70 134 1 SM PDF
70 134 1 SM PDF
2, 2012
ABSTRACT
A study about production and characterization of dried guava leaf extract with the addition of lactose as drying
agents has been performed. Dried extract characterization result are: powder, brown color, characteristic odor and
taste like plant and somewhat bitter taste. Dry extract was made by adding lactose in ratio of extracts:lactose 2:1; 1:1,
and 2 : 3 and the best extract was in ratio 2:1. Levels of water-solube compound the extract 2:1 was 83.90% ±
1.49%, levels of ethanol. Soluble compounds 13.01% ± 0.11%, total flavonoid content of 1.17% ± 0.01%, loss on
drying 1.52% ± 0.07%, apparent specific gravity 0.60 g/mL and specific gravity of incompressible 0.78 g/mL, total
ash content of 1.174% ± 0.006% and acid insoluble ash content of 0.946% ± 0.036%.
147
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 4, No. 2, 2012
148
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 4, No. 2, 2012
149
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 4, No. 2, 2012
150
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 4, No. 2, 2012
d. Penetapan kadar abu yang tidak larut Sejumlah 5,0 gram ekstrak dimaserasi
dalam asam selama 24 jam dengan 100 mL etanol (95%),
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar menggunakan labu bersumbat sambil
abu total, didihkan dengan 25 mL asam berkali-kali dikocok selama 6 jam dan
sulfat encer P selama 5 menit, kumpulkan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring
bagian yang tidak larut dalam asam, saring cepat dengan menghindarkan penguapan
melalui krus kaca masir atau kertas saring etanol, kemudian uapkan 20 mL filtrat
bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan hingga kering dalam cawan dangkal berdasar
hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar rata yang telah ditara, panaskan residu pada
abu yang tidak larut dalam asam terhadap suhu 1050C hingga bobot tetap. Hitung kadar
bahan yang telah dikeringkan di udara. dalam persen senyawa terlarut dalam etanol
(95%), dihitung terhadap ekstrak awal.
2. Parameter Spesifik Dinyatakan dalam % bobot /volume
a. Organoleptik
Parameter Organoleptik diukur d. Penetapan Kadar Flavonoid Total
Menggunakan panca indera untuk (BPOM, 2004; Depkes RI, 2008)
mendiskripsikan bentuk, warna, bau, dan
rasa (Depkes RI, 2000). Caranya: 1. Pereaksi
1.Bentuk (penglihatan); sampel diletakkan di Larutan HMT: Larutan
atas dasar yang bewarna putih, dilihat heksametilentetramin 0,5% b/b
bentuk/rupa dan warna. Larutan asam asetat glacial 5% v/v dalam
2.Bau (penciuman); ambil sedikit ekstrak metanol P
masukan dalam lumpang, gerus, dan Larutan aluminium klorida: Larutan
dicium baunya. aluminium klorida 2% dalam larutan asetat
3.Rasa; ambil sedikit sampel diletakkan pada glasial P
lidah dan dikecap-kecap selama 10-50
detik kemudian cuplikan dikeluarkan dari 2. Larutan uji
mulut dan penguji berkumur-kumur Sebanyak 3000 mg ekstrak kering daun
dengan air. jambu biji dimasukkan ke dalam labu alas
bulat, ditambah dengan 1 mL larutan HMT,
b. Kadar Senyawa yang larut dalam air
20 ml aseton P dan 2 mL larutan HCl,
Sejumlah 5,0 gram ekstrak dimaserasi
dihidrolisis dengan cara direfluks selama 30
selama 24 jam dengan 100 mL air kloroform
menit. Saring menggunakan kapas, filtrat
LP menggunakan labu bersumbat sambil
dimasukkan kedalam labu tentukur 100 mL.
berkali-kali dikocok selam 6 jam pertama
residu di refluk kembali dengan 20 mL
dan kemudian dibiarkan selama 18 jam.
aseton P selama 30 menit, disaring dan filtrat
Saring, uapkan 20 mL filtrat hingga kering
dicampur ke dalam labu tentukur 100 mL
dalam cawan dangkal berdasarkan rata yang
ditambah aseton sampai tanda. Pipet 20 mL
telah di tara, panaskan residu pada suhu
filtrat dimasukkan kedalam corong pisah,
1050C hingga bobot tetap. Hitung kadar
ditambah 20 mL air dan diekstraksi 3 kali,
dalam persen senyawa yang larut dalam air,
tiap kali menggunakan 15 mL etil asetat P.
hitung terhadap bobot ekstrak awal.
Masukkan fase etil asetat ke dalam labu
Dinyatakan dalam % bobot per volume.
tentukur 50 mL tambahkan etil asetat sampai
c. Kadar senyawa yang larut dalam etanol tanda.
