Anda di halaman 1dari 78

Struktur organisasi laboratorium

Visi dan Misi :


 Visi : Menjadikan laboratorium sebagai laboratorium acuan yang handal di
persaingan global.

 Misi : merencanakan dan melakukan analisis terhadap data industri, riset


dan pendidikan yang bisa berkopetensi secara global untuk lingkungan dan
kesehatan umat manusia.

Tujuan :
1. Membangun sumber daya manusia, profesional, akun tabel dan memiliki
kemampuan meneliti bidang ilmu-ilmu dasar.

2. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidang ilmu-ilmu dasar untuk


mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

3. Memberikan layanan laboratorium yang unggul bagi peneliti baik dari dalam dan
luar negeri, dan masyarakat.

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS |8


SEKSI HEMATOLOGI
Macam-macam pemeriksaan yang dilakukan pada Seksi Hematologi Laboratorium
RSUD Kalisat adalah sebagai berikut:
1. Darah Lengkap meliputi:
 Hitung Leukosit (WBC)
 Hitung Eritrosit (RBC)
 Haemoglobin (HB)
 Hematokrit (PCV)
 Hitung Trombosit (PLT)
 Nilai Eritrosit rata-rata (MCV, MCH, MCHC)
 Laju Endap Darah (LED)
 Differensial Counting (hitung jenis Leukosit)
Semua pemeriksaan diatas menggunakan alat ERAMA PCE-210 kecuali LED dan
Differensial Counting (Hitung Leukosit Diferensial).
Apabila pada pemeriksaan dengan alat ERMA PCE-210 didapatkan hasil yang
sangat jauh berbeda dengan kadar normal khususnya untuk leukosit, maka perlu
dilakukan pemeriksaan Diffcount untuk mengetahui prosentase kenaikan masing-
masing sel dari leukosit dan juga untuk mengetahui adanya sel-sel muda pada
penyakit tertentu (leukemia).
2. Hitung Retikulosit
3. Masa Protrombin (PT)
4. Masa Tromboplastin Plasma Teraktifasi (APTT)
5. Masa Pembekuan (CT)
6. Masa Pendarahan (BT)
7. Hitung Jumlah Eosinofil
8. Golongan Darah ABO
9. Sediaan darah tepi
10. Pengecatan Giemsa
11. Pengecatan Wright

JUDUL SOP
Penerimaan Sampel / Pasien
(Dari rawat jalan)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS |9


Pengertian : Suatu tindakan menerima sampel/pasien dari rawat jalan/IRD
untuk dilakukan pemeriksaan sesuai permintaan dengan syarat
administrasi tertentu.

Tujuan : Untuk dilakukan pencatatan, perincian biaya dan kemudian


dilakukan pemeriksaan.

Kebijakan : - Sampel diterima harus dalam keadaan baik dan memenuhi


syarat.
- Pasien harus dalam keadaan memenuhi syarat untuk dilakukan
pemeriksaan.
- Sampel/pasien yang diterima harus dilengkapi dengan surat
pengantar dari dokter yang berisikan identitas pasien dan
macam pemeriksaan.

Prosedur : 1. Sampel/pasien diterima beserta surat pengantar dokter.


2. Cocokkan identitas pasien dan macam pemeriksaan yang ada
pada sampel dengan yang tertera pada surat pengantar.
3. Buatkan perincian pembayaran sesuai jenis pemeriksaan.
4. Pasien/keluarga pasien diminta menyelesaikan administrasi/
membayar biaya pemeriksaan ke loket pembayaran.
5. Buatkan blangko pemeriksaan.
6. Lakukan pemeriksaan terhadap sampel sesuai permintaan.

Unit terkait : - IRD


- Rawat Inap (Laboratorium rujukan)
- Loket pembayaran

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 10


RSUD Kalisat JUDUL SOP
Waktu pengerjaan pemeriksaan
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Jenis pemeriksaan
no Jenis pemeriksaan waktu Jenis sampel
1 Darah lengkap (leukosit, Hb, PCV, trombosit) 15 menit Darah + EDTA
2 Gula darah 40 menit Plasma/serum
3 Ureum 40 menit Plasma/serum
4 Kreatinin 40 menit Plasma/serum
5 SGOT 40 menit Plasma/serum
6 SGPT 40 menit Plasma/serum
7 LDH 40 menit Serum
8 Cpk 40 menit Serum
9 CKMB 50 menit Serum
10 Albumin 40 menit Serum/plasma
11 Kalsium 40 menit Serum
12 Phosphor 40 menit Serum
13 Elektrolit 30 menit Serum
14 BGA 10 menit Darah + heparin
15 Urine lengkap 30 menit urine
16 Plano test 30 menit urine
17 Troponin I 35 menit serum
18 PTT/APTT 40 menit plasma sitrat

Waktu pengerjaan maksimal 1 jam

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Penerimaan Sampel
(Dari Rawat Inap)

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 11


No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu tindakan menerima sampel dari rawat inap untuk dilakukan
pemeriksaan sesuai permintaan dengan syarat administrasi tertentu.

Tujuan : Untuk dilakukan pencatatan, perincian biaya dan kemudian


dilakukan pemeriksaan.

Kebijakan : - Sampel diterima harus dalam keadaan baik dan memenuhi


syarat.
- Sampel yang diterima harus dilengkapi dengan surat pengantar
dari dokter/ruangan yang berisikan identitas pasien dan macam
pemeriksaan.

Prosedur : 1. Sampel diterima beserta surat pengantar dokter/ruangan.


2. Cocokkan identitas pasien dan macam pemeriksaan yang ada
pada sampel dengan yang tertera pada surat pengantar.
3. Buatkan perincian pembayaran sesuai jenis pemeriksaan.
4. Buatkan blanko pemeriksaan.
5. Lakukan pemeriksaan terhadap sampel sesuai permintaan.

Unit terkait : - Rawat inap

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Pemeriksaan Darah Lengkap (DL)
(Dengan Alat Cobas Micros)

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 12


No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu pemeriksaan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan


Corpusculer baik mengenai morfologi maupun mengenai
jumlahnya, pada berbagai keadaan patologis atau penyakit yang
dapat menyebabkan kelainan tersebut.

Tujuan : - Untuk menetapkan diagnosa suatu penyakit.


- Untuk membantu diagnosa suatu penyakit.
- Untuk follow up suatu penyakit.
- Untuk menetapkan terapi suatu penyakit.
- Untuk menetapkan Prognosa dari suatu penyakit.

Kebijakan : 1. Darah tidak boleh beku


2. Volume darah harus cukup (3 cc)
3. Sampel yang digunakan adalah darah EDTA
4. Sebelum dipakai alat harus dicuci dan dikontrol lebih dahulu.
5. Aliran listrik harus stabil.
6. Sampel harus diperiksa/dikerjakan kurang dari 4 jam setelah
darah diambil.

Prosedur :
a. Menghidupkan alat
- Tekan tombol ON/OFF
- Tunggu hingga layer menunjukkan posisi READY SCREEN
b. TEST BACKGROUND (Blank Test)
- Tekan tombol test
- Tunggu 1 menit hingga alat menunjukkan hasil 0,000 pada masing-
masing parameter.
D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 13
c. Membuat nomor dan nama pasien
- Layar (Screen ) pada posisi READY SCREEN
- Tekan Nomor 0000 Next : 00000
- Masukkan Nomor pasien missal:123 lalu tekan ENTER
- Tekan Input name masukkan Nama pasien mis: RUDI lalu tekan
ENTER
- Tekan FINISH
- Masukkan Sampel lalu tekan tombol START
- Tunggu 1 menit hingga keluar hasil
d. Catat hasil pemeriksaan, meliputi:
 Jumlah lekosit (WBC)
 Jumlah trombosit (PLT)
 Hemoglobin (HGB)
 Hematokrit (HCT)
e. Setelah semua pemeriksaan selesai dikerjakan, alat dimatikan. Tekan
PW OFF pada layar

Harga Normal:
1. WBC (Jumlah leukosit)

Dewasa : 4000-10.000 / mm3

Bayi / anak : 900-12000 / mm3

Bayi baru lahir : 9000-30.000 mm3

Peningkatan Jumlah Leukosit (Leukositosis)
Terdapat pada penderita : yang mana menunjukan adanya
proses infeksi atau radang akut, misalnya; pneumonia, meningitis,
apendiksitis, tubercolosis dan tonsilitis.

Penurunan Jumlah Leukosit (Leukopeni)
Terdapat pada penderita : infeksi tertentu, terutama virus,
malaria, alkholic, SLE, reumatoid artritis, penyakit hemopoitik
(Anemia aplastik dan anemia pernisiosa).
2. Jumlah Trombosit (PLT)
Jumlah normal: 200.000-400.000 / microliter darah.
3. Hemoglobin (HGB)

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 14



Wanita : 12-14 gr/dl

Pria : 13-16 gr/dl

Anak : 10-16 gr/dl

Bayi Baru Lahir: 12-24 gr/dl

Peningkatan Hb
Terdapat pada penderita : pasien dehidrasi, polisitemia,
penyakit paru obstruktif menahun (COPD) dan penyakit hodkins.

Penurunan Hb
Terdapat pada penderita : anemia, kanker, penyakit ginjal,
pemberian cairan infra vena berlebihan dan penyakit hodkins
4. Hematokrit (HCT)

Anak : 33-38/vol %

Laki-laki dewasa 40-48/vol %

Wanita dewasa 37-43/vol %

Peningkatan kadar HCT
Terdapat pada penderita : hiposelemia, polisitemia vera, diet
berat, efek pembedahan dan luka bakar.

Penurunan kadar HCT
Terdapat pada penderita : pada pasien yang mengalami
kehilangan darah akut, anemia, leukimia, penyakit hodkins,
Gagal Ginjal Kronik, serosis hepatis, malnutrisi, defisiensi
vitamin B dan C, kehamilan, SLE, arthritis reumathoid.

Harga Normal : - Leukosit : / ml (N = 3.500 – 10.000)


- Hemoglobin : gr / dl (N = 11,0 – 16,5)
- Hematokrit : % (N = 35,0 – 50,0)
- Trombosit : / ml (N = 150.000 – 390.000)

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Pemeriksaan Hitung Leukosit Differensial (Diffcount)

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 15


No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Adalah penghitungan jenis Leukosit pada hapusan darah yang dicat
dengan Giemsa dengan menggunakan mikroskop sampai
ditemukan 100 sel dari 10 lapang pandang atau lebih.

Tujuan : Untuk mengetahui prosentase jenis leukosit.

Kebijakan : 1. Pembuatan hapusan harus menggunakan obyek glass yang


bersih dan kering serta bebas lemak.
2. Pembuatan hapusan tidak boleh terlalu tipis/terlalu tebal.

Prosedur : 1. Hapusan difiksir dengan metanol dan biarkan sampai kering.


2. Setelah kering hapusan diliputi dengan cat Giemsa yang sudah
diencerkan dengan air, ditunggu  20 – 30 menit.
3. Cat dibuang dan hapusan dicuci dengan air kran.
4. Hapusan dikeringkan kemudian diperiksa dengan mikroskop
obyektif 10x untuk penaksiran jumlah leukosit dan obyektif
100x untuk perhitungan jenis leukosit (diffcount) dengan
menggunakan oil imersi.

Interprestasi Hasil : - Basofil : 0 – 1%


- Eosinofil : 1 – 3% kadang 5%
- Neutrofil segment : 50 – 70%
- Neutrofil stab : 2 – 6%
- Limfosit : 20 – 40%
- Monosit : 2 – 8%
Nilai normal hitung jenis leukosit dalam % dan millimeter kubik, (Joice leefever
kee, 19997)
No Jenis leukosit Dewasa (%) Dewasa (mm3) Anak /bayi/BBL

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 16


1 Neutrofil (total) 50-70 2500-7000 BBL=:61%
Umur 1th:=2%
A Segmen 50-65 2500-6500 Sama dewasa
B Pita 0-5 0-500 Sama dewasa
2 Eosinofil 1-3 100-300 Sama dewasa
3 Basofil 0,4-1,0 40-100 Sama dewasa
4 Monosit 4-6 200-600 4-9%
BBL : 34%
1th : 60%
5 Limfosit 25-35 1700-3500 6th : 42%
12th : 38%

 Neutrofil meningkat pada :


 Infeksi akut
 Penyakit radang
 Kerusakan jaringan (AMI)
 Penyakit Hodgkin’s
 Hemolitik pada bayi baru lahir
 Apendiksitis akut
 Pankreatitis akut
 Neutrofil menurun pada :
 Infeksi virus
 Leukemia
 Agranulositosis
 Anemia aplastik
 Anemia defisiensi besi
 Eusinofil meningkat pada :
 Alergi
 Infeksi parasit
 Flebitis ( radang pada pembuluh darah vena)
 Kanker pada tulang, otak, testis dan duarium
 Eosinofil menurun pada :
 Hiperfungsi adrenokortikal
 Stress, syock dan luka baker

 Basofil meningkat pada :


 Proses inframasi
 Leukimia
 Fase penyembuhan infeksi
 Basofil menurun pada :
 Penderita stress
 Reaksi hiperensitivitas
 Dan kehamilan
 Limfosit meningkat pada :
 Leukemia limfositik
 Infeksi virus
D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 17
 Infeksi kronik
 Mieloma multiple
 Limfosit menurun pada :
 Penderita kanker
 Leukemia myeloid
 Anemia aplastik
 Agranulositosis
 Gagal ginjal, sindrom netrotik
 Monosit meningkat pada :
 Infeksi Viral
 Penyakit parasit
 Leukemia monosit
 Kanker dan penyakit kolagen
 Monosit meningkat pada :
 Leukemia limposit
 Anemia aplastik

Unit terkait : - Rawat jalan


- Rawat inap

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Pemeriksaan LED
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Pemeriksaan darah dengan anti koagulant dalam pipet Westergreen


yang diletakkan pada rak dan diukur/dibaca ketinggian kolom
plasma dalam mm setelah 1 jam/2 jam.

Tujuan : - Untuk mengetahui kecepatan mengendapnya eritrosit dalam


mm/jam I atau mm/jam II.
- Untuk mengetahui perjalanan penyakit.
Prinsip Kerja : Darah dengan antikoagulan dimasukkan dalam tabung tertentu
kemudian didiamkan dalam posisi tegak lurus dihitung dalam
waktu tertentu.
Kebijakan : 1. Pipet harus bersih dan kering
D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 18
2. Letak pipet dalam rak harus tegak lurus
3. Penentuan LED sebaiknya dilakukan tidak lebih dari 2 jam
setelah darah diambil.
Prosedur : 1. Pipet larutan NaCl 0,9% sampai tanda 50 lalu dimasukkan ke
dalam botol.
2. Tambahkan 1 ml darah (dengan riset sampai tanda 0) lalu
campur.
3. Pipet kembali campuran tersebut sebanyak 1 ml dengan
memakai pipet Westergreen dan tempatkan pada rak
Westergreen tegak lurus.
4. Tunggu selama 1 jam/2 jam.
5. Baca ketinggian endapan plasma sebagai nilai LED nya.
Peralatan : - Pipet Westergreen
- Rak Westergreen
- Stopwatch
- Botol vial
- Kertas tissue
LED Normal :
- Pria : 0-8 mm/jam
- Wanita : 0-15 mm/jam (westergren atau wintrobe)

Interprestasi Hasil : - Pria : 10 mm/jam I


- Wanita : 15 mm/jam I
- Monosit : 2 – 8%

Peningkatan Nilai LED :


 Fisiologis : - Masa kehamilan II dan III
- Perokok berat
- Menstruasi
- Pengaruh iklim
- Operasi dan luka bakar
- Olah raga berlebihan
- Golongan obat-obatan
 Pathologis : - Myocard infark
- Rhematoid arthritis
D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 19
- Tumor ganas
- TBC fase aktif
- Trauma pembedahan
- Shake.

Penurunan Nilai LED :


 Polysitemia Vera
 Gagal jantung kongestis
 Anemia Sel sabit
 Infeksi mononukleus
 Defisiensi faktor V pembekuan
 Arthritis degeneratif
 Angina pektoris
 Sickle Cell Anemi
Kesalahan pengerjaan LED :
 Letak pipet tidak vertical kemiringna 30 dapat menyebabkan kesalahan 30%.
 Pencampuran antikoagulan yang kurang merata menyebabkan bekuan-bekuan
local. Hal ini harus diulang
 Terdapat gelembung udara dalam darah
 Kenaikan suhu

Unit terkait : - Rawat jalan


- Rawat inap

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Hitung Retikulosit
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 20


……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Menghitung sel eritrosit yang menjelang dewasa dimana


didalamnya masih ada sisa benang-benang reticulum dan inti yang
akan terlihat dengan pengecatan supravital. Penghitungannya
dibandingkan dengan jumlah sel eritrosit matang yang dinyatakan
dalam prosen/promil.

Tujuan : 1. Untuk mengetahui aktivitas sumsum tulang.


2. Untuk mengetahui adanya perdarahan atau penghancuran
eritrosit berkelanjutan (anemia hemolitik).
3. Untuk diagnosa anemia defisiensi besi yang mendapat
pengobatan.
Prinsip : Presentase retikulosit terhadap seluruh eritrosit yang beredar dalam
sirkulasi darah dihitung dengan melihat tanda-tanda khusus berupa
benang-benang filament sisa RNA yang dapat terlihat melalui
pewarnaan supravital

Kebijakan : 1. Pembuatan sediaan bisa basah atau kering.


2. Gunakan obyek glass dan cover glass yang bersih dan bebas
lemak.
3. Dengan pembesaran 100 kali retikulosit dihitung bersama sel
eritrosit dalam 1000 eritrosit didapat retikulosit dan nyatakan
dalam promil.

Prosedur : Cara basah ada 3 cara memakai larutan BCB garam fisiologis
yaitu:
1. Pada obyek glass tambahkan 1 tetes darah + 1 tetes larutan
BCB, campur sampai homogen kemudian tutup dengan cover
glass, tekan dengan tissue/kertas saring diamkan 10 – 15 menit
dan siap dibaca.
2. Tambahkan ke dalam botol darah dan larutan BCB sama
banyak, campur, inkubasi suhu kamar 10 – 15 menit, ambil satu
tetes taruh pada obyek glass, tutup dengan cover glass dan siap
diperiksa.
D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 21
3. Satu tetes darah tempatkan pada obyek glass ditambahkan
BCB, lalu diaduk. Tunggu sampai warna menjadi merah ungu
(tak sampai kering), segera tutup dengan cover glass dan tekan
dengan tissue tunggu 1 menit dan siap diperiksa.

Nilai Normal Retikulosit :


 Dewasa : 5-15 % ( promil) atau 0,5-1,5 % dari sel darah
merah atau 25000- 75000 U/L
 Anak : 0,5-2 % SDM
 Bayi : 0,5-3,5 % SDM
 Bayi baru lahir : 2,5-6,5 % dari

Interprestasi Hasil : 8 – 15 promil

Peningkatan Jumlah Retikulosit disertai Hb yang normal :


 Anemia hemolitik
 Sel sabit
 Talasemia mayor
 Leukemia
 Eritroblastosis foetalis
 HBC dan positif
 Kehamilan dan kondisi pasca perdarahan berat

Peningkatan Retikulosit disertai dengan kadar HB yang rendah : Menunjukan bahwa


respon tubuh terhadap anemia tidak adekuat.

Penurunan jumlah Retikulosit :


 Anemia hemolitik karena HBs
 Anemia pernisiosa
 Anemia defisiensi asam folat
 Anemia aplastik
 Terapi radiasi
 Sirosis hati

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 22


Unit terkait : - Rawat jalan
- Rawat inap

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Pemeriksaan Waktu Pendarahan (Bleeding Time)
(Cara IVY)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu pemeriksaan untuk mengetahui waktu perdarahan setelah


dibuat luka tusukan dimana darah yang keluar dihapus setiap 15
detik dengan menempelkan kertas saring pada tetesan darah tanpa
menyentuh luka itu sendiri dan tetesan darah makin lama makin
kecil. Masa perdarahan berakhir bila pada kertas saring tidak lagi
tampak tetesan darah.

Tujuan : - Untuk mengetahui fungsi dan adanya penurunan jumlah


trombosit.
- Untuk menilai faktor-faktor hemostasis yang letaknya
ekstravaskuler.
- Ditujukan pada pemeriksaan penyakit Von Willberdrand,
dimana pada penyakit ini masa perdarahan memanjang.

Prinsip : Dibuat 2 buah lubang beku pada permukaan lengan. Waktu


perdarahan rata-rata antara keduanya dilaporkan sebagai hasil
pemeriksaan

Kebijakan : - Tusukan dilakukan setelah daerah tusukan dibersihkan dengan


alkohol 70%.
- Daerah tusukan harus bebas dari penyakit kulit dan jauh dari
vena yang ada dibawah kulit.
D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 23
- Bila masa perdarahan lebih dari 10 menit dan ternyata tusukan
mengenai vena, maka pemeriksaan harus diulang.
- Dianjurkan melakukan 3 tes (luka), kemudian dirata-rata. Jika
pendarahan kurang dari 1 menit, ulangi tes (biasanya luka
tusukan kurang dalam).
- Penulisan hasil harus lengkap, misalnya : 2 menit 0 detik.

Prosedur : 1. Desinfeksi lengan bawah bagian volar, biarkan kering.


2. Pasang Manchet Tensimeter dan beri tekanan 40 mm Hg.
3. Tunggu 30 detik, selama pemeriksaan tekanan 40 mm Hg
dipertahankan.
4. Pilih tempat tusukan lancet, hindari rambut dan vena, kira-kira
3 jari dibawah lipat siku.
5. Tegangan kulit lengan dengan ibu jari sebelah tangan.
6. Tusukkan lancet tegak lurus faris dermatom.
7. Terlihat darah keluar, mulai tekan Stopwatch. Perdarahan
nampak 15 – 30 detik. Bila tidak nampak perdarahan, tusukan
dapat diulangi dengan luka yang lebih dalam/lebar pada tempat
yang sama. Ini tidak mempengaruhi tes.
8. Isaplah darah yang keluar dengan kertas saring, setiap 30 detik.
Hindari jangan sampai kertas saring kontak/menekan luka.
9. Tes berakhir bilamana tidak nampak lagi darah yang terisap.
10. Tekan Stopwatch, catat menit saat itu.
11. Bersihkan luka, tutup dengan kasa steril/plester.

Nilai Normal : 3-7 menit

Interprestasi Hasil : 1 – 6 menit.

Unit terkait : - Rawat jalan


- Rawat inap

Masa Perdarahan Memanjang Pada :


 Trombositopenia
 Peny Von Willebrand
 Pada sebagian besar kelainan fungsi trombosit
D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 24
 Setelah minum aspirin.
 Abnormalitas fungsi trombosit
 Ketidaknormalan vaskuler
 Penyakit hati berat
 Anemia aplastik
 Defisiensi faktor pembekuan
 Leukemia.

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Pemeriksaan Waktu Pembekuan (Clotting Time)
(Cara Modifikasi LEE & WHITE)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu pemeriksaan dalam menentukan lamanya waktu yang


diperlukan darah untuk membeku sebagai ukuran daripada aktifitas
faktor-faktor koagulasi darah terutama faktor-faktor yang
membentuk tromboplastin dan faktor yang berasal dari trombosit.
Tujuan : - Untuk mengetahui faktor pembekuan mana yang aktifitasnya
berkurang serta memeriksa jumlah dan fungsi trombosit.
- Untuk memantau penderita yang mendapat terapi dengan
heparin dan menentukan dosisi terapi.
Prinsip : Waktu pembekuan diukur sejak darah keluar dari pembuluh sampai
terjadi bekuan dalam suatu kondisi spesifik
Kebijakan : - Tabung yang dipakai sebaiknya yang diberi lapisan silikon
yang bersih/kering.
- Pengambilan darah vena harus lancar.
- Hindari adanya busa atau gelembung dalam spuit atau tabung.
- Diameter tabung harus sama.

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 25


- Pengamatan harus cermat, tanpa harus melakukan pekerjaan
lain.
- Tabung yang tidak sedang diperiksa jangan digoyang-goyang/
diangkat dengan tergesa-gesa.
- Penulisan hasil harus lengkap.
Prosedur : 1. Lakukan pungsi vena
2. Segera setelah darah masuk dalam semprit, catat waktu atau
tekan Stop Watch. Angkatlah jarum semprit, kemudian alirkan
perlahan 1 ml darah ke dalam tabung dalam posisi miring,
dimana darah mengalir lewat dinding tabung. Lakukan pada 4
tabung.
3. Tabung 1 tiap 30 detik diangkat dari rak, dimiringkan, lihat
adanya bekuan.
4. Setelah darah dalam tabung 1 beku, baru periksa tabung 2
demikian juga tiap 30 detik. Sampai ada pembekuan, baru saat
ini “catat waktunya”
5. Tindakan sama untuk tabung 3 dan 4.

Darah Normal : membeku dalam 4-8 menit (Lee White)

Interprestasi Hasil : 9 – 15 menit.

:Unit terkait : - Rawat jalan


- Rawat inap
RSUD Kalisat JUDUL SOP
Pemeriksaan Masa Protrombin (PT)
(Menggunakan Coagulometer)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 26


Pengertian : Suatu pemeriksaan dengan menggunakan reagen tromboplastin
jaringan dan Ion kalsium. Bila reagen tersebut dimasukkan ke
dalam plasma yang telah dibubuhi antikoagulan sitrat, maka reagen
tersebut akan merangsang pembekuan melalui jalur ekstrinsik
dengan mengaktifasi faktor X secara langsung tanpa melibatkan
trombosit atau prokoagulan yang ada di jalur intrinsik.

Tujuan : - Untuk menguji adanya gangguan faktor pembekuan darah pada


jalur ekstrinsik yaitu kekurangan faktor V, VII, X, protrombin
dan fibrinogen.
- Memantau penderita penyakit hati.
- Untuk memantau pengobatan dengan koagulan serta
menentukan dosis terapi (sebagai monitoring).
- Persiapan tindakan pembedahan.

Prinsip : Kedalam plasma ditambahkan thrombin dengan jumlah tertentu,


waktu yang digunakan sampai terjadi fibrin dilaporkan sebagai
waktu thrombin.

Kebijakan : 1. Suhu Water Bath 37oC  0,5 (harus ada thermostat)


2. Darah sitrat harus segera diputar dan harus segera diperiksa
(tidak boleh lebih dari 2 jam pada suhu kamar / 4 jam pada 2 –
8oC).
3. Spesimen tidak boleh hemolisis.
4. Harus ada kontrol dan plasma normal.
5. Perhatikan Expired date reagen.

Prosedur : 1. 100 ul plasma, masukkan kuvet plastik, letakkan pada sumur


inkubator  3 menit.
2. 100 ul OBT ambil dari cangkir reagen.
3. Pindahkan kuvet plasma ke sumur pemeriksaan.
4. Masukkan OBT ke kuvet plasma, perhitungan detik akan mulai
dengan 2 cara:

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 27


 Bila menggunakan pipet otomatis “koagulometer” setelah
volume dikeluarkan, pangkal pipet ditekan lebih sampai
menekan tombolnya, layar digital mulai menghitung.
 Bila menggunakan pipet otomatis biasa, bersamaan dengan
volume dikeluarkan, tombol “Start” pada Coagulometer
ditekan. Layar digital akan mulai menghitung.
5. Sampel berikutnya langsung dilakukan seperti diatas. Layar
digital akan mulai menghitung otomatis kembali ke 0.
Nilai normal pada orang dewasa : 60-70 detik
Interprestasi Hasil : 11 – 15 detik.
Unit terkait : - Rawat inap (bedah, OBG, jantung)
- Rawat jalan

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Pemeriksaan Masa Tromboplastin Plasma Teraktifasi
(APTT)
(Menggunakan Coagulometer)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu pemeriksaan yang mengevaluasi kelainan dari jalur intrinsik,


dimana proses pembekuan intrinsik dimulai bila ada bahan lain
yang merangsang faktor XII.

Tujuan : - Untuk mengukur proses pembekuan dari jalur intrinsik.


- Untuk persiapan pasien-pasien yang akan dioperasi/persiapan
tindakan pembedahan.
- Untuk memantau pasien dengan terapi heparin.
Prinsip : Calcium dalam darah penderita diikat oleh anti coagulant yang
ditambahakan sehingga koagulasi tergerak. Dalam plasma terdapat
semua factor koagulasi intrinsic kecuali calcium dan trombocyt.
D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 28
Sehingga plasma ditambahakan Ca dan Trombocyt dalam
mensubstitusikan phospolipid dan tambahan aktivasi kaolin terjadi
pembekuan (koagulasi). Waktu yang diperlukan bagi plasma untuk
membentuk bekuan dilaporkan sebagai activated partial
thromboplastine time.

Kebijakan : 1. Suhu Water Bath 37oC  0,5 (harus ada thermostat)


2. Darah sitrat harus segera diputar dan harus segera diperiksa
(tidak boleh lebih dari 2 jam pada suhu kamar / 4 jam pada 2 –
8oC).
3. Spesimen tidak boleh hemolisis.
4. Harus ada kontrol dan plasma normal.
5. Perhatikan Expired date reagen.

Prosedur : 1. 100 ul plasma, masukkan kuvet plastik, letakkan pada sumur


inkubator  3 menit.
2. 100 ul TROMBOSIL dari cangkir sumur segera sebelah kiri
ditambahkan.
3. Pindahkan kuvet plasma ke sumur pemeriksaan.
4. 100 ul CaCl2 masukkan ke kuvet plasma.
5. Perhitungan detik akan mulai dengan 2 cara :
 Bila menggunakan pipet automatic “Coagulometer”, setelah
volume dikeluarkan pangkal pipet ditekan lebih sampai
menekan tombolnya, layar digital mulai menghitung.
 Bila menggunakan pipet automatic biasa, bersamaan
dengan volume dikeluarkan, tombol “Start” pada
Coagulometer ditekan. Layar digital akan mulai
menghitung.
6. Sampel berikutnya langsung dilakukan seperti diatas. Layar
digital akan mulai menghitung otomatis kembali ke 0.
Interprestasi Hasil : 35 – 45 detik (FK.Widmann), 20-35 detik (Joice
LF.Kee)Memanjaangnya PTT dan APTT menunjukan adanya defisiensi factor
pembekuan V, IX, X. XI, XII, dan juga pada penyakit sirosis hepatik, defisiensi
fitamin K, leukemia, penyakit hodgkin’s.

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 29


Unit terkait : - Rawat inap (bedah, OBG, jantung)
- Rawat jalan

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Pemeriksaan Hitung Jumlah Eosinofil
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu pemeriksaan hitung jumlah eosinofil dengan menggunakan


pipet leukosit dan dihitung dengan menggunakan kamar hitung
Improved Neubauer pada empat kotak leukosit.

Tujuan : Untuk membantu diagnosa penyakit alergi atau cacing.

Prinsip : Eosinofil dihitung tersendiri dengan larutan pengencer yang dapat


mewarnai eosinofil tapi sel lekosit yang lain serta eritrosit lisis.
Perhitungan didasarkan atas penipisan dan volume cairan dalam
kamar hitung.

Kebijakan : - Pada waktu memipet darah dan reagensia harus tepat


(pengenceran harus tepat).
- Pada waktu mengocok harus benar-benar tercampur.
- Tutup kamar hitung harus benar-benar rapat.

Prosedur : 1. Persiapkan reagensia sebagai berikut:


a. Larutan Eosin 1% 5 ml
b. Aceton 5 ml
c. Aquadest 90 ml
2. Hisap darah ke dalam pipet Leukosit (Thoma) sampai tanda I
3. Hisap reagensia sampai tanda II
4. Kocok dan diamkan 5 – 10 menit
5. Kocok lagi dan buang 4 tetes pertama

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 30


6. Isikan ke dalam kamar hitung Improved Neubauer dan diamkan
3 menit
7. Hitung jumlah eosinofil pada empat kotak hitung Leukosit,
dibawah mikroskop dengan obyektif 10x
8. Laporkan jumlah eosinofil dengan penghitungan sebagai
berikut:
Pengenceran : 10 x
Isi kotakLeukosit : 4 ( 1 x 1 x 0,1 mm) = 0,4 mm3
Dalam 4 kotakLeukosit eosinofil terbilang =N
Jumlah eosinofil dalam 0,4 mm3 = N.10
100.N
1 mm3 =
4
Jadi jumlah eosinofil = 25.N/mm3
Nilai Normal: 1-4 %
Interprestasi Hasil : 50 – 300 sel/ml darah
Peningkatan Eosinofil terjadi pada:
- Alergi
- Infeksi Parasit
- Klebitis
- Kanker pada tulang
- Otak
- Testis
- Ovarium

Penurunan Eosinofil terjadi pada:


- Hiperfungsi Adrenokortikal
- Stress
- Shock
- Luka bakar

Unit terkait : - Rawat jalan


- Rawat inap

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Pengecatan Giemsa

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 31


No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu cara untuk mewarnai hapusan darah dengan menggunakan


pewarnaan Romanowsky.

Tujuan : 1. Membedakan setiap jenisLeukosit.


2. Mengetahui setiap perubahan morfologi eritrosit.
3. Mengidentifikasi trombosit.
4. Mengetahui sel-sel abnormal.

Kebijakan : - Cat giemsa yang digunakan harus diganti setiap hari (24 jam)
- hapusan darah harus sudah memenuhi syarat

Prosedur : 1. Siapkan larutan Giemsa encer sebagai berikut:


1 volume giemsa induk + 9 volume larutan penyangga/buffer
(larutan ini tidak tahan lebih dari 24 jam).
2. Celupkan hapusan darah (preparat) kedalam methanol absolute
hingga seluruh lapisan darah basah oleh methanol.
3. Letakkan sediaan diatas rak dengan lapisan darah menghadap
keatas.
4. Teteskan larutan giemsa encer sehingga menutupi seluruh
lapisan darah, biarkan selama 15 – 20 menit.
5. Dalam posisi mendatar sediaan hapusan darah disiram air untuk
membuang cat.
6. Sediaan dikeringkan di udara

Unit terkait : - Instalasi Rawat Inap


- Instalasi Rawat Jalan

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 32


RSUD Kalisat JUDUL SOP
Pengecatan Wright
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu cara untuk mewarnai hapusan darah dengan menggunakan


pewarnaan Romanowsky.

Tujuan : 1. Membedakan setiap jenis Leukosit.


2. Mengetahui setiap perubahan morfologi eritrosit.
3. Mengidentifikasi trombosit.
4. Mencari adanya sel LE.
Kebijakan : - Sampel darah EDTA < 2 jam setelah pengambilan.
- Hapusan darah harus memenuhi syarat:
Prosedur : 1. Letakkan sediaan hapusan diatas rak dengan lapisan darah
menghadap ke atas.
2. Teteskan cat Wright sampai menutupi seluruh hapusan, biarkan
selama 2 menit.
3. Teteskan buffer penyangga pH 6,4 dengan volume sama
banyak, lalu ditiup-tiup agar cat tercampur (metallic stain
terlihat) biarkan selama 15 – 20 menit.
4. Dalam posisi mendatar, sediaan disiram air kran untuk
membuang cat.
5. Sediaan dikeringkan di udara.
Unit terkait : - Instalasi Rawat Inap
- Instalasi Rawat Jalan

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Pemeriksaan Golongan Darah ABO (Direct)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 33


Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu pemeriksaan untuk menentukan golongan darah seseorang


dengan mencari antigen yang terdapat pada permukaan sel darah
merah berdasar antibody yang sudah diketahui jenisnya.

Tujuan : 1. Untuk mengetahui golongan darah probandus berdasarkan


antigen yang terdapat pada permukaan sel darah merah.
2. Membantu dalam transfusi darah.
3. Membantu dalam trasplantasi organ.
4. Membantu dalam kasus kriminalitas.
5. Membantu dalam mengusut keturunan.

Kebijakan : - Sampel berupa whole blood ataupun Praktek Kerja Lapangan


10%.

Prosedur : 1. Teteskan 1 tetes reagen Anti A, Anti B dan Anti AB pada obyek
Glass pada tempat yang terpisah.
2. Tambahkan 1 tetes darah / Praktek Kerja Lapangan 10% pada
masing-masing zat Anti.
3. Campur rata dan baca ada tidaknya aglutinasi.
4. Interprestasikan hasil sebagai berikut:
Anti A Anti B Anti AB Golongan Darah
+ - + A
- + + B
- - - O
+ + + AB

Unit terkait : - Instalasi Rawat Inap


- Instalasi Rawat Jalan

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Pembuatan Sediaan Hapusan Darah Tepi

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 34


No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu cara untuk membuat hapusan darah tepi yang memenuhi
syarat untuk dilakukan pengecatan dan pemeriksaan evaluasi
hapusan darah pada kaca objek.

Tujuan : 1. Menilai morfologi komponen sel darah.


2. Mengetahui perubahan hitung jenisLeukosit.
3. Memperkirakan jumlah trombosit.
4. Mencari adanya parasit.

Kebijakan : - Sampel darah EDTA < 2 jam setelah pengambilan.


- Sampel tidak mengandung bekuan darah.
- Hapusan darah harus memenuhi syarat:
a. Sediaan tidak melebar sampai pinggir kaca objek (panjang
1/2 – 2/3 panjang objek glass).
b. Harus ada bagian yang cukup tipis untuk area pemeriksaan
(counting area).
c. Pinggir sediaan rata dan sediaan tidak berlubang atau
bergaris.
d. Penyebaran Leukosit harus baik (tidak boleh berhimpun
pada pinggir atau ujung sediaan.

Prosedur : 1. Kocok daerah EDTA dan dengan menggunakan batang


pengaduk kecil ambil setetes darah dan letakkan disisi kanan
kaca objek.
2. Letakkan kaca penggeser/cover glass di sebelah kiri tetesan
darah dan gerakkan ke kanan hingga mengenai tetesan darah.

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 35


3. Tunggu sampai tetesan darah menyebar pada sudut kaca
penggeser lalu gerakkan ke kiri hingga terbentuk hapusan
darah.
4. Tunggu sampai hapusan darah mengering atau dikipas-
kipaskan diudara.
5. Bila hapusan darah sudah kering beri nomor/identitas.

Unit terkait : - Instalasi Rawat Inap


- Instalasi Rawat Jalan

LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK


SEKSI KIMIA KLINIK:
Kegiatan dan pemeriksaan yang dilakukan pada seksi kimia klinik adalah sebagai
berikut
 Persiapan serum
 Pemeriksaan rutin menggunakan alat Hitachi 7070 Auto Analyzer:
1. Glukosa darah
2. Total kolesterol
3. HDL – Kolesterol
4. LDL – Kolesterol
5. Trigliserida
6. Total protein
7. Albumin
8. Gamma – Globulin
9. Bilirubin Direk
10. Bilirubin Total
11. Bilirubin Indirek
12. SGOT
13. SGPT
14. Alkali Phospatase
15. Kreatinin
16. Ureum
17. Uric Acid
 Pemeriksaan non rutin, meliputi:
1. Creatinin Clerens
 Pengeluaran hasil

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Persiapan Serum
(Dari pasien rawat inap)
D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 36
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh serum dari darah
penderita rawat inap dengan tata cara yang benar sehingga
diperoleh serum yang memenuhi syarat untuk dilakukan
pemeriksaan.

Tujuan : - Untuk mendapatkan serum yang layak dan memenuhi syarat


sebagai bahan pemeriksaan Kimia Klinik.

Kebijakan : - Kecepatan Centrifuge diatur jangan terlalu tinggi


- Jangan memaksa mengeluarkan darah melalui jarum ke dalam
tabung ketika darah mulai membeku.
- Tabung harus kering dan bersih.
- Sebelum diputar darah dibiarkan beku lebih dulu dan diberi
nomor yang jelas.

Prosedur : - Atur botol dan spuit (berisi darah) sesuai dengan ruangannya.
- Beri nomor urut, dan masukkan darah ke dalam tabung sesuai
nomornya.
- Centrifuge dengan kecepatan 2000 rpm 5 – 10 menit.
- Pipet serum  0,5ml, masukkan ke dalam cup sampel sesuai
nomor urut.
- Serum siap untuk diperiksa pada Auto Analyzer

Unit terkait : - Rawat inap


- Gudang Logistik
- IPS

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 37


RSUD Kalisat JUDUL SOP
Persiapan Serum
(Dari pasien rawat jalan)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh serum dari darah
penderita rawat jalan dengan tata cara yang benar sehingga
diperoleh serum yang memenuhi syarat untuk dilakukan
pemeriksaan.

Tujuan : - Untuk mendapatkan serum yang layak dan memenuhi syarat


sebagai bahan pemeriksaan Kimia Klinik.

Kebijakan : - Kecepatan Centrifuge diatur jangan terlalu tinggi


- Jangan memaksa mengeluarkan darah melalui jarum ke dalam
tabung ketika darah mulai membeku.
- Tabung harus kering dan bersih.
- Sebelum diputar darah dibiarkan beku lebih dulu dan beri
nomor yang jelas.

Prosedur : - Darah (dalam tabung) ditunggu sampai membeku (5 – 10


menit)
- Bekuan dilepaskan dengan hati-hati dari dinding tabung.
- Centrifuge dengan kecepatan 2000 rpm 5 – 10 menit.
- Pipet serum  0,5ml dengan hati-hati tanpa menimbulkan
buih/gelembung, masukkan pada cup sampel sesuai nomor
urut.

Unit terkait : - Rawat jalan


- IRD
- Rawat inap
D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 38
RSUD Kalisat JUDUL SOP
Pemakaian Centrifuge
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu tata cara penggunaan alat Centrifuge dengan benar sesuai
prosedur yang digunakan untuk memisahkan serum/plasma dari
komponen darah untuk dilakukan pemeriksaan.

Tujuan : Untuk memperoleh serum/plasma/bahan pemeriksaan lain sesuai


kebutuhan dengan waktu dan kecepatan tertentu.

Kebijakan : - Setiap 6 bulan sekali dilakukan trial


- Setelah pemakaian bersihkan alat dari sisa-sisa sampel
pemeriksaan
- Cabut kabel dari saklar bila alat tidak dipakai.

Prosedur : 1. Nyalakan alat dengan menekan power ON


2. Buka tutup Centrifuge
3. Masukkan tabung yang berisi bahan pemeriksaan ke dalam alat
dan beri imbangan.
4. Tutup alat.
5. Atur waktu dan kecepatan sesuai kebutuhan (rata-rata 3000
rpm selama 5 menit).
6. Buka alat dan ambil tabung setelah alat mati (proses berhenti).
Unit terkait : - Rawat jalan
- Rawat inap

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Pemeriksaan Creatinin Clearence

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 39


No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu pemeriksaan untuk mengukur kadar Creatinin dalam darah,


kadar creatine urine dan diuresis per menit. Creatinin tidak
mendifusi kembali ke dalam darah sehingga nilai normal Cratinin
Clerence lebih besar dari urea clerence dan mendekati nilai
Giomerular Filtration Rate (GFR).

Tujuan : Untuk menilai faal glomeruli.

Kebijakan : - Pemeriksaan ini biasanya 24 jam untuk penderita rawat inap


dan 12 jam untuk penderita rawat jalan.
- Data-data yang diperlukan untuk pemeriksaan ini adalah :
Kadar Creatinin darah, Creatinin Urine, Nilai deuresis, Berat
badan dan tinggi badan penderita.
- Reagen yang digunakan adalah Jaffe / Asam Pikrat
- Penderita dilarang berkemih selama beberapa jam sebelum
permulaan percobaan.
- Pada saat permulaan test (untuk penderita rawat inap jam 07.00
dan untuk penderita rawat jalan jam 19.00) kandung kemih
dikosongkan benar-benar. Saat mengeluarkan urine waktu
dicatat tepat.
- Selama 24 jam (atau 12 jam) kumpulkan semua urine yang
dikeluarkan.
- Pada saat porsi urine terakhir dikeluarkan, ambil darah pasien
untuk pemeriksaan kadar creatinin. Kirim ke laboratorium
beserta 2,0 ml urine tampung. Sertakan data berat badan dan
tinggi badan penderita (untuk koreksi atas diuresis terhadap
luas badan 1,73 m2).

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 40


Prosedur : 1. Lakukan pemeriksaan kadar creatinin darah dan urine penderita
dengan menggunakan Hitachi 7070.
2. Interpretasikan hasil dengan rumus :
U
XV ml/menit
B

Harga normal = 117  20 ml/menit


Nilai Normal dalam darah (YAFFE dan JOYCE L.F Kee,1991)
Pria : 0,6-1,3 mg/dl, atau 45-132,5 umol/L
Wanita : 0,5-0,9 mg/dl
Anak : 0,4-1,2 mg/dl (27-54 umol/L)
Bayi : 0,7-1,7 mg/dl
Bayi baru lahir: 0,8-1,4 mg/dl
Peningkatan kreatinin dalam darah menunjukan adanya
penurunan funsi ginjal dan penyusutan masa otot rangka.
Peningkatan kadar kreatinin terjadi pada gagal ginjal akut dan
kronis, shok yang lama, kanker, lupus eritematosus, nefropatle,
diabetic, gagal jantung kongesti, AMI ( akun midcord infark)
dan konsumsi daging sapi tinggi. Obat yang dapat
meningkatkan kadar kreatinin adalah vitamin c, metildopa,
litium karbonat dan antibiotika golongan sefalosporin,
amfoterisin B, aminoglikosid, dan konomisin.
Unit terkait : - Instalasi rawat inap
- Instalasi rawat jalan
SEKSI SAMPLING

Pertunjuk praktis pengambilan dan pengiriman sampel


Hasil pemeriksaan Laboratorium untuk dapat menunjang para Klinisi sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu meliputi persiapan penderita, waktu
pengambilan, cara pengambilan dan pengiriman sampel dengan benar, metode
pemeriksaan, kemampuan petugas laboratorium dan ketertiban administrasi yang
baik.
Bila salah satu faktor tersebut kurang baik maka hasil pemeriksaan
laboratorium menjadi tidak berarti sama sekali. Sebaliknya bila faktor–faktor tersebut
sangat baik, maka hasilnya akan sangat membantu para klinisi dalam mendiagnosa
dan melakukan pengelolaan terhadap penderita.
D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 41
Mengingat pentingnya pengelolaan sampel pada pemeriksaan laboratorium,
akan dibahas persiapan penderita sebelum diambil darahnya, cara pengambilan dan
pengiriman sampel yang benar dengan harapan dapat menambah wawasan para
petugas terhadap pemeriksaan laboratorium patologi klinik.
Persiapan Penderita
 Untuk pemeriksaan kimia klinik pengambilan darah dilakukan setelah
penderita puasa 6–12 jam (setelah pukul 21.00, penderita tidak boleh makan
ataupun minum apapun kecuali air putih sampai diambil darahnya besok pagi
pukul 07.00).
 Dengan demikian dapat dihindari gangguan–gangguan terhadap beberapa titik
analisa akibat lipemik darah yang berhubungan dengan makanan.
 Untuk pemeriksaan lipid darah, 24 jam sebelum pengambilan darah, penderita
dilarang minum alkohol.
 Untuk pemeriksaan gula darah 2 jam sesudah makan, darah diambil tepat 2
jam setelah makan (berupa makanan penderita sehari–hari, dan makan tersebut
harus dihabiskan dalam waktu 15–20 menit).
 Untuk memeriksa Glukosa Tolerance Test (GTT), penderita diet (makan)
karbohidrat 250 g / hari selama 3 hari sebelum dilakukan pemeriksaan.
 Pada penderita Glukosa 50–75 gram, penderita diperintahkan agar segera
meminum sampai habis dalam waktu tidak lebih dari 15–20 menit (2,3).
 Sebaiknya tidak membendung darah atau memakai torniquet terlalu lama,
karena dapat terjadi hemokonsentrasi.
 Obat tertentu yang dapat mempengaruhi hasil analisa, harus dihentikan
beberapa hari sebelum pengambilan darah.
 Posisi waktu pengambilan, dimana perubahan posisi yang semula berbaring
menjadi berdiri dapat mempengaruhi volume darah dan berlaku sebaliknya.
Pengambilan sampel darah
Untuk pemeriksaan kimia klinik / serologi maupun hematologi bila
memerlukan darah lebih dari 0,5 ml maka lazimnya darah diambil dari arteri
femoralis / radialis. Pengambilan darah hendaknya tidak pada daerah yang berinfus,
meradang maupun dermatitis. Untuk pengambilan darah vena yang terpenting adalah
perlahan – lahan, namun jangan terlalu lama.

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 42


Kemungkinan kesalahan pada pengambilan darah adalah terjadinya hemolisa
yang merupakan sumber kesalahan utama pada pelaksanaan analisa kimia klinik.
Sebab – sebab kesalahan dari hasil analisa akibat hemolisa adalah zat – zat yang
konsentrasinya di dalam eritrosit lebih tinggi daripada di dalam plasma / serum
merembes ke dalam sampel pemeriksaan akibat kerusakan dinding erotrisit, yang
dapat mengakibatkan peningkatan dari hasil analisa. Contoh zat – zat tersebut adalah :
Kalium, Megnesium, Kreatinin, LGL, Alkali Fosfatase, GPT, GOT.
Sebab – sebab terjadinya hemolisa adalah :
a. Kemacetan pada pengambilan darah
b. Penyedotan darah yang terlalu cepat
c. Memasukkan darah ke dalam botol tanpa melepaskan jarum suntiknya,
sebaiknya memasukkan darah yang sudah membeku di dalam spuit melalui
jalan belakang dengan membuka toraks terlebih dahulu atau sumbat karet
bagian belakang.
d. Kontaminasi dengan detergent atau air.
e. Whole blood didiamkan terlalu lama.
f. Sentrifugasi yang terlalu cepat.
Tempat sampel darah
a. Tempat sampel darah atau botol harus kering, bersih dan bertutup karet.
b. Harus diberi label yang bertuliskan dengan jelas nama dan alamat penderita
dan jenis pemeriksaan yang diinginkan, serta tanggal pengambilan sampel
darah (Phlebotomi).
c. Sampel darah dihindarkan dari penguapan dan sinar matahari langsung.
d. Sampel darah dikirim ke laboratorium dengan disertai formulir permintaan
pemeriksaan dengan mengisi nama penderita, umur, jenis kelamin, ruangan,
register, tanggal kirim, diagnosa kerja dan jenis pemeriksaan yang diminta.
Formulir harus ditandatangani oleh dokter yang meminta.
Antikoagulan

Antikoagulan yang sering digunakan adalah :


ANTIKOAGULAN KONSENTRASI
EDTA ( Ethlene Diamine Tetra Acetic Acid) 1 mg / 1 ml darah
Litium / Na – Heparin 0,75 mg / 1 ml darah
Na – Fluorida 2 mg / 1 ml darah
Na – Citrat 3,8 % 1 bagian / 9 bagian darah
untuk pembuatan plasma citrat

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 43


Volume / jumlah darah yang diperlukan :
No. HEMATOLOGI JUMLAH ANTIKOAGULAN

No. IMUNO SEROLOGI JUMLAH ANTIKOAGULAN


1 T3, T4, TSH 5,0 ml Tidak digunakan
2 HBs Ag / Ab ( MEIA ) 2,5 ml Tidak digunakan
3 VDRL + TPHA 2,5 ml Tidak digunakan
4 Toxoplasma 2,0 ml Tidak digunakan
5 ASTO, CRP, RAF 2,5 ml Tidak digunakan
6 DHF 3,0 ml Tidak digunakan
7 HBs Ag, Ab ( ELISA ) 5,0 ml Tidak digunakan
8 Anti HBc 5,0 ml Tidak digunakan
9 AFP 3,0 ml Tidak digunakan
10 CEA 5,0 ml Tidak digunakan
11 Anti HCV 5,0 ml Tidak digunakan
12 Seramoeba 3,0 ml Tidak digunakan
13 Widal / Weil Felix 2,0 ml Tidak digunakan

No. KIMIA KLINIK JUMLAH ANTIKOAGULAN


1 Glukose Darah 2,0 ml Tidak digunakan
2 Profil Lipid 3,0 ml Tidak digunakan
3 LFT 5,0 ml Tidak digunakan
4 RFT 5,0 ml Tidak digunakan
5 LDH, CPK, CKMB 2,5 ml Tidak digunakan
6 Kalsium, Fosfor 2,0 ml Tidak digunakan
7 Na+, K+, Cl- 2,0 ml Tidak digunakan

No. LAIN – LAIN JUMLAH KETERANGAN


1 Blood Gas Analyzer 2,0 ml + heparin + 2,0 darah EDTA
Urine Lengkap 5 – 10 ml Urine baru
Tes Esbach 10 ml Urine tampung 24 jam
Cairan otak 3 – 5 ml Sampel baru

Daftar pemeriksaan yang sampelnya harus segar / Fresh :


1. Hematologi ( Darah Lengkap, PT / APTT, OFT, G6PD, Reticulosit )
2. Urinelisis dan Cairan tubuh ( Urine Lengkap, VVP, Plano Tes, Analisa Sperma /
cairan sendi, otak, pleura asites dll )
3. Kimia klinik ( GD, Kreatinin, Ureum, Lemak, Asam urat, Bilirubin, Total protein,
Albumin, SGOT, SGPT, Alkali Fosfatase, Gamma GT )
4. Parasitologi ( FL, Malaria, Benzidin tes ) Mikrobiologi ( Biakan / Kultur )
D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 44
5. Imunologi ( Widal, CRP, ASTO, RAF, Weil Felix, VDRL, TPHA )
6. Gas darah dan Elektrolit

Kegiatan rutin yang dilakukan di seksi sampling adalah sebagai berikut :


1. Pengambilan sampel darah ( vena dan arteri )
2. Pengelolaan sampel
3. Pengiriman sampel ke seksi – seksi
4. Penyediaan alat sampling ( spuit 2,5 cc dan spuit 5 cc )
5. Penyediaan botol / tempat sample
6. Penyediaan dan persiapan anticoagulant
7. Dll.

SUD Kalisat JUDUL SOP


Pengelolaan Sampel
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu cara penanganan terhadap sampel yang benar, menyangkut


keamanan dan keselamatan petugas maupun sampelnya sendiri.

Tujuan : - Untuk melindungi pekerja laboratorium dari bahaya medis.


- Untuk melindungi sampel dari kekeliruan, baik tertukar dengan
sampel lain maupun salah dalam memberi indentitas.

Kebijakan : 1. Semua sampel harus diperlakukan sebagai bahan infeksius.

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 45


2. Penanganan harus menggunakan sarung tangan atau
memperhatikan sterilitas / melakukan pencucian tangan dengan
bahan disinfektan tiga kali.
3. Sampel darah dan bukan darah harus diletakkan terpisah,
diproses menurut jenisnya.

Prosedur : 1. Lakukan pencacatan lengkap pada semua sampel mengenai


a. Nomor urut laboratorium
b. Nomor Register.
c. Nama, umur, jenis kelamin, dan alamat
d. Pengirim
e. Waktu sampel diambil / diterima
f. Jenis sampel yang diambil / diterima
g. Jenis pemeriksaan yang diminta
h. Keadaan sampel
2. Pisah – pisahkan sampel sesuai jenis dan pemeriksaannya.
3. Tempatkan sampel pada wadah yang aman (botol kering, bersih
dan bertutup karet ). Wadah jangan terbuat dari plastik.
4. Sampel darah dihindarkan dari penginapan dan sinar matahari
langsung.
5. Sampel segera dikirim ke laboratorium seksi disertai formulir
permintaan pemeriksaan dengan mengisi identitas yang jelas.

Unit terkait : - Rawat inap


- Rawat jalan
- Farmasi

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Cara Pengambilan Sampel Darah Vena
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 46
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu cara pengambilan darah vena yang biasanya diambil dari
salah satu dalam fosa cubiti, vena saphena magna / vena
supervisial lain yang cukup besar untuk mendapatkan sampel darah
yang baik ( bebas hemolisa ) serta untuk pemeriksaan yang
memerlukan darah lebih dari 2 cc.

Tujuan : Untuk mendapatkan sempal darah vena yang baik dan memenuhi
syarat untuk dilakukan pemeriksaan.

Kebijakan : 1. Gunakan jarum dan spuit yang disposible


2. Dianjurkan menggunakan “ Jarum – tabung steril “ ( Vacutainer
Venoject ) supaya darah yang diperoleh tidak terkontaminasi.
3. Pemasangan Tourniquet jangan terlalu lama/terlalu keras sebab
akan mengakibatkan darah menjadi lebih kental.
4. Lokasi pengambilan tidak boleh pada daerah berinfus dan
meradang.
5. Pengambilan darah harus perlahan–lahan namun juga jangan
terlalu lama.

Prosedur : 1. Letakkan tangan lurus dengan telapak menghadap ke atas


sambil mengepal.
2. Lakukan pembendungan pada daerah proximal dari tempat
penusukan agar vena tampak lebih jelas.
3. Sterilkan daerah vena yang akan ditusuk dengan alkohol 70 %
biarkan sampai kering.
4. Tegakkan kulit diatas vena dengan tangan kiri agar vena tidak
bergerak, sehingga mudah ditusuk.
5. Pegang spuit dengan tangan kanan, kencangkan jarum, dorong
penghisap sampai ke ujung depan ( bila ada udara dalam spuit
maka akan terjadi emboli udara dan beredar ke seluruh tubuh,
bila sampai di otak akan menutup otak ).
6. Tusukkan jarum dengan sisi lubang menghadap ke atas
membentuk sudut  15-30 oC sampai ujung jarum masuk ke
dalam vena (terlihat darah pada pangkal jarum).
D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 47
7. Penghisap semprit ditarik pelan–pelan sampai didapatkan
volume darah yang diinginkan.
8. Kepalan tangan dibuka, lepaskan bendungan, letakkan kapas
diatas jarum, cabut jarum dengan menekan kapas pada bekas
tusukan selama beberapa menit untuk mencegah pendarahan.
9. Lepaskan jarum , tuang darah ke dalam botol penampung yang
volumenya sesuai melalui dinding tabung untuk menghindari
adanya gelembung udara.
10. Jika menggunakan antikoagulan, kocok botol beberapa menit
agar antikoagulan tercampur dengan darah dan tidak terjadi
pembekuan.

Unit terkait : - Rawat inap


- Rawat jalan
- Farmasi

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Cara Pengambilan Darah Kapiler
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu cara pengambilan darah pada ujung jari, cuping telinga,
daerah bawah fossa cubiti dan tumit bayi dengan menggunakan
lancet.

Tujuan : - Untuk mendapatkan sampel darah kapiler guna dilakukan


pemeriksaan laboratorium yang hanya memerlukan darah
kurang dari 0,5 cc dan dikerjakan di tempat.
- Untuk pemeriksaan Bleeding Time (waktu pendarahan)

Kebijakan : 1. Pergunakan lanset yang diposible.

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 48


2. Pengambilan pada tumit bayi jangan terlalu dalam, bila terkena
tulang akan menyebabkan asteochondritis.
3. Pengambilan pada orang dewasa tidak boleh pada jari
kelingking atau ibu jari, sebab pada daerah tersebut bila ada
infeksi tidak bisa dihambat/menyebar.
4. Pada waktu penusukan pastikan sudah dalam keadaan kering
(tidak tercampur alkohol).
5. Tempat pengambilan tidak boleh memperlihatkan gangguan
peredaran darah seperti cyanosis atau pucat.

Prosedur : 1. Lakukan tekanan pada jari/cupingan telinga.


2. Lakukan disinfeksi dengan alkohol 70 %, biarkan sampai
kering.
3. Lakukan tusukan dengan lancet steril.
4. Darah yang pertama keluar dihapus dengan kapas/kasa steril.
5. Biarkan darah keluar tanpa memberi tekanan lagi.
6. Bila pengambilan telah cukup, tutup luka tusukan dengan kapas
alkohol dengan sedikit tekanan

Unit terkait : - Rawat inap


- Rawat jalan

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Cara Pengambilan Darah Arteri
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 49


Pengertian : Suatu cara pengambilan darah dari pembuluh arteri dengan
menggunakan spuit khusus yang mengandung antikoagulan
heparin.

Tujuan : - Untuk mendapatkan sampel darah guna pemeriksaan Gas


darah.
- Untuk mengambil sampel darah bila mengalami kesulitan
dalam pengambilan darah vena.

Kebijakan : 1. Spuit yang berisi darah arteri, setelah dicabut dari pembuluh
arteri, jarum harus segera ditutup dengan karet.
2. Selama pengiriman darah ke laboratorium, masukkan spuit
dengan darah arteri ke dalam kantong es (untuk mengurangi
terjadinya aktifitas metabolik dari sperimen).
3. Selama pengambilan darah, penderita dianjurkan berbaring.

Prosedur : 1. Dibersihkan daerah arteri yang akan ditusuk dengan alkohol 70


% dan biarkan kering.
2. Dilakukan penusukan pada daerah yang denyutannya terasa
paling menonjol.
3. Setelah jarum dicabut, tekan daerah tersebut dengan kapas
alkohol 70 % beberapa menit agar tidak timbul perdarahan
lebih lanjut.
4. Begitu jarum dicabut dari arteri, jarum harus segera ditutup
dengan karet.

Unit terkait : - Rawat inap (perawat)


- Rawat jalan (perawat)
- IRD (perawat)

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Perlengkapan Pengambilan Sampel
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 50


……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Perlengkapan pengambilan sampel adalah alat–alat, bahan dan


perlengkapan lain yang perlu disiapkan untuk mengambil sampel
pasien. Perlengkapan tersebut harus tersedia dalam satu kotak.

Tujuan : - Untuk mengetahui alat–alat dan perlengkapan lainnya yang


harus tersedia dalam kotak sebelum pengambilan sampel.

- Sebagai petunjuk petugas yang akan melakukan pengambilan


sampel untuk mempermudah pada waktu pengambilan sampel .

Kebijakan : Semua alat diperiksa dahulu, dan harus tersedia dalam keadaan
baik dan lengkap sebelum dilakukan pengambilan sampel.

Prosedur : Peralatan yang harus ada dalam laboratorium sampling sebagai


berikut :
1. Ballpoint/pensil
2. Label untuk identitas pasien
3. Tabung berisi antikoagulan
4. Tabung antikoagulan
5. Jarum disposable
6. Spuit disposable (ukuran 3cc, 5cc, 10cc)
7. Winged needle atau butterfly needle.
8. Tourniquet
9. Alkohol 70 %
10. Kapas
11. Plester
12. Sarung tangan
13. Lancet steril
14. Mikrotainer untuk darah kapiler
15. Wadah untuk urine, feses, sputum dll.
16. Handuk untuk cuci tangan
17. Termometer

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 51


18. Gel/foam anti bakteri untuk cuci tangan tanpa air sabun
19. Tempat khusus untuk membuang jarum dan lancet yang sudah
dipakai.
20. Tabung tanpa antikoagulan.
21. Rak tabung

Unit terkait : - Rawat inap


- Rawat jalan / IRD
- Gudang logistik
- Farmasi
RSUD Kalisat JUDUL SOP
Pengambilan Sampel Faal Hemostasis
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu cara pengambilan darah untuk pemeriksaan Faal Hemostasis


(PPT, APPT) dengan perbandingan jumlah sampel dan
antikoagulan secara baik dan benar.

Tujuan : - Sebagai pedoman petugas dalam mengambil sampel untuk


pemeriksaan Faal Hemostasis.
- Untuk menghindar kesalahan dalam jumlah perbandingan
antara sampel darah dan antikoagulan.

Kebijakan : 1. Sampel yang sudah diambil harus segera dikirim ke


laboratorium.
2. Antikoagulan yang digunakan adalah Na. Citrat 3,8 %.
3. Tabung sentrifuge yang digunakan mempunyai skala ukuran.

Prosedur : 1. Dimasukkan 200 µl Na. Citrat 3,8 % dengan mikropipet


kedalam tabung.
2. Dmbil darah vena sebanyak 2,0 cc.

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 52


3. Masukkan darah kedalam tabung yang sudah terisi Na. Citrat
sampai tanda 0,2 ml.
4. Segera kocok hingga darah dan antikoagulan tercampur
homogen.
5. Diberi label pada tabung dans segera kirim ke laboratorium.

Unit terkait : - Instalasi rawat inap


- Instalasi rawat jalan

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Cara menggunakan Vacutainer
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu tata cara penggunaan vacutainer yang benar untuk


mengambil darah.

Tujuan : - Untuk dapat mengetahui dan menggunakan vacutainer dengan


benar.
- Untuk mendapatkan sampel darah yang sesuai dengan
kebutuhan.

Kebijakan : - Vacutainer yang akan digunakan tidak boleh Expired date.


- Kenali warna–warna tutup dari vacutainer dan penggunaannya.

Prosedur : 1. Pegang jarum mata dua pada bagian tutup yang berwarna
dengan satu tangan, kemudian putar dan lepaskan begian
berwarna putih dengan tangan yang lain.
2. Pasang jarum mata dua pada holder dengan cara memutar.
3. Persiapkan posisi pungsi vena. Lepaskan tutup jarum yang
berwarna, lakukan pengambilan darah vena seperti biasa

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 53


dengan posisi lengan kerah bawah, usahakan membentuk sudut
15–30 derajat.
4. Masukkan tabung ke holder. Tempatkan jari telunjuk dan jari
tengah pada pinggiran holder dan ibu jari pada dasar tabung.
Dorong tabung sampai pada ujung holder. Lepaskan tourniquet
saat darah mulai mengalir ke tabung.
5. Bila kevakuman habis, maka pengaliran darah berhenti. Tekan
perlahan pinggiran holder dengan ibu jari untuk melepaskan
stopper dari jarum. Lepaskan tabung dari holder. Bila masih
membutuhkan sampel darah lagi, ulangi lagi dari tahap 4.
6. Setelah sampel darah terkumpul, tabung dibolak balik 5–10x
secara perlahan untuk mencampur zat adiktif dengan darah.
Jangan dikocok. Lepaskan tabung terakhir sebelum mencabut
jarum dari vena.
7. Buanglah jarum bekas pakai ke dalam “disposal container”

Unit terkait : - Rawat inap


- Rawat jalan
- IRD
- Gudang logistik
- Farmasi

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Pembuatan larutan EDTA 10 %
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Pembuatan larutan EDTA 4 % adalah cara pembuatan larutan


EDTA 4 % dari kristal EDTA.

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 54


Tujuan : - Untuk dipakai sebagai antikoagulan dalam pemeriksaan darah
tertentu misalnya Darah Lengkap.

Kebijakan : 1. Pelarut menggunakan Aquades.


2. Pipet yang digunakan menggunakan standar 1 cc = 20 tetes.
3. 1 cc Darah memerlukan 1 mg EDTA.

Prosedur : 1. Timbang kristal EDTA sebanyak 10 gr.


2. Larutkan 10 gr EDTA tersebut dalam 100 cc aquades dengan
mengaduknya sampai jernih.
3. Perhitungan :
- 10 gr EDTA dalam 100 cc aquades
- 10.000 mg EDTA dalam 2000 tetes EDTA 4 %
- 1 mg EDTA = 5 tetes
- 3 cc darah memerlukan 3 mg EDTA kering = 15 tetes
EDTA 10 %
4. Digunakan 2 tetes larutan EDTA 10 % untuk 3 cc darah dengan
pertimbangan :
- EDTA kristal sulit larut, sehingga dimungkinkan tidak
semuanya terlarut.
- EDTA yang diambil adalah supernatannya (konstrasi lebih
rendah)
- Untuk memudahkan.

Unit terkait : - Seksi sampling


- Gudang logistik
- Farmasi

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Pengambilan Sampel Urine Pada Wanita
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 55
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu cara pengambilan urine yang benar pada wanita untuk
dilakukan pemeriksaan urinalisa

Tujuan : - Untuk mengetahui cara pengumpulan sampel urine yang benar


pada wanita.
- Untuk mendapatkan sampel urine yang representatif.

Kebijakan : 1. Urine harus ditampung dalam wadah yang kering, bersih dari
detergen dan bila mungkin disposible.
2. Setelah sampel urine didapat, petugas sampling harus segera
mendistribusikan ke seksi yang bersangkutan sebelum 1 jam.

Prosedur : 1. Pasien dianjurkan mencuci tangan terlebih dahulu.


2. Buka lipatan kulit disekitar muara pembuangan urine dan cuci
daerah tersebut dengan air bersih atau air matang.
3. Pegang lipatan kulit tersebut dengan salah satu tangan dan
keluarkan sedikit urine ke toilet, tahan, dan tampung urine
selanjutnya pada wadah.
4. Pasang label pada botol/wadah dan segera kirim ke
laboratorium.

SEKSI LABORATORIUM IMUNOLOGI


Pemeriksaan yang dilakukan di seksi laboratorium Imunologi adalah meliputi :
1. Pemeriksaan rutin setiap hari (selesai dalam satu hari).
a. Widal.
b. HIV
c. CRP.
d. Hbs Ag
RSUD Kalisat JUDUL SOP
Tes Widal (Slide)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 56


……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu pemeriksaan terhadap serum penderita secara kualitatif dan


semi kuantitatif untuk mencari antibody terhadap Salmonella
dengan menggunakan antigen somatik (O) dan flageller (H) yang
berasal dari berbagai strain salmonella, dimana adanya antibody
akan mengalami aglutinasi dengan partikel antigen salmonella.

Tujuan : - Untuk membantu diagnosa penyakit Typhoid.


- Untuk menentukan titer antibody yang bisanya meningkat
selama awal minggu kedua perjalanan penyakit seluran cerna
dengan berlangsungnya demam.

Kebijakan : - Sampel bisa berupa serum atau plasma segar/disimpan.


- Penyimpanan sampel pada suhu 2-8oC tahan sampai 8 hari,
sedangkan pada freezer dengan suhu 25oC tahan sampai 3
bulan.
- Slide/porselen yang digunakan harus bersih dan kering.
- Pada waktu meneteskan reagen, droper jangan sampai
menyentuh serum supaya tidak terjadi kontaminasi.

Prosedur : A. Tes penyaringan (Kualitatif) :


1. Teteskan 10 µl serum diatas tatakan porselen (setara dengan
pengenceran 1 : 20).
2. Teteskan 1 drop/10 µl reagen antigen salmonella (memakai
droper yang disertakan dalam kit) di dekat serum.
3. Campur pelan-pelan memakai pengaduk bersih.
4. Goyang pelan-pelan dengan gerakan memutar selama 1
menit sambil diamati terbentuknya aglutinasi.

B. Tes Titrasi (Semi kuantitatif) :


Dilakukan jika pada tes penyaringan memberikan hasil
aglutinasi positif.

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 57


1. Ambil tatakan porselen, kerjakan seperti pada tes
penyaringan dengan pengenceran sebagai berikut :
40 micro serum + 1 tetes reagen = 1 : 40.
20 micro serum + 1 tetes reagen = 1 : 80.
10 micro serum + 1 tetes reagen = 1 : 160.
5 micro serum + 1 tetes reagen = 1 : 320.
2,5 micro serum + 1 tetes reagen = 1 : 640.
2. Amati terbentuknya aglutinasi. Bila 1 : 640 masih positif
maka hasil dilaporkan > 1/640.
Kepentingan diagnosa :
Ada kenaikan titer 4x setelah 1-2 minggu dari tes penyaring
untuk daerah endemis : titer 1/640.

Interprestasi Hasil : Ags thyposa O ≠ butiran seperti pasir.


Ags thyposa H = butiran seperti kapas.
Ags SPA dan SPB = sesuai dengan group (O / H).

Unit terkait : - Rawat jalan.


- Rawat inap
RSUD Kalisat JUDUL SOP
Pemeriksaan C – Reactive Protein (CRP)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu pemeriksaan terhadap serum penderita secara kualitatif


dan semi kuantitatif untuk mencari antibodi terhadap CRP,
yaitu suatu alfa-globulin yang timbul dalam serum bila terjadi
inflamasi dimana CRP ada dalam darah 6-10 jam setelah proses
peradangan akut atau kerusakan jaringan dan mencapai
puncaknya antara 48-72 jam. CRP akan mengalami aglutinasi

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 58


dengan partikel latex apabila konsentrasinya > 6 mg/1 dalam
serum.

Tujuan : - Untuk membantu diagnosa pada penderita dengan


inflamansi yang berkaitan dengan kelainan imunologis
dimana biasanya kadar meningkat pada penyakit arthritis
rematoid, demam rematik, IMA, pielonefritis, penyakit
radang usus besar, metastase dan kanker, SLE, infeksi-
infeksi yang disebabkan oleh bakteri, kehamilan akhir,
limfoma burkitt’s.

Kebijakan : - Bahan pemeriksaan bisa berupa serum atau plasma segar.


- Reagen latex CRP harus disimpan pada 2-8oC, hindarkan
dari panas karena CRP mudah berubah akibat suhu.
- Slide yang digunakan harus bersih dan kering dengan latar
belakang hitam.
- Sebelum dilakukan pemeriksaan penderita dianjurkan puasa
selama 8-12 jam.

Prosedur : A. Kuantitatif :
1. Teteskan 50 µl serum pada slide, tambahkan 1 tetes
absorbans, kemudian diaduk sampai homogen.
2. Tambahkan 1 tetes reagen latex CRP kemudian aduk
sampai homogen.
3. Goyangkan selama 2-3 meit. Lihat adanya aglutinasi.
4. Bila hasil aglutinasi positif, lanjutkan pemeriksaan semi
kuantitatif.

B. Semi kuantitatif :
1. Lakukan pengenceran serum dengan PZ/normal saline
0,96 % sebagai berikut :
1:2 = 50 µl PZ + 50 µl serum (titer 12 mg/1).
1:4 = ambil 50 µl dari pengenceran 1 : 2 + 50 µl
PZ (titer 24 mg/1).

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 59


1:8 = ambil 50 µl dari pengenceran 1 : 4 + 50 µl
PZ (titer 48 mg/1) dan seterusnya.
2. Kerjakan seperti pada tes kualitatif (No. 1 sampai
dengan 3).
Interprestasi hasil adalah pengenceran tertinggi yang
menunjukkan hasil positif.

Interprestasi hasil : (+) terjadi aglutinasi tingkat CRP pada sampel > 6 mg/l.
(-) terjadi aglutinasi tingkat CRP pada sampel < 6 mg/l.

CRP meningkat : Jumlah erytrosit yang meningkat.


LED yang meningkat.

CRP positif (+)(selalu ada): Terdapat pada demam rematik, arthtritis reumatoid,
infeksi bakterial akut dan hepatitis virus.

Unit terkait : - Rawat jalan.


- Gudang logistik.
- IRD.
- Rawat inap.

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Pemeriksaan HIV (Determine)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu pemeriksaan Imunologi kualitatif terhadap serum


penderita untuk mendeteksi adanya antibody terhadap HIV
1 dan HIV 2 dengan metode Immuno Kromatografi (ICT).

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 60


Tujuan : Untuk membanti menegakkan diagnosa pada penyakit HIV
dengan menentukan adanya antibody terhadap HIV 1 dan
HIV 2.

Kebijakan : - Sampel bisa berupas serum, plasma EDTA atau whool


blood.
- Sampel ( serum ) tidak boleh hemolisa.
- Simpan reagen pada suhu 2-8oC.
- Pengerjaan harus hati-hati (jangan memipet
sampel/reagen dengan mulut)
- Bersihkan dan disinfeksikan semua peralatan dan meja
setaip kali selesai mengerjakan.
- Gunakan selalu masker dan sarung tangan pada saat
mengerjakan.
- Jika didapatkan hasil tes positif, konfirmasikan dengan
dua metode pemeriksaan yang lain, dan kalau perlu di
rujuk ke BLK Surabaya.
- Jika pemeriksaan baru bisa dilakukan 7 hari setelah
pengambilan sampel, maka sampel (serum/plasma)
harus disimpan dalam suhu 2-8oC dan bila pemeriksaan
baru bisa dikerjakan setelah 7 hari dari pengambilan
sampel, maka sampel harus disimpan dalam suhup-
20oC.
- Lakukan pemeriksaan ulang jika hasil tes invalid.

Prosedur : 1. Buka tutup pelindung dari strip tes.


2. Teteskan 10 µl dengan pipet pada “pad sample” .
3. Tambahkan 3 tetes reagent HIV ( Assay Dilluent).
4. Tunggu sampai 15 menit, dan baca hasilnya.
(+) : merah pada garis/jendela kontrol dan jendela
tes/pasien.
(-) : merah pada satu garis (jendela kontrol).
invalid : jika tidak timbul warna merah pada kedua
jendela (kontrol dan pasien) atau merah pada
jendela pasien saja.
D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 61
Unit terkait : - Rawat jalan.
- Rawat inap.
- Gudang Logistik.
- Laboratorium rujukan.

SEKSI LABORATORIUM PARASITOLOGI DAN CAIRAN TUBUH


Pemeriksaan yang dilakukan di Laboratorium Parasitologi dan Cairan Tubuh adalah
sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Urine Lengkap (UL)


2. Pemeriksaan Faeces Lengkap (FL)
3. Pemeriksaan Vulvo Vaginal Preparation (VVP)
4. Pemeriksaan Tes Kehamilan (Plano test)

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Pemeriksaan Urine Lengkap (UL)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu pemeriksaan terhadap urine secara kualitatif yang meliputi


pH, protein, glukosa, keton, bilirubin dan urobilinogen juga
pemeriksaan mikroskopik (sedimen urine) guna keperluan
penyaringan, diagnosis atau untuk mengikuti perjalanan penyakit.

Tujuan : 1. Untuk pemeriksaan rutin (screening)


2. Untuk mengetahui kelainan penyakit (diagnostik)
 Ginjal dan saluran kemih
 Hepatobilier
 Metabolik (DM)
D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 62
3. Memonitor terapi

Kebijakan : 1. Pemeriksaan harus segera dikerjakan.


2. Sampel yang dipergunakan sebaiknya urine pagi porsi tengah.
3. Botol penampung harus bersih dan kering dan bermulut lebar.
4. Bila menggunakan Urine Carik Celup (UCC), perhatikan hal-
hal berikut:
 Sebelum dipakai tiap carik harus diamati kalau-kalau
terjadi perubahan warna asli.
 Campur baik-baik urine sebelum diperiksa.
 Hilangkan kelebihan urine yang melekat pada carik dengan
menyentuh pinggir carik celup ke pinggir wadah urine
(dengan menggunakan kertas saring/tissue.
 Hasil pemeriksaan dinilai dengan cahaya terang.
 Bila ada hasil positif harus dikonfirmasi dengan reagen
kuantitatif konvensional.
 Botol wadah carik celup harus selalu ditutup rapat dan
jangan terkena sinar matahari langsung.

Prosedur : 1. Lakukan pemeriksaan makroskopis yaitu meliputi:


a. Volume urine
b. Warna urine
c. Kejernihan urine
d. pH urine
2. Lakukan pemeriksaan mikroskopis untuk melihat adanya
elemen-elemen (sel-sel, kristal, dan sebagainya) dalam urine.
Dengan cara sebagai berikut:
a. Dikocok botol urine
b. Dituangkan ke dalam tabung sentrifuge 7 – 8 cc
c. Disentrifuge 1500 rpm 5 menit/3000 rpm 3 menit.
d. Dituangkan cairan yang diatas dengan satu gerakan yang
luwes dan kontinyu dan sisakan  0,5 cc di dalam tabung
sentrifuge tersebut.

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 63


e. Dikocok tabung dengan resuspensi sedimen dengan cara
memukulkan dasar tabung perlahan pada telapak tangan.
f. Diteteskan 1 tetes diatas obyek glass kemudian ditutup
dengan cover glass.
g. Dilihat dibawah mikroskop dengan obyektif 10x, dicari
adanya silinder dan epitel, dicatat hasilnya dengan silinder
a-b/1pk beserta macam/jenisnya. Dan epitel dengan –, +, +
+, +++ dengan mencatat jenisnya.
h. Dilihat dengan obyektif 40x untuk mencari lekosit, eritrosit,
kristal, bakteri, dan lain-lain. Nyatakan hasil pemeriksaan
leukosit dan eritrosit dengan a-b/lp. Sedangkan
kristal/bakteri dengan –, +, ++ dengan menjelaskan macam
dan bentuknya.
3. Dilakukan pemeriksaan kimia (kimia stik)
a. Persiapan/bahan :
Urine sewaktu, urine pagi, urine porsi tengah bersih, urine 3
gelas/2 gelas, urine 24 jam tanpa bahan pengawet, bahan
penampung harus bebas detergent.
b. Alat/reagen :
 Stik (reagen pita) multistik 10 SG
 Multistik Ames
 Cambi stik Ames
 Kertas tissue
 Stik dengan alat “ACON U-120”
 Reagen strips
c. Dimasukkan urine ke dalam tabung sebanyak  8 cc, tidak
perlu disentrifuge.
d. Dimasukkan/ dicelupkan stik ke dalam urine.
e. Dibaca dalam 60 detik. Hasil positif harus dikonfirmasi
dengan cara konvesional.
Apabila bilirubin Positif, ditambahkan BaCI2 dan Fouchet
Urobilin Positif, ditambahkan Schlesinger dan I2
Reduksi Positif ditambahkan Benedict.

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 64


f. Dilaporkan hasilnya : pH, protein, glukosa, keton, bilirubin,
urobilin, BJ, lekosit esterase, darah/hemoglobin, nitrit.
Interpretasi hasil :
1) Urine lengkap
 Volume urine ; Normal : 800-1500 ml
 Warna urine ; Normal : kuning muda- kuning
tua (disebabkan karena urobilin dan urochrom).
 Bau urine ; Normal : amoniak disebabkan
karena sebagian asam-asam organik yang mudah
menguap.
 PH/keasaman urine ; Normal : 4,6-8,5
urine 24 jam : 6,2
 Berat jenis urine ; Normal : 1,003-1,030
urine 24 jam : 1,016-1,022
2) Pemeriksaan sulkowitch :
 Negatif (-) : tidak terjadi kekeruhan
 1 positif (+) : ada kekeruhan halus
 2 positf (++) : kekeruhan sedang
 3 positif(+++) : kekeruhan agak berat
dalam waktu kurang dari 20 detik.
 4 positif (++++) : kekeruhan berat dan seketika.
3) Reduksi urine
 Negatif (-) : warna biru kehijauan dan jernih
 1 positif (+) : warna hijau kekuningan dan
keruh( 0,5-1 % glukosa)
 2 positif (++) : kuning keruh (1-1,5 % glukosa)
 3 positif (+++) : jingga atau seperti warna
Lumpur (2-3,5 % glukosa)
 4 positif (++++) : merah bata (>3,5% glukosa)

Unit terkait : - Rawat jalan


- Rawat inap
- IRD

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 65


RSUD Kalisat JUDUL SOP
Pemeriksaan Faeces Lengkap (FL)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu pemeriksaan terhadap sampel faeces dengan cara dibuat


preparat ditambah dengan eosin pada slide kemudian diperiksa
dibawah mikroskop untuk mengetahui adanya amoeba, kista, telur
cacing dan sisa makanan. Dan juga pemeriksaan makroskopis yang
meliputi warna, keadaan, darah dan lendir.

