Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air merupakan sumber daya alam yang dimiliki oleh setiap negara.
Indonesia adalah salah satu negara yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari
perairan. Air bersih merupakan kebutuhan paling dasar bagi manusia dan harus
selalu ada karena tanpa air manusia tidak mungkin dapat melangsungkan
kehidupannya. Air digunakan hampir pada setiap aspek kehidupan manusia, mulai
dari penggunaan untuk rumah tangga sampai untuk kegiatan yang lebih luas
seperti bidang komersial, sosial dan perdagangan. Sumber daya alam ini
memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat.
Undang-undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 menyatakan bahwa bumi dan
air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sumber daya air di
Indonesia dikelola oleh Perusahaan Air Minum (PAM) yang mendapatkan
wewenang dari pemerintah dalam pengelolaan kebutuhan konsumsi air bersih bagi
masyarakat dan yang berada di setiap pemerintahan daerah dinamakan Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM).
PAM atau PDAM adalah salah satu bentuk sektor publik yang merupakan
bagian dari perekonomian nasional yang dikendalikan oleh pemerintah, berkaitan
dengan pemberian atau penyerahan jasa-jasa pemerintah kepada publik. Tingkat
pelayanan PAM atau PDAM saat ini masih memiliki kendala terutama dalam hal
pendistribusian pelayanan air yang tidak merata. Pendistribusian lebih banyak
difokuskan untuk melayani kegiatan komersial yang mendukung pembangunan
ekonomi dan hanya konsumen yang memiliki kemampuan membayar dapat
memiliki akses terhadap air bersih, sehingga perhatian diberikan lebih banyak
kepada masyarakat di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan.

1.2. Tujuan
Kunjungan lapang bertujuan mengetahui proses pengolahan air dan analisis
kuantitatif dalam sebuah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan
yang terletak di kota Bogor.

1.3. Waktu dan Tempat


Kegiatan kunjungan lapang Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta
Pakuan dilakukan pada hari selasa, tanggal 08 Oktober 2013 pukul 07.30 sampai
12.00 wib. Perusahaan tersebut terletak di Jalan Siliwangi No. 121 Bogor Selatan,
Bogor.
BAB II
ISI

2.1. Sejarah Perusahaan


Perusahaan daerah air minum (PDAM) merupakan salah satu perusahaan air
terbesar di Indonesia. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan
adalah pusatnya di kota Bogor. PDAM Kabupaten Bogor didirikan pada tanggal
14 April 1983 berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor No.
II/DPRD/Ps.012/III/1981 diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor No.
05 Tahun 1991 tentang pembentukan PDAM Kabupaten Bogor. PDAM Bogor
masih merupakan BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) yang dikelola sendiri dan
dimiliki oleh PEMDA. Logo Perusahaan PDAM Tirta Pakuan ditunjukkan pada
Gambar 1.
Namun sejarah menunjukkan bahwa Kota Bogor yang dahulu dikenal
dengan nama Buitenzorg, telah mempunyai sistem pelayanan air minum sejak
tahun 1918 yang dibangun oleh pemerintah Belanda saat itu. Sistem pelayanan air
minum tersebut memanfaatkan sumber mata air Kota Batu yang letaknya di
daerah Kabupaten Bogor dan berjarak sekitar 7 km dari kota Bogor. Nama
perusahaan air minum waktu itu adalah Gemeentelijhe Waterleiding te
Buitenzorg. Sumber mata air Kota Batu ini merupakan cikal bakal keberadaan
PDAM kota Bogor dan tahun 1918 dianggap sebagai dimulainya pelayanan air
minum kota Bogor.

