Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

SERAT TEKSTIL
IDENTIFIKASI SERAT CARA MIKROSKOPIS

Nama : Maulidna Oprachessa S.


NPM : 16020087
Group : K3
Dosen : Khairul U.,S.Teks.,M.Si
Asisten : 1. Luciana S. Teks, Mpd
2. Witri A.S.,S.ST

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam mengidentifikasi serat terdapat tiga cara pengujian yaitu pengujian dengan
pelarutan, pembakaran & berat jenis, dan pengujian mikroskopis. Pada pengujian
mikroskop ini dapat diketahui karakteristik yang khas pada morfologi serat untuk
ditentukan jenisnya. Identifikasi serat mikroskopis dimaksudkan untuk menentukan
jenis serat yang sama karakteristiknya pada pengujian pelarutan atau pembakaran.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Mampu mengoperasikan mikroskop untuk melihat morfologi serat secara
membujur dan melintang.
1.2.2 Mengetahui morfologi serat secara membujur dan melintang baik serat alam
maupun serta serat buatan.
1.2.3 Mampu mengidentifikasikan karakteristik morfologi serat melalui pengujian
mikroskopis dengan melihat penampang membujur dan melintang serat.
1.2.4 Memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Serat Tekstil.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Mikroskop

Mikroskop (bahasa Yunani: micros = kecil dan scopein = melihat) adalah


sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat secara kasat mata.
Mikroskop merupakan alat bantu yang dapat ditemukan hampir diseluruh laboratorium
untuk dapat mengamati organisme berukuran kecil (mikroskopis). Ilmu yang
mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan
kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata.

Dengan alat ini dapat dilakukan untuk memeriksa morfologi serat, di mana
terdapat campuran serat yang berbeda jenisnya. Morfologi serat yang penting dalam
pengamatan dengan mikroskop adalah bentuk penampang membujur dan melintangnya,
dimensinya, adanya lumen dan bentuk serta struktur bagian dalam dan permukaan serat.

2.1.1 Jenis-jenis Mikroskop

Jenis paling umum dari mikroskop, dan yang pertama diciptakan,


adalah mikroskop optis. Mikroskop ini merupakan alat optik yang terdiri dari
satu atau lebih lensa yang memproduksi gambar yang diperbesar dari sebuah
benda yang ditaruh di bidang fokal dari lensa tersebut.

Berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibagi menjadi dua,


yaitu, mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop cahaya sendiri
dibagi lagi menjadi dua kelompok besar, yaitu berdasarkan kegiatan
pengamatan dan kerumitan kegiatan pengamatan yang dilakukan. Berdasarkan
kegiatan pengamatannya, mikroskop cahaya dibedakan menjadi mikroskop
diseksi untuk mengamati bagian permukaan dan mikroskop monokuler
dan binokuler untuk mengamati bagian dalam sel. Mikroskop monokuler
merupakan mikroskop yang hanya memiliki 1 lensa okuler dan binokuler
memiliki 2 lensa okuler. Berdasarkan kerumitan kegiatan pengamatan yang
dilakukan, mikroskop dibagi menjadi 2 bagian, yaitu mikroskop sederhana
(yang umumnya digunakan pelajar) dan mikroskop riset (mikroskop dark-field,
fluoresens, fase kontras, Nomarski DIC, dan konfokal).
2.1.2 Mikroskop Cahaya

Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum 1000 kali.


Mikroskop mempunyai kaki yang berat dan kokoh dengan tujuan agar dapat
berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga sistem lensa, yaitu lensa
obyektif, lensa okuler, dan kondensor. Lensa obyektif dan lensa okuler terletak
pada kedua ujung tabung mikroskop. Lensa okuler pada mikroskop bisa
berbentuk lensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah
mikroskop terdapat tempat dudukan lensa obyektif yang bisa dipasangi tiga
lensa atau lebih. Di bawah tabung mikroskop terdapat meja mikroskop yang
merupakan tempat preparat. Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor.
Kondensor berperan untuk menerangi obyek dan lensa-lensa mikroskop yang
lain.

Pada mikroskop konvensional, sumber cahaya masih berasal dari sinar


matahari yang dipantulkan dengan suatu cermin datar ataupun cekung yang
terdapat dibawah kondensor. Cermin ini akan mengarahkan cahaya dari luar
kedalam kondensor. Pada mikroskop modern sudah dilengkapi lampu sebagai
pengganti sumber cahaya matahari.

2.1.3 Komponen Mikroskop

Gambar 2.1 Mikroskop Konvensional Gambar 2.2 Mikroskop Elektrik

Komponen dari mikroskop cahaya:


Bagian-bagian Optik adalah sebagai berikut:

1. Lensa Okuler
Lensa okuler, merupakan lensa mikroskop yang terdapat di bagian
ujung atas tabung, berdekatan dengan mata pengamat. Lensa ini berfungsi
untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa obyektif.
Perbesaran bayangan yang terbentuk berkisar antara 4 - 25 kali.
2. Lensa Objektif
Lensa obJektif bekerja dalam pembentukan bayangan pertama.
Lensa ini menentukan struktur dan bagian renik yang akan terlihat pada
bayangan akhir. Ciri penting lensa obyektif adalah memperbesar bayangan
obyek dan mempunyai nilai apertura (NA). Nilai apertura adalah ukuran
daya pisah suatu lensa obyektif yang akan menentukan daya pisah spesimen,
sehingga mampu menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai dua
benda yang terpisah.
3. Kondensor Cahaya
Bagian ini dapat diputar naik turun untuk mengumpulkan cahaya yang
dipantulkan oleh cermin dan memusatkannya ke objek.
Untuk mendukung terciptanya pencahayaan pada obyek yang akan
difokus, sehingga bila pengaturannya tepat akan diperoleh daya
pisah maksimal. Jika daya pisah kurang maksimal, dua benda akan tampak
menjadi satu. Perbesaran akan kurang bermanfaat jika daya pisah mikroskop
kurang baik.
4. Diafragma
Bagian yang berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang
masuk dan mengenai preparat.
5. Cermin
Bagian yang berfungsi untuk menerima dan mengarahkan cahaya yang
diterima. Cermin mengarahkan cahaya dengan cara memantulkan cahaya
tersebut.
Bagian-Bagian Mekanik (Non-Optik) adalah sebagai berikut :
1. Revolver
Bagian yang berfungsi untuk mengatur perbesaran lensa objektif yang
diinginkan.
2. Tabung Mikroskop
Bagian yang berfungsi untuk menghubungkan lensa objektif dan lensa
okuler mikroskop.
3. Lengan Mikroskop
Bagian yang berfungsi untuk tempat pengamat memegang mikroskop.
4. Papan Letak Objek/Sampel/Preparat yang Dilihat
Bagian yang berfungsi untuk tempat menempatkan objek yang akan
diamati, pada meja benda terdapat penjepit objek, yang menjaga objek tetap
ditempat yang diinginkan.
5. Sumber Cahaya
Bagian yang berfungsi untuk menyinari objek, mikroskop elektrik.
6. Pengatur Fokus (Makrometer)
Bagian yang berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan tabung secara
cepat untuk pengaturan mendapatkan kejelasan dari gambaran objek yang
diinginkan.
7. Pengatur Fokus secara Halus (Mikrometer)
Bagian yang berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan tabung secara
lambat untuk pengaturan mendapatkan kejelasan dari gambaran objek yang
diinginkan .
8. Kaki Mikroskop
Bagian yang berfungsi sebagai penyagga yang menjaga mikroskop
tetap pada tempat yang diinginkan, dan juga untuk tempat memegang
mikroskop saat mikroskop hendak dipindahkan.
9. Penjepit Sampel
2.1.4 Penggunaan Mikroskop
2.1.4.1 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan mikroskop
adalah (IPB, 2010):
1. Peganglah erat-erat lengan atau badan mikroskop dengan tangan
kanan, sedangkan tangan kiri digunakan untuk menyangga kaki
mikroskop agar mikroskop tidak jatuh.
2. Meja preparat diposisikan tetap horisontal untuk mencegah agar
preparat (slide) tidak jatuh.
3. Bersihkan lensa mikroskop dengan menggunakan kertas
lensa/tissue atau kain lap flanel.
4. Pengamatan sebaiknya dilihat dengan menggunakan kedua mata
(untuk mikroskop dengan dua lensa okuler/binokuler)
5. Gunakanlah perbesaran lemah terlebih dahulu, kemudian setelah
obyek yang akan anda amati ditemukan, gunakan perbesaran yang
lebih besar
6. Bersihkan semua kotoran yang ada pada mikroskop dengan
menggunakan kertas tissue.
2.1.4.2 Langkah-langkah Menggunakan Mikroskop
Langkah-langkah mengunakan Mikroskop dengan benar adalah (Wijaya,
2006):
1. Membawa mikroskop dengan hati-hati dengan cara memegang
lengan mikroskop dengan 1 tangan dan tangan lain digunakan
untuk menyangga dasar mikroskop. Kemudian rendahkan dan
letakkan pada meja yang datar.
2. Duduklah pada tempat yang nyaman. Bila menggunakan
mikroskop cahaya, maka carilah tempat yang cukup sinar.
Perhatikan dan posisikan lengan mikroskop berseberangan dengan
tubuh dengan cara memutar bagian kepala lensa okuler.
3. Sebelum menempatkan slide preparat pada meja preparat, gunakan
tombol pengatur kasar (makrometer) untuk menurunkan meja
preparat sampai posisi paling bawah. Perhatikan arah putaran.
Aturlah cermin pada bagian bawah sampai ada cahaya yang
memantul, melewati diafragma sehingga terlihat dari lensa okuler.
Perhatikan, titik fokus mata setiap orang berbeda-beda, sehingga
setiap orang harus mencari sendiri pencahayaan sesuai kondisi
mata.
4. Letakkan slide preparat di atas meja preparat dengan baik. Pastikan
slide pada posisi yang telah disediakan (bagian berbentuk siku) dan
tahan dengan penjepit.
5. Pastikan bahwa pembesaran lensa objektif adalah pembesaran
paling rendah (biasanya 10 kali). Jika belum, maka putar knob
lensa objektif itu untuk mendapatkan pembesaran paling rendah.
6. Mulailah melakukan pengamatan dengan mengatur fokus amatan,
yaitu dengan memutar tombol pengatur kasar (makrometer) sampai
mendapat bayangan benda yang jelas sesuai mata. Perhatian,
biasakan membuka kedua mata saat mengamati, agar tidak terjadi
kerusakan/gangguan pada mata.
7. Geserlah siku penahan preparat untuk mengamati berbagai sisi
preparat. Pastikan bahwa kita mendapatkan bayangan dari bagian
preparat yang akan kita amati.
8. Untuk mendapatkan perbesaran yang lebih, putar kembali knob
lensa objektif sampai perbesaran lensa berikutnya (biasanya 40
kali). Untuk mendapatkan perbesaran berikutnya, biasanya arah
putar knob adalah berlawanan arah jarum jam.
9. Lakukan kembali pengamatan seperti pada tahap 7. Tetapi
perhatikan, panjang tabung lensa objektif lebih panjang dari
sebelumnya dan hampir berimpit dengan preparat. Agar saat
mencari fokus bayangan lensa tidak menekan preparat, maka
gunakan tombol pemutar halus (mikrometer). Jika lensa menekan
preparat, maka slide bisa pecah.
10. Jika telah mendapat bayangan gambar yang paling jelas,
gambarlah bayangan tersebut.
11. Jika telah selesai dan akan mengakhiri pengamatan, turunkan meja
preparat dengan memutar tombol pengatur kasar sampai posisi
paling bawah. Ingat dan perhatikan arah putaran, jangan sampai
justru memutar ke arah atas. Setelah itu putar knob lensa objektif
sampai lensa perbesaran paling rendah, lalu ambil slide preparat.
12. Simpan kembali mikroskop pada tempatnya.
2.2 Serat Tekstil
Serat adalah material yang berbentuk halus dan memiliki perbandingan panjang
dengan diameter yang sangat besar.
2.2.1 Serat Alam
Serat alam adalah serat yang berasal dari alam dan sudah tersedia dalam
bentuk serat.
2.2.1.1 Serat Selulosa
Selulose merupakan bahan utama pada tumbuh-tumbuhan.
Jumlah kandungan selulose pada serat berbeda-beda, rayon
mengandung 100%, kapas 91% dan lenan 70% selulose. Jumlah
kandungan selulose yang besar pada serat yang berbeda menyebabkan
serat-serat ini mempunyai sifat-sifat kimia yang sama.
1. Kapas
Serat kapas dihasilkan dari rambut biji tanaman yang
termasuk dalam jenis gossypium, yaitu 1) Gossypium arboreum, 2)
Gossypium herbareum, 3) Gossypium barbadense, dan 4)
Gossypium hirsutum. Tiap jenis tanaman kapas tersebut
menghasilkan kapas yang mutunya sangat khas.
Gossypium barbadense disebut juga kapas sea island,
merupakan jenis yang menghasilkan kapas yang bermutu sangat
tinggi karena panjang serat 38 - 55 mm, halus dan berkilau.
Gossypium arboreum dan gossypium herbareum menghasilkan
serat yang pendek yaitu 7 - 25 mm. Gossypium hirsutum disebut
juga kapas upland, menghasilkan serat panjang 25 - 35 mm.
Serat kapas diperoleh dari buah kapas. Buah kapas yang
sudah matang dipetik, bulu-bulunya dipisahkan dari bijinya,
dibersihkan dan dipintal. Bulu-bulu pendek yang masih melekat
pada biji-biji kapas tersebut disebut linter.
Kapas terutama tersusun atas selulose. Selulose dalam
kapas mencapai 94 % dan sisanya terdiri atas protein, pektat, lilin,
abu dan zat lain. Proses pemasakan dan pemutihan serat akan
mengurangi jumlah zat bukan selulose dan meningkatkan
persentase selulose.
Gambar 2.3 berikut adalah struktur serat kapas:

Selulosa (terdiri dari monomer glukosa)


Penampang serat
1) Membujur
Bentuk memanjang serat kapas, pipih seperti pita yang
terpuntir. Bentuk memanjang serat, dibagi menjadi tiga
bagian, antara lain: dasar, badan dan ujung.
a. Dasar
Berbentuk kerucut pendek yang selama
pertumbuhan serat pertumbuhan serat tetap tertanam di
antara sel-sel epidermis. Dalam proses pemisahan serat
dari bijinya, pada umumnya dasar serat ini putus sehingga
jarang ditemukan pada saatkapas diperdagangkan.
b. Badan
Merupakan bagian utama dari serat, kira-kira 3/4
sampai 15/16 panjang serat. Bagian ini mempunyai
diameter yang sama, dinding yang tebal, dan lumen yang
sempit.
c. Ujung
Merupakan bagian yang lurus dan mulai mengecil dan
pada umumnya kurang dari 1/4 bagian panjang serat.
Diameter bagian ini lebih kecil dari diameter badan dan
berakhir dengan ujung yang runcing.
2) Melintang
Bentuk penampang serat kapas sangat bervariasi dari
pipih sampai bulat tetapi pada umumnya berbentuk seperti
ginjal. Serat kapas dewasa, penampang lintangnya terdiri dari
6 bagian.
a. Kutikula
Merupakan lapisan terluar yang mengandung lilin,
pektin dan protein. Adanya lilin menyebabkan lapisan ini
halus, sukar tembus air dan zat pewarna. Berfungsi
melindungi bagian dalam serat.
b. Dinding primer
Merupakan dinding tipis sel yang asli, terutama
terdiri dari selulose tetapi juga mengandung pektin,
protein, dan zat-zat yang mengandung lilin. Selulose
dalam dinding primer berbentuk benang yang sangat halus
yang tidak tersusun sejajar sepanjang serat tetapi
membentuk spiral mengelilingi sumbu serat.
c. Lapisan antara
Merupakan lapisan pertama dari dinding sekunder
dan strukturnya sedikit berbeda dengan dinding primer.
d. Dinding sekunder
Merupakan lapisan-lapisan selulose, yang
merupakan bagian utama serat kapas. Dinding ini juga
merupakan lapisan benang yang halus yang membentuk
spiral mengelilingi sumbu serat. Arah putarannya
berubah-ubah.
e. Dinding lumen
Dinding lumen lebih tahan terhadap zat kimia
tertentu dibanding dinding sekunder.
f. Lumen
Merupakan ruang kosong di dalam serat. Bentuk
dan ukurannya bervariasi dari serat ke serat lain maupun
sepanjang satu serat.
Gambar 2.4 berikut adalah penampang serat kapas.

Penampang membujur Penampang melintang


2. Rami
Rami adalah serat yang diperoleh dari batang tanaman
boehmeria nivea. Tanaman rami merupakan tanaman berumur
panjang dengan batang yang tinggi, kecil dan lurus. Rami mulai
dapat dituai dengan hasil optimum apabila batang bagian bawah
berwarna kekuning-kuningan atau coklat muda, daun bagian
bawah mulai menjadi kuning, dan ujung tanaman baru mulai
tumbuh. Kulit batang dipecah dengan cara dipukul-pukul
batangnya, kemudian serat dipisahkan dengan cara dikerok. Untuk
menghilangkan getah, lilin dan pektin serat rami direndam dalam
larutan soda kaustik panas.
Serat rami mentah kering tersusun kira-kira oleh 75 %
selulose, 16 % hemi selulose, dan selebihnya terdiri dari pektin,
lignin, zat-zat yang larut dalam air, dan lemak. Dengan proses
pemisahan kadar selulose menjadi 96 - 98 %. Struktur serat sami
sama seperti serat kapas.
Penampang serat
1) Membujur
Bentuk memanjang seperti silinder dengan permukaan
bergaris garis dan berkerut-kerut membentuk benjolan-
benjolan kecil.
2) Melintang
Bentuk lonjong memanjang dengan dinding sel yang
tebal dan lumen yang pipih. Ujung sel tumpul dan tidak
berlumen. (Lihat Gambar 2.5).

Penampang membujur Penampang melintang

2.2.1.2 Serat Protein


1. Wool
Wool merupakan serat yang berasal dari bulu biri-biri atau
binatang berbulu lainnya. Serat wool dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu wool halus, wool sedang, dan wool kasar. Wool
halus bersifat lembut, kuat elastik, dan keriting sehingga dapat
dibuat benang halus. Wool sedang umumnya dihasilkan dari bulu
biri-biri yang berasal dari Inggris. Serat lebih kasar, lebih panjang,
dan lebih berkilau dari wool halus. Wool kasar kebanyakan
dihasilkan oleh biri-biri yang hidup dalam kondisi primitif. Warna
serat wool lebih bervariasi dari putih hingga hitam.
Struktur Fisika serat Wol
Serat wol terdiri dari dua-tiga lapisan yaitu:
1. Kutikula, yang merupakan lapisan terluar, terdiri dari sisik-
sisik tanduk pipih yang saling bertumpuan seperti susunan
genting. Ujung sisik menunjuk ke ujung serat.
2. Corter, yang merupakan bagian yang lebih dalam, terbentuk
dari bercah-bercah berbentuk jarum kecil yang disebut sel-sel
kortikel. Bagian ini merupakan 90% dari serat.
3. Beberapa wol yang sangat kasar memiliki medulla yang
berupa saluran kosong atau terisi dengan susunan sel seperti
rumah lebah.
Serat wol memiliki sifat keriting alam yang berdimensi tiga.
Keriting tersebut akibat perkembangan sel-sel kortikel yang tidak
sama dan bervariasi dengan kehalusan serat. Serat yang halus
mempunyai pengeritingan sebanyak 75 tiap cm, sedangkan wol
kasar lebih sedikit.
Wol adalah serat bi-komponen yang terjadi dari dua
komponen yang berdampingan. Kedua komponen tersebut
memiliki daya gelembung yang berbeda apabila basah. Pada waktu
basah pengeritingan lebih sedikit dari pada waktu kering. Keriting
tersebut memberikan daya kohesi yang baik dengan lenting dan
pegangan yang enak.
Serat wol memiliki sifat bergelombang seperti pegas oleh
karena itu apabila serat diregangkan maka akan lurus, namun
apabila dilepaskan akan kembali bergelombang.
Struktur Kimia serat Wol
Wol merupakan jenis protein yang disebut keratin. Keratin
terjadi dari beberapa asam amino yang digabungkan membentuk
rantai polipeptida yang diikat silang dengan ikatan sistina dan
ikatan garam. Ikatan ikatan silang inilah yang menyebabkan wol
bersifat lenting dan mudah kembali kebentuk semula.
Analisa kimia menunjukkan bahwa wol terdiri dari: Karbon: 50 %,
Hidrogen: 8%, Nitrogen: 16,5%, Sulfur:3,5%, Oksigen:22%.
Angka diatas adalah kira-kira saja karena wol tidak
homogen. Kadar hidrogen dan sulfur berbeda antara satu serat
dengan yang lain karena disebabkan oleh pengaruh sinar matahari
atau perbedaan jenis makanan yang dikonsumsinya. Gambar 2.6
adalah struktur molekul dari serat wol atau komposisi serat wol.

Penampang Serat
Apabila dilihat dari mikroskop, serat wol mirip dengan
rambut manusia, bersisik menghadap keatas. Terdisi dari protein
yang dibentuk dari karbon, hidrogen, oksigen dan belerang.
Bentuk penampang lintang serat wool bervariasi dari bulat sampai
lonjong. Penyimpangan dari bentuk bulat biasanya dinyatakan
dengan perbandingan antara sumbu panjang dengan sumbu
pendek. Perbandingan tersebut untuk bermacam-macam wool
mempunyai harga tetap. Gambar 2.7 berikut adalah penampang
serat wool.

Penampang membujur Penampang melintang


2. Sutera
Sutera adalah serat yang diperoleh dari sejenis serangga yang
disebut lepidoptera. Serat sutera adalah satu-satunya serat alam
yang berbentuk filament dihasilkan dari kepompong ulat sutera.
Jenis serat sutera yang terbaik ialah yang berasal dari kepompong
ulat sutera jenis bombyx mori. Jenis serat sutera lain diperoleh dari
ulat sutera liar yaitu jenis ulat sutera tusah, serat sutera yang
dihasilkan lebih kasar dan sulit diwarnai.
Ulat sutera mengeluarkan zat sutera (fibroin) dari mulutnya
membentuk filament. Filament tersebut dibalut oleh zat perekat
(serisin). Bila terkena udara fibroin dan serisin akan mengeras.
Keadaan tersebut terjadi dari dalam dan menambah lapisan demi
lapisan sehingga membentuk lapisan pelindung yaitu kepompong.
Pembentukan kepompong berlangsung selama 2 hari.
Proses pengolahan kepompong dilakukan dengan cara yaitu
sejumlah kepompong direndam dalam air panas supaya serisinnya
melunak untuk memudahkan melepaskan filament dari kepompong.
Kepompong disikat untuk menemukan ujung filament, kemudian
diperoleh sutera mentah. Sutera mentah selanjutnya dimasak
dengan air sabun untuk menghilangkan serisinnya, sehingga sutera
menjadi lunak, berwarna putih, berkilau, dan mudah menyerap
pewarna.
Sutera mentah tersusun oleh 76 % protein fibroin (serat), 22 %
protein serisin (perekat), 1,5 % lilin dan 0,5 % garam-garam
mineral. Serisin adalah protein yang melindungi serat dari
kerusakan, namun pada proses penyempurnaan serat sutera, protein
ini dihilangkan dengan pemasakan. Fibroin merupakan protein
yang menjadi bagian utama dari serat. Filament sutera mentah
terdiri atas dua serat fibroin yang terbungkus di dalam serisin.
Penampang serat
1) Membujur
Serat sutera tusah memiliki penampang membujur
bergaris-garis dengan lebar tidak merata. Serat sutera anaphe
mempunyai bentuk bergaris-garis pada jarak tertentu
sepanjang serat.
2) Melintang
Penampang lintang serat sutera tusah berbentuk pasak.
Penampang lintang serat sutera anaphe berbentuk segitiga
yang melengkung. Penampang lintang serat sutera bombyx
mori berbentuk segitiga dengan sudut-sudut yang membulat.
(Lihat Gambar 2.8).

Gambar penampang bombyx mori (kanan)


Gambar penampang serat sutera tusah (kiri)
2.2.2 Serat Buatan
Serat buatan adalah serat yang harus dibuat dulu karena belum tersedia di
alam dalam bentuk serat. Bahan baku dari serat buatan berasal dari alam dan
senyawa yang disintesis. Serat buatan: Selulosa yang diregenerasi seperti rayon
viskosa, asetat rayon, rayon kupro amonium; Poliester; Poliamida(Nylon);
Poliakrilat.
2.2.2.1 Selulosa serat alam yang diregenerasi
1) Rayon Viskosa
Rayon viskosa adalah serat selulose alam yang disusun
kembali molekulnya sehingga struktur molekulnya sama dengan
serat selulosa yang lain, perbedaannya terletak pada tingkat
pemanjangan rantai molekul serat. Panjang rantai molekulnya
lebih rendah dari bahan alam pembentuknya karena terjadinya
pemutusan rantai bahan pembentuknya selama pembuatan serat.
Sebagai bahan dasar adalah kayu sebangsa cemara. Bahan ini
akan mengalami proses pembuatan serat melalui perlakuan secara
fisika maupun dengan bantuan zat kimia hingga diperoleh serat.
Misalnya, bahan dasar dari kayu pinus. Kayu pinus dimurnikan
dengan pendidihan dalam larutan natrium bisulfit untuk
melarutkan zat-zat selain selulosa.
Penampang serat
Bentuk memanjang serat rayon viskosa seperti silinder
bergaris dan penampang lintangnya bergerigi. (Lihat Gambar 2.9).

Penampang membujur Penampang melintang


2) Rayon Asetat
Rayon acetat adalah serat yang dibuat dari linter atau selulose
kayu, anhidrida dan aceton. Selulose kayu dilarutkan dalam
natrium karbonat dan natrium hidroksida kemudian dicuci,
diputihkan, dan dikeringkan. Larutan ini kemudian dilarutkan lagi
dalam asam sulfat dan asam acetat sehingga terjadi acetil selulose.
Acetil selulose dilarutkan dalam aceton, disemprotkan melalui alat
pemintal ke arah suhu panas, aceton kemudian mengalami
penguapan dan terbentuk filament acetil selulose. Karena
penyusunannya banyak zat kimia buatan, dimasukkan kelompok
thermoplastics.
Penampang serat
Bentuk memanjang serat seperti silinder dengan garis-garis sedikit,
sedang penampang melintangnya berlekuk-lekuk seperti daun
semanggi. (Lihat Gambar 2.10)
Penampang membujur Penampang melintang
3) Rayon kupramonium
Serat rayon kupramonium adalah serat yang dibuat dari
selulose kapas yang disusun kembali dengan cara mencampur ke
dalam larutan amonia yang mengandung kuprooksida. Sebagai
bahan baku dipergunakan kapas linter atau kadang-kadang pulp
kayu yang telah dimurnikan sehingga mempunyai kadar selulose
yang tinggi.
Penampang serat
Bentuk memanjang serat seperti silinder, sedangkan
penampang melintangnya berbentuk bulat. (Lihat Gambar 2.11).

2.2.2.2 Poliester
Serat poliester dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol.
Poliester pertama yang dibuat adalah terylene, kemudian menyusul
dacron. Asam tereftalat dan etilena glikol diolah dalam tempat hampa
udara dan dengan suhu yang tinggi, maka terjadilah larutan. Larutan
kemudian disemprotkan melalui alat pemintalan leleh menghasilkan
filament poliester. Reaksi pembuatan poliester:
Penampang serat
Bentuk memanjang serat poliester seperti silinder dan penampang
lintangnya bulat. (Lihat Gambar 2.12).

Penampang membujur Penampang melintang


2.2.2.3 Poliakrilat
Serat poliakrilat merupakan kopolimer yang terdiri dari campuran
poliakrilonitril dengan polimer yang lain. Serat poliakrilat mempunyai
ketahanan panas yang lebih baik dibandingkan serat lainnya. Mudah
melepaskan kotoran sehingga mudah dicuci.
Tujuan kopolimerisasi: Poliakrilonitril merupakan polimer inert,
sulit bereaksi dengan senyawa lain sehingga sukar dicelup.
Kopolimerisasi dengan polimer lain agar mudah bereaksi dengan
senyawa lain (air, zat warna). Kopolimer: vinil asetat, vinil klorida.
Berikut kopolimer dengan vinil klorida:

Penampang Serat (Gambar 2.13)

Penampang membujur Penampang melintang


2.2.2.4 Poliamida
Terdapat bermacam nylon, di antaranya yang paling utama
digunakan sebagai serat buatan adalah nylon 66 dan nylon 6. Nylon 66
dihasilkan dari hexamethylendiamin dengan asam adipat. Nylon 6
dihasilkan dari kaprolaktam. Poliamyda ini juga disebut “Perlon”. Serat
nylon diperoleh dengan mengolah bahan sehingga menghasilkan garam
nylon. Garam nylon dilelehkan dalam atmosfir nitrogen denga
ditambah sedikit asam acetat, kemudian larutan disemprotkan melalui
alat pemintalan leleh untuk membentuk filament nylon. Reaksi
hexamethylendiamin dengan asam adipat:

Penampang serat
Bentuk memanjang serat seperti silinder yang rata dan penampang
lintangnya hampir bulat. (Lihat Gambar 2.14).

Penampang membujur Penampang melintang

2.3 Identifikasi serat cara uji mikroskopik penampang membujur


Persiapan sebelum melakukan pengamatan:
Kaca objek dan kaca penutup harus betul-betul bersih, karena kotoran akan
membuat bayangan yang kurang jelas didalam mikroskop, hal ini dapat memberikan
informasi yang tidak tepat pada saat mengidentifikasi. Kaca objek dan kaca penutup
harus bebas lemak, sehingga cairan dapat merata dan tidak membentuk tetesan-tetesan.
Kaca penutup dan kaca objek yang baru harus dibersihkan dengan amonia 5% atau
alkohol 50%, kemudian dikeringkan dengan kasa penyerap. Untuk membersihkan kaca
objek yang sudah diapakai, dapat digunakan campuran bikromat yang terdiri dari
kalium bikromat 100gr, 800ml air dan asam sulfat pekat 1,2L. Kaca objek yang sudah
dipakai direndam dalam larutan tersebut selama 2 hari.
Persiapan serat penampang membujur
Sebelum diletakkan diatas kaca objek serat sudah dibersihkan dan dipisahkan
satu dengan yang lainnya. Serat diletakkan di atas kaca objek dengan medium zat cair.
Untuk pengamatan biasa, umumnya digunakan air, tetapi untuk mendapatkan
pengamatan yang lebih baik digunakan mineral, gliserin atau zat lain. Penggunaan zat
lain ini selain karena zat tersebut tidak mudah menguap, juga untuk mendapatkan
medium dengan indeks bias yang sesuai.
Bila perbandingan indeks bias antara serat selulosa dengan medium besar, serat
akan tampak gelap dan kurang tembus cahaya sehingga permukaan serat yang kelihatan
lebih jelas. Tetapi bila perbedaan indeks bias antara serat dan medium kecil, maka serat
akan tampak tembus cahaya dan struktur bagian dalam serat kelihatan jelas.
Untuk pengamatan pemasangan membujur serat, serat diletakkan sejajar diatas
kaca objek dan dipisahkan satu dari yang lainnya dengan jarum supaya tidak
menumpuk, kemudian ditutup dengan kaca penutup dan dari salah satu sisi kaca
penutup ditetesi medium. Jumlah air atau medium ini tidak boleh terlalu sedikit.
Jika serat yang akan diamati berupa kumpulan serat, maka serat diambil dan
dibuat preparat secara langsung, namun jika serat tersebut sudah dalam berupa benang
atau bahkan kain, maka ada beberapa persiapan yang harus dilakukan. Kalau berupa
benang, maka kita harus memisahkan benang tersebut menjadi serat. Untuk
mendapatkan hasil pengamatan yang baik, diperlukan mikroskop yang mempunyai
perbesaran 100-150 kali.

2.4 Persiapan untuk mengamati penampang melintang serat:


Untuk mendapatkan irisan lintang serat dapat dilakukan dengan berbagai cara
yaitu dengan cara metode gabus dengan alat mikrotom tangan atau mikrotom mekanik.
Dibagian ini diterangkan cara yang paling sederhana yaitu “cara gabus”.
Prinsipnya adalah serat yang akan diamati akan dimasukkan kedalam gabus agar
seratnya seolah-olah menyatu menjadi bagian utuh dari gabus. Ketika gabus dirilis
secara melintang pada bagian yang ada seratnya, serat akan ikut terpotong secara
melintang pula, sehingga didapat contoh uji yang akan diamati dan didapat citra
penampang serat melintang.’
Agar serat yang ada didalam gabus dapat diiris secara melintang maka serat
harus kaku sehingga ketika diiris, seratnya tidak merunduk. Oleh karena itu sebelum
serat dimasukkan kedalam gabus, maka serat diberi lem perekat dahulu sehingga serat
dapat menjadi kaku ketika berada didalam gabus. Untuk mendapatkan hasil
pengamatan yang baik, diperlukan mikroskop yang mempunyai perbesaran sebesar
100-400 kali.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1) Miroskop.
2) Kaca objek (slide glass).
3) Kaca penutup (cover glass).
4) Pipet tetes
5) Jarum jahit dan benang jahit.
6) Gabus dan pisau silet yang tajam atau mikrotom untuk membuat
penampang lintang serat.
7) Kertas saring
3.1.2 Bahan
1) Lem Lak. Merah
2) Air suling
3) Bermacam-macam serat:
1. Serat Kapas
2. Serat Rayon Viskosa
3. Serat Rami
4. Serat Sutera
5. Serat Wool
6. Serat poliester
7. Serat Poliakrilat
8. Serat Poliamida (Nylon)
9. Serat campuran Poliester : Kapas
10. Serat campuran Poliester : Rayon
11. Serat campuran Poliester : Wool
12. Serat Asetat Rayon
13. Serat Rayon Kupro Amonium
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Identifikasi serat cara mikroskopis penampang membujur

