Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN SERTA PERAN ARSITEKTUR

TERHADAP PANCASILA

Di susun oleh :

Surya Oktavio
Kautsar Nur
Putra

19 211 010

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR


2019

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila masih sakti? Pertanyaan tersebut kerap kali ditanyakan


setiap kali ada diskusi atau forum mengenai Pancasila. Termasuk didalamnya
proses pembelajaran terutama di bangku perkuliahan. Pertanyaan semacam
yang tersebut diatas menunjukkan telah berkurangnya kepercayaan rakyat
Indonesia terutama pemerhati sosial terhadap Pancasila yang pada mulanya
dianggap sakti. Mereka beranggapan bahwa seharusnya Pancasila lah yang
mengatur kehidupan bermasyarakat rakyat Indonesia dan bukan sebaliknya.
Pada hakikatnya, Pancasila hanyalah kumpulan sejumlah kata yang
mencerminkan harapan terhadap perilaku rakyat yang hidup dibawah
naungannya. Dengan kata lain, Pancasila juga bisa dianggap sebagai cita-cita
tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh rakyat Indonesia. Oleh karena itu,
apabila ditemukan ketidak-cocokan antara Pancasila dan tingkah laku rakyat
Indonesia, bukan berarti Pancasila yang tidak sakti. Melainkan rakyat
Indonesia itu sendiri yang tidak lagi mengkuti nilai-nilai Pancasila.
Permasalahannya adalah mengapa hal tersebut bisa terjadi? Salah satu
hal yang turut berperan penting dalam menjaga dijalankannya cita-cita
Pancasila adalah kedaaan lingkungan sekitar. Baik itu lingkungan buatan
maupun alami. Di sini lah dapat dirasakan peran seorang arsitek sebagai
seorang ahli tata rancang bangunan dalam menjaga Pancasila agar tetap hidup
dalam nurani rakyat Indonesia.

B. Rumusan Masalah
 Apa hubungan antara Arsitektur dan Pancasila?

 Bagaimana peranan Arsitektur terhadap Pancasila?


C. Tujuan dan Manfaat
 Mengetahui hubungan antara Arsitektur dan Pancasila.
 Mengetahui peranan Arsitektur terhadap Pancasila.
 Membantu memahami Arsitektur dan nilai-nilai Pancasila.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan


Pancasila adalah: dasar negara serta falsafah bangsa dan negara Republik
Indonesia yg terdiri atas lima sila, yaitu (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2)
Kemanusiaan yang adil dan beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan,
dan (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dan yang dimaksud dengan Arsitektur adalah: seni dan ilmu merancang
serta membuat konstruksi bangunan, jembatan, dsb; 2 metode dan gaya rancangan
suatu konstruksi bangunan.
Sehingga peranan atau kaitan antara Arsitektur dan Pancasila dapat juga
dijelaskan sebagai hubungan antara seni dan ilmu rancang bangun terhadap dasar
serta falsafah negara.
BAB III
HUBUNGAN SERTA PERANAN ARSITEKTUR TERHADAP PANCASILA

A. Pengertian Pancasila

Pancasila terdiri dari dua kata, yaitu Panca yang berarti lima dan Sila
yang berarti prinsip atau asas. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan
bahwa Pancasila secara bahasa berarti lima prinsip. Dan prinsip itu sendiri
menurut KBBI berarti kebenaran yg menjadi pokok dasar dalam berpikir
maupun bertindak.

B. Pengertian Arsitektur

Istilah arsitekrur seringkali diartikan secara sempit sebagai


ilmu perancangan bangunan. Yaitu perencanaan, merancang, dan mengawasi
konstruksi bangunan yang perannya untuk memandu keputusan yang
memengaruhi aspek bangunan tersebut dalam segi estetika, budaya, atau
masalah sosial.
Definisi tersebut kuranglah tepat karena lingkup pekerjaan seorang
arsitek sangat luas, mulai dari lingkup interior ruangan, lingkup bangunan,
lingkup kompleks bangunan, sampai dengan lingkup kota dan regional.
Karenanya, lebih tepat mendefinisikan arsitek sebagai seorang ahli di bidang
Ilmu Arsitektur, ahli rancang bangun atau lingkungan binaan. Arti lebih
umum lagi, arsitek adalah sebuah perancang skema atau rencana.
Dari segi bahasa, "Arsitek" berasal dari Latin “architectus” dan dari
bahasa Yunani “architekton”. Dimana “arkhi” berarti ketua dan “tekton”
berarti pembangun.

