JAKARTA 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Saluran cerna atas mencakup rongga mulut. faring, esofagus, lambung, dan duodenum
yang dibatasi oleh ligamentum Treitz. Beberapa kelainan dapat terjadi pada organ tersebut,
mulai dari kelainan kongenital, infeksi, neoplasma, trauma, serta berbagai penyebab lainnya.
Menurut Gillen dan Mccoll, gejala dari gangguan saluran cerna bagian atas ini dapat
dikelompokkan menjadi gejala menyerupai GERD, gejala nyeri seperti ulkus, dan gejala
dismotilitas atau kembung.1 Meskipun gejalanya sederhana, hal ini dapat mengarah ke
berbagai macam diagnosis mulai dari gastritis hingga keganasan. Menurut data dari WHO
pada tahun 2012, daerah Asia Tenggara memiliki insidens keganasan esofagus dan lambung
mencapai 67.000 dan 91.000 kasus dengan angka kematian 62.000 dan 83.000 per tahun.2
Oleh karena itu, pemeriksaan radiologi saluran cerna merupakan sesuatu yang dapat
dilakukan pada pasien dengan keluhan-keluhan tersebut untuk membantu penegakkan
diagnosis sehingga penanganan yang diberikan juga akurat.
Faring merupakan organ yang tersusun atas otot skelet yang berada setinggi basis
kranium hingga batas bawah dari kartilago krikoid (Gambar 1).5 Faring terletak pada sisi
anterior dari vertebra cervical, otot prevertebral, dan jaringan lunak pada ruang retrofaring.
Pada sisi lateral, faring berhubungan dengan otot leher, tulang hyoid, kartilago tiroid, dan
selubung karotis. Faring terbagi menjadi nasofaring (epifaring), orofaring (mesofaring), dan
laringofaring (hipofaring).6
Pada daerah nasofaring terdapat struktur yang penting berupa ostium dari tuba
eustachius yang berada pada posterolateral dari choana. Ostium ini dikelilingi oleh kartilago
yang membentuk penonjolan yang dikenal sebagai torus tubarius. Selain itu, terdapat organ
limfoid pada daerah posterior dan superior dari nasofaring yang dikenal dengan nama tonsil
tuba dan tonsil faringeal.
Gambar 3. Diagram dari segmen esofagus. Tiap garis menunjukkan perbatasan dari esofagus.
Esofagus terdiri dari esofagus servikal (daerah ditunjukkan dengan panah hitam), esofagus
mediastinal (area yang ditunjukkan dengan panah putih menunjukkan bagian atas, tengah,
bawah), dan esofagus abdominal (a).7
Esofagus memiliki empat buah indentasi yang dapat terlihat pada potongan koronal.
Indentasi pertama terletak pada permulaan esofagus. Indentasi ini mengarah ke kiri dan
kembali ke daerah midline pada level vertebra T5. Indentasi yang kedua terbentuk ketika
esofagus disilang oleh aorta torakal desenden, sebelum esofagus mencapai diafragma.
Indentasi yang berikutnya adalah indentasi yang terbentuk oleh karena jantung dan hiaus
esofagus. Esofagus juga memiliki kelengkungan yang mengikuti kelengkungan
anterposterior dari vertebra cervical dan torakal (gambar 4).8
Gambar 4. Indentasi pada esofagus normal yang terjadi oleh karena arkus aorta (1), bronkus
principalis kiri (2), jantung (3), dan hiatus esofagus (4).9
Lambung ini terbagi menjadi empat bagian (gambar 5). Bagian fundus berbentuk
seperti kubah yang berada di atas orifisium esofagus. Garis horizontal imajiner yang melalui
insisura kardia merupakan batas antara fundus dengan korpus. Korpus ini berjalan hingga ke
bagian bawah pada tingkat kurvatura mayor membelok ke arah pilorus. Batas dari korpus dan
pilorus ini adalah garis imajiner antara insisura angularis hingga indentasi pada kurvatura
mayor. Bagian terakhir dari lambung adalah antrum pilorus dan kanal pilorus yang dibatasi
oleh indentasi dari kurvatura mayor yang disebut sulkus intermedius.11
Lambung yang normal memiliki lipatan mukosa atau rugae yang akan terlihat saat
lambung tidak terlalu terdistensi. Rugae ini akan terlihat jelas pada daerah kurvatura mayor
dan korpus. Rugae ini akan menembal apabila terjadi proses seperti inflamasi atau tumor.
Apabila lambung terdistensi secara total, maka rugae ini akan menjadi rata dan tidak terlihat.
Namun sebaliknya, apabila lambung terdistensi total maka akan terlihat gambaran mukosa
yang disebut sebagai areae gastrica yang dapat terlihat secara baik pada pencitraan kontras
ganda. Gambaran ini berbentuk reticulonodular dan akan berubah apabila terjadi inflamasi
atau adanya neoplasia. Areae gastrica ini juga merupakan penanda bahwa pelapisan mukosa
gaster oleh barium sudah adekuat. Area gastrica akan tampak lebih membesar pada pasien
geriatri karena adanya penipisan dari mukosa (gambar 6). Pada beberapa pasien juga dapat
terlihat lipatan transversal pada antrum (gastric striae) yang merupakan penanda adanya
gastritis kronis. Pada pasien kurus, maka dinding posterior dari lambung dapat mengalami
penekanan oleh organ di posterior lambung seperti limpa dan pankreas.10
Gambar 6. Mukosa Lambung yang normal A. Gambaran lambung pada posisi pronasi dengan
kompresi dengan menggunakanbarium berdensitas tinggi menunjukkan lipatan mukosa
berupa filling defect yang bercabang-cabang. dapat terlihat pula gambaran reticular dari areae
gastricae. B. Gastric striae pada antrum distal. C. Impresi normal pada gaster yang terjadi
pada pasien kurus. Impresi yang superior disebabkan karena limpa dan impresi inferior
disebabkan karena pankreas.9
Duodenum merupakan organ yang terletak sebagian besar pada retroperitoneal, dan
hanya bagian kranialnya yang terletak intraperitoneal. Duodenum terbagi menjadi empat
bagian dengan panjang total 20-25 cm (gambar 5). Bagian-bagian tersebut adalah12,13 :
1. Bagian pertama berjalan setelah pilorus hingga fleksura duodenal superior yang
panjangnya 5 cm dan berbentuk seperti bulbus. Bagian ini terhubung dengan
permukaan hepar bagian bawah melalui ligamentum hepatuduodenal yang berisi a.
hepatica propria, vena porta, dan duktus koledokus. Pada sisi anterior, segmen
duodenum ini berbatasan dengan lobus quadratus hepar (segmen IV) dan kandung
empedu. Pada sisi posterior, segmen duodenum ini berbatasan dengan duktus
koledokus, vena porta, dan a. gastroduodenal.
2. Bagian kedua duodenum bergerak ke bawah mulai dari fleksura duodenal superior
hingga fleksura duodenal inferior. Bagian ini panjangnya sekitar 8 - 10 cm dan
terdapat ampulla hepatopankreas (ampulla Vater). Duktus pankreatik minor terletak
sekitar 2 cm ke arah kranial dari ampula ini. Selain itu, bagian caput pancreas terdapat
pada bagian lengkungan (C loop) dari segmen ini. Pada sisi anterior, segmen
duodenum ini berhadapan dengan kolon transversal dan mesokolon. Pada bagian
posterior, segmen ini berbatasan dengan ginjal kanan dan vena cava inferior.
3. Bagian ketiga duodenum berbentuk hoorizontal dan bergerak hingga ke sebelah kiri
aorta abdominal dan vena cava inferior. Pada bagian anterior, segmen ini berbatasan
dengan a. mesenterika superior.
4. Bagian ke empat dari duodenum bergerak ke arah atas dan kiri menuju ligamentum
Treitz. Ligamentum Treitz ini sering digunakan sebagai batas antara saluran cerna
bagian atas dan bawah.
