Sou Fujimoto Theory Methode and Design Application PDF
Sou Fujimoto Theory Methode and Design Application PDF
Oleh :
13/356033/PTK/09150
2014
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................ii
1.2. Studi literature, video presentasi, kutipan, dan hasil wawancara .................. 7
LAMPIRAN ............................................................................................................... 31
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1. Sou Fujimoto ..................................................................................................................... 6
Gambar 1. 2. Sendai Mediatheque Karya Toyo Ito ................................................................................ 7
Gambar 1. 3. Penjelasan tentang Pemaknaan Ruang oleh Sou Fujimoto ............................................. 8
Gambar 1. 4. Analogi Nest (domino Le Corbusier) dan Cave (Sou Fujimoto) ...................................... 9
Gambar 1. 5. Analogi Arsitektur Modern Sou Fujimoto dengan Partitur Musik dari Bach .................... 10
Gambar 1. 6. Konsep Gradasi Sou Fujimoto ........................................................................................ 10
Gambar 1. 7. Diagram Children’s Center for Psychiatric Rehabilitation ............................................... 11
Gambar 1. 8. Analogi in a tree-like space ............................................................................................. 12
Gambar 1. 9. Analogi Nebulous ............................................................................................................ 12
Gambar 1. 10. Konsep Guru-Guru ........................................................................................................ 13
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1. Aplikasi Metode pada Karya House NA, Sou Fujimoto ...................................................... 20
Tabel 2. 2. Aplikasi Metode pada Karya House NA, Sou Fujimoto ...................................................... 21
Tabel 2. 3. Aplikasi Metode pada Karya House NA, Sou Fujimoto ...................................................... 22
Tabel 2. 4. Aplikasi Metode pada Karya House N, Sou Fujimoto ......................................................... 23
Tabel 2. 5. Aplikasi Metode pada Karya House N, Sou Fujimoto ......................................................... 24
Tabel 2. 6. Aplikasi Metode pada Karya House Before House, Sou Fujimoto ..................................... 25
Tabel 2. 7. Aplikasi Metode pada Karya Musashino Art Library, Sou Fujimoto .................................... 26
Tabel 2. 8. Aplikasi Metode pada Karya Musashino Art Library, Sou Fujimoto .................................... 27
iv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1. 1. Dialog Teori .................................................................................................................... 16
v
BAB I TEORI (ONTOLOGI)
Sou Fujimoto pernah bekerja dengan Toyo Ito dan banyak pengaruh yang
didapat Sou Fujimoto dari bekerja dengan Toyo Ito. Sou Fujimoto mengatakan
bahwa dirinya banyak mendapat inspirasi dari beberapa karya Toyo Ito, seperti
Sendai Mediatheque, yaitu bangunan terdiri dari beberapa plat lantai dan struktur
kolom yang dimodifikasi dan tanpa ada dinding atau pembatas ruang sehingga
pengguna bebas menyatakan kegunaan ruang tersebut berdasarkan kegiatan
mereka.
6
Gambar 1. 2. Sendai Mediatheque Karya Toyo Ito
Sumber : Website
Ketika Toyo Ito ditanya pendapatnya tentang Sou Fujimoto, dia mengatakan
bahwa ada hal yang tidak terlupakan tentang Sou Fujimoto, yaitu ketika Sou
Fujimoto menjadi salah satu presentator saat terpilih menjadi nominasi kompetisi
aomori prefectural art museum design competition dimana kompetitornya yang lain
yaitu Kisho Kurokawa, Jun Aoki, dan Manabu Chiba. Kalimat pertama yang
diucapkan Sou Fujimoto saat itu ialah “I want to make weak architecture” dengan
pembawaannya yang selalu tersenyum pada saat memulai hingga selesai
presentasi. Pada akhirnya meskipun Sou Fujimoto tidak memenangkan kompetisi
tersebut tetapi Manabu Chiba. Toyo Ito masih terkesan dengan presentasi Sou
Fujimoto tentang konsep Weak Architecture, yaitu tidak mengartikan architecture
secara keseluruhan, namun secara bagian per bagian, sehingga hasil akhir yang
tercapai dapat beragam dan bervariasi.
