BAB. I
PENDAHULUAN
logam keduanya selalu mengalami inovasi dan perkembangan yang sangatpesat, sehingga
sering memunculkan pengelompokkan-pengelompokkan baru dalambahah teknik, seperti
dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.
BAB. II
LOGAM
Bahan teknik dapat digolongkan dalam kelompok logam dan bukan logam, selain dua
kelompok tersebut ada kelompok lain yang dikenal dengan namametaloid (menyerupai
logam) yang sebenarnya termasuk bahan bukan logam.Logam dapat digolongkan pula dalam
kelompok logam ferro yaitu logamyang mengandung besi, dan logam non ferro atau logam
bukan besi.
2.1. Bijih – bijih (ores)
Bijih-bijih dimaksud secara umum adalah bahan-bahan yang diperoleh dari hasil
penambangan yang biasanya masih berbentuk butiran-butiran atau gumpalan-gumpalan. Bijih
besi dari tambang biasanya masih bercampur denganpasir, tanah liat, dan batu-batuan lainnya.
Untuk kelancaran pengolahan bongkahan bijih tersebut dipecahkan dengan mesin pemecah,
kemudian disortir antara bijih besi dan bebatuan ikutan dengan tromol magnit. Pekerjaan
selanjutnya adalah mencuci bijih besi tersebut dan mengelompokkan menurut besarnya, bijih-
bijih halus dan butir-butir yang kecil diaglomir di dalam dapur sinter atau di rol hinggabola-
bola yang dapat dipakai kembali sebagai isi dapur.
Setelah bijih besi dipanggang di dalam dapur panggang agar kering dan unsur-unsur
yang mudah menjadi gas keluar dari bijih besi kemudian dibawa ke dapurtinggi untuk diolah
menjadi besi kasar.
2.2. Bijih – bijih Logam (metal ores)
2.2.1. Sifat Umum Logam.
Logam-logam yang banyak ditemukan dalam kehidupan kita sehari-hari,
secara umum mempunyai sifat-sifat dapat mengkilat, dapat mengantar kalor listrik,
berwarna putih seperti perak (kecuali tembaga berwarna kemerah-merahan dan emas
berwarna kuning).
Logam-logam tersebut mempunyai kekerasan yang berbeda-beda mulai dari
lunak sekali (natrium dan kalium) sampai keras sekali (chrom dll), sementara air raksa
berbentuk cair.
Menurut massa jenisnya logam digolongkan atas logam berat (massa jenisnya
diatas 5) dan logam ringan (massa jenisnya kurang dari 5 )
basa dan berdasarkan sifat-sifat logam terhadap oksida ini logam-logam tersebut dapat
digolongkan menjadi :
Logam mulia, yaitu logam yang tidak dapat mengalami oksida, misalnya Au,
Pt, Ag dan Hg
Logam setengah mulia, yaitu logam yang agak sukar teroksidasi, misalnya Cu
Logam tidak mulia, yaitu logam-logam yang dalam keadaaan biasa dan pada
perubahan temperatur mudah teroksidasi, misalnya K, Na, Mg, Ca, Al, Zn, Fe,
Sn, Pb, dll
2.2.2 Sumber-sumber (source of metal)
Bijih-bijih logam yang diperoleh dari penambangan biasanya masih bercampur
dengan bahan-bahan ikutan lainnya. Prosentase berat dari unsur-unsur yang
terkandung didalam bijih-bijih ini bergantung pada kedalaman lapisan tanah dari mana
bijih tersebut diperoleh, misalnya untuk lapisan tanah dengan kedalaman 16 km, akan
diperoleh bijih-bijih dengan 46,59% oksigen, 27,72% silikon dan selebihnya unsur
lain termasuk logam-logam.
Logam-logam yang terdapat pada bijih-bijih ini biasanya masih dalam keadaan
terikat dengan unsur-unsur lain (berupa senyawa) misalnya :
Berupa oksida-oksida (bijih-bijih Fe, Mn, Cr, Sn dll)
Berupa karbonat-karbonat (bijih-bijih Zn, Cu, Fe dll)
Berupa Sulfida (bijih-bijih Pb, Zn, Cu dll)
2.3. Pengerjaan Bijih-Bijih (work ores)
Sebelum proses lebih lanjut dilakukan terhadap bijih-bijih, maka terlebih dahulu bijih-
bijih tersebut dikerjakan, antara lain dengan cara pemecahan, pengayakan atau sizing dan
pembenahan (ores dressing)
2.3.1. Pemecahan Bijih-Bijih
Bijih-bijih yang diperoleh dari penambangan biasanya mempunyai ukuran
melintang 1200 – 1500 mm. Dalam pengerjaan metallurgy biasanya dibutuhkan
ukuran bijih-bijih yang cukup halus (kadang sampai 0,1 mm), sehingga bijih-bijih
yang diperoleh dari penambangan tersebut harus diperkecil atau dipecah terlebih
dahulu.
Berdasarkan ukuran feed dan ukuran produk dari pemecahan, maka proses
pemecahan ini dibagi atas :
Pada gambar dibawah ini ditunjukkan beberapa bentuk mesin pemecah bijih-bijih
yang banyak digunakan.
a). Gyratory Crusher
Keterangan :
3. Poros
3
4. Eksentrik
4
5. Alat transisi
5
Keterangan :
1. Poros
2. Pemukul
3. Ayakan/saringan
Keterangan : 3
1. Pemasukan bijih-bijih
1
2
2. Pengeluaran
3. Roda Penggerak
Pada gambar dibawah ini diberikan diagram aliran proses pemecahan dan
pengayakan bijih-bijih tersebut sampai diperoleh ukuran bijih-bijih yang diinginkan.
1. Bijih-bijih yang berharga dipilih/disortir antara lain berdasarkan warna dan bentuk
bijih-bijihnya, pemilihan ini biasanya dilakukan pada permukaan yang datar atau
pada konveyor sortir.
2. Pemisahan berdasarkan perbedaan kekerasan/kerapuhan bijih-bijih
3. Pemisahan berdasarkan sifat gesekan bijih-bijih, dalam hal ini bijih-bijih
diluncurkan pada bidang miring, sehingga bahan-bahan yang lebih ringan akan
meluncur lebih cepat
4. Pemisahan secara elektrostatik, yaitu pemisahan bijih-bijih berdasarkan
konduktivitas listriknya, kapasitas dan sifat-sifat kelistrikannya
5. Pemisahan secara magnetios, dimana bahan-bahan tambang dipisahkan berdasarkan
perbedaan sifat magnetiknya
6. Pemisahan berdasarkan gravitasi bijih-bijih tambang, dalam hal ini bijih-bijih
dibedakan berdasarkan kecepatan tenggelam atau jatuhnya bijih-bijih tersebut
dalam suatu cairan atau udara
7. Pemisahan dengan menggunakan suatu medium berat, dalam hal ini akan terdapat
bijih-bijih yang mengapung dan yang tenggelam tergantung pada massa jenis bijih
dan massa jenis medium yang digunakan. Medium yang biasa digunakan antara lain
adalah berupa cairan organik atau larutan-larutan
8. Flotasi atau pengapungan bijih-bijih yang sudah berbentuk bubuk dengan bantuan
peniupan udara pada bijih-bijih tersebut.
Pada destilasi, logam atau senyawanya diuapkan dari bahan tambang yang
sukar menguap yang terdapat bijih-bijih tersebut.
2.4.2. Hydrometallurgy
Prinsip dasar hidrometallurgy adalah pelarutan bijih-bijih dengan asam atau
basa yang sesuai dengan jenis logam yang terdapat pada bijih-bijih yang
dikerjakan,kemudian dari larutan tersebut logam atau senyawanya dipisahkan
dari larutandengan cara elektrolisa atau dengan cara pengendapan. Proses pemisahan
seperti inibiasa dilakukan untuk logam-logam ringan (Al, Mg, Na, K, Ca, dsb).
BAB. III
Batu kapur yang digunakan untuk mengikat bahan-bahan yang ikut campur
dalam cairan besi untuk menjadi retak.
Proses pengikatan bahan yang ikut dalam cairan besi antara lain dapat dilihat pada
reaksi kimia sebagai berikut :
CaCO3CaO + CO 2
(terak)
(terak)
Dengan adanya terak yang terletak di permukaan cairan besi ini, terjadinya
oksidasi oleh udara dapat dihindari. Sebagai bahan tambahan biasanya digunakan batu
kapur (CaCO3) murni, kadang pula dolomit yang merupakan campuran dari CaCO3
dan MgCO3.
Operasi dapur tinggi modern secara ringkas sebagai berikut : Pada waktu bijih-
bijih besi, bahan bakar dan bahan tambah dimasukkan kedalam dapur, pertama-tama
dihilangkan kelembaban dan kadar air pada daerah suhu 200-3000C.
Pada suhu 535 0C, carbon monoksid mulai terurai menjadi karbon bebas dan karbon
dioksid, dengan reaksi sbb ;
2). 2 CO C + CO2
Pada daerah suhu 700 - 800 0C reduksi langsung ferro oksida mulai dengan
membentuk besi spong yang mengandung karbon. Reaksi ini terjadi antara
pertengahan (setengah jalan antara puncak dan dapur tinggi).
Batu kapur terurai pada suhu 800 0C. Dan dolomit pada suhu 1075 0C dengan reaksi :
Batu kapur mengikat kotoran-kotoran bijih besi dan abu kokas. Semakin ke bawah suhu
semakin meningkat dan terjadi reduksi langsung paduan dan metalloid dengan reaksi sbb
:
7). a. SiO2 + 2 C Si + 2 CO
b. MnO + C Mn + CO
c. P2O5 + 5 C 2 P + 5 CO
Di dekat tuyer (lubang tiup) ada hembusan udara panas yang mengenai kokas
dan terjadi reaksi sbb :
9). 2 C + O2 2 CO
Sehingga selalu ada gas CO yang dipakai untuk proses reduksi. Jadi kokas
didalam dapur tinggi selain berfungsi sebagai sumber kalor juga untuk mereduksi
oksigen didalam bijih-bijih besi.
1. Besi kasar
2. Terak
3. Gas dapur tinggi
4. Bahan buangan (debu)
2).Titanium (Ti)
Titanium (Ti) memiliki warna putih kelabu, sifatnya yang kuat seperti baja dan stabil
hingga temperatur 400°C, tahan korosi dan memiliki berat jenis (ρ) = 4,5 kg/dm³. Ti
digunakan sebagai unsur pemurni pada baja serta sebagai bahan paduan dengan Aluminium
dan logam lainnya.
3). Nickel, Nickolium (Ni)
Nickel, Nickolium merupakan unsur penting yang terdapat pada endapan terak bumi
yang biasanya tercampur dengan bijih tembaga. Oleh kerena itu diperlukan proses pemisahan
dan pemurnian dari berbagai unsur yang akan merugikan sifat Nickel tersebut.
Secara komersial Nickel banyak digunakan secara murni terutama untukperalatan-
peralatan yang menuntut ketahanan korosi yang tinggi, sepertiperalatan dalam industri
makanan , industri kimia, obat-obatan sertaperalatan kesehatan, industri petroleum dll.
4). Timah putih, Tin, Stannum (Sn)
Timah putih, Tin, Stannum (Sn) ialah logam yang berwarna putih mengkilap, sangat
lembek dengan titik cair yang rendah yakni 232°C. Logam ini memiliki sifat ketahanan korosi
yang tinggi sehingga banyak digunakan sebagai bahan pelapis pada plat baja, digunakan
sebagai kemasan pada berbagai produk makanan karena Timah putih ini sangat tahan
terhadap asam buah dan Juice. Fungsi kegunaan yang lain ialah sebagai bahan pelapis pada
bantalan luncur serta sebagai unsur paduan pada bahan-bahan yang memiliki titik cair rendah.
Timah putih, Tin, Stannum (Sn) paling banyak digunakan sebagai timah pateri serta
paduan pada logam-logam bantalan seperti Bronzes dan gunmetal atau ditambahkan sedikit
pada paduan Tembaga Seng (Kuningan, Brasses) untuk memperoleh ketahanan korosi.
5). Seng, Zincum (Zn)
Seng, Zincum (Zn) ialah logam yang berwarna putih kebiruan memiliki titik cair
419°C, sangat lunak dan lembek tetapi akan menjadi rapuh ketika dilakukan pembentukan
dengan temperatur bpengerjaan antara 100°C sampai 150°C tetapi sampai temperatur ini
masih baik dan mudah untuk dikerjakan. Seng memiliki sifat tahan terhadap korosi sehingga
banyak digunakan dalam pelapisan plat baja sebagai pelindung baja tersebut dari pengaruh
gangguan korosi, selain itu Seng juga digunakan sebagai unsur paduan dan sebagai bahan
dasar paduan logam yang dibentuk melalui pengecoran.
6). Manganese (Mn)
Manganese (Mn) yang memiliki titik cair 1260°C Unsur Manganese (Mn) ini
diperoleh melalui proses reduksi pada bijih Manganese sebagaimana proses yang dilakukan
dalam pembuatan baja. Manganese digunakan pada hampir semua jenis baja dan besi tuang
sebagai unsur paduan kendati tidak menghasilkan pengaruh yang signifikan dalam
memperbaiki sifat baja tetapi tidak berpengaruh buruk karena didalam baja memiliki
kandungan unsur Sulphur. Disamping itu Manganese (Mn) merupakan unsur paduan pada
Aluminium, Magnesium ,Titanium dan Kuningan.
