Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENYEHATAN AIR

DENGAN PASIR KUARSA

Disusun oleh :

1. Farah Cahyaningtyas P07133219048


2. Mita Rahma Annisa P07133219053
3. Sukma Adhianda P07133219057
4. Aulia Ramadhan P07133219065
5. Rizki Diah Ardiyani P07133219070

PRODI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA

TAHUN 2020/2021
A. Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat menerapkan mata kuliah
penyehatan air untuk menurunkan kada Fe pada air dengan media pasir kuarsa.
B. Manfaat
a. Dapat menggunakan alat tes kit kadar besi.
b. Menegetahui seberapa besar penurunan kadar Fe setelah perlakuan
c. Menghilangkan kadar Fe pada air dengan perlakuan Pasir Kuarsa.
C. Landasan Teori
1. Air
Air merupakan sumberdaya yang sangat esensial bagi makhluk hidup, yaitu
guna untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kebutuhan pertanian,
perikanan,maupun kebutuhan lainnya. Air yang bersifat universal atau
menyeluruh dari setiap aspek kehidupan menjadikan sumber daya tersebut
berharga, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Air tawar yang dimanfaatkan
oleh makhluk hidup hanya memiliki presentase 2,5 %, yang terdistribusi sebagai
air sungai, air danau, air tanah, dan sebagainya. Seiring dengan pertumbuhan
penduduk dan perkembangan di bidang teknologi serta industri, kebutuhan akan
air juga akan mengalami peningkatan. Namun, peningkatan kebutuhan air tersebut
tidak mempertimbangkan aspek ketersediaan sumber daya air yang saat ini
semakin kritis. Air sebagai sumber daya yang dapat yang dapat yang dapat
diperbarui bukan berarti memiliki keterbatasan dari aspek kualitas dan penyebaran
dari sisi lokasi dan waktu. Oleh karena keterbatasan sumberdaya air tersebut maka
pemanfaatannya sangat dibutuhkan pengelolaan yang cermat agar terjadi
keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan sumberdaya alam air dari waktu
ke waktu (Hadi, 2014).
2. Sumber air
Sumber air merupakan komponen utama yang dibutuhkan oleh sistem
penyediaan bersih. Tanpa adanya sumer air maka proses penyediaan air bersih
tidak dapat berfungsi. Sumber air yang dapat dimanfaatkan antara lain air laut, air
atmosfer (air hujan), air permukaan, dan mata air.
Sumber air yang paling banyak digunakan dalam penyediaan air bersih untuk
kebutuhan airdomestik ialah air tanah. Air tanah adalah air yang berada di bawah
permukaan tanah di dalam zona jenuh dimana tekanan hidostatiknya sama atau
lebih dari tekanan atmosfer air tanah yang terbagi atas air tanah dangkal dan air
tanah dalam. Air tanah dangkal ini pada kedalaman 15 meter sebagai air minum,
air tanah dangkal ini ditinaju dari segi kualitas agak baik, segi kuantiitas kurang
cukup dan terganting musim. Air tanah dalam, terdapat setelah lapisan rapat air
yang pertama. Pengambilan air tanah dalam, tidak semudah pada air tanah
dangkal karena harus digunakan bor dan memasukan pipa kedalamannya sehingga
dalam suatu kedlama biasanya antara 100-300 m (Suyono, 1993).
3. Fe (Besi) dalam air
Besi adalah saru dari lebih unsur penting dalam air permukaan dan air tanah.
Perairan yang mengandung besi sangat sangat tidak diinginkkan untuk keperluan
rumah tangga, karena dapat menyebabkan bekas karat pakaian, porselin, dan alat-
alat lainnya serta menimbulkan rasa yang tidak enak pada air minum pada
konsentrasi kurang lebih 0,31 mg/L. Sifat kimia perairan dari besi adalah sifat
redoks, pembentukan kompleks, metabolisme oleh mikro organisme, dan
pertukaran dari besi antara fasa dan dan fase padat yang mengandung besi
karbonat, hidroksida dan sulfide (Antula, 2004). Besi merupakan salah satu
elemen kimiawi yang dietemui pada hampir setiap tempat dibumi. Pada
umumnya, besi yang ada di dalam air dapat bersifat:
a. Terlarut sebagi Fe2+ (ferro) atau Fe3+ (ferri);
b. Tersuspensi sebagai butir (diameter < 1 mm) atau lebih besar, seperti Fe2O3,
FeO, FeOOH, Fe(OH)3 dan sebagainya;
c. Tergabung dengan zat organis atau zat padat yang iorganis ( seperti tanah liat).

