Anda di halaman 1dari 35

TANAH EKSPANSIF

- Sifat maupun perilaku tanah terbentuk sebagai


akibat dari faktor geologi, topografi, morfologi,
iklim dan lingkungan
- Salah satu yang banyak dijumpai di Indonesia:
tanah lempung
- Dilihat dari mineral pembentuknya:
* Tanah lempung ekspansif
* Tanah lempung non ekspansif
- Tanah lempung ekspansif tersusun dari mineral
lempung yang mempunyai karakter kembang
dan susut yang besar bila terjadi perubahan
kadar air
Sejarah Pembentukan
Batuan asal menurut Donaldson (1969) terbagi 2:
 Batuan beku terurai secara kimiawi kedalam
bentuk mineral montmorrilonite dan mineral
lainnya dalam bentuk tanah ekspansif
 Batuan sedimen, material asal sudah
mengandung mineral montmorilonite dan
kemudian terurai secara fisik membentuk
tanah ekspansif
* Penyerapan air pada lempung yang mengandung
mineral montmorilonite mengakibatkan
pengembangan.
* Besarnya pengembangan tergantung dari:
- kandungan lempung mineral
- pertukaran ion
- kandungan elektrolit fase cair
- struktur internal
* Apabila susunan kimia air tanah berubah akibat
keluar masuknya air, keseimbangan gaya-gaya
dan jarak antara partikel akan berubah dan
tercapai keseimbangan baru disebut proses
kembang susut
* Faktor-faktor yang mempengaruhi potensi
kembang susut:
- Karakteristik tanah
- Faktor Lingkungan
- Kondisi pembebanan di lapangan

* Problema tanah ekspansif pada umumnya


berkaitan erat dengan fluktuasi kadar air pada
daerah permukaan tanah dan pengaruh
lingkungan, daerah ini disebut zona aktif seperti
pada gambar
 Distribusi kadar air pada zona aktif dipengaruhi
oleh iklim, evaprotranspirasi (penguapan)
 Penentuan kedalaman zona aktif dapat
dilakukan dengan pengukuran kadar air pada
kedalaman tertentu pada musim hujan dan
musim kemarau
 Batas zona aktif adalah batas kedalaman dimana
kadar air diatas dan dibawahnya mulai konstan
 Jika kondisi tanah tidak uniform atau terdiri dari
beberapa lapisan maka penggambarannya
dengan:
- Kadar air dibagi Plasticity index: [W / PI] atau
- Liquidity Index: [(LL-w) / PI]
- Tanah timbunan yang berupa tanah ekspansif
dapat menimbulkan tekanan lateral yang besar
akibat siklus kembang susut selama pergantian
musim
- Tekanan pengembangan vertikal yang terjadi
dibawah suatu perkerasan jalan akan
mendorong perkerasan jalan keatas. Apabila
berat sendiri tidak mampu mengimbangi
tekanan vertikal, maka permukaan jalan akan
bergelombang disertai retakan.
Sebaliknya pada musim kemarau, air yang
terkandung dalam tanah akan menguap dan
terjadi penyusutan yang menimbulkan retak
refleksi pada struktur jalan
Kerusakan konstruksi jalan pada tanah ekspansif
umumnya berupa:
- Ketidak rataan memanjang dengan atau tanpa
retakan
- Retak memanjang sejajar dengan garis tengah
jalan
- Deformasi setempat, biasanya didekat gorong-
gorong dan diikuti retakan lateral
- Kerusakan perkerasan setempat-setempat
IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI
TANAH EKSPANSIF
Untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi tanah
ekspansif, test klasifikasi yang paling banyak
digunakan secara praktis adalah :
- Grain Size Distribution
- Clay content
- Plasticity
Identifikasi tanah ekspansif dapat dilakukan secara
tidak langsung maupun langsung dan umumnya
dihubungkan dengan tingkat pengembangan tanah
 Identifikasi tidak langsung
* Identifikasi tidak langsung adalah cara untuk
mengetahui potensi kembang susut tanah,
yang didasarkan pada potensi pengembangan
dan hasil pengujiannya bersifat kualitatif
* Uji Laboratorium yang dipakai sebagai dasar
adalah Batas-batas Atterberg, susut linier dan
fraksi lempung
1. Atterberg limit dan clay content dapat dikom-
binasikan menjadi satu parameter yang disebut
Actifitas (Ac).
● Aktifitas (Ac) oleh Skempton (1953) didefinisikan
sebagai perbandingan antara Indeks Plastis (PI)
dan Fraksi Lempung (CF)
Actifitas (Ac)  PI
CF
Tingkat Potensi
Aktifitas
Keaktifan Pengembangan
< 0.75 Tidak Aktif Rendah
0.75 ≤ Ac ≤ 1.25 Normal Sedang
> 1.25 Aktif Tinggi
• Seed et al (1962) menggunakan hubungan
Aktifitas (Ac) dari Skempton dan Fraksi
lempung dengan reduksi 10.
Untuk menentukan potensi pengembangan
tanah menjadi:
Actifitas(Ac)  PI
(CF 10 )
Hubungan antara Indeks Plastis (PI) dan fraksi
lempung oleh Van der Merve (1964) menunjukkan
tingkat ekspansi tanah seperti pada Gambar:
Nilai Actifitas untuk ber macam-macam mineral
lempung menurut Nelson dan Miller (1992)
adalah sbb:

Mineral Aktifitas
Kaolinite 0.33 - 0.46
Illite 0.9
Montmorillonite (Ca) 1.5
Montmorillonite (Na) 7.2
2. Metoda Mineralogi
- Faktor utama dalam penentuan sifat tanah
ekspansif adalah kandungan mineral lempungnya
- Beberapa metoda identifikasi mineral lempung
adalah melalui:
* Uji Defraksi Sinar X (paling populer)
* Chemical analysis, infrared spectroscopy dan
dye adsorption
- Dengan mengetahui kandungan dan jenis mineral
lempung, maka potensi pengembangan tanah
secara kualitatif dapat dikenali
3. Cation Exchange Capacity (CEC)
- CEC diekspresikan dalam milliequifalent per
100 gram (meq/100 g) dari dry clay
- CEC dihubungkan dengan clay mineralogi:
* High CEC value  High surface activity
* CEC meningkat swell potential meningkat

Clay Mineral CEC (meq/100 g)


Kaolinite 3 - 15
Illite 10 -40
Montmorillonite 80 -150
 Identifikasi secara langsung
Identifikasi secara langsung dilakukan pada contoh
tanah terganggu dan contoh tanah tidak terganggu
dengan cara mengukur pengembangannya

1. Free Swell (Uji kembang bebas)


- Contoh tanah lolos saringan No 40 yang sudah
ditempatkan dalam cetakan tertentu dijenuhkan
kemudian volume pengembangan diukur secara
periodik
- Besarnya kembang bebas dinyatakan sebagai ratio
antara perubahan volume terhadap volume awal
yang dinyatakan dalam prosen
- Menurut Holtz and Gibbs (1956), tanah yang
mempunyai free swell serendah-rendahnya 100%
dapat dipertimbangkan akan mengakibatkan
pengembangan di lapangan ketika di basahi
dengan pembebanan yang ringan
- Walaupun tanah dengan nilai free swell dibawah
50% tidak dipertimbangkan akan mengalami
perubahan volume, Dawson (1953) melaporkan
bahwa beberapa Texas clay dengan nilai free
swell pada range 50%, dapat dipertimbangkan
telah menyebabkan kerusakan karena pengem-
bangan, dan hal ini disebabkan karena kondisi
iklim yang ekstrim, dikombinasikan dengan
karakteristik pengembangan tanah
2. Potential Volume Change (PVC) -Uji index
swelling
- PVC meter adalah alat standard untuk mengukur
swelling pressure dari compacted sample
- PVC meter dapat digunakan di lapangan maupun
di laboratorium
- Test dilakukan dengan cara, contoh tanah
terganggu dipadatkan dengan alat Modified
Proctor dengan kadar air alami lapangan dalam
suatu cetakan, kemudian ditempatkan pada alat
PVC meter yang sebelumnya contoh tanah telah
dijenuhkan terlebih dahulu.
- Selanjutnya percobaan dimulai dengan cara
membiarkan contoh mengembang melawan
proving ring dan besarnya tekanan pada proving
ring dinyatakan sebagai swell index dan
dikorelasikan tehadap nilai PVC yang digunakan
sebagai acuan (lihat grafik)
- Keuntungan menggunakan alat ini adalah
karena sederhana dan sudah standard
- Tetapi karena test ini menggunakan swell index
dari remolded sample, nilai PVC lebih berguna
untuk mengidentifikasi tanah dan tidak
digunakan sebagai parameter design
3. Expansion Index Test
- Test terdiri dari tanah lolos saringan No.4 dan
ditambahkan air sampai dengan kadar air mendekati
optimum
- Tanah diperam 6 sampai 30 jam dan dipadatkan
dalam cetakan diameter 4 inchi dengan metoda
Modified Proctor (ASTM D 1557-66 T)
- Kadar air disesuaikan agar mendekati 50% derajat
kejenuhan dan dibebani sebesar 6.9 kPa, kemudian
dijenuhkan. Perubahan volume yang terjadi diamati
selama 24 jam
- Expansion Index (EI) dihitung dengan:
EI = 100 ∆h x F
Dengan: ∆h = prosentase pengembangan
F = Fraksi lolos saringan No.4
- Hubungan antara Indeks Ekspansi dan Potensi
Pengembangan dinyatakan sebagai berikut

EI Potensi Pengembangan

0 - 20 Sangat rendah

21 - 50 Rendah

51 - 90 Sedang

91 - 130 Tinggi

> 130 Sangat Tinggi


4. California Bearing Ratio (CBR)
- Uji CBR yang dimodifikasi dapat digunakan
untuk memperkirakan pengaruh pengembangan
- Persiapan benda uji dilakukan dengan cara
contoh tanah dipadatkan pada berbagai kadar
air didalam mould diameter 6 inchi, kemudian
direndam selama 4 hari dalam keadaan
dibebani, selanjutnya dilakukan pengukuran
pengembangan vertikal tanah (sebelum uji
penetrasi dilakukan)
- Kassiff and others (1969) mengembangkan chart
hubungan percent swell pada test CBR dengan
Plasticity Index dan percent clay untuk ber
macam-macam nilai moisture-density

Percent swell in CBR test versus (a) plasticity index, (b) clay content
for Israeli clay (Kassiff et al, 1969)
Klasifikasi Tanah

Anda mungkin juga menyukai