7). Chromium (Cr)
Chromium ialah logam berwarna kelabu, sangat keras dengan titik cair yang tinggi
yakni 1890°C, Chromium diperoleh dari unsur Chromite, yaitu senyawa FeO.Cr2. Unsur
Chromite (Fe2 Cr2 06 ) serta Crocoisite (PbCrO4).Chromium memiliki sifat yang keras serta
tahan terhadap korosi jikadigunakan sebagai unsur paduan pada baja dan besi tuang dan
denganpenambahan unsur Nickel maka akan diperoleh sifat baja yang keras dantahan panas
(Heat resistance-Alloy).
8). Aluminium (Al)
Aluminium ialah logam yang berwarna putih terang dan sangat mengkilap dengan titik
cair 660°C sangat tahan terhadap pengaruh Atmosphere juga bersifat electrical dan Thermal
Conductor dengan koefisien yang sangat tinggi. Chromium bersifat non magnetic. Secara
komersial Aluminium memiliki tingkat kemurnianhingga 99,9 % , dan Aluminium non
paduan kekuatan tariknya ialah 60 N/mm² dan dikembangkan melelui proses pengerjaan
dingin dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhannya hingga 140 N/mm².
9). Tembaga, Copper, Cuprum (Cu)
Tembaga ialah salah satu logam penting sebagai bahan Teknik yangpemakaiannya
sangat luas baik digunakan dalam keadaan murni maupundalam bentuk paduan. Tembaga
memilki kekuatan Tarik 150 N/mm² sebagaiTembaga Cor dan dengan proses pengerjaan
dingin kekuatan tarikTembaga dapat ditingkatkan hingga 390 N/mm² demikian pula
denganangka kekerasannya dimana Tembaga Cor memiliki angka kekerasan 45 HBdan
meningkat hingga 90 HB melalui proses pengerjaan dingin, dengandemikian juga akan
diperoleh sifat Tembaga yang ulet serta dapatdipertahankan walaupun dilakukan proses
perlakuan panas misalnya dengan Tempering (Lihat Heat treatment).
Sifat listrik dan sebagai penghantar panas yang baik dari Tembaga (Electrical and
Thermal Conductor) Tembaga dan menduduki urutan kedua setelah Silver namun untuk ini
Tembaga dipersyaratkan memiliki kemurnian hingga 99,9 %. Salah satu sifat yang baik dari
tembaga ini juga adalah ketahanannya terhadap korosi atmospheric bahkan jenis korosi yang
lainnya .
10). Magnesium (Mg)
Magnesium ialah logam yang berwarna putih perak dan sangat mengkilap dengan titik
cair 651°C yang dapat digunakan sebagai bahan paduan ringan, sifat dan karakteristiknya
sama dengan Aluminium. Perbedaan titik cairnya sangat kecil tetapi sedikit berbeda dengan
Aluminium terutama pada permukaannya yang mudah keropos bila terjadi oxidasi dengan
udara.
Oxid film yang melapisi permukaan Magnesium hanya cukup melindunginya dari
pengaruh udara kering, sedangkan udara lembab dengan kandungan unsur garam kekuatan
oxid dari Magnesium akan menurun, oleh karena itu perlindungan dengan cat atau lac (pernis)
merupakan metoda dalam melidungi Magnesiumdari pengaruh korosi kelembaban udara.
3.4. Pengaruh Unsur – Unsur Paduan
Paduan besi-karbon, setelah proses-proses metalurgi yang membentuknya, selain
unsur karbon sebagai paduan utama, masih mengandung berbagai unsur yang masing-masing
memiliki pengaruh terhadap struktur mikronya, Pengaruh-pengaruh tersebut dapat saling
menguatkan maupun melemahkan.
Secara umum unsur-unsur tersebut adalah Silikon (Si), Mangan (Mn), Fosfor (P),
Sulfur (S), Nitrogen (N2), Tembaga (Cu), Nikel (Ni), Chrom (Cr), Oksigen (O2), Aluminium
(Al), Hidrogen (H2) dan unsur lainnya dalam jumlah sangat sedikit serta senyawa-senyawa
bukan logam lainnya baik berwujud sulfida, oksida maupun silikat.
Unsur-unsur tersebut baru akan memberikan manfaat terhadap kualitas paduan besi-
karbon bila terpadu dalam suatu komposisi yang harmonis serta penyebaran yang merata.
Unsur-unsur inilah yang bertanggung jawab atas perbedaan kualitas paduan besi-karbon yang
sama namun melalui proses yang berbeda, misalnya pengecoran, hot/cold working proses,
heattreatment dan sebagainya.
Berikut ini akan disampaikan pengaruh masing-masing unsur tersebut terhadap
paduan besi-karbon baik secara sendiri-sendiri ataupun sebagai senyawa dengan unsur
lainnya, sehingga akan diperoleh suatu gambaran umum tentang bahan berbasis besi (paduan
besi-karbon) baik dalam lingkup baja baupun besi cor.
3.4.1. Pengaruh Silikon (Si)
Pada proses peleburan baja, Silikon (Si) biasanya berasal dari lining tanur, terutama
tanur asam dan terak sebagai hasil reduksi SiO2 yang terkandung didalamnya. Namun
demikian Si dalam bentuk Ferosilikon (FeSi) digunakan pula sebagai media deoksidasi dan
reduksi besi oksida (FeO) kembali menjadi Fe dan sisanya terak SiO2.
Kandungan Si sebesar 0,2 – 0,5% berguna sebagai unsur paduan yang mengakibatkan
peleburan baja menjadi tenang (tidak bergejolak). Sedangkan kandungan Si = 0,1% akan
menyebabkan proses peleburan baja masih cukup bergejolak. Proses peleburan baja akan
sangat bergejolak bila kandungan Si dibawah 0,02%, kecuali kedalamnya dipadukan unsur
lain yang juga berfungsi sebagai deoksidator seperti Aluminium ataupun Titanium.
Kemampuan besi α (ferit) dalam melarutkan Si sangat tinggi dan pada temperatur
kamar masih sebesar 14%. Oleh karena itulah pada struktur baja karbon polos dengan
kandungan Si dibawah 0,5% tidak ditemukan fasa-fasa selain yang terkandung dalam baja
pada umumnya. Si dalam jumlah kecil akan larut sempurna didalam kristal campuran α-
silikon (silikoferit).
Pada baja karbon sebagian dari Si juga akan membentuk karbida (silikonkarbid),
sehingga secara umum bila dibandingkan dengan unsur karbon, Si hampir tidak memiliki
pengaruh terhadap perubahan struktur baja.
Si memiliki afinitas yang sangat tinggi terhadap O2. Reaksi-reaksi yang terjadi selama
proses peleburan menjadi senyawa SiO2 akan bereaksi dengan oksida-oksida lain menjadi
berbagai jenis silikat, seperti (FeO)2.SiO2, (MnO)2.SiO2, MnO.SiO2, (MnO)2.FeO.SiO2 dan
3Al2O3.2SiO2. Senyawa-senyawa silikat inilah yang menyebabkan baja dengan kandungan
silikon tinggi akan berserabut ketika mengalami deformasi plastis.
Si akan menurunkan titik lebur baja secara drastis dengan temperatur interfal liquidus
– solidus sangat kecil sehingga segregasi Si tidak sempat terjadi. Namun demikian pada
kandungan 2%, Si akan menyebabkan terjadinya zona peralihan kristal
(transkristalisationszona) pada coran masif.
Si termasuk dalam golongan unsur yang mengecilkan daerah γ (austenint) pada sistim
besi-karbon sedemikian rupa sehingga pada kandungan Si lebih dari 3,5% akan memiliki
struktur feritik sejak mulai beku hingga temperatur kamar. Pengecilan daerah γ ini juga akan
menaikkan temperatur transformasinya dimana untuk setiap 1% Si akan menaikkan
temperatur transformasi γ sebesar 50 oC, hal mana akan berakibat terhadap pertumbuhan
butiran yang kasar pada proses anil, rekristalisasi dan pengerasan.
Pada baja dengan kandungan Si tinggi, atom-atom yang menyusun unit sel akan tertata
secara merata dan membentuk struktur jenuh yang memiliki karakteristik seragam. Tatanan
ini akan meningkatkan sifat hantar listrik serta sekaligus juga tingkat kerapuhan bahan
sehingga proses pengerjaan dingin hanya mungkin dilakukan terhadap baja dengan
kandungan Si maksimum 3%, bahkan pada kandungan Si lebih dari 7%, proses pengerjaan
panaspun hanya dapat dilakukan dengan hasil yang buruk. Pada kandungan Si diatas 10%,
paduan sudah kehilangan kemampuan bentuknya.
Pengaruh umum dari unsur Si terhadap paduan besi karbon dapat dilihat pada gambar.
Dengan adanya Si ini maka baik titik eutektoid maupun eutektik akan bergeser kearah
kandungan C yang lebih rendah.
Pembentukan struktur baja akibat unsur Si
Si merupakan unsur yang akan menurunkan kelarutan C didalam ferit serta
mengurangi tingkat stabilitas dari sementit sehingga pada proses anil akan mudah terurai
menjadi Fe dan C dalam bentuk grafit, khususnya pada kandungan Si yang cukup tinggi.
Sebagai contoh, baja dengan kandungan C=0,8% dan Si=2% sudah akan menampakan
struktur patahan berwarna kehitaman. Mudahnya penguraian C ini juga akan berdampak
terhadap kecenderungan dekarburisasi pada permukaan produk.
Terhadap kekuatan tarik dan batas pemuluran, setiap 1% Si akan mampu
meningkatkan hingga 100 N/mm2 tanpa pengaruh berarti terhadap kekerasan dan elongasinya.
Elongasi baru akan berkurang cukup banyak pada kandungan Si lebih besar dari 2,2%.
Sedangkan kekerasan dan ketahanan gesek yang lebih baik baru akan tampak setelah melalui
proses pengerasan.
Pengaruh teknis penting lainnya dari unsur ini adalah meningkatnya sifat tahanan
listrik spesifik. Dibandingkan dengan baja biasa yang memiliki tahanan listrik spesifik 0,1 W
mm2 m-1, dengan penambahan Si sebesar 4% akan meningkat menjadi 0,6 W mm 2 m-1.
Sehingga sebagai bahan dasar pada trafo, kerugian enerji akibat arus putar dapat dikurangi
secara signifikan.
3.4.2.Pengaruh Belerang (S)
Besi (Fe) dan Belerang (S) akan membentuk senyawa FeS (besisulfida). Antara besi
dengan besisulfit terbentuk eutektikum pada kandungan S 30,5% serta temperatur 985 oC.
Besi δ pada temperatur 1365 oC, mampu melarutkan S sebesar 0,17%, sedangkan besi γ
sebesar 0,07%. Masih dipertanyakan apakah besi α juga mampu melarutkan unsur S ini. Yang
pasti adalah bahwa besi α memiliki kemampuan yang sangat rendah dalam melarutkan S.
Diagram biner Fe-S
Namun demikian, berbeda dengan unsur-unsur pendamping besi lainnya, walaupun S
pada kandungan yang sangat sedikit justru akan membetuk fasa-fasa dengan karakteristik
tertentu dalam ikiatannya dengan unsur Si, Mn dan P disamping senyawa FeS. Fasa-fasa ini
berupa bercak-bercak kotoran non logam yang telah dapat dikenali pada sampel poles yang
belum dietsa.
Berdasarkan diagram biner Fe–S seharusnya pada kandungan S yang rendah,
eutektikum Fe + FeS yang memiliki titik cair rendah sudah akan ditemukan pada batas-batas
butiran kristal besi. Namun, karena terjadi penguraian eutektikum, hal tersebut tidak terjadi.
Besi yang terdapat didalam eutektikum terkristalisasi pada kristal-kristal besi primer,
sedangkan besi sulfida yang tertinggal kemudian terbentuk sebagai lapisan-lapisan yang agak
tebal pada batas-batas butiran.
Besisulfida pada batas butiran Kristal besi (Non Etsa), Mangansulfida ( MnS ) pada
baja cor. Hal ini mengakibatkan besi pada temperatur tempa menjadi rapuh, sehingga
menurun kemampuan tempanya. Hal ini disebabkan karena fasa yang memiliki titik lebur
rendah dan terdapat pada batas-batas butiran akan segera mencair, sehingga antara setiap
butiran kristal tidak terdapat lagi kristal-kristal padat yang menjadi media ikatannya.
Sebagian besar baja hanya memiliki kandungan S sangat rendah. Maksimum sampai
0,06%. Walaupun pada temperatur 985 oC belum terdapat eutektikum (Fe–FeS) cair, namun
bahaya terjadinya kerapuhan tetap harus diwaspadai, terutama bila baja hanya mengandung
unsur Mn yang sangat rendah.
Unsur Mn dalam baja dapat mengurangi risiko terjadinya perapuhan panas, karena Mn
akan bersenyawa dengan S menjadi mangansulfida (MnS) yang memiliki titik lebur 1610 oC
dan terbentuk primer bahkan pada baja cair. Dibawah mikroskop MnS tampak sebagai pulau-
pulau berwarna biru kelabu diantara matriks baja. Bentuk-bentuk seperti ini merupakan
bentuk khas dari kristal-kristal yang terbentuk secara primer, dimana pembentukannya
dipengaruhi oleh tegangan permukaan cairan. MnS ini tersebar didalam struktur baja dan juga
besi cor tanpa memberikan pengaruh terhadap sifat-sifat mekaniknya.
Berbeda dengan pada umumnya pengotor non logam didalam baja, seperti silikat dan
alumina, maka sulfida baik pada waktu dingin maupun panas, memiliki plastisitas yang baik.
Sulfida-sulfida ini tidak menjadi hancur akibat deformasi plastis terhadap material, namun
akan menjadi pipih dan memanjang serta akan kembeli kebentuk-bentuk bulat setelah baja
mengalami proses pemanasan yang disertai pendinginan sangat lambat.
Belerang (S) sebagaimana fosfor (P) memiliki kecenderungan untuk segregasi sebagai
segregasi blok maupun gas. Hal ini akan terjadi terutama apabila proses peleburan khususnya
baja dilakukan secara tidak cermat serta terjadi banyak sekali gejolak. Dengan demikian unsur
ini juga dimasukan dalam golongan unsur yang tidak dikehendaki. Mn (0,5% – 0,9%)
merupakan unsur yang ditambahkan untuk mencegah efek buruk yang disebabkan oleh S.
3.4.3. Pengaruh Posfor (P)
Besi dengan fosfor akan membentuk senyawa fosfid Fe3P dan Fe2P. Antara Fe3P
dengan besi a akan membentuk eutektikum pada temperatur 1050 oC dan kandungan P
10,5%. Paduan Besi – Fosfor membeku secara stabil walaupun pendinginan dilakukan dengan
cepat. Pada pendinginan yang lambat (sekitar 50 K/menit) akan terbentuk Fe2P yang tidak
stabil dan membentuk eutektikum pada temperatur 945 oC dan kandungan P = 12,5%.
Diagram biner Fe-P
P termasuk dalam golongan unsur paduan yang mempersempit daerah γ paduan besi-
fosfor. Pada kandungan P = 0,6%, struktur paduan besi-fosfor yang bebas karbon sudah akan
feritis penuh.
Pada paduan baja-karbon, kandungan P umumnya adalah 0,06%. Hanya pada
beberapa baja khusus saja yang memiliki kandungan P sampai 0,3%. Karena pada temperatur
kamar P dapat larut sampai 0,6% didalam besi α, maka sampai dengan kandungan ini tidak
akan menghasilkan fasa-fasa khusus didalam baja. Terutama karena Fe3P tidak terbentuk
didalam baja (tidak seperti pada besi cor).
Perlu diperhatikan, bahwa karena perbedaan temperatur yang besar antara likuidus dan
solidus, juga karena lambatnya kecepatan difusi P kedalam besi, maka kristal campuran γ
(austenit) akan memiliki kecenderungan yang kuat untuk terjadinya segregasi kristal.
Dendrit-dendrit γ yang terbentuk pada awal proses kristalisasi akan memiliki
kandungan P jauh lebih sedikit dari kristal γ yang terbentuk dari sisa cairan, dimana disini
terjadi pengayaan kandungan P. Perbedaan kandungan P pada struktur kristal ini tidak dapat
diubah dengan mudah baik pada proses pengerjaan panas maupun pada saat perlakuan panas
biasa terhadap baja. Segregasi P ini baru dapat dihomogenkan melalui suatu proses
pemanasan yang lama dan mahal pada temperatur yang sangat sedikit dibawah temperatur
solidusnya (diffusions heattreatment). Untuk mencegah segregasi ini, maka stu-satunya cara
yang dianjurkan adalah dengan mengendalikan kandungan P didalam baja serendah-
rendahnya.
Disamping segregasi P secara primer tersebut diatas, terdapat kemungkinan terjadinya
segregasi P secara sekunder, dimana pada saat pendinginan, ferrit yang terbentuk dari austenit
memiliki kemampuan melarutkan P lebih tinggi dari austenit. Sehubungan dengan kecepatan
larut P yang sangat rendah dan temperatur pembentukan α yang juga lebih rendah, maka
segregasi P ini tidak dapat dihindari. Maka pada struktur, kristal-kristal α akan memiliki
kandungan P yang berbeda-beda.
Segregasi P primer juga akan berpengaruh terhadap pembentukan struktur perlit-ferit.
Kelarutan C didalam austenit akan menurun akibat adanya P. Apabila segregasi P ini terjadi
pada kristal campuran γ (austenit), maka atom-atom C akan terdesak dan menumpuk pada
bagian kristal yang miskin P, sehingga sudah sejak fasa austenit dan pada temperatur tinggi
dapat terjadi pembentukan struktur karbon.
Pada proses pendinginan, kristal α (ferit) akan terbentuk pada struktur yang miskin C
yang notabene kaya akan P. Pada saat yang sama perlit terbentuk pula pada bagian struktur
yang kaya dengan unsur C yang miskin P. Akibatnya akan terjadi inhomogenitas struktur
perlit-ferrit yang hanya dapat dihilangkan melalui peningkatan temperatur proses normalisasi.
Hal lain yang sangat perlu diperhatikan adalah kemungkinan akan terjadinya segregasi
rongga gas pada produk baja. Proses pendinginan baja cair akan selalu terjadi pelepasan gas
dalam bentuk rongga-rongga yang mengapung kepermukaan atas. Pergerakan rongga gas ini
semakin melambat bersama dengan turunnya temperatur cairan sehingga lambat-laun akan
tinggal diam didalam cairan yang semakin kental. Pada saat ini, tekanan udara didalam
rongga-rongga gas juka akan ikut menurun dan bergerak kearah sisa cairan yang kaya dengan
kandungan P (dan S) serta berkumpul menjadi koloni rongga-rongga gas didaerah ini.
Rongga gas di dalam produk bantalan dari bahan baja
Atas: Tanpa etsa. Dengan metode Oberhoffer. Segregasi P terlihat berwarna terang.
SeSegregasi gas pada produk tempa dari baja 40Mn5, Etsa: Oberhoffer.
Segregasi P pada baja-baja teknik sangat dihindari mengingat inhomogenitas struktur
yang disebabkannya, dimana hal ini juga akan mengakibatkan perbedaan kekerasan, kekuatan
maupun keuletan. Perbedaan kekuatan dan keuletan pada struktur mikro akan menimbulkan
tegangan dalam yang besar yang akhirnya mengakibatkan terjadinya keretakan.
Retakan pada bagian produk baja tempa 37MnSi5
P juga menjadi penyebab perapuhan baja pada keadaan dingin yang ditunjukkan
dengan peningkatan kekuatan namun dengan demikian menurunkan mampu takiknya
sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut:
Baja karbon polos dapat mengandung unsur mangan (Mn) sampai dengan 0,8%, yang
sengaja dibubuhkan kedalam cairan untuk tujuan deoksidasi dan khususnya sebagai pengikat
unsur belerang (S).
Pada temperatur kamar, besi α mampu melarutkan unsur Mn sampai dengan 10%,
dengan demikan kandungan Mn yang kecil tidak akan memunculkan fasa-fasa yang khusus
pada struktur mikro baja karbon polos, kecuali mangansulfida (MnS). Oleh karenanya,
kandungan mangan pada baja karbon polos tidak dapat diperkirakan jumlahnya melalui
gambar struktur mikronya.
Sebagian dari mangan akan bersenyawa dengan sementit dan membentuk karbida
besimangan (Fe, Mn)3C yang pada proses pemanasan akan sangat cepat terurai kedalam
austenit (γ) sehingga kristal campuran γ akan memuai tanpa dapat dicegah. Baja dengan
kandungan Mn lebih tinggi akan sangat sensitip terhadap perlakuan pemanasan serta
cenderung memiliki butiran-butiran yang kasar.
Suatu karakter khas dari baja paduan Mn tinggi adalah strukturnya yang berserat.
Perbandingan hasil uji takik antara potongan memanjang dengan melintang dapat sampai 5 :
1. Serat-serat ini terjadi karena Mn memiliki kemampuan reaksi yang tinggi dengan berbagai
unsur nonmetalik menjadi MnO, MnS, MnO.SiO2 dan (MnO)2.SiO2 yang terbentuk sebagai
serat-serat memanjang.
Juga akibat dari persenyawaannya dengan unsur belerang (S) menjadi mangansulfid
(MnS) yang memiliki temperatur lebur tinggi, baja dengan kandungan Mn tinggi tidak mudah
patah pada temperatur tinggi. Perbandingan kandungan Mn dengan S yang ideal menurut
Pigott adalah sebagai berikut:
CMn = 0,3 + 1,72 . CS
Dimana:
CMn = Kandungan mangan.
CS = Kandungan belerang.
Contoh adalah, suatu baja dengan kandungan S = 0,06%, bila didalamnya terdapat
pula Mn = 0,4%, maka bahan tersebut memiliki ketahanan cukup terhadap takikan panas.
3.5. Standarisasi Logam
Standarisasi berlaku untuk semua bidang, baik itu bidang produksi maupun
jasa.Dalam dunia teknik standarisasi merupakan suatu tuntutan dan keharusan.
Standarisasimemberikan jaminan pada masyarakat memperolehbarang atau jasasesuai dengan
kriteriayang diinginkan. Dengan adanya standarmempermudah dalam berkomunikasi,
danmendapatkan jasa, barang sesuai dengan persyaratan yang diajukan.
Standarisasi Material adalah aturan yang dilakukan oleh asosiasi, institusi suatuNegara
produsen material yang meliputi pengaturan, cara penulisan,
pengelompokan,pengklasifikasian, penserian suatu material.
Dengan adanya standarisasi material kalanganteknologi, industry dan masyarakat
memperoleh pemahaman dan persepsi yang samatentang suatu material. Adanya standar yang
jelas, semua kalangan akan memperoleh ataumendapatkan jaminan yang sesuai tentang
material. Sehingga tidak terjadikesalahpahaman, atau salah mengartikan tentang material yang
disepakati.Dikalangan dunia teknik ada beberapa standar yang berlakutentang material
logam.Standar ini lahir dari Negara-negara yang memiliki industry kuat seperti Amerika,
Inggris,Jerman, Belanda dan Jepang. Berikut beberapa standar yang berlaku untuk material
logam.
ASTM (American Sytemfor TestingMaterial)
AISI (American Ironand SteelInstitute)
UNS (Unifield Numbering System)
AA (Aluminum Association)
SAE (Society Automotive Engineering)
DIN (DeutschesInstitut furNormung)JIS (JapaneseIndustrial Standard)
Contoh Penulisan Standarisasi
Baja Karbon menurut AISI
SAE
Standarisasi baja karbon digunakan untuk menggolongkan bajakarbon
berdasarkankomposisi kimia, penetapan standarisasi bajakarbon menurut American Iron and
SteelInstitut (AISI) dan Society ofAutomotive Enginers (SAE) mempergunakan nomor atau
angkadanhuruf.
Adapun cara yang ditentukan AISI dan SAE dalam menetapkanstandarisasi baja
karbonsebagai berikut :
a.Sistem Angka(1)Angka pertamamenunjukkan jenis–jenis baja karbon danpaduannya, contoh
:
Angka 1 untuk baja karbon 1xxx
Angka 2 untuk baja karbon dengan paduan nikel 2xxx
Angka 3 untuk baja karbon dengan paduan nikel dan chrom3xxx
Angka 4 untuk baja karbon dengan paduan molybdenum 4xxx
Jenis dan prosentase campuran menurut AISI–SAE yaitu :
Baja karbon
Nama besi kasar ini juga didapat dari warna bidang patahnya. Pada besi kasar ini zat arangnya
sebagian besar berbentuk karbit besi, sehingga sifatnya keras dan getas. Titik cairnya
1.100oC. Kadar karbonnya 2,3 – 3,5%, kadar mangannya agak besar. Besi kasar ini paling
baik digunakan untuk baja. Massa jenisnya 7,58 – 7,73 kg/dm3.
DIAGRAM ALIRAN PENGOLAHAN LOGAM :
CONVERTER
2. Pencairan
Biji besi hasil pemanggangan dicampurkan dengan batu kapur dan kokas dengan
perbandingan 5:2:1, dan dimasukan ke dalam tanur tinggi. Tanur tinggi adalah menara
berbentuk selinder yang pada bagian menaranya dilengkapi dengan reaktor untuk
menghasilkan temperatur tinggi dalam tanur. Tanur tinggi juga dilengkapi dengan “cup and
cone” untuk memasukan bahan baku melalui bagian atas tanur tinggi. ”cup” merupakan
wadah berbentuk piala , dihubungkan dengan “cone” yang berbentuk kerucut. Berfungsi
sebagai katup yang dapat terbuka dan tertutup. Selain itu, terdapat saluran untuk melepaskan
gas-gas buangan. Ketika mendekati dasar terdapat dua saluran untuk memisahkan kerak dan
cairan besi. Bagian lain tanur, yaitu bagian tuyer, yang merupakan saluran kecil di mana suhu
udaranya berkisar 5000-7000C, tekanan udaranya dibuat rendah.
Ketika udara panas yang telah bebas dari uap air dan sebelumnya dipanaskan pada suhu 5000-
7000 C, ditiupkan kedalam layer, gas tersebut akan bereaksi dengan karbon membentuk gas
karbondioksida.
H2O + C CO + H2 ΔH = + x kkal
Reaksi ini berlangsung endoterm sehingga menyebabkan pemborosan bahan bakar. Untuk
menghindari hal ini udara yang dipanaskan dilewatkan pada silika gel.
Ketika campuran yang terdiri dari hematite, batu kapur, dan karbon dijatuhkan kedalam tanur
tinggi, reaksi pertama yang terjadi adalah ferro oksida direduksi menjadi oksida magnetic
(feroso feri oksida) oleh karbon monoksida pada temperatur 3000-5000 C.
