Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Karantina Tanaman
Disusun Oleh:
Kelas B
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
2018
DAFTAR ISI
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar OPT hasil inisiasi berdasarkan data sanding OPT/K di Afrika
Selatan dan Indonesia .............................................................................................. 7
Tabel 2. Kesimpulan hasil inisiasi OPT/K di Afrika Selatan berpotensi terbawa
media pembawa stek batang berakar....................................................................... 9
Tabel 3. Matrik kombinasi nilai dari dua faktor yang dinilai untuk potensi masuk
............................................................................................................................... 11
Tabel 4. Matrik kombinasi nilai dari dua faktor yang dinilai untuk potensi menetap
dan menyebar ........................................................................................................ 11
Tabel 5. Kombinasi nilai kemungkinan OPTK masuk, menetap, dan menyebar
dengan nilai dampak kerugian secara ekonomi dalam penentuan nilai risiko
keseluruhan ........................................................................................................... 12
Tabel 6. Penilaian Kemungkinan Masuk ke PRA OPTK Tomato Black Ring Virus
(TBRV) ................................................................................................................. 14
Tabel 7. Penilaian Kemungkinan OPT Menetap di PRA Area OPTK Tomato Black
Ring Virus (TBRV) ............................................................................................... 15
Tabel 8. Penilaian Kemungkinan OPT Menyebar di PRA Area OPTK Tomato
Black Ring Virus (TBRV) .................................................................................... 18
Tabel 9. Dampak kerugian secara ekonomi OPTK Tomato Black Ring Virus
(TBRV) ................................................................................................................. 19
Tabel 10. Penilaian Kemungkinan Masuk ke PRA OPTK Dickeya zeae ............. 22
Tabel 11. Penilaian Kemungkinan OPT Menetap di PRA Area OPTK Dickeya zeae
............................................................................................................................... 23
Tabel 12. Penilaian Kemungkinan OPT Menyebar di PRA Area OPTK Dickeya
zeae........................................................................................................................ 25
Tabel 13. Dampak kerugian secara ekonomi OPTK Dickeya zeae ...................... 26
Tabel 14. Penilaian Kemungkinan Masuk ke PRA OPTK Pseudomonas cichorii 28
Tabel 15. Penilaian Kemungkinan OPT Menetap di PRA Area OPTK Pseudomonas
cichorii................................................................................................................... 29
Tabel 16. Penilaian Kemungkinan OPT Menyebar di PRA Area OPTK
Pseudomonas cichorii............................................................................................ 30
iii
Tabel 17. Dampak kerugian secara ekonomi OPTK Pseudomonas cichorii ........ 30
Tabel 18. Hasil penilaian keseluruhan Tomato Black Ring Virus (RBSV) .......... 47
Tabel 19. Hasil penilaian keseluruhan Dickeya zeae ............................................ 47
Tabel 20. Hasil Penilaian keseluruhan Pseudomonas cichorii .............................. 47
Tabel 21. Hasil Penilaian keseluruhan Phenacoccus solenopsis ........................... 47
Tabel 22. Hasil Penilaian keseluruhan Aphelenchoides besseyi .......................... 48
Tabel 23. Pengelolaan Risiko ................................................................................ 50
Tabel 24. OPTK yang menjadi perhatian .............................................................. 52
iv
ABSTRAK/RINGKASAN
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
dalam menentukan kebijakan dan keputusan teknis terkait dengan hambatan
perdagangan.
Kajian analisa risiko ini juga dilakukan berdasarkan peraturan internasional
tentang sanitari dan fitosanitari yang dipublikasikan oleh FAO nomor 11 tahun
2004 tentang Pest Risk Analysis for Quarantine Pest. Referensi yang menunjang
kajian merupakan hasil eksplorasi melalui berbagai sumber di internet yang
dipublikasikan baik secara nasional maupun internasional.
Importasi media pembawa di Balai Karantina Pertanian Kelas I Bandung
yaitu stek batang berakar bunga krisan yang berasal dari Afrika Selatan. Upaya
pencegahan terhadap masuk dan tersebarnya OPTK terbawa media pembawa stek
batang berakar bunga krisan, petugas Pengendali Organisme Pengganggu
Tumbuhan (POPT) telah melaksanakan kegiatan pemeriksaan dan perlakuan
terhadap media pembawa untuk mencegah masuknya OPTK dari media pembawa
stek batang berakar bunga krisan dari Afrika Selatan.
1.2 Tujuan
1. Mengidentifikasi jenis OPT pada stek berakar bunga krisan yang belum ada
di Indonesia
2. Melakukan penelitian untuk menentukan status suatu OPT apakah
memenuhi syarat sebagai OPTK dihubungkan dengan tujuan pemasukan
media pembawanya
3. Menentukan pengelolaan risiko dan membuat rekomendasi persyaratan
pemasukan suatu komoditas meliputi persyaratan Karantina Tumbuhan dan
Kewajiban Tambahan (persyaratan teknik dan persyaratan kelengkapan
dokumen)
3
4. Peraturan Menteri Pertanian No. 52 Tahun 2006 tentang Persyaratan
Tambahan
Karantina Tumbuhan;
5. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 93/Permentan/OT.160/12/2011 tentang
Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina;
6. ISPM No. 2 Tentang Pedoman Analisa Risiko Organisme Pengganggu
Tumbuhan (Framework for pest risk analysis);
7. ISPM No. 11 Tentang Analisa Risiko Organisme Pengganggu Tumbuhan
untuk Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina termasuk analisis risiko
lingkungan dan organisme hasil rekayasa genetika ( Pest risk analysis for
quarantine pests, including analysis of environmental risks and living
modified organisms
8. Pedoman analisis risiko organisme pengganggu tumbuhan (AROPT)
berdasarkan
by pathway rev. 2014. Badan Karantina Pertanian Pusat Karantina Tumbuhan
dan
Keamanan Hayati Nabati 2014.
4
yang
ditetapkan dan/atau menyatakan keterangan lain yang diperlukan
3. Media pembawa adalah tumbuhan dan bagian-bagiannya dan/atau benda
lain
yang dapat membawa organisme pengganggu tumbuhan
4. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah suatu organisme yang
dapat
merusak, mengganggu kehidupan, menyebabkan kematian tumbuhan.
5. Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) adalah semua OPT
yang
ditetapkan oleh Menteri untuk dicegah masuknya ke dalam dan tersebarnya
di
dalam wilayah negara Republik Indonesia.
6. Area Bebas OPT adalah suatu area yang tidak terjangkit OT tertentu yang
didukung bukti-bukti ilmiah yang layak, dan berada dalam pengendalian
resmi
oleh pemerintah.
7. Tempat produksi bebas OPT adalah suatu tempat produksi yang tidak
terjangkit
OPT tertentu yang didukung oleh bukti ilmiah yang layak dan berada dalam
pengendalian resmi untuk periode yang ditentukan.
8. Penilaian resiko OPT adalah penilaian terhadap peluang masuknya dan
penyebarnya OPT serta konsekuensi yang berkaitan dengan potensi
ekonomi.
9. Pengelolaan risiko OPT adalah penentuan pilihan-pilihan pengelolaan
risiko OPT
untuk menghilangkan atau mengurangi masuknya, menetapnya, dan
menyebarnya
OPT ke suatu area baru.
10. Karantina Pasca Masuk adalah tindakan karantina yang dilkukan terhadap
suatu barang kiriman setelah masuk
5
11. Pelarangan adalah peraturan phytosanitari yang melarang pemasukan atau
perpindahan/pengangkutn komoditas atau OPT tertentu.
12. Pemabatasan adalah peraturan phytosanitari yang membatasi jumlah
komoditas yang di impor dengan persyaratan tertentu.