151
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 4, No. 2, 2012
152
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 4, No. 2, 2012
Rasa
2. Kadar senyawa yang larut 83,3215 ± 1,4871 86,086 ± 1,1354 82,5757 ± 0,6937
dalam air (%)
3. Kadar senyawa yang larut 13,0072 ± 0,1126 6,669 ± 1,0422 5,9682 ± 0,1953
dalam etanol (%)
4. Kadar flavonoid total (%) 1,1730% ± 0,004 1,1607 ± 0,0379 0,3917 ± 0,0022
153
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 4, No. 2, 2012
PEMBAHASAN
1. Susut pengeringan
a. Pengambilan Sampel Susut pengeringan diperoleh 9,3334 % ±
0,1902% ini artinya kadar air yang
Sampel yang digunakan adalah daun jambu terkandung < 10%. Proses pengeringan
biji segar (Psidium guajava L.) yang diambil simplisia bertujuan untuk menurunkan kadar
di jalan Merak, Kelurahan Surau Gadang, air yang terkandung sehingga simplisia
Kecamatan Siteba Nanggalo, Padang, tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan
Sumatera Barat. Sampel diambil di belakang jamur sehingga dapat digunakan pada jangka
pekarangan rumah yang memiliki cukup waktu yang lama. Susut pengeringan juga
terpapar sinar matahari sehingga daun jambu bertujuan untuk menentuan kadar air, dapat
biji cukup baik dan sempurna proses juga untuk menentukan jumlah zat lain yang
fotosintesanya. mudah menguap pada ekstrak. Daun jambu
biji mengandung sedikit minyak atsiri
b. Hasil Determinasi Tanaman Jambu
sehingga susut pengeringan sama dengan
Biji
kadar air, berarti kadar air memenuhi standar
Berdasarkan surat hasil determinasi yang
parameter simplisia.
telah dilakukan uji identifikasi di Herbarium
Andalas (ANDA), Laboratorium Taksonomi
Tumbuhan, jurusan Biologi, fakultas 2. Kadar abu total dan kadar abu tidak
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, larut asam simplisia
Universitas Andalas, Padang, Sumatera Penentuan kadar abu bertujuan untuk
Barat. Sampel yang digunakan dalam menggambarkan jumlah kandungan logam
penelitian ini adalah Psidium guajava L dalam tanaman, sementara abu tak larut
(family Mirtaceae). Dari hasil identifikasi asam menunjukkan adanya silikat. Baik
jambu biji ternyata tanaman jambu biji ini logam maupun silikat berasal dari tanah dan
sesuai dengan yang tertera pada monografi air yang dihisap oleh jaringan tanaman.
Psidium gujava (Depkes RI, 1997).
3. Kadar sari larut dalam air dan kadar
c. Penyiapan Simplisia
Setelah daun jambu biji diambil dilakukan sari larut etanol
Penentuan kadar sari larut dalam air dan
pencucian dengan air mengalir. Hal ini
penetapan kadar sari larut etanol bertujuan
berfungsi untuk menghilangkan kotoran-
untuk menunjukkan jumlah bahan-bahan
kotoran yang menempel pada sampel selama
yang dapat di sari oleh air maupun etanol.
proses pemanenan sampai proses
Bahan-bahan yang larut dalam air terdiri dari
penyortiran. Daun jambu biji segar sebanyak
karbohidrat, garam garam dan sebagian
5 kg setelah dikering-anginkan selama ± 10
vitamin-vitamin serta sebagian bahan-bahan
hari dan diperoleh daun jambu biji kering
organik. Penentuan kadar sari tersebut
sebanyak 1,47 kg. Ini artinya jumlah air dan
sangat penting, karena dapat memberikan
senyawa lain yang hilang dalam proses
gambaran mengenai besarnya bahan-bahan
pengeringan ini sebanyak ± 29,4% kemudian
terlarut dan merupakan bagian yang
di buat serbuk kasar.
dimanfaatkan sebagai bahan obat
d. Karakterisasi Simplisia Daun Jambu
e. Pembuatan Ekstrak Daun Jambu Biji
Biji
154
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 4, No. 2, 2012
Ekstrak dibuat dengan cara maserasi bobot jenis mampat yang dihitung setelah
menggunakan pelarut etanol 95%, dimampatkan. Hasil yang diperoleh
pembuatan ekstrak dilakukan sebanyak 3 berhubungan dengan sifat aliran serbuk.
kali dengan jumlah yang sama dan perlakuan Faktor Hausner yang baik harus kecil dari 1,
yang berbeda serta waktu yang berbeda, sedangkan kompetibilitas 5-16% (Ben,
dilakukan secara terpisah agar proses 2008).
