Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Farmasi Higea, Vol. 4, No.

2, 2012

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI EKSTRAK KERING


DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.)

Zulharmita1, Ummil Kasypiah2, Harrizul Rivai1


1
Fakultas Farmasi, Universitas Andalas (UNAND), Padang
2
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM), Padang

ABSTRACT

A study about production and characterization of dried guava leaf extract with the addition of lactose as drying
agents has been performed. Dried extract characterization result are: powder, brown color, characteristic odor and
taste like plant and somewhat bitter taste. Dry extract was made by adding lactose in ratio of extracts:lactose 2:1; 1:1,
and 2 : 3 and the best extract was in ratio 2:1. Levels of water-solube compound the extract 2:1 was 83.90% ±
1.49%, levels of ethanol. Soluble compounds 13.01% ± 0.11%, total flavonoid content of 1.17% ± 0.01%, loss on
drying 1.52% ± 0.07%, apparent specific gravity 0.60 g/mL and specific gravity of incompressible 0.78 g/mL, total
ash content of 1.174% ± 0.006% and acid insoluble ash content of 0.946% ± 0.036%.

Keywords: guava leaf, dry extract, lactose

PENDAHULUAN sedangkan ekstrak kering adalah sediaan


yang berasal dari tanaman atau hewan,
Pembuatan ekstrak (ekstraksi) merupakan diperoleh dengan cara pemekatan dan
suatu proses penyarian suatu senyawa aktif pengeringan ekstrak cair sampai mencapai
dari suatu bahan atau simplisia nabati atau konsentrasi yang diinginkan menurut cara-
hewani dengan menggunakan pelarut cara yang memenuhi syarat. Pengaturan
tertentu yang cocok. Pembuatan ekstrak biasanya dilakukan berdasarkan kandungan
(ekstraksi) bisa dilakukan dengan berbagai bahan aktif dengan cara penambahan bahan
metode, sesuai dengan sifat dan tujuannya tambahan inert. Pengeringan berarti
(Depkes RI, 2000). menghilangkan pelarut dari bahan sehingga
Metoda ekstraksi yang digunakan salah menghasilkan serbuk, masa kering-rapuh,
satunya adalah maserasi. Maserasi tergantung proses dan peralatan yang
merupakan proses penyarian simplisia digunakan (Martin et al., 1961; Depkes RI,
dengan metode perendaman menggunakan 2000).
pelarut dengan beberapa kali pengocokan Jambu biji merupakan salah satu tumbuhan
atau pengadukan pada temperatur ruangan yang banyak digunakan dalam pengobatan
(suhu kamar) (Depkes RI, 2000). tradisional seperti pengobatan diare akut dan
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV kronis, perut kembung pada bayi, kadar
(Depkes RI, 1995), ekstrak adalah sediaan kolesterol darah tinggi, sering buang air
kental yang diperoleh dengan mengekstraksi kecil (anyang anyangan), luka, sariawan,
senyawa aktif dari simplisia nabati atau demam berdarah dan lain-lain (Gunawan, et
simplisia hewani menggunakan pelarut yang al., 2001). Daun jambu biji mengandung
sesuai, kemudian semua atau hampir semua tannin sebanyak 9%, minyak lemak 6%,
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk dammar 3%, minyak atsiri (eugenol) 0,4%,
yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga dan garam-garam mineral (Gunawan, et al.,
memenuhi baku yang telah ditetapkan, 2001). Minyak atsiri terdiri dari limonene,

