TINJAUAN PUSTAKA
17
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan
merupakan nilai yang menggambarkan keberhasilan perusahaan dalam mengelola
manajemen yang tercermin dari kemakmuran pemegang saham dan harga pasar
perusahaan.
18
Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan nilai perusahaan pada teori
tobin’s q. Karena dalam teori ini perusahaan tidak hanya memasukan harga pasar
perusahaan namun memasukan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan,
tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas saham perusahaan yang
dimasukan namun seluruh asset perusahaan. Dengan memasukan seluruh aset
perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor saja
yaitu investor dalam bentuk pemegang saham namun juga untuk kreditur karena
semua sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya
tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur.
19
cenderung rendah sehingga dengan harga saham yang rendah mencerminkan
nilai perusahaan yang rendah.
4. Struktur modal
Struktur modal yang optimal dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Jika
ingin menaikkan nilai perusahaan maka sebaiknya menggunakan hutang.
Hutang dapat memaksimalkan nilai perusahaaan jika manfaat dari hutang
tersebut lebih tingi dan biaya yang di timbulkan oleh hutang.
20
Menurut Fiakas (2005) dalam Sudiyanto dan Puspitasari (2010)
:berpendapat bahwa :
“Tobin’s Q merupakan rasio dari nilai pasar asset perusahaan yang
diukur oleh nilai pasar dari jumlah saham yang beredar dan hutang
(enterprise value) terhadap replacement Cost dari aktiva perusahaan.
Tobin’s Q atau Q merupakan model yang digunakan untuk
menghitung nilai perusahan”.
Menurut sukamulja (2004) salah satu rasio yang dinilai dapat memberikan
informasi paling baik adalah Tobin’s Q, karena rasio ini dapat menjelaskan
berbagai fenomena dalam operasional perusahaan seperti terjadinya perbedaan
cross sectional dalam pengambilan keputusan investasi serta hubungan antara
kepemilikan saham manajemen dan nilai perusahaan.
Secara umum Tobin’s Q dapat digunakan untuk mengukur nilai
perusahaan, yaitu dari sisi potensi nilai pasar suatu perusahaan, dengan rumus Q
berikut:
Keterangan :
MVS : Market value of all outstanding shares.
MVD : Market value of all debt.
RVA : Replacement value of all production capacity.
Selanjutnya formula Tobin’s Q yang dikembangkan oleh Chung dan
Pruitt (1994) dengan rumus berikut :
Keterangan :
MVE : Market value of equity.
PS : Preferred Stock.
D : Debt.
TA : Firm’s assets.
21
Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan dengan menggunakan
formula Tobin’s Q yang dikembangkan oleh Klapper dan Love dalam
Khomsiyah (2005) dengan rumus berikut :
Keterangan :
MVE : Market value of equity.
D : Debt.
TA : Firm’s assets.
Interpretasi dari skor Tobins’Q adalah sebagai berikut:
Q < 1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi undervalued. Manajemen
telah gagal dalam mengelola aktiva perusahaan. Potensi pertumbuhan investasi
rendah.
Q = 1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi average. Manajemen stagnan
dalam mengelola aktiva. Potensi pertumbuhan investasi tidak berkembang.
Q > 1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi overvalued. Manajemen
berhasil dalam mengelola aktiva perusahaan. Potensi pertumbuhan investasi
tinggi.
Berdasarkan penjelasan dalam interpretasi yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka investor yang akan mengejar capital gain dapat mengambil
keputusan untuk membeli, menahan atau menjual saham miliknya.
22
Menurut Martono dan Harjito (2007:240) menyatakan bahwa :
“Sruktur modal adalah perbandingan atau imbangan pendanaan
jangka panjang perusahaan yang ditunjukan oleh perbandingan
hutang jangka panjang terhadap modal sendiri.”
Menurut Fahmi (2013:184) menyatakan bahwa struktur modal adalah :
“Struktur Modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi
finansial perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang
bersumber dari hutang jangka panjang (long-term debt) dan modal
sendiri (shareholders equity) yang menjadi sumber pembiayaan
perusahaan.”
Adapun menurut Lawrence & Gitman (2000:488) struktur modal adalah:
“Capital structure is the mix of long-term dept and equity maintained by
the firm”.
Dapat diartikan bahwa struktur modal merupakan campuran dari hutang
jangka panjang dan ekuitas yang dikelola oleh perusahaan.
Dan meurut Weston dan Copeland ( 1992) berpendapat bawa :
“Capital structure or capitalization of the firm is the permanent
financing represented by long-term debt, preferred stok and
shareholder’s equity”.
Dapat diartikan bahwa struktur modal atau kapitalisasi perusahaan adalah
pembiayaan permanen diwakili oleh utang jangka panjang, saham preferen
dan ekuitas pemegang saham.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa struktur modal
merupakan perimbangan proporsi finansial perusahaan antara modal asing dan
modal sendiri. Dimana modal sendiri terdiri dari modal yang dikeluarkan oleh
pemilik dan laba ditahan, sedangkan modal asing terdiri dari hutang jangka
panjang dan hutang jangka pendek.
23
dipegang konstan. Dengan kata lain, seandainya perusahaan mengganti sebagian
modal sendiri dengan hutang atau sebaliknya apakah kinerja manajemen akan
berubah, apabila perusahaan tidak merubah keputusan-keputusan keuangan
lainnya.
Teori struktur modal modern pertama kali dimulai oleh Franco
Modigliani dan Merton H. Miller pada tahun 1958. Modigliani-Miller (MM)
menyatakan bahwa rasio hutang tidak relevan dan tidak ada struktur modal yang
optimal. Hasil yang diperoleh MM menunjukkan bahwa cara sebuah perusahaan
akan mendanai operasinya tidak akan berarti apa-apa, sehingga struktur modal
adalah suatu hal yang tidak relevan. Gitman (2006:174) menjelaskan bahwa
struktur modal merupakan kumpulan dana yang dapat digunakan dan dialokasikan
oleh perusahaan di mana dana tersebut diperoleh dari hutang jangka panjang dan
modal sendiri. Struktur modal yang optimal adalah gabungan ekuitas dan hutang
yang memaksimumkan nilai perusahaan.
24
Peraturan perpajakan memperbolehkan pengurangan pembayaran bunga
sebagai beban, tetapi pembayaran dividen kepada pemegang saham tidak dapat
dikurangkan. Perlakuan yang berbeda tersebut mendorong perusahaan untuk
menggunakan hutang dalam struktur modalnya. MM membuktikan bahwa karena
bunga atas hutang dikurangkan dalam perhitungan, maka nilai perusahaan
meningkat sejalan dengan makin besarnya jumlah hutang dan nilainya akan
mencapai titik maksimum bila seluruhnya dibiayai dengan hutang.
25
Perusahaan berusaha menerbitkan sekuritas pertama dari internal fund, retained
earnings, kemudian utang berisiko rendah dan terakhir ekuitas (Darminto dan
Adler, 2008:274). Pecking order theory memprediksi memiliki skenario urutan
sebagai berikut :
1. Perusahaan memilih pendanaan internal. Dana internal tersebut diperoleh dari
laba yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan.
2. Perusahaan menghitung target rasio pembayaran didasarkan pada perkiraan
kesempatan investasi. Perusahaan berusaha menghindari perubahan dividen
yang tiba-tiba dengan kata lain pembayaran dividen diusahakan konstan,
walaupun berubah tetapi tidak berubah secara signifikan.
3. karena kebijakan dividen yang konstan, digabung dengan fluktuasi
keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi, akan
menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaan akan lebih besar
dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat-saat tertenut dan akan
lebih kecil pada saat lain. Jika kas tersebut lebih besar, perusahaan akan
membayar hutang atau membeli surat berharga, begitupun sebaliknya. Jika kas
tersebut kecil, perusahaan akan menggunakan kas yang dimiliki atau menjual
surat berharga.
4. Jika pendanaan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan surat
berharga yang paling aman terlebih dahulu.
Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal.
Pecking order theory menjelaskan urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak
memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh
kebutuhan investasi. Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa
perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai
tingkat hutang yang kecil.
Teori Pecking Order yang berdasarkan asimetri informasi akan
memengaruhi struktur modal perusahaan dengan cara membatasi akses pada
sumber pendanaan dari luar. Asimetri informasi ini berguna bagi para investor
untuk menginterpretasi bahwa sebuah situasi kurang baik apabila sebuah
26
perusahaan mendanai investasinya dengan menerbitkan ekuitas dan ekuitas ini
hanya akan dikeluarkan apabila saham dinilai tinggi (Abimbola, 1998:138).
Menurut Chirinko dan Singha (2000:417) terdapat dua bentuk dari
Pecking Order Theory, yakni :
a. Strong Form, yang menyatakan bahwa dalam bentuk kuat perusahaan tidak
akan pernah menerbitkan saham, hanya menggunakan pembiayaan internal
dan hutang.
b. Weak Form, yang menyakan bahwa dalam bentuk ini dimungkinkan untuk
menerbitkan saham baru yang dapat terjadi pada dua situasi spesifik yang
tidak bertentangan dengan teori ini.
27
Rasio ini dapat menggambarkan presentase perusahaan dibiayai oleh
modal asing dari modal sendiri yang dikeluarkan oleh perusahaan. Pada umumnya
perusahaan yang memiliki nilai DER yang tinggi akan dianggap membahayakan
kondisi finansial perusahaan, karena makin tinggi nilai DER maka tingkat resiko
yang ditanggung perusahaan juga jauh lebih tinggi. Hal ini bagi investor
perusahaan baik investor saham atau kreditur diperhitungkan sebagai
pertimbangan saat membeli saham maupun meminjaman hutang. Sebaliknya jika
nilai DER yang dimiliki perusahaan rendah maka investor akan lebih menghargai
kinerja tinggi perusahaan karena tingkat resiko yang lebih rendah. Sehingga
investor akan lebih berani membeli saham dan menyertakan hutangnya kepada
perusahaan.
2.3 Profitabilitas
2.3.1 Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas merupakan hal penting bagi perusahaan karena disamping
dapat menilai efisiensi kerja perusahaan, juga merupakan alat untuk meramal laba
di masa yang akan datang. Dengan berpedoman pada profitablitas, manajemen
dapat mengambil dan menentukan keputusan-keputusan yang tepat untuk
meningkatkan profitabilitas dimasa yang akan datang. Hasil perhitungan
profitabilitas merupakan alat bagi manajemen untuk menganalisa kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba dalam suatu periode.
Menurut Sartono (2010:122) pengertian profitabilitas adalah :
“Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal
sendiri”.
Menurut Kasmir (2008:196) berpendapat bahwa :
“Rasio profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan
ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan
28
pendapatan investasi. Pada dasarnya penggunaan rasio ini yakni
menunjukkan tingkat efisiensi suatu perusahaan.”
Sedangkan menurut Gitman (2003:591) yang mengemukakan :
“Profitability is the relationship berween revenue and cost generated by
using the firm’s assets both current and fixed in productive activities.”
Dapat diartikan bahwa profitabilitas merupakan hubungan antara
pendapatan dan biaya-biaya yang dihasilkan dalam aktivitas produktif
dengan penggunaan asset lancar dan aset tetap perusahaan.
Dan menurut Gibson (2001:303) yang menyatakan :
“profitability is the ability of a firm to generate earnings. It is measured
relative to a number of bases, such as assets, sales, and investment”.
Dapat diartikan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan suatu
perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan yang diukur dengan
membandingkan laba yang diperoleh perusahaan dengan aktiva
perusahaan, penjualan dan investasi.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas
merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari semua aktiva
yang dimilliki perusahaan.
29
2. Return on Assets (ROA)
Salah satu rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang
digunakan dalam perusahaan. ROA juga merupakan salah satu ukuran tentang
efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.
3. Return on Equity (ROE)
Salah satu rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Makin
tinggi rasio ini makin baik. Artinya, posisi pemilik perusahaan semakin kuat,
demikian pula sebaliknya.
4. Earning per Share (EPS)
EPS atau laba per lembar saham merupakan salah satu rasio untuk
mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi
pemegang saham. Rasio yang rendah menunjukkan bahwa manajemen belum
berhasil untuk memuaskan para pemegang saham, sebaliknya denga rasio
yang tinggi, maka kesejahteraan pemegang saham meningkat dengan
pengertian lain bahwa tingkat pengembalian tinggi.
Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on
Equity (ROE) yang merupakan suatu cara untuk mengukur sebarapa banyak laba
bersih yang bisa diperoleh dari seluruh modal sendiri yang disetorkan perusahaan.
Nilai ROE akan mencerminkan tingkat pengembalian atau return bagi pemilik
atau pemegang saham. Semakin tinggi nilai ROE maka semakin besar tingkat
pengembalian kepada para pemilik atau pemegang saham yang artinya para
pemegang saham semakin sejahtera yang ditandai dari peningkatan nilai
perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai ROE yang tinggi memberikan signal positif
bagi investor sehingga investor akan tertarik berinvestasi pada perusahaan yang
memiliki ROE tinggi. ROE merupakan rasio yang diperhatikan oleh investor. Hal
ini dikarenakan jika investor ingin memilih salah saru dari banyak jenis saham
yang ditawarkan, maka investor akan memperhatikan ROE perusahaan yang dapat
dihitung dari laporan keuangan, sehingga investor akan lebih tertarik pada
perusahaan yang paling produktif yang mampu menghasilkan laba jika dilihat dari
30
rasio return on equity (ROE). Menurut Kasmir (2012:204) berpendapat bahwa
Return on Equity adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan
modal sendiri. Dengan rumus sebagai berikut :
31
menggunakan total aset dan total penjualan suatu perusahaan. Pada dasarnya,
ukuran perusahaan hanya terbagi atas tiga kategori, yaitu perusahaan besar (large
firm), perusahaan menengah (medium firm), dan perusahaan kecil (small firm).
Berdasarkan pasal 3 ayat 1,2 dan 3 dari peraturan menteri perdagangan republik
indonesia tanggal 16 september 2009 No. 46/M-DAG/PER/9/2009 yang mulai
diberlakukan efektif sejak tanggal 1 juli 2010, bahwa perusahaan diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Klasifikasi perusahaan kecil
Perusahaan dengan kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Klasifikasi perusahaan menengah
Perusahaan dengan kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000 sampai
dengan maksimun Rp. 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha.
3. Klasifikasi perusahaan besar
Perusahaan dengan kekayaan bersih lebih dari Rp. 10.000.000.000, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
perusahaan yang berukuran besar menunjukan bahwa perusahaan tersebut
telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini perusaaan diaggap
memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang lama, selain itu
mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu
menghasilkan laba dibanding perusahaa yang berukuran kecil. Perusahaan
berukuran besar juga mempunyai berbagai kelebihan dibanding perusahaan
berukuran kecil. Kelebihan yang pertama adalah ukuran perusahaan dapat
menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal
maupun dari kreditur. Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-
menawar (bargaining power) dalam kontak keuangan. Dan ketiga, ada
kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang
lebih besar dapat memperoleh kebih banyak laba (Sawir, 2004).
32
2.4.2 Pengukuran Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki
perusahaan (Saidi, 2004:50). Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan diukur
dengan menggunakan proksi logaritma natural dari total aset, hal ini dimaksudkan
untuk mengurangi fluktuasi data yang berlebihan sehingga ukuran perusahaan
dapat dihitung dengan rumus :
33
3. Ima Maspupah Pengaruh Size, ROE, 1. Ukuran perusahaan tidak
(2014) Ukuran CSR, berpengaruh signifikan
Perusahaan, Kepemilikan terhadap nilai perusahaan.
Profitabilitas, Institusional, 2. Profitabilitas berpengaruh
Tanggung Growth, DER signifikan dan positif
Jawab Sosial dan PBV terhadap nilai perusahaan.
Perusahaan, 3. Tanggung jawab sosial
Kepemilikan perusahaan tidak
Institusional, berpengaruh signifikan
Pertumbuhan terhadap nilai perusahaan.
Penjualan, dan 4. Kepemilikan institusional
Struktur Modal tidak berpengaruh signifikan
Terhadap Nilai terhadap nilai perusahaan.
Perusahaan 5. Pertumbuhan penjualan tidak
berpengaruh signifikan
terhadap nilai Perusahaan.
6. Struktur modal berpengaruh
signifikan terhadap nilai
perusahaan.
4. Amalia Dewi Pengaruh Size, ROE, 1. Profitabilitas dan keputusan
Rahmawati, Ukuran DER, PER investasi berpengaruh
Topowijono, Perusahaan, dan Tobin’s signifikan dan positif
Sri Sulasmiyati Profitabilitas, Q terhadap nilai perusahaan.
(2015) Struktur 2. Struktur modal berpengaruh
Modal, dan signifikan dan negatif
Keputusan terhadap nilai perusahaan.
Investasi 3. Ukuran perusahaan tidak
Terhadap Nilai berpengaruh signifikan
Perusahaan terhadap nilai perusahaan.
34
5. Fika Pengaruh CR, QR, 1. Current ratio (CR)
Ramdhany Current Ratio DAR, DER, berpengaruh signifikan dan
(2015) (CR), Quick ROE dan positif terhadap nilai
Ratio (QR), PBV perusahaan.
Debt To Asset 2. Debt to equity ratio (DER)
Ratio (DAR), berpengaruh signifikan dan
Debt To negatif terhadap nilai
Equity Ratio perusahaan.
(DER), dan 3. Debt to asset ratio (DAR)
Return On tidak berpengaruh signifikan
Equty (ROE) dan negatif terhadap nilai
Terhadap Nilai perusahaan.
Perusahaan 4. Quick ratio (QR) dan Return
on equty (ROE) berpengaruh
signifikan dan positif
terhadap nilai perusahaan.
6. Indah Yunita Analisis ROA, DER, 1. ROE dan Size memiliki
(2011) Pengaruh DPR, Size, pengaruh signifikn dan
Profitabilitas, Komisaris positif terhadap nilai
Kebijakan Independen, perusahaan.
Hutang, Kepemilikan 2. DER, DPR, komisaris
Kebijakan Institutional independen dan kepemilikan
Dividen, Size, dan Tobin’s institusional tidak
dan Q berpengaruh signifikan
Mekanisme terhadap nilai perusahaan.
Good
Corporate
Governance
Terhadap Nilai
Perusahaan
35
7. Rika Susanti Analisis Board Size, 1. Board size, board intensity,
(2010) Faktor-Faktor Board board independency,
yang Intensity, profitabilitas dan
Berpengaruh Board investement opportunity
Terhadap Nilai Indepedence, berpengaruh signifikan dan
Perusahaan Struktur positif terhadap nilai
Kepemilikan, perusahaan.
Cash 2. Struktur kepemilikan dan
Holding, dividen tidak berpengaruh
Profitabilitas, signifikan dan positif
Risiko terhadap nilai perusahaan.
Finansial, 3. Cash holding dan finance
Dividen, risk berpengaruh negatif
Investement terhadap nilai perusahaan.
Opportunity
dan Tobin’s
Q
8. Eva Eko Analisis DER, DPR, 1. DER dan DPR tidak
Hidayat Pengaruh ROE, SIZE berpengaruh signifikan dan
(2010) DER, DPR, dan PBV negatif terhadap PBV.
ROE, dan Size 2. ROE dan Size berpengaruh
Terhadap PBV signifikan dan positif
terhadap PBV.
9. Sri Pengaruh ROA, 1. Profitabilitas, growth
Hermuningsih Profitabilitas, Growth opportunity dan struktur
(2013) Growth Asset, DER modal memiliki pengaruh
Opportunity, dan PBV signifikan dan positif
Struktur Modal terhadap nilai perusahaan.
Terhadap Nilai
perusahaan
36
10. Andrian Pengaruh DER, ROE, 1. Struktur modal tidak
Hermawan Struktur Ln Total Aset berpengaruh terhadap nilai
(2016) Modal, Dan Tobin’s perusahaan.
Profitabilitas Q 2. Profitabilitas berpengaruh
dan Ukuran terhadap nilai perusahaan
Perusahaan 3. Ukuran perusahaan
Terhadap Nilai berpengaruh terhadap nilai
Perusahaan perusahaan.
11. Rr Nurul Analisis Faktor ROE, DER, 1. ROE dan Size berpengaruh
Nareshwari, yang Size, DPR, signifikan dan positif
M Chabachib, Mempengaruhi Tobin’s Q terhadap DPR.
dan M Kholiq Nilai 2. DER tidak berpengaruh
Mahfud Perusahaan signifikan dan negatif
(2016) Dengan terhadap DER.
Dividen 3. ROE, DER dan size
Payout berpengaruh signifikan dan
Sebagai positif terhadap nilai
Variabel perusahaan.
Intervening 4. DPR mampu memediasi
ROE, DER, size terhadap
nilai perusahaan.
12. Vinka Nabilla Pengaruh PER, DER, 1. PER dan DPR berpengaruh
(2016) Keputusan DPR dan signifikan terhadap nilai
Investasi, PBV perusahaan.
Struktur Modal 2. DER tidak berpengaruh
dan Kebijakan signifikan terhadap nilai
Diveiden perusahaan.
Terhadap Nilai
Perusahaan
37
2.6 Kerangka Pemikiran
Tujuan didirikannya perusahaan pada dasarnya untuk medapatkan laba
yang sebesar-besarnya dengan tujuan memakmurkan pemegang saham dengan
meningkatkan nilai perusahaannya. Kemakmuran pemilik atau pemegang saham
terjadi ketika kekayaan mereka meningkat. meningkatnya kekayaan pemilik atau
pemegang saham dikarenakan meningkatnya nilai perusahaan yang ditandai
dengan naikya harga saham perusahan yang menunjukan keuntungan yang
diterima pemilik atau pemegang saham juga tinggi.
Untuk meningkatkan nilai perusahaan maka manajer keuangan harus
memperhatikan dan mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan yang
kemudian setiap posisi keuangan dapat disajikan pada laporan keuangan yang
akan diterbitkan perusahaan. Munawir (2004;2) menjelaskan bahwa laporan
keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akutansi yang dapat digunakan
sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan
dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan. Neraca
merupakan salah satu jenis laporan keuangan yang harus dicermati oleh manajer
keuangan, hal ini karena neraca merupakan hasil dari kinerja keuangan perusahan
atau laporan posisi perusahaan yang menggambarkan posisi aktiva, kewajiban,
dan modal pada suatu periode tertentu yang disusun setiap periode keuangan pada
periode tertentu (Harahap, 2007;107).
Struktur modal merupakan masalah pendanaan yang harus dicermati oleh
setiap manajer. Hal ini dikarenakan jika kombinasi antara modal internal dan
eksternal yang diambil manajemen tidak tepat maka potensi kebangkrutan
meningkat. oleh karena itu manajer keuangan dituntut harus benar-benar
mempertimbangkan keputusannya dalam hal pendanaan sehingga tidak
memberatkan kinerja perusahaan. Jika pendanaan terlalu banyak berasal dari
pinjaman, maka akan memberatkan perusahaan untuk membayar pengembalian
atas hutang serta bunga hutang, hal ini dapat menyebabkan kebangkrutan terhadap
perusahaan karena tidak mampu bayar hutang serta bunganya. Untuk itu manajer
harus menetapkan proporsi yang pas atas keputusan pendanaannya sehingga
nantinya akan meningkatkan nilai perusahaan.
38
Profitabilitas dapat mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan, karena
dengan tingginya laba yang dicapai oleh perusahaan akan mempengaruhi
keputusan keuangan yang diambil seorang manajer. Dengan tingginya laba
menggambarkan setiap pengelolaan fungsi-fungsi manajemen dikelola dengan
baik oleh manajer sehingga tercipta manfaat tersendiri bagi perusahaan yang
nantinya akan meningkatkan nilai perusahaan. Hal lain yang menjadi perhatian
investor adalah ukuran perusahaan. Semakin besar perusahaan menunjukan bahwa
perusahaan memiliki kinerja yang lebih stabil dan prospek pertumbuhan dimasa
depan yang baik. Perusahaan besar dapat dilihat dengan kepemilikan aset yang
tinggi, aset yang tinggi menunjukkan tingginya modal yang ditanamkan pada
perusahaan. Dengan demikian ukuran perusahaan akan meningkatkan nilai
perusahaan.
39
2.6.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan
Profitabilitas menunjukan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan
laba. Pertumbuhan profitabilitas yang baik menunjukan prospek perusahaan
dimasa depan dinilai baik, hal ini dinilai positif bagi investor yang nantinya akan
meningkatkan nilai perusahaan, apabila kemampuan perusahaan menghasilkan
laba meningkat, maka harga saham juga meningkat (Husnan, 2004:317). Harga
saham yang meningkat mencerminkan nilai perusahaan baik dimata investor.
Suharli (2006) menyatakan bahwa kemakmuran pemegang saham meningkat
apabila nilai perusahaan meningkat yang ditandai dengan tingkat pengembalian
investasi yang tinggi kepada pemeggang saham. Tingkat pengembalian investasi
kepada pemegang saham tergantung pada laba yang dihasilkan perusahaan. laba
yang layak dibagikan kepada pemeggang saham adalah laba setelah bunga dan
pajak. Berdasarkan analisis diatas maka dapat diturunkan hipotesis kedua yaitu :
H2 : Profitabilitas secara parsial berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
40
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disusun kerangka pemikiran
sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
41
Menurut Dantes (2012:164), hipotesis adalah :
“Praduga atau asumsi yang harus diuji melalui data atau fakta yang
diperloeh melalui penelitian.”
Hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah harus meneriman atau
menolak suatu dugaan. Dalam penelitian ini hipotesis yang akan diuji adalah ada
atau tidak adanya hubungan antara variabel independen (variabel X) dengan
variabel dependen (variabel Y) baik secara langsung maupun tidak langsung, serta
untuk mengatahui kuat atau tidaknya hubungan yang dimiliki antara variabel
independen dengan variabel dependen.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini
adalah :
H1 : Struktur modal secara parsial berpengaruh terhadap nilai perusahaan
42