifat masif, kenyal, pegas dan
hidrolik.
- Jenis peredam / penyangga disesuaikan dnegan
kecepatan lift.

11/1/2015
INSTALASI LISTRIK PADA INSTALASI LIFT

-Sesuai dengan SNI –0225-2000 (PUIL 2000)


-Rangkaian, pengaman dan pelayanan lift harsu sesuai
dengan gamabar rencana
-Daya Harus diambil dari sisi utama rangkaian listrik
-Dipasang intrkoneksi dengan sistem alaram (jika ada
gangguan listrik/kebakaran dapat beroperasi lift kebakaran
(bergerak ke posisi terbnwah dan berhenti dengan pintu
terbuka)

11/1/2015
LOGO

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai