Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL TAKSONOMI AVERTEBRATA

“RADIOLARIA”

Disusun oleh :

Kelompok 9

1. Rudi Hartanto (103204072)

2. Evi Yulianti (103204074)

3. Fajarina Nurulita (103204216)

4. Fela Zeni Firmanila (103204224)

Kelas : Pendidikan Biologi B 2010

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

1|Radiolaria
2012

RADIOLARIA

• Deskripsi Radiolaria
Radiolaria merupakan zooplankton yang tergolong dalam kelas Sarcodina, filum
Protozoa. Hewan ini umumnya mempunyai bentuk cangkang yang bulat, dengan
berbagai variasi struktur yang umumnya mempunyai simetri radial dan memencar. Itu
pula sebabnya ia dinamakan Radiolaria.

• Habitat Radiolaria
Radiolaria terdapat luas di lautan, tetapi lebih banyak ditemui di perairan tropis,
biasanya di perairan lepas pantai dengan salinitas di atas 30 psu. Hewan ini banyak
dijumpai di laut lapisan teratas hingga kedalaman beberapa ratus meter, meskipun ada
juga dilaporkan yang hidup di lapisan yang lebih dalam. Sebaran geografiknya, baik di
permukaan maupun di bawah permukaan, banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor
oseanografi setempat, seperti suhu, salinitas dan arus.

• Ciri Biologi Radiolaria


Radiolaria yang dikenal hidup di laut umumnya bersel tunggal, walaupun ada
yang hidup berkoloni seperti beberapa Spumellaria. Koloni tersebut terdiri dari banyak

2|Radiolaria
sekali individu yang diperkuat oleh skeleton-skeleton, hingga kadang-kadang dapat
mencapai ukuran beberapa cm.
Ciri khas yang paling mencolok adalah rangka tubuhnya, yang telah mengalami
spesialisasi ke tingkat tinggi. Organisasi umum tubuh axopodia dihubungkan dengan
heliozodia, tetapi bentukan kapsul pusat yang ada memisahkan zona dalam dan luar
protoplasma yang menyebabkan perbedaan. Kapsul pusat berada pada lapisan yang
berbeda, biasanya tunggal namun terkadang ganda dan dapat dideteksi dengan mudah
kecuali pada Actipylina. Kapsul tersebut mungkin berbentuk bulat, bulat telur atau
bercabang, dan tersusun atas kitin, pseudokitin, atau tektin. Kapsul dapat diserap dalam
kadar yang tinggi maupun rendah tergantung spesiesnya, diperlukan dalam peningkatan
diameter seiring pertumbuhan organisme, dan mungkin agak berubah-ubah dalam
bentuk bahkan dalam organisme dewasa.

Kerangka radiolaria berupa jejaring yang membentuk pola geometri yang


simetris menampilkan bentuk yang sangat indah. Apalagi bahan pembentuk
kerangkanya itu terbuat dari bahan silika berupa kristal gelas opal. Namun bentuknya
dalam jalinan yang rumit nan indah itu detailnya hanya dapat dikagumi lewat
mikroskop, karena ukurannya sangat kecil. Ukuran sel radiolaria umumnya berkisar
antara 30 µm hingga 2 mm. Ciri-ciri kerangkanya, misalnya bahan pembentuknya dan
morfologinya, menjadi dasar yang penting untuk identifikasi. Bentuk selnya
mempunyai banyak perlanjutan bagaikan duri, akan memperbesar total permukaan luas
selnya hingga akan membantu pula dalam daya apungnya (buoyancy) dalam air.
Sebagaimana umumnya hewan Protozoa, radiolaria juga mempunyai kaki semu
(pseudopodia) yang merupakan bagian protoplasma yang dapat dijulurkan untuk
bergerak dan mencari makan. Makanan radiolaria sangat beragam, bisa mencakup
berbagai grup zooplankton seperti kopepod, larva krustasea, diatom, dinoflagelat,
tintinid, bakteri juga detritus organik. Seperti halnya pada foraminera, radiolaria
umumnya juga mempunyai simbion berupa mikroalga dalam selnya, yang hidup
bersimbiosis dengan hewan inangnya.
Lebih dari 4000 jenis ditemukan dalam grup radiolaria ini, yang banyak terdapat
di perairan oseanik. Ada juga marga dari radiolaria yang kerangkanya terbuat bukan
dari silika, tetapi dari bahan strontium sulfat, misalnya Acantharia. Komponen dasar
duri berasal dari tubuh, melewati kapsul pusat. Pada permukaan tubuh terdapat kisi atau
shell, yang menyatu dengan duri radial. Untuk kelompok lain Radiolarida, elemen

3|Radiolaria
rangka silikanya beraturan. Jika terdapat batang dan duri selalu berada di luar kapsul.
Kerangka kisi berbentuk bulat atau tidak bulat, dan dalam kasus yang terakhir mungkin
mendekati simetri bilateral. Kerangka yang rumit sudah dikembangkan pada awal
sejarah yang diketahui dari Radiolarida.
Sitoplasma intra kapsular yang berisi inti tempat cadangan disimpan, butiran
pigmen pada beberapa spesies, dan yang disebut "sel kuning" di Actipylina. Jumlah inti
bervariasi. Pada Actipylina biasanya multinukleat, sedangkan Monopylina dan
Tripylina biasanya uninukleat. "Sel kuning" yang terdapat dalam radiolarida banyak,
namun pada Tripylina hanya sedikit. Beberapa radiolarida seperti collozoum dan
sphaerozoum adalah bentuk koloni di mana sejumlah kapsul pusat tertanam dalam
bentuk memanjang dari sitoplasma extracapsular. Dalam spesies tertentu setiap kapsul
berisi sejumlah pusat inti. Elemen rangka berkurang menjadi spikula yang tersebar.
Strontium adalah unsur kelumit (trace element) di laut, hampir tidak dapat
terukur karena sangat sedikitnya dalam laut, tetapi hewan ini mampu mengakumulasi
unsur kimia ini dalam kerangkanya. Karena umumnya radiolaria mempunyai kerangka
dari bahan silika yang tidak mudah terurai, maka peninggalannya berupa fosil dapat
terekam dengan sangat baik dari jutaan tahun lalu. Jejak fosil radiolaria sudah terekam
dari era Palaeozonic atau kira-kira 600 juta tahun lalu. Karena itu pula fosil radiolaria
banyak dimanfaatkan dalam kajian-kajian lingkungan purba (palaeo-enviroment).
Karena kerangkanya dari silika itu pula, radiolaria yang mati dan tenggelam akan dapat
membentuk sedimen berupa selut atau nenes (ooze) di dasar laut yang dikenal dengan
selut radioaria (radiolarian ooze).

4|Radiolaria
Radiolaria dibagi menjadi empat ordo berdasarkan pada struktur kerangka dan
persebaran pori-pori pada kapsulanya:
1) Actipylina (“Acantharia”), dengan kerangka terdiri dari radial spine yang masuk
ke dalam pusat kapsula untuk berkumpul di tengah tubuh.
2) Peripylina (“Spumellaria”), sering tanpa kerangka atau satu terbatas untuk
memutuskan hubungan ektrakapsuler dan kurang umumnya dengan kulit yang
berlubang; bentuk yang tidak teratur di pusat kapsula menunjukkan satu bentuk
persebaran pori-pori;
3) Monopyla (“Nasselaria”), dengan kapsul pusat yang tebal yang pori-porinya
terbatas pada satu tempat, atau lempeng pori-pori (Gambar 2.7.a); dan
4) Tripylina Phaeodaria), kapsul pusal memiliki satu atau dua asesori besar yang
terbuka (Gambar 2.7.b).

Gambar 2.7.a Gambar 2.7.b

Subordo 1. Actipylina

Pusat kapsul, kadang berbentuk berbentuk lubang, sekalipun susunan pori-pori


di permukaannya sering diketahui. Kerangka tersebut terdiri dari beberapa batang
utama yang bagian tengahnya berlubang di pusat kapsul dan biasanya menunjukkan
susunan yang disebutkan oleh hukum Mullers. Biasanya terdiri dari dua puluh (suatu
saat kelipatan dua puluh) batang yang membentuk pola tertentu. Kelompok yang sama
muncul dari tubuh 90o dari kutub, dan dua kelompok lain muncul pada 45o di atas dan
bawah garis ekuator. Rangka dasar ini sesekali dimodifikasi dengan pertumbuhan
batang secara lateral yang membentuk lubang pada kulitnya, membentuk bentukan khas
dari dua puluh lempeng. Lapisan terluar sitoplasma kapsul ektraseluler bersatu dengan

5|Radiolaria
batang kerangka, rupanya kontraktil fibril memberi sedikit perubahan bentuk dan
ukuran tubuh, juga membantu pengontrolan pengapungan.