Tujuan : 1. Untuk mengetahui penyakit infeksi parasit.


2. Untuk melihat peradangan saluran cerna.
3. Untuk mendeteksi gangguan pencernaan/intoleransi
pencernaan.
4. Untuk mengetahui pendarahan saluran cerna.

Kebijakan : 1. Sebaiknya faeces yang diperiksa dalam keadaan segar sebab


bila dibiarkan lama unsur-unsur dalam faeces menjadi rusak.
2. Wadah untuk mengirim faeces sebaiknya kaca/plastik bermulut
lebar.
3. Dipilih bagian dari faeces yang memberi kemungkinan untuk
menemukan kelainan.

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 66


Prosedur : 1. Direct :
a. Faeces dilihat secara makroskopis (warna, keadaan, darah
dan lendir).
b. Disiapkan obyek glass, tetesi dengan eosin 1% satu
tetes/cat lugol 5% atau PZ lalu ambil bagian faeces secara
merata dengan ujung lidi.
c. Diletakkan pada obyek glass dan aduk rata, tutup dengan
cover glass.
d. Dilihat dengan mikroskop obyektif 10x, dilanjutkan dengan
obyektif 40x.

2. Indirect (Konsentrasi)
a. Diisi tabung reaksi dengan NaCl jenuh  setengah bagian
tabung.
b. Diambil faeces dengan pengaduk gelas  1 gram, masukkan
dalam tabung yang berisi NaCl jenuh dan diaduk-aduk
hingga homogen.
c. Diisi NaCl jenuh lagi sampai ke atas permukaan tabung dan
ditutup dengan cover glass ditunggu  10 menit.
d. Diambil cover glass dengan pinset, letakkan diatas obyek
glass, lihat dengan mikroskop obyektif 10x. Kalau ada yang
mencurigakan dilihat dengan obyektif 40x.

3. Interprestasi Hasil :
a. Makroskopik :
 Warna : coklat, kuning, dan lain-lain
 Keadaan : lembek, keras, cair
 Lendir : negatif/positif
 Darah : negatif/positif
b. Mikroskopik :
 Lekosit : negatif/positif
 Eritrosit : negatif/positif
 Telur cacing : negatif/positif, sebutkan macam/
jenisnya

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 67


 Protozoa : negatif/positif, sebutkan macam/
jenisnya (amoeba, kista)
 Lain-lain : lemak, epitel, sisa makanan (positif/
negatif)

Unit terkait : - Rawat jalan


- Rawat inap
RSUD Kalisat JUDUL SOP
Pemeriksaan Vulvo Vaginal Preparation (VVP)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu pemeriksaan usap Vulvo vagina yang dikerjakan secara


langsung dan pengecatan Gram.

Tujuan : Untuk membantu diagnosa vaginitis pada penderita dengan


keluhan fluor Albus.

Kebijakan : 1. Pemeriksaan harus segera / langsung dikerjakan.


2. Pengambilan sampel harus tepat.
3. Apabila penderita post Hyterectomy (uterus sudah diambil),
spesimen diambil pada fornix posterior.

Prosedur : 1. Dicatat identitas pasien dengan jelas.


2. Dilakukan pemeriksaan preparat basah dengan mikroskop
obyektif 10x dan 40x.
Interprestasi hasil:
 Trichomonas vaginalis : ada/tidak, berapa jumlahnya/lp
 Jamur : ada/tidak
 Lekosit : ada/tidak, berapa jumlahnya/lp
 Lain-lain : sel epitel, sel darah merah, dan lain-lain.

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 68


3. Dilakukan pemeriksaan preparat Gram sebagai berikut:
a. Difiksasi hapusan/slide yang telah dikeringkan.
b. Dituangi dengan larutan kristal violet selama 1 menit.
c. Dibuang sisa cat dan bilas dengan air kran.
d. Dituangi slide dengan lugol iodin selama 2 menit.
e. Dibuang sisa cat dan bilas dengan air kran.
f. Dilakukan decolorizet dengan alkohol beberapa detik dan
bilas dengan air kran.
g. Dituangi sediaan dengan larutan safranin selama 30 detik.
h. Dibuang sisa cat dan bilas dengan air kran.
i. Dkeringkan dengan kertas hisap/pengering dan diperiksa
dibawah mikroskop obyektif 100x dengan oil imersi.
Interprestasi hasil:
Diplococcus Gram Negatif :ada/tidak, jumlah banyak, sedang,
sedikit, letak intra/ekstra seluler.
Kokus Gram Positif :ada/tidak, jumlah banyak, sedang,
sedikit.
Batang Gram Negatif :ada/tidak, jumlah banyak, sedang,
sedikit.
Lekosit :ada/tidak, jumlah banyak, sedang,
sedikit.
Lain-lain :sel epitel, jamur, ada/tidak, jumlah
banyak, sedang, sedikit.

Unit terkait : - Rawat jalan (poli Gyn, kulit dan kelamin, poli KB)
- Rawat inap
RSUD Kalisat JUDUL SOP
Pemeriksaan Sperma Analisa
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….
D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 69
Pengertian : Suatu pemeriksaan terhadap sperma yaitu ejakulat yang berasal
dari seorang laki-laki berupa cairan kental dan keruh berisi
spermatozoa dan sekret dari kelenjar prostrat juga kelenjar-kelenjar
lainnya (epididimis, vesikaseminalis). Untuk mengetahui jumlah,
morfologi dan motilitas dari sperma.
Tujuan : Penting dalam diagnosa fertilitas dan infertilitas.
Kebijakan : 1. Spesimen harus segera dikerjakan beberapa menit setelah
dikeluarkan.
2. Spesimen harus disertai keterangan yang jelas mengenai cara
pengeluaran dan jam keluarnya sperma.
3. Pada pemeriksaan hitung jumlah sperma, bila ada pemeriksaan
sebelumnya atau pada pemeriksaan berikutnya terdapat hasil
yang berbeda jauh, sebaiknya mengulangi pemeriksaan pada
saat yang lain.
Prosedur : 1. Lakukan pemeriksaan fisik/makroskopis yang meliputi:
 Bau : (khas seperti bunga akasia)
 Warna : (normal putih)
 Volume : (normal 2-3 ml)
 Viskositas : (detik dengan pipet Elliason, normal :
2-6 detik)
 Liquifaksi : (sempurna setelah 20 menit
dikeluarkan)
 pH : (normal 7,2-7,8).

2. Lakukan pemeriksaan mikroskopis yang meliputi:


 Kuantitatif:
 Jumlah sperma per lapangan pandang (400x)
 Konsentrasi spermatozoa (N =  20 juta/ml)
 Jumlah total spermatozoa (N =  40 juta/ejakulat)
 Motil (diperiksa beberapa menit setelah ejakulasi)
a. Gerak cepat dan maju lurus
b. Gerak lambat atau sulit maju lurus
c. Tidak bergerak maju

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 70


d. Tidak bergerak
Kriteria normal bila : a  25% atau a + b  50%
Motilitas total (a + b + c)
 Preparat basah:
 % viabilitas
 Aglutinasi
 Sel bulat
 Eritrosit
 Lekosit (juta/ml)
 Sel sperma imatur (juta/ml)
 Debris/kristal/lemak
 Bakteri/protzoa
 % morfologi
 Normal : apabila  30% morfologi baik kepala
(termasuk acrosomnya), leher dan ekornya dalam
keadaan normal.
Untuk dapat melihat acrosom dengan baik digunakan
pengecatan Papniculaou yang dimodifikasi untuk
sperma atau Shorr (WHO 1994).
 Abnormal:
a. Bentuk piri : terdapat lekukan di daerah leher
b. Bentuk lepto : bentuk kepala ramping dan agak
panjang
c. Bentuk terato : bentuk kepalanya tidak menentu
atau sangat besar.
d. Bentuk mikro strongyloos head : kepalanya sangat
kecil, kadang-kadang hanya berupa semacam titik
saja.
e. Immature : bentuk kepalanya normal tapi tanpa
ekor.
 Yang diperiksa atau dinilai
1) Jumlah spermatozoa/ml

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 71


2) % motolitas sperma yang
gerakannya baik
3) % morfologi spermatozoa
normal
Unit terkait : - Rawat jalan (poli infertil)

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Pemeriksaan Tes Kehamilan / Plano Test
(Direk)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu pemeriksaan uji kehamilan secara kualitatif terhadap urine


wanita hamil.

Tujuan : Untuk mendeteksi adanya hormon HCG (Human Chorionic


Gonadotropin) yang terdapat dalam urine wanita hamil, dimana
dalam keadaan normal HCG tidak akan ditemukan.

Kebijakan : - Sebaiknya digunakan urine pertama pagi hari, karena banyak


terkandung hormon.
- Sebelum diperiksa urine harus disentrifugasi.
- Urine harus ditampung dalam wadah atau botol gelas/plastik
yang bersih dan kering.
- Jika tidak dapat segera diperiksa simpan urine pada 2-8oC
kemudian keluarkan dan biarkan pada suhu kamar, baru
dilakukan pemeriksaan.

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 72


- Simpan selalu reagen pada 2-8oC, sebelum dipakai reagen
harus dikocok terlebih dahulu dan disesuaikan suhunya dengan
suhu kamar.
- Lakukan pemeriksaan kontrol positif dan kontrol negatif setiap
melakukan pemeriksaan sampel.
- Gunakan slide yang bersih dengan warna dasar hitam.

Prosedur : 1. Tuang urine dalam tabung dan disentrifugasi 1500 rpm 5 menit.
2. Menampung sampel urine ke dalam penampung urin dengan ±
10-15 mm dan membiarkannya pada suhu kamar.
3. Mencelupkan test strip tegak lurus pada sample sampai batas
maksimal garis horizontal
4. Membiarkannya selama ± 2 menit dan mengamati hasilnya
Interprestasi Hasil :
Positif (+) 2 Strip
Negatif (-) 1 strip
Syarat urine yang dipakai untuk pemeriksaan plano test :
1) Urine orang hamil 3-5 bulan
2) Urine pagi/sewaktu
Hasil positif palsu pada pemeriksaan plano :
 Hamil anggur
 Hamil diluar kandungan
 Tumor
 Kanker kandungan

Unit terkait : - Rawat jalan

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Operasional Alat ACON U-120
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 73
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu cara pengoperasian alat ACON U-120 sesuai dengan


petunjuk dan prosedur manual agar alat dapat digunakan untuk
melakukan pemeriksaan dan dapat berfungsi dengan baik.

Tujuan : Untuk digunakan pemeriksaan kimia urine secara kualitatif.

Kebijakan : - Aliran listrik harus stabil.


- Pengoperasian alat harus dilakukan dengan teliti sesuai
petunjuk.
- Alat harus selalu dijaga kebersihannya sebelum dan sesudah
pemakaian.
Prosedur : - Tekan ON/OFF tunggu 10 menit
- Tekan start tunggu SP HOLDER (tempat stick) keluar
- Tekan start lagi letakkan slide yang sudah dicelupkan urine
yang sudah di tiriskan dengan tissue diatas holder tunggu 1
menit sampai keluar hasil
- lanjutkan ke pasien berikutnya dengan menekan start lagi
- Untuk mengakhiri tekan CANCEL matikan alat

Unit terkait : - IPS


- Gudang logistik

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI KLINIK


Filosofi : Ahli mikrobiologi klinik adalah bagian dari tim kesehatan dan
berperan penting dalam membantu menegakkan diagnosa,
pengelolaan dan pencegahan infeksi penderita.

Tujuan umum : Bersama dengan para klinisi dan anggota tim kesehatan
lainnya, ahli mikrobiologi klinik melakukan diagnosa dan
pengelolaan penyakit infeksi secara optimal dan mengupayakan
pencegahan penyebaran infeksi kepada individu-individu yang
lain.
Pada umumnya meliputi :
 Mendokumentasikan adanya infeksi.

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 74


 Menentukan/mengidentifikasi agen penyebab penyakit
infeksi.
 Membantu memberikan terapi dini dengan melakukan tes
kepekaan antibiotika/khemoterapetika invitro.
 Memberikan gambaran epidemiologis agen penyebab
penyakit infeksi dalam upaya membantu penanganan
penyakit infeksi dan infeksi nosokomial.

Spesimen Pemeriksaan Mikrobiologi Klinik


Spesimen adalah bahan contoh yang diambil dari tubuh penderita atau bahan
lainnya yang terkait dengan timbulnya infeksi dan diperlukan untuk pemeriksaan
laboratorium khususnya Laboratorium Mikrobiologi Klinik.
Spesimen yang diambil biasanya tergantung bentuk gejala klinik yang
ditimbulkan oleh suatu penyakit dapat berupa darah, pus, sekret, sputum, urine, feces,
cairan yang berasal dari rongga-rongga tubuh, jaringan dan sebagainya.
Pemeriksaan yang dilakukan di seksi Laboratorium Mikrobiologi Klinik adalah
sebagai berikut:
 Pewarnaan sederhana
 Pengecatan Gram
 Pengecatan Tahan Asam (Ziehl Neelsen)
 Pengecatan Neisser
 Menerima dan mengambil spesimen pemeriksaan
 Sterilitas
RSUD Kalisat JUDUL SOP
Penerimaan Sampel
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu tindakan menerima sampel dari rawat inap untuk dilakukan
pemeriksaan sesuai permintaan dengan syarat administrasi tertentu.

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 75


Tujuan : Untuk dilakukan pencatatan, perincian biaya dan dilakukan
pemeriksaan.

Kebijakan : - Sampel diterima harus dalam keadaan baik dan memenuhi


syarat.
- Sampel yang diterima harus dilengkapi dengan surat pengantar
dari dokter/ruangan yang berisikan identitas pasien dan macam
pemeriksaan yang diperlukan.

Prosedur : 1. Sampel diterima beserta surat pengantar dokter/ruangan.


2. Cocokkan identitas pasien dan macam pemeriksaan yang ada
pada sampel dengan yang tertera pada surat pengantar.
3. Beri nomor urut/register mikrobiologi pada sampel dan
blangko pemeriksaan, kemudian catat dalam buku penerimaan
sampel harian.
4. Catat semua keterangan yang ada pada blangko permintaan
pemeriksaan ke dalam buku kerja.
5. Lakukan pemeriksaan sesuai permintaan.

Unit terkait : - Rawat inap


- Rawat jalan
- IRD
RSUD Kalisat JUDUL SOP
Teknik Pewarnaan Sederhana
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu cara mewarnai jasad renik dengan hanya menggunakan satu
bahan pewarna saja.

Tujuan : - Untuk menunjukkan adanya jasad renik.

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 76


- Untuk menunjukkan adanya sel-sel lain yang secara alamiah
berada dalam eksudat.

Kebijakan : - Bahan pewarna yang digunakan di laboratorium adalah


Methylen blue, Safranin, Gentian Violet atau Karbol Fuksin.
- Obyek glass yang dipakai harus bersih dan bebas lemak.
- Pembuatan slide harus tipis , rata dan tidak ada gelembung
udara.
- Setelah slide olesan difiksasi, harus didinginkan dulu,
kemudian dituangi reagen.

Prosedur : 1. Slide yang telah difiksasi dituangi dengan larutan Methylen


Blue selama 3 menit (untuk slide irisan jaringan dapat lebih
lama sekitar 5 menit).
2. Reagen pewarna tersebut dituang dan bilas dengan air.
3. Kemudian dikeringkan dengan kertas penghisap dan lihat
dibawah mikroskop.

Unit terkait : - Rawat jalan


- Rawat inap

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Teknik Pewarnaan Gram
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu cara mewarnai bakteri, dimana dengan pewarnaan ini bakteri
dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok Gram Positif
dan Gram Negatif. Pada bakteri Gram positif dapat
mempertahankan bahan pewarna basa yaitu ungu kristal (kristal
violet) walaupun telah diberi bahan peluntur alkohol, maka bakteri
tampak ungu tua. Sedang pada bakteri Gram negatif kehilangan
D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 77
ungu kristal ketika dilunturkan dengan alkohol. Sewaktu diberi
bahan pewarna pembanding safranin (merah) akan mengikatnya,
maka tampak merah.

Tujuan : - Untuk membedakan berbagai macam jenis bakteri atas dasar


reaksinya terhadap pewarnaan.
- Untuk membedakan kelompok kuman gram positif/ kuman
gram negatif.

Kebijakan : - Obyek glass yang dipakai harus bersih, kering dan bebas
lemak.
- Pembuatan preparat harus tipis dan rata.
- Olesan yang terlalu tebal perlu pelunturan yang berulang.
- Setelah preparat difiksasi, harus didinginkan dulu baru dituangi
dengan reagen warna.

Prosedur : 1. Tuangi preparat dengan kristal violet selama 1 menit.


2. Buang sisa warna dan bilas dengan air kran.
3. Tuangi sediaan dengan lugol selama 2 menit.
4. Buang sisa cat dan bilas dengan air kran.
5. Tuangi slide dengan alkohol asam selama 10 detik atau sampai
warna benar-benar luntur.
6. Tuangi slide dengan warna pembanding safranin selam 30
detik.
7. Buang sisa cat dan bilas dengan air kran.
8. Keringkan sediaan dengan kertas hisap dan periksa dibawah
mikroskop dengan lensa obyektif memakai oil imersi.

Unit terkait : - Rawat jalan


- Rawat inap
RSUD JUDUL SOP
Kalisat Cara Pengambilan Spesimen Sputum
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 78


……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu cara / teknik pengambilan spesimen sputum yang sesuai


dengan ketentuan dan persyaratan umum pemeriksaan
mikrobiologi, guna dilakukan pembiakan/kultur.

Tujuan : Untuk mendapatkan spesimen yang representatif dan memenuhi


syarat untuk dilakukan pemeriksaan mikrobiologi.

Kebijakan : - Tempat penampung sampel sebaiknya dari gelas yang steril.


- Sebaiknya sputum diambil sebelum terapi diberikan.
- Sebaiknya sampel diambil pada pagi hari dengan sehari
sebelumnya penderita telah diberi ekspektoran.
- Spesimen yang diambil harus benar-benar mewakili (dahak
bukan saliva).

Prosedur : 1. Penderita diminta batuk/dirangsang untuk batuk.


2. Sputum yang keluar langsung ditampung dalam botol steril.
3. Segera kirim ke laboratorium mikrobiologi.

Unit terkait : - Rawat jalan


- Rawat inap
RSUD Kalisat JUDUL SOP
Teknik Pewarnaan Tahan Asam
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu cara mewarnai kuman/bakteri tahan asam dengan pewarnaan


Ziehl Neelsen, dimana bakteri ini mengandung asam lemak rantai

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 79


panjang yang disebut asam mikolik, hal ini menyebabkan sifat
tahan terhadap pelunturan dengan alkohol asam.
Tujuan : - Untuk mencari Bakteri Tahan Asam (BTA) yaitu
Mycobacterium tuberculosa.
- Untuk diagnosa penyakit TBC.
Kebijakan : - Objek glass yang digunakan harus bersih kering dan bebas
lemak.
- Pembuatan preparat harus tipis dan rata, berbentuk oval ( 2 x
3 cm).
- Setelah preparat difiksasi, harus didinginkan dulu barulah
kemudian dilakukan pewarnaan.
- Waktu melakukan pemanasan/pembakaran preparat tidak boleh
sampai mendidih karena dapat merusak morfologi dari kuman.
Prosedur : 1. Tuangi preparat yang telah difiksasi dengan Karbol fuksin,
bakar dengan nyala api selama 5 menit (jangan sampai
mendidih).
2. Setelah dingin buang cat dan bilas dengan air kran.
3. Tuangi dengan alkohol asam sampai sisa warna luntur,
ditunggu kurang lebih 10 menit, bilas dengan air kran.
4. Tuangi dengan pewarna pembanding Metilin Blue 30 detik,
bilas dengan air kran dan keringkan dengan kertas hisap.
5. Periksa dibawah mikroskop dengan obyektif 100 x (oil imersi)
Basil Tahan Asam akan tampak berwarna merah dan kuman
yang lainnya akan tampak biru.
6. Laporkan hasil pengamatan menurut IUAT (International
Union Against Tuberculosis), sebagai berikut:
MIKROSKOPIK CARA PELAPORAN
Tidak ditemukan BTA/100 LP 0
1 – 9 BTA / 100 LP 1 – 9 BTA / 100 LP
10 – 99 BTA / 100 LP +
1 – 10 BTA / 1 LP ++(+2)
>10 BTA / 1 LP +++(+3)

Unit terkait : - Rawat jalan

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 80


- Rawat inap

RSUD Kalisat JUDUL SOP


Cara Pemeriksaan Sputum
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu cara / teknik pemeriksaan sputum yang dilakukan dengan


cara pengecatan langsung (Gram dan Ziehl Neelsen) dan
pembiakan dengan 3 macam media untuk keperluan identifikasi
kuman.

Tujuan : - Untuk mengetahui penyebab infeksi saluran nafas bagian


bawah.
- Untuk mencari antibiotika yang sesuai terhadap agen penyebab
infeksi tersebut. Dengan demikian terapi pada penderita dapat
diberikan dengan tepat dan rasional berdasarkan pemeriksaan
laboratorium.

Kebijakan : - Pastikan bahwa spesimen adalah sputum dan bukan saliva/air


liur.
- Pilihlah bagian sputum yang purulen/berdarah untuk dikultur.

Prosedur : 1. Lakukan pemeriksaan makroskopik dan perhatikan apakah


sputum purulen, mukoid dan disertai darah atau tidak.
2. Lakukan pemeriksaan mikroskopik dengan cara membuat 2
slide untuk pemeriksaan apusan langsung, dengan pengecatan
Gram dan Ziehl Neelsen (tahan asam).

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 81


RSUD Kalisat JUDUL SOP
Teknik Pewarnaan Neisser
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu cara mewarnai kuman Corynebacterium diphtheriae dengan


pewarna Neisser yang terdiri dari 3 bahan larutan pewarna yaitu
Neisser A, B, dan C, dimana larutan Neisser A – B dibuat dengan
mencampur 2 bagan Neisser A dan 1 bagan Neisser B.
Dengan pewarnaan Neisser, struktur volutin – granules dari kuman
Corynebacterium diphtheriae akan tampak lebih gelap (coklat
kehitaman) dan vegetatifnya tampak cokelat muda.

Tujuan : - Untuk mencari kuman Corynebacterium diphtheriae,


khususnya struktur volutin-granules yang bersifat
metacromatic.
- Untuk diagnosis penyakit diphtheriae.

Kebijakan : - Obyek glass yang dipakai harus bersih, kering dan bebas
lemak.
- Setelah preparat olesan difiksasi, dinginkan dulu, kemudian
tuangi reagen warna.
- Pembuatan larutan Neisser C, setelah larut harus disaring.
- Setiap bahan pewarna dibuang, slide tidak perlu dibilas dengan
air kran.

Prosedur : 1. Setelah perparat olesan difiksasi, tuangi larutan Neisser A – B


selama 1 menit.
2. Buang bahan pewarna tanpa dibilas dengan air.

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 82


3. Tuangi larutan Neisser C selama 1 menit.
4. Buang bahan pewarna, bilas dengan air dan kemudian
keringkan dengan kertas hisap atau pengering.
5. Periksa dibawah mikroskop sebagaimana lazimnya. Volutin –
granules akan tampak lebih gelap (coklat kehitaman) dan sel
vegetatifnya tampak coklat muda. Biasanya kuman
Corynebacterium dipteri membentuk formasi seperti huruf L,
U, V.

Unit terkait : - Rawat jalan


- Rawat inap
RSUD Kalisat JUDUL SOP
Cara Pengambilan dan Pengiriman Spesimen
(Secara umum untuk semua Spesimen)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
……………….. ……………… ………………...
Prosedur Tetap Tgl. Terbit Ditetapkan, tgl ……………………….
………………. ………………. Direktur

……………………………
NIP : …………………….

Pengertian : Suatu cara mengambil dan mengirim sampel yang memenuhi


syarat untuk dilakukan pemeriksaan mikrobiologi.
Sampel adalah bahan contoh yang diambil dari tubuh penderita
atau bahan lainnya yang terkait dengan timbulnya infeksi dan
diperlukan untuk pemeriksaan laboratorium khususnya
laboratorium mikrobiologi klinik.
Spesimen yang diambil biasanya tergantung bentuk gejala klinik
yang ditimbulkan oleh suatu penyakit, dapat berupa darah, pus,
sekret, sputum, urine, faeces, cairan yang berasal dari rongga-
rongga tubuh, jaringan dan sebagainya.

Tujuan : - Untuk mendapatkan sampel yang representatif.


- Untuk mendapatkan sampel yang cukup untuk dilakukan
pemeriksaan.
D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 83
- Untuk mendapatkan sampel yang memenuhi syarat
pemeriksaan.
- Untuk menjaga agar sampel layak diterima di laboratorium dan
layak untuk diperiksa.

Kebijakan : 1. Jumlah sampel harus cukup untuk dilakukan pemeriksaan,


sesuai dengan jenis-jenis pemeriksaan yang diminta.
2. Spesimen yang diambil harus benar-benar mewakili, sesuai
dengan proses infeksinya. Misalnya dahak bukan saliva, pus
diambil dari dasar lesi bukan dari permukaan atau jaringan
sekitarnya.
3. Spesimen harus steril, maka setiap pengambilan, pengiriman,
dan pemrosesan spesimen harus seaseptis mungkin dan
dihindari terjadinya kontaminasi.
4. Sebaiknya spesimen harus diambil sebelum penderita diterapi
dengan anti mikroba. Laboratorium harus diberitahu jenis anti
mikroba yang telah diberikan jika seandainya sebelum
pengambilan spesimen penderita telah diterapi.
5. Spesimen ditampung dalam tempat steril dan segera dikirim ke
laboratorium.
6. Dilarang mensterilkan tempat penampung spesimen dengan
menggunakan desinfektan/antiseptik.
7. Tempat penampung spesimen disesuaikan dengan kebutuhan,
baik dalam jumlah maupun jenis spesimen yang akan diambil.
Misalnya untuk sputum,jangan menggunakan tempat
penampung dari kertas tapi gunakan tempat penampung yang
steril tanpa mengandung medium transport atau bahan
pengawet lainnya. Untuk spesimen berupa jaringan jangan
diberikan formalin di dalam tempat penampung yang akan
dikirim untuk pemeriksaan mikrobiologi, karena dapat
mematikan mikroba yang mungkin sebagai agen penyebab
infeksi, tetapi sebaiknya dikirim di dalam tempat yang kering
dan steril tanpa penambahan air atau garam fisiologis dan
secepatnya dikirim ke laboratorium.

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 84


8. Tempat penampung spesimen sebaiknya terbuat dari bahan
yang tidak mudah retak atau bocor dan mudah disterilkan.
9. Jangan lupa memberikan label yang berisi identitas pasien.
10. Penanganan pada waktu proses pengambilan dan pengiriman
harus dilakukan dengan hati-hati, teliti dan seaseptis mungkin.

Prosedur : 1. Ambil spesimen dengan cara aseptis, dalam jumlah yang


cukup.
2. Tampung dalam wadah steril/dalam medium transport.
3. Segera kirim ke laboratorium.

Unit terkait : - Rawat jalan


- Rawat inap

D3 Analis Kesehatan 2009-UMS | 85

Anda mungkin juga menyukai