147
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 4, No. 2, 2012

kariofilen, seskuiterpenalkohol. Senyawa 2. Bahan


fenolik (kuersetin, Avicularin (3-O-L- daun segar jambu biji (Psidium guajava L.),
arabopirasanosida) dan guajaverin dengan aquades, air kloroform LP, etanol 95%, asam
khasiat antibakteri, leukosidin, asam elagat, sulfat encer P, asam asetat glacial, larutan
amritosid, zat samak pirogol (13,5%) heksametilentetramin 0,5%, HCl, AlCl3,
(Gunawan, et al., 2001). Selain itu, daun aseton, laktosa dan lain-lain.
jambu biji mengandung flavonoid, yaitu
kuersetin, morin-3-O-α-L- C. Prosedur Kerja
arabinopyranoside, luteolin-7-O-α-L-
arabinopyranoside, glucoside dan apigenin- 1. Pengambilan sampel
7-O-glucoside, kaemferol, luteolin-7-O- Sampel daun jambu biji (Psidium guajava
apigenin-7-O-glucoside. L.) diambil di Jalan Merak, Kelurahan Surau
Sebagai bahan baku Fitofarmaka daun jambu Gadang, Kecamatan Siteba, Nanggalo,
biji telah dibuat menjadi ekstrak kental Padang, Sumatera Barat. Sampel yang
(BPOM, 2004). Pembuatan ekstrak kering digunakan adalah daun jambu biji segar
daun jambu biji belum pernah dilaporkan. kemudian di kering anginkan sampai
Oleh karena itu, pada penelitian ini akan diperoleh kadar air tidak lebih dari 10%.
dicoba membuat ekstrak kering daun jambu
biji dan melakukan karakterisasi terhadap 2. Determinasi jambu biji
ekstrak kering yang dibuat . Tumbuhan jambu biji dideterminasi di
Herbarium Universitas Andalas (ANDA),
METODE PENELITIAN jurusan Biologi FMIPA Universitas
Andalas, Padang, Sumatera Barat.
A. Lokasi Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di 3. Karakterisasi simplisia daun jambu biji
Laboratorium Kimia Sekolah Tinggi Ilmu Karakterisasi simplisia kering meliputi susut
Farmasi (STIFARM) Padang dan pengeringan, penetapan kadar abu total,
Laboratorium Kimia Kopertis Wilayah X penetapan kadar abu yang tidak larut asam,
Padang, Sumatera Barat, selama 5 bulan dari penetapan kadar sari yang larut dalam air,
bulan Maret sampai Juli 2012. penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
(Depkes RI, 1977).
B. Alat dan Bahan
1. Penetapan susut pengeringan
1. Alat Simplisia ditimbang seksama 1 sampai 2 g
Timbangan analitik, kertas saring, spatel, dalam botol timbang dangkal tertutup yang
corong, batang pengaduk, wadah meserasi sebelumnya telah dipanaskan pada suhu
(botol gelap), seperangkat alat rotary 1050C selama 30 menit dan ditara. Ratakan
evaporator, cawan penguap, krus simplisia dalam botol timbang dengan
silikat/platina, pipet gondok, pipet tetes, tang menggoyangkan botol hingga merupakan
krus, beaker glass, botol gelap, gelas ukur, lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10
Erlenmeyer, labu bersumbat, labu ukur, mm, masukkan ke dalam ruang pengering,
kertas saring, desikator, penangas air, oven, buka tutupnya, keringkan pada suhu
corong pisah dan lain-lain. penetapan hingga bobot tetap.

148
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 4, No. 2, 2012

2. Penetapan kadar abu total dan kemudian dibiarkan selama 18 jam.


Sebanyak 2 gram serbuk simplisia daun Saring cepat dengan menghindarkan
jambu biji dimasukan ke dalam krus yang penguapan etanol 95%, uapkan 20 mL filtrat
telah dipijarkan dan ditara, dirata-ratakan hingga kering dalam cawan dangkal
berat krus. Dipijarkan perlahan-lahan hingga berdasarkan rata yang telah ditara, panaskan
arang habis, didinginkan, dan ditimbang. sisa pada suhu 1050C hingga bobot tetap.
Jika arang tidak dapat hilang, maka Hitung kadar dalam persen sari yang larut
ditambahkan air panas, saring melalui kertas dalam etanol 95%, dihitung terhadap bahan
saring bebas abu. Pijarkan sisa kertas saring yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI,
dalam krus yang sama, uapkan, pijarkan 1977).
hingga bobot tetap, timbang. Kadar abu
dihitung terhadap bahan yang telah 4. Pembuatan ekstrak
dikeringkan di udara.
1. Pembuatan ekstrak kental daun jambu biji
3. Penetapan kadar abu yang tidak larut Sebanyak 100 g Serbuk kering daun jambu
asam biji dimasukkan kedalam maserator,
Abu yang diperoleh dari penetapan kadar ditambah etanol 95% sebanyak 1 liter
abu total dididihkan dengan 25 mL Asam direndam selama 6 jam sambil diaduk-aduk
klorida encer selama 5 menit. Kumpulkan kemudian diamkan sampai 24 jam. Maserat
bagian yang tidak larut asam, saring melalui dipisahkan, dan proses diulangi 2 kali
kertas saring bebas abu, cuci dengan air dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama.
panas, pijarkan dalam krus hingga bobot Semua maserat dikumpulkan dan diuapkan
tetap. Kadar abu yang tidak larut asam dengan penguap vakum hingga diperoleh
dihitung terhadap berat bahan uji (Depkes ekstrak kental. Rendemen yang diperoleh
RI, 1977). ditimbang dan dicatat (BPOM, 2004).
4. Penetapan kadar sari yang larut dalam air 2. Pembuatan Ekstrak Kering Daun Jambu
Sebanyak 5,0 g serbuk dimaserasi selama 24 Biji
jam dengan 100 mL air kloroform P, Ekstrak kental yang telah didapat, keringkan
menggunakan labu tersumbat sambil berkali- dengan menambahkan laktosa:
kali dikocok selama 6 jam pertama dan a Setengah bagian dari berat ekstrak (2:1)
kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring, b. Sama banyak dengan berat ekstrak (1:1)
uapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam c. Satu setengah dari berat ekstrak (2:3)
cawan dangkal berdasar rata yang telah Kemudian digerus sampai homogen. Pada
ditara, panaskan sisa pada suhu 1050 hingga serbuk kering ini tambahkan pelarut heksan
bobot tetap. Hitung kadar dalam persen sari ± 300 mL untuk tiap 100 g ekstrak,
yang larut dalam air, dihitung terhadap kemudian diaduk sempurna beberapa kali
bahan yang telah dikeringkan di udara. selama 2 jam, biarkan mengendap dan
enaptuangkan cairan, lalu campurkan sisa
5. Penetapan kadar sari yang larut dalam dengan heksan lagi 300 mL aduk sempurna
etanol dan pisahkan kelebihan heksan, ulangi
Sebanyak 5,0 g serbuk dimaserasi dengan pencucian sekali lagi dengan heksan, sisanya
100 mL etanol 95% selama 24 jam, baru keringkan pada suhu ± 700C, Timbang
menggunakan labu bersumbat sambil serbuk, kemudian tentukan karakterisasi dan
berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama kadar zat aktifnya (Martin et al, 1961).

149
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 4, No. 2, 2012

5. Karakterisasi Ekstrak kering Daun serbuk (A), kemudian dilakukan pengetukan


Jambu Biji kedua kalinya sebanyak 1250 kali dan
dibaca volume serbuk (B). Apabila selisih
1. Parameter Non Spesifik pembacaan kedua (B) dengan (A) tidak
melebihi dari 2 cm3 maka A adalah volume
a. Susut Pengeringan mampat (Vt), jika tidak maka ketukan
Ekstrak ditimbang secara seksama sebanyak diulang seperti diatas sampai didapat volume
1 g sampai 2 g dalam botol timbang dangkal yang tetap seperti diatas sampai didapat
tertutup yang sebelumnya telah dipanaskan volume yang tetap seperti persyaratan.
pada suhu 105oC selama 30 menit dan telah Setelah diperoleh volume mampat yang
ditara. Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan memenuhi syarat tersebut maka dengan
dalam botol timbang, dengan demikian bobot jenis mampat dapat
menggoyangkan botol, hingga merupakan dihitung dengan rumus:
lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 𝐵𝐽 𝑀𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡
mm. Kemudian dimasukkan ke dalam ruang Berat serbuk
pengering, buka tutupnya, keringkan pada =
Volume setelah dimampatkan
suhu 1050C hingga bobot tetap. Sebelum
setiap pengeringan, biarkan botol dalam Faktor Hausner dan Kompresibilitas dapat
keadaan tertutup mendingin dalam eksikator dihitung dengan rumus:
sehingga suhu kamar. Kemudian keringkan ρ mampat
𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 ℎ𝑎𝑢𝑠𝑛𝑒𝑟 = ρ nyata
kembali pada suhu penetapan hingga bobot
tetap dan dinyatakan dalam % bobot per ρ mampat − ρ nyata
bobot (Depkes RI, 2000). 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = X 100%
ρ mampat