3Fe2O3 + CO 2Fe3O4 + CO2 (300-5000C) ; ΔH = 8.80 kkal
Pada daerah ferro ferioksida direduksi menjadi ferioksida dan kemudian menjadi besi.
Sehingga reaksi ferioksida menjadi besi oleh karbon monoksida berlangsung sempurna
sebelum pada daerah penyerapan panas. Jika titik leleh besi lebih besar dari 1000°C reaksi
besi diperoleh dibagian spon. Hanya pada bagian atas penyerapan panas, pada temperatur
1000°- 1200°C batu kapur terurai menjadi kapur (CaO) dan CO2.
CaCO3 CaO + CO2
Kapur CaO bereaksi dengan silika membentuk cairan kalsium silikat yang disebut kerak.
CaO + SiO2 CaSiO3
Pada saat CaSiO3 memasuki dasar tanur, cairan tersebut menutupi cairan besi dan senyawa
silika menjadi kerak. Cairan logam berkumpul di bagian atas tanur dengan kerak di bagian
atasnya. Ketika cairan terdapat di dalam tanur pada temperatur 1300°-1500° C, bijih besi yang
kotor (mengandung pengotor seperti fosfat, silikat, sulfid dan sebaginya), juga direduksi
menjadi cairan besi yang biasanya mengandung sedikit sulfur, silikcon, fosfor, mangan dan ±
3- 4% karbon dalam bentuk karbida seperti simentatit (Fe3C), sehingga besi yang diperoleh
dapat mencapai tingkat kemurnian 92-94 % , dan biasanya disebut “cas iron” atau besi tuang
atau kadang-kadang juga disebut “pig iron”. Besi cair yang dihasilkan tersebut dikeluarkan
melalui bagin bawah tanur tinggi. Kerak yang kemudian dapat dipergunakan sebagai bahan
campuran seman, pembuatan batu bata, dan sebagai bahan kontruksi jalan. Reduksi didalam
tanur tinggi bersifat reversible gas yang terdapat dalam tanur terdiri dari sejumlah besar
karbon monoksida yang tidak terbakar dan sejumlah kecil hydrogen, metana dan sebagainya.
Dengan komposisi rata-rata 60% N2, 24% CO, 12%CO2 . Gas panaskeluar melalui bagian
atas tanur .
Gas buangan ini bersama debu dialirkan ke penangkap debu, sehingga debu akan mengendap
sedangkan gas buangan yang panas akan mengalir ke pendingin yang berfungsi menurunkan
suhu sehingga gas dapat dilepaskan ke udara melalui cerobong asap.
3.6.2. Convertor
Proses pembuatan baja dapat diartikan sebagai proses yang bertujuan mengurangi
kadar unsur C, Si, Mn, P dan S dari besi mentah dengan proses oksidasi peleburan.
Konventer untuk proses “oksidasi berkapasitas antara 50-400 ton”. Besi kasar dari
tanur yang dituangkan ke dalam konventer disemburkan oksigen dari atas melalui pipa
sembur yang bertekanan kira-kira 12 atm.
Reaksi yang terjadi:
O2 + C --> CO2
Penyemburan Oksigen berlangsung antara 10-20 menit. Penambahan waktu
penyemburan akan mengakibatkan terbakarnya C, P, Mn dan Si.
Konvertor dibuat dari plat baja dengan sambungan las atau paku keling. Bagian
dalamnya dibuat dari batu tahan api. Konvertor disangga dengan alat penyangga yang
dilengkapi dengan trunnion untuk mengatur posisi horizontal atau vertikal Konvertor.
Keterangan gambar :
1. Tabung Utama dari Pelat Baja 8. Sabuk pengikat dari baja
2. Batu tahan api 9. Poros (trunnion coupled)
3. Pipa saluran udara panas 10. Pipa penahan (column)
4. Lubang laluan udara (tuyer) 11. Mekanis pemutar convertor (roda
gigi dan penggeraknya/rack and
pinion)
5. Kotak udara panas bertekanan
6. Perapat saluran (trunnion) 12. Saluran masuk dan keluar logam cair
7. Sabuk pengikat dari baja
Periode ini ditandai adanya Reddish smoke (nyala api ke merah-merahan) keluar
mulut Konvertor . Hal ini menunjukkan bahwa unsur campuran yang terdapat dalam besi
mentah telah keluar dan tinggal oksida besi FeO. Periode ini berlangsung + 1 - 2 menit.
Kemudian Konvertor diputar sehingga posisinya menuju posisi horizontal, lalu ditambahkan
oksider (ferromanganesh, ferrosilicon atau Al) untuk mengikatO2 dan memadunya dengan
baja yang dihasilkan. Baja Bessemer yang dihasilkan dengan proses di atas mengandung
sangat sedikit unsur C.
Untuk baja Bessemer, kadar unsur C dapat dinaikkan dengan cara :
a. mengurangi udara penghembus terutama pada periode ke dua.
b. menambah C pada periode ke tiga hampir berakhir yaitu dengan menambahkan
besi mentah.
Berat logam pada proses Bessemer ini akan berkurang + 8 – 12%.
3.6.4. Convertor Thomas
Proses Thomas disebut juga “Basic Bessemer Process” yaitu proses Bessemer dalam
keadaan basa. Proses ini memakai Converter yang di bagian dalamnya dilapisi bahan tahan
api (refractory) bersifat basa seperti dolomite (Mg CO3 CaCO3).
Pertama-tama converter diisi dengan batu kapur, kemudian besi mentah (pig iron) cair
yang mengandung unsur phosfor (P) : 1,6 - 2% ; dan sedikit Si dan S (0,6% Si, 0,07 % S).
Pada periode I (Slag forming period = Silicon blow) yaitu pada saat penghembusan,
unsur Fe, Si, Mn akan teroksider dan terbentuklah terak basa (basic slag). Dengan adanya batu
kapur, akan terjadi kenaikan temperatur, tetapi unsur phosfor (P) yang terkandung dalam besi
mentah belum dapat dipisahkan dari Fe.
Pada periode ke II (The brilliant flame blow = Carbon blow) yang ditandai dengan
adanya penurunan temperatur, dimana Carbon (C) akan terbakar, berarti kadar C menurun.
Jika kadar C tinggal 0,1 - 0,2%, maka temperatur akan turun menjadi 1400 - 1420°C.
Setelah temperatur turun menjadi 1400°C, mulailah periode ke III (Reddish Smoke
Periode) yaitu terjadinya oksidasi dari Fe secara intensif dan terbentuklah terak dengan reaksi
:
Peristiwa ini berlangsung + 3 - 5 menit, dan selanjutnya terbentuklah terak Phospor
[CaO)4.P2O5] yang diikuti kenaikan temperatur yang mendadak menjadi 1600°C. Setelah
periode ke III ini berakhir, hembusan udara panas dihentikan dan converter dimiringkan untuk
mengeluarkan terak yang mengapung di atas besi cair.
Kemudian diberi doxiders/deoxidising agents misalnya Ferro Monggan, Ferro Silicon
atau Aluminium untuk menghilangkan Oksigen (O2) serta memberikan kadar Mn dan Si
supaya diperoleh sifat-sifat tertentu dari baja yang dihasilkan. Terak yang dihasilkan
mengandung + 22 % P2O5 merupakan hasil ikatan yang diperoleh dan dapat digunakan
sebagai pupuk tanaman. Baja yang dihasilkan digunakan sebagai bahan dalam proses
pengecoran seperti pembuatan baja tuang atau baja profil (steel section) seperti baja siku, baja
profil I, C.
Perbedaan antara Bassemer dan proses Thomas terletak pada bahan lapisan batu tahan
apinya. Lapisan Convertor Thomas dari batu tahan api biasa (dolomit). Dolomit adalah
campuran antara kalsium karbonat (CaCO3) dan Magnesium karbonat (MgCO3).
Proses ini dapat mengikat phospor dengan mencampurkan CaO seperti reaksi dibawah
ini.
3 CaO + P2O5 Ca3 (PO4)2 (terak cair)
Lapisan dapur tidak rusak.
Kejelekannya tak dapat digunakan untuk mengerjakan besi kasar yang kaya silisium,
karenanya sebagai bahan digunakan besi kasar putih.
3.6.5. Proses Siemens Martin
Proses ini ditemukan pertama kali oleh Pierre Martin tahun 1865. Digunakan untuk
mengolah besi / baja rongsokan yang memerlukan temperatur tinggi ( 1800 oC).
Dapur ini dinyalakan dengan gas yang dibuat dari dapur-dapur regenerator.
Regenerator menggunakan panas bekas dari dapur tinggi sebagai pemanas pendahuluan. Dan
setelah regenerator panas digunakan untuk memanaskan bahan bakar gas dan udara, sebelum
masuk dapur. Konstruksi dapur Siemens Martin dapat dilihat pada gambar berikut.
Bahan untuk proses Siemens Martin ;
a). Bahan Bakar
- Gas dari gas dapur tinggi atau dapur gas
- Cair misalnya residu
b). Bahan baku
- Besi kasar dingin atau cair
- Baja bekas/rongsokan
- Bijih besi dengan kandungan 55% Fe
c). Bahan tambahan
- Untuk mengikat terak biasanya digunakan CaO
Dapur listrik digunakan untuk pembuatan baja dengan bahan 100% dari baja/besi
bekas dan juga menghasilkan baja campuran. Keuntungan dan kerugian dapur listrik
dibandingkan dengan dapur-dapur lain.
• Keuntungan dapur listrik
a. dapat mencapai suhu tinggi dalam waktu singkat dan suhunya mudah diatur
b. listrik adalah sumber kalor yang bersih dan tak mempengaruhi susunan besi
c. kerugian karena penguapan hampir tidak ada
d. Rendemen termis tinggi
• Kerugian dapur listrik
a. Biaya operasi lebih mahal
b. Harga perlengkapan dapur tinggi
Dapur listrik dibedakan menjadi dua :
1. Dapur listrik busur cahaya elektroda
Dapur listrik busur cahaya menggunakan elektroda guna memperoleh busur nyala
listrik dimana busur nyala ini terjadi antara elektroda dengan elektroda atau antara elektroda
dengan cairan besi.
Prinsip Kerja :
Jika elektroda dialiri listrik akan terjadi loncatan bunga api dari elektroda satu ke
elektroda lain, atau dari elektroda ke besi dan dari besi ke elektroda lainnya.
Proses dasar dapur listrik induksi : menimbulkan panas dengan cara mengubah tenaga
listrik menjadi panas. Listrik dialirkan lewat lilitan primer, karena lilitan primer mengelilingi
inti (teras besi), maka akan terjadi medan magnet (flux) pada inti dan karena lilitan sekunder
juga mengelilingi inti tersebut, maka akan terjadi induksi listrik dari inti ke lilitan sekunder,
lilitan sekunder menimbulkan panas yang digunakan mencairkan logam disekitarnya.
Catatan : lilitan sekunder pada dapur induksi frekuensi tinggi adalah logam cairnya.
Pada dapur ini, cairan baja dialiri arus induksi sehingga terjadi kalor dalam cairan
tersebut. Dinding-dinding dapur tersebut hanya mengalami arus listrik sedikit.
Yang termasuk dapur listrik induksi adalah :
1. Dapur listrik induksi yang menggunakan inti, contoh dapur Rohling Rodenhauser
2. Dapur listrik induksi yang tak menggunakan inti, contoh : dapur listrik induksi
frekuensi tinggi
Prinsip kerja dapur kupola hampir sama dengan dapur tinggi, hanya bahan pokoknya
terdiri dari besi bekas, besi kasar kelabu, kokas dan bahan tambah (biasanya batu kapur).
Konstruksinya dapat dilihat pada gambar berikut ini
dapat menampung baja cair lebih dari 100ton dengan proses mencapai temperatur + 1600 ⁰ C;
elektroda listrik akan memanaskan bahandengan panas yang sangat tinggi (+ 7000 ⁰ C),
sehingga besi bekas danbahan-bahan lain yang dimasukkan dengan cepat dapat mencair.
Adapun campuran-campuran lain (misalnya untuk membuat baja tahan
karat)dimasukkan setelah bahan-bahan menjadi cair dan siap untuk dituang.
3.7.2. Baja Karbon
Baja adalah logam paduan, logam Fe sebagai unsur dasar dengan karbon(C) sebagai
unsur paduan utamanya. Kandungan unsur karbon dalam bajaberkisar antara 0.2% hingga
2.1% berat sesuai grade-nya. Fungsi karbondalam baja adalah sebagai unsur pengeras dengan
mencegah dislokasibergeser pada kisi kristal (crystal lattice) atom Fe. Ada beberapa jenis
bajakarbon yang dikenal yaitu:
3.7.2.1. Baja Carbon Rendah (BCR) atau low carbon steel
Baja karbon rendah disebut juga baja lunak. Komposisi campuran besidan karbon,
kadar karbon 0 sampai 0,3 %, mempunyai sifat dapatditempa dan liat.Sifatnya mudah ditempa
dan mudah di mesin. Penggunaannya:0,0 % - 0,20 % C : automobile bodies, buildings, pipes,
chains, rivets,screws, nails.0,20 % - 0,30 % C : gears, shafts, bolts, forgings, bridges,
buildings.
3.7.2.2. Baja Karbon Sedang (BCS) atau medium carbon steel
Komposisi campuran besi dan karbon, dengan kadar karbon 0,3%sampai 0,5 %. Sifat
lebih kenyal dari yang keras dan digunakan untukmembuat benda kerja tempa berat, poros,
dan rel baja.