Gambar 1 Logo PDAM Tirta Pakuan

2.2. Visi dan Misi


PDAM Kota Bogor dalam pelaksanaannya dilandasi oleh visi dan misi. Visi
PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor adalah menjadi perusahaan terdepan di bidang
pelayanan air minum. Pada tahun 2007 PDAM Tirta Pakuan memperoleh
penghargaan Cipta Karya untuk penyelenggaraan air minum kategori kota besar
dari Departemen Pekerjaan Umum sebagai peringkat pertama. Selain itu hasil
audit tahunan buku 2005 dan 2006 menunjukkan kinerja PDAM Tirta Pakuan
sesuai Kepmendagri nomor 47 tahun 1999, tentang pedoman kinerja PDAM
masuk dalam kategori sehat. Berdasarkan hasil kepuasan pelanggan menunjukkan
pelayanan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor dinilai baik oleh pelanggannya. Oleh
karena itu, pencapaian PDAM Tirta Pakuan sering dianggap sebagai PDAM
percontohan untuk dijadikan tempat studi banding untuk PDAM-PDAM lain.
Menurut PP 16 Tahun 2005 PDAM menyiapkan air siap minum (zona air minum
prima).
Misinya adalah memberikan kepuasan pelayanan air minum secara
berkesinambungan kepada masyarakat sesuai standar kesehatan yang ada dengan
mempertimbangkan keterjangkauan masyarakat dan berperan sebagai penunjang
otonomi daerah serta meningkatkan sumber daya manusia secara maksimal.
Penjabaran misi tersebut diantaranya yaitu menyelenggarakan sistem pelayanan
air minum yang unggul berkesinambungan memenuhi mutu yang berlaku untuk
menjamin tercapainya kepuasan pelayanan kepada pelanggan. Mengembangkan
bidang usaha sistem pelayanan air minum yang efisien, efektif dan tepat guna
sehingga produk dan kinerja yang dihasilkan dapat dipasarkan dalam jangkauan
masyarakat pelanggannya dengan memperhatikan undang-undang perlindungan
konsumen. Mewujudkan penyelenggaraan perusahaan milik daerah yang dapat
menunjang otonomi daerah secara maksimal. Menyelesaikan aspek teknik, aspek
manajemen dan aspek kewirausahaan dalam penyelenggaraan sistem pelayanan
yang berorientasi pada manfaat dan perlindungan sumber daya lingkungan. Serta
Mengembangkan penelitian dan kegiatan inovatif serta peningkatan SDM yang
dapat menopang tuntutan pertumbuhan.

2.2. Sumber Air Minum


Sumber air minum PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor berasal dari 2 sumber
utama, yaitu mata air (saat ini hanya 30%) dan air permukaan (Sungai Cisadane
70%). Mata air terdiri dari tiga wilayah yaitu mata air Kota Batu, Bantar Kambing
dan Tangkil. Mata air Kota Batu dengan kapasitas terpasang 70 L/det. Mata air
Bantar Kambing dengan kapasitas terpasang 170 L/det. Mata air Tangkil dengan
kapasitas terpasang 170 L/det. Air permukaan terdiri dari dua WTP yaitu WTP
Cipaku dan Dekeng. WTP Cipaku dengan kapasitas terpasang 240 L/det. WTP
Dekeng dengan kapasitas terpasang 400L/det.

