Anda di halaman 1dari 21

PEDOMAN PELAYANAN TRANSPORTASI AMBULANS

PERATURAN DIREKTUR RSUD dr. MURJANI SAMPIT


NOMOR : / PDM / UMUM / P02 / RSUD-DM / I / 2018

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR


RUMAH SAKIT dr. MURJANI SAMPIT
Jl.HM.Arsyad No.65 Sampit Telp (0531) 21010 Fax (0531) 21782
E-mail: rsdmsampit@yahoo.com

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT Dr. MURJANI SAMPIT


NOMOR : / PER / DIR / P02 / RSUD-DM / I / 2018

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN TRANSPORTASI AMBULANS
DIREKTUR RUMAH SAKIT Dr. MURJANI SAMPIT

MENIMBANG : a. Bahwa transportasi memegang peranan penting dalam


pengembangan suatu Rumah Sakit.
b. Bahwa suatu interaksi yang baik dan ideal antara
komponen – komponen transportasi (pasien, medis,
barang, sarana dan prasarana) membentuk suatu sistem
transportasi yang komprehensif, efisien dan efektif
sehingga diharapkan mampu mengoptimalkan fungsi
transportasi dalam suatu Rumah Sakit.
c. Bahwa dengan transportasi yang siap pakai akan
meningkatkan kualitas pelayanan. Informasi cepat,
peralatan yang baik, penilaian pasien, informasi rumah
sakit yang dituju, pemantauan kejadian dan keselamat
pasien selama perjalanan.
d. Bahwa sebagai upaya pendekatan sarana pelayanan
transportasi kesehatan gawat darurat kepada pasien/
korban atau kegiatan yang beresiko timbulnya
kecelakaan/gawat darurat medik, mengurangi angka
kematian dan kecacatan penderita dengan kasus gawat
darurat medik / trauma, meningkatkan bentuk pelayanan
transportasi Ambulans Gawat Darurat yang profesional
maka dipandang perlu diterbirkan Panduan Pelayanan
Transportasi Ambulance di Rumah Sakit dr. Murjani
Sampit
MENGINGAT : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 856 / Menkes / SK
/ IX / 2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 tahun 2014
tentang pelayanan Rumah Sakit
4. Peraturan Direktur RSUD dr. Murjani Sampit Nomor :
. / PER / DIR / P02 / RSUD-DM / I / 2018 tentang
Kebijakan Pelayanan Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN:
MENETAPKAN :
PERTAMA : Keputusan Direktur RSUD Dr. Murjani Sampit Tentang
Pedoman Pelayanan Transportasi Ambulans RSUD Dr.
Murjani Sampit sebagaiman tercantum dalam lampiran
Keputusan ini.
KEDUA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan
transfer pasien RSUD Dr. Murjani Sampit dilaksanakan oleh
Pihak Ketiga
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan
apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya
Ditetapkan di : Sampit
Tanggal : 02 Januari 2018
Direktur RSUD dr. Murjani Sampit

dr. DENNY MUDA PERDANA, Sp.Rad


NIP. 19621121 199610 1 001

TEMBUSAN Yth :
1. Seluruh unit kerja
2. Arsip

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT Dr. MURJANI SAMPIT


NOMOR : / PDM / UMUM / P02 / RSUD-DM / I / 2018
TANGGAL: 02 JANUARI 2018

PEDOMAN PELAYANAN TRANSPORTASI AMBULANS


RUMAH SAKIT Dr. MURJANI SAMPIT
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Transportasi didefinisikan sebagai kegiatan pemindahan penumpang barang dari
suatu tempat ke tempat lain, dimana di dalamnya terdapat unsurpergerakan (movement).
Transportasi sangat memegang peranan penting dalam pengembangan suatu Rumah
Sakit. Suatu interaksi yang baik dan ideal antara komponen – komponen transportasi
(pasien, medis, barang, sarana dan prasarana) membentuk suatu sistem transportasi
yang komprehensif, efisien dan efektif sehingga diharapkan mampu mengoptimalkan
fungsi transportasi dalam suatu Rumah Sakit.
Dengan mempersiapkan transportasi yang siap pakai akan meningkatkan kualitas
pelayanan. Informasi cepat, peralatan yang baik, penilaian pasien, informasi rumah sakit
yang dituju, pemantauan kejadian dan keselamat pasien selama perjalanan adalah kunci
dari transportasi pasien.