1) Serat diletakkan sejajar diatas kaca objek (slide glass) dan dipisahkan satu
sama lain dengan menggunakan jarum.
2) Kumpulan serat yang berada diatas slide glass diatur supaya rata dan
renggang (jangan terlalu menumpuk/rapat).
3) Serat yang berada diatas slide glass ditutup dengan cover glass.
4) Angkat satu sisi dari cover glass lalu tetesi dengan air.
5) Kelebihan air pada preparat dihisap dengan kertas hisap/kertas saring.
6) Letakkan diatas meja mikroskop.
7) Amati contoh serat dibawah mikroskop.
8) Untuk mempermudah penggunaan mikroskop, pengamatan dimulai dengan
menggunakan lensa objektif terkecil dahulu, lalu dengan tidak menggeser
objek dimeja mikroskop, citra objek diperbesar dengan mengubah lensa
objektifnya, dan fokuskan citra objeknya (dari pembesaran 5x,lalu dirubah
ke 10X, dan 40x)
9) Tentukan serat yang diamati termasuk jenis serat apa. Bila tidak ada yang
sesuai lakukan uji lanjutan.
3.2.2 Identifikasi serat cara mikroskopis penampang membujur
1) Jarum mesin jahit yang panjang berisi benang dtusukkan melalui tengah-
tengah gabus.
2) Suatu kawat kecil dimasukkan pada lengkungan benang yang menonjol,
kemudian jarum ditarik kembali dengan meninggalkan lengkungan benang
pada gabus.
3) Sekelompok serat yang telah disejajarkan dan diberi lak diletakkan dalam
lengkungan benang dan dengan hat-hati ditarik masuk kedalam gabus
dengan cara menarik ujung-ujung benang. Jumlah serat yang ditarik harus
cukup tertekan sehingga serat akan terpegang oleh gabus yang baik, tanpa
terjadi perubahan bentuk serat.
4) Permukaan gabus yang mempunyai ujung serat yang menonjol dipotong
rata dengan pisau silet tajam.
5) Setelah laknya kering, gabus diiris setipis mungkin menggunakan pisau
silet tajam.
6) Irisan gabus yang mengandung potongan serat ditempelkan pada kaca
penutup dengan setetes air suling.
7) Kaca penutup dengan potongan gabus dibawahnya diletakkan pada kaca
objek, sehingga seluruh irisan dapat terletak dalam satu fokus.
8) Amati contoh serat dibawah mikroskop.
9) Untuk mempermudah penggunaan mikroskop, pengamatan dimulai dengan
menggunakan lensa objektif terkecil dahulu, lalu dengan tidak menggeser
objek dimeja mikroskop, citra objek diperbesar dengan mengubah lensa
objektifnya, dan fokuskan citra objeknya (dari pembesaran 5x,lalu dirubah
ke 10x, dan 40x)
10) Tentukan serat yang diamati termasuk jenis serat apa. Bila tidak ada yang
sesuai lakukan uji lanjutan.
BAB IV

DATA PENGAMATAN
Terlampir.
BAB V

PEMBAHASAN

Dari pengamatan yang telah dilakukan didapatkan kelemahan dan kelebihan dalam
mengidentifikasikan suatu serat melalui penampang membujur atau penampang melintang.
Pada serat alam lebih mudah untuk diidentifikasi melalui penampang membujur misalnya
pada serat kapas dan serat wool. Namun, terdapat serat alam lain seperti serat rami dan serat
sutera yang jika diidentifikasi dengan penampang membujur kurang akurat karakteristiknya
sehingga untuk mengidentifikasikan serat tersebut digunakan cara penampang melintang.

Seperti halnya serat alam, serat buatan seperti spesies rayon dapat diidentifikasikan
dengan jelas dengan cara penampang membujur. Pada poliester, poliakrilat dan poliamida
yang diidentifikasi dengan penampang membujur kurang didapat karakteristiknya. Serat
campuran seperti poliester: kapas, poliester: wool, poliester: rayon merupakan gabungan dari
kedua serat misalnya poliester dan kapas. Karena, serat tidak dapat dicampur seratnya namun
dapat dipintal secara bersama-sama. Oleh sebab itu, pada serat campuran terdapat dua serat
yang karakteristiknya berbeda saat diamati secara penampang membujur atau penampang
melintang. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut karakteristik serat-serat yang dapat
diidentifikasi melalui penampang membujur dan penampang melintang:
1. Serat Kapas
Serat kapas yang telah diamati dibawah mikroskop dapat diketahui
karakteristiknya, pada penampang membujur serat kapas seratnya terlihat pipih
berpilin atau pita yang terpuntir dan pada penampang membujur serat kapas terlihat
bentuknya seperti ginjal dan terdapat lumen. Dari hasil pengamatan ini serat kapas
dapat diidentifikasi dengan baik melalui penampang membujur dan penampang
melintang karena bentuknya yang khas. Apabila hasil pengamatan dibandingkan
dengan literatur (Gambar 2.4) hasilnya tidak jauh berbeda. Berikut ini bentuk
penampang serat kapas yang telah diamati secara membujur dan melintang:

Penampang Membujur (kanan)


Penampang Melintang (kiri)
2. Serat Rami
Serat Rami yang telah diamati dibawah mikroskop dapat diketahui
karakteristiknya, pada penampang membujur serat rami terlihat garis-garis yang tidak
rata lebarnya pada permukaannya serta terdapat bercak pada penampang membujur
serat rami terlihat bentuknya lonjong memanjang dengan dinding sel yang tebal dan
lumen yang pipih serta ujung sel tumpul dan tidak berlumen. Dari hasil pengamatan
ini serat rami dapat diidentifikasi dengan baik melalui penampang membujur dan
penampang melintang, bentuk penampang melintang serat rami hampir sama dengan
bentuk penampang membujur serat kapas namu pada serat rami bentuknya lebih besar
dibanding serat kapas. Apabila hasil pengamatan dibandingkan dengan literatur
(Gambar 2.5) hasilnya tidak jauh berbeda. Berikut ini bentuk penampang serat rami
yang telah diamati secara membujur dan melintang:

Penampang Membujur (kanan)


Penampang Melintang (kiri)