b. Bobot jenis ekstrak kering daun jambu


c. Kadar abu total
biji
Lebih kurang 2 sampai 3 gram ekstrak yang
1. Bobot jenis nyata
Serbuk ditimbang sebanyak 100 gram telah digerus dan ditimbang seksama,
kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur, dimasukkan kedalam krus silikat yang telah
kemudian hitung bobot jenis nyata dengan dipijarkan dan ditara, ratakan. Pijarkan
rumus: perlahan-lahan hingga arang habis,
dinginkan, timbang. Jika cara ini arang tidak
Berat serbuk
𝐵𝐽 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎 = Volume serbuk. dapat dihilangkan tambahkan air panas,
saring melalui kertas saring bebas abu.
2. Bobot jenis Mampat (Ben, 2008)
Pijarkan sisa kertas dan kertas saring dalam
Sebanyak 30 gram serbuk dimasukkan ke
dalam gelas ukur (dituang tanpa guncangan) krus yang sama. Masukkan filtrat ke dalam
dan permukaan atas serbuk diratakan dan krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap,
volumenya dapat dibaca (V0). Dengan timbang. Hitung kadar abu terhadap bahan
demikian bobot jenis nyata (tuang) dapat yang telah dikeringkan di udara. Dinyatakan
ditentukan. Alat tap volumeter (gelas ukur dalam %b/b.
yang telah dituang serbuk) dijalankan dan
dibuat ketukan sebanyak 1250 kali atau 50
menit (50 menit x 25 ketukan), dimana dapat
diatur ketukan permenit dan dibaca volume

150
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 4, No. 2, 2012

d. Penetapan kadar abu yang tidak larut Sejumlah 5,0 gram ekstrak dimaserasi
dalam asam selama 24 jam dengan 100 mL etanol (95%),
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar menggunakan labu bersumbat sambil
abu total, didihkan dengan 25 mL asam berkali-kali dikocok selama 6 jam dan
sulfat encer P selama 5 menit, kumpulkan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring
bagian yang tidak larut dalam asam, saring cepat dengan menghindarkan penguapan
melalui krus kaca masir atau kertas saring etanol, kemudian uapkan 20 mL filtrat
bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan hingga kering dalam cawan dangkal berdasar
hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar rata yang telah ditara, panaskan residu pada
abu yang tidak larut dalam asam terhadap suhu 1050C hingga bobot tetap. Hitung kadar
bahan yang telah dikeringkan di udara. dalam persen senyawa terlarut dalam etanol
(95%), dihitung terhadap ekstrak awal.
2. Parameter Spesifik Dinyatakan dalam % bobot /volume
a. Organoleptik
Parameter Organoleptik diukur d. Penetapan Kadar Flavonoid Total
Menggunakan panca indera untuk (BPOM, 2004; Depkes RI, 2008)
mendiskripsikan bentuk, warna, bau, dan
rasa (Depkes RI, 2000). Caranya: 1. Pereaksi
1.Bentuk (penglihatan); sampel diletakkan di  Larutan HMT: Larutan
atas dasar yang bewarna putih, dilihat heksametilentetramin 0,5% b/b
bentuk/rupa dan warna.  Larutan asam asetat glacial 5% v/v dalam
2.Bau (penciuman); ambil sedikit ekstrak metanol P
masukan dalam lumpang, gerus, dan  Larutan aluminium klorida: Larutan
dicium baunya. aluminium klorida 2% dalam larutan asetat
3.Rasa; ambil sedikit sampel diletakkan pada glasial P
lidah dan dikecap-kecap selama 10-50
detik kemudian cuplikan dikeluarkan dari 2. Larutan uji
mulut dan penguji berkumur-kumur Sebanyak 3000 mg ekstrak kering daun
dengan air. jambu biji dimasukkan ke dalam labu alas
bulat, ditambah dengan 1 mL larutan HMT,
b. Kadar Senyawa yang larut dalam air
20 ml aseton P dan 2 mL larutan HCl,
Sejumlah 5,0 gram ekstrak dimaserasi
dihidrolisis dengan cara direfluks selama 30
selama 24 jam dengan 100 mL air kloroform
menit. Saring menggunakan kapas, filtrat
LP menggunakan labu bersumbat sambil
dimasukkan kedalam labu tentukur 100 mL.
berkali-kali dikocok selam 6 jam pertama
residu di refluk kembali dengan 20 mL
dan kemudian dibiarkan selama 18 jam.
aseton P selama 30 menit, disaring dan filtrat
Saring, uapkan 20 mL filtrat hingga kering
dicampur ke dalam labu tentukur 100 mL
dalam cawan dangkal berdasarkan rata yang
ditambah aseton sampai tanda. Pipet 20 mL
telah di tara, panaskan residu pada suhu
filtrat dimasukkan kedalam corong pisah,
1050C hingga bobot tetap. Hitung kadar
ditambah 20 mL air dan diekstraksi 3 kali,
dalam persen senyawa yang larut dalam air,
tiap kali menggunakan 15 mL etil asetat P.
hitung terhadap bobot ekstrak awal.
Masukkan fase etil asetat ke dalam labu
Dinyatakan dalam % bobot per volume.
tentukur 50 mL tambahkan etil asetat sampai
c. Kadar senyawa yang larut dalam etanol tanda.