B. TUJUAN PEDOMAN
1. Mendekatkan sarana pelayanan transportasi kesehatan gawat darurat kepada
pasien/ korban atau kegiatan yang beresiko timbulnya kecelakaan/gawat darurat
medik.
2. Mengurangi angka kematian dan kecacatan penderita dengan kasus gawat darurat
medik / trauma.
3. Meningkatkan bentuk pelayanan transportasi Ambulans Gawat Darurat yang
profesional

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


1. Merujuk pasien dari Rumah Sakit RSUD Dr. Murjani ke Rumah Sakit lain yang dituju
2. Menjemput pasien yang membutuhkan transportasi ke RSUD Dr. Murjani Sampit
untuk memperoleh pelayanan kesehatan
3. Mengantar pasien dari RSUD Dr. Murjani Sampit ke rumah pasien
4. Menjemputan pasien Home Care
5. Pelayanan ambulance meliputi daerah luar kota dan dalam kota
6. Melayani permintaan pengantaran jenasah kerumah

D. BATAS OPERASIONAL
Pelayanan transportasi ambulance
Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan transportasi pasien
dari RSUD Dr. Murjani Sampit ke rumah sakit lain yang di tuju, dari rumah pasien ke
RSUD Dr. Murjani Sampit, dari RSUD Dr. Murjani Sampit ke rumah pasien dan pelayanan
pasien home care dengan cara aman

E. LANDASAN HUKUM
1. Undang – undang No 14 Tahun 1982 tentang lalulintas dan jalan raya
2. Undang – undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Undang undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA


STAF PENDAMPING
Berdasarkan rekomendasi dari Guidelines for the inter – and intahospital transport of
critically ill patients. Crit Care Med 2004 ; 32 : 256-262, petugas yang mendampingi
pasein yang tidak stabil dalam transport pasien adalah dokter yang memiliki kompetensi
dalam evakuasi pasien. Sedangkan apabila pasien dalam kondisi stabil perawat yang
mempunyai kompetensi dapat bertindak sebagai pendamping pasien. Kompetensi yang
harus dimiliki oleh perawat pendamping paling tidak mempunyai kemampuan dan
ketrampilan dalam hal : manajemen respirasi yang advanced, terapi intravena,
manajemen disritmia dan advanced cardiac life support.
Dibawah ini tabel yang menunjukan keharusan dokter untuk mendampingi pasien saat
transport bila penilaian pasien termasuk kategori kolom merah.
1. Tabel 1. Skor kartu penilaian transport pasien

Score Kartu Penilaian Transport Pasien


Sistem Kriteria Hijau Merah
SSP GCS 13-15 <13
Fraktur C spinal Stabil Tidak Stabil
Kesadaran Tidak berubah Berubah
TIK Terkontrol Tidak Terkontrol
Kejang Terkontrol Tidak Terkontrol
Obat sedasi / Pelumpuh
otot Tidak Ya

Jantung Nyeri dada Berkurang Bertambah


Pacemaker Tidak ada ada
Tekanan Darah Stabil Tidak stabil
Disritmia Stabil Tidak stabil
Cairan Resusitasi Tidak Aktif

Respirasi RR 10-24 < 10 atau > 24


< 40% atau < 6 L 40% atau > 6 L
Oksigen /menit /menit
Alat Jalan Nafas Tidak ada ada
Obstruksi jalan nafas Tidak ada ada
pH > 7.30 < 7.30
Ventilator Tidak ada ada
PEEP Tidak ada ada

GI/GU Abdomen Tertutup Terbuka


Elektrolid Tidak mengancam mengancam

Lain - lain Perdarahan Tidak Aktif


jalur IV Terjamin Tidak terjamin
WSD Ada tidak ada
Isolasi Kontak Droplet / airborne

Petugas transportasi ambulans terdiri dari:


1. Pengemudi berkemampuan BHD dan mampu menggunakan radio komunikasi (HT)
Syarat pengemudi ambulans yang aman :
a. Sehat secara fisik dan mental
b. Bisa mengemudi dibawah tekanan emosi
c. Mempunyai keyakinan positif atas kemampuan diri sebagai seorang pengemudi,
tapi tidak terlalu percaya diri dengan menentang resiko
d. Bersikap toleran dengan pengemudi lain
e. Tidak dalam pengaruh obat-obatan yang dapat menimbulkan resiko mengemudi
f. Mempunyai surat izin pengemudi yang masih berlaku
2. Perawat berkemampuan BCLS atau PPGD
3. Dokter berkemampuan AT / ACLS atau PPGD
4. Perawat sesuai gender pasien

B. KETENAGAAN
Pengendara ambulans di tempat/ pos kendaraan, tenaga medis (perawat) adalah tenaga
di Istalasi Gawat Darurat, dan tenaga medis ruangan, sedangkan tenaga dokter adalah
dokter jaga Rumah Sakit

C. PENGATURAN JAGA
1. Pengemudi / sopir khusus ambulans
Tiga shif jaga yaitu :
Pagi : 1 orang
Sore : 1 orang
Malam : 1 orang
2. Perawat IGD/ tim ambulan yang bertugas pada jam dinas tersebut
3. Dokter jaga bangsal/ tim ambulan yang bertugas pada saat tersebut

D. KOORDINASI DAN KOMUNIKASI


Dalam proses transport pasien harus ada koordinasi dan komunikasi yang jelas antar
pengirim dan penerima pasien. Jangan sampai pasien sudah sampai ditujuan pihak rumah
sakit atau unit penerima belum siap sebagaimana diharapkan. Pihak pengirim harus
memastikan sedemikian rupa agar pihak penerima telah siap menerima dan memberikan
pelayanan segera setelah pasien tiba ditujuan, sesuai dengan keperluan dan kepentingan
pasien.

