Anda di halaman 1dari 8

NASKAH TUGAS VIDEO

ERITRASMA

KELOMPOK 2 :
PRAFIDINA QUALISA 011723143128
MASYITHOH WAHYU DIANI 011723143129
FAUZA FITRIYAH LUBIS 011723143199
DAMARA IBNU ARFIAN 011723143200

DM ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


PERIODE 19 MARET-15 APRIL 2018
RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA
ERITRASMA

I. Definisi
Eritrasma ialah penyakit bakteri kronik pada stratum korneum
yang disebabkan oleh Corynebacterium minitussismum, ditandai
dengan adanya lesi berupa eritema dan skuama halus terutama di
daerah ketiak dan lipat paha.
II. Epidemiologi
Insiden eritrasma lebih sering ditemukan pada daerah subtropis
dan tropis dibandingkan di bagian lain dunia. Dalam sebuah studi
terbaru yang dilakukan di Turki, tingkat eritrasma ditemukan 46,7% di
antara 122 pasien dengan lesi kaki interdigital.
Eritrasma biasanya muncul dalam bentuk jinak. Namun, dapat
menjadi luas dan invasif pada individu yang immunocompromised.
Pada individu tersebut, organisme ini telah menyebabkan infeksi selain
eritrasma. Pada sebuah studi, ditemukan beberapa jenis infeksi yang
menyertai eritrasma, yaitu pembentukan abses (3 kasus), intravaskular
infeksi kateter terkait (2 kasus), bakteremia (3 kasus), infeksi primer
peritoneal kateter terkait (2 kasus), endokarditis (2 kasus), pielonefritis
(2 kasus), selulitis (1 kasus), endophthalmitis (1 kasus), arteriovenous
fistula infeksi (1 kasus), granuloma kulit (1 kasus ), dan meningitis (1
kasus).
Insiden eritrasma lebih tinggi pada orang kulit hitam. Pria dan
wanita memiliki insidensi yang sama, namun bentuk crural dari
eritrasma lebih sering terjadi pada pria. Sebuah studi pada tahun 2008
menemukan bahwa eritrasma interdigital lebih umum terjadi pada
wanita (83% dari 24 pasien).
III. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium
minitussismum. Bakteri ini adalah bakteri batang Gram positif,
berbentuk non-spora, aerobik, dan katalase-positif diphtheroid.
Faktor predisposisi eritrasma meliputi :
• Berkeringat berlebihan / hiperhidrosis
• Kegemukan
• Diabetes mellitus
• Iklim yang panas
• Hygine yang buruk
• Lanjut usia
• Gangguan immunocompromised lainnya
IV. Patogenesis
Organisme yang menyebabkan eritrasma adalah Corynebacterium
minutissimum, yang biasanya merupakan flora normal kulit manusia.
Bakteri tersebut menginvasi sepertiga atas stratum korneum, pada
kondisi yang mendukung. Apabila tubuh seseorang panas atau
lembab, maka organisme ini akan lebih mudah berproliferasi. Hal ini
akan menyebabkan stratum korneum menebal. Organisme tersebut
dapat ditemukan pada ruang interseluler dan intraseluler, serta tampak
menghancukan keratin fibril. Sisik (scales) yang berwarna coral-red
saat penyinaran di bawah lampu Wood merupakan akibat dari produksi
porfirin oleh organisme tersebut.
V. Manifestasi klinis (berserta gambar)
 Eritrasma ditandai dengan makula eritema luas, berbatas tegas,
dengan skuama halus.
 Gejala bervariasi, mulai asimtomatik hingga gatal dan panas pada
lesi di area genitokrural.
 Tempat predileksi lesi: aksila, lipatan genitokrural, sela antara jari
kaki keempat dan kelima, dan lebih jarang pada jari kaki ketiga dan
keempat.
 Tampak plakat hiperkeratotik berwarna putih pada lesi di sela jari
kaki.
 Tampak kulit berwarna merah kecoklatan dengan skuama halus
pada lesi di daerah genitokrural dan aksila.
Eritrasma pada regio axilla (Sumber: Andrews’ Diseases of The Skin)

Eritrasma pada regio inguinal (Sumber: Andrews’ Diseases of The Skin)

Eritrasma di sela antara jari kaki keempat dan kelima (Sumber:


Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine)
VI. Pemeriksaan penunjang (gambar dan sumber)
Kultur bakteri Corynebacterium dari lesi menguatkan diagnosis.
Selain itu, dapat dilakukan pewarnaan Gram. Dari pemeriksaan
pewarnaan Gram, tampak bakteri Gram positif, berbentuk batang.
Lampu Wood juga dapat digunakan untuk keperluan diagnostik
eritrasma. Ketika diterangi Lampu Wood, lesi pada kulit penderita akan
menunjukkan fluoresensi merah karang (coral-red), yang berasal dari
adanya porfirin. Diharapkan penderita tidak mencuci lesi pada kulit
sebelum pemeriksaan karena dapat menghilangkan fluoresensi.