151
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 4, No. 2, 2012

3. Enceran larutan uji 7. Pengukuran


Larutan uji dipipet sebanyak 10 mL, Pengukuran dilakukan 30 menit setelah
kedalam labu tentukur 25 mL, tambahkan penambahan larutan aluminium klorida
larutan asam asetat glasial 5% v/v dalam menggunakan spektrofotometer pada
metanol sampai tanda. panjang gelombang 425 nm dengan
pembanding kuersetin.
4. Larutan uji dengan larutan aluminium
klorida Hasilnya dihitung dengan cara sebagai
Larutan uji dipipet sebanyak 10 mL kedalam berikut:
labu tentukur 25 mL, ditambah dengan 1 mL
larutan aluminium klorida dan larutan asam %kadar flavonoid
asetat glasial 5% v/v dalam metanol P
𝐶𝑝 (𝐴u − 𝐴bu) 100
sampai tanda. = 𝑥 1,25 𝑥
(𝐴𝑝 − 𝐴𝑏𝑝) 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
5. Larutan pembanding tanpa larutan % = kadar flavonoid total dihitung sebagai
aluminium klorida flavonoid pembanding yaitu
Larutan pembanding flavonoid kuersetin 0,1 kuersetin
% dalam etil asetat P. buat pengenceran Cp = Konsentrasi larutan pembanding
hingga diperoleh serapan larutan uji. Au = Serapan larutan uji dengan larutan
aluminium klorida
6. Larutan pembanding dengan larutan Abu = Serapan larutan uji tanpa larutan
aluminium aluminium klorida
Klorida Ap = Serapan larutan pembanding dengan
Sebanyak 10 mL larutan pembanding larutan aluminium klorida
ditambah 1 mL larutan aluminium klorida Abp = Serapan larutan pembanding dengan
ditambah 25 mL asam asetat glasial 5% v/v larutan aluminium klorida
dalam metanol sampai tanda. 1,25 = Faktor Konstanta

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
a. Hasil Karakterisasi simplisia daun jambu biji
NO. Parameter yang diuji Hasil
1. Susut pengeringan 9,3334%±0,1902%
2. Kadar abu total 5,1149%±0,0285%
3. Kadar abu tidak larut asam 1,4161%±0,2565%
4. Kadar sari larut air 20,3294%±0,052%
5. Kadar sari larut etanol 23,0353%±0,270%
b. hasil pembuatan ekstrak kental daun jambu biji
No. Berat simplisia awal (g) Hasil ekstrak kental
1. 100 70,7626 g
2. 100 81,3260 g
3. 100 67,0536 g

152
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 4, No. 2, 2012

c. Hasil Pembuatan Ekstrak Kering Daun Jambu Biji


No. Jenis ekstrak Ekstrak kental Ekstrak kering
1. 2:1 70,7626 g 36,1150 g
2. 1:1 81,3260 g 82,8579 g
3. 2:3 67,0536 g 126,0557 g

d. Hasil Karakterisasi Non-Spesifik Ekstrak Kering Daun Jambu Biji


No Parameter yang diuji Jenis Ekstrak
2:1 1: 1 2:3
1. Susut pengeringan ekstrak 1,515 ± 0,0663 0,573 ± 0,1096 0,5724 ± 0,0023
(% b/b)
2. Bobot jenis
a. Bobot jenis nyata g/mL 0,6006 0,8361 0,6001
b. Bobot jenis mampat g/mL 0,7974 1,0040 0,9680
c. Faktor Hausner 1,3285 1,249 1,6130
d. Kompesibilitas(%) 24,664 20,035 36,0061
3. Kadar abu total ekstrak (%) 1,173± 0,3932± 0,0057±
0,0056 0,1699 0,0024
4. Kadar abu tidak larut asam 0,946± 0,036 ± 0,0094 ±
ekstrak (%) 0,0363 0,0299 0,0003

e. Hasil Karakterisasi Spesifik Ekstrak Kering Daun Jambu Biji


Parameter yang diuji Jenis Ekstrak
No 2:1 1: 1 2:3
1. Organoleptis
. Bentuk Serbuk Serbuk Serbuk
Serbuk Serbuk
Coklat Coklat Coklat kehijauan
kekuningan
Warna Khas sepeti Khas sepeti Khas seperti
simplisia simplisianya simplisianya
nya
Bau Kelat kelat kelat

Rasa
2. Kadar senyawa yang larut 83,3215 ± 1,4871 86,086 ± 1,1354 82,5757 ± 0,6937
dalam air (%)
3. Kadar senyawa yang larut 13,0072 ± 0,1126 6,669 ± 1,0422 5,9682 ± 0,1953
dalam etanol (%)
4. Kadar flavonoid total (%) 1,1730% ± 0,004 1,1607 ± 0,0379 0,3917 ± 0,0022

153
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 4, No. 2, 2012

PEMBAHASAN
1. Susut pengeringan
a. Pengambilan Sampel Susut pengeringan diperoleh 9,3334 % ±
0,1902% ini artinya kadar air yang
Sampel yang digunakan adalah daun jambu terkandung < 10%. Proses pengeringan
biji segar (Psidium guajava L.) yang diambil simplisia bertujuan untuk menurunkan kadar
di jalan Merak, Kelurahan Surau Gadang, air yang terkandung sehingga simplisia
Kecamatan Siteba Nanggalo, Padang, tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan
Sumatera Barat. Sampel diambil di belakang jamur sehingga dapat digunakan pada jangka
pekarangan rumah yang memiliki cukup waktu yang lama. Susut pengeringan juga
terpapar sinar matahari sehingga daun jambu bertujuan untuk menentuan kadar air, dapat
biji cukup baik dan sempurna proses juga untuk menentukan jumlah zat lain yang
fotosintesanya. mudah menguap pada ekstrak. Daun jambu
biji mengandung sedikit minyak atsiri
b. Hasil Determinasi Tanaman Jambu
sehingga susut pengeringan sama dengan
Biji
kadar air, berarti kadar air memenuhi standar
Berdasarkan surat hasil determinasi yang
parameter simplisia.
telah dilakukan uji identifikasi di Herbarium
Andalas (ANDA), Laboratorium Taksonomi
Tumbuhan, jurusan Biologi, fakultas 2. Kadar abu total dan kadar abu tidak
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, larut asam simplisia
Universitas Andalas, Padang, Sumatera Penentuan kadar abu bertujuan untuk
Barat. Sampel yang digunakan dalam menggambarkan jumlah kandungan logam
penelitian ini adalah Psidium guajava L dalam tanaman, sementara abu tak larut
(family Mirtaceae). Dari hasil identifikasi asam menunjukkan adanya silikat. Baik
jambu biji ternyata tanaman jambu biji ini logam maupun silikat berasal dari tanah dan
sesuai dengan yang tertera pada monografi air yang dihisap oleh jaringan tanaman.
Psidium gujava (Depkes RI, 1997).
3. Kadar sari larut dalam air dan kadar
c. Penyiapan Simplisia
Setelah daun jambu biji diambil dilakukan sari larut etanol
Penentuan kadar sari larut dalam air dan
pencucian dengan air mengalir. Hal ini
penetapan kadar sari larut etanol bertujuan
berfungsi untuk menghilangkan kotoran-
untuk menunjukkan jumlah bahan-bahan
kotoran yang menempel pada sampel selama
yang dapat di sari oleh air maupun etanol.
proses pemanenan sampai proses
Bahan-bahan yang larut dalam air terdiri dari
penyortiran. Daun jambu biji segar sebanyak
karbohidrat, garam garam dan sebagian
5 kg setelah dikering-anginkan selama ± 10
vitamin-vitamin serta sebagian bahan-bahan
hari dan diperoleh daun jambu biji kering
organik. Penentuan kadar sari tersebut
sebanyak 1,47 kg. Ini artinya jumlah air dan
sangat penting, karena dapat memberikan
senyawa lain yang hilang dalam proses
gambaran mengenai besarnya bahan-bahan
pengeringan ini sebanyak ± 29,4% kemudian
terlarut dan merupakan bagian yang
di buat serbuk kasar.
dimanfaatkan sebagai bahan obat
d. Karakterisasi Simplisia Daun Jambu
e. Pembuatan Ekstrak Daun Jambu Biji
Biji

