Anda di halaman 1dari 4

7 UNSUR KEBUDAYAAN SUKU LAMAHOLOT LEMBATA

Suku Lamaholot Lembata


Suku bangsa Lamaholot khusnya di Lembata adalah merupakan percampuran etnis antara
melayu, Melanesia, . Di karenakan pernah menjadi koloni portugis, maka interaksi dengan
kebudayaan portugis sangat terasa dalam kebudayaan flores baik melalui Genetik, Agama,
dan Budaya.
SISTEM KEPERCAYAAN
Kepercayaan serta Penghormatan kepada Lera Wulan Tanah Ekan dalam masayarakat
Lamaholot
Manusia beragama dapat memakai segala sesuatu yang ada di sekitarnya sebagai
jembatan yang menghubungkan dia dengan Yang Suci atau Yang Ilahi. Masyarakat
Lamaholot pun demikia. Orang-orang Lembata (Lamaholot) memberi nama kepada wujud
tertinggi: Matahari-Bulan-Bumi, atau dengan ungkapan asli: Lera-Wulan-Tanah Ekan.
Matahari dipilih sebagai lambang untuk Allah, sebab memiliki kekuatan yang membawa
kehidupan. Ia dinamakan Bapa, karena memberi kesuburan kepada bumi dengan cahaya dan
hujan dari langit. Bulan dipandang sebagai lambang dari yang suci, sebab dalam dia terdapat
segala perubahan dalam Kosmos dan dalam hidup manusia, seperti pergantian musim, pasang
dan surut, hidup dan mati. Bumi menjadi simbol wujud tertinggi karena dia adalah ibu yang
memberi nafkah kepada manusia dan menerima kembali manusia dalam haribaannya sesudah
kematian.Sebelum agama katolik tiba di Lembata , masyarakat di setempat telah mengenal
Tuhan yang kuasa yang disebut Lera Wulan Tanah Ekan atau Tuhan Langit dan Bumi. Orang
Lembata, terkhusus orang Lamaholot memiliki rasa syukur dan penyerahan diri yang begitu
dalam kepada Tuhan. Untuk memperkuat pernyataan bahwa seseorang bertindak benar dan
jujur, sekaligus memperingatkan lawannya, mereka berujar: “Lera Wulan Tanah Ekan no-on
matan” (Tuhan mempunyai mata untuk melihat), yang berarti Tuhan mengetahuinya, Dia
maha tahu, maha adil, Ia akan bertindak adil. Dan dalam peristiwa kematian, orang biasanya
berkata: “Lera wulan Tanah Ekan guti na-en” (Tuhan mengambil pulang milikNya). Pada
perayaan syukur sebelum memanen hasil ladang, ada kewajiban bagi para anggota
masyarakat untuk mempersembahkan hasil panenan itu sebagai tanda ucapan syukur kepada
Tuhan sebelum menikmati hasil panen tersebut. Terdapat doa yang sering didaraskan dalam
upacara tersebut:
Ø Bapa Lera Wulan lodo hau, Ema Tanah Ekan gere haka. Tobo Tukan, Pae bawan, Ola di
ehin kae ( Bapak Lera Wulan turunlah ke sini, Ibu Tanah Ekan bangkitlah ke sini, Duduklah
di tengah kami, Hadirlah di tengah kami, Karena kerja ladang sudah berbuah)
Ø Here du wain kae, Goong molo, Menu wahan, Nein kame makan, Dore menu urin
(Karena menyadap tuak sudah berhasil, Makanlah terlebih dahulu, Minumlah mendahului
kami, Barulah kami makan, Barulah kami minum kemudian)

KESENIAN
Tarian.
Tarian adat tradisional beku yang menjadi simbol persatuan dan kekeluargaan di daerah ini.
Tarian Hedung tarian penjemputan
Tarian soka Neba, tarian sole oha
Tarian Kolewalan
Pakaian.
Pakaian Adat Perempuan Watek
Pakaian adat laki laki Nowing

ILMU PENGETAHUAN
Bercocok tanam di ladang.suku Lembata juga sudah mengenal sistem perladangan. Para
warga laki-laki dari sejumlah keluarga luas biasanya berkerja sama dalam hal membuka
ladang di dalam hutan. Aktivitas itu sendiri dari memotong dan membersihkan belukar
bawah, menebang pohon-pohon dan membakar daun-daunan, batang-batang dan cabang-
cabang yang telah di potong dan di tebang. Kemudian bagian hutan yang di buka dengan cara
tersebut dibagi antara berbagai keluarga luas, yang telah bersama-sama membuka hutan tadi.
Dari atas sekelompok ladang-ladang serupa itu akan tampak seperti suatu jaringan sarang
laba-laba. Tanaman pokok yang di tanam di ladang-ladang adalah jagung dan padi.

SISTEM MASYARAKAT DAN ORGANISASI SOSIAL


Di dalam masyarakat Lembata kuno ada suatu sistem statifikasi, yang terdiri dari tiga
lapisan. Dasar pelapisan itu adalah klan-klan yang dianggap mempunyai sifat keaslian satau
bersifat senioritet. Yaitu diantaranya ;
Lewo Alap yang bertugas menjalankan pemerintahan kampung.
Lewo Alap dibantu Kenewang bertugas menjalankan roda perekonomian (penentu musim
bertani), Leba Beahe bertugas menjalankan pembangunan kampung, Reket Leu bertugas
mempersiapkan senjata untuk berperang, Molang Pati Daeng Beda, Dukun mengobati luka
dan sakit, Kdang Knere bertugas menjembatani hubungan manusia dengan alam bawah tanah
dan alam nirwana.

SISTEM EKONOMI DAN MATA PENCAHARIAN HIDUP


Mata pencaharian hidup yang utama dari orang Lembata adalah bercocok tanam di ladang.
Para warga laki-laki dari sejumlah keluarga luas biasanya berkerja sama dalam hal membuka
ladang di dalam hutan. Aktivitas itu terdiri dari memotong dan membersihkan belukar bawah,
menebang pohon-pohon dan membakar daun-daunan, batang-batang dan cabang-cabang yang
telah di potong dan di tebang. Kemudian bagian hutan dibuka dengan cara tersebut dibagi
antara berbagai keluarga luas, yang telah bersama-sama membuka hutan tadi.
Dari atas 'sekelompok ladang-ladang serupa itu akan tampak seperti suatu jaringan sarang
laba-laba. Tanaman pokok yang ditanam di ladang-ladang adalah jagung dan padi.
Kecuali bercocok tanam di ladang, beternak juga merupakan suatu mata pencaharian yang
penting di Lembata pada umumnya. Binatang piaraan yang terpenting adalah kerbau.
Binatang ini tidak dipiara untuk tujuan-tujuan ekonomis tetapi untuk membayar mas kawin,
unfuk disembelih dan dikonsurnsi pads upacara-upacara adat, dan untuk menjadi lambang
kekayaan serta gengsi. Binatang piaraan penting lainnya adalah kuda, yang dipakai sebagai
binatang tenaga memuat barang atau menghela. Di samping itu kuda juga sering dipakai
sebagai harta mas kawin. Kerbau dan juga sapi dimasukkan ke dalam kandang umum dari
desa dan digembala di padang-padang rumpus yang juga merupakan milik umum dari desa.
Adapun kuda biasanya dibiarkan saja siang-malam berkeliaran lepas di padang-padang
rumput dari desa, hanya kalau orang membutuhkan seekor maka kuda itu ditangkap,
kemudian dilepaskan lagi sesudah dipakai. Pemeliharaan babi, kambing, domba atau ayam
dilakukan di pekarangan rumah atau dikolong rumah seperti halnya di daerah Manggarai.

PERALATAN HIDUP & TEKNOLOGI


Masyarakat Lembata di masa lalu sudah mengenal bahkan mampu menghasilkan peralatan
atau perkakas yang dibutuhkan untuk kehidupannya.
Secara tradisional, mereka sudah dapat membangun rumah.
Dalam hal pembuatan rumah, misalnya di Manggarai dikenal lima tahapan yang sekaligus
menggambarkan konstruksi segi lima. Konstruksi segi lima ini berkaitan dengan latar
belakang filosofis dan sosiologis. Angka ini memang dipandang sebagai angka keramat
karena secara kausalistis dihubungkan dengan rempa lima (lima jari kaki), mosa lima (lima
jari dalam ukuran pembagian kebun komunal), sanda lima, wase lima, lampek lima.
Sementara untuk perhiasan sebelum mereka mengenal logam, perhiasan mereka umumnya
terbuat dari tempurung kelapa, kayu atau akar bahar.
Begitupun teknologi pembuatan minuman tradisional juga sudah dikenal di masyarakat
Lembata , yakni proses pembuatan arak dengan menyuling air tuak yang dimasak sehingga
menghasilkan alkohol berkadar tinggi seperti arak atau tuak.
Masyarakat lembata sejak dulu juga sudah mengenal cara pembuatan obat-obatan yang
berasal dari daun-daunan, misalnya londek jembu yaitu pucuk daun jambu untuk mengobati
sakit perut, kayu sita, untuk pengombatan disentri.
Sebelum mengenal logam, untuk alat-alat pertanian, masyarakat Manggarai sudah mengenal
perkakas dari bambu, kayu atau tanah liat untuk mengolah tanah pertanian. Sementara alat
perburuan yang dikenal yakni bambu runcing, lidi enau, tali ijuk.

SISTEM BAHASA
diperkirakan terdapat dua kelompok bahasa, yaitu kelompok bahasa-bahasa Lamaholot dan
kelompok bahasa Kedang. Interpretasi yang dapat ditarik dari perbedaan hasil
pengelompokan bahasa antara historis komparatif dan dialektologi kemungkinan besar karena
sifat dasar dari pendekatannya. Linguistik historis komparatif cenderung mengarah pada
diakronis, sedangkan dialektologi cenderung mengarah pada kondisi bahasa secara sinkronis.
Berdasarkan hasil perhitungan leksikostatistik juga kita dapat membagi beberapa unsur
bahasa daerah di Lembata yang didasarkan pada perbedaan tiap-tiap suku. Masing-masing
suku ini memiliki berbagai macam bahasa dan cara-cara pelafalannya. Secara umum bahasa
tersebut berasal dari bahasa Melayu yang turut berkembang menyesuaikan daerah-daerah
yang dihuni oleh suku-suku tersebut. Seperti daerah lain di NTT, Lembata juga mendapat
pengaruh pengembaraan dari orang-orang dari seberang, seperti Cina, Jawa, Bugis, Makasar,
Belanda dan sebagainya. Maka tidak heran apabila bahasa Lembata i juga memiliki bahasa
yang lebih khas terlepas dari cirri-ciri fisiknya yang berbeda dari orang-orang suku lain yang
berada di lembata.

Anda mungkin juga menyukai