Di: Kesehatan
Definisi
Perkataan kabut asap atau "asbut" adalah singkatan dari "asap" dan "kabut", walaupun pada
perkembangan selanjutnya asbut tidak harus memiliki salah satu komponen kabut atau asap.
Asbut juga sering dikaitkan dengan pencemaran udara.
Asbut, istilah adaptasi dari bahasa Inggris smog (smoke and fog), adalah kasus pencemaran
udara berat yang bisa terjadi berhari-hari hingga hitungan bulan. Di bawah keadaan cuaca
yang menghalang sirkulasi udara, asbut bisa menutupi suatu kawasan dalam waktu yang
lama, seperti kasus di London, Los Angeles, Athena, Beijing, Hong Kong atau Ruhr Area dan
terus menumpuk hingga berakibat membahayakan.
Istilah "smog" pertama kali dikemukakan oleh Dr. Henry Antoine Des Voeux pada tahun
1950 dalam karya ilmiahnya "Fog and Smoke", dalam pertemuan di Public Health Congress.
Pada 26 Juli 2005, surat kabar London, Daily Graphic mengutip istilah ini “[H]e said it
required no science to see that there was something produced in great cities which was not
found in the country, and that was smoky fog, or what was known as ‘smog,/i].’” (Dr Henry
Antoine Des Voeux menyatakan bahwa sebenarnya tidak diperlukan pengetahuan ilmiah
apapun untuk mendeteksi keberadaan sesuatu yang telah diproduksi di kota besar tetapi tidak
ditemukan di perkampungan, yaitu "smoky fog" (kabut bersifat asap), atau disebut juga
dengan smog (asbut).). Hari berikutnya surat kabar tersebut kembali memberitakan “Dr. Des
Voeux did a public service in coining a new word for the London fog” (Dr. Des Voeux
menjalankan tugas pelayanan masyarakatnya dengan memperkenalkan istilah baru, asbut).
Terdapat dua jenis utama asbut. Asbut fotokimia, seperti kasus di Los Angeles, dan asbut
Industru seperti di London.
1. Asbut fotokimia
Penyebab utama dari asbut fotokimia adalah polutan nitrogen oksida dan hidrokarbon.
Nitrogen oksida berasal dari kendaraan bermotor sedangkan Hidrokarbon berasal dari
berbagai sumber. Kedua zat pencemaran tersebut mengalami reaksi fotokimia membentuk
ozone.
2. Asbut Industri
Merupakan asbut yang terjadi di London setelah terjadinya revolusi industri yang
menghasilkan pencemaran besar-besaran dari pembakaran batu bara. Pembakaran ini
menghasilkan campuran asap dan sulfur dioksida. Sulfur doiksida disebut juga belerang
dioksida yaitu senyawa kimia dengan rumus SO2. Senyawa ini merupakan gas beracun
dengan bau menyengat yang dilepaskan oleh gunung berapi dan beberapa pemrosesan
industri. Karena batu bara dan minyak bumi juga mengandung senyawa belerang, hasil
pembakarannya juga menghasilkan gas belerang dioksida walaupun senyawa belerangnya
telah dipisahkan dulu sebelum dibakar. Oksidasi lanjut dari SO2, dibantu dengan katalis
seperti NO2 (nitrogen dioksida), akan membentuk H2SO4 (asam sulfat) , sehingga akan
membentuk hujan asam.
Gunung berapi yang juga menyebabkan berlimpahnya sulfur dioksida di udara, menghasilkan
asbut gunung berapi, atau vog (vulcanic smog, asbut vulkanis).
Asap dapat mengganggu kesehatan semua orang, baik yang dalam kondisi sehat maupun
sakit. Pada kondisi kesehatan tertentu, orang akan menjadi lebih mudah mengalami gannguan
kesehatan akibat kabut asap dibandingkan orang lain, khususnya pada orang dengan
gangguan paru dan jantung, lansia, dan anak-anak.
Berikut ini gangguan-gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat kabut asap:
1. Dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, serta menyebabkan reaksi
alergi, peradangan dan mungki juga infeksi.
2. Dapat memperburuk asma dan penyakit paru kronis lain, seperti bronkitis kronik, PPOK
dll.
3. Kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan menyebabkan orang mudah lelah dan
mengalami kesulitan bernapas.
4. Mereka yang berusia lanjut dan anak-anak (juga mereka yang punya penyakir kronik)
dengan daya tahan tubuh rendah akan lebih rentan untuk mendapat gangguan kesehatan
5. Kemampuan paru dan saluran pernapasan mengatasi infeksi berkurang , sehingga
menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi.
6. Secara umum maka berbagai penyakit kronik juga dapat memburuk.
7. Bahan polutan di asap kebakaran hutan yang jatuh ke permukaan bumi juga mungkin dapat
menjadi sumber polutan di sarana air bersih dan makanan yang tidak terlindungi.
8. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) jadi lebih mudah terjadi, utamanya karena ketidak
seimbangan daya tahan tubuh (host), pola bakteri/virus dll penyebab penyakit (agent) dan
buruknya lingkungan (environment).
Apabila kepungan asap sudah melewati batas indeks standar polutan, Anda jangan ragu untuk
menutup rapat pintu dan jendela rumah. Beri pengertian pada si kecil, saat ini bukan waktu
yang tepat untuk bermain di luar rumah. Beri mereka aktivitas alternatif yang tak kalah
mengasyikkan, entah bermain di dalam rumah, menonton film atau membaca buku.
Air putih dapat melunturkan partikel-partikel buruk yang dibawa oleh asap. Di saat kepungan
asap, beri si kecil minum air putih lebih banyak dari biasanya sebagai upaya detoksifikasi
alami dari dalam tubuh.
Tidak bisa dipungkiri, akan ada aktivitas luar rumah yang tak bisa ditinggalkan. Mungkin
Anda harus berbelanja ke pasar akibat tidak ada tukang sayur yang datang dan Anda tak bisa
meninggalkan si kecil sendirian di rumah. Boleh saja mengajak si kecil keluar rumah, meski
disarankan bukan untuk waktu yang lama. Anda dan si kecil bisa menggunakan masker untuk
melindungi kesehatan dari serangan asap yang jahat.
Setiap kali Anda dan si kecil selesai beraktivitas di luar rumah, sebaiknya Anda bersihkan
badan agar terhindar dari dampak partikel jahat yang dibawa oleh asap. Anda dan si kecil bisa
mencuci tangan dan muka. Ada baiknya, anda dan si kecil mandi dan membersihkan badan
dengan sabun agar lebih optimal dalam menghilangkan jejak-jejak asap.
ASAP KABUT
1. Pengertian Asap Kabut
Asbut, istilah adaptasi dari bahasa Inggris smog (smoke and fog), adalah kasus pencemaran
udara berat yang bisa terjadi berhari-hari hingga hitungan bulan. Di bawah
keadaan cuaca yang menghalang sirkulasi udara, asbut bisa menutupi suatu kawasan dalam
waktu yang lama. Perkataan "asbut" adalah singkatan dari "asap" dan "kabut", walaupun pada
perkembangan selanjutnya asbut tidak harus memiliki salah satu komponen kabut atau asap.
Asbut juga sering dikaitkan dengan pencemaran udara. Asbut sendiri merupakan koloid jenis
aerosol padat dan aerosol cair.
Istilah "smog" pertama kali dikemukakan oleh Dr. Henry Antoine Des Voeux pada tahun
1950 dalam karya ilmiahnya "Fog and Smoke", dalam pertemuan di Public Health Congress.
Pada 26 Juli 2005, surat kabar London, Daily Graphic mengutip istilah ini "[H]e said it
required no science to see that there was something produced in great cities which was not
found in the country, and that was smoky fog, or what was known as 'smog.'" (Dr Henry
Antoine Des Voeux menyatakan bahwa sebenarnya tidak diperlukan pengetahuan ilmiah
apapun untuk mendeteksi keberadaan sesuatu yang telah diproduksi di kota besar tetapi tidak
ditemukan di perkampungan, yaitu "smoky fog" (kabut bersifat asap), atau disebut juga
dengan smog (asbut).). Hari berikutnya surat kabar tersebut kembali memberitakan "Dr. Des
Voeux did a public service in coining a new word for the London fog" (Dr. Des Voeux
menjalankan tugas pelayanan masyarakatnya dengan memperkenalkan istilah baru, asbut).
Terdapat dua jenis utama asbut. Asbut fotokimia, seperti kasus di Los Angeles, dan asbut
klasik seperti di London.
Asap kabut jenis ini pada umumnya disebabkan oleh beberapa jenis hasil pembakaran bahan
kimia yang dikatalisasi oleh kehadiran cahaya matahari. Asbut ini mengandung:
VOC's adalah hasil penguapan dari bahan bakar minyak, cat, solven, pestisida dan bahan
kimia lain. Sementara oksida nitrogen banyak dihasilkan oleh proses pembakaran dalam
bahan bakar fosil seperti mesin mobil, pembangkit listrik, dan truk.
Asbut fotokimia biasanya terjadi di daerah-daerah industri atau kota padat mobil yang
menghasilkan emisi berat dan terkonsentrasi. Tetapi asbut fotokimia tidak hanya menjadi
masalah di kota-kota industri, sebab bisa menyebar ke daerah non industri.
Menurut Clean Water Action Council of Northeastern Wiscounsin, gasolin dan pelarut dan
bahan kimia berbasis minyak seringkali menguap secara langsung ke udara, bergabung
bersama ozon. Sumber utamanya adalah pemotong rumput berbahan bakar minyak dan cairan
pemancing api pemanggang barbeque.
Merupakan asbut yang terjadi di London setelah terjadinya revolusi industri yang
menghasilkan pencemaran besar-besaran dari pembakaran batu bara. Pembakaran ini
menghasilkan campuran asap dan sulfur dioksida. Gunung berapi yang juga menyebabkan
berlimpahnya sulfur dioksida di udara, menghasilkan asbut gunung berapi, atau vog (vulcanic
smog, asbut vulkanis).
Asbut bisa terjadi pada hampir seluruh musim, tapi sejauh ini yang paling berbahaya adalah
saat cuaca hangat dan cerah saat udara di lapisan atas terlalu panas untuk bisa mendukung
terjadinya sirkulasi vertikal atmosfer bumi. Hal ini diperparah jika didukung keadaan dataran
rendah yang dikelilingi perbukitan atau pegunungan.
Asbut menjadi kejadian biasa di London pada awal abad 19 dan diberi nama "pea-soupers".
Kejadian The Great Smog of 1952 (Asbut hebat tahun 1952) menghitamkan seluruh langit
London dan membunuh sekitar 12.000 orang. Pemerintah Inggris Raya saat itu
mengkambinghitamkan wabah flu, karena keberatan untuk menyalahkan asap batubara yang
memang terjadi. Pada 1956, regulasiClean Air Act 1956 memperkenalkan area bebas asap
kepada negara ini. Hanya bahan bakar bebas asap yang boleh digunakan di wilayah yang
telah ditentukan. Secara bertahap namun pasti, konsentrasi sulfur dioksida yang terus
berkurang membuat asbut hanya menjadi kenangan di London. Hanya saja, asbut dari
kendaraan tetap terjadi hingga sekarang.
Pembukaan lahan dengan cara pembakaran hutan di Indonesia juga telah beberapa kali
menyebabkan kasus asap di negara tetangga Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand.
Kepadatan tinggi kilang yang terletak di Tiongkok daratan juga mencemari Hong Kong. Kini,
bangunan tinggi Hong Kong sukar dilihat dengan jelas.
Asbut menjadi masalah bagi banyak kota di dunia dan terus mengancam lingkungan.
Menurut EPA U.S., udara dalam status bahaya karena problem kabut jika telah melewati
batas 80 bagian persejuta (parts per billion) (ppb) atau 0.5 ppm ozone (komponen utama
asbut) [1], melebihi dari 53 ppb nitrogen dioksida atau 80 ppb partikel. Asbut dalam keadaan
berat merusak dan bahkan menyebabkan masalah pernapasan bagi manusia, termasuk
penyakit emphysema, bronchitis, dan asma. Kejadian klinis sering terjadi saat konsentrasi
ozone levels sedang tinggi.
PEMANASAN GLOBAL
Pemanasan global (Inggris: global warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-
rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah
meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu
rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek
rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan
akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih
terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan
IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global
akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F)antara tahun 1990 dan
2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario
berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model
sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode
hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama
lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini
mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi
tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba
permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi.
Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya.
Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar.
Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas
rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida,sulfur dioksida dan metana yang menjadi
perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi
gelombang yang dipancarkan. Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di
permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata
tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin
meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap
di bawahnya. Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di
bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar
15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika
tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh
permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di
atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang
dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat
bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan
lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah
kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai
tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya
lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini
meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembapan relatif udara hampir konstan atau
bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat).[3]Umpan balik ini hanya
berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat
dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga
akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan
memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek
pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung
pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini
sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila
dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125
hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat).
Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan
umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang
digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.[3]
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah
beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain
itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini
diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi
pertumbuhandiatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.
1. Variasi Matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan
diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat
ini.[6] Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah
meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca
akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati
sejak tahun 1960,[7] yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama
pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan
tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi
Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek
pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun
1950.
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah
diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuwan dariDuke University memperkirakan
bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan suhu rata-rata
global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000.[10] Stott
dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat
perkiraan berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh
Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan
aerosol sulfat juga telah dipandang remeh.
Para ilmuwan menggunakan model komputer dari suhu, pola presipitasi, dan sirkulasi
atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuwan
telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca,
tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari
belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di
Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih
sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya
mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah
subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair.
Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada musim dingin dan malam hari
akan cenderung untuk meningkat.
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga
volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan
mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak
volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10
inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 –
88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21. Akibatnya Indonesia kehilangan 26 pulau sejak 2000-
2008 lampau. Diperkirakan hingga tahun 2030, akan hilang sekitar 2000 an pulau di
Indonesia, bila tidak dilakukan pencegahan sedini mungkin.
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak
makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian
Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya
curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering
di beberapa bagian Afrikamungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang
menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita
jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan
mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat
mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
1. Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini
karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan
cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan
mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu
hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-
spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan
pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat
berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air
(Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases).
Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru
untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa
spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten
terhadap obat tertentu yang target nya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi
kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah
dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan
iklim (Climate change)yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu
seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak
menentu).
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga
berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan
polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi
terhadap penyakit-penyakit saluran pernapasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis,
penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain
HUJAN ASAM
Hujan asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara
alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut
dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat
bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh
tumbuhan dan binatang. Hujan asam disebeut juga deposisi asam. Deposisi asam ada dua
jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi basah. Deposisi kering ialah peristiwa kerkenanya
benda dan mahluk hidup oleh asam yang ada dalam udara. Ini dapat terjadi pada daerah
perkotaan karena pencemaran udara akibat kendaraan maupun asap pabrik. Selain itu deposisi
kering juga dapat terjadi di daerah perbukitan yang terkena angin yang membawa udara yang
mengandung asam. Biasanya deposisi jenis ini terjadi dekat dari sumber pencemaran.
Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asap di dalam
udara larut di dalam butir-butir air di awan. Jika turun hujan dari awan tadi, maka air hujan
yang turun bersifat asam. Deposisi asam dapat pula terjadi karena hujan turun melalui udara
yang mengandung asam sehingga asam itu terlarut ke dalam air hujan dan turun ke bumi.
Asam itu tercuci atau wash out. Deposisi jenis ini dapat terjadi sangat jauh dari sumber
pencemaran.
Hujan secara alami bersifat asam karena Karbon Dioksida (CO2) di udara yang larut dengan
air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat
karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan
binatang.
Lehr et. Al ( 2005) membagi 3 jenis polutan utama yang menyebabkan terjadinya hujan asam
yaitu sulfur dioksida(SO2), nitrogen oksida (NOx) dan volatile organic compounds (VOCs)
atau zat-zat organic yang mudah menguap. Sumber dari kandungan sulfur alami diudara
sebagian besar sekitar 25 sampai 30% berasal dari letusan gunungapi seperti di El Chichon
tahun 1982 atau Gunung Pinatubo pada tahun 1991. Hidrokarbon juga dapat menyebabkan
hujan asam, asam karboksilik, HCOO, dan asam metilkarboksilik, CH3CO, merupakan hasil
dari oksidasi emisi biota laut maupun darat. Selain secara alami gas sulfur juga berasal dari
pembakaran batubara (Tjasyono, 2004, Lehr et. Al, 2005,) dan berasal dari emisi industri.
Pada tahun 1983 United Nations Environment Programme memperkirakan besarnya sulfur
yang dilepaskan antara 80-288 juta ton tiap tahunnya dan sekitar 69 juta ton diantaranya
berasal dari aktivitas manusia. (http://www.ace.mmu.ac.uk, 2010).
Nitrogen oksida (NOr = NO + NO2) selain berasal dari letusan gunungapi, sumber dari zat
ini adalah dari emisi tanah, kilat, pertukaran gas stratosfer-troposfer, dan pembakaran
biomassa. NO merupakan hasil pembakaran bahan bakar hidrokarbon, baik bahan bakar fosil
maupun dari biomassa. besarnya oksida nitrogen yang dilepaskan antara 20-90 juta ton tiap
tahunnya dari alam dan sekitar 24 juta ton diantaranya berasal dari aktivitas manusia
(http://www.ace.mmu.ac.uk), 2010). Amoniak dihasilkan dari emisi pupuk. Sumber-sumber
pencemar ini berasar dari pembuangan asap mesin (kendaraan bermotor dan stasiun
pembangkit energy) dan pembakaran biomassa (Tjasyono, 2004). Produksi N2O (termasuk
CO2, HNO3, dan CH4) dapat menyebabkan dampak lain yaitu efek rumah kaca dimana N2O
memiliki masa tinggal lebih dari 150 tahun di atmosfer sebelum terurai (Crutzen, 1987 dalam
Lehr et. Al ( 2005).
Bukti terjadinya peningkatan hujan asam diperoleh dari analisis es kutub. Terlihat turunnya
kadar pH sejak dimulainya Revolusi Industri dari 6 menjadi 4,5 atau 4. Informasi lain
diperoleh dari organisme yang dikenal sebagai diatom yang menghuni kolam-kolam. Setelah
bertahun-tahun, organisme-organisme yang mati akan mengendap dalam lapisan-lapisan
sedimen di dasar kolam. Pertumbuhan diatom akan meningkat pada pH tertentu, sehingga
jumlah diatom yang ditemukan di dasar kolam akan memperlihatkan perubahan pH secara
tahunan bila kita melihat ke masing-masing lapisan tersebut.
Sejak dimulainya Revolusi Industri, jumlah emisi sulfur dioksida dan nitrogen oksida ke
atmosfer turut meningkat. Industri yang menggunakan bahan bakar fosil, terutama batu bara,
merupakan sumber utama meningkatnya oksida belerang ini. Pembacaan pH di area industri
kadang-kadang tercatat hingga 2,4 (tingkat keasaman cuka). Sumber-sumber ini, ditambah
oleh transportasi, merupakan penyumbang-penyumbang utama hujan asam. Masalah hujan
asam tidak hanya meningkat sejalan dengan pertumbuhan populasi dan industri tetapi telah
berkembang menjadi lebih luas. Penggunaan cerobong asap yang tinggi untuk
mengurangipolusi lokal berkontribusi dalam penyebaran hujan asam, karena emisi gas yang
dikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara regional yang memiliki jangkauan lebih luas.
Sering sekali, hujan asam terjadi di daerah yang jauh dari lokasi sumbernya, di mana
daerah pegunungan cenderung memperoleh lebih banyak karena tingginya curah hujan di
sini.
Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan berkurangnya populasi ikan di
danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk hidup, sementara pH 6
atau lebih tinggi akan membantu pertumbuhan populasi ikan. Asam di dalam air akan
menghambat produksi enzim dari larva ikan trout untuk keluar dari telurnya. Asam juga
mengikat logam beracun seperi alumuniumdi danau. Alumunium akan menyebabkan
beberapa ikan mengeluarkan lendir berlebihan di sekitar insangnya sehingga ikan sulit
bernapas. Pertumbuhan Phytoplankton yang menjadi sumber makanan ikan juga dihambat
oleh tingginya kadar pH.
Tanaman dipengaruhi oleh hujan asam dalam berbagai macam cara. Lapisan lilin
pada daun rusak sehingga nutrisi menghilang sehingga tanaman tidak tahan terhadap keadaan
dingin, jamur dan serangga. Pertumbuhan akar menjadi lambat sehingga lebih sedikit nutrisi
yang bisa diambil, dan mineral-mineral penting menjadi hilang. Ion-ion beracun yang
terlepas akibat hujan asam menjadi ancaman yang besar bagi manusia. Tembaga di air
berdampak pada timbulnya wabah diare pada anak dan air tercemar alumunium dapat
menyebabkan penyakit Alzheimer.
Hujan asam diukur menggunakan skala pH, air murni memiliki pH sekitar 7 sedangkan hujan
yang normal bersifat agak asam karena adanya kandungan karbon dioksida yang terlarut
didalamnya sehingga pH-nya sekitar 5,5. Pengukuran hujan asam dapat menggunakan botol,
kemudian air hujan ditampung dalam botol tersebut. Dengan menggunakan indicator pH
maka tingkat kebasaan maupun keasaman hujan dapat diketahui. Jika ingin mengetahui
pengaruh hujan asam pada batuan sesuatu yang dapat dilakukan adalah menampung air hujan
pada botol dengan corong terbalik, kemudian air yang tertampung diteteskan pada batuan
yang diuji. Pengujian dapat dilakukaan pada batuan beku dan batuan sedimen. Sebagai
contoh batuan beku yang diambil untuk sampel adalah batu andesit sedangkan batu sedimen
berupa batu gamping. Sifat batu granit yang sudah asam maka ketika terkena tetes air hujan
yang asam, batu tersebut tidak ikut terlarut. Sebaliknya, pada batu gamping yang memiliki
sifat basa, maka batu gamping akan terlarut dan air yang melarutkan batu tersebut menjadi
keruh.
1. Dampak Hujan Asam/Deposisi Asam
Terjadinya hujan asam harus diwaspadai karena dampak yang ditimbulkan bersifat global dan
dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Hujan asam memiliki dampak tidak hanya pada
lingkungan biotik, namun juga pada lingkungan abiotik, antara lain :
1. Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang
bertahan. Jenis Plankton dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling pertama
mati akibat pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau memiliki pH
dibawah 5, lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang.
2. Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu kandungan
tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya untuk tumbuh. Serta akan
melepaskan zat kimia beracun seperti aluminium, yang akan bercampur didalam
nutrisi. Sehingga apabila nutrisi ini dimakan oleh tumbuhan akan menghambat
pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran, selebihnya pohon-pohon akan
terserang penyakit, kekeringan dan mati.
3. Sebagaimana tumbuhan, hewan juga memiliki ambang toleransi terhadap hujan asam.
Spesies hewan tanah yang mikroskopis akan langsung mati saat pH tanah meningkat
karena sifat hewan mikroskopis adalah sangat spesifik dan rentan terhadap perubahan
lingkungan yang ekstrim. Spesies hewan yang lain juga akan terancam karena jumlah
produsen (tumbuhan) semakin sedikit. Berbagai penyakit juga akan terjadi pada
hewan karena kulitnya terkena air dengan keasaman tinggi. Hal ini jelas akan
menyebabkan kepunahan spesies.
4. Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material
seperti batu kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman
serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan
patung. Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat,
meninggalkan kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal
semakin banyak akan merusak batuan.
Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar yang
mengandung sedikit zat pencemar, menghindari terbentuknya zat pencemar saar terjadinya
pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan energi.
Berikut saya akan berikan sedikit tentang makalah asap kabut , jika ada kesalahan
mohon di maafkan , saya sadar saya hanya manusia biasa, yang tak pernah luput
dari kesalahan , dan semua manusia begitu , hehehe. untuk kesempurnaan makalah
ini , kalian bisa memberikan kritik dan saran anda di komentar .....
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kita telah diberi kesempatan untuk
menyelesaikan tugas kelompok ini.
Tugas ini diajukan sebagai bidang studi IPA (ilmu pengetahuan alam) SMK
NEGERI 1 KOLAKA dengan judul “ ASAP KABUT”.
Terima kasih kepada ibu guru sebagai guru bidang sudi mata pelajaran IPA
yang telah memberikan bimbingan kepada kami semua.
Itu saja yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat, dalam penyusunan
makalah kami ini jika ada yang kurang sempurna kami meminta kepada teman
teman untuk memberikan kritik dan saran , agar makalah ini bisa menjadi makalah
yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
Kata pengantar
...............................................................................................................................
1
Daftar isi
...............................................................................................................................
2
Bab 1 PENDAHULUAN
...............................................................................................................................
3
1.1 Latar belakang
...............................................................................................................................
3
1.2 Rumusan masalah
...............................................................................................................................
3
Bab 2 ISI
...............................................................................................................................
4
Bab 3 PENUTUP
...............................................................................................................................
11
Kesimpulan
...............................................................................................................................
11
BAB I
PENDAHULUAN
BAB 2
ISI
PENGERTIAN ASAP KABUT
1. Pengertian Asap Kabut
Asbut adalah kasus pencemaran udara berat yang bisa terjadi berhari-hari
hingga hitungan bulan. Di bawah keadaan cuaca yang menghalang sirkulasi udara,
asbut bisa menutupi suatu kawasan dalam waktu yang lama. Perkataan "asbut"
adalah singkatan dari "asap" dan "kabut", walaupun pada perkembangan
selanjutnya asbut tidak harus memiliki salah satu komponen kabut atau asap.
Asbut juga sering dikaitkan dengan pencemaran udara. Asbut sendiri merupakan
koloid jenis aerosol padat dan aerosol cair.
1. Sulfur Dioksida
Pencemaran oleh sulfur dioksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur
bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida(SO2) dan Sulfur Trioksida
Sumber dan distribusi dari Sulfur Dioksida ini adalah berasal dari pembakaran
arang,minyak bakar gas,kayu dan sebagainya. Sumber yang lainnya adalah dari
Pengaruh utama polutan Sox terhadap manusia adalah iritasi sistem pernafasan
terutama pada tenggorokan yang terjadi pada beberapa individu yang sensitif
terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit kronis pada sistem
pernafasan kadiovaskular.
Merawat mesin industri agar tetap baik dan melakukan pengujian secara berkala
Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar sulfur yang
rendah, dll.
2. Carbon Monoksida
(CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbondioksida (CO2)
terbentuk secara alamiah, tetapi sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia,
Karbon monoksida yang berasal dari alam termasuk dari larutan, oksida metal
Dampak karbon monoksida bagi kesehatan adalah penguraian HbCO yang relatif
fungsinya membawa oksigen ke seluruh tubuh. Kondisi seperti ini dapat berakibat
3. Nitrogen Dioksida
Oksigen Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas yang terdapat di atmosfer yang terdiri
Sumber utama Nox yang diproduksi oleh manusia adalah dari pembakaran dan
dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx buatan manusia berasal dari
Dampak Nitrogen Dioksida terhadap kesehatan adalah NO2 bersifat racun terutama
terhadap paru-paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan
sebagian besar binatang dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala
4. Oksidan
Oksidan (O3) merupakan senyawa di udara selain oksigen yang memiliki sifat sebagai
Dampak dari O3 bagi kesehatan adalah Beberapa gejala yang dapat diamati pada
manusia yang diberi perlakuan kontak dengan ozon, sampai dengan kadar 0,2 ppm
tidak ditemukan pengaruh apapun, pada kadar 0,3 ppm mulai terjadi iritasi pada
hidung dan tenggorokan. Kontak dengan Ozon pada kadar 1,0–3,0 ppm selama 2
jam pada orang-orang yang sensitif dapat mengakibatkan pusing berat dan
kehilangan koordinasi. Pada kebanyakan orang, kontak dengan ozon dengan kadar
iritasi mata.
5. Hidrokarbon
Hidrokarbon adalah bahan pencemar udara yang dapat berbentuk gas, cairan
maupun padatan. Semakin tinggi jumlah atom karbon, unsur ini akan cenderung
dari proses industri yang diemisikan ke udara dan kemudian merupakan sumber
dalam bentuk HC adalah industri plastik, resin, pigmen, zat warna, pestisida dan
Pengaruh hidrokarbon pada kesehatan manusia dapat terlihat pada tabel dibawah
ini.
Jenis Hidrokarbon Kosentarsi Dampak Kesehatan
(ppm)
jam
menit
setelahpemaparan 8 jam
6. Khlorin
Gas Khlorin ( Cl2) adalah gas berwarna hijau dengan bau sangat menyengat.
Berat jenis gas khlorin 2,47 kali berat udara dan 20 kali berat gas hidrogen
khlorida yang toksik. Gas khlorin sangat terkenal sebagai gas beracun yang
penggunaan yang kurang efektif. Hal ini dapat menyebabkan terdapatnya gas
saluran pernafasan. Apabila gas khlorin masuk dalam jaringan paru-paru dan
bereaksi dengan ion hidrogen akan dapat membentuk asam khlorida yang
7. Partikel Debu
campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang
terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari <>Dampak
kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan
8. Timah Hitam
Timah hitam ( Pb ) merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abu-
abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5°C dan titik didih 1.740°C pada
tertelan dalam jumlah besar yang dapat menimbulkan sakit perut muntah atau
diare akut. Gejala keracunan kronis bisa menyebabkan hilang nafsu makan,
konstipasi lelah sakit kepala, anemia, kelumpuhan anggota badan, Kejang dan
gangguan penglihatan.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Asbut menjadi masalah bagi banyak kota di dunia dan terus mengancam
lingkungan.
Asbut dalam keadaan berat merusak dan bahkan menyebabkan masalah
Ozon dapat terbentuk di dalam kabut berasap untuk menambah racun lainnya di
dalam udara. Kabut berasap ini mengiritasikan mata dan merusak paru-paru.
pencemaran atmosfer.
Dampak yang ditimbulkan dari asap kabut ini sangat luas mulai dari aspek
Karena besarnya dampak yang ditimbulkan tersebut maka perlu langkah yang