13. Seed borne diseses adalh penyakit tular benih yang dapat terbawa oleh biji
secara tetap.
6
BAB 2
INISIASI
Penetapan PRA area menjadi salah satu bagian penting dalam penyusunan
AROPT, hal ini dikarenakan terdapatnya keterkaitan antara penetapan PRA area
terhadap ruang lingkup informasi yang akan dikumpulkan. PRA area atau
endanger area adalah suatu area yang diperkirakan akan mengalami dampak
langsung akibat introduksi OPTK. PRA area dapat beruapa suatu wilayah regional,
suatu negara, atau bagian suatu negara.
Tahap inisiasi AROPT dilakukan dengan inventarisasi OPT pada stek batang
berakar bunga krisan di Afrika dan di Indonesia dari berbagai referensi yang ada.
Dari data OPT stek batang berakar bunga krisan diperoleh data sanding di bawah
ini (Tabel 1).
Tabel 1. Daftar OPT hasil inisiasi berdasarkan data sanding OPT/K di Afrika
Selatan dan Indonesia
7
Candidatus Phytoplasma Candidatus Phytoplasma Bukan
1 asteris besseyi Ya (akar, batang) OPTK
2 Dickeya chrysanthemi Ya (batang, daun) A1 Gol 1
Ya (batang, akar,
Dickeya zeae
3 daun) A1 Gol 1
4Pseudomonas cichorii Ya (batang,) A2 Gol 1
Bukan
Pseudomonas corrugata
5 Ya (batang) OPTK
Cendawan
Bukan
Botryotinia fuckeliana Ya (batang)
1 OPTK
Bukan
Didymella ligulicola
2 Ya (batang, akar) OPTK
Bukan
Puccinia horiana
3 Ya (batang) OPTK
Nematoda Nematoda
8
6 Frankliniella occidentalis Ya (batang, daun) AI Gol II
Bukan
Liriomyza huidobrensis Liriomyza huidobrensis
7 Ya (batang) OPTK
Bukan
Liriomyza trifolii Liriomyza trifolii
8 Ya (daun) OPTK
9 Phenacoccus solenopsis Ya (batang, akar) A2 Gol II
Bukan
Spodoptera frugiperda
10 Ya (batang) OPTK
Virus Virus
Bukan
Beet yellow virus Ya (batang, akar)
1 OPTK
Bukan
Chrysanthemum stunt viroid
2 Ya OPTK
Bukan
Impatient necrotic spot virus
3 Ya OPTK
Bukan
Potato virus Y Potato virus Y
4 Ya OPTK
Ya (akar, batang,
Tomato black ring virus
5 daun) A1 Gol I
Tomato spotted wilt
Tomato spotted wilt virus
6 virus Ya (stek) A2 Gol I
Pada tahap inisiasi diperoleh 27 OPT yang terdapat di negara Afrika Selatan,
yang terdiri dari 5 OPT golongan bakteri, 3 OPT golongan cendawan, 3 OPT
golongan nematoda, 10 OPT golongan serangga, 6 OPT golongan virus. Dari 27
OPT terdapat 10 OPTK yang berpotensi terbawa media pembawa stek batang
berakar dan perlu proses lebih lanjut (Tabel 2)
9
OPT Terbawa
Proses
Media
OPT Krisan di Afrika OPT Krisan di Status Lebih
No Pembawa (stek
Selatan Indonesia OPTK Lanjut
batang
(Ya/Tidak)
berakar)
Bakteri Bakteri
1 Dickeya chrysanthemi A1 Gol 1 Ya Ya
2 Dickeya zeae A1 Gol 1 Ya Ya
10
BAB 3
PENILAIAN RISIKO
Tabel 3. Matrik kombinasi nilai dari dua faktor yang dinilai untuk potensi masuk
(Faktor A)
Risiko tinggi Risiko sedang Risiko rendah Tidak berisiko
Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Sedang Risiko Rendah Tidak Berisiko
(Faktor B)
Risiko Sedang Risiko Sedang Risiko Rendah Risiko Rendah Tidak Berisiko
Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah Tidak Berisiko Tidak Berisiko
Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko
Tabel 4. Matrik kombinasi nilai dari dua faktor yang dinilai untuk potensi menetap
dan menyebar
(Faktor A)
Risiko tinggi Risiko sedang Risiko rendah Tidak berisiko
(Faktor B)
Risiko Tinggi Risiko Tinggi Risiko Sedang Risiko Rendah Tidak Berisiko
Risiko Sedang Risiko Sedang Risiko Rendah Risiko Rendah Tidak Berisiko
Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah Tidak Berisiko Tidak Berisiko
Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko
11
Tabel 5. Kombinasi nilai kemungkinan OPTK masuk, menetap, dan menyebar
dengan nilai dampak kerugian secara ekonomi dalam penentuan nilai risiko
keseluruhan
(Faktor A)
Tidak Berarti Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi
(Faktor B)
Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko Tidak Berisiko
Risiko Rendah Tidak Berisiko Risiko Rendah Risiko Rendah Risiko Rendah
Risiko Sedang Tidak Berisiko Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Sedang
Risiko Tinggi Tidak Berisiko Risiko Rendah Risiko Rendah Tidak Tinggi
a b
Gambar 2. Longidorus elongatus
(SCRI) Gambar 3. Gejala TBRV pada: a). daun dan buah
tomat; b). Daun wortel
(SCRI)
Sumber: ceris.purdue.edu/file/329
13
Tabel 6. Penilaian Kemungkinan Masuk ke PRA OPTK Tomato Black Ring Virus
(TBRV)
No Faktor yang dinilai & Penjelasan/Alasan Ilmiah/Referensi Nilai Risiko
Kemungkinan OPT terbawa oleh media pembawa Tinggi
a.
Alasan:
Virus ini dapat terbawa oleh stek batang berakar bunga krisan yang berjumlah 500 stek batang
berakar. Virus ini karena bersifat sistemik maka dapat terbawa melalui batang, akar, dan bunga
(Permentan 51/2015).
Kemungkinan OPT bertahan pada sistem pengelolan OPT di negara Tinggi
b.
asal
Alasan:
Di negara asal perlakuan hot water treatment mungkin tidak dilakukan, beberapa literatur
menyebutkan bahwa radiasi sinar gamma dapat menghilangkan virus namun masih belum
menjamin bebas dari TBRV. Hot water treatment pada suhu 50oC selama 25-180 menit atau
52, 5oC selama 15-90 menit biasanya dilakukan pada ubi kentang sementara pada stek batang
berakar kemungkinan besar dapat merusak akar dan belum ada informasi mengenai perlakuan
hot water treatment pada stek batang berakar.
Kemungkinan OPT bertahan selama perjalanan Tinggi
c.
Alasan:
Virus bersifat sistemik mampu bertahan selama memiliki inang. Oleh karena itu, kemungkinan
virus masih dapat bertahan pada stek yang di impor.
Kemungkinan OPT berpindah ke inang lain di lingkungan tempat Sedang
d.
pemasukan
Alasan:
Vektor dari virus berupa nematoda yang berada di tanah sehingga risiko untuk berpindah ke
inang lain di lingkungan pemasukan tidak terlalu tinggi. Selain itu, media pembawa yang di
impor tidak membawa tanah.
Kemampuan mendeteksi dan mengidentifikasi OPTK Tinggi
e.
Alasan:
14
Deteksi dan identifikasi dari virus salah satunya dapat menggunakan teknik PCR. Hal
ini mungkin di lakukan, namun stek batang bunga krisan yang dibawa dalam jumlah
cukup banyak yaitu 500 stek.
Teknik ELISA telah dikembangkan untuk mendeteksi penyakit ini. Namun, ternyata
terdapat genus virus yang termasuk Nepovirus tidak dapat terdeteksi oleh ELISA
sehingga gagal teridentifikasi (Harper et al., 2011).
Kemampuan membebaskan MP dari OPTK Tinggi
f.
Alasan:
Beberapa usaha untuk membebaskan MP dari OPTK diantaranya:
Membersihkan tanaman dari partikel tanah yang menempel yang kemungkinan
terinfeksi nematoda (OEPP / EPPO, 1991/1992).
Pada ubi kentang hot water treatment pada suhu 50oC selama 25-180 menit atau 52,
5oC selama 15-90 menit, memungkinkan membunuh nematoda sebagai vektor virus,
namun perlakuan ini tidak dapat menjamin membunuh virus secara keseluruhan. Hot
water treatment ini tidak mungkin dilakukan untuk stek batang berakar karena dapat
merusak akar stek.
TOTAL: Tinggi >< Tinggi >< Tinggi >< Sedang>< Tinggi>< Tinggi= Sedang
15
Tanaman budidaya yang menjadi inang TBRV yaitu dari spesies Allium, Brassica,
Lycopersicon, dan Phaseolus (CABI & EPPO). Menurut Permentan 51 (2015), tanaman
inang TBRV diantaranya Allium cepa (onion), Allium porrum (leek), Apium graveolens
(celery), Beta vulgaris var. saccharifera (sugarbeet), Brassica napus var. napobrassica
(swede), Brassica rapa subsp. rapa (turnip), Capsicum (peppers), Cucumis sativus
(cucumber), Lycopersicon esculentum (tomato), Cynara cardunculus L. var. scolymus
(globe artichoke), Fragaria (strawberry), Fragaria ananassa (strawberry), Gladiolus
hybrids (sword lily), Lactuca sativa (lettuce), Narcissus (daffodil), Phaseolus vulgaris
(common bean), Prunus persica (peach), Ribes (currants), Rubus (blackberry, raspberry),
Solanum melongena (aubergine), Solanum tuberosum (potato), Vitis vinifera (grapevine)
Forsythia intermedia (Golden bells), Syringa vulgaris (lilac).
Hal ini terkait dengan vektor virus yaitu nematoda L. elongatus yang juga dapat
menyerang berbagai tanaman budidaya.
Kesesuaian lingkungan abotik Tinggi
b.
Alasan:
- Ketersediaan dan distribusi tanaman inang di Indonesia tersedia sepanjang tahun, suhu
dan lingkungan yang mendukung.
- Faktor abiotik di Indonesia (kelembaban relatif, curah hujan dan temperatur (15-23oC)
mendukung perkembangan OPT (CABI, 2007) suhu yang hangat meningkatkan
perkembangan L. elongatus sementara pada dataran tinggi 12-13oC nematoda L.
elongatus masih dapat hidup dan berkembang. Selain itu Beberapa wilayah di afrika
selatan memiliki temperatur dan kelembaban mirip seperti di Indonesia.
Pengaruh sistem budidaya tanaman dan sistem pengendalian OPT Sedang
c.
Alasan:
Sistem budidaya bunga krisan di Indonesia biasanya dalam bentuk monokultur yang di
tempatkan di green house dan menggunakan polybag sehingga membatasi pergerakan nematoda.
Selain itu, gulma yang tumbuh di dalam green house biasanya sedikit dan dapat dengan mudah
dibersihkan. Sistem budidaya ini dapat menghambat pergerakan nematoda dan penyebaran
virus.
Strategi reproduksi dan metode bertahan Tinggi
d.
16
Alasan:
- Virus ini termasuk ke dalam parasit obligat, maka ketika tidak ada inang utama TBRV
dapat bertahan pada inang alternatifnya yaitu gulma dan inang lain seperti bawang, tomat,
terung, mentimun, kentang, kubis, strawberry, kacang-kacangan dll. Oleh karena itu
keberadaan inang yang banyak di Indonesia menyebabkan kemungkinan bertahan pada
inang lain sangat tinggi karena dapat meneyerang berbagai tanaman selain krisan.
- Adanya gulma sebagai inang alternatif untuk virus sehingga virus tetap bertahan,
misalnya Amaranthus caudatus dan Chenopodium sp.. Capsella bursa-pastoris
(shepherd's purse), Herbaceous hosts, Lamium amplexicaule (henbit deadnettle),
Sambucus nigra (elder).
Kemampuan adaptasi Tinggi
e.
Alasan:
- TBRV dapat hidup pada inang dan jaringan yang hidup sehingga kemampuan adaptasi
sangat baik.
- TBRV dapat menginfeksi tanaman lain selain inang.
- L. elongatus dapat tersebar melalui tanah yang terinfeksi dan aliran air di dalam tanah,
selain itu banyak inang dari virus tersebut tidak menunjukkan gejala, hingga satu tahun
setelah infeksi. Hal ini menciptakan kemungkinan pengiriman bahan tanaman terinfeksi
yang tidak disengaja (Converse, 1987).
Populasi minimum sebagai syarat OPT/OPTK dapat Tinggi
f.
menetap/berkembang di PRA area
Alasan:
Virus termasuk patogen yang menyerang secara sistemik. Apabila inang utama tidak ada maka
virus akan bertahan pada inang alternatifnya atau ikut terbawa melalui vektornya, sehingga tidak
ada populasi minimum dari virus (zero tolerant)
Kemampuan melakukan eradikasi Tinggi
g.
Potenis risiko:
Virus bersifat obligat dan sistemik dan beada pada jaringan inang, dapat bertahan pada berbagai
inang dan terbawa vektor. Akan sangat sulit jika eradikasi dilakukan secara keseluruhan terutama
apabila media pembawa cukup banyak.
17
TOTAL= Tinggi >< Tinggi >< Sedang>< Tinggi >< Tinggi >< Tinggi >< Tinggi= Sedang
Tabel 8. Penilaian Kemungkinan OPT Menyebar di PRA Area OPTK Tomato Black
Ring Virus (TBRV)
Tanaman krisan yang dapat di tanam mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi (di
pegunungan) maka tidak ada penghambat alami dalam hal ini. Nematoda vektor dapat tersebar
melalui tanah terinfeksi dan drainase air.
Potensi penyebaran melalui komoditas dan/atau alat Tinggi
c.
angkut/vektor/carier
Vektor TBRV merupakan nematoda L. elongatus yang dapat menyerang berbagai tanaman,
dapat terbawa melalui akar tanaman maupun ubi sehingga kemampuan menyebar melalui
komoditas lain sangat tinggi.
Penggunaan media pembawa setelah di masukan Tinggi
d.
Media pembawa ini setelah di masukan akan di tanam sebagai tanaman hias umumnya.
18
Potensi risiko: Tinggi >< Sedang>< Tinggi >< Tinggi>< Tinggi= Sedang
Tabel 9. Dampak kerugian secara ekonomi OPTK Tomato Black Ring Virus
(TBRV)
Belum ada informasi mengenai pengaruh TBRV terhadap kehidupan dan kesehatan
manusia. Namun pengendalian terhadap vektor menggunakan nematisida dapat mencemari
tanah dan produk pertanian.
Pengaruh OPTK terhadap lingkungan (ekologi,/tanaman asli, pariwisata, 3
c.
dll)
Virus TBRV yang merupakan parasit obligat cenderung sulit di bebaskan dengan
kemampuan menyebabkan kerusakan tinggi karena memiliki inang yang cukup luas.
Peranannya sebagai vektor untuk OPT/OPTK lain. Tidak dinilai
d.
Virus tidak menjadi vektor, namun membutuhkan vektor.
19
Biaya untuk pengendalian dan eradikasi 3
e.
Biaya pengendalian dan eradiksi tinggi. Kemungkinan virus dapat dibebaskan secara
kesuluruhan pada tanaman sangat kecil.
Penagruhnya terhadap perdagangan domestik dan internasional 3
f.
Jika bunga krisan produksinya menurun kebutuhan konsumen tidak akan terpenuhi hal ini
akan sama pada beberapa komoditas lain yang dapat menyerang tanaman penting dan
memiliki nilai ekonomi misalnya tanaman bawang yang dapat menyebabkan gagal panen,
serta kenaikan harga.
Potensi menimbulkan masalah sosial 2
g.
Infeksi virus pada tanaman lain yang berekonomi tinggi seperti bawang dapat menyebabkan
penurunan produksi dan kenaikan harga. Permintaan akan produk tersebut tinggi namun
disisi lain produksi menurun akibat gagal panen.
Potensi risiko: 3+2+3+3+3+2=16/6= 2,6 (Sedang)
3.1.2 Penilaian OPTK Bakteri Busuk Batang Tanaman Krisan (Dickeya zeae)
20
gejala khas dari penyakit ini. Dengan berkembangnya penyakit pada jaringan,
tangkai akhirnya mengering hingga menyobek jaringan fibrosa. Busuk pada bagian
daun atas dimulai dengan layu dan mengering hingga ujung dari daun bagian tengah
pada tanaman. Pembusukan yang terus menyebar dengan cepat ke seluruh tanaman
menyebabkan tanaman rubuh. Selain pada tanaman krisan, range inang pathogen
ini adalah pada tanaman kentang, wortel, bawang merah, bit, ubi, jagung, krisan,
tomat, tembakau, sorgum, dan banyak tanaman lain.
Bakteri yang termasuk dalam genus Dickeya ini memiliki nama lain yaitu
Erwinia chrysanthemi biovar 8 dan pada strain lain ada pula biovar 3. Ciri yang
dimiliki adalah motil (dapat berpindah atau bergerak), gram negative, tidak
berspora, berbentuk batang lurus dengan ujung bulat, terkadang hanya tunggal
ataupun sepasang. Ukuran bakteri bervariasi dalam 0.8-3.2 x 0.5-0.8 μm (rata-rata
1.8 x 0.6 μm).
Gambar 7. (A) Biakan single koloni D. zeae pada King’s B agar plate (Kumar,
2015). (B) gambar D. zeae dengan mikroskop electron (James Hutton Institute,
2017).
21
Tabel 10. Penilaian Kemungkinan Masuk ke PRA OPTK Dickeya zeae
22
Kemampuan mendeteksi dan mengidentifikasi OPTK Sedang
e.
Alasan:
Deteksi dapat dilakukan dengan kasat mata pada bagian yang terluka (CABI, 2018)
Kemampuan membebaskan MP dari OPTK Sedang
f.
Alasan: usaha untuk membebaskan
Pengaplikasian PGPR (Pseudomonas fluorescence)
Penyemprotan antibiotic dan bleaching powder (100 ppm)
Sumber (Kumar et al., 2017)
Dapat dengan perlakuan eradikasi
TOTAL: Tinggi >< Sedang >< Tinggi >< Tinggi= Sedang
Tabel 11. Penilaian Kemungkinan OPT Menetap di PRA Area OPTK Dickeya
zeae
23
Pengaruh sistem budidaya tanaman dan sistem pengendalian OPT Sedang
c.
Alasan:
(green house, tanah) Sistem budidaya bunga krisan di Indonesia biasanya dalam bentuk
monokultur yang di tempatkan di green house, sehingga penyebaran D. zeae ini akan cukup
mudah. Selain itu lingkungan abiotic yang mendukung juga mempertahankan kebeerlangsungan
hidup pathogen. D. zeae juga dapat masuk melalui luka pada bunga krisan akibat pinching
maupun peralatan mekanis lain yang diguakan di kebun.
Strategi reproduksi dan metode bertahan Tinggi
d.
Alasan:
- Bakteri ini memiliki banyak inang sehingga ketika tidak ada inang utama bakteri busuk
batang dapat bertahan pada inang alternatifnya. Inang di Indonesia banyak dan
kemungkinan bertahan sangat tinggi karena dapat meneyerang berbagai inang.
- Belakangan ini peneletian Kumar et al. (2017) menunjukan lama hidup tertinggi dari
bakteri ini adalah 270 hari pada kondisi tanah steril maupun tanah lapangan sehingga
bakteri mampu bertahan hidup pada media pertanaman.
Kemampuan adaptasi Tinggi
e.
Alasan:
- D. zeae dapat hidup pada inang dan jaringan yang hidup sehingga kemampuan adaptasi
sangat baik.
- D. zeae dapat menginfeksi tanaman lain selain inang.
- Penyebaran yang terjadi terutama dari tanah sehingga adaptaasi penyakit dengan
kondisi inang cukup tinggi dengan terbawanya dari aliran air tanah
Populasi minimum sebagai syarat OPT/OPTK dapat Tinggi
f.
menetap/berkembang di PRA area
Alasan: OPT telah menyebar hampir diseluruh PRA area yaitu di eropa
24
TOTAL= Tinggi >< Tinggi >< Tinggi >< Tinggi >< Tinggi >< Tinggi >< Sedang= Sedang
Tabel 12. Penilaian Kemungkinan OPT Menyebar di PRA Area OPTK Dickeya
zeae
Tanaman krisan yang dapat di tanam mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi (di
pegunungan) maka tidak ada penghambat alami dalam hal ini.
Potensi penyebaran melalui komoditas dan/atau alat Tinggi
c.
angkut/vektor/carier
D. zeae merupakan bakteri yang dapat menyerang berbagai tanaman, sehingga kemampuan
menyebar melalui komoditas lain sangat tinggi
Penggunaan media pembawa setelah di masukan Tinggi
d.
Media pembawa ini setelah di masukan akan di tanam sebagai tanaman hias umumnya.
Potensi risiko: Tinggi >< Tinggi >< Tinggi >< Tinggi= Sedang
25
Tabel 13. Dampak kerugian secara ekonomi OPTK Dickeya zeae
Belum ada informasi mengenai pengaruh D. zeae terhadap kehidupan dan kesehatan
manusia.
Pengaruh OPTK terhadap lingkungan (ekologi,/tanaman asli, pariwisata, 3
c.
dll)
D. zeae dapat menghasilkan kerusakan pada tanaman hingga 98.8%. apalagi pada musim
hujan yang menyebabkan kelembaban tinggi sehingga dalam seminggu dapat merobohkan
tanaman budidaya (Kumar et al., 2017).
Peranannya sebagai vektor untuk OPT/OPTK lain. Tidak dinilai
d.
D. zeae bukan vektor
26
Infeksi D. zeae pada tanaman lain yang berekonomi tinggi seperti bawang dapat
menyebabkan penurunan produksi dan kenaikan harga. Permintaan akan produk tersebut
tinggi namun disisi lain produksi menurun akibat gagal panen.
Potensi risiko: 3+3+3+3+3+3+3=21/7= 3 (Tinggi) sedang ?
27
Tabel 14. Penilaian Kemungkinan Masuk ke PRA OPTK Pseudomonas cichorii
TOTAL: Tinggi >< Tinggi >< Tinggi >< Tinggi >< Sedang >< Sedang = Sedang
28
Tabel 15. Penilaian Kemungkinan OPT Menetap di PRA Area OPTK Pseudomonas cichorii
29
Tabel 16. Penilaian Kemungkinan OPT Menyebar di PRA Area OPTK Pseudomonas cichorii
Krisan ditanam didaerah dataran tinggi sehingga kelembapan dapat mendukung pertumbuhan
patogen. Patogen selain terbawa bibit dapat pula terbawa oleh sisa tanaman dan alat pertanian,
apabila alat yang digunakan steril maka dapat mencegah penyebaran inokulum bakteri.
c. Potensi penyebaran melalui komoditas dan/atau alat Tinggi
angkut/vektor/carier
Bakter ini akan menetap di tanaman yang terinfeksi, puing-puing tanaman, bibit yang terinfeksi,
tanah yang terkontaminasi dan peralatan yang terinfestasi (M. Bess Dicklow, 2018).
d. Penggunaan media pembawa setelah di masukan Tinggi
Media pembawa ini setelah di masukan akan di tanam sebagai tanaman budidaya hortikultura,
tanaman hias umumnya.
Potensi risiko: Tinggi >< Sedang >< Tinggi >< Tinggi = Sedang
30
Pseudomonas cichorii menyebabkan kerusakan tinggi karena memiliki inang yang cukup
luas. Bakter ini akan menetap di tanaman yang terinfeksi, sisa-sisa tanaman, bibit yang
terinfeksi, tanah yang terkontaminasi dan peralatan yang terinfestasi (M. Bess Dicklow,
2018).
b. Pengaruh OPTK terhadap kehidupan dan kesehatan manusia 2
Belum ada informasi mengenai pengaruh Pseudomonas cichorii terhadap kehidupan dan
kesehatan manusia. Namun pengendalian bakteri ini dapat dilakukan dengan cara fumigasi
yang menggunakan bahan aktif metil bromida dan basamid (Semer, 1987).
c. Pengaruh OPTK terhadap lingkungan (ekologi,/tanaman asli, pariwisata, 2
dll)
Pseudomonas cichorii dalam waktu yang tidak relatif lama pada tanaman dapat
menyebabkan kerusakan sekitar 20-30% tanaman terkena dan menyebabkan kerugian
ekonomi yang serius (Li., et al, 2014) dan P. cichorii menyebabkan kerusakan parah pada
inang dan dapat menyebabkan wabah di persemaian atau dilapangan (Jones et al., 1983)
d. Peranannya sebagai vektor untuk OPT/OPTK lain. Tidak dinilai
-
e. Biaya untuk pengendalian dan eradikasi 3
Biaya pengendalian dan eradiksi tinggi. Kemungkinan bakteri dapat dikendalikan pada
seluruh tanaman memerlukan biaya yang lumayan tinggi.
f. Pengaruhnya terhadap perdagangan domestik dan internasional 3
Jika bunga krisan produksinya menurun atau tanaman lain yang menjaga inangnya menurun
maka kebutuhan konsumen tidak akan terpenuhi, dan menyebabkan gagal panen.
g. Potensi menimbulkan masalah sosial 2
Jika tanaman lain yang berekonomi tinggi seperti seledri tidak dapat menyebabkan masalah
sosail yang tinggi. Permintaan akan produk tersebut tidak tinggi namun disisi lain produksi
menurun akibat gagal panen.
Potensi risiko: 3+2+2+3+3+2=16/7= 2 (Sedang)
31
mencapai 13 mm, dan kebanyakan berwarna hitam. Thrips mempunyai alat mulut
yang bertipe pencucuk-pengisap, meskipun lebih tepat disebut sebagai pemarut.
Bentuknya pendek, buntak, tidak simetris. Thrips akan mengisap cairan tumbuhan
yang keluar dari jaringan yang terlebih dahulu dilukai dengan mulutnya. Berikut
klasifikasi dari Thrips:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Sub Kelas : Pterygota
Super Ordo : Exopterygota
Ordo : Thysanoptera
Sub Ordo : Terebrantia
Tubulifera
Famili : Thripidae
Genus : Frankliniella
Spesies : Frankliniella occidentalis
Thrips adalah serangga yang mobilitasnya rendah; meskipun mereka
mempunyai sayap, mereka tidak banyak menggunakannya untuk terbang. Oleh
karena itu, thrips mudah ditemukan secara berkelompok menghuni sehelai daun
bersama dengan telur dan nimfanya. Reproduksi thrips tergolong tinggi, dan
beberapa di antaranya mempunyai model reproduksi partenogenesis, beberapa
arrhenotoky (partenogenesis dengan telur yang tidak dibuahi menjadi individu
jantan haploid) dan thelytoky (partenogenesis dengan telur yang tidak dibuahi
menjadi individu betina). Metamorfosis thrips di antara tipe hemimetabola
(sederhana) dan sempurna, karena melewati masa prepupa dan pupa yang inaktif.
Jadi, dua tahap nimfa sifatnya aktif, diikuti oleh tahap ketiga yang disebut prepupa,
dan tahap keempat yang berupa pupa. Beberapa spesies thrips juga berbahaya
karena menularkan patogen, misalnya virus dari golongan Tospovirus. Nimfa instar
satu dan awal instar dua Frankliniella occidentalis (famili Thripidae) dapat
menularkan Tomato spotted wilt virus (TSWV), salah satu jenis penyakit berbahaya
pada tomat.
32
Siklus hidup thrips terdiri atas empat fase, yaitu telur, fase larva dan nimfa,
fase prepupa dan pupa, dan imago dewasa. Satu siklus bisa memakan waktu satu
bulan, namun bervariasi tergantung pada temperatur dan spesiesnya. Telur dari
hama ini berbentuk oval atau bahkan mirip seperti ginjal manusia. Ukuran telurnya
sangat kecil maka sering tak terlihat dengan mata telanjang. Telur ini diletakkannya
dalam jumlah yang banyak, dengan rata-rata 80 butir tiap induk. Letak telur akan
mudah diketahui dengan memperhatikan bekas tusukan pada bagian tanaman
tersebut dan biasanya disekitar jaringan tersebut terdapat pembengkakan. Telur-
telur ini akan menetas sekitar 3 atau 7 hari setelah peletakan oleh imago betina.
Larva yang baru menetas segera memakan jaringan tanaman. Nimfa trips instar
pertama berbentuk seperti kumparan, berwarna putih jernih dan mempunyai 2 mata
yang sangat jelas berwarna merah, aktif bergerak memakan jaringan tanaman.
Sebelum memasuki instar kedua warnanya berubah menjadi kuning kehijauan,
berukuran 0,4 mm, kemudian berganti kulit. Pada instar kedua ini trips aktif
bergerak mencari tempat yang terlindung, biasanya dekat urat daun atau pada
lekukan-lekukan di permukaan bawah daun. Trips instar ke dua berwarna lebih
kuning, panjang 0,9 mm dan aktifitas makannya meningkat. Pada akhir instar ini,
thrips turun ke tanah dan menjadi pupa pada atau di bawah permukaan tanah. Dalam
beberapa spesies tahap pre-pupa dan pupa tetap berada pada tanaman. Tahap pupa
tahan terhadap insektisida. Pada stadium prapupa maupun pupa, ukuran trips lebih
pendek dan muncul 2 pasang sayap dan antena, aktifitas makan berangsur berhenti.
Fase dewasa (imago) adalah tahap reproduksi dan bersayap. Thrips adalah
penerbang yang buruk, tetapi sayap berumbai mereka memungkinkan mereka untuk
dengan mudah dibawa oleh angin. Imago akan bergerak lebih cepat dibanding
dengan nimfanya, telah memiliki sayap yang ukurannya relatif panjang dan sempit,
imago ini tubuhnya berwarna kuning pucat sampai kehitam-hitaman. Serangga
dewasa berukuran 1-2 mm. Imago betina dapat bertelur sampai 80 butir yang
diletakkannya ke dalam jaringan epidhermal daun dengan bantuan ovipositornya
yang tajam. Beberapa spesies thrips berperan sebagai hama penting, selain karena
menimbulkan kerusakan akibat aktivitas makan. Gejala serangan thrips amat khas.
Daun yang terserang biasanya akan berwarna kekuning-kuningan, berbintik-bintik
coklat, saling mengatup, dan berubah bentuk (malformasi). Bagi petani bunga
33
potong, serangan thrips dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar. Bunga
cacat dan tidak laku dijual, atau harganya sangat murah. Serangan thrips pada bunga
dimulai sejak awal pembungaan sampai mekar. Tanaman yang sudah terserang
virus mozaik sangat sulit untuk disembuhkan dan bahkan harus dimusnahkan agar
tidak menulari tanaman lain. Virus mozaik membuat tanaman kerdil dan
pertumbuhan terhenti, sehingga tanaman menjadi tidak produktif.
34
dalam kerentanan terhadap malathion di antara populasi F. occidentalis di daerah yang
sangat kecil di setengah bagian selatan Inggris.
Kemungkinan OPT bertahan selama perjalanan Tinggi
c.
Alasan:
Serangga ini dapat bertahan selama dalam perjalanan karena selain inang utama dan inang
alternative, serangga dapat bertahan di pesawat terbang, pakaian, alas kaki, harta beda, puing
dan sampah yang terkait dengan aktivitas manusia, dll.
Bagian tanaman yang dapat membawa hama … selama perjalanan tergantung pada siklus hama
itu sendiri, yaitu (CABI, 2017):
- Bunga / Perbungaan / Kerucut / Calyx: Serangga dewasa, telur, nimfa, pupa
- Buah: Serangga dewasa, telur, nimfa
- Tumbuh media yang menyertai tanaman: pupa
- Daun-daun: Serangga dewasa, telur, nimfa
- Bibit / Tanaman yang di-micropropagasi: Serangga dewasa, telur, nimfa
Kemungkinan OPT berpindah ke inang lain di lingkungan tempat Tinggi
d.
pemasukan
Alasan:
- Serangga ini merupakan spesies yang sangat polifag dan tercatat sedikitnya 250 jenis
tanaman inang yang dapat ditemukan baik di luar rumah dan di rumah kaca, dan
menyerang bunga, buah-buahan dan daun dari berbagai tanaman budidaya. Contoh
tanaman inang dari serangga ini yaitu apel, apricot, persik, nektarin, mawar, krisan,
anyelir, kacang manis, kacang polong, tomat, paprika, mentimun, melon, stroberi,
anggur, dan kapas (Trichilo dan Leigh, 1986)
Kemampuan mendeteksi dan mengidentifikasi OPTK Tinggi
e.
Alasan:
Dilihat secara langsung dari gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh hama
F.occidentalis karena gejala yang ditimbulkan oleh hama F.occidentalis sangat khas,
yaitu daun yang terserang biasanya akan berwarna kekuning-kuningan, berbintik-bintik
coklat, saling mengatup, dan berubah bentuk (malformasi)
35
Karena hama F.occidentalis merupakan salah satu vector virus Chrysanthemum stem
necrosis virus (CSNV) dan lain-lain, dapat terlihat daun pada tanaman menguning dan
tanaman kerdil serta pertumbuhan terhenti, sehingga tanaman menjadi tidak produktif
Kemampuan membebaskan MP dari OPTK Sedang
f.
Alasan: usaha untuk membebaskan
Sebagai indikator, pada saat ditemukan 10 nimfa/ daun atau kerusakan tanaman
mencapai 15 % pada tanaman padi dan sayuran, maka perlu dilakukan pengendalian
(eradikasi)
Noozle diatur sedemikian rupa agar larutan insektisida keluar dalam bentuk kabut
(fogging), sehingga partikel larutan dapat masuk ke sela-sela bagian tanaman (tempat
bersembunyi thrips) secara merata.
TOTAL: Tinggi >< Tinggi >< Tinggi >< Tinggi >< Tinggi >< Sedang = Sedang
36
- Faktor abiotik di Indonesia (kelembaban relatif, curah hujan dan temperatur (15-23◦C)
mendukung perkembangan OPT (CABI, 2007). Beberapa wilayah di afrika selatan
memiliki temperatur dan kelembaban mirip seperti di Indonesia.
- F. Occidentalis toleran terhadap suhu Indonesia yang pada umumnya 25°C - 30°C
Pengaruh sistem budidaya tanaman dan sistem pengendalian OPT Sedang
c.
Alasan:
- Sistem budidaya bunga krisan di Indonesia biasanya dalam bentuk monokultur yang di
tempatkan di green house, sehingga penyebaran F. occidentalis ini akan cukup mudah.
Selain itu tanaman yang tumbuh di sekitar tanaman dapat menjadi inang bagi hama ini.
- Pemasangan mulsa plastik hitam-perak, selain berfungsi sebagai pengendali gulma,
mulsa plastik hitam-perak ini juga berfungsi memantulkan cahaya matahari ke bagian
permukaan bawah daun (tempat thrips bersembunyi). Selain itu, mulsa plastik juga akan
menghambat sebagian thrips untuk masuk ke dalam tanah pada fase pupa.
- Memasang perangkap perekat misalnya dengan menggunakan Insect Adhesif Trap Paper
(IATP) berwarna kuning.
Strategi reproduksi dan metode bertahan Tinggi
d.
Alasan:
- Hama ini termasuk ke dalam spesies polyfag, maka ketika tidak ada makanan di daerah
mereka hidup maka untuk dapat bertahan hidup ia mencari makanan alternatifnya dan
menjadi tempat untuk reproduksi hama F. occidentalis
- Adanya tanaman lain sebagai inang alternatif untuk hama sehingga hama tetap
bertahan, misalnya Solanum tuberosum dan Allium cepa (CABI, 2017).
Kemampuan adaptasi Tinggi
e.
Alasan:
- F. occidentalis dapat hidup pada banyak tanaman inang lainnya sehingga kemampuan
adaptasinya sangat baik.
- F. Occidentalis toleran terhadap suhu Indonesia yang pada umumnya 25°C - 30°C
Populasi minimum sebagai syarat OPT/OPTK dapat Tinggi
f.
menetap/berkembang di PRA area
37
Alasan:
- Sebagai indikator, pada saat ditemukan 10 nimfa/ daun atau kerusakan tanaman mencapai
15 % pada tanaman padi dan sayuran, maka perlu dilakukan pengendalian (eradikasi)
Kemampuan melakukan eradikasi Tinggi
g.
Potenis risiko:
- Noozle diatur sedemikian rupa agar larutan insektisida keluar dalam bentuk kabut
(fogging), sehingga partikel larutan dapat masuk ke sela-sela bagian tanaman (tempat
bersembunyi thrips) secara merata.
- Penyemprotan insektisida dilakukan pada pagi dan/atau sore hari ketika thrips masih
berkeliaran di permukaan tanaman dan dikonsentrasikan pada bagian permukaan bawah
daun, tunas, bunga, dan pucuk tanaman.
TOTAL= Tinggi >< Tinggi >< Sedang >< Tinggi >< Tinggi >< Tinggi >< Tinggi = Sedang
38
Penggunaan media pembawa setelah di masukan Tinggi
d.
- Media pembawa ini setelah di masukan akan di tanam sebagai tanaman hias umumnya.
39
- Informasi hingga saat ini untuk mengendalikan serangga F.occidentalis ini beragam,
bisa dikendalikan secara mekanis, biologi, maupun kimia.
Pengaruh OPTK terhadap lingkungan (ekologi,/tanaman asli, pariwisata, 3
c.
dll)
- Serangga F.occidentalis apabila menyerang tanaman inang maka dalam waktu yang
tidak relatif lama akan menyebabkan malformasi pada buah stroberi. Sebanyak 13
dari 30 buah sampel yang dipanen (43,3%) buah sampel mengalami malformasi pada
bagian ujung buah. Kejadian biji stroberi hitam lebih banyak yakni 22 dari 30 buah
sampel (73,3%). Gejala lain adalah tekstur kulit buah yang keriput yang muncul pada
buah yang sebelumnya mengalami gejala burik di sekitar biji stroberi. Dengan
demikian bila tekstur buah panen keriput maka gejala tersebut merupakan tingkat
lanjut dari gejala burik yang terjadi pada buah stroberi muda.
Peranannya sebagai vektor untuk OPT/OPTK lain. 3
d.
- Frankliniella occidentalis (western flower thrips atau thrips bunga barat) dan Thrips
tabaci (thrips bawang) adalah vektor umum dan penting dari beberapa virus tanaman
di banyak daerah di dunia. Pada tanaman tomat, TSWV terutama ditularkan oleh
thrips bunga barat, Frankliniella occidentalis, dan thrips tembakau
Biaya untuk pengendalian dan eradikasi 2
e.
- Biaya pengendalian dan eradiksi tinggi. Kemungkinan F.occidentalis dapat
dibebaskan secara kesuluhan pada tanaman terbilang sedang
Pengaruhnya terhadap perdagangan domestik dan internasional 2
f.
- Jika bunga krisan produksinya menurun atau tanaman bawang, stroberi dan
komoditas lainnya yang merupakan inang bagi virus ini, maka kebutuhan konsumen
tidak akan terpenuhi, dan menyebabkan gagal panen, serta kenaikan harga (misal
bawang).
Potensi menimbulkan masalah sosial 3
g.
- Kerusakan akibat F.occidentalis pada tanaman lain yang berekonomi tinggi seperti
buah-buahan dan tanaman hias dapat menyebabkan penurunan produksi dan
40
kenaikan harga. Permintaan akan produk tersebut tinggi namun disisi lain produksi
menurun akibat gagal panen.
Potensi risiko: 3+2+3+3+2+2+3=18/7= 2.57 (Sedang)
41
Nematoda Daun Krisan merupakan seed borne sehingga dapat mudah terbawa oleh benih, A.
besseyi. Benih tersebut dapat berupa stek atau batang (CABI, 2017)
Kemungkinan OPT bertahan pada sistem pengelolan OPT di negara Tinggi
b.
asal
Menurut Tsay et al. (1998), 16% dari A. besseyi tetap bertahan bawah Hot Water Treatment
pada 48 ° C selama 12 jam. Sehingga meskipun di beri perlakuan A. besseyi masih ada yang
bertahan.
Kemungkinan OPT bertahan selama perjalanan Tinggi
c.
A. besseyi dapat bertahan pada jaringan tumbuhan yaitu di dalam benih (Nandakumar et al.
1975) Mereka memakan primordium lunak dari biji yang bertunas.
Kemungkinan OPT berpindah ke inang lain di lingkungan tempat Sedang
d.
pemasukan
A. besseyi dapat dengan mudah berpindah melalui tanah atau benih, famili dari inang lain yang
dapat didiami oleh A. besseyi adalah Begoniaceae, Poaceae, Agavaceae, Dioscoreaceae, ,
Convolvulaceae, Fabaceae, Malvaceae, Araceae, Asteraceae, Cyperaceae. Terutama pada Padi
(CABI 2017) tetapi di bandara ketersediaan tanaman atau inang alternatif tersebut cenderung
terlindungi dan di pisahkan dengan berbagai keamanan, sehingga resiko sedang.
Kemampuan mendeteksi dan mengidentifikasi OPTK Tinggi
e.
Pemeriksaan visual untuk gejala dan tanda dapat dilakukan dengan mengamati daun
dengan tanda-tanda nekrotik, inflorescence.
Untuk pemeriksaan secara langsung, jaringan tanaman atau benih yang terinfestasi
nematoda dapat direndam dalam air untuk melepaskan nematoda.
Ciri-ciri dan karakteristik A. Besseyi dapat dengan mudah di temukan literatur nya.
Kemampuan membebaskan MP dari OPTK Sedang
f.
Mencegah penyebaran A. Besseyi membutuhkan eliminasi nematoda dari benih; caranya
yaitu dapat menggunakan Hot water treatment atau Chemical Seed Treatment. (CABI 2017)
TOTAL: Tinggi >< Tinggi ><Tinggi>< Sedang><Tinggi>< Sedang><Sedang= Sedang
42
Tabel 23. Penilaian Kemungkinan Aphelenchoides besseyi Menetap di PRA Area
Faktor yang dinilai & Penjelasan/Alasan Ilmiah/Referensi Nilai Risiko
No
Ketersediaan tanaman inang (inang alternatif, inang perantara) Tinggi
a.
Nematoda ini selain menyerang tanaman krisan juga memiliki banyak inang termasuk Pangan
dan tanaman hortikultura seperti dari famili Begoniaceae, Poaceae, Agavaceae, Dioscoreaceae,
,Convolvulaceae, Fabaceae, sebagai inang alternatif. (CABI 2017) serta famili Malvaceae,
Araceae, Asteraceae, Cyperaceae (KEMENTAN 2015)
Kesesuaian lingkungan abotik Tinggi
b.
- Ketersediaan dan distribusi tanaman inang di Indonesia tersedia sepanjang tahun, suhu
dan lingkungan yang mendukung terutama inang utama dari nematoda ini adalah padi.
- Suhu optimum bagi a besseyi untuk oviposisi dan penetasan adalah 30 ° C. Sangat cocok
dengan temperatur iklim di indonesia. Pada 30 ° C siklus hidup kira-kira sekitar 10 ± 2
hari dan lebih panjang secara signifikan pada suhu <20 ° C (Huang et al., 1972)
Pengaruh sistem budidaya tanaman dan sistem pengendalian OPT Tinggi
c.
Sistem budidaya krisan di indonesia biasanya berada di greenhouse, diman sebelum ditanam
greenhouse di berikan sanitasi dan phytosanitary pada tanaman yang akan di budidayakan.
Sehingga perkembangan OPTK akan terkendali. Tetapi budidaya padi di indonesia sangatlah
tinggi sehingga resiko penyebaran nematoda ini termasuk besar dalam sistem budidaya tanaman.
Strategi reproduksi dan metode bertahan Tinggi
d.
Nematoda ber reproduksi secara sexual, ovarium nematoda betina menghasilkan oogonia, yang
kemudian berkembang menjadi oosit sebelum di buahi oleh sperma. (Chaves, N et al., 2013)
Siklus hidup nematoda berlangsung selama, Nematoda dapat bertahan di dalam benih dan
memakan primordia daun saat berkecambah.
Kemampuan adaptasi Tinggi
e.
A. besseyi dapat beradaptasi dengan cara transmisi benih melalui kapasitanya untuk tetap hidup
dorman saat dehidrasi dan aktif kembali dengan rehidrasi, atau saat benih berkecambah. Hal ini
43
dapat menyebabkan dia tetap hidup ketika benih berkecambah dan bersiko tinggi. (Bergamo et
al., 2000) Selain itu lingkungan di indonesia dengan suhu tropis memungkinkan A. Besseyi
untuk bertahan. Serta salah satu inang sebaran nya yaitu padi banyak di temukan di indonesia
sehingga resiko nya tinggi karna adaptasi yang tinggi.
Populasi minimum sebagai syarat OPT/OPTK dapat Tinggi
f.
menetap/berkembang di PRA area
Hubungan antara kepadatan nematoda awal dan produksi tanaman adalah penting didalam
menentukan ambang ekonomi nematoda, Fukano (1962) menetapkan kepadatan ambang
kerusakan ekonomi untuk A besseyi adalah 300 nematoda hidup / 100 biji. Sehingga apabila
populasi memenuhi syarat tersebut, nematoda tersebut mempunyai potensi untuk menetap dan
berkembang.
Kemampuan melakukan eradikasi Tinggi
g.
Untuk tujuan karantina di International Rice Research Institute (IRRI), benih direndam dalam
air dingin selama 3 jam diikuti dengan air panas pada suhu 55 ° C selama 15 menit. Hanya
perlakuan panas pada 52 ° C selama 15 menit dengan guncangan memberantas A. besseyi tanpa
mempengaruhi perkecambahan benih, dan dengan demikian cara ini dianggap sebagai metode
kontrol yang paling tepat.
TOTAL= Tinggi >< Tinggi ><Sedang >< Sedang >< Tinggi >< Tinggi >< Tinggi= Sedang
Tanaman krisan yang dapat di tanam mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi (di
pegunungan) maka tidak ada penghambat alami dalam hal ini. (mobilitas nematoda). Selain itu
44
penyebaran nematoda terbatas, rata-rata menyebar melalui waterborne. Dan tempat budidaya
krisan biasanya didalam greenhouse
Potensi penyebaran melalui komoditas dan/atau alat Tinggi
c.
angkut/vektor/carier
Nematoda potensi penyebaran merupakan vektor angkut, berupa wadah/kontainer kayu,
kendaraan darat (seperti pada ban alat angkut), tanaman atau bagian dari tanaman, tanah, pasir
dan kerikil (CABI 2017) hal ini dapat di temukan dengan mudah dalam mobilitas pembawa
sehingga beresiko tinggi.
Penggunaan media pembawa setelah di masukan Tinggi
d.
Media pembawa ini setelah di masukan akan di tanam sebagai tanaman hias umumnya.
Potensi risiko: Tinggi >< Sedang >< Tinggi >< Tinggi= Sedang
45
Belum ada informasi mengenai pengaruh A. besseyi terhadap kehidupan dan kesehatan
manusia. Namun pengaruhnya dapat terjadi secara tidak langsung, seperti pengendalian
menggunakan nematisida dapat mencemari tanah dan produk pertanian yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia.
Pengaruh OPTK terhadap lingkungan (ekologi,/tanaman asli, pariwisata, 2
c.
dll)
OPTK ini dapat membuat daun krisan mempunyai gejala nektrotik dan membuat
pertumbuhan terhambat sehingga mempengaruhi bungatanaman asli, dan estetika. Selain itu
saat menyerang padi kehilangan dapat mencapai lebih dari 50% (da Silva, 1992)
Peranannya sebagai vektor untuk OPT/OPTK lain. -
d.
Tidak di Nilai
Selain dapat menginfeksi tanaman krisan, A besseyi terkenal menyerang pertanaman padi,
apabila A. besseyi berkembang dan merusak pertanaman padi di indonesia, akan
berpengaruh terhadap harga pasar dan ekonomi masyarakat. Dikarenakan beras adalah
makanan pokok masyarakat indonesia tentu saja hal ini dapat menimbulkan masalah sosial.
Potensi risiko: 2+2+2+0+3+3+3=20/7= 2.5 (Tinggi)
46
3.2 Kesimpulan Penilaian Risiko
Tabel 26. Hasil penilaian keseluruhan Tomato Black Ring Virus (TBRV)
No Aspek yang dinilai Nilai
1 Potensi masuk Sedang
2 Potensi menetap Sedang
3 Potensi menyebar Sedang
4 Potensi menimbulkan kerugian ekonomi Sedang
Total Sedang
47
Total Sedang
48
BAB 4
PENGELOLAAN RISIKO
49
- Media pembawa dikemas sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadi
infestasi OPTK.
- Dilakukan PSI (opsional).
- Pelarangan.
c) Kewajiban Tambahan yang dilakukan di Indonesia antara lain:
- Lakukan verivikasi terhadap dokumen;
- Perlakuan dengan radiasi sinar gamma .
- Amati munculnya gejala penyakit dan konsentrasikan terutama pada tunas
muda stek dan akar.
- Amati munculnya gejala serangan TBRV dengan bantuan kaca pembesar
atau mikroskop
- Gunakan alat bantu deteksi lain (ELISA dan PCR) bila ditemukan gejala
serangan TBRV.
- Bisa dilakukan di pintu masuk atau fasilitas pasca masuk yang aman.
50
Dimasukan di tempat pemasukan yang telah ditetapkan Ya
Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina tumbuhan Ya
untuk keperluan tindakan karantina
2. Kewajiban Tambahan yang dilakukan di negara asal antara lain: Ya
Berasal dari produsen yang sudah di registrasi oleh otoritas Ya
berwenang;
Media pembawa harus bebas dari tanag, kompos, dan kotoran Ya
lainnya;
Media pembawa berasal dari Area of Low Pest Prevalence Ya
(ALPP) atau berasal dari area bebas OPTK (PFPS) atau dari area
bebas OPTK (PFA) (Jika memungkinkan dan bebas oprasional);
Penilaian status phytosanitary sumber produksi/pre-clearance Ya
(jika memungkinkan dan bersifat oprasional);
Jumlah atau volume media pembawa dibatasi (jika Ya
memungkinkan)
Melalui negara transit dan mengganti kemasan yang bebas dari Ya
OPTK di negara transit.
3. Kewajiban Tambahan yang dilakukan di Indonesia Ya
a Dilakukan pemantauan pasca pemasukan untuk mengantisipasi Ya
adanya OPT/OPTK baru yang terduga sebelumnya (jika
memungkinkan dan bersifat oprasional)
Pemilik dihrapkan melaporkan kepada UPT Karantina terdekat Ya
jika pada stek batang berakar bunga krisan di curigai muncul
OPT baru.
51
BAB 5
KESIMPULAN
Dari hasil penilaian risiko terhadap OPTK yang dapat terbawa pada:
52
10. Pineapple yellow spot virus, Tomato spotted wilt virus
Tomato spotted wilt virus group, Dahlia oakleaf virus, Dahlia ringspot virus,
Dahlia yellow ringspot virus,
53
BAB 6
REKOMENDASI
54
- Media pembawa dikemas sedemikian rupa sehingga menjamin tidak
terjadi infestasi OPTK.
- Dilakukan PSI (opsional).
- Pelarangan.
b) Kewajiban Tambahan yang dilakukan di Indonesia antara lain:
- Lakukan verivikasi terhadap dokumen;
- Perlakuan dengan radiasi sinar gamma .
- Amati munculnya gejala penyakit dan konsentrasikan terutama pada
tunas muda stek dan akar.
- Amati munculnya gejala serangan TBRV dengan bantuan kaca pembesar
atau mikroskop
- Gunakan alat bantu deteksi lain (ELISA dan PCR) bila ditemukan gejala
serangan TBRV.
- Bisa dilakukan di pintu masuk atau fasilitas pasca masuk yang aman.
55
DAFTAR PUSTAKA
56
Zubaedah, N., D. Buchori & A. Munif. 2015. Keefektifan kebijakan pembatasan
pintu masuk impor hortikultura terhadap aspek perlindungan tanaman.
Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan, 2(2): 144-151.
57