3. Serat Sutera
Serat Sutera yang telah diamati dibawah mikroskop dapat diketahui
karakteristiknya, pada penampang membujur serat sutera terlihat berbentuk silinder
dengan permukaan bergaris garis dan terdapat bercak pada permukaan serat dari air
ludah ulat atau serisin. Pada penampang membujur serat sutera terlihat berbentuk
segitiga dengan sudut-sudut yang membulat. Dari hasil pengamatan ini serat sutera
lebih mudah diidentifikasi dengan baik melalui penampang melintang, karena pada
penampang membujur apabila serat di merser tidak terlihat bercak serisinnya sehingga
sulit diidentifikasi. Pada sampel kali ini serat sutera yang digunakan ialah serat sutera
bombyx mori, dilihat dari penampang melintang. Apabila hasil pengamatan
dibandingkan dengan literatur (Gambar 2.8) hasilnya tidak jauh berbeda. Berikut ini
bentuk penampang serat sutera yang telah diamati secara membujur dan melintang:

Penampang Membujur (kanan)


Penampang Melintang (kiri)
4. Serat Wool
Serat Wool yang telah diamati dibawah mikroskop dapat diketahui
karakteristiknya, pada penampang membujur serat wol terlihat bentuknya silinder dan
bersisik pada permukaannya, sedangkan pada penampang melintang terlihat bentuk
bulat yang tidak rata besarnya. Dari hasil pengamatan ini serat sutera dapat
diidentifikasi dengan baik melalui penampang membujur. Apabila hasil pengamatan
dibandingkan dengan literatur (Gambar 2.7) hasilnya tidak jauh berbeda. Berikut ini
bentuk penampang serat sutera yang telah diamati secara membujur dan melintang:

Penampang Membujur (kanan)


Penampang Melintang (kiri)

5. Rayon Viskosa
Serat Rayon Viskosa yang telah diamati dibawah mikroskop dapat diketahui
karakteristiknya, pada penampang membujur serat rayon viskosa terlihat bentuknya
silinder dan terdapat bergaris pada permukaannya, sedangkan pada penampang
melintang terlihat bentuknya yang bergerigi. Dari hasil pengamatan ini serat rayon
viskosa dapat diidentifikasi dengan baik melalui penampang membujur dan
penampang melintang namun karena karakteristiknya mirip dengan spesies rayon
yang lain, maka diperlukan identifikasi lebih lanjut dengan uji pelarutan. Serat rayon
viskosa ini dapat larut pada H2SO4 59,5% dan 70%. Apabila hasil pengamatan
dibandingkan dengan literatur (Gambar 2.9) hasilnya tidak jauh berbeda. Berikut ini
bentuk penampang serat sutera yang telah diamati secara membujur dan melintang:

Penampang Membujur (kanan)


Penampang Melintang (kiri)

6. Rayon Kupraamonium
Serat Rayon Kupraamonium yang telah diamati dibawah mikroskop dapat
diketahui karakteristiknya, pada penampang membujur serat rayon kupraamonium
terlihat seperti silinder yang lurus panjang, sedangkan pada penampang melintang
terlihat bentuknya bulatan yang sama besar. Dari hasil pengamatan ini serat rayon
kupraamonium dapat diidentifikasi dengan baik melalui penampang membujur dan
penampang melintang Apabila hasil pengamatan dibandingkan dengan literatur
(Gambar 2.11) hasilnya tidak jauh berbeda. Berikut ini bentuk penampang serat rayon
kupraamonium yang telah diamati secara membujur dan melintang:

Penampang Membujur (kanan)


Penampang Melintang (kiri)

7. Serat Asetat Rayon


Serat Asetat Rayon yang telah diamati dibawah mikroskop dapat diketahui
karakteristiknya, pada penampang membujur serat asetat rayon terlihat berbentuk
silinder dengan garis-garis sedikit pada permukaannya, sedangkan pada penampang
melintang terlihat bentuknya berlekuk-lekuk seperti daun semanggi. Dari hasil
pengamatan ini serat asetat rayon dapat diidentifikasi dengan baik melalui penampang
membujur dan penampang melintang. Untuk membedakan rayon jenis ini dengan
yang lainnya yaitu pada uji pelarutan, dengan uji menggunakan larutan aseton serat ini
akan larut dengan sempurna. Apabila hasil pengamatan dibandingkan dengan literatur
(Gambar 2.10) hasilnya tidak jauh berbeda. Berikut ini bentuk penampang serat asetat
rayon yang telah diamati secara membujur dan melintang:

Penampang Membujur (kanan)


Penampang Melintang (kiri)

8. Poliester
Serat Poliester yang telah diamati dibawah mikroskop dapat diketahui
karakteristiknya, pada penampang membujur serat poliester terlihat berbentuk
silinder, sedangkan pada penampang melintang telihat berbentuk bulat-segitiga. Dari
hasil pengamatan ini serat poliester dirasa cukup sulit untuk diidentifikasi dengan cara
mikroskopis ini karena, terdapat beberapa serat yang dibuat bentuknya berbeda-beda
sesuai yang diinginkan pembuatnya. Misalnya pada sampel serat yang diujikan
memiliki bentuk celah berbentuk silinder panjang sehingga pada penampang
melintangnya seratnya berbentuk seperti segitiga. Sehingga pengujian cara
mikroskopis dilanjutkan dengan uji pelarutan, di mana serat poliester larut dalam
larutan metil salisilat didih. Apabila hasil pengamatan dibandingkan dengan literatur
(Gambar 2.12) hasilnya terdapat perbedaan pada penampang melintangnya. Berikut
ini bentuk penampang serat asetat rayon yang telah diamati secara membujur dan
melintang:

Penampang Membujur (kanan)


Penampang Melintang (kiri)

9. Serat Poliakrilat
Serat Poliakrilat yang telah diamati dibawah mikroskop dapat diketahui
karakteristiknya, pada penampang membujur serat poliakrilat terlihat berbentuk
silinder bergaris-garis sedikit, sedangkan pada penampang melintang filamennya
berbentuk dumbel atau tulang anjing. Dari hasil pengamatan ini serat poliakrilat dapat
diidentifikasi dengan penampang melintangnya, karena penampang membujur serat
poliakrilat menyerupai penampang membujur asetat rayon. Apabila hasil pengamatan
dibandingkan dengan literatur (Gambar 2.13) hasilnya terdapat perbedaan pada
penampang melintangnya. Berikut ini bentuk penampang serat asetat rayon yang telah
diamati secara membujur dan melintang:

Penampang Membujur (kanan)


Penampang Melintang (kiri)

10. Serat Poliamida (Nylon)


Serat Poliakrilat yang telah diamati dibawah mikroskop dapat diketahui
karakteristiknya, pada penampang membujur serat poliakrilat terlihat berbentuk
silinder yang rata, sedangkan pada penampang melintang bentuknya hampir bulat.
Dari hasil pengamatan ini serat poliamida dapat diidentifikasi dengan pengujian
larutan lebih lanjut, di mana serat poliamida larut dalam larutan H2SO4 59,5% dan
70%, HCl 1:1, HNO3 dan Asam Formiat. Apabila hasil pengamatan dibandingkan
dengan literatur (Gambar 2.14) hasilnya tidak jauh berbeda. Berikut ini bentuk
penampang serat poliamida yang telah diamati secara membujur dan melintang:
Penampang Membujur (kanan)
Penampang Melintang (kiri)

11. Poliester: Kapas


Serat Poliester: Kapas merupakan serat yang terbentuk dari dua macam serat
yang berbeda. Dalam serat campuran, serat dapat dicampur dengan pencampuran
kedua serat sebelum dipintal. Oleh sebab itu, pada serat campuran terdapat dua
macam morfologi yang terdapat pada seratnya. Dari hasil pengamatan ini, serat
poliester: kapas dapat diidentifikasi dengan penampang membujur dengan
karakteristik yaitu terdapat pita berpilin dari serat kapas dan silinder dari serat
poliesternya. Sedangkan pada penampang melintangnya bentuknya ada yang seperti
ginjal yang merupakan serat kapasnya dan bulat yang merupakan serat poliesternya.
Untuk mengetahui serat campuran ini, praktikan harus mengetahui identifikasi serat
alam dan serat buatannya terlebih dahulu.

Penampang Membujur (kanan)


Penampang Melintang (kiri)

12. Poliester Rayon


Serat Poliester: Rayon merupakan serat yang terbentuk dari dua macam serat
yang berbeda. Dalam serat campuran, serat dapat dicampur dengan pencampuran
kedua serat sebelum dipintal. Oleh sebab itu, pada serat campuran terdapat dua
macam morfologi yang terdapat pada seratnya. Dari hasil pengamatan ini, serat
poliester: rayon dapat diidentifikasi dengan penampang membujur dengan
karakteristik yaitu terdapat garis-garis pada permukaan dari serat rayon dan silinder
dari serat poliesternya. Sedangkan pada penampang melintangnya bentuknya ada
yang bulat yang merupakan serat rayon dan bulat yang lainnya merupakan serat
poliester. Untuk mengidentifikasi serat ini harus dilakukan dengan seksama karena
penampakan pada penampang melintang kedua serat sama sehingga harus digunakan
penampang membujur untuk mengidentifikasi seratnya.
Penampang Membujur (kanan)
Penampang Melintang (kiri)

13. Poliester: Wool


Serat Poliester: Wool merupakan serat yang terbentuk dari dua macam serat
yang berbeda. Dalam serat campuran, serat dapat dicampur dengan pencampuran
kedua serat sebelum dipintal. Oleh sebab itu, pada serat campuran terdapat dua
macam morfologi yang terdapat pada seratnya. Dari hasil pengamatan ini, serat
poliester: wool dapat diidentifikasi dengan penampang membujur dengan
karakteristik yaitu terdapat sisik pada permukaan dari serat wool dan silinder dari
serat poliesternya. Sedangkan pada penampang melintangnya bentuknya ada yang
bentuknya bulat tidak sama besar yang merupakan serat wol dan bulat yang sama
besarnya merupakan serat poliester. Untuk mengidentifikasi serat ini disarankan
menggunakkan penampang membujur karena lebih jelas terlihat perbedaannya.

Penampang Membujur (kanan)


Penampang Melintang (kiri)
BAB VI

KESIMPULAN

Dari praktikum pengujian identifikasi serat cara mikroskopis ini dapat dilihat bentuk
serat melalui penampang melintang dan penampang membujur. Dapat disimpulkan bahwa
serat alam mudah diidentifikasi dengan cara mikroskop ini karena serat alam memiliki
karakteristik yang khas pada penampang melintang atau membujur yang terlihat dibawah
mikroskop. Sedangkan serat buatan kurang spesifik untuk diidentifikasi dengan cara ini,
sehingga harus dilakukan pengujian lebih lanjut dengan uji pada larutan zat kimia tertentu.
Dari penjelasan yang telah dipaparkan dipembahasan, dapat diringkas bahwa:
1. Serat Kapas dapat diidentifikasi dengan penampang melintang dan penampang
membujur.
2. Serat Rami dapat diidentifikasi dengan penampang melintang dan penampang
membujur.
3. Serat Sutera lebih terlihat karakteristiknya dengan penampang melintang.
4. Serat Wool lebih terlihat karakteristiknya dengan penampang membujur.
5. Serat Rayon Viskosa lebih terlihat karakteristiknya dengan penampang membujur.
Namun diperlukan pengujian pelarutan untuk membedakan rayon viskosa dengan
rayon lainnya, serat rayon viskosa larut dalam larutan H2SO4 59,5% dan 70%.
6. Serat Rayon Kupraamonium dapat diidentifikasi dengan penampang melintang
dan penampang membujur.
7. Serat Asetat Rayon dapat diidentifikasi dengan penampang melintang dan
penampang membujur. Namun diperlukan pengujian pelarutan untuk
membedakan asetat rayon dengan rayon lainnya, serat asetat rayon larut dalam
larutan aseton.
8. Poliester lebih terlihat karakteristiknya dengan penampang membujur. Namun
diperlukan pengujian pelarutan,poliester larut dalam larutan metil salisilat didih.
9. Poliakrilat lebih terlihat karakteristiknya dengan penampang membujur.
10. Poliamida, seperti halnya polieseter pada pengujian mikroskopis poliamida kurang
akurat sehingga perlu dilakukan pengujian pelarutan dengan larutan H2SO4 59,5%
dan 70%, HCl 1:1, HNO3 dan Asam Formiat.
DAFTAR PUSTAKA

Komalasari, Maya., & Khairul, U. (2013). BAHAN AJAR PRAKTIKUM SERAT TEKSTIL.
Bandung: SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL.

Soeprijono P., dkk. (1973). SERAT-SERAT TEKSTIL. Bandung: INSTITUT TEKNOLOGI


TEKSTIL.

Anonim. (t.thn.). Mikroskop. Dipetik April 8, 2017, dari http://eprints.polsri.ac.id:


http://eprints.polsri.ac.id/1798/3/BAB%20II.pdf

Anonim. (t.thn.). Mikroskop Cahaya. Dipetik April 8, 2017, dari https://id.wikipedia.org:


https://id.wikipedia.org/wiki/Mikroskop_cahaya

Singh, N. (t.thn.). Fabric studies. Dipetik April 10, 2017, dari https://s3.amazonaws.com:
https://s3.amazonaws.com/ppt-download/fabricstudiesfinal-130118045748-phpapp02

Anonim. (t.thn.). Mengidentifikasi Serat Tekstil. Dipetik April 8, 2017, dari


psbtik.smkn1cms.net: psbtik.smkn1cms.net/busana/mengidentifikasi_serat_tekstil.pdf

Anda mungkin juga menyukai