penyarian senyawa aktif didalam nya tersari
secara sempurna. c. Kadar abu total dan kadar abu tidak
larut asam ekstrak kering daun jambu
f. Pembuatan Ekstrak Kering dari biji
Ekstrak Kental Daun Jambu Biji Pemeriksaan Kadar abu total dan kadar abu
Ekstrak kental yang didapat dikeringkan tidak larut asam menggunakan prinsip
dengan penambahan laktosa masing-masing pemanasan bahan pada temperatur dimana
sebagian dari berat ekstrak, sama benyak senyawa organik dan turunanya terdestruksi
dengan berat ekstrak dan satu setengah dari dan menguap. Sehingga tinggal unsur
berat ekstrak. Hal ini bertujuan untuk mineral dan anorganik. Tujuannya untuk
membandingkan karakter setiap ekstrak dan memberikan gambaran kandungan mineral
melihat karakter ekstrak yang paling baik internal dan eksternal yang berasal dari
pada proses ini. proses awal sampai terbentuknya ekstrak.
(Depkes RI, 2000). Penentuan kadar abu
g. Karakterisasi Ekstrak Kering Daun bertujuan untuk menggambarkan jumlah
Jambu Biji kandungan logam dalam ekstrkak, sementara
abu tadak larut asam menunjukkan adanya
1. Penentuan parameter non-spesifik silikat. Baik logam maupun silikat berasal
dari tanah dan air dan lain-lain mulai dari
a. Susut pengeringan proses awal sampai akhir yang masuk
Penentuan susut pengeringan bertujuan kedalam ekstrak (Depkes RI, 2000).
untuk memberikan batasan minimal
(rentang) tentang besarnya senyawa yang 2. Penentuan parameter spesifik
hilang pada proses pengeringan.. Nilai susut
pengeringan dalam hal khusus identik a. Organoleptik
dengan kadar air yang berarti kadar air <10 Pemeriksaan organoleptik meliputi
% maka sediaan dikatakan kering dan tidak pemeriksaan warna, bentuk, rasa dan bau.
dibutuhkan pengawet lagi untuk Warna setiap serbuk berbeda, untuk ekstrak
menghindari pencemaran mikroorganisme. 2:1 serbuknya berwarna coklat, ekstrak 1:1
coklat kekuningan sedangkan untuk ekstrak
b. Bobot jenis 2:3 berwarna coklat kehijauan, perbedaan
Penentuan bobot jenis bertujuan untuk warna ini dipengaruhi oleh penambahan
memberikan batasan tentang besarnya masa laktosa semakin banyak laktosa yang
persatuan volume. Parameter khusus untuk ditambahkan maka warna ekstrak akan
ekstrak kering yaitu menggunakan bobot semakin pudar dibandingkan warna ekstrak
jenis nyata dan bobot jenis mampat kentalnya. Sedangkan bentuk, rasa, dan bau
menggunakan alat tap volumeter. bobot jenis tidak berpengaruh secara signifikan dengan
murni merupakan bobot jenis yang penambahan laktosa.
ditentukan tanpa guncangan sedangkan
155
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 4, No. 2, 2012
b. Kadar senyawa larut dalam air dan ekstrak dengan perbandingan 2:1 dengan
kadar senyawa larut dalam etanol karakter sebagai berikut:
Pemeriksaan kadar senyawa larut dalam air 1. Karakter spesifik dari ekstrak kering
dan kadar senyawa yang larut dalam etanol daun jambu biji secara organoleptis
bertujuan untuk melihat kandungan mineral ekstrak kering daun jambu biji yang
dan senyawa yang berkhasiat sebagai obat. diperoleh berbentuk serbuk, berwarna
Pada penelitian ini senyawa yang larut coklat , mempunyai bau yang khas
dalam air lebih tinggi dibandingkan senyawa seperti simplisianya dan berasa kelat.
yang larut dalam etanol, ini artinya senyawa Dengan kadar senyawa yang larut air
tersebut lebih cenderung mempunyai 83,8953% ± 1,4871%, kadar senyawa
kandungan mineral yang tinggi dan senyawa larut etanol 13,0072% ± 0,1126%, kadar
yang mengandung bahan-bahan seperti flavonoid total 1,1730% ± 0,0084%.
karbohidrat, garam garam dan sebagian 2. Karakter non-spesifiknya diperoleh
vitamin-vitamin serta sebagian bahan-bahan susut pengeringan 1,5152% ± 0,0663%,
organik. Penentuan kadar sari tersebut bobot jenis nyata 0,6006 g/mL, dan
sangat penting, karena dapat memberikan bobot jenis mampat 0,7974 g/mL, kadar
gambaran mengenai besarnya bahan-bahan abu total 1,1736% ± 0,0056%, dan
terlarut dan merupakan bagian yang kadar abu tidak larut asam 0,9462% ±
dimanfaatkan sebagai bahan obat. 0,0363%.
156
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 4, No. 2, 2012
157