Besi seperti juga cobalt dan nikel di dalam susunan berkala unsur termasuk
logam golongan VII, dengan berat atom 55,85, berat jenis 7,86, dan mempunyai
titik lebur 24500 C. Dialam biasanya terdapat di dalam bijih hematite,
mamgnetite, limonite , dan pyrite (FeS), senyawa ferri yang sering dijumpai yakni
FeO, FeSO4, FeSO4, 7H2O, FeCO3, Fe(OH)2, FeCl2 dan lainnya, sedangkan
senyawa ferri yang sering dijumpai yakni FePO4, Fe2O3 FeCl3, Fe(OH)3, dan
lainnya. Untuk air minum, konsentrasi zat besi dibatasi maksimum 0,3 mg/L. Hal
ini ditetapkan bukan ditetapkan berdasarkan alasan kesehatan semata tetapi
ditetapkan berdasarkan alasan masalah warna, rasa, serta timbulnya kerak yang
menempel pada system perpipaan atau alasan estetika ainnya.

Manusia dan makhluk hidup lainnya dalam kadar tertentu memerlukan zat besi
sebagai nutrient, tetapi untuk kadar yang berlebihan perlu dihindari Untuk garam
ferrosulfat (FeSO4) dengan konsentrasi 0,1-0,2 mg/L dapat menimbulkan rasa
yang tidak enak pada air minum. Dengan dasar ini standar air minum WHO untuk
Eropa menetapkan kadar besi dalam air minum 0,1 mg/L. Menurut Wright (1984)
Kadar besi (Fe) biasanya ditemukan dalam air dalam beberapa bentuk, dalam
sumur atau mata air sering dijumpai dalam bentuk besi karbonat FeCO3. Bentuk
ini dalam air tidak menimbulkan warna, Meskipun tidak menimbulkan warna,
dalam keadaan tersebut apabila bertemu dengan udara untuk beberapa waktu,
lama kelamaan akan menjadi presipitat merah coklat presipitat ini akan
menyebabkan karat dalam air.

4. Pasir Kuarsa
Pasir kuarsa (quartz sands) merupakan pelapukan dari batuan beku asam
seperti batu granir, gneiss atau batu beku lainnya yang mengandung mineral
utama kuarsa. Hasil pelapukan ini kemudian menglami proses sedimentasi,
terbawa air atau angin kemudian diendapkan di tepi-tepi sungai, danau atau
pantai. Karena jumlahnya yang cukup besar dan terlihat memutih di sepanjang
tepi sungai, danau atau pantai tersebut, maka di Indonesia lebih dikenal dengan
nama pasir putih.
Kualitas pasir kuarsa di Indonesia cukup bervariasi, tergantung pada proses
genesa dan pengaruh mineral pengotor yang ikut terbentuk saat proses
sedimentasi. Material pengotor ini bersifat sebagai pemberi warna pada pasir
kuarsa, dan dari warna tersebut prosentase derajat kemurnian dapat diperkirakan.
Butiran yang mengandung banyak senyawa oksida besi akan terlihat berwarna
kuning, kandungan unsur alumunium dan titan secra visual akan lebih jernih dan
kandungan unsur kalsium, magnesium dan kalium cenderung membentuk warna
kemerahan.

D. Waktu dan Tempat

Hari/tanggal : Senin, 29 Maret 2021

Waktu : 09.00-selesai

Tempat : Bengkel Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

E. Alat dan bahan


- Bak ekualisasi - Air Sampel
- Kuarsa - Pasir
- Pralon 4 inch - Kerikil
- Pralon ½ inch - Busa
- Sambungan pipa L - Strimin
- Stop kran - Botol
- Dirigen - Shock luar dalam
F. Prosedur kerja
I. Bahan pengolahan air sederhana
1. Pengambilan sampel air di sungai menggunakan dirigen
2. Mengambil kerikil, pasir, dan kuarsa. Lalu dibilas dengan air sampai bersih

II. Pembuatan alat pengolahan air sederhana


1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Bak atau ember besar dilubangi bagian bawahnya yang digunakan sebagai bak
ekualisasi, lalu diberikan sambungan pipa dan stop kran
3. Bak atau ember besar tersebut diletakkan di permukaan yang tinggi atau
menggunakan penyangga agar air dapat mengalir
4. Bak dilubangi bagian bawahnya yang digunakan sebagai bak yang berisi
kuarsa, lalu diberikan sambungan pipa dan stop kran
5. Bak yang berisi kuarsa tersebut diletakkan di permukaan yang tinggi atau
menggunakan penyangga agar air dapat mengalir
6. Pipa besar yang digunakan sebagai filtrasi dilubangi bagian atas kiri dan
bawah kanan atau arahnya harus berlawanan, lalu diberi sambungan pipa pada
setiap lubangnya
7. Pipa filtrasi tersebut lalu diisi kerikil dan pasir yang telah bersih dan setiap
lapisan diberi strimin dan busa, lalu untuk memadatkan dialirkan air terus-
menerus sampai air yang dikeluarkan dari pipa tersebut jernih
8. Pipa filtrasi ditaruh ditempat yang lebih rendah dari bak kuarsa dan
sambungkan menggunakan pipa.
9. Rangkaian alat siap digunakan.

