ERITRASMA
Disusun oleh :
Stazia Noija
NIM.2016-84-024
Pembimbing :
dr. Hanny Tanasal, Sp.KK
seperti aksila, selangkangan, dan sela jari kaki. Penyakit ini sering salah didiagnosis
Selama lebih dari beberapa abad, eritrasma diketahui merupakan infeksi jamur
yang diperkenalkan oleh Burchard sebagai penyakit kulit yang disebabkan oleh
sediaan langsung dengan ditemukan struktur seperti hifa halus pada tahun 1859.
Corynebacterium ditetapkan sebagai etiologi eritrasma oleh Sarkani pada tahun 1962
Dapat ditemukan pada semua jenjang usia, namun didominasi pada usia dewasa.
Iklim yang hangat dan lembab menjadi faktor predisposisi penyakit ini. Eristrasma
hingga coklat, berbatas tegas, dengan skuama halus di atasnya. Selain berdasarkan
1
Pilihan terapi pada eritrasma dapat berupa topikal untuk lesi yang sedikit atau
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
eritematosa hingga kecoklatan, ireguler namun berbatas tegas, pada daerah lipatan
2.2. Etiopatofisiologi
merupakan flora normal kulit. Perubahan lingkungan lokal pada kulit, seperti
degradasi keratin.7
Infeksi akibat bakteri ini lebih sering ditemukan di daerah iklim tropis. Infeksi
ini umumnya ditemukan di daerah lipatan yang tertutup (seperti inguinal, aksila,
3
2.3.Faktor Risiko
Faktor predisposisi antara lain iklim yang lembab dan hangat, higiene yang
penyakit sistemik seperti endokarditis atau abses berulang4, dan menjadi patogen
2.4.Manifestasi Klinis
selangkangan yang bisa terasa gatal dan menyengat. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan lesi berupa makula eritematosa hingga coklat, berbatas tegas, dengan
erosi atau fissura terutama pada sela-sela jari kaki. Kondisi ini dapat menimbulkan
krural, sela jari kaki ke-4 dan ke-5, dan yang lebih jarang ditemukan pada sela jari
kulit akibat dermatofita dan kandida sering ditemukan terutama pada lesi
interdigital.5,11
4
Gambar 1. Hiperkeratosis berwarna kuning
pada sela jari kaki.6
5
2.5. Pemeriksaan Penunjang
Lampu Wood’s merupakan salah satu alat bantu diagnostik untuk eritrasma.
Daerah yang terinfeksi menunjukkan fluoresensi berwarna merah coral akibat adanya
menunjukkan banyaknya bakteri Gram positif berbentuk batang pendek pada stratum
korneum.5,6 Kerokan dari lesi kulit juga dapat menggunakan pewarnaan Giemsa atau
KOH yang menunjukkan adanya bakteri dan filamen-filamen halus.1 Kultur biasanya
lesi pada permukaan kulit, akan tetapi harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan lampu
Wood’s.6
Gambar 4. Hasil pemeriksaan lampu Wood’s pada (a) aksila dan (b) selangkangan,
menunjukkan fluoresensi berwarna merah coral12,13
6
2.6. Diagnosis Banding
Adapun diagnosis banding dari eritrasma berdasarkan tampilan lesi kulit namun
a. Pitiriasis versikolor
Predominan lesi ditemukan pada tubuh bagian atas, bersifat soliter dan tidak
b. Tinea
Lesi pada tinea memiliki ciri khas central clearing, adanya vesikulasi, dan
c. Infeksi Kandida
Infeksi kandida pada area lipatan kulit ditandai dengan pruritus disertai makula
eritematosa berbatas tegas dalam berbagai ukuran dan bentuk, dengan ciri khas
7
2.7. Tatalaksana
Untuk eritrasma yang terlokalisir, khususnya pada sela-sela jari kaki, dapat
digunakan sabun dan gel benzoil peroksida 5% sebagai terapi yang efektif pada
sebagian besar kasus. Klindamisin atau eritromisin (solusio 2%) atau krim azol
agen topikal yang efektif.4.5,6 Selain itu, dilaporkan dalam suatu penelitian oleh Avci15
bahwa penggunaan krim asam fusidat menunjukan efikasi yang signifikan (dengan
karena penggunaan obat topikal dapat menghilangkan koproporfirin III dari stratum
korneum.
