TINJAUAN PUSTAKA
baik dalam pekerjaan dan juga di luar pekerjaan dengan minimalnya konflik
(Clark dalam Fapohunda, 2014), work life balance ini, tentang bagaimana
sebagai individu yang mampu berkomitmen dalam pekerjaan dan keluarga, serta
kesulitan dalam mengatur baik dalam bekerja maupun dalam kesehatannya sendiri.
Hal ini penting kaitannya dalam area sumber daya manusia di mana
tuntutan tugas dan tanggung jawab dalam dua peran untuk baik dalam organisasi
12
dalam organisasi maupun dalam kebutuhan psikologis, karyawan tersebut harus
memiliki kemampuan untuk mengatur waktu yang dibutuhkan dalam kedua peran
yang berbeda tersebut, jika kebutuhan dan tuntutan dari seorang karyawan
kehidupan pribadi seorang karyawan jika kedua peran dalam organisasi maupun
di luar organisasi saling mendukung di mana tidak adanya konflik yang terjadi
dalam kehidupan kerja maupun dalam peran karyawan tersebut. Karena adanya
kerja maupun di luar pekerjaan seperti, dapat rekreasi, berkumpul bersama teman
maupun dengan keluarga. Hal tersebut akan berdampak baik bagi karyawan di
yang terjadi, misalnya seorang karyawan yang setiap harinya bekerja dan pada
13
ahkir pekan kayawan dapat menyediakan waktunya untuk kepentingan keluarga
(balance) antara peran dalam kerja dan di luar kerja di mana minimnya konflik
yang terjadi antara peran di dalam organisasi dengan peran dalam kehidupan
kerja maupun peran di lingkungan tempat tinggal. Seorang karyawan juga akan
yang memuaskan apabila keterlibatan antara waktu dan perannya berjalan dengan
baik.
yaitu:
diberikan untuk bekerja dan peran di luar pekerjaan. Waktu yang dibutuhkan
14
b. Involvement balance (Keseimbangan keterlibatan), Menyangkut keterlibatan
pribadinya.
a. WIPL (Work Interference With Personal Life). Dimensi ini mengacu pada
kehidupan pribadinya.
b. PLIW (Personal Life Interference With Work). Dimensi ini mengacu pada
kehidupan pribadinya, hal ini dapat menganggu kinerja individu pada saat
bekerja.
15
dikarenakan kehidupan pribadinya menyenangkan maka hal ini dapat
kehidupan sehari-hari.
aspek, seperti aspek time balance, involvement balance, statisfaction balance dan
Work Interference With Personal Life, Personal Life Interference With Work,
Dalam penelitian ini, aspek yang akan digunakan adalah aspek yang dikemukakan
balance. Penggunaan aspek yang diuraikan oleh Hudson (2005) ini dirasa paling
Menurut Schabracq, dkk., (2003) ada beberapa faktor yang mungkin saja
yaitu:
kerja. Menurut Summer & Knight (dalam Novelia, 2013) terdapat hubungan
16
antara tipe attachment yang didapatkan individu ketika masih kecil dengan
3. Karakteristik Pekerjaan, meliputi pola kerja, beban kerja dan jumlah waktu
yang digunakan untuk bekerja dapat memicu adanya konflik baik konflik
17
3. Kelelahan, Kondisi yang mana berkurangnya kapasitas yang dimiliki
dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor yang mempengaruhi work life balance,
dan Sikap. Di mana faktor karaktristik pekerjaan terdapat jumlah jam kerja yang
menafsirkan kesan indera agar memberi makna/ arti kepada lingkungan individu
tersebut (Robbins, 2003). Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang
persepsi dari individu sendiri. Persepsi terhadap beban kerja berkaitan dengan
faktor atribut peran dan pekerjaan, di mana individu akan memberikan kesan atau
penilaian baik positif maupun negatif berkaitan dengan tuntutan dalam pekerjaan.
18
Menurut Dhania (2010), beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang
membutuhkan keahlian dan harus dikerjakan dalam jangka waktu tertentu dalam
bentuk fisik maupun psikis. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa bagian
sudah ditentukan. Pada setiap tugas yang sudah dibebankan sesuai dengan
yang sudah ditetapkan dengan jangka waktu yang diberikan. Beban kerja
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit
organisasi atau pemengang jabatan dalam suatu jangka waktu tertentu, (Julia,
dkk., 2013).
besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh satu jabatan/ unit organisasi dan
merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. Kumpulan kegiatan
jangka waktu tertentu, baik dalam bentuk fisik maupun psikis. Beban kerja yang
diterima oleh karyawan harus sesuai dengan kemampuan fisik maupun psikologis
Iskandar & Gredi (2012) menyatakan bahwa beban kerja itu sendiri
meliputi beban kerja fisik dan psikis, Sedangkan beban kerja menurut Meshkati
19
kerja yang dirasa oleh karyawan dapat menjadi faktor penekan yang menghasilkan
perhatian (konsentrasi) yang lebih harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu
(Nurmianto, 2003). Beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan
oleh suatu unit organisasi atau pemengang jabatan secara sistematis dengan
menggunakan teknik analisi jabatan, teknik beban kerja, atau teknik manajemen
efesiensi dan efektivitas kerja suatu unit organisasi, Suwanto, 2003 (dalam julia
dkk., 2013).
dalam bentuk fisik maupun psikis yang harus di selesaikan dalam waktu tertentu,
apabila individu memiliki persepsi yang positif maka akan menganggap beban
kerja sebagai tantangan yang harus di capai sehingga mendapatkan output yang
beban kerja tersebut sebagai tekanan, yang dapat memiliki dampak negatif bagi
20
1. Aspek-Aspek Persepsi Beban Kerja
kerja normal tidak lebih 7 jam per hari untuk 6 hari kerja reguler per minggu
atau tidak lebih dari 8 jam per hari untuk 5 hari kerja reguler per minggu.
c. Faktor Internal Tubuh. Faktor yang berasal dari dalam diri individu sebagai
akibat adanya reaksi dari beban kerja. faktor internal meliputi faktor somatis
misalnya jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi.
d. Faktor Eksternal Tubuh. Faktor yang berasal dari luar diri individu, tugas,
organisasi (waktu kerja, waktu istirahat, shif) dan lingkungan kerja misalnya
mengalami kejenuhan.
meliputi partisipan, tujuan dan teknologi, hal ini penting diperhatikan dalam
21
pembentukan atau merancang pekerjaan agar efesien mendorong karyawan
indentitas tugas mulai dari ciri-ciri sampai klasifikasi pekerjaan dan umpan
kerja terdapat aspek waktu kerja, jumlah pekerjaan, faktor internal tubuh dan
keperilakuan. Dalam penelitian ini, aspek yang akan digunakan adalah aspek yang
dikemukakan oleh Kurniawan, dkk (2016) diantaranya aspek waktu kerja, jumlah
kerja, faktor internal tubuh dan faktor eksternal tubuh di mana aspek tersebut
dapat dijadikan sebagai alat ukur karena dirasa paling mewakili untuk penelitian
ini.
22
C. Hubungan antara persepsi beban kerja dengan work life balance pada
karyawan
mengalami lebih banyak konflik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi karena
terus mengejar kualitas hidup yang individu butuhkan (Casper, dkk., dalam Kim
2014). Dalam hal ini, menyeimbangkan antara pekerjaan dan peran keluarga
adalah salah satu tantangan utama yang dihadapi pekerja individu saat ini
(Halpern dalam Kim 2014). Dengan banyaknya kegiatan dalam hidup individu
sebagai karyawan, maka perlu adanya keseimbangan antara kehidupan dan kerja
aktivitas yang baik, di rumah dan di tempat kerja, dengan tingkat konflik rendah.
bersama, oleh karena itu karyawan harus mampu untuk mengatur waktunya bagi
setiap kegiatan yang dibebankan pada setiap karyawan. Tuntutan organisasi pun
tidak lepas dari hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang mana harus dicapai
oleh karyawan.
23
Beban kerja sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan sebagai tuntuntan
dikerjakan dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan oleh organisasi (Dhania,
2010). Kurniawan, dkk., (2016) mengatakan terdapat aspek beban kerja yang
terdapat waktu, jumlah pekerjaan, faktor internal dan faktor eksternal tubuh.
waktu adalah cara yang dapat dilakukan untuk menyeimbangkan waktu dalam
mengunakan waktu yang ada dalam kesehariannya maka karyawan ini akan
tersebut. Namun ketika karyawan tidak mampu mengatur waktu dalam semua
24
pribadinya pula, hal ini bila karyawan mempersepsikan pekerjaan sebagai beban
negatifnya beban kerja merupakan masalah persepsi, hal ini berkaitan bagaimana
waktu yang sama yakni 24 jam setiap harinya, keseimbangan akan kehidupan
waktu dalam pekerjaan maupun peran dalam keluarga, akan mengalami kualitas
mampu dalam menyusun, dan merencanakan waktu yang dimiliki untuk setiap
dapat menyusun dan merencanakan waktunya agar bekerja lebih efektif dan
karyawan tersebut dalam bekerja lebih bersemangat, tepat waktu, dan bersungguh
sungguh dengan tidak meninggalkan pekerjaan pada saat jam kerja. Saat
25
mempersepsikan beban kerja negatif maka karyawan akan cenderung bosan atau
pun dari pekerjaan yang melibatkan fisik dan mental tersebut membuat kelelahan,
reaksi emosional, sakit kepala hingga mudah marah. Apabila hal itu terjadi pada
karyawan maka akan dapat membawa kondisi yang tidak baik pula dalam
dan karyawan tidak dapat menikmati waktu untuk berkumpul bersama keluarga
kegiatan yang harus diselesaikan dalam satuan waktu (Kurniawan, dkk., 2016),
karyawan tersebut dapat mengalami kelelahan fisik dan juga dapat berdampak
sulit membagi waktu untuk kehidupan pribadinya. Menurut Aryee, Srinivas & tan
(2005), ketika karyawan bekerja terlalu keras, karyawan akan cenderung tidak
memberikan hasil yang baik. Sedikitnya pekerjaan bagi karyawan juga dapat
sedikit pekerjaan yang diberikan karyawan merasa tidak ada tantangan dalam
tugas pekerjaan tersebut tepat waktu, karyawan juga merasa tidak keberatan akan
26
waktu karyawan. Karyawan dapat menikmati waktu dan terlibat secara fisik dan
perusahaan dan terseisa 5 jam untuk keluarga, apabila selama 5 jam tersebut
karyawan dapat menikmati waktu dan terlibat secara fisik maupun emosi, maka
Kurniawan, dkk., (2016) aspek internal meliputi faktor somatis misalnya jenis
kelamin, umur, gizi, kondisi kesehatan dari individu sedangkan faktor psikis
dari individu. Menurut Swiff (dalam Nurendra & Saraswati, 2014) keseimbangan
keidupan kerja merupakan suatu masalah yang penting untuk diperhatikan bagi
seluruh karyawan dan organisasi, karena menghadapi dua atau lebih tuntutan yang
bersaing untuk dipenuhi karyawan akan merasa sangatlah melelahkan selain dapat
menurun. Saat karyawan merasa lingkungan kerja atau interaksi dengan sesama
sehingga target perusahaan tercapai, karyawan juga akan merasa senang akan
hubungan sesama rekan kerja yang terjalin baik, hal ini dapat membuat karyawan
terampil/ memiliki kondisi fisik yang sehat dalam mengerjakan pekerjaannya akan
27
lebih cekatan dibandingkan dengan karyawan lain, maka pekerjaannya akan lebih
cepat selesai sehingga karyawan ini dapat pulang tepat waktu untuk berkumpul
bersama keluarga atau teman, Wexley & Yul (dalam Iskandar dkk., 2012)
hal itu dapat mempengaruhi kehidupan karyawan seperti, malas pergi bekerja,
sendiri yang timbul apabila karyawan menggangap apa yang dilakukan selama ini
cukup baik dan dapat mengakomodasi kebutuhan pekerjaan maupun keluarga. Hal
ini dilihat dari kondisi yang ada pada keluarga, hubungan dengan teman maupun
rekan kerja serta kualitas dan kuantatitas pekerjaan yang diselesaikan (Ramadhani
beban kerja sebagai tantangan bukan sebagai tekanan, yang akan membuat diri
28
karyawan tersebut terdorong untuk mencapai tugas dengan kinerja yang baik,
dengan waktu yang sudah ditentukan perusahaan, maka karyawan akan merasa
kenyakinan dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi, atau dengan kata lain
kehidupan di tempat kerja telah menjadi isu yang lebih penting karena cenderung
untuk menunjukkan hasil positif seperti turnover yang rendah, keterlibatan kerja,
Selain itu aspek eksternal yang berasal dari luar diri individu tugas
lingkungan kerja ataupun tugas yang diberikan perusahaan, individu akan merasa
29
merasakan keharmonian atau keseimbangan akan kehidupannya, karyawan akan
bersemangat dalam hal pekerjaaan maupun dalam lingkup pribadi, namun jika
dalam lingkungan kerja karyawan atau tempat tinggal karyawan, tidak nyaman
melaksanakan pekerjaanya.
untuk memenuhi pekerjaan dan komitmen berkeluarga, serta tanggung jawab pada
maupun lingkungan non-kerja dengan keterkaitan tersebut antara aspek dalam dan
luar tubuh akan berpengaruh pada keseimbangan kehidupan individu seperti pada
keseimbangan kehidupan kerja karyawan, karena aspek beban kerja seperti waktu
kerja, jumlah pekerjaan dan faktor internal/ eksternal dalam tubuh mempengaruhi
30
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara
persepsi beban kerja dengan work life balance pada karyawan. Semakin beban
kerja dipersepsikan positif, maka semakin tinggi work life balance karyawan,
31