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. GAMBARAN MOBIL AMBULANCE DAN MOBIL JENASAH


Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien RSUD Dr.Murjani Sampit saat ini memiliki 2
(dua) unit ambulance yang kegiatannya berada dalam koordinasi IGD dan 4 (empat) unit
ambulace yang dikelola oleh pihak ketiga dan berada dalam pengawasan oleh bagian
umum
B. STANDAR FASILITAS
Fasilitas & Sarana untuk Ambulance
1. Perlengkapan Ambulance
AC, sirine
Audio
Lampu rotater
Sabuk pengaman
Sumber listrik / stop kontak
Lemari untuk alat medis
Lampu ruangan
Wastafel
Apar
Tabung 02
Brangkar
2. Alat pelindung diri petugas kendaraan
Sarung tangan
Masker
Apron
Googles
3. Peralatan dan obat obatan
Peralatan dan obat obatan harus dipersiapkan sedemikian rupa untuk memenuhi
kebutuhan dan mengurangi risiko yang dapat terjadi dalam proses pengiriman pasien.
Hal yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan alat adalah : mudah dalam
penggunaan, ukuran, berat, battery, ketahanan, dan kemampuan alat dalam
menghadapi gangguan vibrasi, cuaca.
a. Peralatan yang berkaitan dengan respirasi :
– Masker oksigen 2 bh (canule, masker)
– Ambu bag 1 bh
– Suction yang transportable 1bh dan selang suction no 5,6,7,8 @1bh
– Set intubasi 2 bh (anak dan dewasa)
– Set cricothyroidectomy 1bh
– Peralatan untuk drainage pleural 1bh
– Pulse oximeter 1 bh
– Ventilator portable 1 bh
b. Peralatan pendukung sirkulasi :
– Monitor / defibrillator/ ekternal pacemaker 1 bh
– Tensi meter jarum 1 bh
– Kanula vascular dan cairan intravena 2bh
– Syringe dan jarum 10 bh
c. Peralatan lain lain :
– Nasogastric tube dan kantongnya 2bh
– Kateter urin dan kantongnya no 5,6,8,10,12,14,@ 1 bh
– Sarung tangan 1 box
– Peralatan untuk hecting dan antiseptic 1 bh
– Splints (kasus trauma) 1 bh
d. Obat obatan :
– Cardiac arrest (Adrenalin 4 ampul)
– Hipotensi ( Dopamin 2 ampul)
– Hipertensi ( Adalat tab 2 tab)
– Aritmia jantung ( Cordaron/tyarit injeksi 2 ampul)
– Edema paru ( Iasic 4 ampul)
– Anafilaksi (Adrenalin 4 ampul, Kalmetason 4ml 4 ampul)
– Bronkospasme ( Deladryl 1 ampul/ Adidril 1 vial)
– Hipo / hiperglikemia ( D4% 4 Flesh)
– Atoni uteri ( Meterghin 4 ampul)
– Anti kejang (Fenitoil 2 ampul, Calsii gluconas 2 ampul)
– Agitasi (MgSO4 2 Flesh)
– Hiperglikimia (Insulin vial)
– Nyeri ( Asam meferamat 2 tab, Pct 2 tab)
– Mual / muntah (Ondansentron 2 ampul, Tomit 2 ampul)
– Sedasi dan paralysis otot (midazolam 2 ampul)

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. TATA LAKSANA TRANSPORTASI PASIEN


Sistem Transportasi Pengantaran Pasien
1. Petugas Penanggung Jawab
- Dokter / perawat sesuai dengan gender pasien
- Sopir Ambulan
2. Perangkat Kerja
- Ambulance
- Sarana komunikasi
- Peralatan medis dan obat-obatan
- Alat Tulis
- Penutup kepala/ hijab pasien

