Theorema 10.5.
Keliling
Keliling C
C dari
dari sebuah
sebuah lingkaran
lingkaran yang jari –– jarinya
yang jari jarinya rr dinyatakan
dinyatakan dengan
dengan
C = 2𝝅 sinh r
Bukti :
Gambar 10. 15
1
𝜋
𝑝𝑛 = 𝑟2𝑛 sin
𝑛
𝜋 1 𝜋 3 1 𝜋 5
= 𝑟2𝑛 [ − ( ) + ( ) −. . .]
𝑛 3! 𝑛 5! 𝑛
2𝑟𝜋 2 𝜋 1 𝜋 3
= 2𝜋𝑟 − [ − ( ) +. . .]
𝜋 2 3! 5! 𝑛
lim 𝑝𝑛 = 2𝜋𝑟
𝑛→∞
Dalam hiperbola, kita menggunakan rumus (10) dari teorema 10.3 untuk
mendapatkan :
𝑝 𝜋
sinh ( ) = sinh 𝑟 sin ( )
2𝑛 𝑛
𝑝 1 𝑝 2 1 𝑝 4 𝜋 1 𝜋 2 1 𝜋 4
[1 + ( ) + ( ) + . . . ] = sin 𝑟 [1 − ( ) + ( ) − . . . ]
2𝑛 3! 2𝑛 5! 2𝑛 𝑛 3! 𝑛 5! 𝑛
dan pengambilan lim akan memberikan rumus yang akan dicari (catatan : untuk
𝑛→∞
lingkaran yang jari – jarinya sangat kecil, rumus hiperbola diturunkan ke rumus
Euclidean)
Teorema ini memungkinkan kita untuk menulis kembali “Aturan Sinus” (14)
2
Akibat (J. Bolyai)
Sinus dari sudut – sudut sebuah segitiga dari satu ke yang lain merupakan
Bolyai menunjukkan bahwa keliling dari sebuah segitiga yang jari – jarinya
Anggaplah rumus berikutnya untuk luas. Dengan teorema 10.1 dan kaidah
kita k = 1, luas K dari sebuah segitiga sama dengan defeknya dalam radian,
seperti :
K=𝜋−𝐴−𝐵−𝐶
Kita akan menghitung defek ini untuk sebuah segitiga dengan sudut yang
benar di C, sehingga
𝜋
𝐾= − (𝐴 + 𝐵)
2
Teorema 10.6 :
𝑲 𝒑 𝒂
𝐭𝐚𝐧 = 𝐭𝐚𝐧𝐡 𝐭𝐚𝐧𝐡
𝟐 𝟒𝒏 𝟐
𝑎 𝑏
Untuk geometri Euclidean, rumus luas K adalah 𝐾 = .
2 2
3
Bukti :
1−𝑠𝑖𝑛(𝐴+𝐵) 𝑐𝑜𝑠(𝐴−𝐵)
=
1+𝑠𝑖𝑛(𝐴+𝐵) 𝑐𝑜𝑠(𝐴−𝐵)
1−cos 𝐾
=
1+cos 𝐾
𝐾
= 𝑡𝑎𝑛2
2
𝑥 𝑥
Langkah 1 dan 4 hanyalah identiras untuk 𝑡𝑎𝑛ℎ2 (2) dan 𝑡𝑎𝑛ℎ2 (2).
𝜋
trigonometri. Langkah 3 hanya menggunakan identitas cos ( 2 − 𝑥) = sin x
Teorema 10.7.
𝒓
Luas lingkaran dengan jari – jari r adalah 𝟒𝒓𝒔𝒊𝒏𝒉𝟐 (𝟐)
4
Bukti :
lim 𝐾𝑛 dari luas 𝐾𝑛 pada segi – n beraturan yang dituliskan. Berdasarkan gambar
𝑛→∞
𝐾𝑛 , 𝑝𝑛 , kita memiliki :
𝐾 𝑝 𝑎
tan = tanh tanh
4𝑛 4𝑛 2
Jika kita mengalikan kedua ruas dengan 4n dan menuju ke limit n→ ∞, kita
peroleh :
𝑟
𝐴 = 𝐶 tanh 2 . . . .(16)
𝐾 𝐾 𝐾 2
4𝑛 tan 4𝑛 = K + (4𝑛) + . . .
3
𝑝 𝑝 𝑝 2
4𝑛 tanh = p − 3 (4𝑛) + . . .
4𝑛
Kemudian kita subsitusikan pada rumus (16) untuk C dari teorema 10.5. dan
menggunakan identitas :
5
𝑟 sinh 𝑟
tanh =
2 cosh 𝑟 + 1
𝑠𝑖𝑛ℎ2 𝑟 = 𝑐𝑜𝑠ℎ2 𝑟 − 1
𝑟
2𝑠𝑖𝑛ℎ2 = 𝑐𝑜𝑠ℎ2 𝑟 − 1
2
Dengan memperluas rumus ini dalam sebuah barisan, kita dapat melihat
𝑟4
𝐴 = 𝜋 (𝑟 2 + + . . .)
12
Rumus keliling dan luas sebuah lingkaran dengan jari – jari r adalah :
𝐶 = 2𝜋 sin 𝑟
𝑟
𝐴 = 4𝜋 𝑠𝑖𝑛2 ( )
2
Rumus bolyai valid dalam geometri eliptik (jadi benar sebuah teorema dalam
geometri mutlak)
6
SEGI EMPAT SACCHERI DAN LAMBERT
Berikutnya kita akan mengulang segi empat Saccheri dengan alas b, panjang
kaki a dan tinggi c. anda lihat di latihan 1, bab 6, bahwa c > b. sekarang kita
Teorema 10.8.
𝒄 𝒃
Untuk segi empat Saccheri : 𝐬𝐢𝐧𝐡 𝟐 = 𝐜𝐨𝐬𝐡 𝒂. 𝐬𝐢𝐧𝐡 𝟐
𝑐
(karena 𝑐𝑜𝑠ℎ2 𝑎 = 1 + 𝑠𝑖𝑛ℎ2 𝑎 > 1 , hal ini menunjukkan bahwa sin (2) > sin
𝑏
, oleh karena itu c> b)
2
Bukti :
10.16, dengan menggunakan rumus (13) dari teorema 10.4 untuk mendapatkan “
dengan menggunakan (10) dan (11) dari teorema 10.3 untuk mendapatkan :
𝜋 sinh 𝑎
cos 𝜃 = sin ( − 𝜃) =
2 sinh 𝑑
= 𝑐𝑜𝑠ℎ2 𝑎 (cosh 𝑏 − 1) + 1
7
A’ c B’
a d a
A b B
Gambar 10.16
𝑥
2 𝑠𝑖𝑛ℎ2 = cosh 𝑥 − 1
2
Akibat :
Dengan diberikannya segi empat Lambert, jika c adalah panjang sebuah sisi
yang berdekatan dengan sudut lancip dan b adalah panjang sisi yang berlawanan,
sehingga
dimana a adalah panjang sisi berdekatan lainnya dengan sudut lancip ) secara
Akibat yang ditimbulkan dari sisi empat Lambert adalah setengah dari segi
8
Ada rumus lainnya untuk segi empat Lambert yang akan kita peroleh
selanjutnya. Rumus tersebut didasarkan pada konsep segmen yang saling mengisi.
𝜋
∏(𝑥) + ∏(𝑥 ∗) = ……(17)
2
dimana titik yang ke – 4 dari segi empat Lambert ideal dengan point Ω.
Jika kita menggunakan rumus (4) ke dalam rumus (7) untuk sudut yang
a a
gambar 10.17
9
Ω
x
Π(𝑥)
Π(𝑥 ∗)
\ x*
Gambar 10.18
𝑥∗
tanh = 𝑒 −𝑥 …...(21)
2
Contoh :
sinh x* = cot Π(𝑥 ∗) = tan Π(𝑥) = csch x dengan rumus (7) ; rumus (21)
𝑡 sinh 𝑡
tanh ( ) =
2 1+cosh 𝑡
10
Teorema 10.19 (Theorema Engel’s)
Ada segitiga yang tepat dengan parameter yang ditampilkan dalam gambar
10.19 jika dan hanya jika ada segi empat Lambert dengan parameter yang
ditampilkan dalam gambar 10.20. catatan bahwa PQ adalah segmen yang saling
𝛼 = Π(𝑙)
c b
Π(𝑚) = 𝛽
B a C
Gambar 10.19
Q r Π(𝑎)
𝑙∗ m
P b S
Gambar 10.20
11
antara R dan S, sehingga PX ≅ QR. Teorema Engel’s mengatakan
⃗⃗⃗⃗⃗ .