Untuk eritrasma yang luas, eritromisin oral merupakan terapi yang efektif,
dengan dosis 4 x 250 mg per hari selama 1 minggu atau dosis yang sama selama
pertama kali diperkenalkan dalam suatu uji klinis pada pasien eritrasma dengan
lokalisasi genitokrural yaitu dosis tunggal 1 gr/hari, mampu mengurangi rasa gatal
pada hari kedua dan sembuh total dalam waktu 2 minggu. Klaritromisin terbukti lebih
efektif dibandingkan eritromisin terkait dengan bioavaibilitasnya yang lebih baik dan
waktu paruh yang panjang. Adapun efek samping dari klaritromisin adalah kram
8
perut yang ringan. Oleh sebab itu, klaritromisin menjadi pilihan terapi yang murah,
(mengandung asam benzoat dan asam salisilat, terbukti lebih efektif), krim asam
fusidat, atau sabun antibakterial dapat digunakan sebagai pilihan terapi sekaligus
profilaksis.1
Pada kasus relaps atau pun tindakan profilaksis, dapat digunakan sabun
antiseptik dalam jangka waktu lama seperti povidon iodin dan bedak absorben seperti
2.8. Prognosis
juga terjadi eksaserbasi periodik.5,6 Relaps dapat terjadi walaupun setelah mendapat
terapi antibiotik.6 Tanpa terapi, lesi pada eritrasma cenderung menetap dan bertambah
berat.4
9
BAB III
KESIMPULAN
eritematosa hingga kecoklatan, ireguler namun berbatas tegas, pada daerah lipatan
ditemukan karakteristik lesi berupa makula eritematosa hingga coklat, berbatas tegas,
putih, erosi atau fissura terutama pada sela-sela jari kaki. Kondisi ini dapat
Tatalaksana yang diberikan berupa terapi topikal untuk lesi yang terlokalisir
seperti pemberian krim azol, Whitfield’s ointment, atau krim asam fusidat. Terapi
sistemik ditujukan untuk lesi yang luas, dengan pilihan utama eritromisin dosis
4 x 250 mg per oral selama 1-2 minggu, atau klaritromisin 1 gr dosis tunggal selama
2 minggu. Jika terapi tunggal dengan eritromisin gagal atau pada eritrasma
interdigital, dapat dikombinasikan dengan terapi topikal. Pada kasus relaps atau pun
tindakan profilaksis, dapat digunakan sabun antiseptik dalam jangka waktu lama
10
seperti povidon iodin dan bedak absorben seperti bedak Zeasorb AF dapat ditaburkan
11
DAFTAR PUSTAKA
Taylor SC, editors. Dermatology for skin of color. New York; McGraw-Hill:
2009. p. 413.
245-8.
penyakit kulit dan kelamin. Edisi 6. Jakarta; Badan Penerbit FKUI: 2010. p.334-
kulit dan kelamin. Edisi 7. Jakarta; Badan Penerbit FKUI: 2015. p.450
6. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K.
Hill: 2012.
12
9. Gupta AK, MacLeod MA, Foley KA, Gupta G, Friedlander SF. Fungal skin
11. Sariguzel FM, Koc AN, Yagmur G, Berk E. Interdigital foot infections:
13. Morente GB, Santiago SA, Lopez IP, Lopez AM. Coral-red fluorescence of
14. Ponka D, Baddar F. Wood lamp examination. CFP. 2012; 58: 976.
13