Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rizal Maulana

NIM : B04190073
Kelompok : 10

JURNAL TEKNOLOGI LABORATORIUM


(www.teknolabjournal.com)
Vol.6, No.2, September 2017, pp. 75 ~ 82

Pengembangan Mikroskop dengan Mikrokontroler dan Cahaya


Monokromatis untuk Mendeteksi Parasit Malaria
Ida Susanti1, Sarwo Handayani1, Riyanti Ekowatiningsih1, Budi Prasetyorini1, Endah A Yusnita1,
Donni Agus Ardianto2, Sastra K Widjaya2

RINGKASAN JURNAL
Mikroskop adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat
secara kasat mata. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut
mikroskopis, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata. Jenis
paling umum dari mikroskop, dan yang pertama diciptakan adalah mikroskop optis. Mikroskop
ini merupakan alat optik yang terdiri dari satu atau lebih lensa yang memproduksi gambar yang
diperbesar dari sebuah benda yang ditaruh di bidang fokal dari lensa tersebut (Anugrasari
2015). Berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibagi menjadi dua, yaitu mikroskop
cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop cahaya sendiri dibagi lagi menjadi dua kelompok
besar, yaitu berdasarkan kegiatan pengamatan dan kerumitan kegiatan pengamatan yang
dilakukan. Berdasarkan kegiatan pengamatannya, mikroskop cahaya dibedakan menjadi
mikroskop diseksi untuk mengamati bagian permukaan dan mikroskop monokuler dan
binokuler untuk mengamati bagian dalam sel ( Adi 2012).
Penelitian ini bertujuan mendapatkan mikroskop otomatis dengan cahaya monokromatik
sebagai alat deteksi parasit malaria yang cepat, nyaman, serta akurat. Penelitian dilakukan
dengan metode eksperimental laboratorium dengan memodifikasi mikroskop sederhana
menjadi mikroskop otomatis dengan pergerakan meja preparat dan perekaman webcam
menggunakan mikrokontroler serta modifikasi pencahayaan menggunakan cahaya
monokromatis dari cahaya Laser dengan panjang gelombang 402nm (violet), 532nm (hijau)
dan 650nm (merah) dengan kekuatan intensitas yang berbeda, pembacaan dilakukan oleh
tenaga mikroskopis untuk membaca hasil rekaman sebanyak 60 gambar slide parasite malaria
apusan tebal dan tipis dalam beberapa tahap hidup parasit, yaitu tahap ring 20, tahap trophozoid
20, dan tahap schizont 20. Desain penelitian merupakan experimental laboratorium yang terdiri
dari dua tahap, yaitu pertama adalah modifikasi alat mikrokop dengan perancangan
menggunakan mikrokontroler untuk otomatisasi pergerakan dan perekaman gambar, yang
kedua adalah dengan modifikasi pencahayaan monokromatis dari beberapa cahay laser untuk
mendapatkan gambar parasit (V Makkapati dan V Pathangay 2011).
Gold standard pemeriksaan malaria sampai saat ini adalah teknik pemeriksaan
mikroskop dengan cahaya putih (polikromatis) bersumber dari lampu halogen atau sumber
cahaya lainnya (M Microscopy dan S Operating 2016). Diagnosis mikroskopis masih
merupakan gold standard dalam pemeriksaan malaria (JM Belisle 2008). Keuntungan dari
metode mikroskopis selain murah, dapat mengindentifikasi spesies parasit dengan tepat.
Namun Kelemahan dari teknik mikroskop adalah kurang efisien waktu dan adanya artefak pada
gambar apusan darah dikarenakan objek dalam darah ataupun kotoran saat pembuatan apusan
darah, hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil analisis gambar.

DAFTAR PUSTAKA
Adi K. 2012. Sistem pencitraan mikroskop digital untuk identifikasi bakteri tuberkulosis (TB).
Jurnal Mikroskop. 1(1) : 1-2.
Anugrasari N. 2015. Biologi Umum. Jakarta(ID) : Erlangga.
JM Belisle. 2008. Sensitive detection of malaria infection by third harmonic generation
imaging. Biophys Journal. 94(4) : 26-28.
M Microscopy, S Operating. 2016. Microscopy examination of thick and thin blood films dor
identification of malaria parasities. IEEE Trans Biomed Eng. 59(1) : 150 – 155.
V Makkapati, V Pathangay. 2011. Adaptive color ilumination for microscopes. Natl Conf
Commun (NCC). 3(1) : 1-5.

Anda mungkin juga menyukai