Tata Laksana Transportasi Mengantar Pasien


1. Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulans RS Dr. Murjani Sampit sebagai
transportasi, maka perawat unit terkait menghubungi dokter yang merawat pasien dan
dokter jaga bangsal untuk menentukan kriteria pasien boleh di pulang
2. Perawat dan dokter yang akan mendampingi pasien sesuai dengan kriteria yang telah
di tetapkan
3. Perawat menghubungi bagian / supir ambulan untuk menyiapkan kendaraan
4. Perawat melakukan proses identifikasi dan menuliskan data-data / penggunaan
ambulance (nama pasien, ruang rawat inap, waktu penggunaan & tujuan penggunaan
di buku yang telah di sediakan)
5. Perawat dan dokter mempersiapkan pasien dan persiapan peralatan sesuai dengan
kondisi pasien
6. Petugas melakukan tindakan sesuai prosedur
Sistem Transportasi Rujukan IGD
1. Petugas penanggung jawab
- Dokter IGD sesuai gender
- Perawat IGD sesuai gender
2. Perangkat Kerja
- Ambulance
- Formulir persetujuan tindakan
- Formulir rujukan
Tata Laksana Sistem Rujukan IGD
1. Alih Rawat
a. Perawat IGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk
b. Dokter jaga IGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit rujukan
mengenai keadaan umum pasein .
c. Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat IGD menghubungi
petugas ambulan Rumah Sakit Dr. Murjani sesuai kondisi pasien
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan pemeriksaan
diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi informed consent
b. Perawat IGD menghubungi rumah sakit rujukan
c. Perawat IGD menghubungi petugas ambulance
Sistem Transportasi Home care
1. Petugas Penanggung Jawab
– Dokter IGD sesuai gender
– Perawat Home Care sesuai gender
2. Perangkat Kerja
– Ambulance
– Peralatan medis dan obat-obatan
3. Tata Laksana penjemputan pasien home care
a. Pasien Home care menghubungi petugas home care untuk kebutuhan pasien
untuk di rawat di rumah sakit
b. Petugas home care menghubungi petugas ambulance untuk mengadakan
penjemputan ke rumah pasien
c. Petugas Ambulance akan menulis di buku pesanan perjalanan
d. Petugas kendaraan mempersiapkan peralatan pasien bersama perawat yang akan
menjemput dan mempersiapkan keperluan ambulance
e. Setelah siap untuk mengadakan penjemputan maka petugas ambulance akan
mencatat di buku perjalanan
f. Penjemputan pasien harus dengan pengawasan dokter jaga, perawat home care
Sistem Transportasi ambulance on call
1. Petugas Penanggung Jawab
– Dokter IGD sesuai gender
– Perawat IGD sesuai gender
2. Perangkat Kerja
– Ambulance
– Peralatan medis dan obat-obatan
Tata Laksana penjemputan pasien
1. Pemesan menghubungi bagian gawat darurat
2. Petugas Instalasi Gawat Darurat harus menanyakan secara jelas informasi mengenai
a. Nama pasien
b. Nama pemesan
c. Keadaan/ keluhan pasien
d. No yang bisa dihubungi
e. Alamat pasien
f. Apakah rumah pasien bisa dilalui ambulance
3. Bagian Unit Gawat Darurat menginformasikan kepada petugas kendaraan untuk
mengadakan penjemputan ke rumah pasien
4. Petugas Ambulance akan menulis di buku pesanan perjalana
5. Petugas kendaraan mempersiapkan peralatan pasien bersama perawat yang akan
menjemput dan mempersiapkan keperluan ambulance
6. Setelah siap untuk mengadakan penjemputan maka petugas ambulance akan
mencatat di buku perjalanan
7. Petugas akan melaksanakan tugas sesuai prosedur
Sistem Transportasi Pengantaran Jenasah
1. Petugas Penanggung Jawab
– Petugas Jenasah
– Sekurity
2. Perangkat Kerja
– Ambulance Jenasah
– Brangkar
Tata Laksana transportasi jenasah
1. Pemesan memberi informasi kepada petugas bangsal yang bersangkutan dan petugas
bangsal akan menginformasikan kepada bagian kendaraan dengan menggunakan
telpon atau datang ke pos kendaraan
2. Petugas administrasi bangsal mengisi formulir permintaan mobil jenasah yang berisi
Nama, fasilitas yang dipakai, Alamat lengkap, No telpon pengguna, dan biaya
pemakaian mobil jenasah
3. Pemesan membawa formulir dan menyelesaikan administrasi ke Bagian administrasi
atau bagian perawatan (bila malam hari) sebelum pemesanan dilayani
4. Setelah menyelesaikan pemesanan pemesan memberikan formulir kepada petugas
ambulance
5. Petugas kendaraan mencatat permintaan pengantaran dibuku perjalanan kendaraan
6. Petugas kendaraan segera mempersiapkan peralatan kendaraan
7. Setelah jenasah dibawa menuju kendaraan petugas kendaraan segera mengantarkan
jenasah ke rumah duka rumah didampingi bagian rohani
8. Setelah mengantarkan jenasah maka petugas kendaraan membersihkan kembali mobil
jenasah

B. TATA LAKSANA SISTEM INFORMASI PELAYANAN PRA RUMAH SAKIT


1. Petugas Penanggung Jawab
Dokter dan perawat
2. Perangkat Kerja
– Ambulance
– Handphone
– Radio
3. Tata Laksana Sistim Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit
a. Dokter yang mendampingi pasien memberikan informasi mengenai kondisi pasien
yang akan dibawa, kepada Dokter IGD di Rumah Sakit yang dituju
b. Isi informasi mencakup :
– Keadaan umum ( kesadaran dan tanda – tanda vital )
– Peralatan yang diperlukan di IGD ( suction, monitor, defibrillator )
– Kemungkinan untuk dirawat di unit intensive care dan hal-hal yang diperlukan
sesuai dengan laporan yang diterima dari petugas ambulans.
BAB V
LOGISTIK

A. ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN


Dalam menunjang transportasi pasien dari rumah sakit ke rumah sakit lain, rumah ke
rumah sakit atau sebaliknya dengan baik maka diperlukan pengelolahan administrasi yang
baik
B. PENYEDIAAN PERALATAN
Dalam penyediaan peralatan medis dan medis ambulance rumah sakit semua
menggunakan prsedur yang diterapkan di rumah sakit, yaitu melalui persetujuan direktur
dan pembelian melalui bagian logistic rumah sakit
C. PEMELIHARAAN DAN PENYEDIAAN BAHAN BAKAR
1. Pemeliharaan ambulance
Pemeliharaan ambulance dimaksudkan untuk menjaga kondisi ambulance dalam
keadaan baik dan siap setiap saat dibutuhkan maka dari itu diperlukan perawatan
mobil rutin yang meliputi
3.1 Pemeriksaan kondisi fisik ambulance
3.2 Ganti oli sesuai dengan pemakaian kendaraaan
3.3 Servis peralatan kendaraan
2. Penyediaan bahan bakar
Pemeliharaan kendaraan meliputi juga pengisian bahan bakar ambulance yang
disediakan oleh rumah sakit
Tata cara mengisian bahan bakar ambulance
1. Petugas ambulance meminta uang untuk pengisian bahan bakar kendaraan ke
petugas bagian administrasi dengan membawa buku pengisian bahan bakar
kendaraan yang sebelumnya sudah dilakukan pengecekan terhadap bahan bakar
kendaraan.
2. Petugas administrasi memberikan uang untuk pembelian bahan bakar kendaraan
sesuai dengan kebutuhan pengisian bahan bakar dan menandatangani
penyerahan uang pengisian bahan bakar di buku pengisian bahan bakar
ambulance
3. Petugas ambulace melakukan pengisian di SPBU untuk mendapatkan bahan
bakar yang dibutuhkan dengan meminta struk asli pembelian bahan bakar
4. Petugas ambulance menyerahkan Struk pembelian bahan bakar ke bagian
administrasi

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan Pasien ( Patient Safety )
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
System keselamatan pasien memiliki 6 sasaran yang meliputi
– Ketepatan identifikasi pasien (nama, tanggal lahir alamat)
– Peningkatan Komunikasi efektif (SBAR)
– Pengendalian infeksi
– Mengurangi resiko pasien jatuh

B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
STANDAR KESELAMATAN PASIEN
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

C. PELAKSANAAN
Sistem keselamatan pasien
1. Ketepatan identifikasi pasien
Pasien yang akan menggunakan ambulance ataupun ambulance jenasah
diidentifikasi terlebih dahulu menggunakan identitas pasien yang meliputi :
– Nama
– Tanggal lahir
2. Peningkatan Komunikasi efektif (SBAR)
a. Petugas dari ruang perawatan, unit gawat darurat menginformasikan
permintaan penggunaan ambulance kepada petugas ambulance melalui
telepon secara jelas
b. Petugas ambulance mencatat permintaan ambulance pada buku pesanan dan
mengklarifikasi kembali kepada bagian yang akan menggunakan ambulance
pada saat siap pengantaran atau penjemputan
c. Petugas kasir bangsal/ruang perawatan memberikan formulir permintaan
ambulance kepada keluarga pasien yang digunakan untuk pembayaran
administrasi ambulance dan diberikan kepada petugas ambulance untuk
pelayanan penggunaan ambulance sesuai tempat yang akan dituju
d. Petugas ambulance bersama perawat menyiapkan peralatan yang akan
digunakan untuk pengantaran atau penjemputan pasien
3. Pengendalian infeksi
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja untuk mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diri untuk mencegah kontak dengan darah dan
cairan infeksi yang lain seperti masker, sarung tangan, googles dan apron jika
dibutuhkan
c. Pengelolaan jarum dan alat tajam lain untuk mencegah perlukaan
d. Pembersihan ambulance setiap penggunaan pengantaran ataupun
penjemputan pasien
e. Pengelolaan limbah rumah sakit dan sanitasi ruangan
4. Mengurangi resiko pasien jatuh
a. Rumah sakit menyediakan peralatan kesehatan yang dapat mengurangi resiko
pasien jatuh pada saat pemindahan pasien ke dalam ambulance, pada proses
transfer maupun pemindahan pasien dari ambulance
b. fasilitas Ambulance yang sudah dilengkapi dengan tempat untuk meletakan
Brankar Ambulance yang disebut dengan Landasan. Landasan Brankar
Ambulance berfungsi untuk mempermudah Brankar Ambulance masuk dan
keluar
c. Brankar ambulance yang dilengkapi dengan sabuk pengaman
d. Cara pemindahan pasien ke dalam ambulance maupun keluar ambulance yang
tepat dan menghindari resiko pasien jatuh
e. Langkah langkah pelaksanaan standard keselamatan pasien
5. Hak pasien
dalam penjemputan pasien atau pengantaran pasien terdapat dokter dan atau pun
perawat sesuai dengan keadaan pasien
6. Mendidik pasien dan keluarga
a. Memberikan informasi yang benar,jelas,lengkap mengenai ambulance yang
digunakan dan biaya penggunaan ambulance
b. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit
c. Memperlihatkan sikap mengormati dan tenggang rasa
d. Memenuhi kewajiban financial yangdisepakati
7. keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
koordinasi pelayanan secara menyeluruh mencakup komunikasi antar profesi
kesehatan
8. membangun budaya keselamatan pasien
9. Rumah sakit memimpin dan mendukung staf
10. mengintegrasikan aktivitas pengolahan resiko dalam identifikasi pasien
11. mengembangkan system pelaporan
12. berbagi pengalaman dalam keselamatan pasien
13. menerapkan solusi solusi untuk mencegah cidera