Sou Fujimoto menulis sebuah buku yang berjudul Primitive Future. Buku ini
terbit tahun 2008 langsung menjadi salah satu buku arsitektur yang populer.
Fujimoto mulai mengenalkan ide tentang Nest (Sarang) dan Cave (Gua). Primitive -
future merupakan sebuah frasa atau gabungan kata yang kontradiktif. Di satu sisi
7
berarti sesuatu yang terlampaui dan di sisi lain menunjukkan sesuatu untuk masa
depan. Primitive memiliki arti dan pemahaman yang lebih dalam dibanding sekedar
melihatnya sebagai sesuatu yang telah terlampaui dan terdahulu, kata tersebut
memaknai suatu hal yang mendasar dan yang paling esensial terkandung di
dalamnya.
Sarang adalah sebuah tempat yang sejak awal dipersiapkan sebagai hunian
manusia. Sedangkan Gua adalah sebuah tempat yang walau bisa dihuni tapi bukan
dengan sengaja dipersiapkan untuk itu. Ruang-ruang di dalam gua tidak langsung
terdefinisi namun menawarkan peluang yang bebas untuk didefinisikan.
Beberapa variabel teori Primitive Future dalam buku Sou Fujimoto adalah sebagai
berikut :
8
1. Nest or Cave
Sou Fujimoto menjelaskan bahwa manusia saat ini hidup dalam sebuah
tatanan yang disebut nest, sebuah tempat yang benar-benar dipersiapkan sejak
awal, dimana terdiri dari beberapa elemen pembentuknya seperti kolom, lantai,
dinding, dan furniture (domino Le Corbusier). Sou Fujimoto menggagas bahwa
arsitektur harus kembali ke awal, disaat manusia belum mengenal arsitektur yaitu
kembali ke Cave, dimana terdapat ketidak beraturan, sebuah metode artificial
dengan memberikan sebuah ambiguitas, seperti furniture yang berfungsi sebagai
struktur, dan tanpa penamaan ruang tujuannya adalah pemikiran kembali tentang
arsitektur.
a. Primitive-Future house
Arsitektur seperti halnya sebuah musik, terdiri dari not, tempo, dan tangga
nada yang kesemuanya saling berhubungan. Sistemnya seperti modern arsitektur,
9
waktu atau tempo berjalan sebelum not kemudian not menciptakan musik,
analoginya musik adalah arsitektur, not adalah kegiatan, dan tempo adalah ruang.
Sou Fujimoto menjelaskan dengan partitur musik bahwa Mies Van De Rohe
menciptakan ruang dengan analogi musik tanpa not, hanya ada grid pengatur
tempo, semua teratur, terukur, dan dipersiapkan.
Gambar 1. 5. Analogi Arsitektur Modern Sou Fujimoto dengan Partitur Musik dari Bach
Sumber : Capture Video Presentasi Sou Fujimoto “Innocent Architecture” di Harvard University
Karya :
a. House O
b. T House
c. Diagonal walls
10
4. City as house – House as city
Karya :
5. In a Tree-like space
11
Gambar 1. 8. Analogi in a tree-like space
Sumber : Primitive Future, Sou Fujimoto
Karya :
a. House NA, 2007
b. Atelier / house in Hokkaido
12
7. Gürü – Gürü
Adalah sebuah konsep bentuk yang tercipta dari sebuah spiral. Bentuk spiral
tersebut kemudian menciptakan sebuah ruang tak terhingga dengan layer
pembentuknya.
Karya :
Karya :
a. House I, 2007
b. House / Forest
9. Before House and City and Forest
13
Menciptakan beragam area secara bersamaan namun berkorelasi seperti
reruntuhan, hutan, dan permukiman pada satu waktu dan rute yang bermacam –
macam dalam mencapai sebuah lokasi.
Karya :
Karya :
1.2.2. Filosofi
(Engawa, Furyu, take off shoes culture)
Estetika Jepang adalah tentang etika. etika bukan dalam arti semata
bagaimana manusia berelasi dengan sesamanya tetapi dengan seluruh alam
semesta. dalam buku A Tractate On Japanese Aesthetics, Donald Richie
menjelaskan bahwa Iki adalah sebuah kualitas moral yang menjadi muara dari
14
seluruh upaya pelatihan fisik dan jiwa sepanjang hidup. salah satu kualitas yang
dianggap mampu mendekati Iki ini adalah kualitas elegan atau furyu. Kualitas elegan
ini dipengaruhi oleh dua aspek; aspek dari dalam diri yang disebut Aware dan dari
luar diri yaitu Yugen. Aware hadir dalam wujud emosi yang terkontrol sedangkan
yugen ada pada karisma misteri yang terjadi dalam apa pun diluar diri seperti alam
dan kehidupan.
Bagi Sou Fujimoto Jepang memiliki istilah Engawa yang mendekati istilah
ambang atau emptyness. Suatu ambang ini tidaklah menjadi luar dan dalam bagi
tempat dimana kita berpijak. Ini bukan outside dan juga bukan inside. Ambang yang
tidak di luar dan tidak pula di dalam. Hal ini diinterpretasikan kembali oleh Sou dalam
karya karyanya yang baru. Terkadang ‘engawa’ atau ‘ambang’ ini sengaja diciptakan
dan diperluas seperti taman ruang yang menjadi suatu bentuk pemahaman yang
tercipta dari inside-outside. Konsep akan primitive future kemudian dimatangkan
dengan cara memperlakukannya sebagai inside-outside, tidak berbatas dan dimana
manusia merasakan keduanya dan tidak menyadari perasaan berbeda antara luar
dan dalam. Arsitektur dapat menciptakan interior sekaligus eksterior yang seimbang.
Saat penciptaan interior, saat itu pula eksterior terbentuk. Ketertarikannya untuk
meleburkan interior dan eksterior secara bersamaan membuat suatu konsep yang
diistilahkannya sebagai ‘in between’.
15
1.3. Rumusan Teori
Berdasarkan studi literature, video presentasi, dan hasil wawancara, penulis
mencoba untuk mensimplifikasikan data menjadi variabel yang didialogkan. Terlihat
pada diagram 1.1, penemuan gagasan primitive future didapatkan dari hasil
wawancara, artikel, kemudian dikerucutkan menjadi beberapa variabel yang
disebutkan Sou Fujimoto dalam bukunya, kemudian mengerucutkannya lagi ked ide
dasar, yakni berawal dari pemikiran dan keingininan Sou Fujimoto untuk membawa
konsep cave ke arsitektur masa kini dengan memunculkan ketidaksengajaan di
dalamnya dan menghilangkan batas antar ruang.
16
BAB II METODE (EPISTEMOLOGI) DAN ANALISIS
-‘gradation’ are the possibilities that arise in real life. It is the grey zone
that does not have specific limit, as it lies between inside and outside, public
and private, morning and evening…something spontaneous and natural.
These relations can be considered as ‘disturbed’ since the blurriness of its
horizons creates and architecture that blends with its environment. Nature is
always evolving when taking the time factor into consideration.1
1
Rashasukkarieh, Sou Fujimoto ‘Primitive Future’-Analysis, publish on IAAC NOVEMBER 9, 2013
17
2.1.2. Layering (relation)
Metode yang digunakan oleh Sou Fujimoto yaitu dengan metode layering
secara vertikal, berundak berupa rangkaian modul struktur, maupun ruang. Sou
Fujimoto menggagas bahwa arsitektur harus kembali ke awal, disaat manusia belum
mengenal arsitektur yaitu kembali ke Cave, dimana terdapat ketidak beraturan,
sebuah metode artificial dengan memberikan sebuah ambiguitas, seperti furniture
yang berfungsi sebagai struktur, dan tanpa penamaan ruang tujuannya adalah
pemikiran kembali tentang arsitektur.
Gambar 2. 2. Layering
Sumber : Video Presentasi Sou Fujimoto
2
Rashasukkarieh, Sou Fujimoto ‘Primitive Future’-Analysis, publish on IAAC NOVEMBER 9, 2013
18
2.1.3. Single Line
Menciptakan ruang dari satu garis yang tak putus secara horizontal. Konsep
bentuk yang tercipta dari sebuah spiral. Bentuk spiral tersebut kemudian
menciptakan sebuah ruang tak terhingga dengan layer pembentuknya.
Gambar 2. 4. Random
Sumber : Video Presentasi Sou Fujimoto
19
Penerapan metode lebih jelas ditunjukkan pada tabel analisis aplikasi karya Sou
Fujimoto dibawah ini:
20
Tabel 2. 2. Aplikasi Metode pada Karya House NA, Sou Fujimoto
Sumber : Analisis Data
21
Tabel 2. 3. Aplikasi Metode pada Karya House NA, Sou Fujimoto
Sumber : Analisis Data
22
Tabel 2. 4. Aplikasi Metode pada Karya House N, Sou Fujimoto
Sumber : Analisis Data
23
Tabel 2. 5. Aplikasi Metode pada Karya House N, Sou Fujimoto
Sumber : Analisis Data
24
Tabel 2. 6. Aplikasi Metode pada Karya House Before House, Sou Fujimoto
Sumber : Analisis Data
25
Tabel 2. 7. Aplikasi Metode pada Karya Musashino Art Library, Sou Fujimoto
Sumber : Analisis Data
26
Tabel 2. 8. Aplikasi Metode pada Karya Musashino Art Library, Sou Fujimoto
Sumber : Analisis Data
27
2.2. Rumusan Metode dan Aplikasi
Berdasarkan analisis metode berdasarkan aplikasi yang diterapkan
Sou Fujimoto pada karyanya, seperti ditunjukkan dalam diagram 2.1, aplikasi
tersebut berperan dalam pembentukan elemen tiap desain, diantaranya
adalah plotting massa, shape, penentuan material, dan furniture.
28
BAB III KESIMPULAN
Sou Fujimoto adalah seorang arsitek muda Jepang yang selalu mencoba
menghadirkan alam dan menciptakannya menjadi bagian dari lingkungan binaan.
Keinginan manusia untuk membuat segala sesuatu dengan tujuan, termasuk di
dalamnya produk arsitektur tercipta dari ruang yang ditetapkan, batasan ruang
dengan keterbatasannya, namun Sou Fujimoto memiliki keinginan meleburkan hal
itu dan menyeimbangkannya, membawa gagasan arsitektur harus kembali seperti
gua yaitu menawarkan ruang-ruang yang ambigu, berpeluang untuk digunakan
tetapi tetap menjadi bagian dan ‘menghargai’ alam sekitarnya.
Sou Fujimoto membawa pencarian dari nilai filosofi Jepang ini ke tingkat yang
lebih radikal dan juga lugas. Dengan teknologi yang sudah lebih memungkinkan
arsitektur-arsitektur-nya tidak lagi bermain di tataran analogi atau simbolik tapi
ikonik.
Karya-karya Sou Fujimoto dikenal sebagai ‘extension of pure white cube’ dan
tampil dalam abstraksinya yang selalu minimalis. Setiap karyanya mengandung
makna yang berbeda dan menginginkan manusia untuk memiliki pengalaman di
dalamnya. Ia percaya sebuah produk arsitektur dapat menyembuhkan kepekaan
manusia akan lingkungan. Karyanya merupakan eksperimen yang diarahkan ke arah
pemulihan hubungan manusia bersama, dan pemulihan hubungan primitif antara
masyarakat dan alam.
29
DAFTAR PUSTAKA
Literature
Dwiyani, Talisa. “Menyelami Refleksi Hubungan Alam & Ruang Diri”,
Arsitektur.net 2011 vol. 5 No. 2.
Fujimoto, Sou. Primitive Future.