Eritrasma denan penyinaran lampu Wood: warna merah karang (Sumber:


http://www.pcds.org.uk/clinical-guidance/erythrasma#!prettyPhoto)
VII. Diagnosis
Diagnosis eritrasma ditegakkan berdasarkan gejala-gejala yang
dimiliki pasien dan hasil pemeriksaan penunjang, seperti penyinaran
dengan lampu Wood dan kultur bakteri. Pada penyinaran dengan
lampu Wood, bakteri akan memancarkan sinar merah (coral-red).
Eritrasma sering didiagnosis sebagai infeksi dermatofit (infeksi
jamur). Pemeriksaan KOH secara langsung sangat direkomendasikan
untuk mengeklusi dermatofitosis, karena 31,6-62% pasien dengan
eritrasma mungkin memiliki concurrent infection dengan dermatofit.
Differential Diagnoses eritrasma adalah pityriasis versicolor,
pruritus ani, seborrheic dermatitis, dermatofitosis, tinea cruris, tinea
corporis, tinea pedis, plaque psoriasis, intertrigo, cutaneous
candidiasis, allergic contac dermatitis, dan acanthosis nigricans.
VIII. Terapi
Pada minor eritrasma, terapi bisa dilakukan dengan menjaga agar
area infeksi tetap kering dan bersih dengan sabun antibakteri.
Selanjutnya, bisa diberikan asam fusidat topikal dan krim miconazole.
Untuk eritrasma yang lebih agresif, oral antibiotik macrolide bisa
diresepkan.
First-line therapy : erythromycin topikal, atau clindamycin, atau cream
asam fusidat krim, atau miconazole krim.
Second-line therapy : Oral erythromycin, atau singled-dose
clarithromycin, atau amoxicillin-clavulanate; terutama untuk
pengobatan sistemik.
Terapi eritrasma harus dilakukan secara komprehensif. Tujuannya
adalah untuk mengurangi morbiditas, eradikasi infeksi, dan mencegah
komplikasi. Beberapa agen antibakterial dan/atau antifungal yang
digunakan untuk mengeradikasi C. minutissimum dan infeksi
konkomitan (bersamaan) yang mungkin ada, adalah :
1. Erythromycin
Erythromycin adalah drug of choice (DOC) pada eritrasma.
Erythromycin mampu menginhibisi pertumbuhan bakteri, yaitu
dengan memblok disosiasi peptidyl t-RNA dari ribosom yang
menyebabkan sintesis protein yang RNA-dependen terhenti. Usia,
berat badan, dan keparahan infeksi menentukan dosis yang tepat.
Dosis yang umumnya digunakan adalah dua kali sehari, dengan
setengah total daily dose, dan dikonsumsi setiap 12 jam. Untuk
infeksi yang lebih parah, dosisnya dibesarkan dua kali lipat.
2. Clarithromycin
Clarithromycin menginhibisi pertumbuhan bakteri dengan
mekanisme yang sama dengan erythromycin.
3. Miconazole topical
Miconazole merusak membran dinding sel jamur dengan
menginhibisi biosintesis dari ergosterol. Permeabilitas membran
meningkat dan menyebabkan nutriens keluar, sehingga
menyebabkan kematian jamur. Pada area intertriginous (daerah
yang sering bersentuhan, seperti daerah aksila, anogenital, lipatan
kulit payudara, dan sela-sela jari), pemakaian lotion lebih baik.
Cream digunakan sedikit untuk menghindari efek maserasi.
Gunakan cream 2%.
4. Clindamycin
Clindamycin memiliki efek bakteriostatik. Clindamycin
mengintervensi sintesis protein bakteri dengan berikatan dengan
subnunit 50S dari ribosom bakteri.
5. Tetracycline
Tetracycline menghambat pertumbuhan sel dengan menginhibisi
translasi mRNA. Tetracycline berikatan dengan bagian 16S dari
subunit ribosom 30S dan mencegah aminoacyl tRNA berikatan
dengan A site dari ribosom. Ikatan tersebut reversible.
IX. Komplikasi
a. Furunkulosis
b. Kerusakan kulit permanen (hiperpigmentasi & jaringan parut)
c. Kerusakan folikel rambut & kerontokan rambut permanen
d. Komplikasi lain yang jarang : sepsis, osteomielitis, artritis,
endokarditis, pneumonia, selulitis, limfangitis, limfadenitis, toxic
shock syndrome, Staphylococcal scalded skin syndrome,
necrotizing fasciitis.
X. Edukasi
1. Menjelaskan kepada pasien bahwa area yang terinfeksi harus dijaga
agar tetap selalu kering
2. Menjelaskan kepada pasien untuk menggunakan sabun antibakterial
saat mandi agar rekurensi dapat dicegah
XI. Pencegahan
● Rutin mandi
● Jaga kulit agar tetap kering dan bersih
● Gunakan pakaian kering dan bersih
● Hindari kondisi tubuh yang terlalu panas atau lembab
● Jaga berat badan tubuh yang ideal
XII. Daftar Pustaka
Bandoim L, Falck S. 2017. What Is Erythrasma?. Healthline Media.
[online] Diakses melalui:
https://www.healthline.com/health/erythrasma#prevention
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S. 2008. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. FKUI. Vol: 5, 334-335.
Erythrasma. U.S. National Library of Medicine. [online] Diakses melalui
https://medlineplus.gov/ency/article/001470.htm
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K.
2012. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. Ed 8. United
States. The McGraw-Hill Companies.
James WD, Berger TG, Elston DM, Neuhaus IM. 2016. Andrews’
Diseases of The Skin. Ed 12. Philadelphia. Elsevier, Inc.
Kibbi AG dan Sleiman MSB. 2017. Erythrasma. WebMD LLC. [online]
Diakses melalui: https://emedicine.medscape.com/article/1052532-
overview#showall
Wolff, K., Johnson, R., Saavedra, A. and Roh, E. 2017. Fitzpatrick’s
Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology, Ed. 8. Hal 534.
New York: McGraw-Hill Education LLC.

Anda mungkin juga menyukai