GADAR 1 Modul 4
GADAR 1 Modul 4
SKENARIO 1
OLEH: KELOMPOK 4A
GANGGUAN KESADARAN
SKENARIO 1
Tn.Armin 58 tahun ditemukan tidak sadar disebuah taman tidak jauh dari tempatnya bekerja.
Dia terkena benda tumpul. Saat ditemukan kondisinya adalah sbb: laserasi kulit kepala dan ada
cairan bening keluar dari telinga, RR: 18x/menit dan dangkal, HR: 96x/menit, pupil isokor dan
refleks cahaya baik. Setelah dilakukan anamneses lebih lanjut maka pasien membuka mata dan
fleksi menarik saat di berikan ransangan nyeri disertai suara yang tidak koheren. Lalu beberapa
jam kemudian pasien tampak semakin gelisah, refleks pupil terhadap cahaya melambat
(midriasis kanan), hemiparese. Dan selanjutnya pasien tidak memberikan respon terhadap
rangsangan nyeri dan pernapasan cheine stokes.
A. KATA KUNCI
1. Tidak sadar
2. Laserasi kulit kepala
3. Cairan bening keluar dari telinga
4. Pernapasan dangkal
5. Pupil isokor
6. Koheren
7. Gelisah
8. Refleks pupil
9. midriasis
10. Hemiparese
11. Pernapasan cheine stokes
C. CORE PROBLEM
Dari kasus diatas maka dapat kami simpulkan bahwa penyakit yang muncul adalah
“ KOMA ”
D. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
Pertanyaan terkait kasus
1. Jelaskan keadaan-keadaan yang berhubungan dengan gangguan kesadaran ?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya laserasi pada kulit kepala?
3. Apa yang menyebabkan keluarnya cairan bening dari telinga?
4. Apa yang menyebabkan refleks pupil terhadap cahaya melambat?
Pertanyaan umum
1. Jelaskan Anatomi fisiologi sistem persarafan ?
2. Jelaskan konsep medis pada penurunan kesadaran (koma) ?
a. definisi
b. klasifikasi
c. etiologi
d. manifestasi klinis
e. patofisiologi
f. pemeriksaan diagnostik
g. penatalaksanaan
- medis
- keperawatan
h. Komplikasi
3. Jelaskan triase kegawatdaruratan pada penurunan kesadaran (koma) ?
4. Jelaskan konsep keperawatan pada kasus penurunan kesadaran (koma) ?
a. Pengkajian primer dan sekunder
b. Data penunjang
c. Diagnosa keperawatan
d. Intervensi gawat darurat
E. JAWABAN PENTING
Jawaban kasus
1. keadaan-keadaan yang berhubungan dengan gangguan kesadaran ?
Jawab :
No. KEADAAN AKIBAT YANG MUNGKIN TERJADI
3. Infeksi Infeksi otak atau infeksi berat diluar otak di luar otak
(meningitis,ensefalitis,sepsis) bisa menyebabkan demam tinggi, adanya zat racun
dalam darah dan tekanan darah rendah, yang bisa
mempengaruhi fungsi otak dan menyebabkan koma.
4. 4. Kekurangan oksigen Hanya beberapa menit setalah kekurangan oksigen,
otak bisa mengalami kerusakan menetap.
Kekurangan oksigen paling sering terjadi pada
cardiak arrest akut dan agak sering terjadi pada
penyakit paru yang berat
7. Efek racun dari obat yang di Keracuan alcohol bisa menyebabkan keadaan stupor
resepkan,obat atau koma, terutama jika kadar alcohol dalam darah
terlarang/alcohol lebih dari 0,2%.
Banyak obat-obatan baik yang diresepkan maupun
obat terlarang, yang bisa menyebabkan koma.
Jawaban kasus
1. Anatomi sistem persarafan :
Sistem saraf adalah sistem organ pada hewan yang terdiri atas sel neuron yang
mengkoordinasikan aktivitas otot, memonitor organ, membentuk atau menghentikan
masukan dari indra, dan mengaktifkan aksi. Komponen utama dalam sistem saraf
adalah neuron yang diikat oleh sel-sel neuroglia, neuron memainkan peranan penting
dalamkoordinasi.Sistem saraf pada vertebrata secara umum dibagi menjadi dua, yaitu
sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar
1. Sel Saraf (Neuron)Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron.
Neuron bergabung membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls
(rangsangan). Satu sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.
a. Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan sel berfungsi
untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel
saraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan
badan nisel. Badan nisel merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat
transportasi sintesis protein.
b. Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang. Dendrit merupakan
perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan
rangsangan ke badan sel.
c. Akson
Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan
perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang
disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang
banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan.
Ukuran
1 Panjang Pendek Pendek
Dendrit
2. Sel saraf penghubung Sel saraf penghubung adalah sel saraf yang berfungsi
menghubungkan sel saraf satu dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini banyak
ditemukan di otak dan sumsum tulang belakang. Sel saraf yang dihubungkan adalah
sel saraf sensorik dan sel saraf motorik.Saraf yang satu dengan saraf lainnya saling
berhubungan. Hubungan antara saraf tersebut disebut sinapsis. Sinapsis ini terletak
antara dendrit dan neurit. Bentuk sinapsis seperti benjolan dengan kantung-kantung
yang berisi zat kimia seperti asetilkolin (Ach) dan enzim kolinesterase. Zat-zat
tersebut berperan dalam mentransfer impuls pada sinapsis.
3. Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari lingkungan
luar, kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan sebagai
serangkaian pulsa elektrik yang menjalari serabut saraf. Contoh rangsangan adalah
sebagaiberikut.
a. Perubahan dari dingin menjadi panas.
b. Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan.
c. Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung.
d. Suatu benda yang menarik perhatian.
e. Suarabising.
f. Rasa asam, manis, asin dan pahit pada makanan.
Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan
menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut
AdalahSebagaiberikut.
a. Gerak Sadaratau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau
disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan
yang panjang. Bagannya adalah sebagai berikut.
b. Gerak Reflex adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls
yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat
singkat dan tidak melewati otak.
4. Susunan Sistem Saraf
Di dalam tubuh kita terdapat miliaran sel saraf yang membentuk sistem
saraf. Sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem
saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.
a. Sistem saraf pusat
1. Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur
dari segala kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak,
beratnya lebih kurang 1/50 dari berat badan. Bagian utama otak adalah otak
besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang otak.
Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari.
Berpikir, berbicara, melihat, bergerak, mengingat, dan mendengar termasuk
kegitan tubuh yang disadari.
2. Sumsum tulang belakang
Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang
belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang
pinggang yang kedua. Sumsum tulang belakang terbagi menjadi dua lapis,
yaitu lapisan luar berwana putih dan lapisan dalam berwarna kelabu.
Lapisan luar mengandung serabut saraf dan lapisan dalam mengandung
badan saraf.
b. Sistem Saraf Tepi
Sistem saraf tepi tersusun dari semua saraf yang membawa pesan dari dan ke
sistem saraf pusat. Kerjasama antara sistem pusat dan sistem saraf tepi
membentuk perubahan cepat dalam tubuh untuk merespon rangsangan dari
lingkunganmu. Sistem saraf ini dibedakan menjadi sistem saraf somatis dan
sistem saraf otonom.
1. Sistem saraf somatic
Sistem saraf somatis terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf
sumsum tulang belakang. Kedua belas pasang saraf otak akan menuju ke
organ tertentu, misalnya mata, hidung, telinga, dan kulit. Saraf sumsum
tulang belakang keluar melalui sela-sela ruas tulang belakang dan
berhubungan dengan bagian-bagian tubuh, antara lain
kaki, tangan, dan otot lurik. Saraf-saraf dari sistem somatis menghantarkan
informasi antara kulit, sistem saraf pusat, dan otot-otot
rangka.
2. Sistem saraf otonom
Contohnya apabila kita kejatuhan cicak, kita merasa kaget ketakutan, dan
menjerit keras. Jantung berdetak dengan cepat. Pikiran kacau. Reaksi yang
membuat respon dalam situasi ketakutan ini dikontro oleh sistem saraf
otonom. Sistem saraf otonom mengatur kerja jaringan dan organ tubuh yang
tidak disadari atau yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Jaringan dan
organ tubuh diatur oleh sistem saraf otonom adalah pembuluh darah dan
jantung.
A. DEFINISI
Koma adalah keadaan turunnya kesadaran yang paling berat, dimana klien tidak
bereaksi lagi terhadap ransangan nyeri. Koma terjadi apabila gangguan atau
kerusakan pada pusat kesadaran timbul pada migrain atau thalamus. Pada koma
ada reaksi dengan gerakan pertahanan primitive, seperti reflek kornea,reflex pupil
dan menarik tungkai.
Menurut Price Sylvia ( 2005 ) ada beberapa tingkat kesadaran antara lain:
1. Sadar
Karakteristik :
a. Sadar penuh akan sekeliling, orientasi baik terhadap orang, tempat dan
waktu.
b. Kooperatif
c. Dapat mengulang beberapa angka beberapa menit setelah diberitahu.
2. Otomatisme
Karakteristik :
a. Tingkah laku relatif normal ( misal : mampu makan sendiri )
b. Dapat berbicara dalam kalimat tetapi kesulitan mengingat dan memberi
penilaian, tidak ingat peristiwa-peristiwa sebelum periode hilangnya
kesadaran; dapat mengajukan pertanyaan yang sama berulang kali.
c. Bertindak secara otomatis tanpa dapat mengingat apa yang baru saja atau
yang telah dilakukannya.
d. Mematuhi perintah sederhana.
3. Konfusi
Karakteristik :
a. Melakukan aktivitas yang bertujuan ( misal : menyuapkan makanan ke
mulut ) dengan gerakan yang canggung.
b. Disorientasi waktu, tempat dan atau orang ( bertindak seakan-akan tidak
sadar ).
c. Gangguan daya ingat, tidak mampu mempertahankan pikiran atau ekspresi.
d. Biasanya sulit dibangunkan.
e. Menjadi tidak kooperatif.
4. Delirium
Karakteristik :
a. Disorientasi waktu, tempat dan orang.
b. Tidak kooperatif.
c. Agitasi, gelisah, bersifat selalu menolak ( mungkin berusaha keluar dan
turun dari tempat tidur, gelisah di tempat tidur, membuka baju).
d. Sulit dibangunkan.
5. Stupor
Karakteristik :
a. Diam, mungkin tampaknya tidur.
b. Berespons terhadap rangsang suara yang keras.
c. Terganggu oleh cahaya.
d. Berespons baik terhadap rangsangan rasa sakit.
6. Stupor dalam
Karakteristik :
a. Bisu.
b. Sulit dibangunkan ( sedikit respons terhadap rangsanag nyeri ).
c. Berespons terhadap nyeri dengan gerakan otomatis yang tidak bertujuan.
7. Koma
Karakteristik :
a. Tidak sadar, tubuh flaksid.
b. Tidak berespons terhadap rangsangan nyeri maupun verbal.
c. Refleks masih ada : muntah, lutut, kornea.
8. Koma irreversibel dan kematian
Karakteristik :
a. Refleks hilang.
b. Pupil terfiksasi dan dilatasi.
c. Pernapasan dan denyut jantung berhenti.
B. KLASIFIKASI
1. Koma Epileptic
Pengeluaran listrik menyeluruh dan berkelanjutan dari korteks (seizure/ kejang)
berhubungan dengan koma, walaupun tidak ada aktivitas motor epileptik
(convlsion). Koma yang terjadi setelah kejang, merupakan tahap postictal, yang
disebabkan oleh kekurangan persediaan energi ata efek molekul toksik lokal
yang merupakaan hasil dari kejang.
2. Koma Farmakologis
Pada keadaan seperti ini sangat reversibel dan tidak menimbulkan kerusakan
residual yang menyebabkan hipoksia. Overdosis beberapa obat dengan toksik
dapat menekan fungsi sistem saraf.
C. ETIOLOGI
Sebab terjadinya koma dibagi menjadi 2. Diantaranaya:
1. Faktor intra cranial
A. Perdarahan
Dapat berupa perdarahan epidural, pedarahan subdural atau intra cranial.
Terutama pada perdarahan epidural dapat berbahaya karena perdarahan
berlanjut akatn mengakibatkan peningkatan tekanan intra cranial yang lebih
berat
B. Lesi besar pada serebral dan herniasi
Lubang cranial pipisahkan menjadinya kompartewmaen oleh lipatan.
Herniasi adalah pergeseran jaringan otak ke kompartemen yang secara
normal
C. Gangguan metabolic
Gangguan metabolic mengakibatkan koma dan mengganggu pengiriman
subrstak energy (hipoksia, iskemia, hipoglikemia) mengganti eksitabilitas
neuron.
D. Epileptik
Pengeluaran listrik menyeluruh dn berkelanjutan dari korteks berhubungan
dengan koma, koma yang terjadi setelah koma disebakan oleh kekurangan
persediaan energy atau efek molekul toksik local yang merupakan hasil dari
kejang.
2. Faktor ekstra cranial
1. Fraktur tengkorak kepala
Fraktur kalvaria (atap tengkorak) apabila tidak terbuka (tidak ada hubungan
otak dengan dunia luar) tidak memerlukan perhatian segera. Yang lebih
penting adalah keadaan intra kranialnya. Pada fraktur basis cranium dapat
berbahaya karena terjadi perdarahan yang ditimbulkan sehingga
menimbulkan ancaman penurunan kesdaran dan jalan nafas.
2. Kelainan psikis
Malingerin(pura-pura sakit atau terluka)histeria dan kataton (keadaan
skizofrenikdimana penderita tampak dalam keadaan stupor).
3. Mengkonsumsi obat-obatan
Overdosis beberapa obat dan toksin dapat menekan fungsi system saraf.
Ada pula yang menyebabkan koma dengan menggunakan nucleus batang
otak termasuk RAS dan kortek serebral. Diantara obatnya: obat dieretik,
narkotika, anestetik, sedative. ( Aru W. Sudoyo, dkk,2007)
D. MANIFESTASI KLINIS
1. System prsepsi sensori
a. Perubahan respon pupil
Perubahan pupil yang sering terjadi pada kerusakan otak adalah pupil pinpoint
yang tampak pada overdosis opiate serta dilatasi dan fiksasi pupil bilateral yang
biasanya terjadi pada akibat overdosis babiturat.cedera batang otak
memperlihatkan fiksasi pupil bilateral dengan posisi di tengah.
b. Perubahan gerakan mata
Pada cedera batang otak, terjadi gangguan gerakan mata, dan mata terikfasi
dalam posisi kedepan langsung.
c. Disfasia
Disfasia adalah gangguan pemahamaan atau pembentukan bahasa. Afasia
adalah kehilangan total pemahaman atau pembenyukaan bahasa. Disfasia
biasanya disebabkan oleh hipoksia serebral yang sering berkaitan dengan stroke,
tetapi dapat juga disebabkan oleh trauma atau infeksi. Kerusakan otak yang
menyebabkan disfasia biasanya mengenai hemisfer serebri kiri.
d. Perubahan respons motorik dan gerakan
Respons motorik abnormal meliputi tidak sesuainya atau tidak adanya gerakan
sebagai respons terhadap stimulus nyeri, refleks batang otak seperti respons
mengisap dan menggengam terjadi apabila pusat otak yang lebih tinggi rusak.
e. Agnosia
Agnosia adalah kegagalan mengenali obyek karena ketidaknyamanan
memahami stimulus sensorik yang datang. Agnosia dapat berupa visual,
pendengaran, taktil, atau berkaitan dengan pengucapan atau penciuman.
Agnosia terjadi akibat kerusakan pada area sensorik primer atau asosiatif
tertentu di korteks serebri.
f. Disfasia broca
Disfasia broca terjadi akibat kerusakan area broca di lobus frontalis. Individu
yang mengalami disfasia broca memahami bahasa,tetapi kemampuanya untuk
mengekspresikan kata secaara bermakna dalam bentuk tulisan atau lisan
terganggu. Hal ini disebut disfasia ekspresif.
g. Disfasia Wernicke
Disfasia wernicke terjadi akibat kerusakan area wernicke di lobus temporalis
kiri. Pada disfasia wernicke, ekspresi bahasa secara verbal utuh, tetapi
pemahaman bermakna terhadap kata yang diucapkan atau tertulis terganggu.
Hal ini disebut disfasia reseptif.
2. System respirasi
a. Kerusakan pada batang otak
Pusat pernafasan di batang otak bagian bawah mengontrol pernafasan
berdasarkan konsentrasi ion hidrogen dalam CSS yang mengelilinginya.
Kerusakan batang otak menyebabkan pola nafas yang tidak teratur dan tidak
dapat diperkirakan. Overdosis opiat merusak pusat pernafasan dan
menyebabkan penurunan frekwensi pernafasan secara bertahap sampai
pernafasan terhenti.
b. Kerusakan serebral
Pernafasan cheynes-stokes juga merupakan pernafasan yang didasarkan pada
kadar karbondioksida. Pada kasus ini pusat pernafasan berespons berelebihan
terhadap karbondioksida yang menyebabkan pola nafas tenang meningkat
frekwensi dan kedalaman pernafasan kemudian turun dengan mudah sampai
terjadi apnea ( decrescendo breathing ). Pernafasan chynes-stokes mirip dengan
apnea pasca ventilasi, yang dijumpai pada kerusakan hemisfer serebri, dan
sering berkaitan dengan koma metabolic
3. Tanda dan gejala herniasi otak
a. kontusio serebri
manifestasinya tergantung area hemisfer otak yanag kena. Kontusio pada lobus
temporal: agitasi, konfusi. Kontusio frontal: hemiparise. Kontusio
frontotemporal: aphasia
b. kontusio batang otak
1. Respon segera menghilang dan koma
2. Penurunan tingkat kesadaran berhari-hari, bila keruskan berat
3. Pada system reticular terjadi komatose permanen
4. Pada perubahan tingkat kesadaran:
- Respirasi: dapat normal/periodic/cepat
- Pupil: simetris konstriksidan reaktif
- Kerusakan pada batang otak bagian atas pupil abnormal
- Gerakan bola mata: tidak ada ( Corwin Elizabeth, 2009)
E. PATOFIOLOGI
Perubahan kesadaran biasanya dimulai dengan gangguan fungsi diensefalon yang
ditandai dengan kebuntuan, kebingungan, letargi dan akhirnya stupor. Penurunan
kesadaran yang berkelanjutan terjadi pada disfungsi otak tengan dan ditandai dengan
semakin dalamnya keadaan stupor. Akhirnya dapat terjadi disfungsi medula dan pons
yang menyebabkan koma. Penurunan progresif kesadaran ini digambarkan sebagai
perkembangan rostal-kaudal. Menurut Brunner dan Suddarth (2001) Ruang kranial
yang kaku berisi jaringan otak (1400 g),darah (75 ml), dan cairan serebrospinalis (75
ml),volume dan tekanan .pada ketiga komponen ini selalu berhubungan dengan
keadaan keseimbangan.adanya peningkatan salah satu dari komponen ini
menyebabkan perubahan pada volume yang lain. Keadaan patologis seperti
lesi,epileptik,stroke,infeksi dan bedah intrakranial dapat mengubah hubungan antara
volume intrakranial dan tekanan.sehingga dapat menyebab kan gangguan pada batang
otak / diensefalon.ketika terjadi gangguan kompensasi intracronial gagal dan terjadi
peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Peningkatan TIK secara singnifikan dapat
menurunkan aliran darah dan menyebabkan iskemia. Bila terjadi iskemia komplet dan
lebih dari 3 sampai 5 menit, otak akan menderita kerusakan yang tidak dapat di
perbaiki. Hal ini terjadi di sebabkan oleh penurunan perfusi serebral yang
mempengaruhi perubahan keadaan sel dan mengakibatkan hipoksia serebral. Pada
fase-fase ini menunjukkan perubahan status mental dan tanda – tanda vital bradikardi,
tekanan denyut nadi melebar dan perubahan pernafasan.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
Menurut Brunner dan Suddart ( 2001 ), uji laboratorium digunakan untuk
mengidentifikasi penyebab kesadaran yang mencakup tes glukosa darah, elektrolit,
amonia serum, nitrogen urea darah ( BUN ), osmolalitas, kalsium, masa pembekuan,
kandungan keton serum, alkohol, obat-obatan dan analisa gas darah arteri.
Selain itu pemriksaan tes BGA yang berfungsi untuk mengetahui kandungan oksigen
dalam darah. Ada pun pemeriksaan lainya :
1. Laboratorium
a. Urine : protein, glukosa, aseton
b. Darah : Hb, AL, Hmt, AGD, Ph, elektrolit, glukosa, kadar amonia darah, dll
c. Pungsi lumbal
2. CT scan
3. Brain scanning
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis
1. Mempertahankan jalan nafas
Pasien dapat di intubasi melalui hidung atau mulut
2. Pemasangan Kateter Intravena
Digunakan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan pemberian
makanan dilakukan dengan selang makanan atau selang gastrostomy
3. Memantau status sirkulasi pasient (tekanan darah, frekuensi jantung)
untuk mengetahui perfusi tubuh yang adekuat dan perfusi otak dapat
dipertahankan.
4. Intravena feeding
Untuk mengetahui terjadinya perut kembung dan perdarahan pada lambung.
( bunner & suddarth, 2001)
Penalaksanaan Keperawatan
penatalaksanaan keperawatan trauma kepala menurut Batticaca. FB. 2008 :
1. Riwayat kesehatan
a. Kapan cedera terjadi
b. Apa penyebab cedera
c. Apa peluru kecepatan tinggi
d. Apa objek yang membentur
e. Bagaimana proses terjadinya cedera pada kepala, apa karena jatuh
f. Darimana arah datangnya pukulan, bagaimana kekuatan pukula
g. Apakah klien kehilangan kesadaran
h. Berapa lama durasi dari periode sadar
i. Dapatkah klien dibangunkan
2. Riwayat tidak sadar atau anamnesis setelah cedera kepala menunjukkan derajat
kerusakan otak yang berarti, dimana perubahan selanjutnya dapat menunjukkan
pemulihan atau terjadinya kerusakan otak sekunder.
3. Tingkat kesadaran dan responsivitas dengan GCS
4. Tanda vital
5. Fungsi motorik
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi diantaranya:
1. Gagal pernafasan dapat terjadi dengan cepat setelah pasien tidak sadar.jika pasien
tidak dapat bernafas sendiri, beri dukungan perawatan dengan memulai pemberian
ventilasi adekuat.
2. Pneumonia umumnya terlihat pada pasien yang menggunakan ventilator atau
mereka yang tidak dapat untuk mempertahankan jalan nafas.
3. Pasien tidak sadar tidak mampu untuk bergerak atau membalikkan tubuh, hal ini
menyebabkan dalam tetap pada posisi yang terbatas. Keadaan ini menyebabkan
pasien mengalami dekubitus, yang akan mengalami infeksi dan merupakan sumber
sepsis.
4. Aspirasi isi lambung atau makanan dapat terjadi yang mencetuskan terjadinya
pneumonia atau sumbatan jalan nafas.
5. Kardiovaskuler terganggu sehingga irama jantung terganggu
6. Ginjal terganggu sehingga mengalami penurunan fungsi ginjal dan juga sekresinya
terganggu
1 Syok
Gangguan Hemodinamik
2
Perubahan tingkat kesadaran (GCS 10-13)
RESPIRASI
Tingkat
Tingkat Gangguan Respirasi
CTAS
HEMODINAMIK
Tingkat
Status Sirkulasi
CTAS
Syok : hipoperfusi berat pada ujung bagian tubuh : ditandai pucat, kulit
dingin, diaforesis, nadi lemah, hipotensi, sinkop, takikardia signifikan
1 atau bradikardia, ventilasi atau oksigenasi tidak efektif, penurunan
tingkat kesadaran. Bisa juga muncul sebagai memerah, demam,
beracun, seperti pada syok septik .
TINGKAT KESADARAN
Tingkat
Tingkat Kesadaran
CTAS
TEMPERATURE/ SEPSIS
Tingkat
Fever ≥ 380 C
CTAS
Tampak tidak sehat: memiliki < 3 kriteria SIRS positif tetapi muncul
3
sakit tampak (memerah, lesu, cemas atau gelisah.
Dx Keperawatan :
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d disfungsi neuromuskular
Tujuan/kriteria hasil :
setelah diberikan tindakan keperawatan gawat darurat , status respirasi :
irama nafas teratur
Intervensi Keperawatan :
Manajemen jalan nafas : Buka jalan nafas, menggunakan tehnik chin lift
atau jaw thrust yang sesuai lalu lakukan tehnik cross finger
Tujuan/kriteria hasil:
setelah diberikan tindakan keperawatan gawat darurat pola pernafasan
regular
Intervensi Keperawatan :
Berikan terapi oksigen (3320)
Dx Keperawatan :
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d hipoksia Otak
Tujuan/kriteria hasil :
setelah diberikan tindakan keperawatan gawat darurat ,TD dalam rentang
normal dan Tidak ada tanda peningkatan TIK
Intervensi Keperawatan :
Terapi oksigen dan manajemen medikasi
5. Exposure : -
Pengkajian sekunder
a) Identitas klien :
Nama : Tn “ M “
Umur : 58 thn
Jenis kelamin : Laki-laki
b) Pengkajian AMPLE
A : Tidak ada alergi pada klien
M : Klien tidak mengkomsumsi obat-obatan sebelumnya
P : Klien memiliki riwayat trauma kepala
L : Klien tidak mengkomsumsi obat atau makanan yang baru saja
dikomsumsi beberapa jam sebelum kejadian
E : Klien ditemukan tidak sadar diri di sebuah taman tidak jauh dari tempat
kerjanya dan terkena benda tumpul .saat kondisinya ditemukan terdapat
laserasi kulit kepala dan terdapat cairan bening keluar dari
telinganya .Namun setelah di anamneses pasien dapat membuka matanya
ketika diberikan ransangan nyeri disertai suara yang tidak koheren lalu
beberapa jam kemudian pasien Nampak gelisah ,refleks pupil cahaya
( midriasis kanan ) melambat.hemiparese dan selanjutnya pasien tidak
memberikan respon nyeri dan pernafasan chiene stokes
c) Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
a. Urine : protein, glukosa, aseton
b.Darah : Hb, AL, Hmt, AGD, Ph, elektrolit, glukosa, kadar amonia darah,
dll
c. Pungsi lumbal
2. CT scan
3. Brain scanning
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 -2017 Edisi
10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Krisanty, P., Manurung, S., Suratun, Wartonah, Sumartini, M., Ermawati, et al. (2009). Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes Classification ( NOC )
Edisi Kelima. Jakarta: Elsevier.
Morton, P. G., Fontaine, D., Hudak, C. M., & Gallo, B. M. (2013). Keperawatan Kritis Volume 1
Pendekatan Asuhan Holistik Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.