154
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 4, No. 2, 2012

Ekstrak dibuat dengan cara maserasi bobot jenis mampat yang dihitung setelah
menggunakan pelarut etanol 95%, dimampatkan. Hasil yang diperoleh
pembuatan ekstrak dilakukan sebanyak 3 berhubungan dengan sifat aliran serbuk.
kali dengan jumlah yang sama dan perlakuan Faktor Hausner yang baik harus kecil dari 1,
yang berbeda serta waktu yang berbeda, sedangkan kompetibilitas 5-16% (Ben,
dilakukan secara terpisah agar proses 2008).
penyarian senyawa aktif didalam nya tersari
secara sempurna. c. Kadar abu total dan kadar abu tidak
larut asam ekstrak kering daun jambu
f. Pembuatan Ekstrak Kering dari biji
Ekstrak Kental Daun Jambu Biji Pemeriksaan Kadar abu total dan kadar abu
Ekstrak kental yang didapat dikeringkan tidak larut asam menggunakan prinsip
dengan penambahan laktosa masing-masing pemanasan bahan pada temperatur dimana
sebagian dari berat ekstrak, sama benyak senyawa organik dan turunanya terdestruksi
dengan berat ekstrak dan satu setengah dari dan menguap. Sehingga tinggal unsur
berat ekstrak. Hal ini bertujuan untuk mineral dan anorganik. Tujuannya untuk
membandingkan karakter setiap ekstrak dan memberikan gambaran kandungan mineral
melihat karakter ekstrak yang paling baik internal dan eksternal yang berasal dari
pada proses ini. proses awal sampai terbentuknya ekstrak.
(Depkes RI, 2000). Penentuan kadar abu
g. Karakterisasi Ekstrak Kering Daun bertujuan untuk menggambarkan jumlah
Jambu Biji kandungan logam dalam ekstrkak, sementara
abu tadak larut asam menunjukkan adanya
1. Penentuan parameter non-spesifik silikat. Baik logam maupun silikat berasal
dari tanah dan air dan lain-lain mulai dari
a. Susut pengeringan proses awal sampai akhir yang masuk
Penentuan susut pengeringan bertujuan kedalam ekstrak (Depkes RI, 2000).
untuk memberikan batasan minimal
(rentang) tentang besarnya senyawa yang 2. Penentuan parameter spesifik
hilang pada proses pengeringan.. Nilai susut
pengeringan dalam hal khusus identik a. Organoleptik
dengan kadar air yang berarti kadar air <10 Pemeriksaan organoleptik meliputi
% maka sediaan dikatakan kering dan tidak pemeriksaan warna, bentuk, rasa dan bau.
dibutuhkan pengawet lagi untuk Warna setiap serbuk berbeda, untuk ekstrak
menghindari pencemaran mikroorganisme. 2:1 serbuknya berwarna coklat, ekstrak 1:1
coklat kekuningan sedangkan untuk ekstrak
b. Bobot jenis 2:3 berwarna coklat kehijauan, perbedaan
Penentuan bobot jenis bertujuan untuk warna ini dipengaruhi oleh penambahan
memberikan batasan tentang besarnya masa laktosa semakin banyak laktosa yang
persatuan volume. Parameter khusus untuk ditambahkan maka warna ekstrak akan
ekstrak kering yaitu menggunakan bobot semakin pudar dibandingkan warna ekstrak
jenis nyata dan bobot jenis mampat kentalnya. Sedangkan bentuk, rasa, dan bau
menggunakan alat tap volumeter. bobot jenis tidak berpengaruh secara signifikan dengan
murni merupakan bobot jenis yang penambahan laktosa.
ditentukan tanpa guncangan sedangkan

155
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 4, No. 2, 2012

b. Kadar senyawa larut dalam air dan ekstrak dengan perbandingan 2:1 dengan
kadar senyawa larut dalam etanol karakter sebagai berikut:
Pemeriksaan kadar senyawa larut dalam air 1. Karakter spesifik dari ekstrak kering
dan kadar senyawa yang larut dalam etanol daun jambu biji secara organoleptis
bertujuan untuk melihat kandungan mineral ekstrak kering daun jambu biji yang
dan senyawa yang berkhasiat sebagai obat. diperoleh berbentuk serbuk, berwarna
Pada penelitian ini senyawa yang larut coklat , mempunyai bau yang khas
dalam air lebih tinggi dibandingkan senyawa seperti simplisianya dan berasa kelat.
yang larut dalam etanol, ini artinya senyawa Dengan kadar senyawa yang larut air
tersebut lebih cenderung mempunyai 83,8953% ± 1,4871%, kadar senyawa
kandungan mineral yang tinggi dan senyawa larut etanol 13,0072% ± 0,1126%, kadar
yang mengandung bahan-bahan seperti flavonoid total 1,1730% ± 0,0084%.
karbohidrat, garam garam dan sebagian 2. Karakter non-spesifiknya diperoleh
vitamin-vitamin serta sebagian bahan-bahan susut pengeringan 1,5152% ± 0,0663%,
organik. Penentuan kadar sari tersebut bobot jenis nyata 0,6006 g/mL, dan
sangat penting, karena dapat memberikan bobot jenis mampat 0,7974 g/mL, kadar
gambaran mengenai besarnya bahan-bahan abu total 1,1736% ± 0,0056%, dan
terlarut dan merupakan bagian yang kadar abu tidak larut asam 0,9462% ±
dimanfaatkan sebagai bahan obat. 0,0363%.

c. Kadar flavonoid total DAFTAR PUSTAKA


Pada penetapan kadar flavonoid total ini
dilakukan dengan menggunakan flavonoid BPOM, 2004, Monografi Ekstrak Tumbuhan
pembanding yaitu kuersetin dan serapan Obat Indonesia, Vol 1, Jakarta: Badan
diukur pada panjang gelombang 425 nm. POM RI.
Hasil yang diperoleh lebih rendah
dibandingkan dengan kadar kuersetin pada Ben, E.S., 2008, Teknologi Tablet, Padang:
ekstrak kental yang tertera pada monografi Andalas University Press
Psidium guajava (Depkes RI, 2008). Hal ini
ada pengaruhnya dengan penambahan Depkes RI, 1977, Materia Medika Indonesia
laktosa sebagai bahan pengering ekstrak. (Jilid 1), Jakarta: Departemen
Kadar kuersetin yang paling tinggi diperoleh Kesehatan Republik Indonesia
yaitu pada ekstrak 2:1 1,1730%, sedangkan Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia
ekstrak yang tertera pada monografi yaitu (Edisi 4), Jakarta: Departemen
tidak kurang dari 1,40%. Kesehatan Republik Indonesia
KESIMPULAN
Dari penelitian tentang pembuatan dan Depkes RI, 2000, Parameter Standar Umum
Karakterisasi ekstrak kering daun jambu biji Ekstrak Tumbuhan Obat (Edisi 1),
(Psidium guajava L.) didapat hasil bahwa Jakarta: Direktorat Jenderal
ekstrak kering daun jambu biji dapat dibuat Pengawasan Obat dan Makanan
dengan cara menambahkan setengah bagian
laktosa dan satu bagian ekstrak. Hasil yang
paling baik pada penelitian ini adalah

156
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 4, No. 2, 2012

Gunawan, D., Sudarsono, Wahyuono, S.,


Donatus, I. A., & Purnomo, 2001,
Hasil Penelitian, Sifat-Sifat dan
Penggunaan Tumbuhan Obat 2.
Yogyakarta: PPOT UGM.
Martin, E.W., Cook, E.F., Leuallen, E.E.,
Osol, Athur., Tice, L. F., Meter, Van
C. T., 1961, Remington’s Practice of
Pharmacy, Easton: Mack publishing
Company

157

Anda mungkin juga menyukai