Mukosa pada duodenum akan tampak halus, dan pada pemeriksaan kontras ganda
akan tampak seperti beludru yang disebabkan karena adanya vili yang normal. Pada
beberapa pasien, akan ada variasi normal yang menyerupai gambaran patologis, misalnya
adanya filling defect angular di dekat bulbus duodenum yang merupakan karakteristik
dari mukosa gaster yang heterotopik. Ada pula gambaran menyerupai massa yang bulat
atau ovoid dengan cekungan yang berisi barium pada bagian tengahnya yang sebenarnya
merupakan varian normal dari lipatan mukosa pada fluksura duodenum superior dan
dikenal sebagai pseudolesi duodenum. Selain itu, dapat juga terlihat adanya cekungan-
cekungan kecil berisi barium pada mukosa bulbus duodenum yang tidak dikelilingi oleh
gambaran halo yang umumnya terdapat pada erosi. Cekungan ini merupakan variasi
normal dan bukan merupakan erosi (gambar 7). 9
Gambar 7. Gambaran normal dari mukosa duodenum. A Gambaran seperti beludru yang
halus pada mukosa bulbus duodenum. B. Gambaran filling defect yang angular karena
mukosa gaster yang heterotopic pada bulbus duodenum. C. Gambaran fluxura psudolesi
(panah) akibat lipatan dari area mukosa dari flksura duodenum superior. D. gambaran
cekungan punctata yang berisi barium pada bulbus duodenum yang tidak disertai halo
,merupakan gambaran normal9
BAB III
3. 1 Barium Swallow
Pemeriksaan pada esofagus meliputi foto polos dan foto dengan kontras (esofagram).
Penggunaan Kontras ini juga meliputi kontras tunggal dan kontras ganda. Menurut American
College of Radiology, indikasi untuk melakukan pemeriksaan esofagram pada orang dewasa
meliputi nyeri dada atipikal yang diduga tidak berkaitan dengan penyakit jantung dan paru,
pasien yang diduga mengalami reflux gastroesofageal, pasien disfagia, dan odinofagia. Selain
itu, pemeriksaan esofagram juga membantu untuk melakukan diagnosis atau evaluasi pada
pasien dengan gangguan motilitas, esofagitis, striktur esofagus, varises esofagus, suspek
perforasi esofagus, neoplasma, obstruksi esofagus, benda asing, dan penilaian pascaoperasi.16
Pada pasien bayi dan anak-anak, indikasi untuk melakukan esofagram adalah adanya
disfagia, odinofagia, nyeri dada non kardiak, pneumonia berulang atau inflamasi
trakeobronkial kronis. Selain itu, penggunaan esofagram juga membantu untuk memebantu
penegakkan diagnosis atau evaluasi pada pasien dengan kecurigaan gangguan motilitas,
striktur esofagus, varises esofagus, anomali pembuluh darah besar, obstruksi esofagus,
kompresi ekstrinsik dari esofagus, fistula trakeoesofageal, esofagitis, neoplasma, dan
penilaian pascaoperasi.17
3.2 Barium Meal
Pada pasien anak-anak dan bayi, pemeriksaan ini diindikasikan pada pasien dengan
nyeri abdomen, atau rasa tidak nyaman pada epigastrium, mual muntah, tanda-tanda
perdarahan saluran cerna atas, penurunan berat badan atau kegagalan tumbuh kembang,
sindroma kongenital atau anoali yang berhubungan dengan malrotasi saluran cerna, massa
abdomen, penyakit pernafasan kronik atau berulang, dan keluhan lain yang menancam jiwa
seperti henti nafas yang memiliki diagnosis diferensial beragam seperti apneu, aspirasi,
kekerasan pada anak, dan lain-lain. Pemeriksaan ini juga membantu penegakan diagnosis
pada anomali malrotasi usus, hiatal hernia, refluks gastroesofageal, pasien gastritis atau
duodenitis, stenosis pilorus, obstruksi pada lambung atau duodenum, ulkus peptikum, laserasi
duodenal atau hematom intramural, hernia diafragma yang rekuren, dan neoplasma. 17
Agen kontras yang sering digunakan untuk pemeriksaan radiologi saluran cerna
adalah barium sulfat. Meskipun barium ini bersifat inert dan bukan merupakan media
pertumbuhan bakteri, namun beberapa zat aditif pada preparat yang tersedia umumnya
bersifat organik dan dapat menjadi media pertumbuhan bakteri. Apabila kemasannya telah
dibuka dan ciampurkan dengan air, larutan barium harus disimpan dalam lemari es apabila
ingin digunakan pada hari berikutnya. 18
Tingkat pelapisan barium pada organ-organ saluran cerna memiliki karakteristik yang
berbeda-beda pada tiap organnya. Hal ini dipengaruhi oleh pH, komposisi dan jenis dari
selaput mukosa. Kontras dengan partikel besar dirancang untuk pencitraan kontras ganda
sehingga kurang baik untuk dilarutkan dan digunakan pada pencitraan kontras tunggal. Hal
ini disebabkan karena barium berpartikel besar tersebut akan cepat membentuk sedimentasi
apabila diminum sehingga lumen yang nondependen hanya akan terlapisi oleh sedikit barium
dan membuat lesi-lesi pada dinding ang nondependen kurang tervisualisasi dengan baik. 18
Penggunaan kontras ini dapat digunakan secara bergantian dalam satu pemeriksaan
pasien. Larutan kontras yang lebih encer memiliki densitas rendah (50-100% w/v)
dibandingkan kontras yang lebih kental (200-250% w/v). Larutan kontras berdensitas rendah
digunakan untuk pemeriksaan kontras tunggal, sedangkan larutan kontras berdensitas tinggi
digunakan untuk pemeriksaan kontras ganda.f Selain itu, pada saat pemeriksaan untuk
memeriksa morfologi faring dan esofagus, penggunaan kontras yang lebih kental akan
memperlihatkan struktur morfologi yang lebih baik. Namun apabila dalam pemeriksaan
flouroskopi ditemukan adanya gangguan motilitas, maka dapat dilanjutkan dengan kontras
yang lebih encer. Penggunaan kontras yang lebih encer ini dapat memvisualisasi epiglotis
lebih jelas dibandingkan yang lebih padat serta dapat menilai adanya penetrasi barium ke
laring dibandingkan dengan barium yang lebih kental.5 Untuk membuat suatu larutan kontras
berdensitas tinggi, diperlukan 65-70 ml air yang dicampurkan dengan satu sendok takar
bubuk barium berdensitas tinggi. Bubuk barium ini cepat mengendap sehingga larutan barium
perlu diaduk hingga sesaat sebelum pemeriksaan.
Dalam pemeriksaan kontras ganda, diperlukan udara sebagai kontras negatif. Gas ini
dapat diberikan berupa tablet yang memproduksi gas, bubuk, atau cairan efervesen.
Kandungan yang terdapat pada agen ini adalah sodium bikarbonat dan asam seperti asam
tartarik atau asam sitrat yang dapat menghasilkan karbon dioksida. Kurang lebih 400 hingga
500 ml gas diperlukan untuk membuat distensi esofagus dan gaster yang cukup untuk
visualisasi yang baik. Cara untuk pemberiannya adalah dengan meminta pasien meminum
sedikit air terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan larutan efervesen, yang diikuti
segera dengan meminum larutan barium sebanyak 60 - 120 ml. Kombinasi air dan larutan
efervesen akan menghasilkan gas yang mendistensi esofagus, dan barium akan melapisi
mukosa esofagus tersebut.18
Bentuk kontras yang digunakan pada pemeriksaan faring ada beberapa macam, yaitu
kontras yang berbentuk larutan encer (viskositas rendah), larutan kental (viskositas tinggi),
hingga kontras berbentuk semi padat atau puding. Setiap kontras ini memiliki kelebihan dan
kekurangannya. Dari segi keamanan, kontras yang berbahan lebih padat akan lebih sedikit
untuk terjadi risiko aspirasi melalui laring karena faring memiliki kemampuan lebih baik
untuk memanipulasi kontras yang lebih padat ketimbang kontras cair. Oleh karena itu, dalam
menilai fungsi menelan faring, kontras semi padat lebih aman dibandingkan dengan kontras
bebentuk larutan kental, dan kontras berbentuk larutan yang kental lebih aman daripada yang
encer.5
Meskipun demikian, kontras yang encer memiliki kelebihan karena lebih cepat untuk
melewati faring dibandingkan kontras yang lebih padat. Kontras yang padat memiliki risiko
untuk tersengkut pada sinus piriformis, terutama pada pasien dengan kelemahan kontraksi
faring. Oleh karena itu, penggunaan kontras yang encer perlu dipertimbangkan apabila terjadi
kecurigaan adanya kelemahan dari kontraksi faring. Selain itu, penggunaan kontras yang cair
juga lebih mudah untuk mendeteksi fistula dibandingkan kontras yang kental.5
Kontras dalam jumlah yang sedikit (2 - 5 ml) lebih dapat dimanipulasi secara aman
oleh faring dibandingkan dengan kontras dalam jumlah yang lebih besar (8 - 10 ml). Pasien
perlu diminta untuk mencoba menelan kontas sejumlah satu teguk dahulu untuk memeriksa
apakah ada kesulitan dalam menelan. Apabila ditemukan kesulitan, maka jumlah kontras
yang nanti diberikan pada saat pemeriksaan akan dimulai dari jumlah yang sedikit terlebih
dahulu. Pemberian kontras dapat menggunakan gelas ukur kecil atau sendok teh. Pemberian
menggunakan sedotan sebaiknya dihindari terutama pada pasien yang memiliki gangguan
menelan.5
Agen kontras yang digunakan pada pemeriksaan organ esofagus, lambung dan
duodenum adalah agen kontras dengan densitas tinggi (250% w/v) dan densitas rendah (40-
50% w/v). Terdapat pula kontras yang terlarut dalam air yang umumnya hiperosmolar, seperti
gastrografin dan omnipaque oral. Penggunaan kontras yang larut dalam air ini kurang baik
dibandingkan barium dalam menunjukkan anatomi dari saluran cerna. Penggunaan barium
juga lebih baik dalam menunjukkan adanya fistula dari esofagus ke trakea. Namun apabila
terdapat perforasi, maka kontras ini akan akan diserap pada peritoneum atau mediastinum.
Hal ini lebih unggul dibandingkan barium yang akan menyebabkan reaksi granulomatosa
pada peritoneum atau mediastinum. Apabila barium keluar melalui perforasi di saluran cerna
atas, maka reaksi granulomatosa ini hanya memiliki efek klinis minimal. Namun apabila
barium ini keluar melalui kolon, maka barium akan bercampur dengan feses ke ruang
peritoneal dan dapat memicu terjadinya peritonitis.5
BAB IV
Pada pasien yang akan dilakukan pemeriksaan organ esofagus, maka persiapan yang
diperlukan adalah sama seperti pemeriksaan yang melibatkan faring, yaitu mencegah
aktivitas yang memicu sekresi saliva, menghindari minuman atau obat-obatan yang dapat
melapisi mukosa (air putih atau air gula masih diperbolehkan), dan mengindari pemberian
insulin pada saat sebelum pemeriksaan untuk pasien diabetes mellitus yang menggunakan
insulin. Namun apabila pasien direncanakan untuk melakukan pemeriksaan hingga meliputi
lambung dan duodenum, maka pasien diminta untuk puasa makanan dan minuman setelah
tengah malam pada hari sebelum dilakukan pemeriksaan. Hal ini dilakukan karena adanya
cairan atau makanan yang belum tercerna pada lambung dan duodenum akan mengganggu
proses pelapisan kontras serta membuat interpretasi adanya gangguan obstruksi atau motilitas
mendjadi lebih sulit. Namun pada penerapannya, kebanyakan pasien masih diperbolehkan
untuk meminum sedikit air apabila pasien tersebut sedang dalam pengobatan oral yang perlu
diminum pada saat sebelum pemeriksaan.19
Pemeriksaan saluran cerna bagian atas akan menggunakan mesin flouroskopi yang
memiliki dosis radiasi yang besar. Oleh karena itu, seluruh pihak yang terlibat dalam proses
dilakukannya pencitraan ini harus berpegang pada prinsip dosis radiasi ALARA (As Low As
Reasonably Achievable) sehingga dosis radiasi yang diterima oleh pasien tetap aman namun
tidak mengurangi kualitas gambar untuk mencapai diagnosis yang akurat.16
Untuk mengurangi dosis radiasi terhadap pasien dan petugas ada beberapa cara yang
dapat dilakukan, antara lain20 :
Posisi pasien yang pertama kali dilakukan pemeriksaan adalah posisi lateral secara
tegak untuk menilai masuknya barium ke dalam vestibula laring pada saat pasien menelan
atau bernafas. Posisi tegak dapat dilakukan dengan cara berdiri ataupun duduk dengan
menggunakan penyangga. Namun apabila pasien tidak bisa berdiri ataupun duduk, maka
posisi foto diusahakan selateral mungkin. Setelah didapatkan foto lateral, maka diambil pula
foto pada posisi frontal untuk menilai kesimetrisan dari kontraksi faring dan lekuk epiglotis.5
Apabila terjadi aspirasi barium yang mencapai karina, maka pemeriksaan umumnya
dihentikan, namun tetap diperlukan foto dari pasien pada saat menelan dengan proyeksi
lateral dan frontal. Perlu dipersiapkan alat suction untuk mengevakuasi barium apabila terjadi
aspirasi barium yang mencapai trakea bagian distal.5
Dalam pemeriksaan ini, pasien diminta untuk memegang gelas berisi barium encer
yang telah diberikan sedotan. Radiografer akan meminta pasien untuk meminum barium
tersebut secara cepat untuk mengisi dan mendistensi esofagus. Pada saat ini dilakukan
pengambilan gambar pada esofagus bagian proksimal, mid esofagus, dan esofagus distal
(gambar 9).21
Gambar 9. Pemeriksaan esofagus secara kontras tunggal dengan barium encer pada posisi
LPO (a), RPO (b), dan RAO pronasi (c dan d). 3
4.3.2 Teknik Pemeriksaan Kontras Ganda
Pemberian obat-obatan untuk menurunkan tonus saluran cerna seperti Buskopan dan
glukagon dapat mendistensi saluran cerna sehingga visualisasinya lebih baik, namun hal ini
bukan merupakan prosedur rutin dalam pemeriksaan. Pemberian buskopan dapat
menurunkan motilitas esofagus dan mendistensi esofagus, lambung, serta duodenum secara
lebih baik dibandingkan glukagon. Pemberian glukagon juga tidak dapat menurunkan
motilitas dari esofagus, tetapi dapat menurunkan tekanan spinkter esofagus bawah. Oleh
sebab itu, Buscopan lebih sering digunakan dibandingkan glukagon, kecuali pada negara
yang tidak tersedia obat Buscopan.19
Setelah diberikan efervesen, maka pasien diminta untuk meminum sedikit barium
terlebih dahulu untuk menilai toleransi pasien terhadap barium. Apabila pasien dapat
mentoleransi barium tersebut, maka pasien diminta untuk meminum barium tersebut secara
perlahan-lahan Pasien juga diminta untuk tidak bersendawa. Esofagus diperiksa pada saat
pasien meminum barium ini dengan posisi pasien berdiri tegak dan LPO untuk menghindari
superposisi antara esofagus dan vertebra.15
Gambar 10. Esofagus normal pada kontras ganda. Pengambilan gambar sewaktu pada
esofagus bagian tengah (a) dan distal (b) ketika pasien meminum barium berdensitas tinggi.
Tampak kontur dan lekukan mukosa longitudinal esofagus tampak halus.19
Pemeriksaan kontras tunggal dilakukan pada pasien yang tidak mampu menjalani
pemeriksaan kontras ganda, atau pada pasien yang hanya memerlukan informasi yang bisa
didapatkan cukup melalui pemeriksaan kontras tunggal saja. Apabila masalah yang dicari
adalah gangguan obstruksi atau perubahan anatomi, maka kontras yang digunakan adalah
barium. Namun apabila terdapat kecurigaan adanya perforasi, maka kontras yang digunakan
adalah kontras yang larut dalam air.7
Pasien akan diminta untuk meminum 60 ml barium berdensitas rendah (60% w/v)
untuk menilai esofagus terlebih dahulu hingga mencapai sfingter esofagus. Setelah
didapatkan gambar esofagus, maka diberikan penekanan pada daerah epigastrium dan
diambil gambar lambung untuk menilai lipatan mukosa lambung (gambar 11). Kompresi ini
bertujuan untuk membuat kontras di dalam lambung lebih tersebar sehingga tidak terjadi
penumpukkan kontras yang menyulitkan penilaian. 22
Sebelum lambung terisi oleh kontras dalam jumlah besar, gambaran dinding anterior
dari antrum lambung dan bulbus duodenal dapat dinilai dengan posisi pronasi dan RAO.
Posisi ini umumnya dapat memperlihatkan lekukan mukosa dari antrum pilorus dan bulbus
duodenum lebih baik dbandingkan ketika lambung terisi barium dalam jumlah besar. Apabila
lipatan mukosa lambung sulit dinilai, maka miringkan meja pemeriksaan sebesar 45 derajat
dan berikan kompresi lagi. Selanjutnya dilakukan penilaian pada fundus dan korpus bagian
superior. Fundus dan Korpus superior dari lambung terletak pada daerah yang tidak dapat
dikompresi karena terletak di bawah tulang iga sehingga untuk mengambil gambarnya
diperlukan posisi horizontal.22
Gambar 12. Gambaran kontras tunggal pada duodenum dengan pemberian kompresi pada
pasien dengan posisi RAO. Meskipun bulbus duodenum terisi barium, namun lipatan pada
pilorus dan bagian lateral dari bulbus dapat terlihat.19
Tabel 1. Gambaran radiologi yang diambil pada pemeriksaan saluran cerna atas dengan
kontras tunggal. 19
Pada tahap pemeriksaan barium meal kontras ganda maka pemeriksaan esofagus akan
sama seperti pemeriksaan barium swallow, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan lambung dan
duodenum. Untuk pemeriksaan lambung, pasien akan diminta untuk berbaring di meja
pemeriksaan dan berguling ke arah kanan atau kiri secara perlahan-lahan hingga 360o agar
barium yang terdapat pada lambung terlapisi secara adekuat. Tanda dari pelapisan yang
adekuat adalah tampak adanya garis-garis yang uniform sepanjang kurvatura minor ataupun
tampak adanya areae gastricae (gambar 13 dan 14). Apabila belum didapatkan lapisan
barium yang adekuat, maka pasien diminta untuk bergguling sebanyak satu atau dua kali lagi.
Arah putaran pasien ini dapat disesuaikan tergantung daerah yang ingin dilapisi oleh barium.
Apabila pasien berguling ke kanan. maka daerah yang terlapisi adalah kurvatura minor, dan
apabila pasien berguling ke kiri maka daerah yang akan terlapisi adalah kurvatura mayor.
Dinding anterior dari lambung akan terlapisi apabila pasien berada pada posisi pronasi.