Rashasukkarieh, Sou Fujimoto ‘Primitive Future’-Analysis, publish on IAAC
NOVEMBER 9, 2013
Video
Presentasi Sou Fujimoto Primitive - Future at Harvard University on 18 february
2011
Presentasi Sou Fujimoto Primitive - Future at Arkitektskolen Aarhus on 13 may 2011
Website
http://www.archdaily.com/10986/ordos-100-9-sou-fujimoto/
http://www.dezeen.com/2010/10/05/tokyo-apartment-by-sou-fujimoto-architects/
http://www.egodesign.ca/en/article.php?article_id=550
http://www.eonet.ne.jp/~limadaki/budaya/jepang/artikel/utama/etika.html
http://www.conditionsmagazine.com/
https://332lab.wordpress.com/
http://www.designboom.com/
http://www.iaacblog.com/maa2013-2014-advanced-architecture-concepts/
http://www.kmpfurniture.com/designer-news/sou-fujimoto---less-is-more---
architecture_170.html
http://www.serpentinegalleries.org/
30
LAMPIRAN
Kutipan Sou Fujimoto, tentang Sou Fujimoto, wawancara
between nature and architecture, the synthesis of nature and architecture is key–
whereby our natural environment’s complexity is injected into a man made sense of
order (and vice versa), bringing forth a new definition of space that responds to our
changing times - “The future of architecture is primitive” – Sou Fujimoto
"I wanted to create a structure that was somewhere between architecture and
nature,"
The cave is a recurring theme carried out extensively throughout the paper. Why
cave? Because it exists. Simply. It is discovered, explored and appropriated. It is
nature. A natural ruin. Incomplete, Accidental; and thus much more pleasurable
to adapt. The manner in which the cave is appropriated becomes purely a question
of ergonomics. The human scale shall never be ignored. It is but celebrated. -
“Architecture of the future should embrace the qualities of the cave”
the relationship between the designer and the user gets blurred in such a situation
as they both potentially surprise one another – They both don’t know what to expect
as they confront the same unknown.
31
Anda kerap merefleksikan alam Konteks sangat penting—salah
sebagai sesuatu yang alami: satu hal yang terpenting.
hutan, gua, pohon, dan Termasuk di dalamnya iklim,
sebagainya. Bagaimana Anda lingkungan, gaya hidup, latar
mempertimbangkan konteks— belakang budaya, dan tentunya
“alam” tempat karya itu sendiri kebutuhan klien. Awal titik mula
berada—dalam arsitektur Anda? arsitektur adalah konteks. Saya
mulai dari situ, bentuk tapak dan
lainnya. Jika berbagai hal
berbeda di dalam konteks bisa
Anda integrasikan dalam satu
ruang, itu bisa menjadi arsitektur
yang menakjubkan.
32
JPJ: Do you have a preferred
way of working? How do you see
the relationship between
drawings and models in your
practice?
33
The cave is a recurring theme carried out extensively throughout the paper.
Why cave? Because it exists. Simply. It is discovered, explored and
appropriated. It is nature. A natural ruin. Incomplete, Accidental; and thus
much more pleasurable to adapt. The manner in which the cave is
appropriated becomes purely a question of ergonomics. The human scale
shall never be ignored. It is but celebrated.
‘I believe architecture is akin to something like a framework, which subsumes
the complexities and richness of this ever-changing world, and assimilates
what is not yet comprehensible. what is offered here are moments which
serve as a prelude to the architecture of diversity.’ – sou fujimoto on his
exhibition ‘between nature and architecture at GA gallery
“Eksterioritas bukan arsitektur. Interioritas bukan arsitektur. Arsitektur
terwujud pada bagaimana eksterioritas dan interioritas saling berhubungan.” –
wawancara Sou Fujimoto - konteks.org
“Eksterior adalah eksterior, tidak ada makna lain. Bagaimana mendefinisikan
interior, itulah tantangan besarnya (arsitektur). Definisi interior itu sendiri
adalah gagasan arsitektur, dan bagi saya, interior lebih seperti sebuah
gradasi—situasi yang beralih perlahan. Semakin ke dalam, semakin
mendapatkan privasi, semakin dalam lagi sampai bertemu dengan ruang
dalam yang paling nyata. Namun, di sisi sebaliknya, semakin keluar semakin
terbuka, sampai di satu titik berada hampir di paling luar—eksterior. Itulah
yang saya maksud dengan gradasi.”
34
Tabel Analisis Aplikasi
35
36
37
38
39
40
41
42
43