Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Hazard Identification Risk Assesment Risk Control pada


PT.Kariangau Power
Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Manajemen Risiko

Disusun oleh :

Rafi Akbar Ramadhan 187052240

Rifka Mahdalena Simanungkalit 187052253

Saipudin 187052188

Muslim Pratama Hadianto 187052189

Beni Setiawan Mangatta 187052241

Idris Soukanfuty 187052249

Universitas Balikpapan
Fakultas Vokasi D4-K3
2018
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Hazard Identification
Risk Assesment Risk Control pada PT.Kariangau Power yang kami ajukan Sebagai Tugas Mata
Kuliah Manajemen Risiko Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun pandangan terhadap pembaca.

Balikpapan,November2018

Penyusun
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ……………………………………………….............................................. i
KATA PENGANTAR ………………………………………………........................................... ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………........................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………….............................................. 1

1.1 Latar Belakang........................................... ………………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah ..............................................…………………………………….. 2

1.3 Tujuan Observasi ....................……………………………………………………… 2

1.4 Manfaat Observasi ..............................………………………………………………. 2

1.5 Batasan Masalah ....................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………. 11

2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ………………………….......... 3

2.2 Pengertian Keselamatan Kerja ...................………………………………………...... 3

2.3 Pengertian Kesehatan Kerja .....................………………………………………........ 4

2.4 Strategi Keselamatan Kerja .......................................................................................... 5

2.5 Strategi Keselamatan Kerja ......................................................................................... 6

2.6 Pencegahan Kecelakaan Kerja ..................................................................................... 7

BAB III STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN …………………………..............…………. . 9

3.1 Identifikasi Potensi-Potensi Bahaya (Hazard Identification) ..........……………….. 10

3.2 Penilaian Resiko (Risk Assessment) ............................................................................11

3.3.Pengendalian Risiko (Risk Control) …...................................................................... 12

BAB IV PENUTUP ……………………………………………................................................. 17

4.1 Simpulan …….............................................................................................................17

4.2 Saran …….......................................................................................................………17

DAFTAR PUSTAKA ……...................................................................................................……18

LAMPIRAN ..................................................................................................................................19
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Dikatakan
tidakterduga karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, melainkan lebih-
lebih dalam bentuk perencanaan. Maka dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminalitas
diluar ruang lingkup kecelakaan yang sebenarnya. Dikatakan tidak diharapkan karena peristiwa
kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada
yang paling berat (Suma’mur 1989).

Menurut paparan diatas dibutuhkannya suatu tindakan, untuk menghindari kecelakaan


yang merupakan suatu tindakan yang sangat penting dan tidak dapat diabaikan. Karena hal
tersebut bisa menyangkut keselamatan nyawa seseorang serta keselamatan lingkungan di sekitar
tempat kerja itu sendiri. Kecelakaan kerja bisa berakibat pada kematian, dan secara luas bisa
menyebabkan kerugian di perusahaan baik karena kehilangan tenaga kerja ataupun karena
produktivtas ikut menurun akibat kecelakaan tersebut.oleh karena itu program kselematan dan
kesehatan kerja harus menjadi prioritas utama dalam semua semua sektor industri.

Pt. Kariangau Power adalah perusahaan yang bergerak di bidang Power Plant
Engineering atau pembangkit listrik tenaga uap yang memiliki bahan baku batubara dan
memiliki workshop atau site di derah Kariangau Balikpapan . karena pada are site PT.Kariangau
Power menggunakan mesin dan pekerjaan di masing-masing area mempunyai resiko kecelakaan
kerja dan potensi sumber bahaya yang berbeda-beda maka perlu dilakukan Pengendalian
Kecelakaan Kerja dan Potensi Sumber Bahaya Menggunakan Metode HIRARC (Hazard
identification, Risk Assement and Risk Control). Metode ini dapat digunakan untuk menganalisa
potensi bahaya dari aktivitas kerja serta memberikan rekomendasi yang dapat digunakan untuk
pencegahan terjadinya kecelakaan kerja. Dari hasil identifikasi menggunakan metode HIRARC
ditemukan beberapa tingkat risiko didalamnya, maka penilaian lebih lanjut perlu dilakukan untuk
mengetahui dengan tepat kemungkinan terjadinya bahaya untuk memperoleh ukuran
pengendalian yang diperlukan. Namun pada identifikasi kali ini, kami hanya menggunakan
metode HIRARC Pengendalian Kecelakaan Kerja dan Potensi Sumber Bahaya yang ada di PT.
Kariangau Power tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara dan apa saja mengidentifikasi potensi-potensi bahaya menurut jenis-
jenis bahaya yang ada pada unit produksi dengan metode HIRARC ?
2. Bagaimana cara dan apa saja mengidentifikasi potensi-potensi resiko dan penilaian
tingkat resiko terhadap suatu pekerjaan menggunakan metode HIRARC ?
3. Bagaimana cara membuat dan melakukan hirarki of control pada bahaya-bahaya dan
potensi yang ada pada unit produksi dengan metode HIRARC?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas maka tujuan penelitian ini
adalah:

1. Mengetahui cara mengidentifikasi potensi-potensi bahaya yang ada pada PT.Kariangau


Power dengan metode HIRARC (Hazard identification, Risk Assement and Risk Control).
2. Mengetahui cara mengidentifikasi penilaian resiko terhadap potensi bahaya yang ada
pada PT.Kariangau Power dengan metode HIRARC (Hazard identification, Risk
Assement and Risk Control).
3. Mengetahui cara membuat dan melakukan hirarki of control pada potensi-potensi bahaya
dan penilaian resiko terhadap potensi bahaya yang ada pada PT.Kariangau Power dengan
metode HIRARC (Hazard identification, Risk Assement and Risk Control).

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai gambaran tentang potensi
bahaya dan penilaian resiko yang ada di PT. Kariangau Power. Selain itu, observasi ini juga
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengendalian yang telah dilakukan
perusahaan, sehingga dapat dilakukan tindakan pengendalian yang tepat dengan upaya
meningkatkan kesadaran bagi pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan
harapan pekerja lebih aman dan berhati-hati dalam bekerja serta pengunjung ke unit produksi
dapat lebih waspada dan berhati-hati.

1.5 Batasan Masalah.

Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dilakukan di PT.Kariangau Power.


2. Tahap identifikasi bahaya hanya dilakukan observasi secara langsung di PT.Kariangau
Power.
3. Terdapat beberapa peraturan yang membatasi untuk melakukan observasi dan
dokumentasi di area site PT.Kariangau Power.
Bab 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Undang-Undang yang mengatur tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah


Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan khususnya Paragraf 5 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 dan 87. Pasal 86 ayat 1 berbunyi: “Setiap
pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperolah perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan
Kerja”. Pasal 86 ayat 2: “Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya Keselamatan dan Kesehatan
Kerja”. Pasal 87: “Setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan”. Malayu S.P.
Hasibuan( 2003 : 188 ), mengatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) akan dapat
menciptakan terwujudnya pemeliharaan karyawan yang lebih baik. Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) ini harus ditanamkan pada diri masing-masing individu karyawan, yang hal ini dapat
dilakukan dengan penyuluhan dan pembinaan yang baik agar mereka menyadari pentingnya
keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk perusahaan.

Chris Rowley & Keith Jackson ( 2012 : 177 ), mengatakan bahwa :“ Kesehatan dan
keselamatan atau dengan lebih tepatnya, kesehatan dan keselamatan kerja ( K3 ) –
memperhatikan mengenai masalah manajemen risiko di tempat kerja yang mana risiko tersebut
dapat berakhir dengan sebuah kecelakaan, luka-luka, atau kesehatan yang buruk “.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan proses perlindungan pekerja


dalam kegiatan yang dilakukan pekerja pada suatu perusahaan atau tempat kerja yang
menyangkut risiko baik jasmani dan rohani para pekerja. Perlindungan bagi pekerja merupakan
kewajiban perusahaan demi menjaga lingkungan dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

2.2 Pengertian Keselamatan Kerja

Undang-undang yang telah mengatur tentang Keselamatan Kerja yaitu Undang-undang


Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Undang-Undang tersebut
selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86 ayat 1 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 yang
menyebutkan bahwa setiap pekerja/buruh berhak untuk memperoleh perlindungan atas:

1. Keselamatan dan kesehatan kerja


2. Moral dan kesusilaan

Keselamatan kerja menunjuk pada perlindungan kesejahteraan fisik dengan tujuan


mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera terkait dengan pekerjaan (Malthis dan Jackson,
2002). Sedangkan menurut Ridley (2004), keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan
dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta caracara melakukan pekerjaan.

Keselamatan kerja juga menunjuk pada suatu kondisi kerja yang aman dan selamat dari
penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Keselamatan kerja adalah pengawasan
terhadap orang, mesin, material dan metode yang mencakup lingkungan kerja agar supaya
pekerja tidak mengalamai cedera menurut Mangkunegara dalam Sayuti (2013:195).

2.3 Pengertian Kesehatan Kerja

Menurut Lidya dalam Sayuti (2013:196) pengertian kesehatan kerja adalah hal yang
menyangkut kemungkinan ancaman terhadap kesehatan seseorang yang bekerja pada sesuatu
tempat atau perusahaan selama waktu kerja yang normal. Sedangkan menurut Santoso dalam
Sayuti (2013:196) pengertian kesehatan kerja adalah kesehatan jasmani dan rohani. Kesehatan
kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan
kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial (Lalu Husni,2005).

Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia,


Kesehatan Kerja bertujuan untuk memberi bantuan kepada tenaga kerja, melindungi tenaga kerja
dari gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan dan lingkungan kerja, meningkatkan
kesehatan, memberi pengobatan dan perawatan serta rehabilitas dalam Paradita dan Wijayanto
(2012).

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri pada Pasal 1 menjelaskan bahwa Alat
Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi
bahaya di tempat kerja.

Selanjutnya Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri pada Pasal 2 menjelaskan
sebagai berikut:

1. Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat kerja.


2. APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku.
3. APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh pengusaha secara
cuma-cuma.
2.4 Pengertian Kecelakaan Kerja

Menurut Sayuti (2013: 196) Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak
diharapkan terjadi dalam pelaksanaan hubungan kerja. Adapun yang termasuk kecelakaan kerja
adalah:

1. Celaka akibat langsung pekerjaan, saat atu waktu kerja, perjalanan (dari rumah ke
tempat kerja, melalaui jalan atau sarana yang wajar), dan penyakit akibat kerja.

Menurut Suryadi dalam Sayuti (2013:196) pengertian kesehatan dan keselamatan kerja
adalah menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang menjamin kesehatan dan
keselamatan keryawan agar tugas pekerjaan di wilayah kerja perusahaan dapat berjalan
lancar.

Nasution dalam Sayuti (2013:196) mengemukakan bahwa kesehatan dan keselamatan


kerja adalah segala yang menyangkut hal-hal berikut ini:

a. Pembuatan, percobaan, segala jenis produk yang mempergunakan mesin-


mesin atau perlatan,
b. Segala perawatan, perbaikan perlatan produksi,
c. Segala pembersihan pembangunan limbah dalam produksi.

2.4.1 Penyebab Kecelakaan Kerja

Menurut Sayuti (2013: 200) Sesungguhnya gangguan dan terjadinya kecelakaan dapat
dilihat dari 3 (tiga) faktor utama yang menjadi penyebabnya, yaitu:

1. Lingkungan kerja, maksudnya tempat di mana pekerja melakukan pekerjaanya


dalam kondisi yang tidak aman atau dalam kondisi membahayakan. Kondisi yang tidak
aman ini dapat terjadi karena tidak teraturnya suasana, perlengkapan dan peralatan kerja.
2. Manusia atau karyawan, faktor ini banyak disebabkan oleh beberapa hal:
a. Sifat fisik dan mental manusia yang tidak standar, contohnya: karyawan
yang rabun, penerangan kurang, otot lemah, reaksi mental lambat, syaraf yang
tidak stabil dan lainya. Bagi yang memiliki sifat dan kondisi seperti ini sering
mnjadi penyebab kecelakaan dan gangguan kerja.
b. Pengetahuan dan keterampilan, karena kurangnya pengetahuan maka
kurang memperhatikan metode kerja yang aman dan baik, memiliki kebiasaan
yang salah, dan kurang pengalaman.
c. Sikap, karyawan memiliki sikap kurang minat dan kurang perhatian,
kurang teliti, malas dan sombong (mengabaikan peraturan dan petunjuk), tidak
peduli akan suatu akibat, hubungan yang kurang baik dengan pihak lain, sifat
ceroboh dan perbuatan yang berbahaya.
3. Mesin dan alat, jika pada lingkungn kerja menyangkut pengaturan peralatan dan
konstruksi bangunan, maka faktor mesin dan alat ini adalah penggunaan mesin-mesin dan
perlatan yang tidak memenuhi standar.

Faktor-faktor sebagaimana dikemukakan di atas mempunyai hubungan yang sangat erat sekali
dengan sistem kerja, yang bersumber pada kesalahan manusianya. Sehingga faktor manusia
yang mengakibatkan kecelakaan tersebut, adalah:

1. Menggunakan peralatan yang tidak aman


2. Menjalankan peralatan kerja yang tidak tahu caranya
3. Menempatkan bahan-bahan yang tidak aman pada kondisi lingkungan yang
mengakibatkan perlawanan arus
4. Merusak alat-alat keselamatan kerja sehingga berakibat tidak baik
5. Salah menggunakan alat kerja
6. Karena gangguan orang lain

2.5 Strategi Keselamatan Kerja

Strategi keselamatan kerja sangat berhubungan erat dengan pengenalan dan pengendalian
bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh kelelahan, tekanan batin (stres), kebisingan, radiasi
maupun zat-zat beracun lainnya, terhadap kondisi fisik manusia, pikiran dan sikap tingkah laku
para pegawai.