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. PENDAHULUAN
Keselamatan dan kesehatan kerja di Rumah Sakit dan lembaga medis harus diperhatikan.
Demikian pula pengelolaan factor factor yang berpotensi berbahaya yang ada di rumah
sakitdan pengembangan keselamatan dan kesehatan kerja yang harus dilaksanakan,
seperti perlindungan yang baik terhadap penyakit menular, dan non menular secara
medis, pengelolaan limbah, penggunaan pelindung diri dan sebagainya. Selain pekerja
medis, keselamatan kerja dirumah sakit yang harus diperhatikan adalah segala komponen
yang berada dilingkungan rumah sakit termasuk bagian ambulance.
Mengacu pada kebijakan pemerintah tentang keselamatan dan kesehatan kerja, hal ini
juga diambil dari sumber “best practice” yang berlaku ditingkat internasional seperti
institute nasional untuk keselamatan dan kesehatan kerja (NIOSH). Menurut laporan The
National Safety Council (dewan Keamanan Nasional) ada 41% dari petugas medis tidak
hadir akibat penyakit dan keselamatan dan jumlah ini jauh lebih besar dari petugas
industry lainnya.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko
terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

B. TUJUAN
1. Mampu melakukan identifikasi resiko seperti factor fisik serta biologis berkaitan dengan
ambulance rumah sakit
2. Mampu mengupayakan control terhadap factor resiko tersebut
3. Mampu mengembangkan pencegahan seperti menetapkan alat pelindung diri yang
diperlukan diambulance
4. Mampu mengembangkan program pemeriksaan kesehatan tenaga ambulance
5. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan
paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.

C. SYARAT PENGEMUDI AMBULANCE UNTUK MENJAGA KESELAMATAN KERJA


1. Sehat secara fisik
2. Sehat secara mental
3. Bisa mengemudikan dibawah tekanan
4. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan diri sebagai seorang pengemudi tetapi juga
harus waspada dengan menantang resiko
5. Berikap toleran dengan pengemudi lain
6. Tidak dalam pengaruh obat- obatan berbahaya
7. Mempunyai surat ijin mengemudi yang masih berlaku.
8. Memakai kacamata atau lensa kontak jika diperlukan saat mengemudi
9. Evaluasi kemampuan diri dalam menyetir berdasarkan respon diri terhadap tekanan
perorangan,penyakit, kelelahan dan mengantuk

D. ATURAN AMBULANCE DI JALAN RAYA


1. Pengemudi ambulans harus memiliki lisensi mengemudi yang sah dan harus
menyelesaikan program pelatihannya.
2. Hak-hak khusus memperbolehkan pengemudi ambulans untuk tidak mematuhi
peraturan ketika ambulans digunakan untuk respon emergency atau untuk transportasi
pasien darurat. Ketika ambulans tidak dalam respon emergency, maka peraturan yang
berlaku bagi setiap pengemudi kendaraan non-darurat, juga berlaku untuk ambulans.
3. Walaupun memiliki hak istimewa dalam keadaan darurat, hal tersebut tidak
menjadikan pengemudi ambulans kebal terhadap peraturan terutama jika
mengemudikan ambulans dengan ceroboh atau tidak memperdulikan keselamatan
orang lain.
4. Hak istimewa selama situasi darurat hanya berlaku jika pengemudi menggunakan alat-
alat peringatan (warning devices) dengan tata cara yang diatur oleh peraturan.
5. Sebagian besar undang-undang memperbolehkan pengemudi kendaraan emergensi
untuk :
 Memarkir kendaraannya di manapun, selama tidak merusak hak milik atau
membahayakan nyawa orang lain.
 Melewati lampu merah dan tanda berhenti. Beberapa negara mengharuskan
pengemudi ambulans untuk berhenti terlebih dahulu saat lampu merah, lalu
melintas dengan hati-hati. Negara lain hanya menginstruksikan pengemudi untuk
memperlambat laju kendaraan dan melintas dengan hati-hati.
 Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkkan selama tidak
membahayakan nyawa dan hak milik orang lain.
 Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului setelah memberi
sinyal yang tepat, memastikan jalurnya aman, dan menghindari hal-hal yang
membahayakan nyawa dan harta benda.
 Mengabaikan peraturan yang mengatur arah jalur dan aturan berbelok ke arah
tertentu, setelah memberi sinyal dan peringatan yang tepat.