0,30 % - 0,40 % C : connecting rods, crank pins, axles.
0,40 % - 0,50 % C : car axles, crankshafts, rails, boilers, auger bits,
screwdrivers.
3.7.2.3. Baja Karbon Tinggi (BCT) atau high carbon steel
Komposisi campuran besi dan karbon, dengan kadar karbon 0,5sampai 1,70 %. Sifat
dapat ditempa, dapat disepuh keras dandimudakan dan digunakan untuk mem-buat kikir,
pahat, gergaji, tap,stempel, dan alat mesin bubut.
3.7.3. Baja Campuran (alloy Steel)
Baja paduan adalah campuran antara baja karbon dengan unsur-unsur lainyang akan
mempengaruhi sifat-sifat baja, misalnya sifat kekerasan, liat,kecepatan membeku, titik cair,
dan sebagainya yang bertujuan memperbaikikualitas dan kemampuannya. Penambahan unsur-
unsur lain dalam bajakarbon dapat dilakukan dengan satu atau lebih unsur, tergantung dari
karakteristik atau sifat khusus yang dikehendaki.
Unsur-unsur paduan untuk baja ini dibagi dalam dua golongan yaitu :
a). Unsuryang membuat baja menjadi kuat dan ulet, dengan menguraikannya
kedalam ferrite (misalnya Ni, Mn, sedikit Cr dan Mo).Unsur ini terutama
digunakan untuk pembuatan baja konstruksi.
b). Unsur yang bereaksi dengan karbon dalam baja dan membentuk karbidayang
lebih keras dari sementit (misalnya unsur Cr, W, Mo, dan V). Unsurini terutama
digunakan untuk pembuatan baja perkakas.
Pengaruh unsur paduan untuk memperbaiki sifat-sifat baja antara lain:
Silisium (Si) dapat menambah sifat elastis dan mengurangi perkembangangas di
dalam cairan baja, sehingga persenyawaannya lebih homogen. Makinbesar unsur Si
semakin sukar ditempa atau di las. Baja dengan paduansilisium biasanya digunakan
untuk membuat pegas.
Mangan (Mn) merupakan unsur yang harus selalu ada di dalam baja dengan
jumlah yang kecil dan sebagai pencegah oksidasi, dengan demikian setiapproses kimia dan
proses metalurgi dapat berlangsung dengan baik.
Penambahan unsur mangan di dalam baja paduan menambah kekuatan dan
ketahanan panas baja paduan itu serta penampilan yang lebih bersih danmengkilat.
Nikel (Ni) dapat mempertinggi kekuatan dan regangannya sehingga bajapaduan ini menjadi
liat dan tahan tarikan. Penambahan unsur nikel di dalambaja karbon berpengaruh pula
terhadap ketahanan korosi. Oleh karena itubaja paduan ini biasa digunakan untuk bahan
membuat sudu-sudu turbin,roda gigi, bagian-bagian mobil dan sebagainya.
Chromium (Cr) dapat memberikan kekuatan dan kekerasan baja lebihmeningkat, tahan
korosi dan tahan aus. Dengan sifat-sifat itu membuat bajapaduan inibaik untuk bahan poros,
dan roda gigi. Penambahan unsurchromium biasanya diikuti dengan penambahan nikel.
Molibdenum (Mo) dengan penambahan molibdenum akan memperbaikibaja karbon
menjadi tahan terhadap suhu yang tinggi, liat, dan kuat. Bajapaduan ini biasa digunakan
sebagai bahan untuk membuat alat-alat potong,misalnya pahat.
Wolfram (W) dengan penambahan unsur ini memberikan pengaruh yangsama seperti
pada penambahan molibdenum dan biasanya juga dicampurdengan unsur nikel (Ni) dan
chromium (Cr). Baja paduan ini memiliki sifattahan terhadap suhu yang tinggi, karenanya
banyak digunakan untuk bahanmembuat pahat potong yang lebih dikenal dengan nama baja
potong cepat(HSS /Hight Speed Steel).
Vanadium (V) dengan penambahan unsur ini akan memperbaiki strukturkristal baja
menjadi halus dan tahan aus, terlebih bila dicampur denganchromium. Baja paduan ini
digunakan untuk membuat roda gigi, batangpenggerak, dan sebagainya.
Kobalt (Co) dengan penambahan unsur ini akan memperbaiki sifatkekerasan baja
meningkat dan tahan aus serta tetap keras pada suhu yangtinggi. Baja paduan ini banyak
digunakan untuk konstruksi pesawat terbangatau konstruksi yang harus tahan panas dan tahan
aus.
Tembaga (Cu), baja paduan yang memiliki ketahanan korosi yang besardiperoleh
dengan penambahan tembaga berkisar 0,5 – 1,5 % tembaga pada99,95 – 99,85 % Fe. Baja
paduan ini disebut baja Armco yang digunakanuntuk membuat konstruksi jembatan, menara-
menara, dan lian-lain.
Menstabilkan karbid dan membentuk chromium karbid yang lebih keras dari pada
sementit biasa. Untuk besi berdaya tahan tinggi.
-Molybdenum (Mo)
Menaikkan kekerasan bagian yang tebal dan juga memperbaiki keuletan.
- Vanadium (V)
Meningkatkan keuletan dan kekerasan juga meningkatkan daya tahan panas dari besi tuang
dengan menstabilkan cementite.
- Copper (Cu)
Cu hanya sedikit pengaruhnya tetapi disini digunakan terutama untuk memperbaiki daya
tahan karat.
3.8. Aluminium Dan Paduan Serta Penggunaannya
3.8.1. Proses Pembuatan Aluminium
Proses Pembuatan Aluminium, Proses Hall, Senyawa, Unsur Kimia - Aluminium
diperoleh dengan elektrolisis lelehan bauksit Al2O3 dalam kriolit cair Na3AlF6. Kriolit cair
diperlukan untuk menurunkan titik leleh bauksit. Proses pembuatan aluminium dikenal
dengan proses Hall, karena cara ini ditemukan oleh Charles Martin Hall (1863 - 1914) pada
tahun 1886.
Proses Hall meliputi dua tahap, yaitu sebagai berikut.
a) Pemurnian Al₂O₃ dari bauksit
Ke dalam bauksit ditambahkan larutan NaOH pekat sehingga Al₂O₃ larut sedangkan zat lain
tidak larut.
Al₂O₃(s) + 2NaOH(aq) → 2NaAlO₂(aq) + H₂O(l)
Larutan NaAlO₂ diasamkan sehingga terbentuk endapan Al(OH)₃.
NaAlO₂(aq) + H₂O(l) + HCl(aq) → Al(OH)₃(s) + NaCl(aq)
Endapan Al(OH)₃ disaring kemudian dipanaskan sehingga terurai menjadi Al₂O₃ dan uap air.
Panas
Al(OH)₃(s)→Al₂O₃(s) + 3H₂O(g)
b) Elektrolisis Al₂O₃ dengan kriolit cair
Al₂O₃ murni dicampur dengan kriolit Na₃AlF₆ untuk menurunkan titik leleh Al₂O₃. Dinding
bejana untuk elektrolisis terbuat dari besi yang dilapisi grafit sekaligus sebagai katoda.
Sebagai anodanya digunakan batang-batang karbon yang dicelupkan ke dalam campuran.
[2Al 3 + 3O 2 ] = Al₂O₃
Anode karbon dibuat dari karbonasi minyak bumi yang harus diganti secara kontinu sebab
sering terkontaminasi oleh pengotor. Aluminium dibuat dalam jumlah besar untuk paduan
logam. Logam aluminium murni bersifat lunak dan mudah terkorosi. Penambahan sejumlah
kecil logam lain, seperti Cu, Mg, atau Mn, aluminium akan menjadi keras dan tahan terhadap
korosi.
Beberapa aluminium digunakan untuk mengekstraksi logam lain. Logam kromium diperoleh
melalui reduksi oksidanya oleh serbuk aluminium. Reaksi Cr₂O₃ dengan aluminium bersifat
eksotermis.
Cr₂O₃(s) + 2Al(l) → Al₂O₃(l) + 2Cr(l) ∆H°= –536 kJ
Reaksi serupa diterapkan pada las listrik untuk menyambung besi, yaitu campuran dari serbuk
aluminium dan besi (III) oksida, yang disebut termit. Sekali campuran ini dibakar, reaksi
berlangsung terus menghasilkan pijar tinggi bertabur bunga api.
Senyawa aluminium yang penting adalah alumina atau aluminium oksida. Senyawa ini dibuat
melalui pemanasan aluminium hidroksida yang diperoleh dari bauksit dan dilakukan pada
550°C. Alumina membentuk senyawa berpori atau berupa serbuk padat berwarna putih.
∆
2Al(OH)₃(s)→Al₂O₃(s) + 3H₂O(l)
Alumina digunakan sebagai katalis, juga digunakan untuk memproduksi logam aluminium.
Jika alumina diuapkan pada suhu tinggi (2.045 °C), akan terbentuk corundum yang digunakan
sebagai ampelas atau gerinda. Jika alumina diuapkan dengan logam pengotor tertentu, akan
diperoleh permata safir atau ruby. Ruby sintesis mengandung 2,5% kromium oksida, Cr₂O₃
dalam alumina, dan digunakan terutama pada arloji dan sebagai asesoris permata. Dalam air,
ion aluminium membentuk kompleks hidrat, Al(H₂O)₆ 3 dan ion ini mudah terhidrolisis:
3
[Al(H₂O)₆] (aq) + H₂O(l) ⇌ [Al(H₂O)₅OH] 2 (aq) + H₃O (aq)
Aluminium sulfat oktadekahidrat, Al₂(SO₄)₃.18H₂O merupakan garam aluminium yang dapat
larut dalam air, dibuat melalui pelarutan bauksit dalam asam sulfat.
Aluminium sulfat digunakan dalam jumlah besar untuk perekat kertas. Pada proses ini, zat
seperti lempung dari aluminium sulfat ditambahkan ke dalam fiber selulosa untuk
menghasilkan material berpori menjadi halus.
Aluminium sulfat juga digunakan untuk mengolah air limbah dari pulp kertas dan untuk
menjernihkan air limbah. Jika basa ditambahkan kepada larutan garam aluminium ini,
endapan seperti gelatin dari aluminium hidroksida terbentuk.
Mesin, bahan alumunium sangat aplikatif untuk berbagai jenis mesing seperti tipe
mesin drilling, potong, keprok, bending, dan sebagainya.
Konduktivitas, sifat konduktivitas panas dan listrik alumunium sangat baik. Luar
biasanya lagi konduktor dari alumunium beratnya hanya setengah dari konduktor yang terbuat
dari bahan tembaga.
Reflektor, Alumunium adalah reflektor cahaya tampak yang baik. Sifat alumunium ini
juga belaku untuk pemancaran panas.
Tahan Karat (Korosi), Alumunium bereakasi dengan oksigen di udara membentuk
lapisan oksida tipis yang ampuh melindungi badan logam dari korosi (selengkapnya di
bawah)
Non Magnetik, Alumunium adalah bahan nonmagnetik. Karena sifatnya ini maka
alumunium sering digunakan sebagai alat dalam perangkat X-ray yang menggunkan magnet.
Tidak Beracun, Logam alumunium punya sifat tidak beracun sama sekali. Ia berada
pada urutan ketiga setelah oksigen dan silikon unsur yang paling banyak di kerak bumi.
Beberapa senyawa alumunium juga secara alami terbentuk dalam makanan yang kita
konsumsi setiap hari.
Berikut sifat alumium jika bereaksi dengan senyawa atau unsur yang lain:
a. Reaksi Alumunium dengan Udara Bebas
Aluminium tidak bisa beraksi dengan udara kering, tetapi dalam udara yang lebih
lembab akan membentuk lapisan oksida di permukaannya. Lapisan yang terbentuk sangat
tipis sekitar 10-8 m tetapi mampu mengcegah alumunium dari reaksi oksidasi lanjutan dan
mencegahnya bereaksi dengan asam encer. lapisan tipis ini juga tidak dapat ditembus air. Hal
tersebut sangat berbeda dengan besi yang menciptakan lapisan oksida yang berlubang
sehingga mudah terjadi korosi besi. Alumunium yang terkar oleh oksigen gakan
menghasilkan kilauan cahaya.
b. Reaksi Aluminium dengan Air.
Salah satu sifat alumunium yang unik adalah dalam keadaan murni ia tidak bereaksi
dengan air tetapi dalam bentuk campurannya bisa bereaksi dengan air (korosi). Contohnya
seperti pada campuran Amalgam aluminium (Al-Hg) digunakan sebagai zat reduktor karena
ia bisa bereaksi dengan ari.
c. Reaksi dengan Nitrogen
Aluminium dapat bereeaksi dengan nitrogen membenttuk aluminium nitrida.
2Al + N2 → 2AlN
dalam bentuk senyawaan. Bijih tembaga yang terpenting yaitu pirit atau chalcopyrite
(CuFeS₂), copper glance atau chalcolite (Cu₂S), cuprite (Cu₂O), malaconite (CuO) dan
malachite (Cu₂(OH)₂CO₃) sedangkan dalam unsur bebas ditemukan di Northern Michigan
Amerika Serikat.
Tembaga (Latin, cuprum, dari pulau Cyprus). Tembaga dipercayai telah ditambang
selama 5000 tahun.
Sifat-sifat
Tembaga memiliki warna kemerah-merahan. Unsur ini sangat mudah dibentuk, lunak, dan
merupakan konduktor yang bagus untuk aliran elektron (kedua setelah perak dalam hal ini).
Sumber-sumber
Tembaga kadang-kadang ditemukan secara alami, seperti yang ditemukan dalam mineral-
mineral seperti cuprite, malachite, azurite, chalcopyrite, dan bornite. Deposit bijih tembaga
yang banyak ditemukan di AS, Chile, Zambia, Zaire, Peru, dan Kanada. Bijih-bijih tembaga
yang penting adalah sulfida, oxida-oxidanya, dan karbonat. Dari mereka, tembaga diambil
dengan cara smelting, leaching, dan elektrolisis.
Kegunaan
Industri elektrik merupakan konsumen terbesar unsur ini. Campuran logam besi yang
memakai tembaga seperti brass dan perunggu sangat penting. Semua koin-koin di Amerika
dan logam-logam senjata mengandung tembaga. Tembaga memiliki kegunaan yang luas
sebagai racun pertanian dan sebagai algisida dalam pemurnian air. Senyawa-senyawa tembaga
seperti solusi Fehling banyak digunakan di bidang kimia analitik untuk tes gula.
Ketersediaan
Tembaga murni (99.999+ %) tersedia secara komersil, tembaga (Cu) mempunyai sistim
kristal kubik, secara fisik berwarna kuning dan apabila dilihat dengan menggunakan
mikroskop bijih akan berwarna pink kecoklatan sampai keabuan.
Unsur tembaga terdapat pada hampir 250 mineral, tetapi hanya sedikit saja yang komersial.
Pada endapan sulfida primer, kalkopirit (CuFeS2) adalah yang terbesar, diikuti oleh kalkosit
(Cu₂S), bornit (Cu₅FeS₄), kovelit (CuS), dan enargit (Cu₃AsS₄). Mineral tembaga utama
dalam bentuk deposit oksida adalah krisokola (CuSiO₃.2HO), malasit (Cu₂(OH)₂CO₃), dan
azurit (Cu₃(OH)₂(CO₃)₂).
Deposit tembaga dapat diklasifikasikan dalam lima tipe, yaitu: deposit porfiri, urat, dan
replacement, deposit stratabound dalam batuan sedimen, deposit masif pada batuan volkanik,
deposit tembaga nikel dalam intrusi/mafik, serta deposit nativ. Umumnya bijih tembaga di
Indonesia terbentuk secara magmatik. Pembentukan endapan magmatik dapat berupa proses
hidrotermal atau metasomatisme.
Logam tembaga digunakan secara luas dalam industri peralatan listrik. Kawat tembaga
dan paduan tembaga digunakan dalam pembuatan motor listrik, generator, kabel transmisi,
instalasi listrik rumah dan industri, kendaraan bermotor, konduktor listrik, kabel dan tabung
coaxial, tabung microwave, sakelar, reaktifier transsistor, bidang telekomunikasi, dan
bidang?bidang yang membutuhkan sifat konduktivitas listrik dan panas yang tinggi, seperti
untuk pembuatan tabung?tabung dan klep di pabrik penyulingan. Meskipun aluminium dapat
digunakan untuk tegangan tinggi pada jaringan transmisi, tetapi tembaga masih memegang
peranan penting untuk jaringan bawah tanah dan menguasai pasar kawat berukuran kecil,
peralatan industri yang berhubungan dengan larutan, industri konstruksi, pesawat terbang dan
kapal laut, atap, pipa ledeng, campuran kuningan dengan perunggu, dekorasi rumah, mesin
industri non?elektris, peralatan mesin, pengatur temperatur ruangan, mesin?mesin pertanian.
Potensi tembaga terbesar yang dimiliki Indonesia terdapat di Papua. Potensi lainnya
menyebar di Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.
1). Pengolahan Bijih Tembaga
Bijih tembaga dapat berupa karbonat, oksida dan sulfida. Untuk memperoleh tembaga
dari bijih yang berupa oksida dan karbonat lebih mudah dibanding bijih yang berupa sulfida.
Hal ini disebabkan tembaga terletak dibagian bawah deret volta sehingga mudah diasingkan
dari bijihnya.
Bijih berupa oksida dan karbonat direduksi menggunakan kokas untuk memperoleh
tembaga, sedangkan bijih tembaga sulfida, biasanya kalkopirit (CuFeS₂), terdiri dari beberapa
tahap untuk memperoleh tembaga, yakni:
2). Pengapungan (flotasi)
Proses pengapungan atau flotasi di awali dengan pengecilan ukuran bijih kemudian
digiling sampai terbentuk butiran halus. Bijih yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam
campuran air dan suatu minyak tertentu. Kemudian udara ditiupkan ke dalam campuran untuk
menghasilkan gelembung-gelembung udara. Bagian bijih yang mengandung logam yang tidak
berikatan dengan air akan berikatan dengan minyak dan menempel pada gelembung-
gelembung udara yang kemudian mengapung ke permukaan. Selanjutnya gelembung-
gelembung udara yang membawa partikel-partikel logam dan mengapung ini dipisahkan
kemudian dipekatkan.
3). Pemanggangan
Bijih pekat hasil pengapungan selanjutnya dipanggang dalam udara terbatas pada suhu
dibawah titik lelehnya guna menghilangkan air yang mungkin masih ada pada saat pemekatan
dan belerang yang hilang sebagai belerang dioksida.
Campuran yang diperoleh dari proses pemanggangan ini disebut calcine, yang mengandung
Cu₂S, FeO dan mungkin masih mengandung sedikit FeS. Setelah itu calcine disilika guna
mengubah besi(II) oksida menjadi suatu sanga atau slag besi(II) silikat yang kemudian dapat
dipisahkan. Reaksinya sebagai berikut
Tembaga(I) sulfida yang diperoleh pada tahap ini disebut matte dan kemungkinan masih
mengandung sedikit besi(II) sulfida
4). Reduksi
Cu2S atau matte yang yang diperoleh kemudian direduksi dengan cara dipanaskan
dengan udara terkontrol, sesuai reaksi
2Cu2S(s) + 3O2(g) ―→ 2Cu2O(s) + 2SO2(g)
Cu2S(s) + 2Cu2O(s) ―→ 6Cu(s) + SO2(g)
Tembaga yang diperoleh pada tahap ini disebut blister atau tembaga lepuhan sebab
mengandung rongga-rongga yang berisi udara.
3.10. Bahan Bukan Logam
3.10.1. Polimer (polymer)
Suatu molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang
molekulkecil yang terikat melalui ikatan kimia disebut polimer (poly = banyak; mer =
bagian).Suatu polimer akan terbentuk bila seratus atau seribu unit molekul yang kecil
yangdisebut monomer, saling berikatan dalam suatu rantai.
Klasifikasi Polimer
Polimer umumnya diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok antara lain atas dasarjenis
monomer, asal, sifat termal, dan reaksi pembentukannyaPolimer Alami (natural polymers):
Selulosa, Protein.
a. Klasifikasi Polimer Berdasarkan Jenis Monomernya
Berdasarkan jenis monomernya, polimer dibedakan atas homopolimer dankopolimer.
Homopolimer terbentuk dari sejenis monomer, sedangkan kopolimerterbentuk lebih dari
sejenis monomer.
b. Polimer Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalnya, polimer dibedakan atas polimer alam dan polimer
buatan.Polimer alam telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, seperti amilum,selulosa,
kapas, karet, wol, dan sutra. Polimer buatan dapat berupa polimerregenerasi dan polimer
sintetis. Polimer regenerasi adalah polimer alam yangdimodifikasi. Contohnya rayon, yaitu
serat sintetis yang dibuat dari kayu(selulosa). Polimer sintetis adalah polimer yang dibuat dari
molekul sederhana(monomer) dalam pabrik.
c. Polimer Berdasarkan Sifat Thermalnya
1) Termoplastik
Mudah larut pada pelarut yang sesuai, pada suhu tinggi akan lunak, tetapiakan
mengeras kembali jika didinginkan dan struktur molekulnya linier ataubercabang tanpa ikatan
silang antar rantai. Proses melunak dan mengeras inidapat terjadi berulang kali. Sifat ini
dijelaskan sebagai sifat termoplastik.
Contohnya: Polietilen (PE) dan polivinilklorida (PVC)
2) Termosetting
Tidak dapat larut dalam pelarut apapun, tidak meleleh jika dipanaskan, lebihtahan
terhadap asam dan basa, jika dipanaskan akan rusak dan tidak dapatkembali seperti semula
dan struktur molekulnya mempunyai ikatan silangantar rantai. Polimer seperti ini disusun
secara permanen dalam bentukpertama kali mereka dicetak, disebut polimer termosetting.
Contohnya: Bakelit, poli(melanin formaldehida) dan poli (urea formaldehida).
Keramik yang digunakan adalah jenis enamel. Peralatan rumah tangga yangmenggunakan
pelapisan enamel ini diantaranya adalah kulkas, kompor gas,mesin cuci, mesin pengering.
3.10.4. Kaca (glasess)
Kaca merupakan sebuah substansi yang keras dan rapuh, serta merupakan
padatanamorf. Hal ini dikarenakan bahan – bahan pembuat kaca bersifat amorf yang
manadapat meleleh dengan mudah. Kaca merupakan hasil penguraian senyawa –senyawa
inorganik yang mana telah mengalami pendinginan tanpa kristalisasi.Komponen utama dari
kaca adalah silika.
Unsur Unsur Pembentuk Kaca-Kaca merupakan bentuk lain dari gelas (Glass). Oksida
– oksida yang digunakanuntuk menyusun komposisi kaca dapat digolongkan menjadi :
a. Glass Former Merupakan kelompok oksida pembentuk utama kaca.
b. Intermediate Oksida yang menyebabkan kaca mempunyai sifat-sifat yang lebihspesifik,
contohnya untuk menahan radiasi, menyerap UV, dan sebagainya.
c.Modifier Oksida yang tidak menyebabkan kaca memiliki elastisitas, ketahanansuhu, tingkat
kekerasan, dll.
3.10.5. Komposit (composites)
Bahan komposit (atau komposit) adalah suatu jenis bahan baru hasil rekayasa
yangterdiri dari dua atau lebih bahan dimana sifat masing-masing bahan berbeda satusama
lainnya baik itu sifat kimia maupun fisikanya dan tetap terpisah dalam hasilakhir bahan
tersebut (bahan komposit).
Jenis-jenis material komposit
a. Material komposit serat, yaitu komposit yang terdiri dari serat dan bahan dasaryang
diproduksi secara fabrikasi, misalnya serat + resin sebagai bahan perekat,sebagai contoh
adalah FRP (Fiber Reinforce Plastic) plastik diperkuat denganserat dan banyak digunakan,
yang sering disebut fiber glass.
b. Komposit lapis (laminated composite), yaitu komposit yang terdiri dari lapisandan bahan
penguat, contohnya polywood, laminated glass yang seringdigunakansebagai bahan bangunan
dan kelengkapannya.
c. Komposit partikel (particulate composite), yaitu komposit yang terdiri daripartikel dan
bahan penguat seperti butiran (batu dan pasir) yang diperkuatdengan semen yang sering kita
jumpai sebagai betin.
BAB. IV.
STRUKTUR KRISTAL LOGAM
4.1. Struktur Kristal
mm
Tabel
4-1.
4-a
4-a
4-4
Gbr. 4-8
Gbr. 4-8
Gambar. 4-8.
Gbr. 4-8.
Gbr. 4-8.
Gambar. 4-9
Gbar. 4-9
Gbar. 4-9.
Gbar. 4-9.
Gbar. 4-9
Gbar. 4-9
Gbar. 4-10
Gbar. 4-11.
Gbar. 4-11.
Gbar. 4-11.
Gbar. 4-11.
Gbar. 4-11.
Gbar. 4-11.
Gbar. 4-11.
Gbar. 4-12.
Gbar. 4-12.
Gbar. 4-13.
Gbar. 4-13.
BAB. V.
DIAGRAM PEMANASAN & PENDINGINAN LOGAM
1)Difusi yang tergantung pada transformasi dengan tidak mengubah jumlah dan
komposisifasa (pemadatan logam murni, transformasiallotropic, dll).
2)Difusi yang tergantung pada transformasi dengan perubahan jumlah dan komposisi
fase(reaksieutectoid).
3)Difusitransformasi (transformasimartensiticdalam paduan baja).
Mekanisme Gerak/KineticsReaksi PemadatanTransformasi (pembentukan fasa baru
dengan komposisi dan struktur berbeda) yangmelibatkan difusi tergantung padawaktu.Waktu
juga diperlukan untuk meningkatkan energiyang terkait dengan batas-batas fasa antara fasa
induk dan fasa produk.
Nukleasi,(pertumbuhan inti), pembentukan butir dan batas butir serta
pembentukankesetimbangan membutuhkan waktu.
Sehingga laju transformasi (kemajuan transformasi)adalah fungsi waktu.
Dalam penelitian kinetik, selesainya reaksi dari fraksi diukur sebagai fungsi
dariwaktuyang konstan (t).
Kemajuan transformasi dapat diukur dengan pemeriksaanmikroskopis atau mengukur
sifat fisik (misalnya, konduktivitas).Data yang diperolehdigambarkan sebagai bagian kecil
dari transformasi terhadap logaritma waktu.Perubahan komposisi menunjukkan penataan
ulang atom, yang memerlukan difusi.
Atom digantikan secara acak. Perpindahan atom tertentu (d), tidak linear dengan waktu
(t),seperti akan menjadi sebuah lintasan lurus, tapi sebanding dengan akar kuadrat dari
waktu,dikarenakan jalur/pathyang berliku.
Hal ini sesuai dengan persamaan berikut.
d = c (D t) 1 / 2
Q / RT
r = Ae
Persamaan di atas miripdengan ketergantungan suhu dari konstanta difusi), dalam hal
inidikatakan panas telah diaktifkan.Gambar 5-3 berikut akan memperlihatkanketergantungan
reaksi fraksi dengan waktudan suhu dari transformasi pemadatan.
BAB. VI
SIFAT – SIAFAT BAHAN
6.1. Sifat–Sifat Material
Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang mencirikannya, padabidang
teknik mesin umumnya sifat tersebut dibagi menjadi tiga sifat. Sifat–sifatitu akan mendasari
dalam pemilihan material, sifat tersebut adalah:
- Sifat mekanik
- Sifat fisik
- Sifat teknologi
Dibawah ini akan dijelaskan secara terperinci tentang sifat-sifat material tersebut
1. Sifat Mekanik
Sifat mekanik material, merupakan salah satu faktor terpenting yang
mendasaripemilihan bahan dalam suatu perancangan.Sifat mekanik dapat diartikan
sebagairespon atau perilaku material terhadap pembebanan yang diberikan, dapat berupagaya,
torsi atau gabungan keduanya. Dalam prakteknya pembebanan padamaterial terbagi dua yaitu
beban statik dan beban dinamik. Perbedaan antarakeduanya hanya pada fungsi waktu dimana
beban statik tidak dipengaruhi olehfungsi waktu sedangkan beban dinamik dipengaruhi oleh
fungsi waktu.Untuk mendapatkan sifat mekanik material, biasanya dilakukan
pengujianmekanik. Pengujian mekanik pada dasarnya bersifat merusak(destructive test),dari
pengujian tersebut akan dihasilkan kurva atau data yang mencirikan keadaandari material
tersebut.
Setiap material yang diuji dibuat dalam bentuk sampel kecil atau spesimen.
Spesimen pengujian dapat mewakili seluruh material apabila berasal dari
jenis,komposisidan perlakuan yang sama. Pengujian yang tepat hanya didapatkan
padamaterial uji yang memenuhi aspek ketepatan pengukuran, kemampuan mesin,kualitas
atau jumlah cacat pada material dan ketelitiandalam membuat spesimen.Sifat mekanik
tersebut meliputi antara lain: kekuatan tarik, ketangguhan,kelenturan, keuletan, kekerasan,
ketahanan aus, kekuatan mpak, kekuatan mulur,kekeuatan leleh dan sebagainya.
Sifat-sifat mekanik material yang perlu diperhatikan:
- Tegangan yaitu gaya diserap oleh material selama berdeformasi persatuanluas.
- Regangan yaitu besar deformasi persatuan luas.
- Modulus elastisitas yang menunjukkan ukuran kekuatan material.
- Kekuatan yaitu besarnya tegangan untuk mendeformasi material ataukemampuan
material untuk menahan deformasi.
3. Kekenyalan (elasticity)
Didefinisikan sebagai kemampuan meterial untuk menerima tegangan
tanpamengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang permanen setelah
tegangandihilangkan, atau dengan kata lain kemampuan material untuk kembali ke bentuk
danukuran semula setelah mengalami deformasi (perubahan bentuk).
4. Plastisitas (plasticity)
Adalah kemampuan material untuk mengalami deformasi plastik (perubahan
bentuksecara permanen) tanpa mengalami kerusakan. Material yang mempunyai
plastisitastinggi dikatakan sebagai material yang ulet (ductile), sedangkan material
yangmempunyai plastisitas rendah dikatakan sebagai material yang getas (brittle).
5. Keuletan (ductility)
Adalah sutu sifat material yang digambarkan seprti kabel dengan aplikasi
kekuatantarik. Material ductile ini harus kuat dan lentur. Keuletan biasanya diukur
dengansuatu periode tertentu, persentase keregangan. Sifat ini biasanya digunakan
dalambidan perteknikan, dan bahan yang memiliki sifat ini antara lain besi lunak,
tembaga,aluminium, nikel, dll.
6. Ketangguhan (toughness)
Merupakan kemampuan material untuk menyerap sejumlah energi
tanpamengakibatkan terjadinya kerusakan.
7. Kegetasan (brittleness)
Adalah suatu sifat bahan yang mempunyai sifat berlawanan dengan
keuletan.Kerapuhan ini merupakan suatu sifat pecah dari suatu material dengan
sedikitpergeseran permanent. Material yang rapuh ini juga menjadi sasaran pada bebanregang,
tanpa memberi keregangan yang terlalu besar. Contoh bahan yang memilikisifat kerapuhan ini
yaitu besi cor.
8. Kelelahan (fatigue)
Merupakan kecenderungan dari logam untuk menjadi patah bila menerima
bebanbolak-balik (dynamic load) yang besarnya masih jauh di bawah batas
kekakuanelastiknya.
9. Melar (creep)
Merupakan kecenderungan suatu logam untuk mengalami deformasi plastik
bilapembebanan yang besarnya relatif tetap dilakukan dalam waktu yang lama padasuhu yang
tinggi.
10. Kekerasan (hardness)
denganEadalah energi internal padatan yaitu total energi yang ada dalam padatanbaik dalam
bentuk vibrasi atom maupun energi kinetik elektron-bebas.
dH
Cp !P
dT
BAB. VII.
PENGUJIAN BAHAN
E=ζ/ε
Pembahasan istilah mengenai sifat-sifat mekanik bahan dengan berpedoman padahasil uji
tarik seperti pada Gambar diatas. Asumsikan bahwa kita melakukan uji tarikmulai dari titik O
sampai D sesuai dengan arah panah dalam gambar.
a.Batas elastis (ζE) ( elastic limit)
Dalam Gambar. dinyatakan dengan7-1 titik A. Bila sebuah bahan diberi bebansampai pada
titik A, kemudian bebannya dihilangkan, maka bahan tersebutakan kembali ke kondisi semula
(tepatnya hampir kembali ke kondisi semula)yaitu regangan “nol” pada titik O (lihat inset
dalam Gambar). Tetapi bila bebanditarik sampai melewati titik A, hukum Hooke tidak lagi
berlaku dan terdapatperubahan permanen dari bahan. Terdapat konvensi batas
reganganpermamen (permanent strain) sehingga masih disebut perubahan elastis yaitukurang
dari 0.03%, tetapi sebagian referensi menyebutkan 0.005% . Tidak adastandarisasi yang
universal mengenai nilai ini.
b. Batas proporsional (ζp) (proportional limit)
Titik sampai di mana penerapan hukum Hook masih bisa ditolerir. Tidak adastandarisasi
tentang nilai ini. Dalam praktek, biasanya batas proporsional samadengan batas elastis.
c. Deformasi plastis (plastic deformation)
Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada Gambaryaitu bila bahan
ditarik sampai melewati batas proporsional dan mencapaidaerah landing.
d. Deformasi plastis (plastic deformation)
Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada Gambaryaitu bila bahan
ditarik sampai melewati batas proporsional dan mencapaidaerah landing.
e. Tegangan luluh atas (ζuy) (upper yield stress)
Tegangan maksimum sebelum bahan memasuki fase daerah landing peralihandeformasi
elastis ke plastis.
f. Tegangan luluh bawah (ζly) (lower yield stress)
Tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fasedeformasi plastis. Bila
hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress), makayang dimaksud adalah tegangan ini.
g. Regangan luluh (εy) (yield strain)
Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis.
h. Regangan elastis (εe) (elastic strain)
Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat bebandilepaskan regangan ini
akan kembali ke posisi semula.
i. Regangan total (total strain)
Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan elastis, εT = εe+εp.Perhatikan beban
dengan arah OABE. Pada titik B, regangan yang ada adalahregangan total. Ketika beban
dilepaskan, posisi regangan ada pada titik E danbesar regangan yang tinggal (OE) adalah
regangan plastis.
j. Tegangan tarik maksimum TTM (UTS, ultimate tensile strength)
Pada Gambar ditunjukkan dengan titik C (ζβ), merupakan besar teganganmaksimum yang
didapatkan dalam uji tarik.
k. Kekuatan patah (breaking strength)
Pada Gambar ditunjukkan dengan titik D, merupakan besar tegangan di manabahan yang diuji
putus atau patah.
l. Tegangan luluh pada data tanpa batas jelas antara perubahan elastis danplastis
Untuk hasil uji tarik yang tidak memiliki daerah linier dan landing yang jelas,tegangan luluh
biasanya didefinisikan sebagai tegangan yang menghasilkanregangan permanen sebesar 0.2%,
regangan ini disebut offset-strain (Gambardibawah).
Dimana :
D =Diameter bola (mm)
D= Diameter impression(mm)
F =Load (beban) (kgf)
HB=Brinell result (HB)
Berikut ini merupakan rumus yang digunakan untuk mencari besarnyakekerasan dengan
metode Rockwell.
HR = E – e
Dimana :
E= Jarak antara indentor saat diberi minor load dan zero reference lineyang untuk
Tabel dibawah ini merupakan skala yang dipakai dalam pengujian Rockwellskala dan range
uji dalam skala Rockwell.
F0 F1 F
Scale Indentor E
(kgf) (kgf) (kgf) Jenis Material Uji
A Diamond cone 10 50 60 100 Exremely hard materials,
tugsen carbides, dll
B 1/16" steel ball 10 90 100 130 Medium hard materials, low
dan medium carbon steels,
kuningan, perunggu, dll
C Diamond cone 10 140 150 100 Hardened steels, hardened
and tempered alloys
D Diamond cone 10 90 100 100 Annealed kuningan dan
tembaga
E 1/8" steel ball 10 90 100 130 Berrylium copper,phosphor
bronze, dll
F 1/16" steel ball 10 50 60 130 Alumunium sheet
G 1/16" steel ball 10 140 150 130 Cast iron, alumunium alloys
H 1/8" steel ball 10 50 60 130 Plastik dan soft metals
seperti timah
K 1/8" steel ball 10 140 150 130 Sama dengan H scale
L 1/4" steel ball 10 50 60 130 Sama dengan H scale
M 1/4" steel ball 10 90 100 130 Sama dengan H scale
P 1/4" steel ball 10 140 150 130 Sama dengan H scale
R 1/2" steel ball 10 50 60 130 Sama dengan H scale
S 1/2" steel ball 10 90 100 130 Sama dengan H scale
V 1/2" steel ball 10 140 150 130 Sama dengan H scale
Angka kekerasan Vickers (HV) didefinisikan sebagai hasil bagi (koefisien) daribeban uji (F)
dengan luas permukaan bekas luka tekan (injakan) dariindentor(diagonalnya) (A) yang
dikalikan dengan sin (136°/2). Rumus untukmenentukan besarnya nilai kekerasan dengan
metode vikers yaitu :
Mikrohardness test sering disebut dengan knoop hardness testingmerupakan pengujian yang
cocok untuk pengujian material yang nilaikekerasannya rendah. Knoop biasanya digunakan
untuk mengukur materialyang getas seperti keramik.
Dimana,
HK= Angka kekerasan Knoop
F= Beban (kgf)
L= Panjang dari indentor (mm)
Gambar 7-8. Ilustrasi skematik pembebanan impak pada benda uji Charpy dan Izod
b. Metode Izod: Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen uji pada
tumpuan dengan posisi , dan arah pembebanan serah dengan arah takikan.
Prinsip pengujian impak ini adalah menghitung energy yang diberikan olehbeban(pendulum)
dan menghitung energy yang diserap oleh specimen. Pada saatbeban dinaikkan pada
ketinggian tertentu, beban memiliki energy potensialmaksimum, kemudian saat akan
menumbuk specimen energy kinetic mencapaimaksimum. Energy kinetic maksimum tersebut
akan diserap sebagian olehspecimen hingga specimen tersebut patah. Nilai Harga Impak pada
suatu specimenadalah energy yang diserap tiap satuan luas penampang lintang specimen uji.
Persamaannya sebagai berikut:
Keterangan:
g = percepatan grafitasi
Gambar 7-12. Ilustrasi skematis pengujian impak dengan benda uji Charpy
Nilai Harga Impak pada suatu specimen adalah energy yang diserap tiap satuanluas
penampang lintang specimen uji.
7.1.4. Pengujian Bengkok (Bending Test)
Pengujian bengkok adalah salah satu cara pengujian yang dipakai sejak lama bagi bahan yang
cocok, karena dapat dilakukan terhadap batang uji berbentuk sederhana dan tidak perlu
menggunakan mesin uji biasa. Tapi pengujian ini menyebabkan material rusak karena akan
terjadi patahan.
Pengujian ini merupakan salah satu pengujian sifat mekanik bahan yang diletakkan terhadap
specimen dan bahan, baik bahan yang akan digunakan pada kontraksi atau komponen yang
akan menerima pembebanan terhadap suatu bahan pada satu titik tengah dari bahan yang
ditahan diatas dua tumpuan.
Uji bengkok ( bending test ) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk menentukan mutu
suatu material secara visual. Selain itu uji bending digunakan untuk mengukur kekuatan
material akibat pembebanan dan kekenyalan hasil sambungan las di weld metal. Dalam
pemberian beban ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu :
BAB. VIII
KOROSI
Korosi berasal dari bahasa latin “Corrodere” yang artinya perusakan logam
atauberkarat.Definisi korosi adalah proses degradasi/deteorisasi/perusakan material yang
terjadidisebabkan oleh lingkungan sekelilingnya. Beberapa pakar bersikeras definisi hanya
berlakupada logam saja, tetapi para insinyur korosi juga ada yang mendefinisikan istilah
korosiberlaku juga untuk material non logam, seperti keramik, plastik, karet. Sebagai
contohrusaknya cat karet karena sinar matahari atau terkena bahan kimia, mencairnya lapisan
tungkupembuatan baja, serangan logam yangsolidoleh logam yang cair (liquid metal
corrosion).
Adapun definisi korosi dari pakar lain :
a.Perusakan material tanpa perusakan mekanis
b.Kebalikandari metalurgi ekstraktif.
c.Proses elektrokimia dalam mencapai kesetimbangan termodinamika suatu sistem.
Jadikorosi adalah merupakan sistem termodinamika logam dengan lingkungan (air, udara,
tanah)yang berusaha mencapai keseimbangan. Sistem ini dikategorikan setimbang bila logam
telahmembentuk oksida atau senyawa kimia lain yanglebih stabil (berenergi paling rendah)
Adapun proses korosi yang terjadi, di samping oleh reaksi kimia biasa, maka yang lebihumum
adalah proses elektro kimia. Yang dimaksud dengan lingkungannya dapat berupa
udaradengan sinar matahari, embun, air tawar, air laut, air danau,air sungai dan tanah yang
berupatanah pertanian, tanah rawa, tanah kapurdan tanah berpasir/berbatu – batu.
Korosi disebut juga suatu penyakit dalamdunia teknik,walaupun secara langsung
tidaktermasuk produk teknik. Studi dari korosi adalah sejenis usaha pengendalian
kerusakansupaya serangannya serendah mungkin dandapat melampaui nilai ekonomisnya,
atau janganada logam jadi rongsokan sebelum waktunya. Caranya adalah dengan
pengendalian secarapreventif supaya menghambat serangan korosi. Cara ini lebih baik
daripada memperbaikisecara represif yang biayanya akan jauh lebih besar. Korosi dapat
berjalan secara cepat ataupun lambat tergantung darimaterial bahan,lingkungan, temperatur
dan lain sebagainya. Dalam dunia teknik, material korosi yang seringdisinggung adalah korosi
pada logam. Ilustrasi dari proses pengkorosian pada material logamdapat dilihat pada Gambar
8-1 dimana besi yang dibentuksesuai kegunaannya dapat terkorosiakibat lingkungan yang
dihadapi pada aplikasinya.
dan (3) adanya tegangan. Sebagai contoh, tembaga dan paduan rentan terhadap senyawa
amonia, baja ringan rentan terhadap larutan alkali dan baja tahan karat rentan terhadap
klorida.
8.2. Metode Penanggulangan Korosi
Metode-metode yang dilakukan dalam pengendalian korosi ini adalah:
Menekan terjadinya reaksi kimia atau elektrokimianya seperti reaksi anoda dan
katoda
Mengisolasi logam yang cukup tebal dari lingkungannya sehingga tidak terjadi
aliran elektrolit
Pelapisan anorganik
pembalutan (wrapping)
gas tersebut kira-kira 200-270 m/s. Butiran-butiran leleh tersebut kemudian melekat pada
permukaan logam yang akan dilindungi melalui proses pendingin cepat seperti padacasting.
Bahannya berasal dari bentuk kawat atau serbuk yang kemudian meleleh karena semprotan
gas panas yang terbakar (misalnyaOxy- acetylene) atau dengan busur listrik(electric arc).
4. Sementasi (cementation )
Caranya adalah dengan mengguling-gulingkan peralatan yang akan dilindungi ke dalam
campuran serbuk logam pelindung atau fluks yang tepat pada suhu tinggi, sehingga
menyebabkan logam pelindung tadi terdifusi pada permukaan logam yang dilindungi. Selain
dengan serbuk logam dapat juga dilakukan dengan mencelupkan bahan yang akan dilindungi
ke dalam kalsium yang mencair dan mengandung salah satu bahan yang dipergunakan sebagai
pelindung dengan regangan yang inert, akan menyebabkan transisi karena banyak fasa,
sehingga adhesinya lebih kuat dibanding elektroplating. Proses galvanisasi relatif singkat.
Cara ini disebut galvanisasi karena pelindungnya adalah seng(zinc) dan berfungsi sebagai
logam yang bersifat anodik terhadap baja yang dilindungi, biasa disebut juga proses
pencelupan panas (hot dipping ).
5. Penggunaan Zat Pelambat Pengkorosian (Inhibitor)
Inhibitor adalah suatu zat kimia yang apabila ditambahkan dalam jumlah sedikit ke dalam
suatu zat koroden (lingkungan yang korosif), dapat secara efektif memperlambat atau
mengurangi laju pengkorosian yang ada. Ada beberapa jenis inhibitor, yaitu:
1.Inhibitor pemasif(passivating inhibitor)
2.Inhibitor katodik(catodic inhibitor)
3.Inhibitor organis(organic inhibitor)
4.Inhibitor penyebab pengendapan(preccipitate inducing inhibitor)
5.Inhibitor berbentuk uap(Vapor phase inhibitor ).
8.3. Pemakaian Inhibitor
Cara Pemakaian inhibitor, ada beberapa teknik, diantaranya adalah :
1.Injeksi terus menerus
2.Pemasokan secara setakar-setakar(batch)
3.Cara pengecatan(squeeze treatment)
4.Valetilasi (dengan ketel uap dan kontainer tertutup)
5.Pelapisan(coating).
Penggunaan inhibitor selain untuk mencegah terjadinya pengkaratan juga dapat menimbulkan
beberapa masalah, seperti di bawah ini :
a) Pembuihan(foaming)akibat pengaruh organic inhibitor
b) Terjadinya emulsi karena fase-fase gas dan cair bercampur disertai gerakan agitasi
c) Penyumbatan(plugging)karena adanya lapisan oksidasi dan kerak terkelupas, sehingga ikut
aliran dan menyumbat pada filter, turbin dan lain-lain.
d) Terciptanya karat baru, karena ada beberapa inhibitor dapat bereaksi dan menghasilkan
produk yang dapat merusak
e) Masalahheat transfer , karena adanya endapan fosfat, silikat atau sulfat yang berlebihan
f) Pengaruh beracun g) Kehilangan inhibitor karena pengendapan(presipitation), proses
adsorpsi atau terlalu mudah atau lambat larut.
Penggunaan inhibitor bertujuan untuk melindungi permukaan logam dari serangan korosi,
diantaranya yaitu:
1.Memperpanjang usia pakai peralatan
2.Mencegah penghentian pabrik(shut down)
3.Mencegah kecelakaan karena rusaknya peralatan
4.Mencegah kehilangan pertukaran panas(heat transfer)
5.Mempertahankan rupa permukaan yang menarik(attractive appearance)
BAB. IX
METALLURGRAFI
analisa hubungan perilaku sifat logam dalam strukturnya. Saat proses berlangsung kejadian-
kejadian proses penguatan atau pemanasan terhadap logam dengan kejadian failure progress
(kegagalan proses), degradasi (penurunan ketahanan) pada logam.
Penggunaan ilmu metalurgi ini cukup luas selain dipelajari pada bidang pendidikan
ilmu ini juga dipergunakan pada bidang pendikan, teknik, dll. Seperti praktikum teknik,
training engineering, pengolahan material hasil galian (seperti batu bara, emas, logam, dll),
proses ekstraksi logam dan juga pemurnian pada logam, panas logam dalam tahap
pembentukan logam, memperlajari mengenai teknologi pengoperasian serta perancangannya
berdasarkan sistem-sistem metalurgi.
Kegiatan-kegiatan pemurnian umunya didukung dengan alat peraga pemurnian yang
dilakukan saat mengalami proses kegagalan, kondisi degradasi, penurunan ketahanan
material, perubahan struktur material. Setelah itu para engineering dapat membuat analisa dan
keluaran hasil analisa berdasarkan kegiatan yang ada.
Ilmu logam dibagi menjadi dua bagian khusus, yaitu metalurgi dan metalografi.
Metalurgi adalah menguraikan tentang cara pemisahan logam dari ikatan unsur lain atau cara
pengolahan logam secara teknis, sehingga diperoleh jenis logam atau logam paduan yang
memenuhi kebutuhan tertentu. Sedangkan Metalografi adalah mempelajari tentang
pemeriksaan logam untuk mengetahui sifat, struktur, temperatur dan persentase campuran dari
logam tersebut.
a. Pemeriksaan Makro (Macrocospic Examination)
Yang dimaksud dengan pemeriksaan makro adalah pemeriksaan bahan dengan mata
kita langsung atau memakai kaca pembesar dengan pembesaran rendah (a low magnification)
Kegunaannya untuk memeriksa permukaan yang terdapat celah-celah, lubang-lubang
pada struktur logam yang sifatnya rapuh, bentuk-bentuk patahan benda uji bekas pengujian
mekanis yang selanjutnya dibandingkan dengan beberapa logam menurut bentuk dan
strukturnya antara satu dengan yang lain menurut kebutuhannya. Angka pembesaran
pemeriksaan makro antara 0,5 kali sampai 50 kali. Pemeriksaan secara makro biasanya untuk
bahan-bahan yang memiliki struktur kristal yang tergolong besar dan kasar, seperti misal
logam hasil coran atau tuangan, serta bahan-bahan yang termasuk non metal.
b. Pemeriksaan Mikro (Microscopic Examination)
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikro ialah pemeriksaan bahan logam di mana
bentuk kristal logam tergolong halus sehinga diperlukan angka pembesaran lensa mikroskop
antara 50 kali sampai 3000 kali atau ebih dengan menggunakan mikroskop industri.
9.2. Langkah-Langkah Pemeriksaan Struktur Logam
4. Penggerindaan
Penggerindaan benda uji dilakukan pada kertas ampelas dimulai dari tingkat kasar
sampai tingkat halus. Tingkatan kehalusan kertas ampelas ditentukan oleh ukuran serbuk
silikon karbida pada kertas tersebut. Kertas ampelas tingkat kehalusan 220 berarti serbuk
silikonkarbida kertas itu dapat lolos dari ayakan dengan 220 lubang pada luas 1 inchi2.
Tahapan penggerindaan menurut tingkatan kehalusan kertas ampelas adalah,
sebagai berikut :
a. Digerinda pada tingkat 220 dengan arah tegak lurus pada garis pemotonan
bahan uji.
b. Digerinda pada tingkat 320 tegak lurus pada arah penggerindaan pertama
c. Digerinda pada tingkat 400 tegak lurus pada arah penggerindaan kedua
d. Digerinda pada tingkat 600 tegak lurus pada arah penggerindaan ketiga
Dalam waktu penggerindaan tekanan tangan pada kertas ampelas jangan terlalu kuat dan
bahan uji dialiri air pendingin yang banyak. Fungsi air untuk mencegahpanas yang terjadi
pada bahan uji tersebut.
5. Pemolesan (Polishing)
Untuk meningkatkan tingka kehalusan yang maksimal maka bahan uji yang telah
digerinda selanjutnya diproses polishing. Mesin poles metalografi terdiri dari iringan yang
berputar dan diatasnya diberi kain poles terbaik namanya kain selvyt (sejenis kain beludru).
Cara pemolesannya yaitu benda uji diletakkan di aas piringan yang berputar dan kain poles
diberi air serta ditambahkan sdikit pasta poles. Pasta poles yang biasa dipakai adalah jenis
Alumina (Al2O3) yang dalam perdagangan ada yang diberi nama Diamatin atau Gama
Alumina atau Pasta Intan. Selama pemolesan kain poles tersebut harus selalu diberi tetesan
air. Putaran piringan pada mesin poles metalografi anara 100 rpm sampai 300 rpm.
Untuk meyakinkan hasil pemolesan terakhir apakah sudah bebas dari garis-garis
pemotongan atau belum maka bahan uji yang sudah dibersihkan dapat dilhat di bawah
mikroskop pada pembesaran 50 kali atau 100 kali. Bila masih terdapat garis-garis pada
permukaan benda maka proses polishing dilanjutkan terus menerus sampai tidak terdapat
garis-garisnya.
BAB. X.
STUDI KASUS KOMPONEN MESIN
Keberlangsungan suatu proses di suatu pabrik/power plant, sangat ditentukan oleh kehandalan
peralatan atau mesin yang terdapat di dalamnya.Umumnya peralatan dan mesin tersebut telah
didesain sedemikian rupa untuk dapat beroperasi dengan baik untuk periode waktu yang telah
ditentukan.
Kenyataannya, peralatan dan komponen mesin tersebut seringkali mengalami kerusakan atau
kegagalan sebelum mencapai umur operasinya. Hal ini tentunya akan mengganggu
produktifitas dan berdampak hilangnya keuntungan.
Umumnya upaya perbaikan peralatan dan mesin yang rusak tersebut, dilakukan dengan cara
mengganti komponen mesin yang rusak. Sayangnya upaya ini tidak selalu berhasil
memuaskan, karena peralatan atau mesin yang telah diperbaiki tersebut seringkali mengalami
kerusakan kembali.
upaya perbaikan mencapai keberhasilan, maka diperlukan upaya untuk mengetahui faktor-
faktor yang menyebabkan kegagalan komponen mesin. Dengan diketahuinya penyebab
keruskan tersebut, maka dapat dilakukan upaya perbaikan yang lebih tepat. Kegiatan
mengidentifikasi kerusakan dan merumuskan solusi atas kerusakan komponen mesin ini
dikenal dengan analisis kegagalan.