Setelah didapatkan pelapisan yang adekuat, maka akan diambil gambar sewaktu dari
lambung.15
Gambar 13. Lambung normal pada pemeriksaan kontras ganda posisi supine. Tampak korpus
lambung bagian distal (B), fundus (F), dan antrum (A). Kurvatura mayor (panah putih) dan
kurvatura minor (panah hitam) dilapisi oleh barium. Lekukan rugae pada dinding posterior
dari korpus gaster tampak berbentuk filling defect yang berbentuk memanjang dan sedikit
berkelok (kepala panah hitam). Sejumlah barium tampak mengisi daerah fundus dan
mempertegas kontur dari lambung (kepala panah putih).11
Gambar 14. Gambaran sewaktu dari lambung pada pemeriksaan kontras ganda dengan posisi
left posterior oblique. Tampak gambaran areae gastricae di bagian antrum berbentuk poligon
berukuran 2-3mm yang radiolusen pada daerah yang terlapisi dengan barium secara
adekuat.11
Pengambilan gambar lambung dimulai dari daerah antrum, sebelum barium masuk ke
duodenum. Pada posisi tegak, dapat diambil gambar yang baik untuk daerah fundus, kardiak,
dan kurvatura minor bagian atas. Posisi ini juga baik untuk menilai bulbus duodenal. Secara
umum, kelainan pada lambung dan duoednum ini ada yang terlihat lebih baik saat tidak
tergenang dengan barium, dan ada pula yang lebih baik terlihat saat tergendang dengan
barium. Kelainan yang tampak pada satu proyeksi dapat menjadi tidak tampak atau sulit
terlihat pada proyeksi yang lain.15
Untuk pemeriksaan duodenum, daerah dinding posterior baik dari bulbus duodenum
dapat tervisualisasi dengan baik pada posisi pasien left posterior oblique (LPO). Dinding
anterior dari bulbus duodenum dapat tervisualisasi dengan baik pada posisi right posterior
oblique (RPO) atau posisi right anterior oblique (gambar 15). Karena sebagian besar ulkus
duedenum terdapat pada dinding anterior dari bulbus, maka posisi RAO ini merupakan posisi
yang penting untuk dilakukan. Secara umum, posisi pemeriksaan pada kontras ganda untuk
pemeriksan ini dirangkum pada tabel 2.15
Gambar 15. Gambar duodenum dengan kontras ganda pada posisi lateral kiri dengan
beberapa posisi oblique.22
Tabel 2. Gambar yang diambil pada saat pemeriksaan kontras ganda untuk saluran cerna
atas15
Lambung
Supine korpus lambung distal, antrum lambung
proksimal (en face)
Lateral Kanan fundus lambung, korpus lambung bagian atas
(en face)
LPO antrum lambung distal (en face)
RPO kurvatura minor bagian atas (en face)
Tegak LPO kurvatura mayor bagian atas (en face)
Pronasi fundus lambung (en face)
Duodenum
LPO bulbus duodenum (en face)
Tegak LPO bulbus duodenum (en face)
Lateral kiri atau RAO bulbus duodenum (en face)
Pronasi bagian pars desenden duodenum (en face)
Supine / RPO bagian pars inferior dan pars ascenden
duodenum
Keterangan :
LPO : Left posterior oblique, RPO : Right posterior oblique, RAO : Right anterior oblique
BAB IV
RANGKUMAN
Teknik pencitraan saluran cerna bagian secara konvensional atas dapat dibagi
menjadi dua, yaitu barium swallow yang berguna untuk menilai organ faring dan esofagus
serta barium meal yang dapat memeriksa hingga lambung dan duodenum. Pemeriksaan ini
dapat dilakukan dengan kontras tunggal maupun ganda. Kedua pemeriksaan ini bertujuan
untuk memastikan ada atau tidaknya suatu penyakit, penyebab, dan persebaran dari
penyakitnya. Karena menggunakan flouroskopi, maka perlu diperhatikan mengenai proteksi
radiasi untuk mendapatkan gambar yang baik dengan dosis radiasi seminimal mungkin.
Persiapan pada pasien yang akan melakukan pemeriksaan ini bertujuan untuk
memaksimalkan pelapisan kontras pada mukosa dan menghindari kondisi yang dapat
membuat gambar yang dihasilkan menjadi kurang baik seperti mengonsumsi obat-obatan
untuk lambung dan makanan.