2.3. Proses Pengolahan Air


Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan perusahaan yang
mengolah sumber mata air menjadi air bersih yang digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari. Air bersih didapat dengan mengolah air yang harus bersih secara
fisika dan kimia. Diagram alir pengolahan air bersih di pada PDAM Tirta Pakuan
Bogor dapat dilihat pada Gambar 2. Bangunan intake berfungsi sebagai bangunan
pertama untuk masuknya air dari sumber air. Sumber air utamanya diambil dari
air sungai. Bangunan ini terdapat penyaring kasar yang berfungsi untuk
menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air, misalnya sampah rumah
tangga, daun-daun, dan batang pohon yang ada di aliran sumber air. Bak
Prasedimentasi digunakan untuk sumber air yang karakteristik turbiditasnya
tinggi, fungsinya untuk pengendapan partikel-partikel diskrit dan berat seperti
pasir dan kotoran lainnya. Selanjutnya air dipompa ke bangunan utama
pengolahan air bersih yakni WTP.
WTP (Water Treatment Plane) merupakan tempat pengolahan sumber air
menjadi air bersih. Bangunan ini terdiri dari beberapa bagian, yakni koagulasi,
flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi. Koagulasi merupakan tempat
terjadinya proses kimiawi, pada proses koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi
partikel koloid, karena pada dasarnya air sungai atau air kotor berbentuk koloid
dengan berbagai partikel koloid yang terkandung didalamnya. Koagulan yang
digunakan yaitu PAC 10% (bahan pengendap). Tujuan proses ini adalah untuk
memisahkan air dengan pengotor yang terlarut didalamnya, analoginya seperti
memisahkan air pada susu kedelai. Proses ini menggunakan rapid mixing
(pengadukan cepat) agar koagulan dapat terlarut merata dalam waktu singkat.
Bentuk alat pengaduknya dapat bervariasi, selain rapid mixing, dapat
menggunakan hidrolis (hydrolic jump) atau mekanis (menggunakan batang
pengaduk).
Air selanjutnya masuk ke unit flokulasi. Tujuannya adalah untuk
membentuk dan memperbesar flok (pengotor yang terendapkan). Di sini
dibutuhkan lokasi yang alirannya tenang namun tetap ada pengadukan lambat
(slow mixing) supaya flok menumpuk. Untuk meningkatkan efisiensi, biasanya
ditambah dengan senyawa kimia yang mampu mengikat flok-flok tersebut.
Setelah itu sedimentasi digunakan untuk mengendapkan partikel-partikel koloid
yang sudah didestabilisasi oleh unit sebelumnya. Proses pengendapan
(sedimentasi) digunakan untuk memisahkan bagian yang padat dengan
memanfaatkan gaya gravitasi sehingga bagian yang padat berada di bagian bawah
bak penguras sedangkan air murni di atas. Unit ini juga menggunakan prinsip
berat jenis. Berat jenis partikel koloid (biasanya berupa lumpur) akan lebih besar
daripada berat jenis air. Saat ini telah ada unit koagulasi, flokulasi dan sedimentasi
yang dibuat tergabung. Proses ini disebut dengan unit aselator. Proses aerasi untuk
melarutkan logam yang sukar larut di dalam air dilakukan proses oksigenasi atau
penangkapan O2 dari udara pada air olahan.
Filtrasi bertujuan untuk menyaring air dengan media butiran. Cara ini
dilakukan dengan metode gravitasi. Proses penyaringan (filtrasi) untuk
mendapatkan proses pemisahan antara bahan padatan/koloid dengan cairan,
sedangkan sistem pengaliran saringan umumnya penggabungan sistem aliran dari
bawah ke atas (up flow filtration) dengan aliran gravitasi (gravitation filtration),
sehingga bahan padatan setelah melalui proses saringan (filtrasi) umumnya dapat
dilihat langsung terapung. Saringan ini biasanya terdiri dari antrasit, pasir silika
dan kerikil silika dengan ketebalan berbeda. Setelah bersih dari pengotor, masih
ada kemungkinan ada kuman dan bakteri yang hidup, sehingga ditambahkan
senyawa kimia yang dapat mematikan kuman ini, biasanya berupa penambahan
gas klor sebelum masuk ke bangunan selanjutnya, yakni reservoir. Reservoir
berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih sebelum
didistribusikan melalui pipa-pipa secara gravitasi. Daerah bogor merupakan
dataran tinggi sehingga digunakan gravitasi, maka reservoir biasanya diletakkan
di tempat dengan posisi lebih tinggi daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran
distribusi. Kemudian proses reservoir untuk mengaliri ke wilayah-wilayah tertentu
yang pemakaiannya digunakan pada jam-jam puncak (jam 05.00-20.00 wib),
setelah itu air dapat digunakan oleh konsumen untuk kegiatan rumah tangga.
Gambar 2 Diagram Alir PDAM Tirta Pakuan Bogor

