Anda di halaman 1dari 18

TUGAS PERENCANAAN PERKERASAN JALAN

Dosen :
Siti Asyiah, M.T.

Nama :
Ari mustofa (3336160004)

JURUSAN TEKNIK SIPIL - FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON - BANTEN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Perkerasan jalan raya adalah bagian jalan raya yang diperkeras dengan lapis
konstruksi tertentu, yang memiliki ketebalan, kekuatan, dan kekakuan, serta
kestabilan tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas diatasnya ke tanah
dasar secara aman. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di
antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan
pelayanan kepada sarana transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan
tidak terjadi kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan
mutu yang diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan
dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan.
Fungsi perkerasan jalan, adalah:
1. Untuk memberikan permukaan rata / halus bagi pengendara.

2. Untuk mendistribusikan beban kendaraan di atas formasi tanah secara memadai,


sehingga melindungi tanah dari tekanan yang berlebihan.
3. Untuk melindungi formasi tanah dari pengaruh buruk perubahan cuaca.
Elemen – elemen struktural utama dalam pembangunan jalan meliputi:
1. Timbunan.
2. Pondasi dibawah timbunan.
3. Galian.
4. Perkerasan jalan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi pelayanan
1. Fungsi jalan
2. Kinerja perkerasan.
3. Umur rencana.
4. Lalu lintas yang merupakan beban dari perkerasan jalan.
5. Sifat tanah dasar.
6. Kondisi lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkerasan Lentur ( Flexible Pavement)


Perkerasan lentur adalah perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan
pengikat. Pada umumnya perkerasan lentur baik digunakan untuk jalan yang
melayani beban lalu lintas ringan sampai sedang, seperti jalan perkotaan, jalan
dengan system ultilitas terletak di bwah perkerasan jalan, perkerasan bahu jalan,
atau perkerasan dengan konstruksi bertahap. Perkerasan lentur memiliki beberapa
karateristik sebagai berikut ini :

a. Memakai bahan pengikat aspal


b.Sifat dari perkerasan ini adalah memikul beban lalu lintas dan menyebarkannya
ke tanah dasar
c. Pengaruhnya terhadap repitisi beban adalah timbulnya rutting (Lendutan pada
jalur roda)
d. Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar yaitu, jalan bergelombang
(mengikuti tanah dasar).

Bahan campuran Aspal adalah material semen hitam, padat atau setengah
padat dalam konsistensinya di mana unsur pokok yang menonjol adalah bitumen
yang terjadi secara alam atau yang dihasilkan dengan penyulingan minyak
(Petroleum).

Sedangkan material aspal tersebut berwarna coklat tua hingga hitam dan
bersifat melekat, berbentuk padat atau semi padat yang didapat dari alam dengan
penyulingan minyak (Krebs, RD & Walker, RD.,1971). Aspal dibuat dari minyak
mentah (crude oil) dan secara umum berasal dari sisa organisme laut dan sisa
tumbuhan laut dari masa lampau yang tertimbun oleh dan pecahan batu batuan,
setelah berjuta juta tahun material organis dan lumpur terakumulasi dalam lapisan
lapisan setelah ratusan meter, beban dari beban teratas menekan lapisan yang
terbawah menjadi batuan sedimen. Sedimen tersebut yang lama kelamaan menjadi
atau terproses menjadi minyak mentah senyawa dasar hydrocarbon.

Dalam pembuatan jalan aspal tentu memerlukan alat berat untuk


mempercepat dan pengendali mutu perkerasan jalan, Berikut adalah alat alat berat
yang digunakan pada pekerjaan jalan:
a) Bulldozer
Bulldozer digunakan untuk membantu pada pekerjaan pembersihan lahan dan
seringkali digunakan juga untuk melakukan penghamparan pada urugan tanah.
Selengkapnya mengenai fungsi dan bagian bagian dari bulldozer silahkan
kunjungi Fungsi dan Bagian Utama Bulldozer.

Gambar2.1 Alat Berat Bulldozer

b) Excavator
Excavator digunakan untuk penggalian. Baik itu penggalian pada pelebaran jalan
maupun penggalian untuk saluran atau drainase samping jalan. Tergantung kondisi
lapangan, excavator juga dapat difungsikan pada pekerjaan lain seperti
pembersihan lahan, pemancangan cerucuk, dan pada pekerjaan penghamparan.

