Anda di halaman 1dari 4

REFLEKSI KASUS

STASE ANAK

DisusunOleh :

Fevi padhila

201840300037

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2018
1. Deskripsi Kejadian
Pada stase keperawatan anak. Stase ini berjalan selama 4 minggu. Selama 4 minggu,
kami dibagi menjadi 2 minggu di bangsal anak Dahlia 3 di RSUD TIDAR dan 2 minggu
selanjutnya di Kamar Bayi bangsal Melati di RS Budi Rahayu. Di bangsal anak Dahlia 3
mayoritas diagnosa pasien adalah febris, diare, kejang demam, . Pada saat dua minggu
praktek di bangsal anak Dahlia 3 saya mendapat banyak ilmu walaupun yang saya lihat
teori kadang berbeda dengan prakteknya itu pernah sesekali terjadi.
Selama di bangsal Dahlia 3 pengetahuan dan pengalaman yang saya dapatkan berbeda
dengan yang saya dapatkan ketika di bangsal dewasa. Di bangsal anak ini, saya
mempelajari terkait cara mengoplos obat untuk anak. Cara mengoplos obat pada anak
sangat beda dengan dewasa dan sangat membutuhkan ketelitian dan perhitungan yang
benar. Selain itu, saya juga belajar untuk memberikan terapi kepada anak dengan cara
pendekatan seperti terapi bermain.
Di kamar bayi bangsal Melati sangat berbeda dengan bangsal-bangsal yang lain. Di
KBY ini saya mendapat pengetahuan baru yang tidak pernah saya dapatkan di bangsal
sebelumnya. Yaitu pemasangan OGT pada neonatus, perawatan bayi dalam inkubator dan
penggunaan infusion pump Hari itu adalah hari dimana saya sedang shift di bangsal ada
beberapa pasien, semua kegiatan terlaksana sebagaimana biasanya, injeksi, pemberian obat,
hingga TTV. Namun ketika giliran saya ingin melepaskan infus saya sudah bertanya apakah
anakya harus di bangunkan dahulu atau tidak kemudian keluarga menjawab tidak usah dan
saya akhirnya meminta tolong untuk membantu memegangi tangan anaknya untuk saya
lakukan prosedure pelepasan infus Keluargapun mengiyakan, akan tetapi pada waktu saya
melepaskan plester anak terbangun kemudian menangis kencang .
2. Eksplorasi Perasaan
Perasaan saya mengalami hal tersebut tentu saja merasa sedikit takut dan khawatir
membuat tidak nyaman dan anak ketakutan terhadap perawat. Saya juga merasa bersalah
karena tidak melakukan pendekatan terhadap anak terlebih dahulu.
3. Hal positif dan negatif dari kejadian
Hal positif yang saya pelajari dari hal tersebut yaitu saya menjadi paham bahwa perawat
memang profesi yang luar biasa yang harus mampu untuk merawat pasien dengan baik dan
melakukan pedekatan serta komunikasi yan baik. Dari kejadian ini juga membuat saya
menjadi ingin belajar melakukan pendekatan dengan pasien anak sehingga anak tidak
ketakutan terhadap tenaga kesehatan (perawat).
4. Analisa
Hal ini menurut saya menarik untuk menjadi refleksi sebab kejadian ini cukup
membekas dan memberikan pengalaman pelajaran berarti bagi saya khususnya terkait
perawtan pasien anak. Sebelum memberikan sebuah asuhan keperawat khususnya pada
pasien anak-anak seorang perawat memperlukan pendekatan yang lebih terlebih dahulu.
Pendekatan psikologis dalam tindakan preventive pada anak adalah suatu pendekatan pada
pasien dengan cara memahami diri atau psikologi pasien, yang berorientasi pada penelitian
psikologis yang terintegrasi pada behaviorism.
Macam-macam strategi pendekatan untuk berinteraksi dengan anak :
a. Preparatory information
Membantu orang tua untuk memahami apa yang akan terjadi memungkinkan
mereka untuk mempersiapkan anak dan meningkatkan aliansi pengobatan.
Informasi Persiapan dikirim sebelum pertemuan pertama yang diproduksi
meningkat perilaku dibandingkan dengan anak-anak yang orangtuanya belum
menerima informasi dan ibu juga melaporkan bahwa informasi itu bermanfaat.
b. Non verbal communication
Aspek non verbal dampak komunikasi pada kualitas emosional hubungan,
untuk indikasi contoh persahabatan tampaknya lebih bergantung pada nonverbal
dari perilaku verbal. Pesan yang disampaikan oleh lingkungan maupun oleh
individu.. Poster menggambarkan efek dari penyakit yang bertujuan untuk orang
dewasa mungkin menakut-nakuti anak-anak. Pentingnya nonverbaL messages
dikonfirmasi oleh studi observasional anak usia 3-5 tahun menjalani perawatan gigi
yang menunjukkan bahwa menepuk lembut seorang anak takut dapat mengurangi
kemungkinan tersebut. perilaku terus, sambil menahan dan menahan lebih
cenderung meningkatkan perilaku seperti itu.
c. Choice kontrol.
McKnight et al menyatakan bahwa kontrol suara telah terbukti efektif dalam
melakukan pendekatan terhadap anak namun ekspresi wajah juga dapat menjadi
komponen penting.
d. Distraction
Pendekatan ini bertujuan untuk mengalihkan perhatian pasien dari prosedur yang
berpotensi tidak menyenangkan untuk beberapa tindakan lain.
5. Kesimpulan
Melakukan pendekatan lebih kepada pasien anak tentunya akan mengurangi
kecemasan, ketakutan dan juga trauma pada anak.
6. Rencana tindak lanjut.
Rencana tindak lanjut yang akan saya lakukan setelah kejadian ini adalah saya akan
berusaha memperbaiki aspek-aspek yang belum saya pahami dan terapkan dengan baik
dalam melakukan perawatan pasien dengan berusaha melakukan pendekatan yang lebih
agar anak tidak merasa takut atau pun gelisah saat akan diberikan asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai