Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nilai Perusahaan


2.1.1 Pengertian Nilai Perusahaan
Meningkatkan nilai perusahaan adalah tujuan dari setiap perusahaan
terutama perusahaan yang telah go public (Salvator, 2005). Dengan tingginya
nilai perusahaan kemakmuran pemegang saham akan tinggi sehingga menarik
minat pemegang saham maupun investor baru untuk terus menginvestasikan
modalnya kepada perusahaan.
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2002:7) nilai perusahaan adalah :
“nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon
pembeli apabila perusahaan tersebut dijual”.
Menurut Sujoko dan Seobiantoro (2007) nilai perusahaan adalah :
“Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat
keberhasilan perusahaan yang tercermin dari harga saham”.
Nilai perusahaan menurut Gitman (2006:352) adalah :
“The actual amount per share of common stock that would be
recekved if all of the firm’s assets were sold for their market value”.
Dapat diartikan bahwa nilai perusahaan merupakan nilai actual per lembar
saham yang akan diterima apabila seluruh aset perushaan dijual sesuai
harga pasar. Sedangkan nilai perusahaan menurut Brigham dan Erhardt
(2002) adalah:
“value is determined by result as reaveable in financial statement
value of firm is stockholder wealth maximization, which translates
into maximing the price of the firm ’s common stock”.
Artinya nilai perusahaan merupakan nilai yang dapat ditentukan dari
perbandingan hasil sebagai kinerja perusahaan, nilai perusahaan terlihat
dari maksimalisasi kekayaan pemegang saham yang dimaksudkan
kedalam memaksimumkan harga saham perusahaan.

17
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan
merupakan nilai yang menggambarkan keberhasilan perusahaan dalam mengelola
manajemen yang tercermin dari kemakmuran pemegang saham dan harga pasar
perusahaan.

2.1.2 Jenis-Jenis Nilai Perusahaan


Menurut Yulius dan Tarigan (2007:3) mengatakan bahwa terdapat
beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan, yaitu:
1. Nilai Nominal
Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran
dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan
juga ditulis secara jelas dalam surat saham kolektif.
2. Nilai Pasar
Nilai pasar sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar
menawar dipasar saham. Nilai ini bisa ditentukan jika saham perusahaan
dijual di pasar saham.
3. Nilai Intrinsik
Nilai intrinsik merupakan konsep yang paling abstrak, karena mengacu
kepada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep
nilai intrinsik ini bukan sekedar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai
perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan
keuntungan di kemudian hari.
4. Nilai Buku
Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep
akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisih antar total aset
dan total utang dengan jumlah saham yang beredar.
5. Nilai Likuidasi
Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi
semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai likuidasi dapat dihitung dengan
cara yang sama dengan menghitung nilai buku, yaitu berdasarkan neraca
performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan dilikuidasi.

18
Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan nilai perusahaan pada teori
tobin’s q. Karena dalam teori ini perusahaan tidak hanya memasukan harga pasar
perusahaan namun memasukan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan,
tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas saham perusahaan yang
dimasukan namun seluruh asset perusahaan. Dengan memasukan seluruh aset
perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor saja
yaitu investor dalam bentuk pemegang saham namun juga untuk kreditur karena
semua sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya
tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur.

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan


Nilai perusahaan merupakan penilaian atau persepsi investor terhadap
tingkat keberhasilan suatu perusahaan. Berikut adalah faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi nilai perusahaan menurut Welley dan Untu (2014) :
1. Kebijakan Dividen
Dalam kaitannya dengan nilai perusahaan, kebijakan dividen merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Apabila
perusahaan dapat menentukan kebijakan dividen dengan tepat yaitu dapat
menentukan seberapa besar keuntungan yang diperoleh untuk dibagikan dalam
bentuk dividen kepada para pemegang saham maka hal tersebut akan
berdampak kepada meningkatnya nilai perusahaan yang dapat dilihat dari
harga saham.
2. Profitabilitas
Profitabilitas yang dihasilkan perusahaan dapat memaksimumkan nilai
perusahaan. Semakin tinggi laba yang diterima perusahaan maka akan
semakin tinggi nilai suatu perusahaan. Perusahaan yang mempunyai
profitabilitas tinggi memberikan signal positif bagi investor sehingga investor
akan tertarik berinvestasi pada perusahaan dengan profitabilitas tinggi.
3. Resiko perusahaan
Resiko Perusahaan Semakin tinggi resiko perusahaan maka return yang
diharapkan semakin tinggi, namun dengan resiko yang tinggi harga saham

19
cenderung rendah sehingga dengan harga saham yang rendah mencerminkan
nilai perusahaan yang rendah.
4. Struktur modal
Struktur modal yang optimal dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Jika
ingin menaikkan nilai perusahaan maka sebaiknya menggunakan hutang.
Hutang dapat memaksimalkan nilai perusahaaan jika manfaat dari hutang
tersebut lebih tingi dan biaya yang di timbulkan oleh hutang.

2.1.4 Pengukuran Nilai Perusahaan


Nilai perusahaan adalah sebuah nilai yang menunjukan cerminan dari
ekuitas dan nilai buku perusahaan, baik berupa nilai pasar ekuitas, nilai buku dari
total hutang dan nilai buku dari total aset. Tobin’s Q atau biasa yang disebut Q
ratio atau Q teory diperkenalkan pertama kali oleh James Tobin pada tahun 1969.
James Tobin, ekonom peraih nobel telah merumuskan teori investasi yaitu tarif
investaskrate of invesment dengan pendekanat neraca dimana harga pasar saham
(market value of a firm) dibandingkan dengan nilai aset yang didasarkan pada
replacement cost & wrong dangor. Rasio ini terkenal dengan nama Tobin’s Q
atau Q rasio yang menilai apabila nilai Q suatu perusahaan lebih dari satu, hal ini
akan menstimulasi investasi, sebaliknya apabila nilai Q dibawah satu maka akan
mengurangi investasi.
Pengertian Tobin’s Q menurut James Tobin dikutip oleh Carton dan
Perluff dalam Juniarti (2009:22) adalah :
“ Tobin’s Q is the ratio of the market value of a firm assets (as
measured by market value of the market value of it’s out standing
stock and debt) to the replacement cost of the firm’s assets”.
Dapat diartikan bahwa Tobin’s Q adalah rasio nilai pasar dari aset
perusahaan yang diukur dengan nilai pasar dari nilai pasar saham dan
hutang dengan aset suatu perusahaan.

20
Menurut Fiakas (2005) dalam Sudiyanto dan Puspitasari (2010)
:berpendapat bahwa :
“Tobin’s Q merupakan rasio dari nilai pasar asset perusahaan yang
diukur oleh nilai pasar dari jumlah saham yang beredar dan hutang
(enterprise value) terhadap replacement Cost dari aktiva perusahaan.
Tobin’s Q atau Q merupakan model yang digunakan untuk
menghitung nilai perusahan”.
Menurut sukamulja (2004) salah satu rasio yang dinilai dapat memberikan
informasi paling baik adalah Tobin’s Q, karena rasio ini dapat menjelaskan
berbagai fenomena dalam operasional perusahaan seperti terjadinya perbedaan
cross sectional dalam pengambilan keputusan investasi serta hubungan antara
kepemilikan saham manajemen dan nilai perusahaan.
Secara umum Tobin’s Q dapat digunakan untuk mengukur nilai
perusahaan, yaitu dari sisi potensi nilai pasar suatu perusahaan, dengan rumus Q
berikut:

Keterangan :
MVS : Market value of all outstanding shares.
MVD : Market value of all debt.
RVA : Replacement value of all production capacity.
Selanjutnya formula Tobin’s Q yang dikembangkan oleh Chung dan
Pruitt (1994) dengan rumus berikut :

Keterangan :
MVE : Market value of equity.
PS : Preferred Stock.
D : Debt.
TA : Firm’s assets.

21
Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan dengan menggunakan
formula Tobin’s Q yang dikembangkan oleh Klapper dan Love dalam
Khomsiyah (2005) dengan rumus berikut :

Keterangan :
MVE : Market value of equity.
D : Debt.
TA : Firm’s assets.
Interpretasi dari skor Tobins’Q adalah sebagai berikut:
Q < 1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi undervalued. Manajemen
telah gagal dalam mengelola aktiva perusahaan. Potensi pertumbuhan investasi
rendah.
Q = 1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi average. Manajemen stagnan
dalam mengelola aktiva. Potensi pertumbuhan investasi tidak berkembang.
Q > 1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi overvalued. Manajemen
berhasil dalam mengelola aktiva perusahaan. Potensi pertumbuhan investasi
tinggi.
Berdasarkan penjelasan dalam interpretasi yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka investor yang akan mengejar capital gain dapat mengambil
keputusan untuk membeli, menahan atau menjual saham miliknya.

2.2 Struktur Modal


2.2.1 Pengertian Struktur Modal
Salah satu keputusan penting yang harus diambil oleh seorang manajer
keuangan adalah bagaimana perusahaan memperoleh modal untuk memenuhi
kebutuhan operasionalnya. Perusahaan membutuhkan dana yang cukup agar
operasional perusahaan dapat berjalan dengan baik. Pemenuhan kebutuhan dana
tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan modal sendiri atau modal asing.

22
Menurut Martono dan Harjito (2007:240) menyatakan bahwa :
“Sruktur modal adalah perbandingan atau imbangan pendanaan
jangka panjang perusahaan yang ditunjukan oleh perbandingan
hutang jangka panjang terhadap modal sendiri.”
Menurut Fahmi (2013:184) menyatakan bahwa struktur modal adalah :
“Struktur Modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi
finansial perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang
bersumber dari hutang jangka panjang (long-term debt) dan modal
sendiri (shareholders equity) yang menjadi sumber pembiayaan
perusahaan.”
Adapun menurut Lawrence & Gitman (2000:488) struktur modal adalah:
“Capital structure is the mix of long-term dept and equity maintained by
the firm”.
Dapat diartikan bahwa struktur modal merupakan campuran dari hutang
jangka panjang dan ekuitas yang dikelola oleh perusahaan.
Dan meurut Weston dan Copeland ( 1992) berpendapat bawa :
“Capital structure or capitalization of the firm is the permanent
financing represented by long-term debt, preferred stok and
shareholder’s equity”.
Dapat diartikan bahwa struktur modal atau kapitalisasi perusahaan adalah
pembiayaan permanen diwakili oleh utang jangka panjang, saham preferen
dan ekuitas pemegang saham.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa struktur modal
merupakan perimbangan proporsi finansial perusahaan antara modal asing dan
modal sendiri. Dimana modal sendiri terdiri dari modal yang dikeluarkan oleh
pemilik dan laba ditahan, sedangkan modal asing terdiri dari hutang jangka
panjang dan hutang jangka pendek.