Subordo 2. Peripylina

Memiliki spherical tebal dan terang pada pusat kapsula dengan pori-pori yang
banyak tersebar seragam. Pada beberapa spesies tidak memiliki kerangka. Pada spesies
lain, memiliki kerangka sederhana terdiri dari perpencaran spikula ektrakapsula, kulit
yang berlubang, atau keduanya. Kulit kisi-kisi mungkin hanya satu, atau pada beberapa
family memiliki banyak bentuk konsentris.

Subordo 3. Monopylina

Dinding tebal pada pusat kapsula yang mungkin tersusun radial atau simetri
bilateral, menunjukkan satu lempeng pori besar atau lebih, seringnya satu permukaan
dari pori kecil dengan dinding yang menebal. Psoudopodia sering muncul berlawanan
dari permukaan ini. Kerangka bersili tersusun dari elemen padat, menunjukkan 3 bagian
(tripod, kapitulum, dan cincin). Bentuk dasar tripod menunjukkan nama dari
strukturnya (Gambar 2.8.a). Cincin, jika ada berdempet dengan tripod (Gambar 2.8.b).
Tumbuh dari tripod dan cincin mungkin menghasilkan kulit berbentuk helm, yaitu
Capitulum (Gambar 2.8.c). Modifikasi dari ketiga elemen dasar tersebut, dengan
pengurangan atau penambahan dari anggota tubuh dan dekorasi, memunculkan variasi
kerangka.

Gambar 2.8.a Gambar 2.8.b Gambar 2.8.c

Subordo 4. Tripylina

Pusat kapsul memiliki satu atau dua asesori yang terbuka, yang bagian belakang
biasanya berada di arah berlawanan. Tipe khas astropil tertutup dengan lempeng lurik

6|Radiolaria
di bagian pusat yang terbuka sering berubah menjadi pipa. Karakternya terkumpulnya
materi hijau kecoklatan di bagian luar astropil. Materi berwarna ini bertanggung jawab
atas penamaan Phaeodaria, yang sering digunakan untuk subordo ini.

• Reproduksi Radiolaria

Meskipun reproduksi telah dilacak pada spesies relatif sedikit, fisi terjadi pada
spesies dengan unsur-unsur kerangka yang sederhana. Kapsul pusat dibagi, dan setiap
elemen rangka diteruskan ke organisme yang sama. Fisi kerangka berbentuk helm
tripilina tertentu. Satu organisme mempertahankan shell tua, dan lain dan
mengembangkan yang baru. Menurut Brandt, Thallophysidae tertentu dapat menjalani
plasmotomi rumit yang berbeda dari induknya, dan menghasilkan sejumlah organisme
kecil, masing-masing dengan beberapa inti.
Bukti untuk fenomena seksual pada Radiolarida di literatur dijelaskan mengenai
gamet. Namun, syngamy belum diamati, dan chatton menyimpulkan bahwa beberapa
flagelata jelas tidak dinoflagellates dan mereka menunjukkan kemiripan gamet dari
Foraminiferida.

• Manfaat Radiolaria

• Radiolaria yang mati akan mengendap yang disebut lumpur radiolarian yang
digunakan sebagai bahan peledak yaitu achantometron dan collosphaera.

• Cangkangt dari silikon (Radiolaria) dan Kalsium Karbonat (Foraminefera).


Keduanya hidup di laut, Jika hewan tersebut mati maka cangkangnya tetap hidup
utuh dalam waktu yang sangat lama sehingga dapat berubah menjadi fosil. Fosil ini
digunakan untuk menentukan umur lapisan bumi/ sebagai petunjuk sejarah bumi.

• Sebagai bahan penggosok.

7|Radiolaria
Gambar Radiolaria

Jenis : Hexacontium sp Jenis : Nassellaria

Jenis : Didymocyrtis tetrathalamus Jenis : Euchitonia elegans

Jenis : Lithomelissa setosa

8|Radiolaria
DAFTAR PUSTAKA

 Nontji, Anugerah. 2008. Plankton Laut. Jakarta : LIPI Press


 http://biologi.um.ac.id/wp-content/uploads/2011/12/bab-ii.pdf
Encyclopedia. 2005. Sarcodina. (online) (http://www.encyclopedia.com/topic/
Sarcodina.aspx. (diakses pada tanggal 16 Oktober 2011)
 http://www.ucl.ac.uk/GeolSci/micropal/radiolaria.html
 Natsir, Suharti. 1989. Radiolaria dan Penggunaannya Untuk Studi Sedimen Purba.
Jakarta : Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia.

9|Radiolaria

Anda mungkin juga menyukai