Laporan KP Unit Ammonia P1B PDF
Laporan KP Unit Ammonia P1B PDF
Disusun Oleh :
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 021160022
Disahkan Oleh,
Mengetahui,
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 021160022
Disahkan Oleh,
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepadaTuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
berkat, sehingga kami dapat melaksanakan kerja praktek di PT. Pupuk Sriwidjaja
(PUSRI) Palembang dan dapat menyusun laporan kerja praktek yang berlangsung
selama satu bulan, waktu kerja praktek mulai dari tanggal 02 Maret 2019 hingga
29 April 2019.
Kerja Praktek di PT. Pupuk Sriwidjaja (PUSRI) ini merupakan salah satu
tugas kuliah yang harus ditempuh untuk menyelesaikan program Strata-1 di
Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau. Laporan Kerja
Praktek ini disusun berdasarkan orientasi-orientasi di berbagai unit dengan
ditunjang oleh data-data dari literatur dan petunjuk serta penjelasan dari operator
dan pembimbing.
Tersusunnya Laporan Kerja Praktek ini dapat diselesaikan tidak lepas dari
dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala berkat dan rahmat-Nya kami
masih diberikan kesabaran dan kemampuan untuk dapat menyelesaikan
Laporan Kerja Praktek ini.
2. Orang tua dan keluarga kami atas kasih sayang, dukungan dan doanya
sehingga kami tetap dapat melaksanakan kerja praktek dengan baik.
3. Bistok Benry, Manager Operasi Pusri 1-B
4. Ali Hanafiah & Muhamad Fachry, Superintendent & Asisten
Superintendent Operasi Utilitas Pusri 1-B PT.PUPUK SRIWIDJAJA
5. Ahmad Zaky Luthfi & Rizalisman, Superintendent & Asisten
Superintendent Operasi Urea Pusri 1-B PT.PUPUK SRIWIDJAJA
6. Syahrizal & Ade Meiyos Wanda, Superintendent & Asisten
Superintendent Operasi Ammonia Pusri 1-B PT.PUPUK SRIWIDJAJA
7. Seluruh Staf Dinas DIKLAT dan seluruh karyawan PT.PUPUK PUSRI
SRIWIJAJA Unit Utilitas, Unit Urea, Unit Ammonia ( Staff TU, Kasi,
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Methanator……………………………………………………………...31
B. Secondary Reformer…………………………………………………….61
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………100
4.2 Saran……………………………………………………………………...101
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.5 Wilayah Tanggung Jawab Distribusi Urea Bersubsidi Pusri ........... 9
Gambar 2.6 Wilayah Tanggung Jawab Distribusi NPK Bersubsidi Pusri .......... 9
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penjelasan Mengenai Arti logo dari PT. Pupuk Sriwidjaja .................. 5
Tabel 3.3 Data Design Komposisi dan Berat Molekul Tiap Komponen .............. 37
Tabel 3.4 Data Aktual Laju Alir Input dari Aliran Methanator 106-D ................ 38
Tabel 3.5 Data Aktual Temperatur Input dari Aliran Methanator 106-D ............ 38
Tabel 3.7 Hasil laju alir output data desin methanator 106-D.…………………..40
Tabel 3.9 Hasil output laju alir data aktual Methanator 106-D ............................ 42
Tabel 3.11 Data Aktual Laju Alir Input Output dan persen mol komponen Aliran
............................................................................................................................... 43
Tabel 3.12 Data Aktual Laju Alir Input Output dan persen mol komponen Aliran
............................................................................................................................... 44
Tabel 3.13 Data Aktual Laju Alir Input Output dan persen mol komponen Aliran
............................................................................................................................... 44
Tabel 3.16 Data Kapasitas Panas Syngas Pada Tiap Komponen TI1361(kJ/kmol)
............................................................................................................................... 49
Tabel 3.17 Data Perhitungan Perpindahan Panas Tiap Komponen TIAH1355 dari
Tabel 3.18 Data Perhitungan Perpindahan Panas Tiap Komponen TIAH1355 dari
Tabel 3.19 Data Perhitungan Perpindahan Panas Tiap Komponen TI1361 dari
Data Design………………………………………………………………………51
Tabel 3.20 Data Perhitungan Perpindahan Panas Tiap Komponen TI1361 dari
Tabel 3.21 Hasil perhitungan panas reaktan data desain pada reaksi 1…………52
Tabel 3.22 Hasil perhitungan panas reaktan data desain pada reaksi 2…………52
Tabel 3.23 Hasil panas reaktan data aktual pada reaksi 1…………………..…...53
Tabel 3.24 Hasil panas reaktan data aktual pada reaksi 2… …………….... ……54
Tabel 3.26 Hasil panas produk data desain pada reaksi 1……………………….56
Tabel 3.28 Hasil panas produk data aktual pada reaksi 1………………………..56
Tabel 3.29 Hasil panas produk data aktual pada reaksi 2…………………...…..57
Tabel 3.35 Data Design Komposisi dan Berat Molekul Tiap Komponen……….67
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya zaman, bidang perindustrian di Indonesia
sangat mengalami peningkatan dan perkembangan yang pesat.Hal ini
menyebabkan persaingan dalam dunia kerja semakin ketat, sehingga dibutuhkan
sumber daya manusia yang handal dan berkualitas dalam bidang industri
khususnya bidang teknik kimia. Pesatnya perkembangan teknologi khususnya di
industri juga menuntut mahasiswa untuk mengetahui setiap perubahan-perubahan
yang terjadi.
Perguruan tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional bertujuan
mengembangkan mahasiswa menjadi manusia Indonesia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berbudi pekerti yang luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kepribadian yang mantap dan mandiri.
Untuk mempersiapkan lulusan teknik kimia yang professional dalam
process engineer, peneliti dan pendidik, Program Studi Teknik Kimia Universitas
Pembangunan Nasional Veteran “Yogyakarta” memberikan kesempatan bagi para
mahasiswanya untuk melaksanakan Kerja Praktek (KP). Kerja Praktek
dilaksanakan sebagai kelengkapan teori (khususnya di bidang keahlian) serta
sebagai wujud kerjasama antara perguruan tinggi dan industri. Dengan
dilaksanakanya KP tersebut mahasiswa diharapkan dapat memperoleh
pengalaman visual dan pengenalan di lapangan tentang operasi dari suatu proses
produksi, serta dapat meningkatkan keterampilan.
Persero yang bergerak di industri pupuk dan petrokimia yang bertempat di
Sumatera Selatan adalah PT. Pupuk Sriwidjaja. Perusahaan yang didirikan sebagai
pelopor pupuk urea di Indonesia pada tanggal 24 Desember 1959 di Palembang
Sumatera Selatan, dengan nama PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero). PT. Pupuk
Sriwidjaja merupakan salah satu Perusahaan Pupuk ternama. Perusahaan ini juga
telah berhasil dalam mengembangkan inovasi teknologi proses yang
menghasilkan produk – produk berkualitas tinggi dengan hasil yang optimal. PT.
Pupuk Sriwidjaja merupakan tempat Kerja Praktek yang sangat relevan untuk
BAB II
MATERI LAPORAN
Makna Perusahaan:
“PUSRI untuk Kemandirian Pangan dan Kehidupan Yang Lebih Baik”
2. Wilayah Penyebaran
Distribusi dan Pemasaran pupuk yang dilakukan Pusri mengutamakan
terpenuhinya kebutuhan pupuk dalam negeri guna mendukung program
pembangunan pertanian dan penguatan ketahanan pangan secara nasional.Dengan
memperhatikan perkembangan fisik, distribusi dan pemasaran pupuk, manajemen
Pusri dituntut untuk selalu waspada, memonitor dan menyiapkan metode kerja
yang strategis dalam bidang distribusi dan pemasarannya.Pola distribusi dan stok
pemasaran dihadapkan pada faktor-faktor dimana sumber produksinya (pabrik
pupuk) mempunyai ciri-ciri produksi konstan, sedang penggunaan pupuk
berfluktuasi dipengaruhi faktor musim, belum lagi faktor-faktor yang ada dalam
masalah angkutan (kondisi laut, pelabuhan, sarana jalan, truk dan KA).
Palembang yang dilaksanakan oleh dewan direksi dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Sejak tahun 2011, terjadi penggabungan antara Direktur Keuangan dan Direktur
Pemasaran yang digabung menjadi Direktur Komersil. Jadi, sekarang ini direktur
utama hanya membawahi empat orang direktur, yaitu:
1. Direktur Produksi
2. Direktur Komersil
3. Direktur Teknik dan Pengembangan
4. Direktur SDM dan Umum
Penjenjangan karyawan yang ada di dalam perusahaan didasarkan kepada
tingkat pendidikan, keahlian dan pengalaman. Berdasarkan jabatan dalam struktur
organisasi, karyawan yang bekerja pada PT PUSRI Palembang dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Direksi
2. General Manager
3. Manager
4. Superintenden
5. Asisten Superintenden
6. Foreman senior
7. Foreman
8. Operator
Di bawah direksi dibentuk sub-direktorat pada unit penunjang dan
kompartemen pada unit operasional dengan tugas sebagai koordinator aktivitas
kepala biro atau kepala departemen. Kepala kompartemen atau yang sekarang
disebut sebagai General Manager. Kompartemen membawahi departemen-
departemen yang dipimpin oleh seorang kepala departemen. Tetapi ada beberapa
departemen yang bertanggung jawab langsung kepada direksi. Departemen ini
membawahi dinas-dinas yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang langsung
dibawahi kompartemen.
Direktur produksi membawahi kompartemen produksi yang terbagi seperti
berikut :
yang bertanggungjawab adalah shift supervisor, kecuali untuk hal-hal yang sangat
penting, kembali kepada masing – masing Kepala Bagian.
2.2.2 Divisi Teknologi
Divisi Teknologi bertugas membantu departemen operasi dalam hal
pengamatan operasi, persiapan dan pengendalian mutu bahan baku serta bahan
pendukung, perhitungan produksi, evaluasi kondisi operasi serta studi untuk
melakukan modifikasi pabrik dan peningkatan efisiensi. Departemen teknik
produksi membawahi dua dinas, yaitu:
a) Departemen Rendal Produksi
Dinas Rendal Produksi dikepalai oleh seorang Assisten Manajer Teknik
Proses, membawahi :
1. Teknik Proses 1
a. Membawahi pabrik pusri IB
b. Membawahi pabrik pusri IIB
c. Membawahi STG
2. Teknik Proses 2
a. Membawahi pabrik pusri III
b. Membawahi pabrik pusri IV
c. Membawahi NPK
3. PPP
4. PMP
Departemen Rendal Produksi mempunyai tugas :
1. Memonitor dan mengevaluasi kondisi operasi pabrik sehingga dapat
dioperasikan pada kondisi yang optimum.
2. Mengendalikan dan mengevaluasikualitas dan kuantitashasilproduksi.
3. Memberikan bantuan yang bersifat teknis kepadaunit-unit yang terkait.
4. Merencanakan pemakaian bahan baku (gas alam) dan vahan pembantu
termasuk jadwal injeksi pemakaian vahan kimia dan air pendingin.
5. Merencanakan modifikasi peralatan produksi serta tambahan unit produksi
dalam rangka peningkatan efisiensi dan produktifitas.
2.4.1.3 Udara
Udara merupakan sumber oksigen dalam pembakaran, sumber nitrogen
dalam pembuatan amoniak, penggerak peralatan yang bekerja secara pneumatik,
fluida untuk flushing, fluida untuk pengadukan, dan bahan untuk melakukan
aerasi.udara yang diambil dari atmosfer dengan komposisi 78 %-vol nitrogen, 21
%-vol oksigen dan 1 %-vol argon dan komponen lainnya. Udara ini juga
mengandung uap air yang dipisahkan dalam molecular sieve dryer yang berisi
silica gel atau activated alumina.
proses berikutnya. Gas alam yang belum disuplai melalui pipa yang bercabang
dua. Salah satu pipa menuju tempat pembakaran (fuel system) sedangkan pipa
yang lain menuju pada treating section (gas alam sebagai feed gas). Proses
pemisahannya adalah sebagai berikut :
a) Pemisahan Sulfur Anorganik
Merupakan proses penghilangan senyawa sulfur anorganik, karena senyawa
sulfur dapat merusak katalis dan menyebabkan korosi di kompresor dan reaktor di
pabrik urea. Gas alam dari PERTAMINA masih mengandung sulfur lebih kurang
7 ppm. Sulfur anorganik dalam senyawa H2S dihilangkan dengan cara
mereaksikannya dengan unicat dalam desulfurizer (I-201-D). Feed gas mengalir
ke bawah dan berkontak langsung dengan lapisan unicat. Sebelum masuk ke
desulfurizer terlebih dahulu gas alam masuk ke jacket heater, dimana pemanasnya
adalah steam (3,5 kg/cm2) untuk mendapatkan temperatur yang optimum yaitu
36oC-38oC.
H2S + ZnO H20 + ZnS
b) Pemisahan CO2
Penyerapan gas CO2 dari feed gas bertujuan mencegah terjadinya metanasi
antara CO2 dan H2 serta untuk mengurangi beban di desulfurizer tahap II, dan
proses ini dilakukan pada CO2absorber dengan larutan benfield sebagai bahan
penyerap. Larutan Benfield merupakan larutan Potassium Karbonat (K2CO3)
dengan penambahan zat-zat additif sebagai berikut :
a. DEA (DiEtanol Amine) sebanyak (1,5–2,5%) untuk membantu penyerapan
lebih cepat.
b. V2O5(Vanadium Pentoxide) sebanyak (0,5 – 0,8) % untuk mencegah
korosi.
c. Anti Foam Agent (UCON) untuk mencegah terjadinya pembusaan
(foaming).
Feed gas yang telah bersih dipanaskan pada natural gas exchanger shell
side, dilewatkan dari bottom absorber. Mengalir ke atas dan berkontak dengan
larutan benfield yang mengalir ke bawah, dimana larutan akan menyerap CO2
yang terkandung dalam feed gas. Larutan benfield yang telah jenuh akan keluar
dari dasar CO2 absorber dan diregenerasi dalam stripper untuk diuraikan menjadi
larutan Benfield, air dan CO2.
Sedangkan larutan benfield yang telah dilepaskan CO2 dikirimkan kembali
ke CO2absorber, dan CO2 digunakan sebagai bahan baku pembuatan urea. Pada
proses stripping berlangsung pada tekanan rendah (2,07 kg/ cm2) dan temperatur
tinggi 126oC. Panas yang digunakan untuk melucuti CO2 dari larutan Benfield
berasal dari steam.Ke dalam larutan Benfield biasanya ditambahkan anti foaming
agent (UCON 500 HB) untuk mencegah pembentukan busa. Reaksi yang terjadi
pada absorber :
CO2 + H2O ↔ H2CO3
H2CO3 + K2CO3 ↔ 2KHCO3
Pada absorber mempunyai kondisi operasi tekanan tinggi dan suhu
rendah, kondisi ini berlaku terbalik untuk Stripper.
Reaksi yang terjadi di Stripper :
2KHCO3 ↔ K2CO3 + H2O + CO2
c) Pemisahan Sulfur Organik
Sulfur organik dalam bentuk senyawa Merkaptan (RSR) tidak dapat
langsung dipisahkan, namun harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa H2S
dengan bantuan H2. Setelah gas umpan dikompresikan oleh kompressor sampai
tekanan sekitar 38 Kg/cm2 mengalir melalui covection primary reformer setelah
diinjeksikan syn gas yang kaya dengan H2, gas umpan dipanaskan lebih lanjut
didalam feed gas preheater coil sampai temperatur sekitar 371oC, kemudian gas
umpan dialirkan masuk ke desulfurizer, pada prosesnya ini terjadi kontak dengan
katalis CoMo (Cobalt Molebdenum) yang ada, dimana senyawa sulfur organik
terdekomposisi dan sulfurnya mengalami hidrogenasi menjadi H2S.
Reaksi yang terjadi di Cobalt Moly Hidrotreator :
RSH + H2 ↔ H2S + HR (Katalis CoMo)
H2S diubah menjadi ZnS di Zine Oxide Guard Chamber.
Reaksi yang terjadi :
H2S + ZnO ↔ ZnS + H2O (Katalis ZnO)
2.4.2.2 ReformingUnit
Gas proses yang telah diolah di Feed Treating Unit dengan komponen
utama CH4 (hampir 90 %), selanjutnya akan diproses di Reforming Unit.
Direforming unit gas alam yang sudah bersih dicampur dengan uap air,
dipanaskan, kemudian direaksikan di primary reformer, hasil yang berupa gas–
gas hidrogen dan CO2 dikirim ke secondary reformer dan direaksikan dengan
udara sehingga dihasilkan gas hidrogen, nitrogen, dan karbon dioksida. Gas hasil
reaksi ini dikirim ke unit purifikasi dan metanasi untuk memisahkan gas CO.
Reforming unit terdiri dari unit-unit :
1) Primary Reformer
Gas proses yang jenuh dengan air dimasukkan kedalam Primary Reformer
(101–B) yang terdiri atas multi tube yang berisi katalis Nikel Oksida, berupa
cincin atau silinder yang terdapat didalam 224 tabung. Sebelum dimasukkan ke
dalam burner untuk pembakaran terlebih dahulu dipanaskan (bertukar panas)
dengan flue gas yang akan ke stack. Selanjutnya udara dengan temperatur 220oC
dikirim ke setiap burner.Di dalam Primary Reformer terdapat 5 row yang setiap
row terdiri dari 56 tube katalis dan dilengkapi dengan 110 arch burner.Primary
reformer bertujuan untuk membentuk H2 dari CH4 pada temperatur sekitar 8000C.
Panas Primary Reformer dimanfaatkan untuk memanaskan coil udara dan steam.
Sedangkan panas sisa dikeluarkan oleh ID fan dengan temperatur sekitar 2000C.
Reaksi yang terjadi di Primary Reformer adalah sebagai berikut :
CH4 + H2O ↔ CO + 3 H2 (reaksi endotermis)
CO + H2O ↔ CO2 + H2 (reaksi eksotermis)
Apabila reaksi berlangsung sempurna maka total reaksi terjadi adalah :
CH4 + 2H2O ↔ CO2 + 4H2
Kondisi reaksi diatas pada temperature 900 – 1000 oC serta tekanan 37,19
kg/ cm2. Secara keseluruhan reaksi yang terjadi bersifat endotermis sehingga
dibutuhkan temperatur yang tinggi agar reaksi dapat berlangsung.Panas untuk
melangsungkan reaksi diperoleh dari pembakaran gas alam. Gas keluaran dari
Primary Reformer memiliki konsentrasi CH4 tidak lebih dari 12,5%.
2) Secondary Reformer
a) Temperatur
Jika temperatur primary reformer dinaikkan, maka reaksi akan bergeser ke
kanan yang akan menurunkan kadar CH4 dan CO, sedang kadar CO2 dan
H2 akan naik. Jika temperatur diturunkan akan efek sebaliknya.
b) Tekanan
Tekanan didalam sistem dianggap tetap, tetapi kalau dinaikkan akan
memberikan pengaruh reaksi seperti yang dialami pada penurunan
temperatur outlet primary reformer.
c) Rate Steam
Steam yang masuk harus cukup untuk memenuhi kebutuhan reaksi, dengan
perbandingan H2 dan N2 di dalam gas sintesa 3 : 1 jika kurang
konversinya akan turun dan dikhawatirkan akan terjadi cooking. Jika lebih
akan menambah kebutuhan akan fuel gas dan steam. Panas yang dihasilkan
di alat ini dimanfaatkan untuk menghasilkan steam di 101-CA/CB dan
102–C, yang merupakan pemasok steam terbesar untuk Ammonia Plant
sekitar 85% kebutuhaan steam.Secara keseluruhan reaksi bersifat
eksotermis.
2.4.2.3 Purifikasi
Komponen gas yang keluar dari secondary reformer terdiri dari H2, N2,
CO,CO2, Ar, dan CH4. Yang diperlukan untuk sistem ammonia adalah H2, N2,
sedangkan CO dan CO2dipisahkan dahulu di unit purification. Karbon dioksida
yang telah dipisahkan dikirm sebagai bahan baku pabrik urea. Sisa karbon
dioksida yang terbawa dalam gas proses akan menimbulkan racun pada katalisator
ammoniaconverter, oleh karena itu sebelum gas proses ini dikirm ke unit synloop
dan refrigeration terlebih dahulu masuk ke methanator. Tahapan purifikasi
tersebut adalah sebagai berikut :
a) High Temperatur Shift Converter
Pada shift converter akan terjadi konversi CO menjadi CO2, agar CO2
dapat diserap oleh larutan Benfield, selain itu untuk meringankan beban di
methanator agar katalis tidak mengalami overheating. Pada HTSC mengubah CO
menjadi CO2 dengan katalis Besi Alumina dengan kecepatan reaksi tinggi pada
temperatur tinggi (371 – 437.5oC). Reaksi yang terjadi adalah :
CO + H2O ↔ H2 + CO2
Gas dari proses reformer masuk dari bagian atas HTSC (104-DI) dan
direaksikan dengan air. Setelah gas mengalir dari atas menuju unggun katalis, gas
akan keluar dari bagian bawah converter. Karena tidak semua CO bisa durubah
menjadi CO2, maka CO tersebut akan diturunkan lagi sekecil mungkin pada
LTSC. Kadar Co yang akan keluar dari HTSC 3,5 % dry basis dengan temperatur
432 oC – 437 oC. Gas keluaran dari HTSC ini akan mengalami pendinginan oleh
boiler feed water.
b) Low Temperatur Shift Converter
Unit ini merubah CO menjadi CO2 yang belum terkonversi di HTSC
dengan bantuan katalis Tembaga Alumina.
Reaksi yang terjadi adalah :
CO + H2O ↔ CO2 + H2
0
Reaksi ini bersifat eksotermis sehingga pada suhu rendah 210 C,
konversinya bisa tinggi. Pada LTSC ini temperaturnya rendah sehingga dapat
memanfaatkan kondisi kesetimbangan dimana dapat dicapai konversi yang lebih
tinggi. Maksimum CO yang keluar dari LTSC dalam gas campuran < 0,3 % dry
basis dan temperatur 254 oC.
c) Pemisahan CO2
Gas sintesa yang telah bersih dari uap-uap airnya akan melalui tahap
berikutnya yaitu pemisahan CO2 dari gas tersebut. Pemisahan CO2 ini sangat
penting karena pada saat sintesa amoniak keberadaan CO2 dapat meracuni katalis
ammoniaconverter dan akan bereaksi membentuk karbamat. Karbamat apabila
terdapat pada sistem loop gas akan membeku sebab sistem beroperasi pada
temperatur rendah. Hal ini akan menyebabkan kebuntuan pada sistem-sistem
pemprosesan yang ada.
d) Metanasi
Kedua tahapan proses diatas masih menyisakan kadar CO dan CO2
sekitar 0.035% dimana hasil methanasi CO dan CO2 < 10 ppm. Untuk itu CO dan
CO2 diubah menjadi CH4.Reaksi terjadi pada temperatur 280 – 360 0C dengan
katalis Nikel Alumina.
Reaksi yang terjadi adalah :
CO + 3 H2 ↔ CH4 + H2O
CO2 + 4 H2 ↔ CH4 + 2 H2O
Kedua reaksi diatas bersifat eksotermis maka suhu reaktor dapat
meningkat hingga lebih dari 300oC.Untuk menjaga reaktor dari resiko kenaikan
suhu yang terlalu berlebih, reaktor dipasang alarm yang secara otomatis terhubung
dengan control valve yang dapat meninghentikan aliran gas menuju
methanator.Gas keluaran dari methanator memilki konsentrasi CO sekitar 0.37 %
mol. Gas hasil metanasi ini didinginkan dengan menggunakan BFW sebagai
media pendingin.Tujuan dari pendinginan ini untuk mengembunkan kandungan
air yang terdapat di dalam gas hasil metanasi.
2.4.2.4 Sintesa Amomnia
a) Compression
Gas proses yang keluar dari metanator dengan perbandingan gas hidrogen
dan nitrogen adalah 3 : 1,ditekan atau dimampatkatkan (dikompress) untuk
mencapai tekanan yang diinginkan oleh ammoniaconverter agar terjadi reaksi
pembentukan. Compression ini bertujuan untuk menaikkan tekanan gas sintesa
dari 27 Kg/cm2 menjadi 173-177 kg/cm2dengan menggunakan 2 tingkat
kompressor. Tingkatan kompressor ini terdiri atas LPCase dan HPCase, diantara
LP Case dan HP Case terdapat beberapa penukar panas dan separator dengan
maksud agar proses gas atau synthesis gas yang dikirim ke daerah Synthesis Loop
benar-benar memenuhi persyaratan.
Reaksi yang terjadi:
3H2 + N2 ↔ 2NH3 + Q
Konsentrasi NH3 inlet sekitar 2 %, sedangkan NH3 outlet,
AmmoniaConverter sebesar + 15-17 %.
b) Synthesis reaction
Ammonia converter (105-D), menggunakan katalis yaitu promotediron
catalyst. Katalis ini diletakan di dalam internal basket yang didesain terdiri dari
empat katalis bed yang terpisah di dalam reaktor. Bed paling atas memiliki
volume paling kecil dan ketiga bed makin ke bawah volumenya makin
besar.Tujuannya untuk membatasi panas reaksi yang eksotermis pada bed yang
atas (dimana reaksi paling cepat) sehingga converter dapat dijaga pada temperatur
yang diinginkan. Dengan temperatur converter kira-kira 400 - 4800C dan tekanan
130 - 140 kg/ cm2 sebagian dari gas sintesa (H2 dan N2) yang melewati katalis
akan berubah menjadi ammonia dengan reaksi sebagi berikut :
N2 + 3 H2 → 2 NH3 + Q
Reaksi diatas merupakan reaksi eksotermis, dimana rasio N2/H2 = 1/3,
konsentrasi amoniak dalam gas alam yang akan keluar dari bed terakhir ammonia
converter kira-kira 17,66 %. Selanjutnya gas sintesa yang keluar dialirkan
menjadi dua bagian ke refrigerationpurge separator vessel 108-F sedangkan
bagian lain dikirim ke kompressor tingkat 2 yang akan bergabung dengan gas
sintesa dari methanator.
2.4.2.5 Pemurnian Produk
Amoniak harus terus-menerus dipisahkan dari recycle gas yang menuju
ammonia converter karena keberadaannya yang cepat menumpuk dalam reaktor
yang akan mempengaruhi kesetimbangan reaksi. Hal ini dilakukan dengan jalan
mendinginkan aliran recycle gas sintesis melalui beberapa pendingin atau chiller
untuk mengembunkan produksi amoniak yang dihasilkan. Pemurnian produk
amoniak dilakukan memanfaatkan sistem refrigrerasi mempunyai dua macam
kegunaan, yaitu :
a. Menguapkan cairan amoniak secara terus-menerus pada batas tekanan
rendah untuk melepaskan gas-gas yang terlarut dan kemudian dikirim ke
sistem bahan bakar gas.
b. Proses pendinginan akan mengambil panas dari gas sintesa dalam loopgas
sintesa untuk mendinginkan sebagian gas recycle guna mendapatkan
pemisahan dan pengambilan hasil amoniak yang memuaskan dari
loopsintesis.
Secondary ammoniaseparator 106–F, menerima cairan amoniak dari
Primary Ammonia Separator dimana hasil amoniak telah dipisahkan dari gas
sintesa dengan tambahan sedikit aliran dari purge gas separator, tekanan pada
Secondary Ammonia Separator diatur pada 14,2 kg/cm2 dan membuang kelebihan
tekanan ke sistem purge gas tekanan rendah. Aliran cairan dari Secondary
Ammonia Separator diturunkan tekanannya (let down) menuju dua tempat dalam
sistem refrigerasi.Satu aliran dikirim ke refrigerant flash drum tingkat 2 111–F
refrigerant flash drum tingkat 3 112–F dan aliran kedua ke refrigerant flash drum
tingkat 3 112–F.
Refrigerant flash drum tingkat 3 112–F ini memberikan pelayanan pada
proses dengan tiga cara, yaitu :
a. Dengan penguapan yang kuat dan semua gas inert akan terpisah dari
amoniak
b. Sebagai heat drum pada sirkulasi pendinginan karena mengambil panas
dari loop gas sintesa melalui chiller.
c. Menerima uap amoniak dari chiller.
Ammoniak yang telah menguap dalam sistem dihisap dan dimampatkan
oleh kompresor amoniak dan kemudian dihimpun di dalam refrigerant receiver
dan tekanan dijaga sekitar 10 % diatas tekanan uap amoniak pada temperatur
operasi. Amoniak panas dari drum refrigerant receiver dipompakan dan
bergabung dengan arus dingin dari refrigerant flash drum tingkat 3 yang
dipompakan pada battery limits sehingga akan diperoleh temperatur amoniak
yang diinginkan, yaitu 30oC. Produk amoniak panas ini akan dikirim ke pabrik
diuapkan dengan penurunan tekanan secara bertahap, yaitu pada refrigerant flash
drum tingkat pertama yang temperaturnya 14,6oC.
Amoniak yang tidak dikirim ke battery limits diuapkan kembali di
Refrigerant Flash Drum Tingkat Pertama. Temperatur dari refrigerant flash drum
tingkat pertama tidak berubah-ubah bertahan pada tekanan menengah dari case
kedua kompresor amoniak, tekanannya sekitar 6,25 kg/cm2. Drum ini berfungsi
sebagai head drum dan memberikan supply amonia pada chiller. Tekanan dari
refrigerant flash drum tingkat kedua tidak berubah-ubah bertahan pada tekanan
masuk dari case kedua kompresor amoniak, tekanannya kira-kira 2,2 kg/cm2
dengan temperatur –7,8oC. Cairan amoniak yang menguap dari flash drum tingkat
pertama masuk ke refrigerant flash drum tingkat kedua dan disirkulasikan dengan
pengaruh termosyphon melalui chiller tingkat dua. Hasil cairan dari
refrigerantflash drum tingkat kedua diuapkan purge gaschiller dalam loop sintesa
dalam chiller gas alam untuk memberikian pendinginan. Compressor Refrigerant
beroperasi pada sistem pemurnian dengan dua cara :
a. Untuk menjaga tekanan-tekanan yang dikehendaki dalam flash drum
tingkat satu, dua dan tiga.
b. Untuk menaikkan tekanan semua uap amoniak sehingga amoniak dapat
diembunkan sampai temperatur sedikit di bawah titik embunnya dengan
air pendingin dalam ammonia conventer.
2.4.3 Penampungan Produksi Ammonia
Penampung produk refrigerasi (refrigerant receiver) 109-F menampung
semua hasil produksi amoniak. Produk amoniak terbagi atas dua jenis :
1. Produk Ammonia Panas (30oC)
Produk ini diambil langsung dari penampung amoniak 109–F dan dipompa
oleh pompa amoniak 125–J sebagai bahan baku pabrik urea. Suhunya
dijaga dengan mengatur penginjeksian amoniak dingin dari 112–F melalui
pompa 118-F. Kelebihan amoniak yang tidak terpompakan oleh 125–J.
2. Produk Amoniak Dingin (–33oC)
Untuk menampung produksi amoniak dingin dengan temperatur –33oC dan
tekanan 0,04 kg/cm2. Agar tekanan di dalam Ammonia storage Tank tetap,
uap amoniak ditarik oleh NH3 Refrigerant compressor 105-J, juga di
masing-masing pabrik dilengkapi NH3 Refrigerant Compressor yang kecil
sebagai cadangan kalau Compressor 105-J ada yang tidak jalan. Kapasitas
Ammonia Storage Tank 10.000 MT.
BAB III
TUGAS KHUSUS
A. Methanator
untuk temperatur yang tinggi, dimana secara interlock akan menutup valve inlet
methanator.
Temperatur desain methanator ini tidak boleh dilampaui oleh temperatur
aktual. Jadi kandungan gas CO dan CO2 pada aliran inlet methanator harus dijaga
agar tidak terlalu tinggi sehingga mengakibatkan kenaikkan temeperatur yang
yterlampau tinggi. Apabila pada keadaan presi terjadi kesalahan pada unit co2
removal sehingga mengakibatkan tingginya kadar gas CO2 yang keluar absorber,
maka aliran gas sintesa akan dilewatkan melalui aliran bypass atau dibuang
melalui saluran venting.
Karena reaksi methanasi mengeluarkan panas yang tinggi, methanator
harus dilengkapi dengan valve inlet yang otomatis dapat tertutup pada suhu tinggi.
Pada saat mengurango rate gas atau jika kandungan inlet co/co2 inlet methanator
lebih tinggi dari normal, by-pass gas 1-114-C perlu dibuka. Flow by-pass diatur
dengan TIC-1017 untuk menjaga temperature inlet methanator. Kenaikan
temperature di methanato. Kenaikan temperature di methanator sekitar 31 c,
tergantung dengn banyaknya co/co2 didalam gas outlet absober 1-101-E.
Tipe reaktor
1. Kesederhanaannya
2. Rendah biaya kontruksinya
Racun-racun katalis
Konversi
Methanator akan berfungsi baik bila kndungan CO dan CO2 dalam gas
akan masuk ke methanator korang dari 0,5% CO dan kurang dari 1% CO2. Dari
material balance dan hasil analisa laboratorium maka dapat diketahui bahwa
kandungan CO yang masuk ke methanator masih dibawah standar itu. Hal ini
menunjukan bahwa unit CO2 removal masih bekerja dengan baik sehingga
katalis methanator dapat beroperasi secara optimal, sehingga mampu mengurangi
bahkan menghilangkan kadar CO dan CO2 yang memenuhi syarat untuk proses
berikutnya.
Temperatur
Jika terjadi error pada unit CO2 removal akan berakibat kelebihan kadar
oksida karbon dalam gas masuk methanator. Kelebihan kadar oksida karbon ini
akan mengakibatkan kenaikan temperatur yang tinggi pada methanator karena
reaksi methanasi ada;ah reaksi yang sangat eksotermis. Untuk mengembalikan
keadaan tempetarue pada keadaan normal, pada methanator dapat dimasukan gas
nitrogen ke saluran outlet dari pada vessel karena nitrogen dapat menghilangkan
panas dari bagian bawah sampai atas vent. Tekanan di methanator tidak
diperbolehkan dibawah tekanan operasi normal. Penurunan tekanan enyebabkan
kenaikan temperatur yang tinggi pada methnator karena perbedaan tekanan yang
tinggi pada kerangan masyk. Katalis tidak bisa didinginkan pada suhu kamar
dalam keadaan ada CO. Bilamana proses gas mengandung CO, methanator harus
diflush terlebih dahulu dengan gas yang bebas CO sebelum suhu turun dibawah
204C
Spesifikasi methanator
Vessel methanator terbuat dari bahan stainless steel. Hal ini mengingat
temperatur operasi methanator yang cukup tinggi dn komposisi feed gass
yang masuk banyak mengandung hidrogen. Dimana dapat terserap kedalam
logam sehingga duktilitas logam akan berkurang, hal ini disebut hidrogen
embrittlement
N2 48642 48642
H2 10312 10123
AR 889 889
CO 716 0
CO2 183 0
Temperatur Methanator
315,6 344,2
Tabel 3.3 Data Design Komposisi dan Berat Molekul Tiap Komponen
H2 73,82 2
N2 25,13 28
CH4 0,38 16
AR 0,32 39,95
CO 0,06 28
CO2 0,31 44
Untuk menjelaskan neraca massa dan energi pada data aktual 106-D,
dibutuhkan data kondisi operasi berupa laju alir input dan temperatur Methanator
106-D. Laju alir didapat dari akumulasi FCAL1001, FCAL 1002, serta FCAL
1003. Hasil flowrate keluaran 106-D ditentukan melalui bukaan yang berasal dari
aliran keluaran 106-D. Data yang berbeda dalam pengambilan data aktual selama
perminggu dalam satu bulan yaitu 4 data. Data dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.4 Data Aktual Laju Alir Input dari Aliran Methanator 106-D
Hari FCAL 1001 FCAL 1002 FCAL 1003 FCAL 1003 F input Total
ke- (ton/hr) (ton/hr) (E3nm3/hr) (ton/hr) (ton/hr)
1 25,96825 86,34009 42,35197 64,4937136 45,462251
2 24,84973 83,55281 40,94077 64,4937136 44,168747
3 24,31246 83,00034 40,37614 64,4937136 42,572905
4 2,97659 82,89368 40,16830 64,4937136 48,336012
Tabel 3.5 Data Aktual Temperatur Input dari Aliran Methanator 106-D
T inlet T Outlet
Hari ke-
(°C) (°C)
1 274,90521 309,38034
2 274,62332 307,21259
3 273,48816 307,96460
4 273,75537 307,77609
∑ 𝐹𝑖 . 𝑤𝑖,𝑗 = ∑ 𝐹𝑖 . 𝑤𝑖,𝑗
𝑖=𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑖=𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛
𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
dimana:
Setelah didapat Laju alir input syngas dalam kg/mol, akan diubah satuannya
menjadi kmol/hr.
F input H2 = 10312 kg/mol
N input CO2 = (F input CO2)/(Mr CO2)
= (10312kg/mol)/(40,01)
= 5156 kmol/jam
Setelah diubah satuannya maka output pada methanator diketahui dengan bantuan
reaksi yang ada di methanator.
Reaksi pada methanator :
CO + 3H2 → CH4 + H2O (reaksi 1)
CO2 + 4H2 → CH4 + 2H2O (reaksi 2)
Pada reaksi 1 :
CO + 3H2 → CH4 + H2O
Mula : 25,57143 5156 - -
reaksi : 25,57143 76,71429 25,57143 25,57143
sisa : 0 5079,286 25,57143 25,57143
Pada reaksi 2
CO2 + 4H2 → CH4 + 2H2O
Mula : 4,159091 5079,286 - -
Reaksi : 4,159091 16,63636 4,159091 4,159091
Sisa : 0 5062,649 4,159091 4,159091
Dengan hasil reaksi maka output methanator telah diketahui.
Tabel 3.7 Hasil laju alir output data desin methanator 106-D
Output
data desain mol flow input massa desain
komponen bm %mole kmol/h kg/h
H2 2 73,51 5062,649 10125,3
N2 28 25,43 1737,214 48642
CH4 16 0,74 55,54302 888,6883
AR 39,95 0,32 22,25282 889
CO 28 0 0 0
CO2 44 0 0 0
H20 18 0 99,66739 1794,013
TOTAL 100 6977,327 62339
[F Total input = F Total output]
[62339 Kg/Hr = 62339 Kg/Hr] → neraca ballance kerena menggunakan dry input
basis.
Untuk data aktual yang telah diperoleh, dengan cara yang serupa dari
Setelah didapat Laju alir input syngas dalam kg/mol, akan diubah satuannya
menjadi kmol/hr.
= (10312kg/mol)/(40,01)
= 5156 kmol/jam
Setelah diubah satuannya maka output pada methanator diketahui dengan bantuan
Pada reaksi 1 :
Pada reaksi 2
Tabel 3.9 Hasil output laju alir data aktual Methanator 106-D
Themodinamical
Dengan cara yang serupa untuk memperoleh neraca massa pada data
Tabel 3.10 Data Aktual Laju Alir Input Output dan persen mol komponen Aliran
input output
mol mol
komponen mol flow Flow komponen mol flow Flow
komponen %mole kmol/h kg/h %mole (kmol/h) kg/mole
H2 73,59 5002,721 10005,44 73,04 3123,655 6247,309
N2 24,65 51,20964 1433,87 25,12 51,20964 1433,87
CH4 0,95 970,1702 15522,72 1,55 1552,272 24836,36
AR 0,24 1,929906 77,19624 0,29 1,929906 77,19624
CO 0,44 449,342 12581,58 0 0 0
CO2 0,13 132,7601 5841,446 0 0 0
H20 0 0 0 714,8622 12867,52
TOTAL 100 6608,133 45462,25 100 5443,929 45462,25
Tabel 3.11 Data Aktual Laju Alir Input Output dan persen mol komponen Aliran
input output
mol
komponen mol flow Flow mol komponen mol flow Flow
komponen %mole kmol/h kg/h %mole (kmol/h) kg/mole
H2 2 74,53 4862,734 2 73,1 3110,972
N2 28 23,75 49,36763 28 25,13 49,36763
CH4 16 0,94 962,9566 16 1,49 1485,412
AR 40 0,27 1,864966 40 0,28 1,864966
CO 28 0,33 338,0592 28 0 0
CO2 44 0,18 184,396 44 0 0
H20 18 0 0 0 706,8512
TOTAL 176 100 6399,378 158 100 5354,468
Tabel 3.12 Data Aktual Laju Alir Input Output dan persen mol komponen Aliran
input output
mol
komponen mol flow Flow mol komponen mol flow Flow
komponen %mole kmol/h kg/h %mole (kmol/h) kg/mole
H2 73,46 4865,849 9731,699 73,34 3311,63 6623,26
N2 24,78 48,58256 1360,312 24,93 48,58256 1360,312
CH4 0,98 989,0487 15824,78 1,46 1453,296 23252,74
AR 0,32 1,838759 73,55034 0,27 1,838759 73,55034
CO 0,3 302,77 8477,561 0 0 0
CO2 0,16 161,4773 7105,003 0 0 0
H20 0 0 0 0 625,7247 11263,04
TOTAL 100 6369,567 42572,9 100 4815,347 42572,9
Tabel 3.13 Data Aktual Laju Alir Input Output dan persen mol komponen Aliran
input output
mol
komponen mol flow Flow mol komponen mol flow Flow
komponen %mole kmol/h kg/h %mole (kmol/h) kg/mole
H2 73,82 5380,933 10761,87 73,07 3037,198 6074,396
N2 24,22 48,21959 1350,149 25,08 48,21959 1350,149
CH4 0,9 758,7631 12140,21 1,55 1433,219 22931,51
AR 0,26 1,828766 73,15064 0,3 1,828766 73,15064
CO 0,42 354,0895 9914,505 0 0 0
CO2 0,38 320,3667 14096,13 0 0 0
H20 0 0 0 0 994,8228 17906,81
TOTAL 100 6864,2 48336,01 100 4520,465 48336,01
Q = ∆H
Q = ∆H = Hproduk – Hreaktan
Jika tidak ada panas yang timbul akibat perubahan fasa materi pada suatu sistem,
maka,
Q = ∆H = (∑ n Cp dT)keluar - (∑ n Cp dT)masuk
Jika sistem yang ditinjau berada pada keadaan adiabatis maka,
0 = ∆H = (∑ n Cp dT)keluar - (∑ n Cp dT)masuk
(∑ n Cp dT)keluar = (∑ n Cp dT)masuk
Keterangan : ∆H = Perpindahan Panas (kJ)
n = Kuantitas Massa (kmol)
Cp = Kapasitas Panas (kJ/kmol K)
dT = Perbedaan Temperatur (K)
Perhitungan Kapasitas Panas (Cp)
𝑇 𝑇
∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇 = ∫ (𝐴 + 𝐵𝑇 + 𝐶𝑇 2 + 𝐷𝑇 3 + 𝐸𝑇 4 )𝑑𝑇
𝑇 𝑟𝑒𝑓 𝑇𝑟𝑒𝑓
𝑇
𝐵 2 2
𝐶 3
𝐷 4
𝐸 5
∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇 = 𝐴(𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 ) + (𝑇 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 ) + (𝑇 3 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 ) + (𝑇 4 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 ) + (𝑇 5 − 𝑇𝑟𝑒𝑓 )
𝑇 𝑟𝑒𝑓 2 3 4 5
komponen A B C D E
-03 -05 -09
N2 29,342 -3,54×10 1,01×10 -4,31×10 2,59×10-13
-02 -05
H2 25,399 2,02×10 -3,85×10 3,19×10-08 -8,76×10-12
CH4 34,942 -4,00×10-02 1,92×10-04 -1,53×10-07 3,93×10-11
Ar 20,786 0 0 0 0
-03 -05 -08 -12
CO 29,556 -6,58×10 2,01×10 -1,22×10 2,26×10
CO2 27,437 4,23×10-02 -1,96×10-05 4,00×10-09 -2,99×10-13
H2O 3,39×1001 -8,42×10-03 2,99×10-05 -1,78×10-08 3,69×10-12
sebagai berikut :
1 2 3 4
−0,03996 1,92𝑥10−4
𝐶𝑝 𝑑𝑇𝐶𝐻4 = 34,942(6172,2 − 298) + (6172,22 − 2982 ) + (6172,23
2 3
−1,53𝑥10−7 3,93𝑥10−11
− 2983 ) + (6172,24 − 2984 ) + (6172,25 − 2985 )
4 5
= 14095,54212 𝑘𝐽⁄𝑘𝑚𝑜𝑙
0,0202 −3,85𝑥10−5
𝐶𝑝 𝑑𝑇𝐻2 = 25,399(6172,2 − 298) + (6172,22 − 2982 ) + (6172,23
2 3
3,19𝑥10−8 −8,76𝑥10−12
− 2983 ) + (6172,24 − 2984 ) + (6172,25 − 2985 )
4 5
= 9314,515577 𝑘𝐽⁄𝑘𝑚𝑜𝑙
Berdasarkan data aktual diperoleh kapasitas panas masing-masing komponen
sebagai berikut :
Tabel 3.16 Data Kapasitas Panas Syngas Pada Tiap Komponen TI1361(kJ/kmol)
MINGGUKE
1 2 3 4
T: 309,3803
KOMPONEN °C T: 307,2126°C T:307,9646°C T:307,609°C
N2 8363,602 8298,847 8321,309 8315,678
H2 8291,55 8227,895 8249,977 8244,442
CH4 12282,85 12172,36 12210,66 12201,05
Ar 5911,13 5866,071 5881,702 5877,784
CO 8430,896 8365,02 8387,87 8382,141
CO2 12087,77 11987,66 12022,38 12013,68
H2O 9871,544 9793,363 9820,479 9813,681
Perpindahan Panas
Perpindahan panas pada syngas berdasarkan data design dimana digunakan
persamaan sebagai berikut :
Q = ∆H = Hproduk + Hr 298K + Hreaktan
a) Menghitung Perpindahan Panas TIAH1355
HTI1355 = (∑ n Cp dT)TI1355, maka perhitungan perpindahan panas dengan
Tabel 3.17 Data Perhitungan Perpindahan Panas Tiap Komponen TIAH1355 dari
Data Design.
Mol Cp.dT
KOMPONEN TI1355 (kJ/molK) Q (kj/Hr)
N2 5156 8549,50007 44081222,35
H2 1737,2143 8474,20733 14721514,04
CH4 25,8125 12601,3995 325273,6255
AR 22,252816 6040,4116 134416,168
CO 25,571429 8620,0694 220427,4889
CO2 4,1590909 12375,585 51471,18296
H2O 65,777778 10096,1492 664102,2553
TOTAL 60198427,11
Berdasarkan data aktual, hasil perhitungan perpindahan panas adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.18 Data Perhitungan Perpindahan Panas Tiap Komponen TIAH1355 dari
Data Aktual.
Komponen Mingguke
1 2 3 4
N2 375671,6 361744,8571 354352,113 352087,84
H2 36418131 35358858,27 35219476,3 38989877,6
CH4 10243389 10153924,02 10374080,5 7968548,73
AR 10024,95 9676,694056 9497,32581 9455,87046
CO 3319124 2494243,074 2223501,79 2603240,08
CO2 1395173 1935453,986 1686581,26 3350013,45
H2O 0 0 0 0
TOTAL 51761514 50313900,91 49867489,3 53273223,6
Tabel 3.19 Data Perhitungan Perpindahan Panas Tiap Komponen TI1361 dari
Data Design.
Mol Cp.dT
KOMPONEN TI1361 (kJ/molK) Q (kj/Hr)
N2 5061,5 9406,359783 16340862,6
H2 1737,214 9314,515577 47145420,6
CH4 55,625 14095,54212 784064,53
AR 22,25282 6634,8912 147645,013
CO 0 9493,085277 0
CO2 0 13710,52522 0
H2O 99,72222 11134,61482 1110368,53
total 65528361,3
Berdasarkan data aktual, hasil perhitungan perpindahan panas adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.20 Data Perhitungan Perpindahan Panas Tiap Komponen TI1361 dari
Data Aktual.
Mingguke
komponen 1 2 3 4
N2 428297,1 409694 404270 400978,6
H2 25899939 2,6E+07 2,7E+07 25040001
CH4 19066325 1,8E+07 1,8E+07 17486784
AR 11407,92 10940 10815 10749,09
CO 0 0 0 0
CO2 0 0 0 0
H2O 1,27E+08 1,2E+08 1,1E+08 1,76E+08
TOTAL 1,72E+08 1,7E+08 1,6E+08 2,19E+08
Pada reaksi 2
CO2 + 4H2 → CH4 + 2H2O
Mula : 4,159091 5079,286
Reaksi : 4,159091 16,63636 4,159091 4,159091
Sisa : 0 5062,649 4,159091 4,159091
Pada reaksi 2
Tabel 3.22 Hasil perhitungan panas reaktan data desain pada reaksi 2
Reaktan mol bereaksi CpdT m.CpdT
CO2 4,159090909 -12369,46437 -51445,7
H2 16,63636364 -8474,207332 -140980
TOTAL -192426
Dengan cara yang serupa maka hasil data aktual pada methanator sebagai berikut
Pada Reaksi 2
TOTAL -6361734
-
CO 320,3667 10456,8 -3350013
4 -
H2 1281,467 7245,93 -9285421
TOTAL -12635434
Pada reaksi 1
Pada reaksi 2
Maka dengan diketahui data design maka diperoleh panas entalpi yaitu
= -5271039 kj/kmol
= -686166,8182 kj/kmol
Dari data design yang telah dihitung maka diperoleh hasil data aktual dengan cara
yang serupa sebagai berikut.
∆H 298K (Kj/Hr)
Mingguke reaksi 1 reaksi 2
1 -92622859,43 -21902765,64
2 -69684152,79 -30421644,39
3 -62409985,13 -26640532,59
4 -72988459,61 -52854090,07
Hasil perhitungan entlapi reaktan dan pada kondisi 298K dapat dicari entalpi
produk yaitu :
Maka perpindahan panas reaksi (Q reaksi) yang dihasilkan untuk data design
adalah sebagai berikut :
Reaksi 1 → Q = ∆°H reaksi +∆°H298K +∆°Hproduk
Q = (-870520) + (-5271039) + (645171,2) kJ/jam
Q = -5496388 kJ/jam
Reaksi 2 → Q = ∆°H reaksi +∆°H298K +∆°Hproduk
Q = (-192426) + (-68616,8182) + (195389) kJ/jam
Q = -683203,6011 kJ/jam
Sedangkan perpindahan panas reaksi (Q reaksi) yang dihasilkan untuk data aktual
adalah sebagai berikut :
3.5 Pembahasan
Methanaor yang berseri 106-D di PUSRI IB, alat proses methanasi yang
bertujuan untuk membentuk gas methana untuk menghilangkan oksida-oksida
karbon dari aliran gas sintesa secara menyeluruh, karena oksida oksida karbon
pada gas sintesa adaah racun (perusak) bagi katalis yang ada di unit ammonia
converter.
Dari perhitungan yan telah dilakukan diatas, terlihat bahwa untuk neraca
panas pada methanator dari perhitungan secara aktual bila dibandingkan dengan
data desain dan dihitung dari rate yang sama menghasilkan neraca massa yang
balance yang berarti kondisi pada alat methanator ini sangat baik untuk
melakukan proses methanasi.
Dari data aktual tersebut menggunakan data dry input basis dimana hanya
data gas yang diperlihatkan dan direaksikan dengan menghasilkan gas methan,
liquid H2O dan Heat.
Pada methanator terjadi reaksi yang eksotermis (melepas panas) sehingga
dipasang isolator panas agar tidak banyak panas yang hilang terbuang ke
lingkungan disekitar alat methanator. Untuk melihat efisien isolator panas alat
methanator ini masih baik atau tidak bisa diamati pada perhitugan neraca panas.
Dari perhitungan diatas bahwa alat methanator pada bulan November 2018
melepas panas samapi 1954507,82 kJ/Hr. Sehingga banyak sekali panas yang
hilang pada proses methanasi. Karena proses jumlah panas yang dikeluarkan
menunjukan bahwa isolator kurang bekerja dengan baik tetapi masih bisa bekerja
dengan baik, maka itulah bulan depan pada akhir desember 2018 diadakan TA
(Turn Around) pada PUSRI IB.
Pada kadar gas CO dan CO2 masih terbilang cukup baik pada proses input
methanator asal tidak melewati kadar gas yang telah ditentukan. Tingginya kadar
gas dipengaruhi oleh proses unit CO2 reomval yang mungkin kurangnya
menyerap CO dan CO2, sehinggagas yang masuk pada proses methanasi sedikit
besar, tetapi tidak membuat suhu naik pada in methanator karena tidak berlebih
dari kadar gas yang telah ditentukan.
B. Secondary Reformer
3.3 Judul Tugas Khusus
Mengevaluasi Kinerja Secondary Reformer ( 1-103 D ) di unit ammonia
PUSRI 1B.
Pada tugas akhir saya memilih alat salah satu alat yang ada dipabrik
pembuatan amoniak yaitu Secondary Reformer sebagai tugas akhir
saya. Seperti yang diketahui reforming adalah proses pemecahan
rantai karbon panjang menjadi rantai carbon yang lebih pendek,
selain itu pada reforming juga terjadi pemecahan metana menjadi
Hidrogen dan Carbon. Umumnya pada proses reforming dibagi
menjadi dua bagian yaitu Primary Reformer dan Secondary
Reformer.
metana, yang digunakan pada reaksi (2). Panas masuk yang dibutuhkan
untuk reaksi (3) sangat kecil dibandingkan panas yang dibutuhkan oleh
reaksi (1) dan (2). (Manual Operasi Pabrik Amoniak. 2007)
2. Secondary reforming
B. Katalis Reaksi
a. Deposit Karbon
b. Seyawa Sulfur
3.4 Perhitungan
°C K °C K °C K
T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2 T1 T2
BM
Komponen
Komposisi Kg/Kmol
16
CH4 0.31
28
CO 3.53
44
CO2 16.1
2
H2 58.75
28
N2 21.04
40
Ar 0.27
TOTAL 100
3.4.2. Data Aktual
Untuk menjelaskan neraca massa pada data design 103-D, terlebih dahulu
akan disajikan beberapa tabel yang dibutuhkan..
Tabel 3.36. Data Aktual Temperatur
Mingguke Tudara Proses Tinlet Secondery Toutlet Secondary
K K K
T1 T2 T1 T2 T1 T2
( METHAN )
Kmol/hr Kg/hr
CH4 16.042 605.7 9718 605.7 0 2422.8
CO2 44.01 553.29 24352 553.29 1106.58 0
CO 28.01 490.94 13752 490.94 490.94 0
H2 2.015 3276.99 6606 0 0 6553.98
H2O 18.015 3659.21 65924 0 3659.21 7318.42
Ar 39.948 0.06 2 0 0 0
N2 28.013 4.42 124 4.42 124 0
TOTAL 8590.6 120476 1654.4 5380.7 16295
= 0.31 x 1649.9
19.94
= 25.6508676 Kmol/jam
= 3235.081 Kmol/jam
Laju Alir
Fraksi Mol
Senyawa
(Kmol/jam)
IN (n) OUT BM KG/HR mi
CH4 86.53 14.09 16 20984.19993 1311.512496
C2H6 6.38 30 1547.199764 51.57332547
C3H8 1.19 44 288.584282 6.558733682
i-C4H10 0.24 58 58.201872 1.003480552
n-C4H10 0.31 58 75.177418 1.296162379
i-C5H12 0.12 72 29.100936 0.404179667
n-C5H12 0.08 72 19.400624 0.269453111
C6H14 0.16 86 38.801248 0.451177302
CO2 0.51 9.8 44 123.678978 2.810885864
CO 0.02 8.3 28 4.850156 0.173219857
Ar 0.01 0.09 39.95 2.425078 0.060702829
N2 1.5 0.8 28 363.7617 12.99148929
H2 2.95 66.92 2 715.39801 357.699005
Total NG 100 100 577.95 24250.78 1746.804311
H2O 18 4640.950556
Total
Mix 595.95 6387.754866
Tabel 3.46 Total Atom C,O dan H
Komponen C H O
CH4 1311.512496 5246.05
C2H6 103.1466509 309.44
C3H8 19.67620105 52.46987
i-C4H10 4.013922207 10.03481
n-C4H10 5.184649517 12.96162
i-C5H12 2.020898333 4.850156
n-C5H12 1.347265556 3.233437
C6H14 2.707063814 6.316482
CO2 2.810885864 0 5.621771727
CO 0.173219857 0 0.173219857
Ar 0 0
N2 0 0
H2 0 715.398
H2O 0 9281.901 4640.950556
TOTAL 1452.593253 15642.66 4646.745547
Cin = Cout
1452.593253 = x 32.19
X = 45.12561 Kmol
= 635.8197867 Kmol/Jam
= 675.6927091 Kmol/Jam
REAKSI DI PRIMARY
1. CH4 + H2 O ➔ CO + 3H2
M 1311.512496 4640.951
M 51.57332547 3965.258
M 1.003480552 3842.434994
M 1.296162379 3838.421072
M 0.404179667 3833.236423
M 0.269453111 3831.215524
M 0.451177302 3829.868259
9. CO + H2O ➔ CO2 + H2
M 813.7893606 3827.161195
H2 out = H2 in – H2 terbentuk
= 3161.773779 Kmol/Jam
BM Aliran Input C O H
Kg/Km
ol kmol/hr kg/hr
16.042 635.819786 10199.8210 635.819786 0 2543.27914
7 2 7 7
44.01 439.246831 19331.2530 439.246831 878.493663 0
8 7 8 6
28.01 374.542528 10490.9362 374.542528 374.542528 0
7 3 7 7
2.015 3161.77377 6370.97416 0 6323.54755
9 5 0 8
18.015 3387.91436 61033.2772 0 3387.91436 0
3 5 3
39.948 1.84360331 71.2233085 0 0 0
3 5
32 140.849138 4507.17242 0 281.698276 0
3 4 5
28.013 48.6494989 998.887825 0 0 0
7 4
1449.60914
8190.6395 113003.5 7 4922.649 8866.8267
Tabel 3.50Tabel Komposisi Total Out Secondary
Komponen
Outlet ( %mol )
CH4 0.91
CO 10.47
CO2 9.2
H2 57.2
N2 21.97
Ar 0.25
TOTAL 100
= 0.91 x 1449.609147
20.58 %
= 64.09836 Kmol/jam
= 2889.110636 Kmol/jam
• Desain
1. Menghitung Panas IN udara
Tabel.3.54 Suhu Udara Proses
C K
Tdesign (
T2 ) 610 883
Treff( T1 ) 25 298
Cp = a + bT + cT2 + dT3
T1∫ T1∫
T2 Cp dT = T2 (a + bT2 + cT3 + dT4) dT
𝑏 𝐶 𝑑
T1∫
T2 Cp dT = a ( T2-T1 ) +2 ( T22 – T12) +3 ( T23 – T13) + 4 (T24 – T14)
298 K ∫
883 K Cp dT = 39.840.000 Kjoule /Kmol
Dengan perhitungan yang sama tersebut didapatkan nilai seperti pada tabel
C K
Tref (T1) 25 298
Tdesign(T2) 807.8 1080.8
Cp = a + bT + cT2 + dT3
T1∫ T1∫
T2 Cp dT = T2 (a + bT2 + cT3 + dT4) dT
𝑏 𝐶 𝑑
T1∫
T2 Cp dT = a ( T2-T1 ) +2 ( T22 – T12) +3 ( T23 – T13) + 4 (T24 – T14)
5.469 x 10−2
298 K ∫ (1080.82 – 2982) +
1080.8 K
= 34.31 ( 1080.8-298) + 2
298 K ∫
1080 K
Cp dT = 57.500.00Kjoule /Kmol
Dengan perhitungan yang sama tersebut didapatkan nilai seperti pada table
3.59
∆H298 Kj/Kmol
CH4 -74.8
H2O -241.8266
CO -110.52
CO2 -393.51
H2 0
O2 0
( SUMBER ,DAVID M.HIMMELBLAU " BASIC PRINCIPLES AND
CALCULATION IN CHEMICAL ENGINEERING )
a. Mencari T campuran
𝑀𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑀𝑖𝑛𝑑𝑎𝑟𝑖𝑃𝑟𝑖𝑚𝑎𝑟𝑦
T = Tudara + Tin dari
𝑀𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎+𝑀𝑖𝑛𝑑𝑎𝑟𝑖𝑃𝑟𝑖𝑚𝑎𝑟𝑦 𝑀𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎+𝑀𝑖𝑛𝑑𝑎𝑟𝑖𝑃𝑟𝑖𝑚𝑎𝑟𝑦
Primary
8590.61 8590.61
T= 8833+8590.61883 K + 8833+8590.611080.8 K
T = 980.5241 K
980.5241 K 1278.5241 K
289 K 289 K
Reaksi 1
M 605.7 3659.21
Reaktan Kmol Cp Dt n x Cp dT
CH4 605.7 4.81E+04 2.92E+07
H20 3659.21 2.81E+04 1.03E+08
TOTAL 4264.91 7.62E+04 1.32E+08
∆Hp = n T1∫ Cp dT suhu dari 298 K sampai 980.524144 K
T2
Produk Kmol/Hr Cp Dt n x Cp dT
CH4 25.6508676 3511421.826 90071016.37
H2O 3079.160868 475079.25 1462845436
CO 580.0491324 31199.29 18097121.1
H2 1740.147397 36605.81489 63699513.51
TOTAL 5425.0083 4054306.18 1634713086
Jadi Qreaksi 1 = ∆H298 + ∆Hr + ∆Hp
Jadi Qreaksi 1 = 1.77E+09 Kjoule /hr
Reaksi 2
2H2 + O2 2H2O
M 3276.99 467.41
Reaktan Kmol/hr ∫ Cp dT n x ∫ Cp dT
-
H2 3276.99 -194298.3435 636713728.7
O2 467.41 348262.1593 162781215.9
-
TOTAL 3744.4 153963.8158 473932512.9
∆Hp = n T1∫T2 Cp dT suhu dari 298 K sampai 980.524144 K
PRODUK Kmol/Hr ∫ Cp dT n x ∫ Cp dT
H2 1536.842603 36605.81489 56257375.84
O2 0 0 0
H2O 1740.147397 475079.25 826707920.3
TOTAL 3276.99 511685.0649 882965296
Jadi Qreaksi 1 = ∆H298 + ∆Hr + ∆Hp
Reaksi 3
CO + H2O CO2 + H2
M 1070.989132 3659.21
∆H298 = - 3.206.218.134Kjoule/Hr
C K
Tref ( T1 ) 25 298
Toutlet design ( T2 ) 1002.5 1275.5
2
Cp = a + bT + cT + dT 3
𝑏 𝐶 𝑑
T1∫
T2 Cp dT = a ( T2-T1 ) +2 ( T22 – T12) +3 ( T23 – T13) + 4 (T24 – T14)
298 K ∫
1275.5 K
Cp dT = 77388.96419 Kjoule /Kmol
2. Aktual
C K
Tdesign ( 863.29688
T2 ) 590.29688
Treff( T1 ) 25 298
Cp = a + bT + cT2 + dT3
T1∫ T1∫
T2 Cp dT = T2 (a + bT2 + cT3 + dT4) dT
𝑏 𝐶 𝑑
T1∫
T2 Cp dT = a ( T2-T1 ) +2 ( T22 – T12) +3 ( T23 – T13) + 4 (T24 – T14)
5.469 x 10−2
298 K ∫ (863.296882 – 2982) +
863.29688 K
= 34.31 ( 883-298) + 2
298 K ∫
863.296882 K
Cp dT = 18.600.00 Kjoule /Kmol
Dengan perhitungan yang sama tersebut didapatkan nilai seperti pada table
Qkjoule /
Komponen ∫ Cp dT kmol / hr hr
CH4 1.86E+04 0 0.00E+00
CO2 2.85E+04 0 0.00E+00
CO 1.84E+04 0 0.00E+00
H2 1.75E+04 0 0.00E+00
H2O 2.27E+04 0 0.00E+00
Ar 1.18E+04 1.782900484 2.11E+04
O2 1.90E+04 140.8491383 2.68E+06
N2 18220.51738 35.65800969 649707.3854
TOTAL 154700.1115 178.2900484 3.35E+06
2. Menghitung Neraca Panas IN dari Out Primary Reformer
C K
Tref (T1) 25 298
Tdesign(T2) 780.1076 1053.1076
Cp = a + bT + cT2 + dT3
5.469 x 10−2
298 K ∫ (1053.10762 – 2982) +
1053.1076K
= 34.31 (1053.1076-298) + 2
298 K ∫
1053.1076 K
Cp dT = 54.900.00Kjoule /Kmol
Dengan perhitungan yang sama tersebut didapatkan nilai seperti pada table
∆H298 Kj/Kmol
CH4 -74.8
H2O -241.8266
CO -110.52
CO2 -393.51
H2 0
O2 0
( SUMBER ,DAVID M.HIMMELBLAU " BASIC PRINCIPLES AND CALCULATION IN
CHEMICAL ENGINEERING )
a. Mencari T campuran
𝑀𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑀𝑖𝑛𝑑𝑎𝑟𝑖𝑃𝑟𝑖𝑚𝑎𝑟𝑦
T = 𝑀𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎+𝑀𝑖𝑛𝑑𝑎𝑟𝑖𝑃𝑟𝑖𝑚𝑎𝑟𝑦Tudara + 𝑀𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎+𝑀𝑖𝑛𝑑𝑎𝑟𝑖𝑃𝑟𝑖𝑚𝑎𝑟𝑦Tin dari
Primary
64493.71358 107790.1923
T= 64493.71358+107790.19231053.1076 K + 64493.71358+107790.1923 K
T = 982.0528015 K
982.0528015 K 1255.052802 K
298 K 298 K
Reaksi 1
M 635.8197867 3387.914363
Reaktan Kmol Cp Dt n x Cp dT
CH4 635.8197867 4.83E+04 3.07E+07
H20 3387.914363 3.39E+03 1.15E+07
TOTAL 4023.73415 5.17E+04 4.22E+07
∆Hp = n T1∫T2 Cp dT suhu dari 298 K sampai 982.0528015 K
Produk Kmol/Hr Cp Dt n x Cp dT
CH4 64.09836365 75180.21896 4818929.014
H2O 2816.19294 41857.6056 117879093.4
CO 571.721423 31199.29 17837302.48
H2 1715.164269 31320.4384 53719696.85
TOTAL 5167.176996 179557.553 194255021.7
Jadi Qreaksi 1 = ∆H298 + ∆Hr + ∆Hp
Reaksi 2
2H2 + O2 2H2O
M 1715.164269 140.8491383
Reaktan Kmol/hr ∫ Cp dT n x ∫ Cp dT
H2 1715.164269 21494.97913 36867420.17
O2 140.8491383 23141.39007 3259444.85
TOTAL 1856.013407 44636.36921 40126865.03
∆Hp = n T1∫T2 Cp dT suhu dari 298 K sampai 1255.052802 K
PRODUK Kmol/Hr ∫ Cp dT n x ∫ Cp dT
H2 1433.465993 31320.4384 44896783.33
O2 0 32586.988 0
H2O 281.6982765 41857.6056 11791215.36
TOTAL 1715.164269 105765.032 56687998.68
Reaksi 3
CO + H2O CO2 + H2
M 946.2639517 3387.914363
C K
Tref ( T1 ) 25 298
856.73438 1129.73438
Toutlet design ( T2 )
Cp = a + bT + cT2 + dT3
5.469 x 10−2
298 K ∫
1129.73438K
= 34.31 (1129.73438-298) + (1129.73438– 2982) +
2
298 K ∫
1129.73438 K
Cp dT = 62289.89597 Kjoule /Kmol
Dengan perhitungan yang sama tersebut didapatkan nilai seperti pada table 3.84
Dari perhitungan data 4 Minggu didapat hasil dari data actual Qloss dan
ηTermal sebagai berikut :
1 5.97E+08 62.7 %
2 5.87E+08 63 %
3 5.96E+08 62.4 %
4 5.87E+08 63 %
C. Pembahasan
a. Neraca Massa
Kemudian juga inlet udara proses untuk secondary reformer dengan data
design sebesar 64493.713Kg/hr, dan untuk actualnya sebesar 664.493.71
Kg/hr. Untuk nilai actual inlet udara proses memiliki nilai yang sama besar
dengan data design. Karena gas alam yang mask primary reformer pada data
actual adalah gas alam masih murni dari udara.
b. Neraca Energi
Untuk Qout primery pada bagian ini nilai actual lebih kecil
jumlah air pada data design lebih besar dibandingkan pada data actual
actual sedikit lebih rendah dibandingkan nilai pada data design. Hal ini
dapat terjadi karena arus yang keluar pada data actual memang rendah
sehingga nilai energy yang masuk dari data actual lebih rendah juga.
yang sangat berbeda antara data design dan actual. Hal ini dapat terjadi
karena pada reaksi ada data konversi yang kurang pasti untuk masing
masing reaksi, kemudian juga dapat disebabkan karena suhu yang cukup
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
a. Methanator
1. Kadar komponen syngas pada methanator dicek dengan baik selama
seminggu sekali.
2. Methanator bersifat eksotermis yang melepas panas, sehingga jika sudah
berlebih maka isolator yang ada di methanator sudah kurang baik.
3. Keadaan gas CO dan CO2 yang berlebih dapat mempengaruhi alat
methanator sehingga kadar gas yang masuk dimaksiimalkan tidak
bolehlebih dari 1%
b. Secondary Reformer
1. Neraca Massa
Hasil perhitungan didapatkan jumlah neraca massa pada reforming
section. Neraca massa masuk dengan neraca massa keluar sama,
yang berati bahan dengan produk mengalami keseimbangan.
2. Neraca Energi
Hasil perhitungan neraca energy didapatkan setimbang karena
Neraca energy masuk sama dengan neraca energy yang keluar dan
hilang. Sedangkan untuk efisiensi termalnya didapatkan untuk
desain sebesar 87,66 % dan untuk actualnya 62.70 %. Hal ini
menunjukan bahwa alat masih dalam kondisi yang baik.
4.2 Saran
terjaga dengan performa dan efisiensi yang baik, diharapkan untuk tetap
memantau agar kondisi operasi yang optimal tetap diberikan pada alat ini.
diharapkan unttuk proses di unit CO2 removal lebih diserap lagi kadar CO dan
CO2 agar proses methanasi yang ada di methanor berjalan dengan baik dan
tidak akan terjadinya kenaikan suhu pada proses methanasi yang signifkan
b. Flow meter alangkah lebih baiknya ada pada satiap outlet alat
DAFTAR PUSTAKA