2.2.2 Teori Struktur Modal


Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur
modal pada nilai perusahaan jika keputusan investasi dan kebijakan dividen

23
dipegang konstan. Dengan kata lain, seandainya perusahaan mengganti sebagian
modal sendiri dengan hutang atau sebaliknya apakah kinerja manajemen akan
berubah, apabila perusahaan tidak merubah keputusan-keputusan keuangan
lainnya.
Teori struktur modal modern pertama kali dimulai oleh Franco
Modigliani dan Merton H. Miller pada tahun 1958. Modigliani-Miller (MM)
menyatakan bahwa rasio hutang tidak relevan dan tidak ada struktur modal yang
optimal. Hasil yang diperoleh MM menunjukkan bahwa cara sebuah perusahaan
akan mendanai operasinya tidak akan berarti apa-apa, sehingga struktur modal
adalah suatu hal yang tidak relevan. Gitman (2006:174) menjelaskan bahwa
struktur modal merupakan kumpulan dana yang dapat digunakan dan dialokasikan
oleh perusahaan di mana dana tersebut diperoleh dari hutang jangka panjang dan
modal sendiri. Struktur modal yang optimal adalah gabungan ekuitas dan hutang
yang memaksimumkan nilai perusahaan.

2.2.2.1 Pendekatan Modigliani-Miller


Menurut pendekatan Modigliani-Miller (MM), nilai perusahaan tidak
dipengaruhi oleh struktur modal. Pendapat MM tersebut didasarkan pada ide
bahwa perusahaan dapat dengan bebas membagi struktur modal antara hutang,
saham preferen dan saham biasa. Pernyataan tersebut didukung dengan adanya
proses arbitrase, dimana nilai perusahaan yang menggunakan hutang maupun
tidak menggunakan hutang pada akhirnya sama. Proses arbitrase muncul karena
investor lebih menyukai investasi yang sama tetapi menghasilkan keuntungan
lebih besar atau dengan investasi yang lebih kecil tapi menghasilkan keuntungan
yang sama.
Menurut Sundjaja dan Barlian (2003:164), menyatakan bahwa teori
Modigliani-Miller (MM) menunjukkan secara aljabar bahwa dengan asumsi
pasar sempurna, struktur modal yang dipilih perusahaan tidak mempengaruhi
nilainya. Artinya bahwa dalam keadaan pasar sempurna maka penggunaan hutang
adalah tidak relevan dengan nilai perusahaan, tetapi dengan adanya pajak maka
hutang akan menjadi relevan.

24
Peraturan perpajakan memperbolehkan pengurangan pembayaran bunga
sebagai beban, tetapi pembayaran dividen kepada pemegang saham tidak dapat
dikurangkan. Perlakuan yang berbeda tersebut mendorong perusahaan untuk
menggunakan hutang dalam struktur modalnya. MM membuktikan bahwa karena
bunga atas hutang dikurangkan dalam perhitungan, maka nilai perusahaan
meningkat sejalan dengan makin besarnya jumlah hutang dan nilainya akan
mencapai titik maksimum bila seluruhnya dibiayai dengan hutang.

2.2.2.2 Teori Trade-Off


Menurut Hanafi (2003:309), ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak
bisa menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Satu hal yang terpenting adalah
dengan semakin tinggi hutang, akan semakin tinggi kemungkinan kebangkrutan.
Semakin tinggi hutang, semakin besar bunga yang harus dibayar. Kemungkinan
tidak membayar bunga yang tinggi akan semakin besar. Pemberi pinjaman dapat
membangkrutkan perusahaan jika perusahaan tidak dapat membayar hutang.
Teori Trade-off menyatakan bahwa struktur modal optimal diperoleh
dengan menyeimbangkan keuntungan penggunaan hutang dengan financial
distress (kesulitan keuangan) dan agency cost (biaya keagenan). Dari model ini
dapat dinyatakan bahwa perusahaan yang tidak menggunakan pinjaman sama
sekali dan perusahaan yang menggunakan pembiayaan investasinya dengan
pinjaman seluruhnya adalah buruk. Keputusan terbaik adalah keputusan yang
moderat dengan mempertimbangkan kedua instrumen pembiayaan.
Trade-off theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir
dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan
dalam penentuan struktur modal. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat
profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara
meningkatkan rasio hutangnya, sehingga tambahan hutang tersebut akan
mengurangi pajak.

2.2.2.3 Teori Pecking Order


Pecking order theory mengasumsikan bahwa perusahaan bertujuan untuk
memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham melalui pendanaan internal.

25
Perusahaan berusaha menerbitkan sekuritas pertama dari internal fund, retained
earnings, kemudian utang berisiko rendah dan terakhir ekuitas (Darminto dan
Adler, 2008:274). Pecking order theory memprediksi memiliki skenario urutan
sebagai berikut :
1. Perusahaan memilih pendanaan internal. Dana internal tersebut diperoleh dari
laba yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan.
2. Perusahaan menghitung target rasio pembayaran didasarkan pada perkiraan
kesempatan investasi. Perusahaan berusaha menghindari perubahan dividen
yang tiba-tiba dengan kata lain pembayaran dividen diusahakan konstan,
walaupun berubah tetapi tidak berubah secara signifikan.
3. karena kebijakan dividen yang konstan, digabung dengan fluktuasi
keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi, akan
menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaan akan lebih besar
dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat-saat tertenut dan akan
lebih kecil pada saat lain. Jika kas tersebut lebih besar, perusahaan akan
membayar hutang atau membeli surat berharga, begitupun sebaliknya. Jika kas
tersebut kecil, perusahaan akan menggunakan kas yang dimiliki atau menjual
surat berharga.
4. Jika pendanaan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan surat
berharga yang paling aman terlebih dahulu.
Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal.
Pecking order theory menjelaskan urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak
memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh
kebutuhan investasi. Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa
perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai
tingkat hutang yang kecil.
Teori Pecking Order yang berdasarkan asimetri informasi akan
memengaruhi struktur modal perusahaan dengan cara membatasi akses pada
sumber pendanaan dari luar. Asimetri informasi ini berguna bagi para investor
untuk menginterpretasi bahwa sebuah situasi kurang baik apabila sebuah

26
perusahaan mendanai investasinya dengan menerbitkan ekuitas dan ekuitas ini
hanya akan dikeluarkan apabila saham dinilai tinggi (Abimbola, 1998:138).
Menurut Chirinko dan Singha (2000:417) terdapat dua bentuk dari
Pecking Order Theory, yakni :
a. Strong Form, yang menyatakan bahwa dalam bentuk kuat perusahaan tidak
akan pernah menerbitkan saham, hanya menggunakan pembiayaan internal
dan hutang.
b. Weak Form, yang menyakan bahwa dalam bentuk ini dimungkinkan untuk
menerbitkan saham baru yang dapat terjadi pada dua situasi spesifik yang
tidak bertentangan dengan teori ini.

2.2.3 Pengukuran Struktur Modal


Menurut Martono dan Agus Harjito (2007:59) berpendapat bahwa
struktur modal diukur dengan tingkat Debt to Equity Ratio (DER), yang
merupakan perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal
sendiri (ekuitas). Martono dan Agus Harjito (2007:59) mengatakan Debt to
Equity Ratio (DER) adalah perbandingan total hutang yang dimiliki oleh
perusahaan dengan modal sendiri.
DER menunjukkan perbandingan dana yang disediakan perusahaan yang
berasal dari kreditur perusahaan. Hal ini mengakibatkan terjadinya :
1. Para kreditur melihat modal sendiri perusahaan atau dana yang disediakan
pemilik untuk menentukan besarnya margin pengalaman.
2. Dengan mencari dana yang berasal dari hutang, pemilik memperoleh manfaat
mempertahankan kendali perusahaan dengan investasi terbatas.
3. Jika perusahaan memperoleh hasil yang lebih besar daripada dana yang
dipinjam, maka hasil pengembalian para pemilik akan meningkat.
Rasio DER digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang
terhadap shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan dan dirumuskan sebagai
berikut :

27
Rasio ini dapat menggambarkan presentase perusahaan dibiayai oleh
modal asing dari modal sendiri yang dikeluarkan oleh perusahaan. Pada umumnya
perusahaan yang memiliki nilai DER yang tinggi akan dianggap membahayakan
kondisi finansial perusahaan, karena makin tinggi nilai DER maka tingkat resiko
yang ditanggung perusahaan juga jauh lebih tinggi. Hal ini bagi investor
perusahaan baik investor saham atau kreditur diperhitungkan sebagai
pertimbangan saat membeli saham maupun meminjaman hutang. Sebaliknya jika
nilai DER yang dimiliki perusahaan rendah maka investor akan lebih menghargai
kinerja tinggi perusahaan karena tingkat resiko yang lebih rendah. Sehingga
investor akan lebih berani membeli saham dan menyertakan hutangnya kepada
perusahaan.

2.3 Profitabilitas
2.3.1 Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas merupakan hal penting bagi perusahaan karena disamping
dapat menilai efisiensi kerja perusahaan, juga merupakan alat untuk meramal laba
di masa yang akan datang. Dengan berpedoman pada profitablitas, manajemen
dapat mengambil dan menentukan keputusan-keputusan yang tepat untuk
meningkatkan profitabilitas dimasa yang akan datang. Hasil perhitungan
profitabilitas merupakan alat bagi manajemen untuk menganalisa kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba dalam suatu periode.
Menurut Sartono (2010:122) pengertian profitabilitas adalah :
“Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal
sendiri”.
Menurut Kasmir (2008:196) berpendapat bahwa :
“Rasio profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan
ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan

28
pendapatan investasi. Pada dasarnya penggunaan rasio ini yakni
menunjukkan tingkat efisiensi suatu perusahaan.”
Sedangkan menurut Gitman (2003:591) yang mengemukakan :
“Profitability is the relationship berween revenue and cost generated by
using the firm’s assets both current and fixed in productive activities.”
Dapat diartikan bahwa profitabilitas merupakan hubungan antara
pendapatan dan biaya-biaya yang dihasilkan dalam aktivitas produktif
dengan penggunaan asset lancar dan aset tetap perusahaan.
Dan menurut Gibson (2001:303) yang menyatakan :
“profitability is the ability of a firm to generate earnings. It is measured
relative to a number of bases, such as assets, sales, and investment”.
Dapat diartikan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan suatu
perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan yang diukur dengan
membandingkan laba yang diperoleh perusahaan dengan aktiva
perusahaan, penjualan dan investasi.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas
merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari semua aktiva
yang dimilliki perusahaan.

2.3.2 Pengukuran Profitabilitas


Untuk mengukur rasio profitabilitas, terdapat bermacam rasio keuangan
yang memiliki fungsi berbeda pada setiap elemen yang dianalisis. Menurut
Kasmir (2012:197), ukuran rasio profitabilitas dihitung dengan rasio sebagai
berikut :
1. Profit Margin (Profit Margin on Sales)
Salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas
penjualan. Untuk mengukur rasio ini adalah dengan cara membandingkan
antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini juga
dikenal dengan nama profit margin.

29
2. Return on Assets (ROA)
Salah satu rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang
digunakan dalam perusahaan. ROA juga merupakan salah satu ukuran tentang
efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.
3. Return on Equity (ROE)
Salah satu rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Makin
tinggi rasio ini makin baik. Artinya, posisi pemilik perusahaan semakin kuat,
demikian pula sebaliknya.
4. Earning per Share (EPS)
EPS atau laba per lembar saham merupakan salah satu rasio untuk
mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi
pemegang saham. Rasio yang rendah menunjukkan bahwa manajemen belum
berhasil untuk memuaskan para pemegang saham, sebaliknya denga rasio
yang tinggi, maka kesejahteraan pemegang saham meningkat dengan
pengertian lain bahwa tingkat pengembalian tinggi.
Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on
Equity (ROE) yang merupakan suatu cara untuk mengukur sebarapa banyak laba
bersih yang bisa diperoleh dari seluruh modal sendiri yang disetorkan perusahaan.
Nilai ROE akan mencerminkan tingkat pengembalian atau return bagi pemilik
atau pemegang saham. Semakin tinggi nilai ROE maka semakin besar tingkat
pengembalian kepada para pemilik atau pemegang saham yang artinya para
pemegang saham semakin sejahtera yang ditandai dari peningkatan nilai
perusahaan.
Perusahaan yang mempunyai ROE yang tinggi memberikan signal positif
bagi investor sehingga investor akan tertarik berinvestasi pada perusahaan yang
memiliki ROE tinggi. ROE merupakan rasio yang diperhatikan oleh investor. Hal
ini dikarenakan jika investor ingin memilih salah saru dari banyak jenis saham
yang ditawarkan, maka investor akan memperhatikan ROE perusahaan yang dapat
dihitung dari laporan keuangan, sehingga investor akan lebih tertarik pada
perusahaan yang paling produktif yang mampu menghasilkan laba jika dilihat dari

30
rasio return on equity (ROE). Menurut Kasmir (2012:204) berpendapat bahwa
Return on Equity adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan
modal sendiri. Dengan rumus sebagai berikut :

Return on Equity (ROE) yang tinggi, dapat dikatakan bahwa perusahaan


tersebut memiliki peluang untuk memberikan pendapatan yang besar bagi
pemegang saham dan hal ini akan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan.
Rasio ini sangat umum digunakan oleh investor karena rasio ini menjelaskan
kemungkinan tingkat return yang bisa diperoleh pemegang saham dari setiap
rupiah modal yang investasikan terhadap perusahaan. Dengan Return on Equity
yang tinggi investor yang rasional akan lebih berani berinvestasi pada perusahaan
tersebut, hal ini dikarenakan peluang perusahaan untuk memberikan return yang
tinggi kepada para pemegang terjamin sehingga kekayaan pemegang saham juga
meningkat.

2.4 Ukuran Perusahaan


2.4.1 Pengertian Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan pada dasarnya adalah pengelompokan perusahaan
kedalam beberapa kelompok, diantaranya perusahaan kecil, perusahaan sedang
dan perusahaan besar. Penentuan besar kecilnya perusahaan dapat ditentukan
berdasarkan total penjualan, total aset dan rata-rata tingkat penjualan (Seftiane,
2011).
Menurut Nuraina (2012) ukuran perusahaan adalah:
“Menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan
oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan
rata-rata total aktiva”.
Menurut Brigham dan Hoston (2001) berpendapat bahwa :
“Ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih dalam
suatu periode”.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan
merupakan skala besar kecilnya perusahaan yang dapat diukur dengan

31
menggunakan total aset dan total penjualan suatu perusahaan. Pada dasarnya,
ukuran perusahaan hanya terbagi atas tiga kategori, yaitu perusahaan besar (large
firm), perusahaan menengah (medium firm), dan perusahaan kecil (small firm).
Berdasarkan pasal 3 ayat 1,2 dan 3 dari peraturan menteri perdagangan republik
indonesia tanggal 16 september 2009 No. 46/M-DAG/PER/9/2009 yang mulai
diberlakukan efektif sejak tanggal 1 juli 2010, bahwa perusahaan diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Klasifikasi perusahaan kecil
Perusahaan dengan kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Klasifikasi perusahaan menengah
Perusahaan dengan kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000 sampai
dengan maksimun Rp. 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha.
3. Klasifikasi perusahaan besar
Perusahaan dengan kekayaan bersih lebih dari Rp. 10.000.000.000, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
perusahaan yang berukuran besar menunjukan bahwa perusahaan tersebut
telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini perusaaan diaggap
memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang lama, selain itu
mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu
menghasilkan laba dibanding perusahaa yang berukuran kecil. Perusahaan
berukuran besar juga mempunyai berbagai kelebihan dibanding perusahaan
berukuran kecil. Kelebihan yang pertama adalah ukuran perusahaan dapat
menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal
maupun dari kreditur. Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-
menawar (bargaining power) dalam kontak keuangan. Dan ketiga, ada
kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat perusahaan yang
lebih besar dapat memperoleh kebih banyak laba (Sawir, 2004).

32
2.4.2 Pengukuran Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki
perusahaan (Saidi, 2004:50). Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan diukur
dengan menggunakan proksi logaritma natural dari total aset, hal ini dimaksudkan
untuk mengurangi fluktuasi data yang berlebihan sehingga ukuran perusahaan
dapat dihitung dengan rumus :

2.5 Penelitian Terdahulu


Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk menganalisis hubungan
struktur modal, profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan,
diantaranya adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Variabel Kesimpulan
1. Ayu Sri Pengaruh DER, ROE, 1. Struktur modal berpengaruh
Mahatma Struktur Size signifikan dan negatif
Dewi dan Modal, terhadap nilai perusahaan.
Ary Wirajaya Profitabilitas 2. Profitabilitas berpengaruh
(2013) dan Ukuran signifikan dan positif
Perusahaan terhadap nilai perusahaan.
Terhadap Nilai 3. Ukuran perusahaan tidak
Perusahaan memiliki pengaruh signifkan
terhadap nilai perusahaan.
2. Jefrianto Tandi Pengaruh DER, ROE 1. Struktur modal berpengaruh
Bunna Struktur Modal dan PBV signifikan terhadap nilai
(2015) dan perusahaan.
Profitabilitas 2. Profitabilitas berpengaruh
Terhadap Nilai signifikan terhadap nilai
Perusahaan perusahaan.

33
3. Ima Maspupah Pengaruh Size, ROE, 1. Ukuran perusahaan tidak
(2014) Ukuran CSR, berpengaruh signifikan
Perusahaan, Kepemilikan terhadap nilai perusahaan.
Profitabilitas, Institusional, 2. Profitabilitas berpengaruh
Tanggung Growth, DER signifikan dan positif
Jawab Sosial dan PBV terhadap nilai perusahaan.
Perusahaan, 3. Tanggung jawab sosial
Kepemilikan perusahaan tidak
Institusional, berpengaruh signifikan
Pertumbuhan terhadap nilai perusahaan.
Penjualan, dan 4. Kepemilikan institusional
Struktur Modal tidak berpengaruh signifikan
Terhadap Nilai terhadap nilai perusahaan.
Perusahaan 5. Pertumbuhan penjualan tidak
berpengaruh signifikan
terhadap nilai Perusahaan.
6. Struktur modal berpengaruh
signifikan terhadap nilai
perusahaan.
4. Amalia Dewi Pengaruh Size, ROE, 1. Profitabilitas dan keputusan
Rahmawati, Ukuran DER, PER investasi berpengaruh
Topowijono, Perusahaan, dan Tobin’s signifikan dan positif
Sri Sulasmiyati Profitabilitas, Q terhadap nilai perusahaan.
(2015) Struktur 2. Struktur modal berpengaruh
Modal, dan signifikan dan negatif
Keputusan terhadap nilai perusahaan.
Investasi 3. Ukuran perusahaan tidak
Terhadap Nilai berpengaruh signifikan
Perusahaan terhadap nilai perusahaan.

34
5. Fika Pengaruh CR, QR, 1. Current ratio (CR)
Ramdhany Current Ratio DAR, DER, berpengaruh signifikan dan
(2015) (CR), Quick ROE dan positif terhadap nilai
Ratio (QR), PBV perusahaan.
Debt To Asset 2. Debt to equity ratio (DER)
Ratio (DAR), berpengaruh signifikan dan
Debt To negatif terhadap nilai
Equity Ratio perusahaan.
(DER), dan 3. Debt to asset ratio (DAR)
Return On tidak berpengaruh signifikan
Equty (ROE) dan negatif terhadap nilai
Terhadap Nilai perusahaan.
Perusahaan 4. Quick ratio (QR) dan Return
on equty (ROE) berpengaruh
signifikan dan positif
terhadap nilai perusahaan.
6. Indah Yunita Analisis ROA, DER, 1. ROE dan Size memiliki
(2011) Pengaruh DPR, Size, pengaruh signifikn dan
Profitabilitas, Komisaris positif terhadap nilai
Kebijakan Independen, perusahaan.
Hutang, Kepemilikan 2. DER, DPR, komisaris
Kebijakan Institutional independen dan kepemilikan
Dividen, Size, dan Tobin’s institusional tidak
dan Q berpengaruh signifikan
Mekanisme terhadap nilai perusahaan.
Good
Corporate
Governance
Terhadap Nilai
Perusahaan

35
7. Rika Susanti Analisis Board Size, 1. Board size, board intensity,
(2010) Faktor-Faktor Board board independency,
yang Intensity, profitabilitas dan
Berpengaruh Board investement opportunity
Terhadap Nilai Indepedence, berpengaruh signifikan dan
Perusahaan Struktur positif terhadap nilai
Kepemilikan, perusahaan.
Cash 2. Struktur kepemilikan dan
Holding, dividen tidak berpengaruh
Profitabilitas, signifikan dan positif
Risiko terhadap nilai perusahaan.
Finansial, 3. Cash holding dan finance
Dividen, risk berpengaruh negatif
Investement terhadap nilai perusahaan.
Opportunity
dan Tobin’s
Q
8. Eva Eko Analisis DER, DPR, 1. DER dan DPR tidak
Hidayat Pengaruh ROE, SIZE berpengaruh signifikan dan
(2010) DER, DPR, dan PBV negatif terhadap PBV.
ROE, dan Size 2. ROE dan Size berpengaruh
Terhadap PBV signifikan dan positif
terhadap PBV.
9. Sri Pengaruh ROA, 1. Profitabilitas, growth
Hermuningsih Profitabilitas, Growth opportunity dan struktur
(2013) Growth Asset, DER modal memiliki pengaruh
Opportunity, dan PBV signifikan dan positif
Struktur Modal terhadap nilai perusahaan.
Terhadap Nilai
perusahaan

36
10. Andrian Pengaruh DER, ROE, 1. Struktur modal tidak
Hermawan Struktur Ln Total Aset berpengaruh terhadap nilai
(2016) Modal, Dan Tobin’s perusahaan.
Profitabilitas Q 2. Profitabilitas berpengaruh
dan Ukuran terhadap nilai perusahaan
Perusahaan 3. Ukuran perusahaan
Terhadap Nilai berpengaruh terhadap nilai
Perusahaan perusahaan.
11. Rr Nurul Analisis Faktor ROE, DER, 1. ROE dan Size berpengaruh
Nareshwari, yang Size, DPR, signifikan dan positif
M Chabachib, Mempengaruhi Tobin’s Q terhadap DPR.
dan M Kholiq Nilai 2. DER tidak berpengaruh
Mahfud Perusahaan signifikan dan negatif
(2016) Dengan terhadap DER.
Dividen 3. ROE, DER dan size
Payout berpengaruh signifikan dan
Sebagai positif terhadap nilai
Variabel perusahaan.
Intervening 4. DPR mampu memediasi
ROE, DER, size terhadap
nilai perusahaan.
12. Vinka Nabilla Pengaruh PER, DER, 1. PER dan DPR berpengaruh
(2016) Keputusan DPR dan signifikan terhadap nilai
Investasi, PBV perusahaan.
Struktur Modal 2. DER tidak berpengaruh
dan Kebijakan signifikan terhadap nilai
Diveiden perusahaan.
Terhadap Nilai
Perusahaan

37
2.6 Kerangka Pemikiran
Tujuan didirikannya perusahaan pada dasarnya untuk medapatkan laba
yang sebesar-besarnya dengan tujuan memakmurkan pemegang saham dengan
meningkatkan nilai perusahaannya. Kemakmuran pemilik atau pemegang saham
terjadi ketika kekayaan mereka meningkat. meningkatnya kekayaan pemilik atau
pemegang saham dikarenakan meningkatnya nilai perusahaan yang ditandai
dengan naikya harga saham perusahan yang menunjukan keuntungan yang
diterima pemilik atau pemegang saham juga tinggi.
Untuk meningkatkan nilai perusahaan maka manajer keuangan harus
memperhatikan dan mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan yang
kemudian setiap posisi keuangan dapat disajikan pada laporan keuangan yang
akan diterbitkan perusahaan. Munawir (2004;2) menjelaskan bahwa laporan
keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akutansi yang dapat digunakan
sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan
dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan. Neraca
merupakan salah satu jenis laporan keuangan yang harus dicermati oleh manajer
keuangan, hal ini karena neraca merupakan hasil dari kinerja keuangan perusahan
atau laporan posisi perusahaan yang menggambarkan posisi aktiva, kewajiban,
dan modal pada suatu periode tertentu yang disusun setiap periode keuangan pada
periode tertentu (Harahap, 2007;107).
Struktur modal merupakan masalah pendanaan yang harus dicermati oleh
setiap manajer. Hal ini dikarenakan jika kombinasi antara modal internal dan
eksternal yang diambil manajemen tidak tepat maka potensi kebangkrutan
meningkat. oleh karena itu manajer keuangan dituntut harus benar-benar
mempertimbangkan keputusannya dalam hal pendanaan sehingga tidak
memberatkan kinerja perusahaan. Jika pendanaan terlalu banyak berasal dari
pinjaman, maka akan memberatkan perusahaan untuk membayar pengembalian
atas hutang serta bunga hutang, hal ini dapat menyebabkan kebangkrutan terhadap
perusahaan karena tidak mampu bayar hutang serta bunganya. Untuk itu manajer
harus menetapkan proporsi yang pas atas keputusan pendanaannya sehingga
nantinya akan meningkatkan nilai perusahaan.

38
Profitabilitas dapat mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan, karena
dengan tingginya laba yang dicapai oleh perusahaan akan mempengaruhi
keputusan keuangan yang diambil seorang manajer. Dengan tingginya laba
menggambarkan setiap pengelolaan fungsi-fungsi manajemen dikelola dengan
baik oleh manajer sehingga tercipta manfaat tersendiri bagi perusahaan yang
nantinya akan meningkatkan nilai perusahaan. Hal lain yang menjadi perhatian
investor adalah ukuran perusahaan. Semakin besar perusahaan menunjukan bahwa
perusahaan memiliki kinerja yang lebih stabil dan prospek pertumbuhan dimasa
depan yang baik. Perusahaan besar dapat dilihat dengan kepemilikan aset yang
tinggi, aset yang tinggi menunjukkan tingginya modal yang ditanamkan pada
perusahaan. Dengan demikian ukuran perusahaan akan meningkatkan nilai
perusahaan.

2.6.1 Pengaruh Strukur Modal Terhadap Nilai Perusahaan


Penggunaan hutang dalam struktur modal perusahaan dapat meningkatkan
peluang gagal bayar yang berujung kebangkrutan. Hutang yang terlalu besar
menyebabkan peluang arus kas tidak mencukupi pembayaran hutang dan bunga
sehingga cicilan hutang semakin besar. Kondisi ini akan dinilai negatif oleh
investor yang nantinya akan mengakibatkan harga saham turun dan berdampak
pada penurunan nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan trade-off theory yang
berpendapat bahwa penggunaan hutang dapat meningkatkan nilai perusahaan
sampai batas titik tertentu selanjutnya penggunaan hutang yang semakin besar
dalam struktur modal dapat mengakibatkan penurunan terhadap nilai perusahaan.
Hal ini disebabkan karena manfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang lebih
kecil daripada biaya yang ditimbulkan. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa penggunaan hutang memberi keuntungan bagi perusahaan sampai titik
tertentu namun penggunaan hutang yang berlebihan dapat menimbulkan peluang
kebangkrutan bagi perusahaan dan menurunkan nilai perusahaan. Berdasarkan
analisis diatas maka dapat diturunkan hipotesis pertama yaitu :
H1 : Struktur modal secara parsial berpengaruh terhadap nilai perusahaan

39
2.6.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan
Profitabilitas menunjukan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan
laba. Pertumbuhan profitabilitas yang baik menunjukan prospek perusahaan
dimasa depan dinilai baik, hal ini dinilai positif bagi investor yang nantinya akan
meningkatkan nilai perusahaan, apabila kemampuan perusahaan menghasilkan
laba meningkat, maka harga saham juga meningkat (Husnan, 2004:317). Harga
saham yang meningkat mencerminkan nilai perusahaan baik dimata investor.
Suharli (2006) menyatakan bahwa kemakmuran pemegang saham meningkat
apabila nilai perusahaan meningkat yang ditandai dengan tingkat pengembalian
investasi yang tinggi kepada pemeggang saham. Tingkat pengembalian investasi
kepada pemegang saham tergantung pada laba yang dihasilkan perusahaan. laba
yang layak dibagikan kepada pemeggang saham adalah laba setelah bunga dan
pajak. Berdasarkan analisis diatas maka dapat diturunkan hipotesis kedua yaitu :
H2 : Profitabilitas secara parsial berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2.6.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan.


Ukuran perusahaan menggambarkan skala besar kecilnya perusahaan yang
dilihat dari total asetnya. Semakin besar perusahaan maka ada kecenderungan
lebih banyak investor yang menaruh perhatian pada perusahaan besar. Hal ini
disebabkan perusahaan besar cenderung memiliki kondisi yang lebih stabil dan
kompetitif jika dibandingkan perusahaan kecil karena perusahaan besar memiliki
fleksibilitas dan aksebilitas yang tinggi dalam masalah pendanaan dipasar modal.
Hal demikianlah yang membuat investor lebih tertarik untuk memiliki saham
perusahaan besar dibandingkan perusahaan kecil. Hal tersebut akan dipandang
positif oleh investor yang kemudian akan meningkatkan juga nilai pasar dan
berdampak pada peningkatan nilai perusahaannya. Sujoko dan Soebiantoro
(2007) berpendapat bahwa Perusahaan yang besar dapat menyebabkan pasar mau
membayar mahal untuk mendapatkan sahamnya karena percaya akan
mandapatkan pengembalian yang baik dari perusahaan tersebut. Berdasarkan
analisis diatas maka dapat diturunkan hipotesis ketiga yaitu :
H3 : Ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap nilai perusahaan

40
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disusun kerangka pemikiran
sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

2.7 Hipotesis Penelitian


Hipotesis adalah dugaan yang belum diuji, atau jawaban sementara yang
hendak diuji kebenarannya melalui penelitian. Seuatu hipotesis harus dapat diuji
berdasarkan data empiris, yaitu berdasarkan apa yang dapat diamati dan dapat
diukur. Untuk itu peneliti hatus mencari situasi empiris yang memberi data yang
diperlukan.

41
Menurut Dantes (2012:164), hipotesis adalah :
“Praduga atau asumsi yang harus diuji melalui data atau fakta yang
diperloeh melalui penelitian.”
Hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah harus meneriman atau
menolak suatu dugaan. Dalam penelitian ini hipotesis yang akan diuji adalah ada
atau tidak adanya hubungan antara variabel independen (variabel X) dengan
variabel dependen (variabel Y) baik secara langsung maupun tidak langsung, serta
untuk mengatahui kuat atau tidaknya hubungan yang dimiliki antara variabel
independen dengan variabel dependen.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian ini
adalah :
H1 : Struktur modal secara parsial berpengaruh terhadap nilai perusahaan

H2 : Profitabilitas secara parsial berpengaruh terhadap nilai perusahaan

H3 : Ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap nilai perusahaan

42

Anda mungkin juga menyukai