⃗⃗⃗⃗⃗ adalah garis lintang sejajar ke 𝑄𝑅
𝑃𝑋
Theorema Engel’s yang mengatakan bahwa panah yang berasal dari garis
⃗⃗⃗⃗⃗
𝑋𝑆 adalah kongruen ke sudut lancip ∢𝑅 dari sisi empat Lambert.
Bukti :
X=B
P=A S=C
Gambar 10.21
12
R
z Q
𝜙
w d v
S u P
Gambar 10.22
𝜋
= cos ( 2 − 𝜃) sinh d
= tanh v cosh d
sehingga ,
13
Misalkan 𝜙 = (∢R)r. dengan aturan sinus dan teorema 10.3
̅̅̅̅
tanh 𝑢 cosh 𝑄𝑆 tanh 𝑢 (cosh 𝑢 cosh 𝑣) cosh 𝑢
sin 𝜙 = = = ... (iii)
sinh 𝑧 sinh 𝑢 cosh 𝑤 cosh 𝑤
cosh 𝑢
sin 𝜙 = . . . (iii’)
cosh 𝑧
sinh 𝑢
𝑠𝑖𝑛(∢𝑃𝑋𝑆)𝑟 = = sech 𝑤
sinh 𝑧
tanh 𝑢
𝑐𝑜𝑠(∢𝑃𝑋𝑆)𝑟 = = sech 𝑣 = tanh 𝑣 ∗
tanh 𝑧
𝑐𝑜𝑠ℎ 𝑧
̅̅̅̅ =
cosh 𝑋𝑆 = csc ∅
cosh 𝑢
14
Sehingga :
(∢𝑃𝑋𝑆)𝑟 = Π (𝑤)
(∢𝑋𝑃𝑆)𝑟 = Π (𝑣 ∗ )
̅̅̅̅) = ∅
Π (𝑋𝑆
15
m
a
b
m b *
c m l*
b
c
l* a
Untuk catatan juga bahwa karena Teorema 10.3 memberikan rumus yang
menunjukkan bagaimana segitiga yang tepat dengan khusus ditentukan oleh dua
dari lima parameternya. Teorema 10.9 memberikan kita hasil yang sama untuk
segi empat Lambert (contohnya, dimulai dengan u dan v, w diberikan oleh (ii),
z oleh (ii’) dan dengan (iii) dalam pembuktian teorema 10.9
16
KOORDINAT PADA BIDANG HIPERBOLA
Pilihlah garis tegak lurus melalui pangkal O dan aturlah sistem koordinat
dari salah satu diantaranya, sehingga nantinya bisa dinamakan sumbu u dan
sumbu v. Untuk titik P, misalkan U dan V adalah proyeksi garis tegak lurus dari P
pada sumbu-sumbu ini dan misalkan u dan v adalah masing-masing koordinat dari
U dan V . Sehingga kita memperoleh segi empat Lambert UOVP. Kita
menamakan sisi yang tersisa dengan koordinat w, z sehingga
z P
w
w
O u U
Gambar 10.25
(lihat gambar 10.25). Rumus (ii) dan (ii’) dalam pembuktian teorema 10.9
menunjukkan bahwa jika berada dalam kuadran pertama (misalnya u>0 danv>0)
dan w PU , danz PV . Kita menempatkan:
17
x = tanh u, y = tanh v . . . . (23)
p1 . p 2
cosh P1 P2 ,
p1 p 2
. . . (25)
dan pi pi . pi . Sama halnya jika Aix +Bix +Ci = 0 adalah persamaan dari 2
garis li , i = 1,2, memotong sebuah sudut yanng tidak tumpul dengan ukuran
radian sehingga,
18
l1 .l 2
cos , . . . . (26)
l1 l 2
dan l i l i .l i (secara khusus, 0 = l1.l2, adalah kondisi yang penting untuk garis-
T2 – X2 – Y2 = 1, T 1 ,
Dimana satu dari dua lembar hiperbola berada dalam tiga ruang Cartesius.