Dalam penerapan profesi, arsitek berperan sebagai pendamping, atau


wakil dari pemberi tugas (pemilik bangunan). Arsitek harus mengawasi agar
pelaksanaan dilapangan/proyek sesuai dengan bestek dan perjanjian yang
telah dibuat. Dalam proyek besar, arsitek berperan sebagai direksi, dan
memiliki hak untuk mengontrol pekerjaan yang dilakukan kontraktor. Apabila
terjadi penyimpangan di lapangan, arsitek berhak menghentikan,
memerintahkan perbaikan, atau membongkar bagian yang tidak memenuhi
persyaratan atau perjanjian yang disepakati.
Arsitektur dalam definisi yang lebih luas ialah meliputi segala
kegiatan desain. Mulai dari level mikro (desain bangunan atau bangun-
bangunan, kompleks bangunan, desain furnitur) hingga ke tingkat makro
(desain perkotaan: kawasan, bagian kota, arsitektur lengkap) Saat ini,
arsitektur dapat merujuk pada aktifitas merancang sistem apapun dan sering
digunakan dalam dunia IT.
Beberapa objek yang sering dianggap sebagai karya arsitektur:
 Karya Seni

 Symbol Politik dan Budaya


Sejarah peradaban manusia sering diidentifikasikan dengan karya
arsitektur yang masih ada sebagai bagian perjalanan peradaban manusia itu
sendiri.
Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan dan cara, yaitu :
- Tempat Tinggal - Bahan Bangunan
- Keamanan - Teknologi
- Ibadah - Keterampilan Yang Tersedia
Uraian sederhana diatas mebantu memperjelas kualitas penting
arsitektur sebagai tanda atau komunikasi.

C. Hubungan antara Arsitektur dan Pancasila

Kedudukan Pancasila sebagai dasar falsafah Negara sudah tidak


diragukan lagi. Pancasila yang sah terdapat dalam pembukaan UUD 1945
juga merupakan dasar hukum tertinggi yang ada di Indonesia. Sehingga setiap
hukum yang disusun dalam Kitab Undang-Undang pasti bercermin dari
Pancasila terlebih dahulu. Apabila tidak sesuai dengan Pancasila, maka
undang-undang tersebut tidak boleh disahkan. Begitu pula dengan Arsitektur.
Suatu arsitektur harus lah sesuai dengan Pancasila dan tidak boleh melupakan
nilai-nilai yang dikandungnya.
Dalam ilmu arsitektur sendiri dikenal istilah “Arsitektur Perilaku”.
Yaitu suatu lingkungan binaan yang diciptakan oleh manusia sebagai tempat
untuk melakukan aktivitasnya dengan mempertimbangkan segala aspek dari
tanggapan atau reaksi dari manusia itu sendiri menurut pola pikir,
karakteristik, ataupun persepsi manusia selaku pemakai. Dan perilaku seorang
Indonesia tidak bisa lepas dari Pancasila.
Dalam konteks arsitektur perilaku, Winston Churcill (1943) pernah
berkata: “We shape our buildings; then they shape us (Kita bentuk bangunan
kita, kemudian mereka mementuk kita.)”
Manusia membangun bangunan demi pemenuhan kebutuhan kita,
yang kemudian bangunan itu membentuk perilaku kita yang hidup dalam
bangunan tersebut. Bangunan yang didesain oleh manusia yang pada awalnya
dibangun untuk pemenuhan kebutuh manusia tersebut mempengaruhi cara
kita dalam menjalani kehidupan sosial dan nilai-nilai yang ada dalam hidup.
Hal ini menyangkut kestabilan antara arsitektur dan sosial dimana keduanya
hidup berdampingan dalam keselarasan lingkungan.
Dalam konteks psikologi, arsitektur dapat mempengaruhi perilaku
dengan empat cara. Pertama, lingkungan menghalangi perilaku. Contoh yang
paling dekat dengan Pancasila adalah seorang anak yang tidak pernah melihat
lift dapat mengalami kesenjangan antara pengetahuan dan kepekaanya
(Calthoun, 1995)
Kedua, lingkungan mengundang atau mendatangkan perilaku dan
menentukan bagaimana kita akan bertindak. Misalnya ketika kita memasuki
ruah ibadah, kita dituntut untuk tenang dan khidmat. Atau contoh yang paling
sederhana adalah ketika terdapat sofa yang empuk dengan bantal tebal di
ruang tamu, kita diarahkan untuk duduk bersandar dan santai (Calthoun,
1995).
Ketiga, lingkungan membentuk kepribadian. Perilaku yang dibatasi
secara terus menerus oleh lingkungan dapat menjadi bagian tetap dari diri
sesorang, yang menentukan arah perkembangan epribadian pada masa yang
akan datang.
Keempat, lingkungan mempengaruhi citra diri. Hal ini lebih endekati
masalah image atau penggambaran. Misalnya seorang direktur akan merasa
dirinya penting dari lukisan di dindingnya, karpet dilantai, dll. Sementara
seorang anak yang dikelilingi benda-benda lusuh atau berada di tepat kumuh
akan merasa betapa tidak pentingnya dirinya di dunia ini (Calhoun, 1995).
Pengaruh ketiga dan keempat merupakan pengaruh yang paling
ekstrem. Dimana pengaruh ini akan bertahan lama terhadapap seseorang.

Indonesia mewarisi tradisi membangun secara tradisional yang turun-


temurun lintas generasi, mengakomodasi kebutuhan masyarakat sesuai
dengan tingkat sosial-budaya yang berlaku dalam kelompoknya. Tradisi
itu dengan bijak mampu memanfaatkan potensi alam sekitarnya sekaligus
tunduk pada keterbatasannya. Konteks lingkungan menjadi guru abadi yang
senantiasa memberi pelajaran secara kolektif tentang cara membangun yang
tepat. Hal ini memiliki kesamaan dengan Pancasila dalam hal diturunkan
turun temurun. Nilai yang telah ada sejak zaman leluhur dahulu sebagai nilai
dalam kehidupan sehari-hari diturunkan dan kemudian dirumuskan dalam
bentuk Pancasila seperti yang kita kenal saat ini.

D. Peran Arsitektur terhadap Pancasila

Peran Arsitektur terhadap Pancasila dapat diwujudkan dalam dua


bentuk. Yang pertama ialah dalam wujud bangunan yang dapat membantu
rakyat Indonesia dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupannya. Yang kedua ialah dalam bentuk bangunan yang mencerminkan
nilai-nilai Pancasila itu sendiri.

1. Bangunan yang dapat membantu implementasi nilai-nilai Pancasila dalam


kehidupan bermasyarakat:

a. Masjid Al-Irsyad
struktur dalam tanpa tiang | tampak luar menyerupai kubus

Masjid Al-Irsyad dibangun oleh seorang Arsitek terkenal


Indonesia yang saat makalah ini dibuat menjabat sebagai walikota
kota Bandung, yaitu Ridwan Kamil. Secara Arsitektural, bangunan
ini merupakan bangunan yang sangat baik. Mulai dari segi
strukturnya, sampai dengan estetikanya.

Dari segi struktur, apabila kita masuk kedalamnya, akan


terlihat pemandangan yang membedakannya dari masjid-masjid
lain pada umumnya. Yaitu tidak adanya tiang di dalam ruangan.
Berdasarkan nilai filosofis, hal ini melambangkan kedudukan
manusia yang sama dimata Tuhan yang Maha Esa. Tidak adanya
tiang dalam ruangan ini mencerminkan sila kelima, yaitu
“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Dalam ruangan
ini, tidak ada manusia yang saat beribadah menghadap tiang.
Semua Jemaah yang beribadah akan menghadap kearah yang
sama, yaitu kiblat tanpa adanya penghalang dalam ruangan
tersebut. Saat Jemaah menyadari adanya persamaan tersebut,
diharapkan Jemaah dapat mengingat bahwa keadilan sosial
merupakan salah satu nilai yang terkandung dalam Pancasila, dan
nilai tersebut benar adanya dalam kehidupan bermasyarakat.

Apabila dilihat dari luar, bangunan ini terlihat seperti


sebuah kubus. Dengan kata lain, atapnya terlihat datar seperti
ka’bah. Interior juga dirancang sedemikian rupa agar
menimbulkan kesan syahdu. Hal ini membantu Jemaah dalam
merasakan kedekatan dengan Tuhan. Membantu implementasi sila
pertama “Ketuhanan yang Maha Esa.”

b. Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada

Hal yang menjadi perhatian utama penulis dalam


menjadikan Masjid Kampus UGM (selanjutnya disingkat Maskam
UGM) sebagai contoh bangunan yang membantu meningkatkan
pengimplementasian nilai Pancasila adalah adanya semacam
tempat khusus yang terlihat sengaja dibangun sebagai tempat
pedagang kaki lima. Pembangunan tempat berdagang ini
meningkatkan interaksi antara penjual yang rata-rata kalangan
menengah kebawah dengan pembeli yang berasal dari berbagai
kalangan. Dengan adanya hubungan yang harmonis antara
penjual-pembeli ini, impementasi sila ketiga menjadi semakin
mudah.

Adanya selasar tersebut juga menjadikan Maskam UGM


sebagai tempat berbagai kegiatan yang dilaksanakan kampus baik
tingkat Universitas, Fakultas, maupun Jurusan. Maskam UGM
biasa dijadikan salah satu destinasi tempat beristirahat. Dimana
yang memanfaatkan sarana ini bukan hanya dari kalangan agama
tertentu, mengingat status bahwa walau bagaimanapun juga,
Maskam UGM merupakana tempat peribadatan. Tidak adanya
singgungan antara umat beragama ini mendukung implementasi
sila pertama yang mencakup keharmonisan antara umat beragama.

c. Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada

Bagian yang akan menjadi sorot utama Perpustakaan Pusat


UGM sebagai sarana implementasi nilai Pancasila adalah adanya
ruang diskusi. Sebagaimana yang telah kita ketahui, pada sila
keempat Pancasila tertulis “Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.” Dari
sila tersebut, dapat disimpulkan bahwa cara yang terbaik untuk
mencari solusi dari sebuah permasalahan adalah dengan
musyawarah mufakat. Dirancangnya ruang diskusi ini tentunya
memudahkan pengguna perpustakaan untuk bermusyawarah.

2. Contoh bangunan yang mencerminkan Pancasila itu sendiri adalah antara


lain:

a. Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada

Presiden Soekarno yang menggagas berdirinya Universitas


Gadjah Mada menginginkan sebuah universitas dan gedung yang
akan menjadi simbol kebangkitan, kekuatan sekaligus
kemandirian bangsa. Hal tersebut kemudian direalisasikan dengan
ditunjuknya seorang arsitek bernama Ir. Hadinagoro, seorang
pangeran dari Keraton Yogyakarta. Pada tanggal 19 Desember
1959 Gedung Pusat UGM akhirnya diresmikan oleh Ir. Soekarno
sebagai bangunan modern pertama di Indonesia.
Gedung Pusat Univeritas Gadjah Mada menjadi rumah
Pancasila seperti disampaikan Ir. Seokarno dalam peresmiannya
bahwa Gedung Pusat UGM adalah “Wisma Pantjadharma” atau
rumah lima dharma.
b. Hotel Graha Garuda Tiara (Cileungsi, Bogor)
Sebuah hotel
dan pusat konvensi
mangkrak, berbentuk
Garuda Pancasila, di
Cileungsi, Bogor.
Pembangunan gedung
ini dimulai pada
medio Februari 1995, menghabiskan biaya 75 miliar rupiah pada
waktu itu. Tujuan awal dari pembangunan gedung adalah sebagai
wisma atlet saat SEA Games 1997 di Jakarta.
Rencananya, kompleks ini terdiri dari 456 kamar pada 10
wisma berbentuk sayap (semuanya 3 lantai), sebuah hotel dengan
198 kamar dan 6 suite, pusat konvensi berkapasitas 3000 tempat
duduk, fasilitas olah raga, kolam renang standar hotel dan
Olimpiade dan helipad.

Sayangnya, hotel sudah tidak beroperasi lagi sejak krisis


moneter 1998 dan kini terbengkalai (menurut laporan 28
November 2011). Meski pun begitu, bangunan ini tetap
melambangkan kebanggan bangsa Indonesia terhadap Pancasila.

Secara umum, ibadah merupakan kebebasan setiap individu. Sehingga


secara otomatis suatu bangunan peribadatan dituntut untuk tidak menciptakan
sebuah batas baik itu batas yang nyata ataupun semu yang cenderung
mengelompok-kelompokkan masyarakat. Baik menurut ras, status sosial,
maupun kedudukan ekonomi. Bangunan-bangunan yang tidak mencerminkan
persamaan derajat manusia semacam itu dapat merusak implementasi sila
ketiga “Persatuan Indonesia”, dan bahkan dapat memicu kesenjangan sosial.
Begitu pula sebaliknya. Apabila suatu bangunan dapat mencerminkan
persamaan derajat manusia, maka hal tersebut akan membantu implementasi
sila ketiga.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Arsitektur turut berperan dalam membantu pengimplementasian nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari melaluri perancangan lingkungb
buatan yang mendukung nilai-nilai Pancasila. Yaitu dengan mempertimbang--
kan nilai-nilai Pancasila dalam merancang bangunan. Dapat berupa
menciptakan ruang interaksi sosial antar golongan, menyinggung sisi
psikologis, dan menciptakan bangunan yang mencerminkan persamaan
derajat manusia.
Selain dengan membantu implementasi nilai Pancasila, ada juga
bangunan yang bersifat monumental untuk menjaga keberadaan Pancasila
secara fisik berupa bangunan atau tugu yang memiliki nilai Pancasila sebagai
dasar filosofis perancangan bangunan.
B. Saran
Mengingat besarnya peran arsitektur terhadap Pancasila, penulis
menyarankan pembaca agar dapat turut serta dalam menjaga dan
menghormati lingkungan baik alami maupun buatan yang ada ditengah-
tengah kita. Selain merupakan salah satu berntuk implementasi Pancasila, hal
tersebut dapat membantu orang lain dalam memahami Pancasila.
Penulis juga menyarankan agar setiap langkah yang berikutnya akan
diambil dalam hal apa pun hendaknya bercermin kembali pada nilai-nilai
Pancasila.
Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/1027954/ARSITEKTUR_KEKUASAAN_DAN_NAS
IONALITAS#

http://wikimapia.org/5241574/id/Graha-Garuda-Tiara

http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000016013612/must-see-hot-hotel-
graha-garuda-tiara-indonesia/1

http://www.scribd.com/doc/109813378/Hubungan-Kewrganegaran-Dengan-
Arsitek

Kapita Selekta. Arsitektur Perilaku Pada Ruang Terbuka.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Universitas Gadjah Mada. 1999. Dari Revolusi ke Reformasi, 50 Tahun


Universitas Gadjah Mada. Hlm. 43
Universitas Gunadharma. Arsitektur dan Psikologi.

Anda mungkin juga menyukai