Gambar2.2 Alat Berat Excavator

c) Motor grader
Motor grader atau grader digunakan untuk pekerjaan pengupasan tanah,
pembentukan lapis pondasi, penghamparan agregat maupun penghamparan tanah
timbunan.
Gambar2.3 Alat Berat Motor Grader

d) Vibratory Roller
Digunakan untuk memadatkan tanah dasar, lapisan timbunan tanah,
memadatkan lapis pondasi agregat seperti LPA, LPB, dan LPC. Dan Pemadatan
bahu jalan.

Gambar2.4 Alat Berat Vibratory Roller

e) Asphalt finisher
Yaitu alat penggelar atau penghampar campuran aspal.

Gambar2.5 Alat Berat Asphalt Finisher


f) Tandem roller
Yaitu Alat pemadat dengan roda besi / roller untuk memadatkan campuran aspal
yang telah dihampar oleh Asphalt finisher

Gambar2.6 Alat Berat Tendem Roller

g) Pneumatic tyre rollers


Alat pemadat dengan roda karet ini digunakan untuk pemadatan akhir pada
lapisan aspal jalan.

Gambar2.7 Alat Berat Pneumatic Tyre Rolle

h) Dump truck
Dump truck berfungsi sebagai alat pengangkut material
Gambar2.8 Alat Berat Dump truck

Penerapan jalan raya aspal yang dibuat memakai metode perkerasan lentur
bisa menjadi pilihan unntuk jalan arteri, jalan provinsi dan jalan yang biasanya
dilewati oleh kendaraan-kendaraan ringan . Biasanya perkerasan ini dibangun
menggunakan aspal berkualitas tinggi. Dukungan aspal bermutu bagus tersebut
ditujukan agar jalan raya memiliki kekuatan yang lebih baik saat bergesekan dengan
roda kendaraan.
Berikut metode pelaksanaan pekerjaan Aspal tersebut :

1. Pastikan Request Pekerjaan Aspal telah tersedia, berikut hasil pengecekan


formula disain (DMF) dan formula rumusan kerja (JMF)
2. Cek stock Asmin cukup untuk produksi, dan di panaskan pada suhu yang
memadai.
3. Cek Stock Additif cukup untuk produksi (2a).
4. Additif ditakar sesuai kebutuhan produksi (JMF) (2b).
5. Jika menggunakan modifikasi asbuton Stock Asbuton harus pada kemasan,
dengan jumlah yang mencukupi untuk produksi saat itu
6. Suplai Asbuton ke Filler Bin dengan jumlah kg / Menit sesuai kebutuhan, dan
hindari over suplai Rujuk hasil kalibrasi. (3a)
7. Jumlah Asbuton butir harus sesuai kebutuhan berdasarkan RCK (JMF) (3b).
8. Suplai aggregate pada masing-masing Cold Bin harus sesuai dengan kalibrasi
Cold Bin, untuk mencegah penyimpangan gradasi dan overflow (4)
9. Filler ditakar sesuai kebutuhan prosuksi (JMF). (4a)
10. Pemanasan aggregate pada Drier harus memenuhi, untuk mendapatkan suhu
campuran yang di syaratkan. (5)
11. Jumlah berat aggregate masing masing Hot Bin sesuai dengan RCK (JMF)
yang telah disetujui. (6)
12. Pencampuran aggregate dengan waktu yang cukup untuk mendapatkan
homogenitas yang baik. (7)
13. Timbang Asmin sesuai jumlah kebutuhan, rujuk RCK (JMF). (8)
14. Tuang Asbuton pada campuran aggregate (campuran kering). (9)
15. Catat waktu pencampuran Asmin+Additif pada aggregate. (10)
16. Loading ke DT, gunakan DT yg telah ditimbang(12) ambil sample untuk
Marshal tes (15)
17. Timbang DT Kosong. (12)
18. Pastikan campuran homogen, terselimuti bitumen dan suhu sesuai persyaratan,
jika tidak memenuhi, maka lakukan rekomendasi penolakan dan buang produk
). (13)
19. Hanya produk yang memenuhi kriteria pada pengecekan (13), yang
direkomendasikan untuk Diangkut kelokasi penghamparan. (14)
20. Ambil Sampel (Marshal Tes). (15)
21. Hanya produk yang memenuhi kriteria pada pengecekan (16)
22. Rekomendasi Pembayaran (17)
23. Pastikan campuran homogen, terselimuti bitumen dan suhu sesuai persyaratan,
jika tidak memenuhi, maka lakukan Rekomendasi penolakan dan buang produk
(18)
24. Ketidaksesuaian dari hasil pengecekan visual pada verifikasi maupun, hasil
Marshal test harus ditindak lanjuti dgn pengendalian Produk Tidak Sesuai
sebagaimana yang diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan Hasil Pekerjaan Tidak
Sesuai. (19)
25. Harus ada bukti telah dilakukan tindakan perbaikan atas produk tidak sesuai,
dengan meng- gunakan tatacara yang diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan
HPTS Daftar Simak Laporan Hasil Pekerjaan Tidak Sesuai (HPTS). (20)
Prose Penghamparan Hot Mix :