Menurut Fathoni (2006:156) pendekatan yang perlu dilakukan dalam strategis kesehatan
mencakup langkah-langkah:

1. Mengenal zat-zat, keadaan atau proses yang benar-benar atau mempunyai potensi
yang membahayakan para pekerja,
2. Mengadakan evaluasi bagaimana bahaya itu bisa timbul dengan mempelajari sifat
sesuatu zat atau kondisi dan keadaan di mana bahaya tersebut terjadi. Hal tersebut juga
memperhitungkan kondisi lingkungan dalam keadaan yang bisa berbahaya bentuk
intensitas dan lamanya pengaruh terhadap pekerjaan
3. Mengadakan pengembangan teknik dan metode kerja untuk memperkecil risiko
dengan melakukan pengendalian pengawasan atas penggunaan bahan-bahan yang
berbahaya atau pada lingkungan – lingkungan di mana bahaya bisa terjadi.

Upaya yang harus dilakukan sebagai solusi untuk mencapai pengawasan keselamatan dan
kesehatan kerja pegawai mencakup kegiatan di antaranya:
a. Mempersiapkan dan menyesuaikan sarana dan prasarana yang dapat melindungi,
tetapi tidak mengubah bentuk, proses atau spesifikasi. Perubahan-perubahan tersebut
tidak sepenuhnya menghilangkan bahaya yang bisa terjadi di luar kemampuan,
b. Menghilangkan pusat utama yang mengakibatkan bahaya, melalui rancangan dan
rekayasa pengelolaan degna memastikan bahwa, misalnya zat beracun yang berbahaya
tersebut tidak mencemari para pekerja,
c. Membuat isolasi kegiatan atau unsur-unsur yang berbahaya sehingga para pekerja
tidak berhubungan dan harus menggunakan alat tertentu sebagai pencegahan,
d. Mengubah proses dan metode kerj atau mengganti bahan-bahan untuk
mendapatkan pelindung yang lebih baik atau dapat menghilangkan risiko dari bahaya
yang kemungkinan bisa berpengaruh,
e. Mengadakan pelatihan para pekerja untuk mencegah risiko dengan membatasi
bahaya atau risiko dengan mamakai alat keselamatan kerja yang tersedia,
f. Adakan pengawaasan secara teratur untuk dapat memastikan bahwa faktor-faktor
yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja dapat terdeteksi setiap saat,
g. Memelihara kantor dan peralatannya sedemikian rupa untuk mencegah
kemungkinan timbulnya bahaya bagi lingkungn kerja maupun para pekerja,
h. Mengadakan cek sehatan secara teratur bagi pekerja sebagai pencegahan.

2.6 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Pepatah yang umum kita dengar dalam dunia kesehatan yaitu “mencegah lebih baik dari
pada mengobat”. Pepatah tersebut erat kaitannya tentang K3 dalam suatu perusahaan,
maksudnya pihak yang berkompeten membuat kebijaksanaan dalam mencegah terjadinya
kecelakaan dan gangguan keamanan kerja untuk meminimalkan risiko tersebut.

Menurut Sayuti (2013: 202) langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh pihak perusahaan
tentang K3 adalah menerapkan konsep Triple E yang merupakan singkatan dari kata
“Engineering, Education, and Enforcement”, penjelasan konsep tersebut adalah sebagai berikut:

1. Teknik Engineering, adalah pihak manajemen perusahaan harus melengkapi


semua perkakas, mesin-mesin, dan peralatan kerja yang digunakan oleh para karyawan
dengan alat-alat atau perlengkapan yang dapat mencegah atau menghentikan kecelakaan
dan gangguan keamanan kerja.
2. Pendidikan (Education), langkah ini adalah pihak manajemen perusahaan
memberikan pendidikan dan pelatihan kepada para pekerja untuk menanamkan kebiasaan
bekerja dan cara bekerja yang aman guna mencapai hasil yang maksimum secara
aman. Pendidikan dan pelatihan diberikan kepada semua karyawan sebelum mereka
memulai bekerja atau program ini harus menjadi kegiatan wajib yang terjadwal bagi
perusahaan yang diberikan kepada karyawan yang merupakan bagian dari acara orientasi
bagi karyawan baru, sehingga pemahaman dan kesadaran atau kepedulian karyawan
terhadap K3 dapat membudaya sejak awal.
3. Pelaksanaan (Enforcement), maksudnya kegiatan perusahaan untuk memberi
jaminan bahwa peraturan pengendalian kecelakaan atau program K3 dapat
dijalankan. Menjamin langkah ini dapat berjalan, perusahaan dapat melakukan konsep
reward and punishment, artinya perusahaan mengamati dan membuat rekam jejak
karyawan baik secara perorangan ataupun kelompok tentang tindakan dan kepedulian
mereka terhadap program K3, demi mencegah terjadinya kecelakaan dan gangguan kerja
dalam Sayuti (2013:202).

Menurut Fathoni (2006;160) pencegahan yang harus dilakukan untuk menghindari kecelakaan
antara lain mencakup tindakan:

a. Memperhatikan faktor-faktor keselamatan kerja,


b. Melakukan pengawasan yang teratur,
c. Melakukan tindakan koreksi terhadap kejadian; dan
d. Melaksanakan program Diklat keselamatan kerja dan menghindari cara
kecelakaan dan menghadapi kemungkinan timbulnya kecelakaan.

Selain langkah teknis di atas, perusahaan dapat pula melakukan tindakan peningkatan kesadaran
K3 melalui kegiatan berikit ini:

1. Memberikan pengertian kepada petugas/karyawan mengenai cara bagaimana


mereka harus bekerja dengan benar, tepat , cepat, dan selamat
2. Memberi contoh cara kerja yang benar, dan mudah di tiru dan diikuti
3. Memberi teladan kerja dengan mengadakan percobaan yang harus dilakukan
4. Meyakinkan petugas/karyawan bahwa keselamatan kerja dan kesehatan kerja
mempunyai dasar yang sama pentingnya dengan kualitas/mutu dan target kerja
5. Memberikan pengertian kepada karyawan tentang cara pelaksanaan pengamanan
kerja yang dipaksakan tanpa disertai pelanggaran suatu peraturan
6. Mengusahakan agar seluruh isi progtam K3 dapat menjadi tanggung jawab setiap
karyawan demi kepentingan bersama
7. Menanamkan kesadaran diri sendiri beserta segenap anak buah, bahwa kecelakaan
kerja yang mungkin dan telah terjadi, sebenarnya dengan mudah dapat dihindarkan dan di
cegah, jika karyawan yang lebih dahulu mengetahuinya mau mencegah atau
menanggulanginya segera
8. Melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kerja dan
lingkungan kerja denga baik, sehingga dapat dipastikan bahwa setiap karyawan telah
dapat membebaskan diri dan bekerja dengan perilaku sebaik-baiknya
9. Perlu ditekankan bahwa cara kerja yang baik dan aman sebenarnya merupakan
kebiasaan saja, dan hal itu hanya bisa dikembangkan dengan kesadaran serta pengertian
yang cukup.

Perusahaan harus menyediakan berbagai peralatan dan kelengkapan K3, baik menyangkut
perlengkapan yang terpasang pada berbagai aspek kerja dalalm perusahaan, seperti terpasang
pada dinding, terpasang pada mesin, dan terpasang pada kendaraan, juga perlengkapan dan
peralatan yang langsung digunakan oleh karyawan saat mereka menunaikan tugas-tugas yang
disebut dengan alat perlindungan diri karyawan.

Sedangkan alat pelindung diri menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri, fungsi dan
jenis alat pelindung diri yang sering dipakai adalah:

1. Alat Pelindung Kepala.

1.1 Fungsi

Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi kepala dari
benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda keras yang melayang atau
meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad renik
(mikro organisme) dan suhu yang ekstrim.

1.2 Jenis Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety helmet), topi atau
tudung kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain.

2. Alat Pelindung Mata dan Muka.

2.1 Fungsi

Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi mata dan
muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan partikelpartikel yang melayang di udara dan
di badan air, percikan benda-benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang
elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau
pukulan benda keras atau benda tajam.

2.2 Jenis

Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman (spectacles), goggles,
tameng muka (face shield), masker selam, tameng muka dan kacamata pengaman dalam
kesatuan (full face masker).

3. Alat Pelindung Telinga.

3.1 Fungsi

Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi alat pendengaran
terhadap kebisingan atau tekanan.

3.2 Jenis
Jenis alat pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear muff).

4. Alat Pelindung Pernapasan Beserta Perlengkapannya.

4.1 Fungsi

Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau
menyaring cemaran bahan kimia, mikroorganisme, partikel yang berupa debu, kabut (aerosol),
uap, asap, gas/ fume, dan sebagainya.

4.2 Jenis

Jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya terdiri dari masker, respirator, katrit,
kanister, Re-breather, Airline respirator, Continues Air Supply Machine Air Hose Mask
Respirator, tangki selam dan regulator (Self-Contained Underwater Breathing Apparatus
/SCUBA), Self-Contained Breathing Apparatus (SCBA), dan emergency breathing apparatus.

5. Alat Pelindung Tangan.

5.1 Fungsi

Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi tangan
dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi
mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus,
bakteri) dan jasad renik. 5.2 Jenis

Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari logam, kulit, kain kanvas,
kain atau kain berpelapis, karet, dan sarung tangan yang tahan bahan kimia.

6. Alat Pelindung Kaki.

6.1 Fungsi

Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau berbenturan dengan
benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan
suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan jasad renik, tergelincir.

6.2 Jenis

Jenis Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan peleburan, pengecoran logam,
industri, kontruksi bangunan, pekerjaan yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat
kerja yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau bahaya binatang dan lain-lain.
7. Pakaian pelindung.

7.1 Fungsi

Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau seluruh bagian badan dari
bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim, pajanan api dan benda-benda panas, percikan
bahan-bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan mesin,
peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-organisme patogen dari manusia,
binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.

7.2 Jenis

Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (Vests), celemek (Apron/Coveralls), Jacket, dan
pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh bagian badan.

Untuk dapat melakukan pencegahan terhadap kecelakaan kerja sebaiknya menetapkan sumber
potensi penyebab utama terjadinya kecelakaan. Ini dimaksudkan untuk mengambil langkah-
langjkah preventif upaya dalam menentukan penyebab kecelakaan, yang harus dilakukan dengan
mengadakan diagnosis, pencegahan dan penyelidikan.
Bab 3 Studi Kasus dan Pembahasan
3.1 Profil Perusahaan

3.2 Studi kasus


3.2.1 identifikasi bahaya

Proses identifikasi bahaya adalah proses lanjutandari identifikasi kegiatan, pada proses
identifikasibahaya akan dilakukan penjabaran resiko dari setiapkegiatan yang sudah
diidentifikasi.Adapun bagian-bagian yang terdapat pada bagianini kegiatan atau aktivitas
yang dilakukan yaitu:pekerjaan panas yang di dalamnya terdapatpengelasan, pengerindaan,
pemotongan, sertapengeboran. Pekerjaan dingin bekerja di ketinggian,pengecatan perbaikan
intalasi pipa, perbaikanmesin/pompa sera perbaikan listrik, civil danmechanic. Pada bagian
ini kegiatan yang dilakukan.dalam kegiatan perawatan.

Tindakan perawatan infrastuktur paling banyak adanya kecelakaan dan perbuatan yang
mengarah pada tindakan yangmengandung bahaya kerja selalu diikuti denganpotensi
terjadinya kecelakaan kerja akibat kurangnyaperhatian manusia, cara penggunaan peralatan
yangsalah atau tidak semestinya, pemakaian alatpelindung diri yang kurang baik dan
kesalahan lainyang terjadi dilingkungan kerja. Konsultasi dengankaryawan yang
berpengalaman adalah salah satu halyang paling mudah dan efektif dalam
prosespengidentifikasian bahaya di tempat kerja, karyawantersebut lebih tahu apa saja yang
dapat dilakukandengan cara yang salah dan mereka tahu alasankenapa, berdasarkan
pengalaman kerja merekasebelumnya.Adapun bagian-bagian yang terdapat pada bagianini
kegiatan atau aktivitas yang dilakukan yaitu:pekerjaan panas yang di dalamnya
terdapatpengelasan, pengerindaan, pemotongan, sertapengeboran. Pekerjaan dingin bekerja
di ketinggian,pengecatan perbaikan intalasi pipa, perbaikanmesin/pompa sera perbaikan
listrik, civil danmechanic. Pada bagian ini kegiatan yang dilakukandalam kegiatan
perawatan. Tindakan perawataninfrastuktur paling banyak adanya kecelakaan danperbuatan
yang mengarah pada tindakan yangmengandung bahaya kerja selalu diikuti denganpotensi
terjadinya kecelakaan kerja akibat kurangnyaperhatian manusia, cara penggunaan peralatan
yangsalah atau tidak semestinya, pemakaian alatpelindung diri yang kurang baik dan
kesalahan lainyang terjadi dilingkungan kerja . Dan di PT.Kariangau Power terdapat
beberapa potensi-potensi bahaya yang telah kami identifikasi salah satu contoh nya seperti
dibawah ini :

No. Proses Potensi bahaya Resiko

1. Penggantian Drum Gasket Suhu uap yang tinggi, suhu air yang Terjepit, luka
Uap tinggi, bekerja di tempat yang panas. bakar, terkena uap,
terkena percikan
air uap panas
2. Welding Hanger Tube. Bekerja di ketinggian, pengelasan. Jatuh dari
RHP dan CHP Ring Hanger ketinggian, terkena
Pipe percikan api, luka
bakar.
3. Pemasangan scaffholding Bekerja di ketinggian, debu, isolasi Jatuh dari
listrik, ketinggian,
paparan debu
4. Bekerja didalam condesor Ruangan yang sempit, debu, ruangan Terbentur, terjatuh
terkena paparan
debu.
5. pemeliharaan sabuk Bekerja di ketinggian, debu, suhu paparan bagian
konveyor ruangan panas rotari, jatuh dari
ketinggian,
paparan debu,
pakaian longgar,
6. maintance of crushers debu Paparan debu.
7. working on turbine Bising exsposure to noise
isntrumens
8. HT Board ChangeOver Instalasi listrik bertenggangan Tersengat Listrik
9. LDO Unloading Pijakan licin, udara Tergelincir,
terjatuh,
pernafasan dan
fisik terganggu
10 Hardness/chloride/alkalinity Bahan kimia Teinfeksi cairan
kimia

3.2.2 Penilaian Resiko (Risk Assessment)

Penilaian potensi bahaya yang diidentifikasibahaya risiko melalui analisa dan evaluasi
bahayarisiko yang dimaksudkan untuk menentukanbesarnya risiko dengan
mempertimbangkankemungkinan terjadi dan besar akibat yangditimbulkan. Penelitian resiko
(risk assessment) mencakup dua tahap proses yaitu menganalisa resiko(risk analysis) dan
mengevaluasi risiko (riskevaluation). Kedua tahap ini sangat penting karenaakan menentukan
langkah dan strategi pengendalian risiko.

Parameter yang digunakan untuk melakukanpenilaian resiko adalah


likelihood danseverity Likelihood adalah probabilitas terjadinya kecelakaankerja. Parameter
pengukuran likelihood yangdigunakan dalam penelitian ini adalah seberapasering terjadinya
kegiatan yang dapat memicukecelakaan kerja.Risk rating menggambarkanseberapa besar
dampak dari potensi bahaya yangdiidentifikasi yang kemudian akan dilihat
denganbantuan tabel risk matrix. Contoh dari

No. Proses Potensi bahaya Risiko s p nilai Siginfikan


risiko
1. Penggantian Drum Gasket Suhu uap yang Terjepit, luka 1 2 2 Rendah
Uap tinggi, suhu air bakar, terkena
yang tinggi, uap, terkena
bekerja di tempat percikan air uap
yang panas. panas
2. Welding Hanger Tube. Bekerja di Jatuh dari 1 2 2 Rendah
RHP dan CHP Ring Hanger ketinggian, ketinggian,
Pipe pengelasan. terkena percikan
api, luka bakar.
Pemasangan scaffholding Bekerja di Jatuh dari 1 2 2 Rendah
ketinggian, debu, ketinggian,
isolasi listrik, paparan debu
Bekerja didalam condesor Ruangan yang Terbentur, 1 2 2 Rendah
sempit, debu, terjatuh terkena
ruangan paparan debu.
5. pemeliharaan sabuk Bekerja di paparan bagian 1 2 2 Rendah
konveyor ketinggian, debu, rotari, jatuh dari
suhu ruangan ketinggian,
panas paparan debu,
pakaian longgar,
6. maintance of crushers debu Paparan debu. 1 2 2 Rendah
7. working on turbine Bising exsposure to 1 2 2 Rendah
isntrumens noise
8. HT Board ChangeOver Instalasi listrik Tersengat Listrik 1 2 2 Rendah
bertenggangan
9. LDO Unloading Pijakan licin, Tergelincir, 1 2 2 Rendah
udara terjatuh,
pernafasan dan
fisik terganggu
10 Hardness/chloride/alkalinity Bahan kimia Teinfeksi cairan 1 2 2 Rendah
kimia

3.2.3 Pengendalian Risiko (Risk Control )

Risk control bertujuan untuk meminimalkantingkat risiko dari potensi bahaya yang ada.
tindakanpengendalian/penurunan risiko dapat dilakukandengan penggunaan APD seperti safety shoes dan
sarung tangan kulit. Hal ini sesuai dengan UU No. 1Tahun 1970 pasal 13 tentang keselamatan kerja,yaitu
kewajiban bila memasuki tempat kerja dan Per.03/MEN/1998 tentang cara pelaporan danpemeriksaan
kecelakaan serta pemasangan instalasilistrik telah sesuai dengan Kepmenaker.75/MEN/2002 tentang
pemberlakuan (SNI) standard nasional Indonesia nomor 04-0225-2000 mengenaipersyaratan umum
instalasi listrik 2000 (PUIL 2000)dan membuat intruksi kerja pemasangan atauinstalasi di tempat
kerja.Untuk iritasi karena percikan dan terserap kedalam mata dan kulit, gangguan pernafasan
karenamenghirup gas/uap dapat dilakukan tindakanpengendalian/pengurangan risiko
denganmenggunakan APD (googles, masker) MSDSmaterial, serta larangan makan dan minum di
tempatkerja. Hal ini sesuai dengan UU No. Tahun 1970pasal 13 tentang keselamatan kerja, yaitu
kewajibanbila memasuki tempat kerja dan Kepmenaker.333/MEN/1989 tentang diagnosis dan
pelaporanpenyakit akibat kerja dan Kepmenaker.187/MEN/1999 tentang pengendalian bahan
kimiaberbahaya serta PP No. 18 tahun 1999 revisi PP101/2014 di pengendalian sampah B3
padat/nonorganik, dan IK Waste Management di tempat kerjaserta di lakukan sosialisai dan pelatihan
pengunaanAPD yang benar dan penanganan bahan kimia .Untuk kebakaran, tindakan pengendalian
resikodapat dilakukan yaitu penyedian alat pemadamkebakaran. Hal ini telah sesuai dengan UU No.
1tahun 1970 tentang keselamatan kerja, PermenakerNo. 04/MEN/1980 tentang syarat-syarat
pemasangandab pemeliharaan APAR, dan Kep. 186/MEN/1999tentang unit penanggulangan kebakaran di
tempatkerja. PerMenaker Per 02/Men/1983 tentangPenetapan sistem permit to work meliputi:Penentuan
sistem proteksi dari proses pengelasandan. Kesiapan peralatan penanganan kondisi daruratserta melalukan
sosialisasi dan pelatihan tanggapdaruratUntuk kebisingan, tindakan pengendalian yangdilakukan dengan
menggunakan APD berupa eur plug dan noise monitoring. Hal ini telah sesuaidengan UU No. 1 tahun
1970 pasal 13 tentangkeselamatan kerja, yaitu kewajiban bila memasukitempat kerja dan Kep.
51/MEN/1999 tentang nilaiambang batas (NAB) faktor fisika di tempat kerja.Untuk jatuh dari ketinggian,
tindakanpengendalian yang dilakukan dengan menggunakanAPD yaitu safety belt dan body harness pada
saatbekerja di tempat ketinggian serta melakukanrekayasa engineering atau modifikasi pemasangan hand
rail. Hal ini telah sesuai dengan UU No. 1tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Tabel berikut merupakan
contoh pengendalian dari potensi potensi bahaya dan risiko

No. Proses Potensi Risiko Siginfikan pengendalian Legal and


bahaya risiko other
requirment
1. Penggantian Drum Gasket Suhu uap Terjepit, Rendah Full apd dan
Uap yang tinggi, luka bakar, izin kerja
suhu air yang terkena dilengkapi
tinggi, bekerja uap,
di tempat terkena
yang panas. percikan
air uap
panas
2. Welding Hanger Tube. Bekerja di Jatuh dari Rendah Full apd dan
RHP dan CHP Ring Hanger ketinggian, ketinggian, izin kerja
Pipe pengelasan. terkena panas
percikan dilengkapi
api, luka
bakar.
Pemasangan scaffholding Bekerja di Jatuh dari Rendah Full apd dan
ketinggian, ketinggian, izin kerja
debu, isolasi paparan dilengkapi
listrik, debu
4. Bekerja didalam condesor Ruangan yang Terbentur, Rendah Full apd dan
sempit, debu, terjatuh izin kerja
ruangan terkena ruang terbatas
paparan dilengkapin
debu.
5. pemeliharaan sabuk Bekerja di paparan Rendah Full apd dan
konveyor ketinggian, bagian izin kerja pada
debu, suhu rotari, jatuh ketinggian dan
ruangan panas dari vertigo,
ketinggian, isolation, area
paparan barricade
debu,
pakaian
longgar,
6. maintance of crushers debu Paparan Rendah Full apd dan
debu. toolobox talk
7. working on turbine Bising exsposure Rendah Full apd, ear
isntrumens to noise muffs, WPS,
SOP
8. HT Board ChangeOver Instalasi Tersengat Rendah Full apd, WPS,
listrik Listrik Tool Box,
bertenggangan safety shoes
9. LDO Unloading Pijakan licin, Tergelincir, Rendah SOP, PPE,
udara terjatuh, proper
pernafasan communication
dan fisik
terganggu
10 Hardness/chloride/alkalinity Bahan kimia Teinfeksi Rendah SOP, PPE
cairan
kimia

3.3 Pembahasan
Bab 4 Penutup
4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

Untuk Pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang sangat bermanfaat dan
dapat membantu manajeman resiko di dalam PT.Kariangau Power, yaitu:

1.bagi perusahaan

Bagi pihak perusahaan untuk disarankan menekankan seminimal mungkin terjadinya


meningkatkan dan menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan baik dan tepat.

2.bagi karyawan

Bagi karyawan lebih memperhatikan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan
berkerja secara disiplin dan berhati-hati serta mengikuti prosedur.

Daftar Pustaka

Husni, Lalu. 2003. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.
Markkanen, Pia K. 2004. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia. Jakarta :
Internasional Labour Organisation Sub Regional South-East Asia and The Pacific
Manila Philippines

Saksono, Slamet. 1998. Administrasi Kepegawaian. Yogyakarta: Kanisius.


Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Gunung
Agung.

Sutrisno dan Kusmawan Ruswandi. 2007. Prosedur Keamanan, Keselamatan, &


Kesehatan Kerja. Sukabumi: Yudhistira.

Sumber Internet:
http://sarisolo.multiply.com/journal/item/35/kecelakaan_kerja_di_perusahaan.
http://saintek.uin-suka.ac.id/file_kuliah/manajemen%20lab%20kimia.doc.
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3.html
http://araralututu.wordpress.com/2009/12/19/my-k3ll-project/
http://solehpunya.wordpress.com/2009/02/03/implementasi-k3-di-indonesia/

Lampiran

6.2 HSE POLICY


6.3 Foto Bersama HSE dari PT.Kariangau Power

Anda mungkin juga menyukai