Anda di halaman 1dari 2

DATA INFORMAN

Nama : Eusebius Anggung


Umur : 31 Tahun
Asal : Manggarai, Nusa Tenggara Timur
Judul Cerita : Ulumbu

ULUMBU
(Cerita Rakyat kabupaten Manggarai)

Dahulu kala, di sebuah kampung di Manggarai, Nusa Tenggara Timur, tepatnya di


kampung Ulumbu, hiduplah dua orang lansia yang memiliki keadaan fisik berbeda, yang
seorang adalah buta dan seorang lainnya lumpuh. Mereka tinggal di rumah yang berbeda dan
jaraknya berjauhan bersama anggota masyarakat lainnya.
Pada suatu malam, si buta hendak menyalakan api. Akan tetapi, ia tidak memiliki
sumber api. Oleh karena itu, ia meminta bantuan (memberi kode dengan teriakan) si lumpuh
untuk memberinya api. Karena si lumpuh tidak dapat berjalan, ia menyuruh anjing
peliharaannya membawakan sebatang kayu-api dengan cara mengikatkan kayu-api tersebut
pada ekor anjing. Lalu si lumpuh menyuruh anjingnya pergi ke rumah si buta.
Setelah sekian lama si buta menunggu, anjing yang membawa api tidak kunjung
datang. Karena terlalu lama, akhirnya si buta memilih untuk tidur. Karena perbuatan si
lumpuh yang melanggar perintah leluhur mereka untuk tidak memperlakukan binatang
peliharaan selayaknya manusia, leluhur mereka mendatangi salah seorang perempuan hamil
(yang juga adalah warga di kampung itu) melalui mimpi. Rupanya perbuatan si lumpuh
mengakibatkan leluhur mereka marah. Dalam mimpi itu, si perempuan hamil menyaksikan
anjing milik si lumpuh melompat-lompat sambil melolong karena ekornya terbakar api.
Dalam mimpi itu, si perempuan hamil diawari makanan oleh seorang Nenek Tua.
“Apakah yang ingin engkau makan, kar ko mbelek?
Kar artinya keras dan mbelek artinya halus (lembut). Jika dikaitkan dengan makanan, maka
kar memiliki arti “makanan yang keras atau kering, semisal jagung” dan mbelek berarti
“makanan yang lembut, semisal bubur”. Mengingat keadaanya yang sedang hamil,
perempuan tersebut menjawab:
“aku ngoeng hang ata mbelek” (saya ingin makan makanan yang lembut/bubur)”.
Lalu, si Nenek Tua memberikan pesan kepada si permpuan hamil.
“Karena perbuatan si lumpuh sudah membuat kami marah, kami akan mengubah
kampung ini sesuai dengan yang engkau minta,” kata si Nenek Tua.
“Engkau kami biarkan selamat, tetapi dalam pelarianmu, engkau tidak boleh menoleh
ke belakang,” sambung si Nenek Tua.
Perempuan hamil itu terbangun dari tidurnya dan menceritakan mimpinya kepada
sang suami, tetapi terkait apa yang dilarang dalam mimpi itu, tidak ia beri tahu. Karena takut,
keduanya langsung pergi meninggalkan kampung mereka. Beberapa menit kemudian, mereka
mendengar suara ledakan dan semburan air panas. Semburan air. Air panas tersebut
menghancurkan apapun yang ada di tempat itu, tak terkecuali si buta dan si lumpuh serta
harta-benda milik mereka. Ternyata, yang dimaksudkan mbelek oleh si Nenek Tua dalam
mimpi si perempuan hamil adalah air panas. Demikianlah kampung itu lenyap seketika oleh
semburan air panas.
Ketika fajar menyingsing mereka (perempuan hamil dan suaminya) telah berada jauh
dari Ulumbu. Dalam pendakian menuju perbukitan, suaminya yang tidak tahu pantangan
yang disampaikan oleh si Nenek Tua kepada istrinya merasa sedih dengan apa yang terjadi. Ia
pun menoleh ke belakang dan seketika itu juga ia menjadi batu. Istrinya yang kebetulan
berjalan di depannya merasakan sesuatu yang aneh dengan suaminya. Ia pun meoleh ke
belakang dan ia juga berubah menjadi batu.
Manusia Batu dan semburan air tersebut masih ada hingga saat ini. Semburan itu
mengeluarkan bau belerang yang sangat menyengat dan bahkan oleh Pemerintah Daereh
kabupaten Manggarai, sumber air panas tersebut sudah dijadikan Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) yang bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan listrik di kabupaten Manggarai.

Anda mungkin juga menyukai