Gambar2.9 Ilustrasi Proses Penghamparan Hot Mix

A) Persiapan
 Pelaksanaan pekerjaan hanya boleh dilakukan pd saat cuaca cerah.
 Cek kesiapan lapangan pada Daftar Simak Kesiapan Lapangan

B) Pengangkutan
 Pastikan alat pengangkut (D. Truck) menggunakan penutup terpal.
 Menerima tiket pengiriman.

C) Cek Kesesuaian
 Cocokkan data no kendaraan, catat waktu penerimaan (amati selisih waktu)
 Cek suhu diatas Dump Truck (suhu pasokan ke Finisher)130OC-150OC Aspal
Pen, dan 135OC-155OC bitumen asbuton murni atau modifikasi.
 Amati visual tampilan campuran, apakah rata?
 Jika tidak memenuhi ketentuan suhu diatas, campuran ditolak dan buang (4)

D) Pengendalian Hasil Pekerjaan Tidak Sesuai


 Catat HPTS
 Lakukan pencatatan setiap ada kejadian yang serupa.
E) Cek Berulang
 Amati apakah kejadian berulang, baik saat itu maupun pada pelak sanaan
pekerjaan dihari yang lain.
 Jika berulang, evaluasi penyebab dan lakukan tindakan perbaikan.

F) Loading dan dumping ke Asphalt Finisher (AF)


 Pastikan dumping Asphalt Finisher tidak dalam posisi mendorong D.Truck.
 Dumping dilakukan tahap demi tahap, pada kondisi D.Truck dan Asfhalt
Finisher bergerak searah dengan kecepatan sama

G) Penghamparan
 Pastikan screed dipanaskan sebelum menghampar.
 Vibrasi pada tamper dipastikan berjalan baik.
 Pemasangan balok kayu atau material lain yg disetujui pada sisi hamparan.
 Lakukan penghamparan dengan mendahulukan sisi terendah.
 Amati apakah tekstur merata, secara visual memuaskan.
 Lakukan pengamatan pada pengukuran suhu campuran yang dihampar
(minimal 1x pada jarak 100 meter).
 Pastikan kecepatan penghamparan konstan, harus sesuai dengan standar yang
telah ditentukan, untuk menghindari timbulnya koyakan pada penghamparan.
 Jika terjadi segregasi, koyakan maka hentikan penghamparan dan sampai
ditemukan penyebabnya hamparan dilanjutkan.
 Amati mekanisme kerja Asphalt Finisher (Paver), jalan sempurna/ baik,
penebaran merata.
 Tidak diperbolehkan adanya penaburan butiran kasar pada permukaan yang
telah dihampar rapi.
 Cek hamparan dengan straight edge (mistar lurus), pada jarak 3,0 meter
toleransi masing-masing 4 mm untuk lapisan aus, 5 mm utk lapisan binder dan
6 mm untuk lapisanPondasi.

H) Pemadatan awal (Breakdown Rolling)


 Suhu pemadatan awal antara 125OC-145OC (Aspal Pen), dan 130OC-150OC
(Asbuton Murni atau Modifikasi)
 Peralatan pemadatan Penggilas Roda Baja (Steel wheel roller/Tandem Roller).
 Roda penggerak saat pemadatan berada didepan.

I) Kecepatan alat pemadat tidak lebih besar dari 4 km/jam.


 Sambungan melintang dikerjakan terlebih dahulu dengan membuat sambungan
memanjang sebagai media sepanjang (60-100) cm lebar gilasan 15 cm pada
campuran yg belum dipadatkan, lalu padatkan sambungan melintang dengan
lebar area 15 cm yg dipa datkan.
 Jumlah Pemadatan sesuai jumlah passing hasil percobaan.
J) Prosedur Pemadatan ;
Jika lajur berdampingan dengan lajur lain yg telah dihampar padat.
 Pemadatan sambungan melintang.
 Pemadatan sambungan memanjang.
 Pemadatan tepi luar.
 Pemadatan pertama Break Down Rolling dimulai dari sisi terendah menuju ke
yang lebih tinggi.
 Pemadatan kedua sesuai prosedur (4).
 Pemadatan akhir Break Down Rolling.
Jika lajur tidak berdampingan dengan lajur lain.
 Pemadatan sambungan melintang.
 Pemadatan tepi luar.
 Pemadatan pertama Break Down Rolling dimulai dari sisi terendah menuju ke
yang lebih tinggi.
 Pemadatan kedua sesuai prosedur (3).
 Pemadatan akhir Break Down Rolling.

