Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS PUISI “TANGAN” KARYA SUTARDJI

CALZOUM BACHRI

Oleh :

Wulandari Kartika Sari 1713041004


Bella Faradila 1713041012
Fikri Aulia Asoka Sakti 1713041038
Julia Mutiara Rizkosa 1753041002

Kelas B
Mata kuliah : Kajian Puisi
Dosen : Dr. Munaris, M. Pd.
Khoerotun Nisa L, S.Pd, M.Hum.

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Analisis puisi “TANGAN” karya Sutardji Calzoum Bachri dengan pendekatan
strukturalisme.

TANGAN

seharusnya tangan bukan hanya tangan tapi tangan yang memang tangan tak Cuma
tangan tapi tangan yang tangan pasti tangan tepat tangan yang dapat lambai yang
sampai salam

seharusnya tangan bukan segumpal jari menulis sia sekedar duri menulis luka
mengusap mata namun gerimis tak juga reda

walau lengkap tangan buntung walau hampir tangan buntung walau satu tangan
buntung walau setengah tangan buntung yang copot tangan buntung yang lepas
tangan buntung yang buntung tangan buntung

segala buntung segala tak tangan


hanya jam yang lengkap tangan menunjuk entah kemana
1. Tema
Judul “TANGAN” menyiratkan sesuatu yang berpasangan, memiliki
tanggung jawab dan kewajiban masing-masing, namun saling melengkapi.
Puisi ini menyatakan bahwa adanya sesuatu yang berpasangan dalam hidup.
Ada sesuatu hal yang seharusnya menjadi sempurna, namun yang diharap
sempurna justru menjadi suatu hal yang tidak sempurna. Selain itu, puisi ini
menggambarkan adanya kekecewaan yang besar dari penulis puisi terhadap
keadaan sekitar yang berjalan tidak sesuai dengan kenyataan. Berdasarkan
hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa puisi “TANGAN” mengangkat tema
sosial.

2. Gaya Bahasa
Pada puisi tersebut, penyair menggunakan gaya bahasa repetisi yaitu gaya
bahasa yang mengungkapkan pengulangan kata, frasa atau klausa yang sama
untuk mempertegas makna dari kalimat atau wacana. Dapat dilihat pada kata
“tangan” dan “walau”.

3. Suasana
Dalam hal ini pembaca merasakan suasana kekecewaan yang diungkapkan
oleh penyair melalaui puisi “TANGAN”.

4. Nada
Pada puisi “Tangan” ini, penyair menuangkan perasaan kecewa. Ada sesuatu
hal yang seharusnya menjadi sempurna, namun yang diharap sempurna
justru menjadi suatu hal yang tidak sempurna. Kemudian ketegasan adalah
supaya perempuan tersebut memilih dengan tegas untuk kembali padanya
atau terus bersama yang lain.

5. Amanat
Seperti halnya tangan, setiap manusia memiliki tanggung jawab dan
kewajiban masing-masing, namun harus saling melengkapi.

Anda mungkin juga menyukai