E. PENGGUNAAN ALAT ALAT PERINGATAN


Pengoperasian kendaraan emergensi yang aman dapat dicapai hanya jika alat-alat
peringatan dan sirine emergensi digunakan dengan tepat dan dengan mengemudikan
kendaraan secara difensif/hati-hati. Penelitian menunjukkan bahwa supir kendaraan lain
bisa saja tidak melihat atau mendengar suara ambulans hingga berada dalam jarak 50
sampai 100 kaki. Jadi jangan pernah beranggapan bahwa Anda berada dalam keadaan
aman jika sudah menyalakan lampu peringatan dan sirine.
1. Sirine adalah alat peringatan audio yang paling banyak digunakan dalam pratek
ambulans dan juga paling sering disalahgunakan. Saat menyalakan sirine,
pertimbangkan efeknya yang bisa terjadi baik pada pengendara bermotor lainnya,
pasien dalam ambulans, maupun pengemudi ambulans itu sendiri. Di bawah ini
beberapa aturan penggunaan sirine ambulans gawat darurat.
a. Menggunakan sirine secara bijak, dan hanya ketika perlu. Sirine hanya digunakan
jika pengemudi dalam respon emergency, Suara sirine yang dinyalakan terus
menerus dapat menambah rasa takut dan cemas pasien, dan kondisi pasien dapat
memburuk jika mulai timbul stress.
b. Pengemudi kendaraan bermotor cenderung untuk tidak memberikan jalan pada
ambulance jika sirine terlalu sering dinyalakan. Beberapa pengemudi menganggap
bahwa ambulans seringkali menyalahgunakan sirine dalam keadaan non-
emergensi.
c. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirine. Jangan pernah beranggapan
bahwa semua pengendara kendaraan bermotor akan mendengar sinyal Anda.
Adanya bangunan, pepohonan, dan semak belukar, radiotape dalam mobil dapat
menghalangi suara sirine.
d. Bersiap terhadap manuver aneh pengemudi lain, karena beberapa pengemudi
menjadi panik jika mendengar bunyi sirine.
e. Tidak berada di dekat kendaraan lain lalu membunyikan sirine tiba-tiba. Hal ini
dapat menyebabkan pengemudi lain menginjak rem mendadak dan Anda tidak bisa
berhenti tepat pada waktunya. Gunakan klakson ketika Anda berada dekat dengan
kendaraan di depan Anda.
f. Tidak menggunakan sirine sembarangan, dan jangan digunakan untuk menakuti
orang lain.
2. Klakson adalah perlengkapan standar pada setiap ambulans. Pengemudi yang
berpengalaman menyadari bahwa penggunaan klakson dengan bijak dapat membuka
jalur lalu lintas secepat sirine. Petunjuk penggunaan sirine diaplikasikan juga untuk
penggunaan klakson.
Peralatan Peringatan Visual. Dimanapun ambulance berada di jalan, siang ataupun
malam, lampu depan harus selalu dinyalakan. Hal ini dapat meningkatkan jarak pandang
kendaraan terhadap pengemudi lain. Ketika ambulans berada pada keadaan emergensi
untuk pasien dengan prioritas tinggi, baik dalam perjalanan menuju lokasi kejadian
maupun transportasi ke rumah sakit, semua lampu emergensi harus digunakan.
Kendaraan harus bisa terlihat dari setiap sudut 360 derajat.

F. KECEPATAN DAN KESELAMATAN


Dalam mengemudikan ambulance perlu menjaga kecepatan dan keselamatan maka
sangat perlu diperhatikan hal hal berikit
1. Kecepatan yang berlebihan dapat menigkatkan kemungkinan terjadinya tabrakan.
2. Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang labih panjang untuk berhenti,
sehingga dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diharapkan. peraturan di beberapa
negara mungkin memperbolehkan untuk tidak mematuhi peraturan lalu lintas dalam
keadaan emergensi yang sebenarnya dan dengan memperdulikan keselamatan orang
lain. Pengecualian dalam hal ini, mencakup aturan batas kecepatan, lampu merah dan
tanda berhenti, dan peraturan lain serta sejumalh batasan larangan. Namun jika
melintasi persimpangan dengan lampu peringatan peringatan, hindari menikung tiba-
tiba, dan selalu menyalakan lampu penunjuk arah. maka dipastikan pengemudi
ambulance dan semua penumpang menggunakan sabuk pengaman saat ambulans
sedang berjalan.

G. MENCARI JALAN ALTERNATIF


Jika diperkirakan bahwa ambulans akan terlambat mencapai lokasi pasien, pengemudi
ambulance harus mempertimbangkan sebuah jalur alternatif atau meminta pengiriman
ambulans lain. Beberapa tip untuk antisipasi adanya kemacetan:
1. Perkirakan waktu-waktu di mana perubahan keadaan dapat mempengaruhi
kecepatan pengiriman.
2. Dapatkan peta detail wilayah pelayanan Anda. Kemudian tandai titik-titik pada peta
yang biasa timbul masalah lalu lintas seperti area sekolah, jembatan, terowongan,
persimpangan rel kereta api, dan area-area padat.
3. Tandai juga keadaan-keadaan lain yang bisa timbul sewaktu-waktu seperti lokasi
pembangunan dan perbaikan jalan ataupun adanya jalan memutar yang panjang
maupun pendek.
4. Gunakan warna yang berbeda, tandai jalur alternatif, jalur salju, dan lain sebagainya.
5. Gantung sebuah peta di pangkalan dan letakkan sebuah peta lain di dalam ambulans.
Sehingga jika Anda kelak menghadapi wilayah yang bermasalah, Anda akan dapat
memilih jalur alternatif yang mampu mengantarkan Anda ke tujuan dengan lebih cepat
dan lebih aman.