K) Pemadatan antara (Intermediate Rolling)


 Suhu pemadatan antara 90 C-125 C untuk Aspal Pen dan 95 C-130 C untuk
bitumen asbuton murni atau modifikasi atau sesuai dengan instruksi direksi.
 Peralatan pemadatan Penggilas Roda Karet Pneumatic Tire Roller (PTR)
 Jumlah lintasan (passing) sesuai standar percobaan pemadatan yang disetujui.
 Selama proses pemadatan roda alat pemadat dibasahi dengan air yang
dicampur sedikit deterjen, hindari penyiraman yg berlebihan.
 Kecepatan alat pemadat tidak lebih besar dari 10 km/jam.
 Proses pemadatan, harus menerus tidak boleh terputus.

L) Pemadatan akhir
 Suhu pemadatan 90 C-125 C untuk Aspal Pen dan 95 C-130 C untuk bitumen
asbuton murni atau modifikasi.Peralatan pemadatan Penggilas Roda Baja
(Steel wheel roller/Tandem Roller). atau sesuai dengan instruksi direksi
 Kecepatan alat pemadat tidak lebih besar dari 4 km/jam.
 Jumlah lintasan (passing) sesuai standar percobaan pemadatan yang disetujui

B. Perkerasan Lentur (Rigid Pavement)


Konstruksi perkerasan kaku (RigidPavement) yaitu perkerasan yang
menggunakan semen (PortlandCement) sebagai bahanpengikatnya. Pelat beton
denganatau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasar dengan atau tanpa lapis
pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton.
Kelebihan dan kekurangan Rigid Pavement :

Kelebihan Kekurangan
 Life-cycle-cost lebih murah  Permukaan perkerasan beton semen
 Tidak terlalu peka terhadap kelalaian mempunyai riding comfort kurang
pemeliharaan,  Warna permukaan yang keputih-
 Tidak begitu terpengaruh oleh putihan menyilaukan di siang hari,
adanya genangan air (banjir) . dan marka jalan tidak terlihat
 Tidak terlalu peka terhadap kelalaian  Perbaikan kerusakan keseluruhan
pemanfaatan (overloading). konstruksi perkerasan sehingga
 Semen adalah material produksi akan sangat mengganggu lalu lintas.
dalam negeri sehingga tidak  Pelapisan ulang / overlay tidak
tergantung dari import. mudah dilakukan.
 Keseluruhan tebal perkerasan jauh  Tidak mudah diperbaiki.
lebih kecil dari pada perkerasan aspal  Perbaikan permukaan yang sudah
sehingga dari segi halus (polished) hanya bisa
lingkungan/environment lebih dilakukan dengan grinding machine
menguntungkan. memerlukan biaya yang cukup
mahal

Material Perkerasan Kaku :


1. Batu Pecah
2. Pasir
3. Semen

Dalam pembuatan jalan beton tentu memerlukan alat berat untuk


mempercepat dan pengendali mutu perkerasan jalan, berikut adalah alat alat berat
yang digunakan pada pekerjaan jalan:

A. Peralatan Pencampur (Batching Plant) dan Pengangkut Beton


Pembuatan campuran beton yang bermutu tinggi memerlukan perhatian yang
sangat teliti pada setiap tahapan kegiatannya, mulai dari penetapan dan penakaran
komposisi bahan pembentuk beton, pencampuran, sampai kepada
pengangkutannya ke lokasi pengecoran. Pada umumnya, proses produksi campuran
beton meliputi kegiatan–kegiatan sebagai berikut:
•Penakaran bahan-bahan beton;
•Pencampuran; •Pengangkutan ke lokasi pengecoran;
•Penempatan / pengecoran;
•Pemadatan (konsolidasi);
•Perawatan (Curing);
•Penyelesaian akhir / Perapihan (Finishing).

Gambar2.9 Batching Plant

B. Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete Paver)


Mesin penghampar
beton jenis ini merupakan satu unit mesin yang mempunyai fungsi
menghampar, meratakan, memadatkan dan membentuk perkerasan sekaligus
memberi arah dan mengatur elevasi sesuai kebutuhan dalam sekali gerak maju.

Mesin jenis acuan bergerak (Slipform Concrete Paver) mempunyai lebar


minimum 4.0 m yang bertumpu pada 4 (empat ) roda kelabang (crawler track),
dilengkapi sensor arah gerak (steering sensors), sensor elevasi (level control
sensors) masing-masing di depan dan di belakang pada kedua sisi, dan sensor
kelandaian – kemiringan (slope sensor). Semua sensor ini dikendalikan secara
otomatis dengan komputer (computerized control).

Gambar2.10 Slipform Concrete Paver

C. Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap (Fixform Concrete Finisher)


Jika lokasi perkerasan sempit atau bentuknya tidak beraturan yang tidak
memungkinkan beroperasinya mesin Slipform Concrete Paver, maka dapat
digunakan alat berikut ini:
1. Mesin Penghampar dan Penempa (Spreading and Finishing Machines) Jenis
mesin penghampar harus sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil
kemungkinan segregasi campuran beton. Alat penempa (finishing machines)
harus dilengkapi dengan tranverse screeds yang dapat bergerak bolak-balik
(oscillating type) atau alat lain yang serupa.

2. Vibrator (Penggetar) Vibrator, untuk menggetarkan seluruh lebar perkerasan


beton, dapat berupa surface pan type atau internal type dengan tabung celup
(immersed tube) atau multiple spuds. Vibrator dapat dipasang pada mesin
penghampar atau alat penempa. Vibrator tidak boleh menyentuh sambungan,
load transfer devices, subgrade dan acuan (form) samping.
3. Acuan

Acuan lurus terbuat dari logam dengan ketebalan tidak kurang dari 5 mm dan
disediakan dalam bentuk bagian-bagian dengan panjang tidak kurang dari 3 m,
dan sekurang-kurangnya mempunyai kedalaman sama dengan ketebalan plat
beton perkerasan tanpa sambungan horisontal dan lebar dasar acuan tidak kurang
dari kedalamannya.

Gambar2.11 Fixform Concrete Finisher

D. Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton dan Perapihan Tepi


Setelah sambungan dan tepi perkerasan selesai, sebelum bahan perawatan
(curing) digunakan, permukaan beton harus dikasarkan dengan membuat tekstur
permukaan pada arah melintang atau memanjang garis sumbu (centre line) jalan,
yang dapat dilakukan dengan cara brushing atau grooving.

Pembuatan tekstur permukaan jalan ini dimaksudkan untuk mencegah


aquaplaning atau hydroplaning, yaitu fenomena tidak adanya kontak antara ban
kendaraan dengan permukaan jalan pada waktu adanya lapisan air di permukaan
jalan. Hal ini sangat berbahaya terutama pada lalu lintas dengan kecepatan tinggi,
karena kendaraan menjadi tidak bisa dikendalikan. Dengan adanya tekstur
permukaan jalan maka akan tersedia fasilitas drainase di bawah ban kendaraan.

Gambar2.11 Alat Berat Pembuat Tekstur Permukaan Beton

E. Gergaji Beton
Bila ditentukan sambungan dibentuk dengan penggergajian (saw joints), maka
harus disediakan peralatan gergaji dalam jumlah dan kapasitas yang memadai untuk
membentuk sambungan,

Gergaji beton terdiri dari gergaji bermata intan dan berpendingin air atau dengan
abrasive wheel sesuai ukuran yang ditentukan, dan paling sedikit satu gergaji selalu
siap dioperasikan (standby) dengan cadangan pisau gergaji secukupnya, serta
fasilitas penerangan untuk pekerjaan malam.

Gambar2.11 Alat Gergaji Beton

Penerapan jalan raya beton yang dibuat memakai metode perkerasan kaku
bisa menjadi pilihan yang paling tepat. Biasanya perkerasan ini dibangun
menggunakan beton berkualitas tinggi yang memiliki ketebalan paling tidak 20 cm
(K-300). Dukungan beton bermutu bagus tersebut ditujukan agar jalan raya
memiliki kekuatan yang lebih baik saat bergesekan dengan roda kendaraan, tahan
terhadap cuaca yang ekstrim, dan perawatannya pun lebih mudah dikerjakan.

Di bawah ini tahap-tahap pembuatan jalan beton ala Arafuru, di antaranya :


1. Padatkan permukaan tanah urugan yang akan dibuat jalan raya. Kemudian atur
ketinggiannya sedemikian rupa agar permukaan tanah tersebut benar-benar
rata.
2. Lapisan di atas tanah urugan adalah lapisan batu makadam yang memiliki
ketebalan sekitar 30 cm. Lapisan ini terbuat dari pecahan batu belah yang
berukuran lebih kecil daripada batu untuk pondasi.
3. Selanjutnya lapisan di atas makadam yaitu lapisan sirdam yang juga dibuat
dengan ketebalan sekitar 30 cm. Lapisan ini terdiri atas batu kerikil dan pasir,
di mana pasir digunakan pula untuk mengisi celah-celah batu di lapisan
makadam sehingga tertutup rapat.
4. Lapisan sirdam yang sudah diratakan kemudian ditutup dengan hamparan
plastik sebagai landasan cor beton. Hal ini dimaksudkan supaya air dari cor
beton tidak cepat meresap habis ke dalam tanah sehingga pengeringan beton
bisa berjalan sempurna.
5. Di atas plastik ini selanjutnya dipasangi dengan beton decking sebagai
penyangga wiremesh alias besi tulangan beton. Sebagai alternatif bisa juga
menggunakan besi beton 8 mm yang dibentuk S lalu diikatkan pada wiremesh
atau tulangan cor.
6. Tulangan S tersebut lantas dipasang sebagai pengikat sekaligus pembatas
antara wiremesh pada lapisan bawah dan lapisan atas, kemudian diikatkan lagi
ke kawat beton/bendrat. Hal yang sama juga berlaku jikalau Anda memakai
besi beton anyaman manual.
7. Proses berikutnya ialah pengecoran menggunakan adukan beton dengan
kualitas yang sudah diperhitungkan sebelumnya. Sebagai contoh, beton K-450
berketebalan 20 cm mampu menopang beban dengan bobot hingga mencapai
40 ton. Baca : Cara Terbaik dalam Membuat Beton Berkualitas Tinggi.
8. Segera tutup kembali hasil pengecoran ini memakai hamparan plastik atau
sarung goni secara merata. Tujuannya agar proses pengerasan cor beton dapat
berjalan sempurna sehingga kualitasnya tidak menurun.
9. Sebelum jalan beton tersebut dapat digunakan atau dilintasi kendaraan,
diperlukan perawatan terlebih dahulu sampai jalan benar-benar mengeras
dengan maksimal. Adapun caranya adalah siram jalan beton mentah tersebut
memakai air selama 23 hari berturut-turut sehingga tidak mengalami dehidrasi
alias kekurangan air. Beton yang mengeras secara lambat hingga normal
terbukti memiliki kualitas dan kekuatan yang lebih bagus dibandingkan beton
yang mengeras terlalu cepat.
BAB III
KESIMPULAN
Perkerasan konstruksi pada jalan berbeda-beda tergantung dari fungsi, alat
metode dan kebutuhan masing-masing daerah pada jalan perkerasan lentur
(Flexible Pavement) Konstruksi perkerasan lentur menggunakan bahan utama aspal
Sedangkan pada perkerasan kaku (Rigid Pavement) menggunakan bahan utama
semen susunan konstruksinya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1987, Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode
Analisis Komponen. SKBI – 2.3.26.1987, UDC : 625.73 (02). No.
378/kpts/1987, DPU, Jakarta
Anonim, 1986, AASHTO Interim Guide for Design of Pavement Struktur,
Washington, D.C. Waldijono, 1992, Kajian lalulintas Kota melalui Pendekatan
Sistem, HMTS UII, Yogyakarta. Sukirman, Silvia, Nova, 1992, Perkerasan Lentur
Jalan Raya, Bandung.
Anonim, 1990, SNI, Bidang Pekerjaan Umum : Perkerasan Jalan, DPU, c.q. Ditjen
Bina Marga, Jakarta.
Witcak, M.W. and E.J. Yoder, 1975, Principles of Pavement Design, A Wiley
Interscience Publication, New York, London, Sydney, Toront,
John Wiley and SONS.INC.
Sri Nuryati, Agus Tarwiji, 1995, Analisis Tebal Lapis Keras Jalan Lingkar Utara
Yogyakarta Untuk Melayani Lalulintas Dalam Waktu 20 Tahun
Mendatang Dengan Metode Bina Marga 1987 dan AASHTO 1986”

Anda mungkin juga menyukai