III. Mekanisme pengolahan air sederhana


1. Air sampel dimasukkan ke bak ekualisasi
cm3
2. Mengatur debit aliran pada bak berisi kuarsa.
menit
3. Alirkan air yang dari bak kuarsa ke pipa filtasi
4. Tunggu air mengalir dan akan menghasilkan air yang jernih

G. Hasil
Dalam praktikum ini dilakukan pemeriksaan perubahan kadar besi (Fe)
terhadap sampel air yang telah diberi perlakuan dengan menggunakan pasir kuarsa.
Hal tersebut untuk mengetahui seberapa besar penurunan sampel air setelah
perlakuan. Adapun hasil pemeriksaan tersebut :

Pre Post
Kadar Besi (Fe) 1,8 0
pH 7,1 -

H. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan
sistem aerasi dan filtrasi untuk menurunkan kadar besi (Fe) dan pH pada sampel air.
Dengan demikian, maka dapat dilakukan pengolahan air sebelum digunakan sebagai
sumber air bersih atau sumber air minum. Untuk pengolahan air yang terdapat
kandungan Fe dan pH pada sampel air dapat digunakan alat kombinasi aerasi – filtrasi
up flow dengan perlakuan pasir kuarsa. Dalam pengolahan dengan cara mengalirkan
air dari bak ekualisasi ke bak pasir kuarsa dengan waktu kontak selama 30 menit.
Setelah itu, air mengalir ke bak filtrasi dan menuju bak penampungan atau bak akhir.
Kadar besi (Fe) sebelum proses aerasi – filtrasi dengan metode pasir kuarsa
yang diukur menggunakan Fe Test Kit sebesar 1,8 mg/l. Sedangkan pH sebelum
perlakuan tersebut yang diukur menggunakan pH meter sebesar 7,1. Setelah diberi
perlakuan tersebut mendapatkan hasil kadar (Fe) setelah dilakukan perlakuan tersebut
turun menjadi 0 mg/l. Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa sampel air dengan
kadar besi (Fe) 1,8 mg/l dan pH 7,1 setelah melalui proses aerasi – filtrasi dengan
metode pasir kuarsa dapat menurunkan kadar besi (Fe) menjadi 0 mg/l.
Menurut Permenkes No. 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum Kadar bahwa kadar besi (Fe) yang diperbolehkan sebesar 0,3 mg/l dan kadar
maksimum pH yang diperbolehkan sebesar 6,5 – 8,5. Artinya sampel air dari hasil
penelitian mengalami penurunan sehingga air tesebut tidak melebihi kadar maksimum
Fe dan pH yang diperbolehkan atau aman digunakan dalam kebutuhan sehari-hari.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan oleh kelompok kami
menggunakan sistem aerasi dan filtrasi dapat diketahui beberapa hal yaitu system
aerasi dan filtrasi dapat menurunkan kandungan Fe atau besi yang tedapat didalam
kandungan air. Kadar Fe atau besi didalam air sebelum mengalami perlakuan sebesar
1,8 mg/l. Kadar Fe (besi) didalam air tersebut telah melebihi baku mutu yang telah
ditetapkan oleh pemerintah dalam Permenkes No. 492 Tahun 2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum Kadar bahwa kadar besi (Fe) yang diperbolehkan
sebesar 0,3 mg/l. Kandungan air sebelum mengalami perlakuan menggunakan sistem
aerasi dan filtrasi melebihi baku mutu sebesar 1,5 mg/l.
Karena kadar besi (Fe) dalam air melebihi baku mutu maka perlu upaya
pengolahan air untuk menurunkan tingginya kadar besi (Fe) tersebut dengan
menggunakan sistem aerasi dan filtrasi. Berdasarkan hasil praktikum yang telah
dilakukan diperoleh hasil kadar besi (Fe) dalam air setelah mengalami perlakuan
turun menjadi 0 mg/l. Sehingga air tesebut sudah memenuhi peraturan baku mutu
Permenkes No. 492 Tahun 2010. Sedangkan untuk pH air tersebut dari kondisi
sebelum dilakukan perlakuan memiliki pH sebesar 7,1. Berdasarkan Permenkes No.
492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum Kadar bahwa kadar
maksimum pH yang diperbolehkan sebesar 6,5 – 8,5. Sehingga pH air tersebut dari
sebelum dilakukan pengolahan sudah memenuhi peraturan baku mutu yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.
DESAIN ALAT

 Desain Gambar Alat dan Spesifikasi

3
1

2
4

2 5

Keterangan :
1. Bak Ekualisasi dan Kogulasi
2. Rangka Penyangga
3. Stop Kran
4. Bak Flokulasi dan Sedimetasi (Pasir Kuarsa)
5. Pipa Filtrasi (Down Flow)
6. Hasil Pengolahan Akhir
DAFTAR PUSTAKA

(Fassung, 2011)Fassung, R. (2011). Praktikum I / II. 2011, 1–15.

Sri Mulyani, S. (2012). Kajian Lingkungan Pemanfaatan Pasir Kwarsa Sri Yeni Mulyani, Stp.
Kajian Lingkungan Pemanfaatan Pasir Kwarsa, 1–22.

(Sri Mulyani, 2012)


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai