Anda di halaman 1dari 25

SIFAT-SIFAT K-ALJABAR

SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA

OLEH :

MEZA APRILISA

1510432035

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

1.2 Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

1.3 Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

1.4 Sistematika Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

BAB II LANDASAN TEORI 3

2.1 Operasi Biner . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

2.2 Grup dan Subgrup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

2.3 Homomorfisma Grup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

BAB III PEMBAHASAN 7

3.1 K-Aljabar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

3.2 K-SubAljabar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14

3.3 K-Homomorfisma . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16

BAB IV PENUTUP 22

4.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22

4.2 Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22

DAFTAR PUSTAKA 23

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Struktur aljabar yang biasa dikenal adalah struktur aljabar dengan satu

operasi biner, yaitu grup dan struktur aljabar dengan dua operasi biner, yaitu

ring. Struktur aljabar selain grup dan ring, juga terdapat struktur aljabar

yang disebut K-aljabar.

Gagasan mengenai K-Aljabar pertama kali diperkenalkan oleh K.H. Dar

dan M.Akram pada tahun 2006. K-Aljabar merupakan suatu struktur aljabar

yang dibangun atas suatu grup G, dengan operasi biner , yang didefinisikan

sebagai x y = x ∗ y −1 = xy −1 untuk semua x, y ∈ G. K-Aljabar dinotasikan

dengan (G, ∗, , e) [1]. Seperti halnya pada grup dan ring, pada K-Aljabar juga

dikenal adanya sifat-sifat K-Subaljabar dan K-Homomorfisma. Oleh karena itu

pada tulisan ini akan dikaji sifat-sifat K-Aljabar meliputi K-Subaljabar dan K-

Homomorfisma seperti yang dikaji pada [1].

1.2 Rumusan Masalah

Misalkan diberikan struktur K-Aljabar (G,∗, ,e). Pada tulisan ini akan

dibahas sifat-sifat yang terkait dengan K-Aljabar.


1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menjelaskan sifat-sifat K-Aljabar,

yang terkait dengan K-Subaljabar dan K-Homomorfisma.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari empat bab yaitu: Bab I Pendahu-

luan yang memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan

sistematika penulisan. Pada Bab II berisi materi-materi yang digunakan untuk

mendukung pembahasan pada Bab III. Adapun materi yang diberikan pada

Bab II ini adalah pengertian operasi biner, grup, subgrup, dan homomorfisma

pada grup.

Pada Bab III memuat konsep-konsep tentang K-Aljabar. Pembahasan

dimulai dengan memberikan pengertian tentang K-Aljabar dan operasi-operasi

yang berlaku pada K-Aljabar. Selanjutnya pembahasan dibagi dalam dua

subbab yaitu K-Subaljabar dan K-Homomorfisma. Kesimpulan dari Konsep

K-Aljabar dijelaskan pada bagian Bab IV.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini diberikan konsep dasar (definisi dan sifat-sifat) tentang

operasi biner, grup dan subgrup yang akan digunakan dalam hasil dan pem-

bahasan.

2.1 Operasi Biner

Berikut ini akan diberikan definisi dan sifat-sifat yang berkaitan dengan

operasi biner.

Definisi 2.1.1. [2] Operasi biner ∗ pada suatu himpunan S adalah suatu aturan

yang memasangkan setiap pasangan terurut (a, b) untuk setiap a, b ∈ S.

Dari definisi di atas dapat diperoleh hal-hal berikut:

1. Suatu operasi biner ∗ pada S harus terdefinisi untuk setiap pasangan

terurut (a, b) untuk setiap a, b ∈ S.

2. Suatu operasi biner ∗ pada S harus memasangkan setiap pasangan teru-

rut (a, b) , a, b ∈ S dengan elemen yang juga berada di S, artinya S

tertutup terhadap operasi biner ∗.

3. Suatu operasi biner ∗ harus terdefinisi dengan tunggal.


2.2 Grup dan Subgrup

Berikut ini akan diberikan definisi dan sifat-sifat yang berkaitan dengan

Grup dan Subgrup.

Definisi 2.2.1. [1] Misalkan G suatu himpunan tak kosong dan operasi ∗

didefinisikan pada G. Himpunan G dengan operasi ∗, ditulis (G,∗), disebut

sebagai grup , jika memenuhi sifat berikut:

1. Tertutup, yaitu ∀a, b ∈ G berlaku a ∗ b ∈ G.

2. Asosiatif, yaitu (a ∗ b) ∗ c = a ∗ (b ∗ c) untuk setiap unsur a, b, c ∈ G.

3. Terdapat suatu unsur e di G yang memenuhi a ∗ e = e ∗ a = a untuk

semua unsur a di G.

4. Untuk setiap a ∈ G, terdapat unsur a−1 di G yang memenuhi a ∗ a−1 =

a−1 ∗ a = e.

Selanjutnya untuk memudahkan, penulisan a ∗ b ditulis sebagai ab.

Definisi 2.2.2. [1] Grup (G, ∗) dikatakan abelian atau komutatif jika ab = ba

untuk setiap a, b ∈ G.

Teorema 2.2.1. [4] Jika (G, ∗) adalah suatu grup, maka berlaku:

1. Untuk setiap a, b, c ∈ G berlaku jika ab = ac maka b = c, dan jika ba = ca

maka b = c.

2. Untuk setiap a ∈ G berlaku (a−1 )−1 = a.

4
Akibat 2.2.1. [2] Jika (G, ∗) adalah suatu grup, maka untuk setiap a, b ∈ G

berlaku (ab)−1 = b−1 a−1 .

Definisi 2.2.3. [2] Diberikan grup (G, ∗) dan himpunan S ⊂ G. Himpunan S

disebut subgrup dari G, jika untuk operasi biner yang sama pada G yaitu ∗, S

juga merupakan grup.

Proposisi 2.2.1. [3] Suatu subhimpunan H dari suatu grup G adalah subgrup

jika dan hanya jika berlaku:

1. H 6= ∅.

2. Untuk setiap x, y ∈ H berlaku xy −1 ∈ H.

2.3 Homomorfisma Grup

Berikut ini akan diberikan definisi dan sifat-sifat yang berkaitan dengan

homomorfisma.

Definisi 2.3.1. [2] Diketahui (G,◦) dan (G’,∗) merupakan suatu grup. Suatu

fungsi ϕ : G → G’ disebut homomorfisma jika dan hanya jika didefinisikan

untuk setiap a, b ∈ G berlaku

ϕ(a ◦ b) = ϕ(a) ∗ ϕ(b).

Teorema 2.3.1. [2] Misalkan ϕ : G → G0 suatu homomorfisma grup, maka:

1. ϕ(e) = e0 dengan e dan e’ berturut-turut menyatakan unsur identitas

dari grup G dan G’.

2. ϕ(a−1 ) = (ϕ(a))−1 untuk semua unsur a ∈ G.

5
Definisi 2.3.2. [2] Suatu isomorfisma ϕ : G → G0 adalah homomorfisma yang

pemetaannya bersifat satu-satu dan pada.

Definisi 2.3.3. [3] Grup G dikatakan isomorfik,ditulis G ' G0 , jika terdapat

suatu isomorfisma ϕ : G → G0 .

Suatu homomorfisma ϕ : G → G0 yang pemetaannya satu-satu, sering

disebut monomorfisma. Sedangkan, suatu homomorfisma µ : G → G0 yang

pemetaannya pada, sering disebut epimorfisma [2].

6
BAB III

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai K-Aljabar, K-Subaljabar, dan K-

Homomorfisma.

3.1 K-Aljabar

Definisi 3.1.1. [1] Misalkan (G, ∗) merupakan suatu grup dengan e suatu

unsur identitas di G dan didefinisikan operasi sedemikian sehingga untuk

setiap x, y ∈ G, x y = x ∗ y −1 maka akan membentuk struktur aljabar baru

yaitu (G, ∗, , e). Suatu (G, ∗, , e) dinamakan K-Aljabar, dan untuk setiap

x, y, z ∈ G memenuhi aksioma-aksioma berikut:

1. (x y) (x z) = (x ((e z) (e y))) x

2. x (x y) = (x (e y)) x

3. x x = e

4. x e = x

5. e x = x−1 .

Jika grup G adalah grup abelian maka aksioma 1 dan 2 menjadi:

1. (x y) (x z) = (z y)
2. x (x y) = y, untuk setiap x, y, z ∈ G.

Contoh 3.1.1. Misalkan (R-{0}, ·) adalah suatu grup dengan identitas e = 1.

Didefinisikan operasi pada R-{0}, sehingga x y = x · y −1 = xy −1 , untuk

setiap x, y ∈ R-{0}. Akan ditunjukkan bahwa (R-{0}, ·, , 1) adalah suatu

K-Aljabar. Ambil x, y, z ∈ R-{0}, perhatikan bahwa:

1. (x y) (x z) = (xy −1 ) (xz −1 )

= (xy −1 )(xz −1 )−1

= (xy −1 )(zx−1 )

= x(y −1 z)x−1

= (x(z −1 y)−1 )x−1

= (x(z −1 y)−1 ) x

= (x (z −1 y)) x

= (x (z −1 y −1 )) x

= (x ((e z) (e y))) x

2. x (x y) = x (xy −1 )

= x(xy −1 )−1

= x(yx−1 )

= (xy)x−1

= (xy) x

= (x y −1 ) x

= (x (e y)) x

8
3. x x = x · x−1 = 1 = e

4. x e = x · e−1 = x · e = x · 1 = x

5. e x = e · x−1 = 1 · x−1 = x−1 .

Jadi terbukti bahwa (R-{0}, ·, , 1) adalah suatu K-Aljabar.

Definisi 3.1.2. [1] Suatu K-Aljabar (G, ∗, , e) adalah K-Aljabar abelian jika

g (e x) = x (e g), untuk setiap x, g ∈ G.

Contoh 3.1.2. Misalkan didefinisikan


 
( )
 a b 
M2×2 (R) =  a, b, c, d ∈ R

 
c d

adalah suatu grup abelian terhadap penjumlahan dan O suatu unsur identitas di

M2×2 (R). Akan dibuktikan bahwa (M2×2 (R), +, , O) adalah suatu K-Aljabar

abelian. Ambil A, B, C ∈ M2×2 (R), karena M2×2 (R) grup abelian maka untuk

menunjukkan (M2×2 (R), +, , O) suatu K-aljabar akan ditunjukkan:

1. (A B) (A C) = (C B)

2. A (A B) = B

3. A A = O

4. A O = A

5. O A = A−1 , untuk setiap A, B, C ∈ G.

Perhatikan bahwa:

9
1. (A B) (A C) = (A + B −1 ) (A + C −1 )

= (A + B −1 ) + (A + C −1 )−1

= (A + B −1 ) + (A + (−C))−1

= (A + B −1 ) + (A − C)−1

= (A + B −1 ) + (−(A − C))

= (A + B −1 ) + (−A + C)

= (B −1 + A) + (A−1 + C)

= B −1 + (A + A−1 ) + C

= B −1 + O + C

= B −1 + C

= C + B −1

=C B

2. A (A B) = A + (A + B −1 )−1

= A + (A + (−B))−1

= A + (−(A − B))

=A−A+B

=O+B =B

3. A A = A + A−1 = A + (−A) = O

4. A O = A + O = A

5. O A = O + A−1 = A−1 .

10
Dari 1,2,3,4 dan 5 terbukti bahwa (M2×2 (R), +, , O) adalah suatu K-Aljabar.

Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa (M2×2 (R), +, , O) suatu K-aljabar abelian.

Ambil A, B ∈ M2×2 (R) Perhatikan bahwa:

B (O A) = B (O + A−1 )

= B + (O + A−1 )−1

= B + (A−1 )−1

=B+A

=A+B

= A B −1

= A (O + B −1 )

= A (O B).

Jadi terbukti bahwa (M2×2 (R), +, , O) adalah suatu K-Aljabar abelian.

Proposisi 3.1.1. (G, ∗, , e) adalah suatu K-Aljabar abelian jika dan hanya

jika (G, ∗) adalah grup abelian.

Bukti: Misalkan (G, ∗, , e) adalah suatu K-Aljabar abelian akibatnya untuk

setiap x, g ∈ G, berlaku

g (e x) = x (e g),

akibatnya,

g (ex−1 ) = x (eg −1 )

g (x−1 ) = x (g −1 )

g((x−1 )−1 ) = x((g −1 )−1 )

gx = xg.

11
Karena g ∗ x = x ∗ g, untuk setiap x, g ∈ G maka (G, ∗) adalah grup abelian.

Selanjutnya misalkan (G, ∗) adalah grup abelian. Akan ditunjukkan (G, ∗, , e)

adalah suatu K-Aljabar abelian. Karena (G, ∗) adalah grup abelian, akibatnya

untuk setiap x, g ∈ G, berlaku gx = xg.

Perhatikan bahwa:

g (e x) = g (x−1 )

= g(x−1 )−1

= gx

= xg

= x(g −1 )−1

= x (g −1 )

= x (e g).

Karena g (e x) = x (e g), untuk setiap x, g ∈ G, maka terbukti

(G, ∗, , e) adalah suatu K-Aljabar abelian.

Proposisi 3.1.2. [1] Misalkan (G, ∗, , e) suatu K-Aljabar maka berlaku:

1. (x y) (u v) = (x (e v) (e y)) u.

2. (x y) z = x (z (e y)).

3. e (e x) = x.

4. e (x y) = y x.

5. x y = e jika dan hanya jika x = y.

Bukti: Misalkan (G, ∗, , e) merupakan suatu K-Aljabar. Ambil sebarang

12
unsur x, y, z, u, v ∈ G dan misalkan e unsur identitas di G, maka untuk setiap

x, y, z, u, v ∈ G berlaku :

1. (x y) (u v) = (xy −1 ) (uv −1 )

= (xy −1 )(uv −1 )−1

= (xy −1 )(vu−1 )

= (xy −1 v)u−1

= x(y −1 v)u−1

= x(v −1 y)−1 u−1

= (x(v −1 y)−1 )u−1

= (x(v −1 y)−1 ) u

= (x (v −1 y)) u

= (x (v −1 y −1 )) u

= (x (e v) (e y)) u

2. (x y) z = (xy −1 ) z

= (xy −1 )z −1

= x(y −1 z −1 )

= x(zy)−1

= x (zy)

= x (z y −1 )

= x (z (e y))

13
3. e (e x) = e (ex−1 )

= e x−1

= ex

=x

4. e (x y) = e (xy −1 )

= e(xy −1 )−1

= (xy −1 )−1

= yx−1

=y x

5. Perhatikan bahwa:

(⇒) x y = e ⇒ xy −1 = e

⇒ (xy −1 )y = ey

⇒ x(y −1 y) = y

⇒ xe = y

⇒x=y

(⇐) x = y ⇒ xy −1 = yy −1

⇒ (x y) = e.

3.2 K-SubAljabar

Definisi 3.2.1. [1] Misalkan (G, ∗, , e) suatu K-Aljabar. Suatu himpunan tak

kosong H, dengan H ⊆ G disebut K-Subaljabar jika:

14
1. e ∈ H.

2. h1 h2 ∈ H, untuk setiap h1 , h2 ∈ H.

Proposisi 3.2.1. [1] Misalkan (G, ∗, , e) suatu K-Aljabar dan g ∈ G. Jika

H suatu subgrup dari G, maka Hg2 = {g (g x)|x ∈ G} adalah suatu K-

Subaljabar dari (G, ∗, , e).

Bukti:

1. Akan ditunjukkan e ∈ Hg2 . Karena (G,∗, ,e) suatu K-Aljabar maka e

unsur identitas di G.

Perhatikan bahwa:

e = ee

= (gg −1 )e

= g(g −1 e)

= g(e−1 g)−1

= g(eg)−1

= g (eg)

= g (ge)

= g (ge−1 )

= g (g e) ∈ Hg2 .

Jadi e ∈ Hg2 .

15
2. Ambil sebarang unsur h1 , h2 ∈ Hg2 . Akan ditunjukkan h1 h2 ∈ Hg2 .

Dari h1 , h2 ∈ Hg2 diperoleh h1 = g (g u) dan h2 = g (g v), untuk

suatu u, v ∈ G, akibatnya:

h1 h2 = (g (g u)) (g (g v))

= (g(gu−1 )−1 ) (g(gv −1 )−1 )

= (g(ug −1 ))(g(gv −1 )−1 )−1

= (g(ug −1 ))((gv −1 )g −1 )

= gu(g −1 g)v −1 g −1

= guv −1 g −1

= g((uv −1 )g −1 )

= g(g(uv −1 )−1 )−1

= g (g(uv −1 )−1 )

= g (g (u v)) ∈ Hg2 .

Jadi h1 h2 ∈ Hg2 .

Jadi terbukti bahwa Hg2 = {g (g x)|x ∈ G} adalah suatu K-Subaljabar

dari (G, ∗, , e).

3.3 K-Homomorfisma

¯ ē) merupakan
Definisi 3.3.1. [1] Misalkan K = (G, ∗, , e) dan K̄ = (Ḡ, ∗¯, ,

K-Aljabar. Suatu pemetaan ϕ dari K ke K̄, disebut K-Homomorfisma jika

¯
untuk setiap x, y ∈ K berlaku ϕ(x y) = ϕ(x) ϕ(y), dimana ϕ(x), ϕ(y) ∈ K̄.

16
Contoh 3.3.3. Misalkan (G, ∗, , e) merupakan suatu K-Aljabar dan g ∈ G.

Selanjutnya didefinisikan himpunan H = {g (g x)|x ∈ G}. Misalkan

(H, ∗, , e) merupakan suatu K-Aljabar dan ϕ : (G, ∗, , e) → (H, ∗, , e) su-

atu pemetaan dengan ϕ(x) = g (g x), ∀x ∈ G. Akan ditunjukkan pemetaan

ϕ : (G, ∗, , e) → (H, ∗, , e) merupakan suatu K-Homomorfisma. Ambil

a, b ∈ G, karena G suatu grup maka a b = ab−1 ∈ G. Akibatnya:

ϕ(a b) = g (g (a b))

= g (g (ab−1 ))

= g (g(ab−1 )−1 )

= g(g(ab−1 )−1 )−1

= g((ab−1 )g −1 )

= gab−1 g −1

= gaeb−1 g −1

= ga(g −1 g)b−1 g −1

= (gag −1 )(gb−1 g −1 )

= (gag −1 )(g(gb)−1 )

= (gag −1 )((gb)g −1 )−1

= (gag −1 ) ((gb)g −1 )

= (g(ag −1 )) (g(bg −1 ))

= (g(ga−1 )−1 ) (g(gb−1 )−1 )

= (g (ga−1 )) (g (gb−1 ))

= (g (g a)) (g (g b))

= ϕ(a) ϕ(b).

17
Karena ϕ(a b) = ϕ(a) ϕ(b), maka terbukti pemetaan ϕ : (G, ) → (H, )

merupakan suatu K-Homomorfisma.

Pada grup dikenal konsep monomorfisma, epimorfisma dan isomorfisma.

Seperti pada grup, pada K-Aljabar juga dikenal konsep K-Monomorfisma, K-

Epimorfisma dan K-Isomorfisma yang akan diberikan berikut ini.

¯ ē) merupakan K-Aljabar, dan pemetaan


Misalkan (G, ∗, , e) dan (Ḡ, ∗¯, ,

ϕ : G → Ḡ adalah K-Homomorfisma, maka:

1. Pemetaan ϕ : G → Ḡ disebut K-Monomorfisma, jika ϕ suatu pemetaan

satu-satu (injektif), yaitu untuk setiap x, y ∈ G dengan ϕ(x) = ϕ(y),

maka x = y.

2. Pemetaan ϕ : G → Ḡ disebut K-Epimorfisma, jika ϕ suatu pemetaan

pada (surjektif), yaitu untuk setiap y ∈ Ḡ, maka terdapat x ∈ G se-

hingga ϕ(x) = y.

3. Pemetaan ϕ : G → Ḡ disebut K-Isomorfisma, jika ϕ suatu pemetaan

bijektif (injektif dan surjektif)[1].

¯ ē) meru-
Definisi 3.3.2. [1] Misalkan K = (G, ∗, , e) dan K̄ = (Ḡ, ∗¯, ,

pakan dua K-Aljabar, maka himpunan semua K-Homomorfisma dari K ke K̄

dinotasikan,

Hom(K, K̄).

¯ ē) meru-
Proposisi 3.3.1. [1] Misalkan K = (G, ∗, , e) dan K̄ = (Ḡ, ∗¯, ,

pakan dua K-Aljabar dan ϕ ∈ Hom(K, K̄), maka untuk setiap x, y ∈ K dan

ϕ(x), ϕ(y) ∈ K̄, maka berlaku:

18
1. ϕ(e) = ē, untuk suatu e unsur identitas di K dan ē unsur identitas di

K̄.

2. ϕ(x−1 ) = ϕ(x)−1 .

¯ ϕ(x).
3. ϕ(e x) = ē

4. ϕ(x y) = ē, jika dan hanya jika ϕ(x) = ϕ(y).

5. Jika H adalah K-Subaljabar dari K, maka ϕ(H) adalah K-Subaljabar

dari K̄.

¯ ē) merupakan dua K-


Bukti: Misalkan K = (G, ∗, , e) dan K̄ = (Ḡ, ∗¯, ,

Aljabar dan ϕ ∈ Hom(K, K̄). Misalkan e unsur identitas di K dan ē unsur

identitas di K̄. Ambil x, y ∈ K, karena ϕ ∈ Hom(K, K̄) maka ϕ(x), ϕ(y) ∈ K̄

¯
dan berlaku ϕ(x y) = ϕ(x) ϕ(y).

Perhatikan bahwa:

1. ϕ(e) = ϕ(x x)

¯ ϕ(x)
= ϕ(x)

= ϕ(x) ∗¯ ϕ(x)−1

= ē

2. ϕ(x−1 ) = ϕ(e x)

¯ ϕ(x)
= ϕ(e)

= ϕ(e) ∗¯ ϕ(x)−1

= ē ∗¯ ϕ(x)−1

= ϕ(x)−1

19
¯ ϕ(x)
3. ϕ(e x) = ϕ(e)

¯ ϕ(x)
= ē

¯ ϕ(y) = ē
4. (⇒) ϕ(x y) = ē ⇒ ϕ(x)

ϕ(x) ∗¯ ϕ(y)−1 = ē

ϕ(x) ∗¯ ϕ(y)−1 ∗¯ ϕ(y) = ē ∗¯ ϕ(y)

ϕ(x) ∗¯ (ϕ(y)−1 ∗¯ ϕ(y)) = ϕ(y)

ϕ(x) ∗¯ ē = ϕ(y)

ϕ(x) = ϕ(y)

¯ ϕ(y) = ϕ(y)
(⇐) ϕ(x) = ϕ(y) ⇒ ϕ(x) ¯ ϕ(y)

ϕ(x y) = ϕ(y y)

ϕ(x y) = ϕ(e)

ϕ(x y) = ē

5. Misalkan H merupakan K-Subaljabar dari K. Akan ditunjukkan bahwa

ϕ(H) adalah K-subaljabar dari K̄ sebagai berikut:

(a) Karena H merupakan K-Subaljabar dari K dan e suatu unsur iden-

titas di K, maka e ∈ H. Akibatnya ϕ(e) = ē ∈ ϕ(H), untuk suatu

ē unsur identitas di K̄.

(b) Selanjutnya ambil u, v ∈ ϕ(H), yaitu u = ϕ(h1 ) dan v = ϕ(h2 ),

¯ v ∈ ϕ(H).
untuk suatu h1 , h2 ∈ H. Akan ditunjukkan u

Perhatikan bahwa:

¯ v = ϕ(h1 )
u ¯ ϕ(h2 )

20
= ϕ(h1 h2 )

= ϕ(h1 ∗ h−1
2 )

= ϕ(h3 ), untuk suatu h3 = h1 ∗ h−1


2 ∈ H.

¯ v ∈ ϕ(H).
Jadi, u

Karena ē ∈ ϕ(H), untuk suatu ē unsur identitas di K̄ dan untuk sebarang

¯ v ∈ ϕ(H), maka ϕ(H) adalah suatu K-


unsur u, v ∈ ϕ(H) berlaku u

Subaljabar dari K̄.

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diberikan pada bab III, maka da-

pat disimpulkan bahwa K-Aljabar (G, ∗, , e) dengan e adalah suatu unsur

identitas di G dibangun dari suatu grup dengan menggunakan operasi biner

pada grup (G, ∗) yang didefinisikan sebagai x y = x ∗ y −1 , untuk setiap

x, y ∈ G, sedemikian sehingga memenuhi aksioma-aksioma tertentu.

Dari suatu K-Aljabar dapat dibentuk satu atau lebih himpunan bagian

yang juga memiliki sifat K-Aljabar terhadap operasi biner yang sama yang

kemudian himpunan bagian tersebut dapat dinamakan K-Subaljabar. Seba-

gaimana halnya pada grup yang terdapat konsep homomorfisma grup, pada K-

Aljabar juga terdapat konsep homomorfisma yang dinamakan K-Homomorfisma.

4.2 Saran

Dalam tulisan ini, Penulis hanya memfokuskan pokok bahasan berkai-

tan K-Aljabar, K-Subaljabar dan K-Homomorfisma. Oleh karena itu, kepada

Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengadakan penelitian mengenai K-

Aljabar, di antaranya definisi, teorema serta lema yang berkaitan tentang K-

Ideal dan kernel pada K-Aljabar.


DAFTAR PUSTAKA

[1] Dar, K. H. dan Akram, M. 2006. On K-Homomorphisms of K-algebras.

International Mathematical Forum. 46 : 2283-2288.

[2] Fraleigh, J. B. 1994. A First Course in Abstract Algebra. United States.

Addison-Wesley Publishing Company inc.

[3] Herstein,I.N. 1996. Abstract Algebra, Third Edition. Prentice-Hall, Inc,

United States of America.

[4] Hungerford, T.W. 1974. Algebra. Springer-Verlag New York, Inc. New

York.

23

Anda mungkin juga menyukai