H. ALAT PELINDUNG DIRI


1. Sarung tangan non steril dipakai saat petugas ambulance membantu perawat atau
tenaga medis memindahkan pasien dari auatpun keluar ambulance, dan saat petugas
membantu tenaga medis dalam melakukan tindakan terhadap pasien didalam
ambulance
2. Masker surgical dan N 95 untuk penyakit menular digunakan saat petugas ambulance
membantu perawat atau tenaga medis memindahkan pasien dari auatpun keluar
ambulance, dan saat petugas membantu tenaga medis dalam melakukan tindakan
terhadap pasien didalam ambulance
3. Apron plasik disposible digunakan jika diperlukan oleh petugas ambulance saat
membantu perawat atau tenaga medis memindahkan pasien dari auatpun keluar
ambulance, dan saat petugas membantu tenaga medis dalam melakukan tindakan
terhadap pasien didalam ambualnce
4. Googles digunakan jika diperlukan oleh petugas ambulance saat membantu perawat
atau tenaga medis yang berisiko terkena cairan tubuh pada mata.
I. PEMERIKSAAN KESEHATAN PETUGAS SECARA BERKALA
Untuk menghindari resiko kecelakaan kerja maka petugas ambuance haris dilakukan
pemeriksaan kesehatan secara berkala minimal 1 tahun meliputi pemeriksaan fisik ,
laboratorium darah rutin, radiologi foto thorax.

J. KESELAMATAN KERJA PADA SAAT TERJADI KECELAKAAN


1. Rumah sakit memberikan perhatian terhadap keselamatan kerja petugas
2. Rumah sakit mengatur prosedur berobat karyawan
3. Jika terjadi kecelakaan kerja dan mengakibatkan kerusakan peralatan maka petugas
membuat kronologi kejadian dan mengganti 25% dari kerusakan tersebut

K. PRINSIP KESELAMATAN KERJA


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. INDIKATOR MUTU
Indikator KP Indikator Klinis
Indikator management
Availability pelayanan ambulance
Respon time
1. Respon time pelayanan ambulance call
Nama indikator Respon time pelayanan ambulance call
Dimensi mutu Respon time rumah sakit terhadap masyarakat
Tujuan Mengetahui repontime pelayanan ambulance terhadap
masyarakat
Definisi operasional Waktu tunggu sejak telpon permintaan ambulan sampai
dengan ambulance siap penjemputan kurang dari 30 menit
Frekuensi Setiap bulan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan sekali
formulasi (Respontime kurang dari 30 menit/ seluruh permintaan) x
100%
Target 90%
Sumber data Bagian Gawat Darurat
Standar 24 jam
Penanggung jawab Penanggung jawab ambulance
2. Ketersediaan pelayanan ambulance rumah sakit
Nama indikator Ketersediaan pelayanan ambulance rumah sakit
Dimensi mutu Respon rumah sakit terhadap pelayanan kebutuhan
ambulance didalam rumah sakit
Tujuan Mengetahui ketersediaan pelayanan ambulance terhadap
kebutuhan pasien
Definisi operasional Presentasi ketersediaan ambulance dalam satu periode
tertentu
Setiap bulan
Frekuensi
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan sekali
Target 90%
formulasi ( angka ketersediaan ambulance/ total permintaan
ambulance) x100%
Sumber data Bagian kendaraan
Standar 24 jam
Penanggung jawab Penanggung jawab ambulance

B. KALIBRASI ALAT
Kalibrasi alat medis yang ada di bagian ambulance setiap tahun oleh Badan Pengawas
Fasilitas Kesehatan Jakarta

C. MAINTANCE PERALATAN
1. Jika terjadi kerusakan peralatan ambulance maka akan dilakukan servis ambulance
di bengkel yang telah ditunjuk
2. Jika peralatan medis ambulance terjadi kerusakan maka akan dilakukan servis
3. Pengecekan kesiapan ambulance meliputi
- Radio komunikasi
- Audio
- Lampu ( jarak jauh, jarak dekat, dalam, sen)
- Klakson
- Ban kipas
- Karet pembersih kaca
- Kaca spion
- Sabuk pengaman
- Ban (depan, belakang, dan serep)
- AC
- Solar/bensin
- Mesin (oli, rem, kopling, air radiator, accu)
- Badan ( luar, dalam, atas, lantai dasar)
- Brangkar
- APD
- Tempat sampah
- Peralatan medis
- Peralatan penunjang medis
- Selang suction
- Ambu bag
- Bag mask
- Lampu tindakan

BAB IX
PENUTUP

Pedoman Transportasi Ambulan RSUD dr.Murjani sejatinya merupakan pedoman yang


akan digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pelayanan Ambulan yang lebih bermutu.
Rangkaian kebijakan dan prosedur yang tertuang di dalam pedoman transportasi ambulan ini
akan menjadi pedoman bagi semua petugas untuk bersama-sama menuju visi, misi, dan
tujuan RSUD dr.Murjani

Ditetapkan di Sampit
pada tanggal 02 Januari 2018

DIREKTUR RSUD dr. Murjani Sampit,

dr. DENNY MUDA PERDANA, Sp. Rad


NIP. 19621121 199610 1 001

Anda mungkin juga menyukai