2.4. Analisis Kualitas Air Bahan Baku Produksi


Analisis kualitas air tersebut tersiri dari parameter fisik dan parameter
kimia. Parameter fisik terdiri dari suhu, kekeruhan, total padatan terlarut, bau, rasa
dan warna. Air dengan kualitas yang baik harus memiliki temperatur yang sama
dengan temperatur udara (20-25 ⁰C). Air yang secara signifikan mempunyai
temperatur di atas atau di bawah temperatur udara berarti mengandung zat-zat
tertentu atau sedang terjadi proses-proses tertentu yang mengeluarkan atau
menyerap energi dalam air. Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa
akibat, misalnya penurunan jumlah oksigen terlarut dalam air, peningkatan
kecepatan reaksi kimia, dan terganggunya kehidupan ikan serta hewan air.
Sehingga proses analisa secara fisik mencakup temperatur air sangat penting.
Suhu air bahan baku yang berasal dari Sungai Cisadane relatif lebih tinggi
daripada air bahan baku yang berasal dari mata air. Hal ini disebabkan oleh
terbukanya aliran air dari sungai hingga ke WTP dan kondisi sekitar lokasi
pengambilan air bahan baku (intake) relatif terbuka dengan jumlah pohon yang
relatif sedikit, sehingga air bahan baku terkena cahaya matahari secara langsung.
Sedangkan pada mata air, air bahan baku dialirkan melalui pipa dan kondisi di
sekitar mata air rindang. Mata air Tangkil, Kotabatu, dan Bantar Kambing telah
ditanami oleh berbagai jenis pohon, diantaranya ialah Mahoni, Puspa, dan Jati
(Putri 2004).
Kekeruhan disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari bahan tanah
liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. Kekeruhan pada
air juga disebabkan oleh kotoran-kotoran bahan lain yang terlarut di dalamnya.
Umumnya kekeruhan yang tinggi terjadi pada saat terjadi hujan. Kekeruhan akan
mencapai lebih besar dari 50 NTU, sedangkan kekeruhan normal yaitu berkisar
antara 30-50 NTU. Kekeruhan yang diperoleh sampai akhir proses pengolahan
yaitu berkisar 0,2-0,6 NTU. Padatan terlarut adalah padatan-padatan yang
mempunyai ukuran lebih kecil daripada tersuspensi. Padatan ini terdiri dari
senyawa-senyawa organik dan anorganik yang larut air, mineral, dan garam-
garamnya. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang
berbahaya bagi kesehatan. Namun pencemaran air tidak mutlak harus tergantung
pada warna air, karena bahan buangan industri yang memberikan warna belum
tentu lebih berbahaya dari buangan industri yang tidak memberikan warna.
Parameter kimia terdiri dari derajat keasaman (pH), bikarbonat, kalsium,
magnesium, kesadahan, karbondioksida bebas (CO2 bebas), klorida, nitrat, sulfat,
fosfat, zat organik, oksigen terlarut dan BOD (Biochemical Oxygen Demand).
Derajat keasaman merupakan salah satu parameter penting yang dipertimbangkan
dalam proses pengolahan air. Parameter ini juga menjadi salah satu penentu dalam
penetapan nilai indeks mutu kualitas air. Air normal yang memenuhi syarat untuk
suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6.5-7.5. Berdasarkan permenkes
No. 173/Menkes/Per/VII/1977, standar nilai pH untuk air bahan baku adalah 6,5-
8,5. Keberadaan bikarbonat, kalsium, dan magnesium saling berhubungan satu
sama lain terutama dalam penentuan kesadahan. Bikarbonat merupakan salah satu
ion yang terdeteksi dalam air bahan baku, baik yang berasal dari Sungai Cisadane
maupun yang berasal dari mata air. Nilai bikarbonat yang berasal dari kalsium dan
magnesium merupakan salah satu penentu dalam kesadahan air bahan baku.
Keberadaan ion bikarbonat dapat menyebabkan air memiliki sifat kesadahan
sementara. Sifat inilah yang lebih berpengaruh terhadap kualitas air. Kalsium
dalam air merupakan penyebab sifat kesadahan air. Keberadaannya dapat
menyebabkan kesadahan sementara ataupun tetap, tergantung pada garam yang
dihasilkan. Magnesium juga dapat menyebabkan terjadinya kesadahan sementara
ataupun kesadahan tetap. Kesadahan ditentukan oleh kandungan bikarbonat,
kalsium, dan magnesium. Tingkat kesadahan dalam air berhubungan dengan
garam-garam yang terlarut dalam air terutama garam Ca dan Mg. Kehadiran Ca2+
