Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta
hidayahnya, maka kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dari segi
materi kajian, pendekatan maupun cara penulisannya, untuk itu saran dan kritikan sangat
diharapkan dari pembaca, agar kedepannya penulis dapat membuat makalah sebaik mungkin.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi ibu guru, teman-teman, siswa/i
SMA NEGERI 13 MEDAN dan tentunya juga bermanfaat bagi kami sendiri.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

1
DAFTAR ISI :
1.1. Kata Pengantar.........................................................................................1
1.2. Bab 1 Pendahuluan :
a. Latar Belakang Masalah...................................................................................3
b. Rumusan Masalah...........................................................................................4
c. Tujuan Penulisan.............................................................................................4
1.3. Bab 2 Pembahasan :
a. Pengertian Pendidikan.....................................................................................5
b. Teori Pendidikan............................................................................................6
c. Fungsi Pendidikan...........................................................................................9
d. Ciri-ciri Pendidikan Indonesia.........................................................................10
e. Kualitas Pendidikan Indonesia.........................................................................11
f. Peringkat Kualitas Pendidikan Indonesia di Dunia..............................................12
g. Penyebab Rendahya Kualitas Pendidikan di-Indonesia........................................13
h. Solusi dari Permadsalahan-Permasalahan Pendidikan di-Indonesia.......................17
1.4. Bab 3 Penutup :
a. Kesimpulan..................................................................................................18
b. Saran..........................................................................................................18
1.5.Daftar Pustaka........................................................................................19

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.2. A. Latar Belakang Masalah

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Hal ini


dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang Indeks Pengembangan
Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian
pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks
pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Diantara 174 negara di dunia,
Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105(1998), dan ke-109
(1999). Di Asia kualitas pendidikan Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara.
Posisi indonesia berada di bawah Vietnam.

Pada tahun 2014 posisi pendidikan Indonesia sangatlah buruk. The Learning
Curve Pearson 2014, sebuah lembaga pemeringkatan pendidikan dunia memaparkan
bahwa Indonesia menempati peringkat terakhir dalam mutu pendidikan di dunia.

Indonesia mengalami ketertinggalan dalam mutu pendidikan. Baik pendidikan


formal maupun informal. Hasil itu diperoleh setelah kita membandingkan dengan negara
lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya
manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat
meningkatkan sember daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber
daya manusia di negara-negara lain.

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah kurangnya kualitas


pengajar, kurangnya dana pendidikan, kurangnya prestasi individu yang disebabkan oleh
beberapoa faktor, yaitu : Lingkungan, Keluarga, Kemauan dari Dalam.

Permasalahan-permasalahn tersebut yang akan menjadi bahasan dalam


makalah yang berjudul “Rendahnya Kualitas Pendidikan Di Indonesia” ini. Namun
sebelum membahas lebih lanjut perluy kita ketahui terlebih dahulu mengenai konsep
dasafr pendidikan. Tujuannya agar kita lebih faham tentang arti pendidikan yang
sebenarnya.

3
1.2 B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pendidikan ?
2. Apa sajakah yang menjadi teori pendidikan ?
3. Apa fungsi pendidikan ?
4. Bagaimana ciri-ciri pendidikan di Indonesia ?
5. Bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia ?
6. Pada urutan ke-berapa kualitas pendidikan di Indonesia ?
7. Apa saja yang menjadi penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia ?
8. Bagaimana solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-permasalahan pendidikan
di Indonesia ?

1.2 C. Tujuan Penulisan


1. Mendeskripsikan pengertian pendidikan
2. Mendeskripsikan pengertian teori pendidikan
3. Mendeskripsikan pengertian fungsi pendidikan
4. Mendeskripsikan ciri-ciri pendidikan di Indonesia
5. Mendeskripsikan kualitas pendidikan di indonesia
6. Mendeskripsikan pada peringkat ke-berapa kualitas pendidikan di Indonesia
7. Mendeskripsikan hal-hal yang menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan di
Indonesia
8. Mendeskripsikan solusi yang dapatdiberikan dari permasalahan-permasalahan
pendidikan di Indonesia.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1.3 A. Pengertian Pendidikan


Defenisi pendidikan adalah suatu usaha dasar yang dilakukan secara sistematis
dalam mewujudkan suatu belajar-mengajar agar para peserta didik dapat
mengembangkan potensi dirinya. Dengan adanya pendidikan maka seseorang dapat
memiliki kecerdasan, akhlak mulia, kepribadian, kekuatan spiritual, dan keterampilan
yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.
Dalam bahasa inggris, kata pendidikan disebut Education dimana secara
etimologis kata tersebut berasal dari bahasa latin, yaitu Eductum. Kata Eductum terdiri
dari dua kata, yaitu E artinya perkembangan dari dalam keluar, dan Duco artinya sedang
berkembang. Sehingga secara etimologis arti pendidikan adalah proses mengembangkan
kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu.

Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli


1. Ki Hajar Dewantara
Pengertian Pendidikan adalah proses menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak peserta didik, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

2. Martinus Jan Langeveld


Pengertian Pendidikan adalah upaya menolong anak untuk dapat melakukan tugas
hidupnya secara mandiri supaya dapat bertanggung jawab secara asusila. Pendidika
merupakan usaha manusia dewasa dalam membimbing manusia yang bulum dewasa
menuju kedewasaan.

3. Ahmad D. Marimba
Pengertian Pendidikan adalah bimbingan atau bimbingan secara sadar oleh pendidik
terdapat perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya kepribadian
yang utama.

4. Stella Van Petten Henderson


Arti Pendidikan adalah kombinasi pertumbuhan, perkembangan diri dan warisan
sosial.

5. Carter V. Good
Pengertian Pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan individu dalam sikap
dan prilaku bermasyarakat. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh suatu
lingkungan yang terorganisir, seperti rumah atau sekolah, sehingga dapat mencapai
perkembangan diri dan kecakapan sosial.

5
1.3 B. Teori-Teori Pendidikan

1. Behaviorisme

Kerangkah kerja teori pendidikan behaviorisme adalah empirisme. Asumsi filosofis


dari behaviorisme adalah nature of human being (manusia tumbuh secara alami).
Latar belakang empirisme adalah How we know what we know (bagaimanah kita tahu
apa yang kita tahu). Menurut paham ini pengetahuan pada dasarnya diperoleh dari
pengalaman (empiris). Aliran behaviorisme didasarkan pada perubahan tingkah laku
yang dapat diamati. Oleh karena itu aliran ini berusaha mencoba menerangkan dalam
pembelajaran bagaimanah lingkungan berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku.
Dalam aliran ini tingkah laku dalam belajar akan berubah kalau ada stimulus dan
respon. Stimulus dapat berupa prilaku yang diberikan pada siswa, sedangkan respons
berupa perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa. Jadi, berdasarkan teori
behaviorisme pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan. Tokoh aliran behaviorisme
antara lain : Pavlov, Watson, Skinner, Hull, Guthrie, dan Thorndike.

2. Kognitivisme

Kerangka kerja atau dasar pemikiran dari teori pendidikan kognitivisme adalah
dasarnya rasional. Teori ini memiliki asumsi filosofis yaitu the way in which we learn
(Pengetahuan seseorang diperoleh berdasarkan pemikiran) inilah yang disebut dengan
filosofi rationalisme. Menurut aliran ini, kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita
dalam menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam lingkungan. Teori
kognitivisme berusaha menjelaskan dalam belajar bagaimanah orang-orang berpikir.
Oleh karena itu dalam aliran kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari
pada hasil belajar itu sendiri.karena menurut teori ini bahwa belajar melibatkan
proses berpikir yang kompleks. Jadi, menurut teori kognitivisme pendidikan
dihasilkan dari proses berpikir. Tokoh aliran Kognitivisme antara lain : Piaget, Bruner,
dan Ausebel.

6
3. Konstruktivisme

Menurut teori konstruktivisme yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh


pengetahuan adalah karena keaktifan siswa itu sendiri. Konsep pembelajaran menurut
teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa
untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, dan pengetahuan baru
berdasarkan data. Oleh karena itu proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola
sedemikian rupa sehinggah mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya
sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna. Jadi, dalam pandangan konstruktivisme
sangat penting peranan siswa. Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir maka
dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar. Menurut teori ini juga perlu disadari bahwa
siswa adalah subjek utama dalam penemuan pengetahuan. Mereka menyusun dan
membangun pengetahuan melalui berbagai pengalaman yang memungkinkan
terbentuknya pengetahuan. Mereka harus menjalani sendiri berbagai pengalaman yang
pada akhirnya memberikan pemikiran tentang pengetahuan-pengetahuan tertentu. Hal
terpenting dalam pembelajaran adalah siswa perlu menguasai bagaimana caranya
belajar. Dengan itu ia bisa menjadi pembelajar mandiri dan menemukan sendiri
pengetahuan-pengetahuan yang ia butuhkan dalam kehidupan. Tokoh aliran ini antara
lain : Von Glasersfeld, dan Vico )

4. Humanistik

Teori ini pada dasarnya memiliki tujuan untuk ,memanusiakan manusia. Oleh karena
itu proses belajar dapat dianggap berhasil apabila si pembelajar telah memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain si pembelajar dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk
mengembangkan dirinya yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal
diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan
potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.

7
Menurut aliran Humanistik para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih
tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan ini. Beberapah psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai
keinginan alami untuk berkembang untuk menjadi lebih baik dan belajar. Secara
singkat pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan
positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan
menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan
tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk
mengembangkan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri,menikmati keberadaan
hidup dan juga masyarakat. Keterampilan atau kemampuan membangun diri secara
positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan
keberhasilan akademik. Dalam teori humanistik belajar dianggap berhasil apabila
pembelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.

Akhirnya , dapat disimpulkan pendidkan merupakan syarat mutlak apabila manusia


ingin tampil dengan sifat-sifat hakikat manusia yang dimilikinya. Dan untuk bisa
bersosialisasi antar sesama manusia inilah manusia perlu pendidikan. Definisi tentang
pendidikan banyak sekali ragamnya dengan definisi yang satu dapat berbeda dengan
yang lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh sudut pandang masing-masing. Pendidikan,
seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandunga banyak aspek dan sifatnya
sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak ada satu batasan pun
secara gamblang dapat menjelaskan arti pendidikan. Batasan tentang pendidikan yang
dibuat oleh para ahli beraneka ragam dan kandungannya dapat berbeda yang satu
dengan yang lain. Perbedaan itu bisa karena orientasinya, konsep dasar yang
digunakannya, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.
Yang terpenting dari semua itu adalah bahwa pendidikan harus dilaksanakan secara
sadar, mempunyai tujuan yang jelas, dan menjamin terjadinya perubahan ke arah yang
lebih baik.

8
1.3 C. Fungsi Pendidikan

Vembriarto dalam buku Syafi Ma'arif (1991) dengan judul "Pendidikan Islam di
Indonesia (Antara Cita dan Fakta)" berpendapat bahwa pendidikan setidaknya harus
menjalankan empat macam fungsi, yaitu:
1. Transmisi kultutural; berupa pengetahuan, sikap, nilai dan norma.
2. Memilih dan mengajarkan peranan sosial:

 Mengembangkan fasilitas untuk mengajarkan berbagai macam spekulasi.

 Mengusahakan agar jumlah manusia yang terlatih dan memiliki spesialisasi, sesuai
dengan kebutuhan.

 Mengembangkan mekanisme untuk menyesuaiakan talenta dan bakat anak didik


dengan spesialisasi.

3. Menjamin integrasi sosial, dan


4. Mengadakan inovasi-inovasi sosial

Menurut David Popenoe (1971) dalam Kun Maryati (2007:73-74), ada empat macam
fungsi pendidikan :

1. Transmisi (pemindahan) kebudayaan masyarakat.

2. Memilih dan mengajarkan peranan sosial.

3. Sekolah mengajarkan corak kepribadian.

4. Sumber inovasi sosial.

Fungsi utama pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk


watak, kepribadian serta peradaban yang bermartabat dalam hidup dan kehidupan atau
dengan kata lain pendidikan berfungsi memanusiakan manusia agar menjadi manusia
yang benar sesuai dengan norma yang dijadikan landasannya.

Harold G. Shane dalam Muhadjir Effendy, menurutnya:

 Pendidikan adalah cara memperkenalkan peserta didik pada keputusan soal yang
timbul.

 Pendidikan adalah cara menanggulangi masalah sosial tertentu.

 Pendidikan adalah cara menerima dan mengimplementasikan alternatif-alternatif baru.

Christoper J.Lucas (1979) mengemukakan, pendidikan seharusnya menyimpan


kekuatan yang luar biasa untuk menciptakan keseluruhan aspek lingkungan hidup dan
dapat memberi informasi yang paling berharga mengenai pasangan hidup masa depan
di dunia, serta membantu peserta didik dalam mempersiapkan kebutuhan yang
esensial untuk menghargai perubahan.

9
Fungsi pendidikan menurut Broom dalam Made Pidarta (2000:171) adalah :

 transmisi budaya,

 meningkatkan integrasi sosial atau masyarakat,

 mengadakan seleksi dan alokasi tenaga kerja melalui pendidikan itu sendiri, dan

 mengembangkan kepribadian

1.3 D. Ciri-ciri Pendidikan di Indonesia

Cara melaksanakan pendidikan di Indonesia sudah tentu tidak terlepas dari tujuan
pendidikan di Indonesia, sebab pendidikan Indonesia yang dimaksud di sini ialah
pendidikan yang dilakukan di bumi Indonesia untuk kepentingan bangsa Indonesia.
Aspek ketuhanan sudah dikembangkan dengan banyak cara seperti melalui
pendidikan-pendidikan agama di sekolah maupun di perguruan tinggi, melalui ceramah-
ceramah agama di masyarakat, melalui kehidupan beragama di asrama-asrama, lewat
mimbar-mimbar agama dan ketuhanan di televisi, melalui radio, surat kabar dan
sebagainya. Bahan-bahan yang diserap melalui media itu akan berintegrasi dalam rohani
para siswa/mahasiswa.
Pengembangan pikiran sebagian besar dilakukan di sekolah-sekolah atau perguruan-
perguruan tinggi melalui bidang studi-bidang studi yang mereka pelajari. Pikiran para
siswa/mahasiswa diasah melalui pemecahan soal-soal, pemecahan berbagai masalah,
menganalisis sesuatu serta menyimpulkannya.

10
1.3 E. Kualitas Pendidikan di Indonesia
Seperti yang telah kita ketahui, kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk.
Hal ini terbukti dari kualitas guru, sarana belajar, dan murid-muridnya. Guru-guru
tentuya punya harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya.
Memang, guru-guru saat ini kurang kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena
tidak diterima di jurusan lain atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang sudah
lama mendedikasikan dirinya menjadi guru. Selain berpengalaman mengajar murid,
mereka memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan.
Belum lagi masalah gaji guru. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi
pendidikan di Indonesia akan hancur mengingat banyak guru-guru berpengalaman yang
pensiun.

Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan di


Indonesia, terutama bagi penduduk di daerah terbelakang. Namun, bagi penduduk di
daerah terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar
dipakai buat hidup dan kerja. Ada banyak masalah yang menyebabkan mereka tidak
belajar secara normal seperti kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain guru dan
sekolah.

“Pendidikan ini menjadi tanggung jawab pemerintah sepenuhnya,” kata Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono usai rapat kabinet terbatas di Gedung Depdiknas, Jl Jenderal
Sudirman, Jakarta, Senin (12/3/2007).

Presiden memaparkan beberapa langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam
rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, antara lain yaitu:

1. Meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan di


Indonesia. Tolak ukurnya dari angka partisipasi.

2. enghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan, seperti ketidakmerataan di


desa dan kota, serta jender.

3. Meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi guru dan dosen,


serta meningkatkan nilai rata-rata kelulusan dalam ujian nasional.

4. Pemerintah akan menambah jumlah jenis pendidikan di bidang kompetensi atau


profesi sekolah kejuruan. Untuk menyiapkan tenaga siap pakai yang dibutuhkan.

5. Pemerintah berencana membangun infrastruktur seperti menambah jumlah komputer


dan perpustakaan di sekolah-sekolah.

6. Pemerintah juga meningkatkan anggaran pendidikan. Untuk tahun ini dianggarkan Rp


44 triliun.

7. Penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan.

11
8. Pembiayaan bagi masyarakat miskin untuk bisa menikmati fasilitas penddikan.

12
1.3 F. Peringkat Kualitas Pendidikan Indonesia di Dunia
1. Tahun 2012
Menurut survei UNESCO, Indonesia di peringkat ke-64 dari 120 negara di dunia
berdasarkan penilaian Education Development Inde (EDI) atau Indeks Pembangunan
Nasional.
2. Tahun 2013
Dalam laporan program pembangunan PBB tahun 2013, Indonesia menempati posisi
121 dari 185 negara dalam Indeks Pembangunan Nasional dengan angka 0,692.
Tertinggal dari dua negara tetangga, yaitu Malaysia (ke-64) dan Singapura (ke-18)
3. Tahun 2014
Laporan UNESCO dalam Education For All Global Monitoring Report (EFA-GMR),
Indeks Pembangunan Nasional, Indonesia berada pada peringkat 57 dari 115 negara.
4. Tahun 2015
Survei Programme For International Student Assessment (PISA), Indonesia berada
diposisi 69 dari 76 peserta survei PISA.
5. Tahun 2016
Dilansir dari The Guardian, indonesia menempati urutan ke-57 dari total 65 negara.
Survei ini di terbitkan oleh Organisation for Economic Co-operation and
Development.
6. Peringkat Pendidikan Wilayah ASEAN tahun 2017
1. Singapura, dengan skor 0,678 berdasarkan UNESCO.
2. Brunei, dengan skor 0,672 berdasarkan EDI
3. Malaysia, dengan skor 0,671 berdasarkan UNDP
4. Thailand, dengan anggaran 7,6%(paling tinggi di ASEAN) dengan skor dari
EDI 0,608
5. Indonesia, dengan skor 0,603 berdasarkan UNESCO.
44% Penduduk menuntaskan pendidikan menengah
11% Murid gagal menuntaskan pendidikan alias keluar dari sekolah.

13
1.3 G. Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia

Di bawah ini akan diuraikan beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di


Indonesia secara umum, yaitu:

1. Efektifitas Pendidikan Di Indonesia

Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik
untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai
dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan
trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran
tersebut dapat berguna.

Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah praktisi pendidikan melakukan


penelitian dan survey ke lapangan, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tujuan
pendidikan yang jelas sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini
menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak tahu “goal” apa yang akan dihasilkan
sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam proses pendidikan. Jelas hal ini
merupakan masalah terpenting jika kita menginginkan efektifitas pengajaran. Bagaimana
mungkin tujuan akan tercapai jika kita tidak tahu apa tujuan kita.

Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya
menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia. Tidak perduli
bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah telah
melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dianggap hebat oleh
masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektifitas pengajaran di
Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunyai kelebihan dibidangnya masing-
masing dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan
hanya ingin dianggap hebat oleh orang lain.

Dalam pendidikan di sekolah menengah misalnya, seseorang yang mempunyai kelebihan


dibidang sosial dan dipaksa mengikuti program studi IPA akan menghasilkan efektifitas
pengajaran yang lebih rendah jika dibandingkan peserta didik yang mengikuti program
studi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Hal-hal sepeti itulah yang banyak terjadi di
Indonesia. Dan sayangnya masalah gengsi tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan
rendahnya efektifitas pendidikan di Indonesia.

2. Efisiensi Pengajaran Di Indonesia

Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang
lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan
untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu
jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang
mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang telah
disepakati.

14
Beberapa masalah efisiensi pengajaran di Indonesia adalah mahalnya biaya pendidikan,
waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pengajar dan banyak hal lain yang
menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh
dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.

Masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia sudah menjadi rahasia umum bagi kita.
Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia relative lebih randah jika kita bandingkan
dengan Negara lain yang tidak mengambil sistem free cost education. Namun mengapa
kita menganggap pendidikan di Indonesia cukup mahal? Hal itu tidak kami kemukakan
di sini jika penghasilan rakyat Indonesia cukup tinggi dan sepadan untuk biaya
pendidikan.

Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tentang biaya
sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang dipilih,
namun kita juga berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara
tentang biaya transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran
yang kita pilih. Di sekolah dasar negeri kita, memang sudah diberlakukan pembebasan
biaya pengajaran seeperti DANA BOS, namun yang diperlukan peserta didik bukan
hanya itu saja, melainkan kebutuhan lainnya seperti buku teks pengajaran atau buku
paduan, alat tulis, seragam dan lain sebagainya. Dan hal itu diwajibkan oleh pendidik
yang bersangkutan. Yang mengherankan lagi, ada pendidik yang mewajibkan les kepada
peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk pendidik tersebut. Itu juga merupakan
masalah bagi peserta didik.

Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah lainnya adalah waktu
pengajaran. Dalam pendidikan formal di sekolah menengah misalnya, ada sekolah yang
jadwal pengajarnnya perhari dimulai dari pukul 07.00 dan diakhiri sampai pukul 16.00.
Hal tersebut jelas tidak efisien, karena memerlukan banyak waktu untuk peserta didik
mengikuti proses pendidikan formal. Selain itu, banyak peserta didik yang mengikuti
lembaga pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa, ekstrakuriler, dan lain-
lain. Jelas terlihat, bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak efektif juga, karena
peserta didik akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk melengkapi pendidikan
formal yang dinilai kurang.

Masalah lain dari efisiensi pengajaran adalah mutu pengajar. Kurangnya mutu pengajar
juga yang menyebabkan peserta didik kurang mencapai hasil yang diharapkan dan
akhirnya mengambil pendidikan tambahan yang juga membutuhkan biaya lebih.
Kurangnya mutu pengajar disebabkan oleh pengajar yang mengajar tidak pada
kompetensinya atau tidak pada keahliannya. Misalnya saja, seorang pengajar yang
mempunyai dasar pendidikan di bidang matematika, namun dia mengajarkan kesenian
yang sebenarnya bukan kompetensinya. Hal tersebut benar-benar terjadi jika kita melihat
kondisi pendidikan di lapangan yang sebenarnya. Hal lain adalah pendidik tidak dapat
mengomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, sehingga tidak mudah dimengerti dan
tidak membuat tertarik peserta didik.

Sistem pendidikan yang baik juga berperan penting dalam meningkatkan efisiensi
pendidikan di Indonesia. Sangat disayangkan juga sistem pendidikan kita berubah-ubah
sehingga membingungkan pendidik dan peserta didik.

15
Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita menggunakan sistem pendidikan kurikulum
1994, kurikulum 2004, kurikulum berbasis kompetensi yang mengubah proses
pengajaran menjadi proses pendidikan aktif, hingga kurikulum baru lainnya. Ketika
mengganti kurikulum, kita juga mengganti cara pendidikan pengajar, dan pengajar harus
diberi pelatihan terlebih dahulu yang juga menambah biaya pendidikan. Sehingga sangat
disayangkan jika terlalu sering mengganti kurikulum yang dianggap kurang efektif lalu
langsung menggantinya dengan kurikulum yang dinilai lebih efektif.

Konsep efisiensi akan tercipta jika keluaran atau output yang diinginkan dapat dihasilkan
secara maksimal dengan hanya menggunakan masukan yang relative tetap, atau jika
dengan masukan yang sekecil mungkin dapat menghasilkan keluaran atau output yang
maksimal. Konsep efisiensi sendiri terdiri dari efisiensi teknologis dan efisiensi
ekonomis. Efisiensi teknologis diterapkan dalam pencapaian kuantitas keluaran secara
fisik sesuai dengan ukuran hasil yang sudah ditetapkan. Sementara efisiensi ekonomis
tercipta jika ukuran nilai kepuasan atau harga sudah diterapkan terhadap keluaran.

Konsep efisiensi selalu dikaitkan dengan efektivitas. Efektivitas merupakan bagian dari
konsep efisiensi karena tingkat efektivitas berkaitan erat dengan pencapaian tujuan
relative terhadap harganya. Apabila dikaitkan dengan dunia pendidikan, maka suatu
program pendidikan yang efisien cenderung ditandai dengan pola penyebaran dan
pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang sudah ditata secara efisien. Program
pendidikan yang efisien adalah program yang mampu menciptakan keseimbangan antara
penyediaan dan kebutuhan akan sumber-sumber pendidikan sehingga upaya pencapaian
tujuan tidak mengalami hambatan.

3. Standardisasi Pendidikan Di Indonesia

Jika kita ingin meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara
tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses
untuk menentukan standar yang akan diambil.

Dunia pendidikan terus berubah seiring dengan perubahan zaman. Kompetensi yang
dibutuhkan oleh masyarakat terus-menertus berubah apalagi di dalam dunia terbuka yaitu
di dalam dunia modern dalam era globalisasi saat ini. Kompetensi-kompetensi yang
harus dimiliki atau dipenuhi oleh seseorang dalam suatu lembaga pendidikan haruslah
memenuhi standar. Dan Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di
dalam berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk
melaksanakan standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi
Nasional Pendidikan (BSNP).

Tinjauan terhadap standardisasi dan kompetensi untuk meningkatkan mutu pendidikan


akhirnya membawa bahaya yang tersembunyi yaitu kemungkinan adanya pendidikan
yang terkepung oleh standar kompetensi saja sehingga kehilangan makna dan tujuan dari
pendidikan tersebut.

Peserta didik di Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaimana agar mencapai


standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan
dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih
spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpenting adalah memenuhi nilai di atas standar
yang telah ditentukan saja.

16
Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti kehilangan
makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. Hal itu jelas salah satu
penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.

Selain itu, akan lebih baik jika kita mempertanyakan kembali apakah standar pendidikan
di Indonesia sudah sesuai ataukah belum. Misalnya dalam kasus UAN atau Ujian Akhir
Nasional yang hampir selalu menjadi kontroversi. Penilaian sistem evaluasi seperti UAN
sudah cukup baik, namun yang disayangkan adalah evaluasi pendidikan seperti itu yang
menentukan lulus atau tidaknya peserta didik mengikuti pendidikan yang hanya
dilaksanakan satu kali saja tanpa melihat proses yang telah dilalui oleh peserta didik
yang telah menempuh proses pendidikan selama beberapa tahun. Selain hanya
berlangsung satu kali, evaluasi seperti itu hanya mengevaluasi beberapa bidang studi saja
tanpa mengevaluasi bidang studi lain yang telah didikuti oleh peserta didik.

UAN dinilai merupakan sistem yang kurang tepat. Tak bisa dipungkiri, sistem
pendidikan di negara ini terbilang masih kacau. Hal ini bisa dilihat dari hasil dari sistem
tersebut, dimana masih belum bisa memaksimalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh
setiap siswa. Siswa yang pintar hanya dalam semua mata pelajaranlah dan sering
mendapatkan nilai tertinggilah yang menjadi patokan apakah siswa tersebut memenuhi
keriteria dari sistem tersebut. Tentunya hal ini tidaklah adil bagi seluruh siswa. Siswa
dengan berbagai karakter dipaksa mengikuti sistem dan cara belajar yang sama. Padahal
tidak semua siswa memiliki satu jenis cara mereka dalam menyerap ilmu. Yang selama
ini kita lihat di sekolah-sekolah, guru menerangkan, murid mendengar lalu latihan.
Metode ini dianggap sudah ketinggalan zaman dan terlalu kaku. Dan yang paling fatal
mudah sekali menghilangkan minat belajar pada siswa. Memang ada beberapa karakter
siswa yang bisa atau malah mudah dengan metode belajar seperti itu, namun sekali lagi
tidak sedikit pula siswa yang tidak bisa menyerap materi pelajaran dengan metode seperti
itu karena itu tadi perbedaan karakter dan ditambah pola pendidikan berbeda yang
diterapkan oleh orang tua masing-masing siswa. Perlu diketahui bahwa metode belajar
setiap manusia berbeda-beda sesuai dengan karakter mereka, ada tipe belajar secara
visual, lingual, pendengaran, analisis, debat, individu, kelompok dan lain-lain. Untuk itu
ada baiknya sistem pendidikan yang seperti itu diubah yaitu dengan menganalisis
kebutuhan belajar serta metode belajar yang tepat bagi siswa sebelum siswa tersebut
masuk ke jenjang sekolah, lalu mengelompokan siswa ke beberapa kelompok sesuai
dengan kebutuhan dan metode belajar yang dapat diterima siswa. Dengan begitu potensi-
potensi yang dimiliki oleh setiap siswa dapat tergali lagi dengan maksimal.

Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Tentunya hal
tersebut dapat kita ketahui jika kita menggali lebih dalam akar permasalahannya. Dan
semoga jika kita mengetehui akar permasalahannya, kita dapat memperbaiki kualitas
pendidikan di Indonesia sehingga menjadi lebih baik lagi.

17
1.3 H. Solusi dari Permasalahan-Permasalahan Pendidikan di Indonesia

Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat
diberikan yaitu:

Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang
berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat
berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia
sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab
neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab
negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.

Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang menyangkut perihal
pembiayaan seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya
pendidikan berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan sangat
kurang efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem ekonomi
kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti
dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintahlah yang akan
menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.

Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung
dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan
prestasi siswa.

Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis


untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di
samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai
guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai
pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi
solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-
alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.

18
BAB III

PENUTUP

1.4 Kesimpulan

Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah bila di bandingkan


dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang menjadi penyebab
utamanya yaitu efektifitas, efisiensi, dan standardisasi pendidikan yang masih kurang
dioptimalkan. Masalah-masalah lainnya yang menjadi penyebabnya yaitu:

1. Rendahnya sarana fisik,

2. Rendahnya kualitas guru,

3. Rendahnya kesejahteraan guru,

4. Rendahnya prestasi siswa,

5. Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,

6. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,

7. Mahalnya biaya pendidikan.

Adapun solusi yang dapat diberikan dari permasalahan di atas antara lain dengan
mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan, dan
meningkatkan kualitas guru serta prestasi siswa.

1.5 Saran
Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan ke
sistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam
segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak
semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas
pendidikannya terlebih dahulu.

Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir
akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat
dalam segala bidang di dunia internasional.

19
DAFTAR PUSTAKA
Naibaho, Murni Elfrida, 2015. Pengantar Pendidikan. FKIP Universitas HKBP
Nommensen: Medan.

Hasbullah. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Raja Grafindo: Jakarta.

https://zaifbio.wordpress.com/2010/01/14/ciri-ciri-dan-masalah-pendidikan-di-indonesia/

https://mutupendidikanindonesia.wordpress.com/category/mutu-pendidikan/ciri-ciri-
pendidikan-di-indonesia/

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-pendidikan.html

http://rajanarai.blogspot.com/2012/11/teori-teori-pendidikan.html?m=1

http://www.fungsiklopedia.com/fungsi-pendidikan/

https://halimahnur512.wordpress.com/2014/10/31/ciri-ciri-pendidikan/

http://prsetandenganmu.blogspot.com/2012/03/ciri-ciri-pendidikan-di-indonesia.html?
m=1

https://psychology.binus.ac.id/2017/02/17/rendahnya-kualitas-pendidikan-di-indonesia/

http://dianerdiana.blogspot.com/2017/05/intropeksi-inilah-peringkat-pendidikan.html?
m=1

https://ikasp.wordpress.com/2012/12/28/faktor-faktor-penyebab-rendahnya-kualitas-
pendidikan-di-indonesia/

https://febrimanzendrato1.blogspot.com/2017/06/kualitas-pendidikan-indonesia-
masalah.html?m=1

20

Anda mungkin juga menyukai