Anda di halaman 1dari 10

Pemilihan Metode Pengobatan pada

Masyarakat Indonesia

NAMA: MARISA NURHALIZA


NIM: 10011281722061
Dosen Pembimbing : Dra. Sri Utami, M.Hum
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2017/2018
ABSTRAK
Pengobatan secara tradisional di Indonesia sangat besar peranannya dalam pelayanan
kesehatan masyarakat dan sangat potensial untuk dikembangkan. Pemerintah secara
formal sudah memberikan perhatian yang seksama terhadap muncul dan berkembangnya
pengobatan tradisional ini. Pengobatan tradisional dalam Undang-Undang RI No. 36
tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 1 butir 16 mengatakan bahwa Pelayanan kesehatan
tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu
pada pengalaman dan 3 keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat
dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat. Perkembangan pengobatan tradisional dibarengi dengan adanya kesadaran
etnik masyarakat tertentu terhadap potensi nilai budaya lokal. Anderson dan Foster
(1988), menyebutkan bahwa salah satu ciri dari jenis pengobatan tradisional adalah
menunjukkan identitas budaya bangsa (nasionalisme). Puskesmas atau Rumah Sakit
Pengobatan tradisional menurut WHO adalah keseluruhan pengetahuan, keahlian, dan
kemahiran yang didasarkan pada teori, keyakinan dan pengalaman masyarakat asli dari
berbagai budaya, apakah dapat digunakan atau tidak dapat digunakan untuk memelihara
kesehatan, sejak dari pencegahan, diagnosis, penyembuhan, dan pengobatan penyakit
baik fisik maupun mental. Pemilihan pengobatan antara pengobatan tradisional atau
pengobatan medis yang dimanfaatkan oleh masyarakat dalam upaya penyembuhan
penyakit. Dokter dan penyembuh adalah dua profesi yang amat dikenal masyarakat, tetapi
dengan memakai cara yang berbeda. Orang yang merasakan ada dan tidak adanya
gangguan dalam tubuh ketika melaksanakan aktivitasnya. Alasan dipilihnya metode
penyembuhan adalah berdasarkan kepercayaan, tingkat keparahan sakit, dan penyebab
timbulnya penyakit. Faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk menentukan metode
pengobatan yang dipilihnya adalah berdasarkan faktor internal dan eksternal.internal
berasal dari diri seseorang yang menginginkan kesembuhan, sedangkan faktor eksternal
berasal dari pengalaman orang-orang atau masyarakat di sekitar yang pernah menderita
penyakit yang sama, dan penyembuhan mana yang telah menyembuhkannya. Tindakan
awal sebelum dipilihnya antara penyembuhan tradisional atau penyembuhan medis yakni
pengobatan sendiri. Jika dirasa penyakitnya semakin parah, barulah seseorang yang sakit
tersebut mencari upaya penyembuhan lain, yakni antara ke pengobatan alternatif, atau ke
pengobatan medis

PENDAHULUAN
Sistem pengobatan asli Indonesia, penyakit biasanya diklasifikasikan sebagai penyakit yang
“biasa” (alami) dan “luar biasa” (disebabkan oleh kekuatan gaib), sedangkan ilmu kedokteran
biomedis tidak mengenal penyakit yang “luar biasa” seperti itu. Sekarang ini semakin banyak
masyarakat yang memilih penyembuhan penyakitnya melalui pengobatan alternatif. Pengobatan
alternatif menjadi salah satu rujukan masyarakat untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang
diderita oleh sebagian masyarakat kita, dan ini berimbas pada makin menjamurnya tempattempat
pengobatan alternatif yang menawarkan jasa pengobatan mereka (Dugang: 2011) Sarana tenaga
medis di Indonesia sangat kurang dan fasilitasnya juga belum lengkap, setiap mau berobat orang
jarang kerumah sakit, tetapi orang pergi ke klinik atau rumah praktek dokter. Masyarakat disana
setiap berobat kerumah sakit itu penyakit yang sudah tidak bisa berobat ke klinik misalnya sakit
perut, mencret, dan penyakit lainnya yang tidak bisa ditangani oleh dokter itu sendiri, bahkan
Rumah Sakit disana tidak bisa menangani masyarakat yang sakit parah, yaitu orang yang lagi
berobat karena kecelakaan, orang melahirkan, dan orang pendarahan karena tidak bisa menangani
pasien dan fasilitas juga kurang lengkap. Tenaga medis di Rumah Sakit Kubu bervariatif
jumlahnya, tetapi pekerjaannya kurang di Rumah Sakit dan pelayanannya juga kurang terhadap
masyarakat. Beberapa Masyarakat di Indonesia dari dulu sampai sekarang masih menggunakan
pengobatan tradisional dan sudah menjadi kepercayaan secara turun temurun, masyarakat di
Indonesia juga melakukan pengobatan medis, tetapi pengobatan tradisional juga dilakukan karena
mereka berfikir adanya penyebab yang lain anaknya sakit misalnya, penyebab sakitnya
ladang/tekono dan penyebab yang lainnya. Setiap hari banyak banyak yang berobat ditempat
dukun tersebut, setiap berobat ada jam tertentu. Pengobatan yang dilakukan disana yaitu, melihat
air jeruk dalam mangkuk sabun, buat tetangkalan, telur ayam kampung dicampur garam atau air
kelapa muda, dan pengobatan lainnya. Pelayanan pengobatan tradisional yang beroperasi di
masyarakat cukup banyak, selain adanya pengobatan secara medis. Kepercayaan masyarakat
terhadap pengobatan tradisional terbilang lumayan. Jika sakit, tak sedikit masyarakat langsung
memilih pengobatan itu sering terjadi, pengobatan tradisional dipilih masyarakat, meskipun obat-
obatan secara tradisional yang pengolahannya masih sederhana dan digunakan secara turun
temurun berdasarkan resep nenek moyang adat istiadat. Kepercayaan atau kebiasaan setempat.
ISI
Sub Topik 1: Tingkah laku manusia

Tingkah laku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan bukanlah suatu tingkah
laku yang acak (random behaviour), tetapi suatu tingkah laku yang selektif, terencana, dan terpola
dalam suatu sistem kesehatan yang merupakan bagian integral dari budaya masyarakat
yang bersangkutan. Tingkah laku yang selektif tersebut merupakan suatu strategi adaptasi
sosial-budaya yang timbul sebagai respon terhadap ancaman penyakit. Perilaku tersebut
terpola dalam pranata sosial dan tradisi budaya yang ditujukan untuk meningkatkan
kesehatan (Dunn 1976:133-156).

Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan untuk menghindari ancaman penyakit


diwujudkan dalam suatu wadah pelayanan kesehatan yang disebut sarana kesehatan. Jadi
sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
Upaya kesehatan merupakan setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Hal ini berarti bahwa peningkatan
kesehatan ini, baik kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat, harus diupayakan
(Notoatmodjo 2007)

Setiap manusia pada hakikatnya ingin terhindar dari gangguan apapun, salah satunya
adalah kondisi abnormalitas atau keadaan yang menyebabkan seseorang sakit. Hidup sehat
merupakan suatu jaminan untuk dapat bekerja dan memenuhi kebutuhan. Sehat merupakan suatu
keadaan yang sangat dibutuhkan semua orang, jika seseorang berada dalam situasi sakit, maka ia
akan mengalami kendala-kendala dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Marimbi 2009). Agar
selalu dalam kondisi tubuh yang sehat itulah, maka manusia senantiasa berusaha semaksimal
mungkin untuk menjaga kesehatan, baik kesehatan yang bersifat individu atau pribadi, maupun
kesehatan yang bersifat umum, yakni menyangkut lingkungan sekitarnya. Sebab antara kesehatan
pribadi dengan kesehatan lingkungan saling mempengaruhi secara timbal balik. Semakin banyak
manusia yang memperhatikan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dirinya, maka akan
semakin baik pulalah kesehatan masyarakat, begitu juga sebaliknya (Entjang 1993:19). Upaya
seseorang untuk mendapatkan kesehatan merupakan suatu pranata khusus yang terus dipelihara
dan dikembangkan pada masa primitif, pemahaman dan kepercayaan tentang kesehatan
dipengaruhi budaya dan peradaban primitif pula (Foster dan Anderson 1986:15). Budaya manusia
tentang kesehatan juga berkembang, lebih lanjut dijelaskan Foster dan Anderson bahwa
pemahaman masyarakat tentang kesehatan berpengaruh terhadap tindakan yang dilakukannya
Sub Topik 2: Pengobatan komplementer atau alternative

Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang menggunakan cara,


alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan medis yang biasanya dilakukan
oleh dokter atau tenaga profesional kesehatan lainnya (seperti perawat dan terapis fisik).
Beberapa orang juga menyebutnya sebagai pengobatan “integratif,” atau “pelengkap”. Contoh
dari pengobatan alternatif adalah akupunktur, bekam, pengobatan aura, obat-obatan herbal dan
jamu, reiki, ceragem (pijat batu giok), pijat refleksi, hipnosis, hingga gurah.

Pengobatan alternatif sebaiknya jangan diutamakan sebagai terapi mengobati penyakit.


Istilah pengobatan komplementer atau alternatif seringkali disalahpahami oleh banyak orang.
Sesuai dengan namanya, kata “alternatif” itu sendiri berarti “pilihan lain”. Pengobatan
komplementer fungsinya bukan untuk menggantikan, tapi hanya digunakan sebagai
tambahan/pelengkap di samping pengobatan medis konvensional. Artinya, terapi penyembuhan
penyakit yang ideal seharusnya tetap mengutamakan pengobatan medis dokter.

Pasalnya, pengobatan tradisional tidak menjanjikan kesembuhan untuk penyakit apapun.


Pengobatan alternatif yang ada di masyarakat saat ini sebagian besar tidak memiliki bukti ilmiah
yang kuat karena kebanyakan hanya berdasarkan sugesti dan pengalaman dari pasien saja. Sebuah
terapi atau obat baru bisa dibilang efektif dan aman digunakan oleh publik ketika sudah diuji
berulang kali dan melewati beragam proses pembuktian ilmiah untuk menunjukkan keamanan,
efektivitas, serta mutunya.

Kurangnya bukti medis ini dapat diartikan bahwa penggunaan pengobatan alternatif tidak
direkomendasikan. Terlebih, masing-masing metode pengobatan tradisional dapat menimbulkan
reaksi yang berbeda antar satu orang dan lainnya. Meski punya keluhan sama, belum tentu
pengobatan yang ternyata cocok untuk Anda akan memberikan khasiat yang sama pada anak atau
tetangga Anda. Selain itu, banyak pakar kesehatan profesional yang percaya bahwa potensi efek
samping dari pengobatan tradisional lebih besar dari manfaatnya.
Sub Topik 3: Pengobatan tradisional

Pada umumnya cara-cara penyembuhan tradisional di Indonesia dapat dikategorikan


dalam upaya penyembuhan dengan menggunakan ramuan tumbuhan obat, cara fisik (dukun
beranak, sunat, patah tulang, susuk, ketok, refleksologi, akupuntur, dan sebagainya), meditasi,
pernafasan dan tenaga dalam dan penyembuhan dengan cara spirituil (doa, mantera, psikoterapi
dan sebagainya). Orang yang melaksanakan atau melakukan penyembuhan tradisional selalu
memperhatikan latar belakang orang sakit seperti keluarga, agama, dan kepercayaan, budaya,
tradisi, lingkungan dan lainlainnya. Ciri-ciri pelayanannya adalah akrab, ramah, penuh perhatian,
penuh kesabaran, serta pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa atau kepada kekuatan gaib tersebut.
Biaya pengobatan tradisional umumnya terjangkau.
Ilmu dan cara penyembuhan tradisional diwariskan secara informal dalam ikatan
keluarga, kekerabatan atau sahabat dekat, lazimnya diterima dan dipercaya begitu saja tanpa
bersikap kritis. Sampai saat ini penerimaan masyarakat terhadap penyembuhan tradisional masih
tetap tinggi, bukan saja pada masyarakat pedesaan, tetapi juga masyarakat perkotaan, golongan
bawah dan juga golongan menengah ke atas. Hal ini disebabkan oleh faktor budaya, sistem nilai
dan tradisi yang mempengaruhi sikap dan pengetahuan mereka tentang sakit, penyakit, dan upaya
penyembuhannya.
Perkembangan pembangunan pelayanan kesehatan modern di Indonesia terus meningkat,
bahkan pelayanan kesehatan tersebut telah sampai ke pelosok-pelosok pedesaan. Ketersediaan
pelayanan yang mulai memadai, tingkat pengetahuan dari pemberi pelayanan kesehatan dan
jumlah sarana dan prasarana kesehatan telah membentuk institusi kesehatan menjadi penting,
sehingga peningkatan pelayanan kesehatan modern dapat menimbulkan kecenderungan
masyarakat pedesaan untuk meninggalkan cara-cara pengobatan tradisional yang telah
membudaya, akan tetapi pada kenyataannya pengobatan tradisional ini masih merupakan pilihan
yang diambil oleh masyarakat.
Masyarakat memilih pengobatan tradisional disebabkan oleh berbagai faktor seperti
pengetahuan masyarakat mengenai pengobatan tradisional. Apakah masyarakat sudah memiliki
pengetahuan yang tinggi mengenai pengetahuan tradisional tersebut, apakah masyarakat telah
mengetahui dampak yang akan terjadi bila melakukan pengobatan tradisional tersebut atau
bahkan sebaliknya masyarakat memiliki pengetahuan yang minim tentang pengobatan
tradisional, mereka melakukan pengobatan tradisional hanya karena di ajak atau di perkenalkan
oleh orang lain tanpa mengetahui bagaimana dampak yang akan terjadi bila tetap melakukan
pengobatan tradisional. Bagaimana juga sikap masyarakat terhadap pengobatan tradisional
tersebut, apakah masyarakat menerimanya atau bahkan menolak pengobatan tradisional. Selain
itu pendidikan dan pekerjaan seseorang juga mempengaruhi dalam tindakan pemilihan
pengobatan biasanya masyarakat yang memiliki pendidikan rendah dan tidak memiliki pekerjaan
akan lebih memilih pengobatan tradisional di bandingkan pengobatan modern. Bila dilihat dari
segi jarak tempat tinggal dengan tempat pengobatan juga ada hubungannya. Biasanya orang akan
memilih pengobatan yang berada di sekitar atau dekat dengan lokasi tempat tinggalnya.
Kebudayaan, kepercayaan dan tradisi juga mempengaruhi seseorang dalam hal memilih
pengobatan, biasanya masyarakat yang mempunyai kebudayaan yang kuat akan lebih cenderung
untuk memilih pengobatan tradisional ini.
Sub Topik 4: Sumber pengobatan

Terdapat 3 sektor sumber pengobatan yang memiliki hubungan satu sama lain, yaitu:
pengobatan rumah tangga/pengobatan sendiri, pengobatan tradisional, dan pengobatan
professional. Kriteria yang dipakai untuk memilih sumber pengobatan, menurut Young (1980)
yaitu: pengetahuan tentang sakit dan obatnya, keyakinan efektivitas pengobatan, biaya yang
dikaitkan dengan ketersediaan dana dan waktu, serta keparahan sakit. Sedangkan menurut
Kalangie (1984), yaitu: pengetahuan tentang sakit dan obatnya, biaya yang berkaitan dengan
pengobatan, keparahan sakit, serta nasehat keluarga. Proses pengambilan keputusan dimulai
dengan penerimaan informasi, memproses berbagai informasi dan kemungkinan dampaknya,
kemudian mengambil keputusan dengan berbagai dampaknya.

Program Departemen Kesehatan yang berkaitan dengan penggunaan obat dalam upaya
pengobatan sendiri di masyarakat antara lain dilakukan melalui Pos Pelayanan Terpadu,
sedangkan yang berkaitan dengan penggunaan obat tradisional melalui Taman Obat Keluarga.
Mengingat cukup besar persentase anggota masyarakat yang melakukan pengobatan sendiri,
maka perlu addanya upaya meningkatkan mutu pengobatan tersebut.

Dari beberapa penjelasan diatas, perlu diketahui beberapa definisi operasional, yaitu
sebagai berikut:

PENGETAHUAN, yaitu kemampuan seseoarang untuk menempatkan penggunaan obat medis


dan obat tradisional yang digunakan untuk keluhan umum seperti demam, pusing, batuk, diare,
pegal linu dan peningkatan kesehatan.

SIKAP, yaitu tanggapan dari seseorang terhadap mudah atau tidaknya obat medis dan obat
tradisional, harga dari masing-masing jenis obat, kemudahan dalam pemakaiannya, dan manjur
serta amannya obat-obatan tersebut.

JARAK, yaitu jarak seberapa jauh lokasi sumber obat medis dan obat tradisional dari rumah
seseorang.

TUJUAN PENGGUNAAN. yaitu tujuan seseorang dalam menggunakan obat medis dan obat
tradisional. Tujuan ini dapat dibagi menjadi 2, yakni Pengobatan dan Peningkatan Kesehatan.

NASEHAT KELUARGA, yaitu ada/tidaknya anggota keluarga yang memberi saran atau nasehat
kepada seseorang untuk memilih obat medis dan tradisional

PEMILIHAN OBAT MEDIS DAN OBAT TRADISIONAL, yaitu tindakan responden memilih
penggunaan jenis obat medis dan tradisional dalam upaya pengobatan diri.
Sub Topik 5: Peningkatan derajat kesehatan

Pengobatan alternatif biasanya baru menampakkan manfaatnya jika dilakukan


rutin dalam jangka panjang. Yang perlu diperhatikan, beberapa bahan atau metode yang
dilibatkan dalam pengobatan ini mungkin dapat membawa risiko komplikasi dan/atau
efek samping tertentu jika dilakukan terlalu lama atau sembarangan tanpa pengawasan
dokter.

Misalnya saja, meski pada umumnya pijat refleksi itu aman, teknik ini dapat
menimbulkan kontraksi dini pada ibu yang usia kehamilannya kurang dari 38 minggu.
Kontraksi dini menempatkan ibu hamil pada risiko kelahiran prematur dan keguguran.
Lain lagi ceritanya dengan metode akupunktur. Jika dilakukan sembarangan oleh terapis
yang tidak bersertifikat, jarum berisiko didorong terlalu dalam sehingga bisa menusuk
organ internal, khususnya paru-paru. Ini adalah komplikasi yang sangat jarang terjadi di
tangan dokter yang berpengalaman.

Contoh lainnya adalah jamu dan obat-obatan herbal. Temulawak, misalnya,


diklaim ampuh sebagai obat sembelit, namun tak banyak yang tahu bahwa temulawak
memiliki sifat pengencer darah yang bisa menyebabkan perdarahan ginjal akut pada
penderita penyakit hati. Jika Anda kebetulan minum teh herbal daun belalai gajah saat
sedang menjalani kemoterapi, efek kemoterapi tambahan dari daun belalai gajah dicurigai
dapat meningkatkan toksisitas pada organ tubuh.

Bahkan tak menutup kemungkinan pula jika pengobatan tradisional yang Anda
jalani dapat menghambat efektivitas obat kimia yang diresepkan dokter. Akibatnya,
proses pemulihan pun akan berjalan lebih lama atau mungkin malah memburuk.

Penelitian yang dilakukan oleh tim periset di Yale University menemukan bahwa risiko
pasien kanker untuk meninggal justru lebih tinggi ketika mengutamakan pengobatan
komplementer untuk mengobati kankernya. Dari 560 partisipan yang memiliki kanker
payudara, prostat, paru-paru dan kanker usus besar yang mencoba pengobatan alternatif
daripada dirawat oleh dokter, 281 orang meninggal karena komplikasi kanker yang tidak
tertangani secara menyeluruh.
KESIMPULAN
1. Sebagian masyarakat sudah menjadi kebiasaan untuk melakukan pengobatan tradisional
bahkan sudah sekarang orang melakukan dua pengobatan yaitu pengobatan kemedis dan
tradisional, karena masyarakat tahu sudah dari nenek moyang mereka yang dahulu, dan
ada juga orang yang baru tahu tentang pengobatan tradisional yaitu orang perantauan dari
luar Indonesia, banyak orang yang luar masuk Indonesia sudah tahu bagaimana
pengobatan tradisional.
2. Fasilitas kesehatan yang tersedia bervariatif. Aktifitas berobat tidak efektif karena
sebagian besar warga berobat melalui pengobatan tradisional.
3. Jenis penyakit masyarakat yang berobat ke dukun yaitu ada beberapa macam jenis
penyakit yang dilakukan ke dukun yaitu penyakit demam, sakit kepala, bisul, sakit gigi,
keteguran, gangguan dari makhluk halus, sakit lambung/perut, sakit mata.
4. Tindakan yang dilakukan oleh masyarakat itu sudah menjadi keputusannya untuk
melakukan pengobatan. Tindakan juga sebagian dari apa yang ingin dilakukan, sebagian
masyarakat dalam mengambil sebuah tindakan itu tidak memilih penyakit yang dia
derita, karena setiap sakit mereka langsung berobat ke dukun, dan ada sebagian
responden melihat penyakit yang dia derita baru mereka melakukan pengobatan yang
seharusnya dia lakukan.

SARAN
1. Pemerintah harus memperhatikan kondisi bangunan kesehatan, bahkan dirumah
sakit besar peralatan atau perlengkapan medis belum lengkap. Sehingga masyarakat
disana berobat dirumah sakit luar dari kubu karena medis di Kubu tidak sanggup
menangani pasien.
2. Dinas kesehatan harus mensosialisasikan tentang pengobatan medis, agar pola pikir
masyarakat tentang pengobatan berubah dari kebiasaan berobat ke dukun dan
beralih kepengobatan medis
3. Dengan dilakukan penelitian ini diharapakan kepada masyarakat agar melakukan
dua pengobatan yaitu kemedis dan tardisional, agar kita ketahui juga pengobatan
kemedis juga baik untuk dilakukan dulu supaya kita (Mulyanti, 2016) tahu apa
penyakit yang kita derita.
DAFTAR PUSTAKA

Landy, 2007. Penerbit : Memillan Press, London (Dalam Dugang 2011).


Mulyanti. (2016). LATAR BELAKANG PEMILIHAN PENGOBATAN TRADISIONAL
PADA MASYARAKAT DI DESA RANTAU PANJANG KIRI KECAMATAN
KUBU BABUSSALAM KABUPATEN ROKAN HILIR. 1-15.
Myrtati D. Artaria, A. S. (2016). Pemilihan Penyembuhan Penyakit Melalui Pengobatan
tradisional Non Medis atau Medis. Membangun Klinik Terpadu Sebagai Upaya
Penanggulangan HIV/AIDS Pasca Penutupan Lokalisasi di Surabaya, 46-59.
Pahandayani, P. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Pengobatan
Alternatif Jamu pada Pasien Diabetes Melitus di Rumah Riset Jamu Hortus Medicus
Tawangmangu. Surakarta: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.
Puji, A. (2017, November 6). Kenapa Tidak Boleh Memprioritaskan Pengobatan Alternatif
Daripada Pergi ke Dokter. Retrieved from Hello Sehat: https://hellosehat.com/hidup-
sehat/tips-sehat/apakah-pengobatan-alternatif-aman/
Rahayu, D. A. (2012). FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PEMILIHAN PENGOBATAN TRADISIONAL DI WILAYAH PUSKESMAS
MUARA SIBERUT KECAMATAN SIBERUT SELATAN KABUPATEN
KEPULAUAN MENTAWAI TAHUN 2012. 1-13.

Anda mungkin juga menyukai