dan Mg2+ diakibatkan oleh kontak dengan bantuan geologi yang mengandung
unsur kalsium dan magnesium selama perjalanan air di dalam tanah.
Kepekatan karbondioksida yang ada, mempengaruhi kepekatan oksigen
terlarut dalam air. Karbondioksida dari udara selalu bertukar dengan
karbondioksida yang ada di air jika air dan udara bersentuhan. Karbondioksida
dapat juga terbentuk sebagai hasil metabolisme. Proses fotosintesis menggunakan
CO2 dan menghasilkan O2. Hal ini mempengaruhi konsentrasi CO2 dalam air yang
bergantung pada kedalaman air. Respirasi akan menghasilkan CO2 dari hewan
ataupun tanaman. Peristiwa ini akan mempengaruhi kadar CO2 dalam air. Klorida
merupakan salah satu komponen dalam air atau terdapat dalam air buangan, dalam
konsentrasi berlebihan akan mengganggu cita rasa air, dalam hal ini air akan
terasa asin dan amis. Air buangan industri dan kotoran manusia khususnya urin
banyak mengandung klorida. Nitrat merupakan senyawa anorganik yang menjadi
salah satu sumber nitrogen di alam. Nitrat di dalam tanah dan air terbanyak dibuat
oleh mikroorganisme dengan cara biologis. Nitrat merupakan salah satu indikator
terjadinya pencemaran. Nilai batas maksimum nitrat yang ditetapkan oleh
Permenkes No.173/Menkes/Per/VIII/1997 yaitu sebesar 10 mg/L.
Sulfat merupakan sejenis ion garam yang tidak beracun dan secara alamiah
terdapat di semua air sungai. Pada beberapa sungai terdapat kepekatan yang lebih
tinggi. Garam sebagai pencemar lainnya yaitu pada umumnya diturunkan
langsung dari sumber di dalam lingkungan alamiah. Garam terdapat di dalam
tanah dan tercuci oleh air serta memasuki sungai oleh aliran di atas tanah maupun
oleh perairan di antara permukaan. Fosfat yang terlarut di perairan alami biasanya
terdapat dalam jumlah yang rendah. Hal ini dibuktikan oleh hasil pengukuran
parameter fosfat pada air bahan baku PDAM. Bahkan ada yang menunjukkan
kosentrasi fospat nol atau tidak terdeteksi. Kondisi ini akan mempengaruhi nilai
IMKA (Indeks Mutu Kualitas Air) air bahan baku. Zat Organik memungkinkan
terjadinya peningkatan atau penurunan kandungan parameter tertentu. Salah satu
parameter penting yang dpengaruhi nilai zat organik adalah jumlah bakteri
patogen di dalam air. Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang
dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme. Bahan buangan ini akan
meningkatkan populasi mikroorganisme dalam air. Seiring dengan bertambahnya
populasi mikroorganisme maka tidak tertutup kemungkinan bakteri pathogen yang
berbahaya bagi manusia ikut berkembang.
Menurut Sastrawijaya (1991), oksigen adalah gas yang tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa, dan hanya sedikit larut dalam air. Semakin tinggi nilai DO,
maka semakin baik kondisi air. Kepekatan oksigen terlarut bergantung kepada
suhu, kehadiran tanaman yang mampu berfotosintesis, tingkat penetrasi cahaya
yang tergantung pada kedalaman dan kekeruhan air, tingkat kederasan aliran air
dan jumlah bahan organik yang diuraikan dalam air, misalnya sampah, ganggang
mati atau limbah. BOD (Biochemical Oxygen Demand) menunjukkan jumlah
oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme hidup untuk memecah atau
mengoksidasi bahan-bahan buangan dalam air. Jika nilai BOD tidak menunjukkan
jumlah bahan organic yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relative
jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan
tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukkan engan semakin kecilnya
sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan buangan
membutuhkan oksigen dalam jumlah yang tinggi. Peristiwa penguraian bahan
buangan organic melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme di dalam air adalah
proses alamiah yan mudah terjadi apabila air mengandung oksigen yang cukup.
Jumlah mikroorganisme di dalam air tergantung pada kebersihan air. Air yang
bersih biasanya mengandung mikroorganisme yang lebih sedikit dibandingkan
dengan air yang tercemar oleh bahan buangan (Wardhana 1995).

2.5. Alat-Alat Instrumen


Turbidimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kekeruhan dari
suatu larutan. Turbidimeter adalah pengukuran spesies hamburan cahaya dalam larutan
dengan memanfaatkan intensitas cahaya berkas masuk setelah dilewatkan melalui larutan.
Untuk uji turbidimetri, perubahan cahaya yang diserap (kebalikan dari jumlah yang
ditransmisikan) bisa dikaitkan dengan jumlah aglutimasi yang terjadi. Dengan demikian,
jumlah analit (spesies yang menyebabkan aglutimasi) dalam sampel bisa ditentukan
dengan mudah.
Gambar 3 Turbidimeter
Prinsip Kerja turbidimeter adalah alat akan memancarkan cahaya pada media atau
sampel, cahaya tersebut akan diserap dan ada yang diteruskan, dipantulkan atau
menembus media tersebut. Cahaya yang menembus diserap media akan diukur
dan ditransfer kedalam bentuk angka yang merupakan tingkat kekeruhan, semakin
banyak cahaya yang diserap maka semakin keruh.
Jar Test merupakan alat instrumen yang digunakan untuk menentukan
kadar PAC yang ditambahkan pada air setelah diukur kekeruhannya. Jar Test
adalah suatu percobaan skala laboratorium untuk menentukan kondisi operasi
optimum pada proses pengolahan air dan air limbah. Metode ini dapat
menentukan nilai pH, variasi dalam penambahan dosis koagulan (seperti PAC)
atau polimer, kecepatan putar, variasi jenis koagulan atau jenis polimer, pada
skala laboratorium untuk memprediksi kebutuhan pengolahan air yang
sebenarnya. Metode Jar Test mensimulasikan proses koagulasi dan flokulasi
untuk menghilangkan padatan tersuspensi (suspended solid) dan zat–zat organik
yang dapat menyebabkan masalah kekeruhan, bau, dan rasa.
Metode Jar Test, terdapat dua tahap proses yaitu koagulasi dan flokulasi.
Jar Test dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut dengan Flocculator.
Pada metode Jar Test, terdapat dua tahap proses yaitu koagulasi dan flokulasi.
Jar Test dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut dengan Flocculator
(dapat dilihat pada gambar 4).
Gambar 4 Flokulator

BAB III
PENUTUP

Simpulan
Berdasarkan hasil kunjungan yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa Diploma IPB program keahlian analisis kimia kelas B
mengetahui dan memperoleh informasi dari Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tirta Pakuan Bogor tentang proses pengolahan air bersih dan
analisisnya.

Daftar Pustaka

Putri WU. 2004. Evaluasi Kondisi Air Sungai dan Mata Air PDAM Tirta Pakuan
Kota Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan.
Sastrawijaya AT. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.
Wardhana WA. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi
Offset.

Anda mungkin juga menyukai