Persamaan sebuah garis dalam koordinat Weierstrass adalah homogen linear (
misalnya bentuk AX +BY+CT = 0)
X2 + Y2 - T2 = i2 = -1,
19
ruang 4 dimensi yang digunakan untuk relativitas tertentu ( lihat Taylor dan
Wheeler, 1992) Catatan bahwa ” garis-garis” dalam model Weierstrass adalah titik
potong dengan lembar hiperbola pada bidang euclidean melalui pangkalnya.
Untuk menggambarkan model ini, bayangkan saja satu cabang hiperbola T2 - X2
= 1 dalam bidan (T, X) mengelilingi sumbu T. Lihat gambar 7. 19
Bukti :
Bukti teorema 10.10 didasarkan pada trigonometri sisi empat Lambert yang
diperoleh dari teorema sebelumnya.
𝑟 = ̅̅̅̅
𝑂𝑃
∢(𝑋𝑂𝑃)𝑟 , 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑣 ≧ 0
𝜃={
−∢(𝑋𝑂𝑃)𝑟 , 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑣 ≦ 0
𝑥1 𝑥2 + 𝑦1 𝑦2
=
tanh 𝑟1 . 𝑡𝑎𝑛ℎ𝑟2
cosh ̅̅̅̅̅̅
𝑃1 𝑃2 = 𝑐𝑜𝑠ℎ(𝑟1 ± 𝑟2 ) karena cos(𝜃2 − 𝜃1 ) = ±1 ,
cosh ̅̅̅̅̅̅
𝑃1 𝑃2 = cosh 𝑟1 cosh 𝑟2 − sinh 𝑟1 sinh 𝑟2 cosh(𝜃2 − 𝜃1 )
21
Tetapi rumus ini juga bertahan ketika O, P1 ,P2 tidak kolinear dengan hukum
kosinus (13). Penggantian dua rumus sebelumnya akan memberikan rumus yang
diinginkan (25)
1/2
[(𝑥1 −𝑥2 )2 +(𝑦1 −𝑦2 )2 −(𝑥1 𝑦2 −𝑥2 𝑦1 )2 ]
tanh ̅̅̅̅̅̅
𝑃1 𝑃2 = . . . . (28)
𝑝1 𝑝2
dan identitas
1 1 +𝑡
arctanh 𝑡 = ln . . . . (29)
2 1−𝑡
Rumus (28) diperoleh dari (25) dimana identitas tanh 2t = 1 – cosh-2t.( Istilah
dalam kurung disisi kanan (28) dapat ditulis dengan (p1.p2)2 - ||p1||2||p2||2. Sepintas
lalu, ½ yang terdapat dalam rumus (29) menjelaskan kenapa faktor ½ muncul
dalam rumus untuk panjang klein dalam teorema 7.4 halaman 268).
Karena P (x,y) adalah sebuah isometri, dia adalah kolineasi, sehingga
garis-garis pada bidang hiperbola dipetakan kedalam penghubung antara dua titik
mutlak pada model klein, yang memiliki persamaan linear seperti yang
digambarkan dalam teorema.
Rumus (26) untuk cosθ merupakan pernyataan yang tegas tentang ukuran
sudut dalam model klein. Kita lalui model itu dimana isomorpis P (x,y).
Anggaplah dua garis bertemu dititik Po dengan koordinat (xo , yo ) dan anggaplah
kita menulis garis ke-i dengan ⃡⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝑃0 𝑃𝑖 , dimana Pi memiliki koordinat (xi , yi ), i = 1,2.
Kemudian koefisien dalam persamaan garis ke-i diberikan oleh Ai = yi – yo , Bi =
xo –xi , Ci = xi yo- yixo. Anggaplah P0 = 0, pusat mutlak. Kemudian rumus (26)
diturunkan ke:
22
𝑥1 𝑥2 + 𝑦1 𝑦2
𝑐𝑜𝑠𝜃 =
(𝑥12 + 𝑦12 )1/2 (𝑥22 + 𝑦22 )1/2
yang merupakan rumus Euclidean untuk cosin dari sudut ∢P1 O P2. Tetapi model
klein sesuai dengan titik khusus O, sehingga kita telah memverifikasi (26) dalam
hal ini.
Jika Po ≠ 0 , mari kita cari mosi hiperbola T, sehingga T(0) = Po, dan
Misalkan Qi = T-1(Pi). Karena T mempertahankan ukuran sudut, yang kita
lakkukan selanjutnnya adalah menunjukkan bahwa rumus (26) sama dengan ∢ Q1
O Q2
Lemma 10.1
Bukti
Misalkan r = ̅̅̅̅
𝑂𝑃 dan kita ketahui bahwa cosh r = ‖𝑝‖−1, x = tanh r cos θ, y =
tanh r sin θ.
Koordinat M (x’,y’) diberikan dengan x’ = tanh (r/2) cos θ, y’ = tanh (r/2) sin θ
23
𝑟
tanh (2) sinh 𝑟 cosh 𝑟
= .
tanh 𝑟 cosh 𝑟 + 1 sinh 𝑟
1 −1
= (1 + )
cosh 𝑟
= (1 + ‖𝑝‖)−1
Lemma 10.2
Bisektor garis tegak lurus dari OP0 yang melewati titik tengah dan memiliki
kecondongan – x0/y0 (karena garis tegak lurus klein sama dengan garis tegak
lurus Euclidean pada saat satu garis antara dua titik di lingkaran merupakan
diameter mutlak.
Jika kita menerapkan rumus umum untuk refleksi pada model klein yang
anda periksa di latihan K-16, bab 7, lemma 10.2 mengimplikasikan bahwa refleksi
Untuk memeriksa rumus, perlu dicatat bahwa cos θ = 0 jika dan hanya jika
24
PUTARAN TERBATAS SEBUAH SEGITIGA
terbatas untuk setiap segitiga ekivalen dengan hukum / postulat paralel Euclidean.
Lingkaran terbatas ada jika dan hanya jika bisektor garis tegak lurus dari sisi-sisi
berjalan bersama-sama di sebuah titik biasa (latihan 12 bab 6). Di latihan 13, bab
6 dan latihan utama7, Bab 6, anda melihat bahwa bisektor garis tegak lurus selalu
berjalan bersama-samadi sebuah titik ideal atau titik ultra ideal jika lingkaran
Dalam hal ultra ideal, anda melihat (lihat gambar 6.26) bahwa puncak A, B,
C dari segitiga yang diberikan semuanya adalah sama jauh dari garis tegak lurus
biasa t ke bisektor garis tegak lurus. Ini mengimplikasikan bahwa mereka terletak
pada kurva yang sama jauh yang memiliki t sebagai sebuah sumbu. Menurut
sebagai temapat semua titik di jarak yang sama dari sumbu t, tidak
equidistant kita” dengan satu dari dua cabang mereka. Kita sebut saja kurva
sumbu yang sama, yang satu merupakan refleksi dari yang satu lagi yang
berseberangan dengan sumbu. Di latihan II (a), Bab 6, anda melihat bahwa setiap
25
segitiga dibatasi oleh kurva equidistant yang double yang sumbu-sumbunya
Gambar 10.26
bidang setengah atas (bandingkan latihan P-5, Bab 7, dan latihan 48, Bab 9).
26
Teorema berikutnya memberikan kriteria trigonometri untuk memutuskan
Teorema 10. 11
sebuah sisi yang terpanjang sehingga ∢ A adalah sebuah sudut yang terbesar.
𝒍𝒊𝒏𝒈𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏
𝒂 < 𝒃 𝒄
𝑯𝒐𝒓𝒐𝒄𝒚𝒄𝒍𝒆 } ⇔ 𝐬𝐢𝐧𝐡 { = } 𝐬𝐢𝐧𝐡 + 𝐬𝐢𝐧𝐡
𝟐 > 𝟐 𝟐
𝒌𝒖𝒓𝒗𝒂 𝒆𝒒𝒖𝒊𝒅𝒊𝒔𝒕𝒂𝒏𝒕
<
𝑟 𝑏 𝑐
⇔ (∢𝐴) { = } ∏ (2) + ∏ (2)
>
C’ B’
A’
B C
Gambar 10.27
27
Bukti
Anggaplah pertama kali tempat dimana bisektor garis tegak lurus adalah
paralel dengan asimtot melalui titik ideal Ω. Menurut lemma 6.3 hal 215, gambar
10.27, dimana A’, B’, C’ adalah titik-titik tengah. Ini menunjukkan bahwa
𝑐 𝑏
(∢A)r = (∢ C’A Ω)r + (∢B’ A Ω)r = ∏ (2) + ∏ (2)
Di saat bisektor garis tegak lurus memiliki sebuah garis tegak lurus t, Gambar
10.28 menyatakan :
Karna inilah satu-satunya kemungkinan yang lain. Oleh karena itu , criteria yang
kedua dibuat.
Pengambilan criteria yang pertama dalam istilah sinus hiperbola dari criteria yang
28
cosh 𝑏 cosh 𝑐 − cosh 𝑎
cos 𝐴 =
sinh 𝑏 sinh 𝑐
𝑏 𝑐 𝑎
(2 𝑠𝑖𝑛ℎ2 + 1) (2 𝑠𝑖𝑛ℎ2 +1) − (2 𝑠𝑖𝑛ℎ 2 + 1)
2 2 2
= 𝑏 𝑏 𝑐 𝑐
4 sinh cosh sinh cosh
2 2 2 2
𝑏 𝑐 𝑏 𝑐 𝑎
2 𝑠𝑖𝑛ℎ2 𝑠𝑖𝑛ℎ2 + 𝑠𝑖𝑛ℎ2 + 𝑠𝑖𝑛ℎ2 − 𝑠𝑖𝑛ℎ2
2 2 2 2 2
= 𝑏 𝑐 𝑏 𝑐
2 sinh sinh cosh cosh
2 2 2 2
𝑏 𝑐
𝑐𝑜𝑠 [∏ ( ) + ∏ ( )]
2 2
𝑏 𝑐 𝑏 𝑐
= cos ∏ (2) cos ∏ (2) − sin ∏ (2) sin ∏ (2)
𝑏 𝑐 1
= tanh 2 tanh 2 − 𝑏 𝑐
cosh cosh
2 2
𝑏 𝑐
sinh sinh − 1
2 2
= 𝑏 𝑐
cosh cosh
2 2
Akibat Teorema.
Sebuah segitiga sama kaki yang panjang alasnya lebih pendek dari sisi-
29
A
C’ B’
A’
B C
A Ω Σ
Gambar 10.28
𝒍𝒊𝒏𝒈𝒌𝒂𝒓𝒂𝒏 <
𝑯𝒐𝒓𝒐𝒄𝒚𝒄𝒍𝒆 } ⇔ 𝐜𝐨𝐬𝐡 𝐚 { = } 𝟒 𝐜𝐨𝐬𝐡 𝐛 − 𝟑
𝒌𝒖𝒓𝒗𝒂 𝒆𝒒𝒖𝒊𝒅𝒊𝒔𝒕𝒂𝒏𝒕 >
dimana a adalah panjang alas dan b adalah panjang sebuah sisi. Kita tinggalkan
30
Teorema 10.12
𝒂 𝒃 𝒄
𝒌 𝐭𝐚𝐧𝐡 𝐭𝐚𝐧𝐡 𝐭𝐚𝐧𝐡
𝟐 𝟐 𝟐
(30) 𝐬𝐢𝐧 =
𝟐 𝐭𝐚𝐧𝐡 𝑹
Catatan
Jika kita hanya melihat istilah dalam rangkaian perluasan sin dan tan
(misalnya kita hanya melihat pada segitiga hiperbola yang sangat kecil, maka
𝒂𝒃𝒄
𝑲 =
𝟒 𝑹
Inilah sebuah bukti dari rumus Euclidean. Pilihlah B sebagai sebuah puncak,
31
Subsitusikan sin A dalam K = 1⁄2 𝑏 𝑐 sin 𝐴 untuk mendapatkan rumus. Bukti
32