2.2.1 Ovarium
unggas ovarium disebut folikel. Bentuknya seperti buah anggur dan terletak pada
rongga perut berdekatan dengan ginjal kiri dan bergantung pada ligamentum
meso-ovarium. ,ovarium pada unggas dinamakan juga folikel. Besar ovarium pada
saat ayam menetas 0,3 gram kemudian mencapai panjang 1,5 cm pada ayam
betina umur 12 minggu dan mempunyai berat 60 gram pada tiga minggu sebelum
Jumlah sel telur dapat mencapai lebih dari 12000 buah. Namun, sel telur
yang mampu masak hanya beberapa buah saja (pada ayam dara dapat mencapai
jutaan buah). Folikel akan masak pada 9 sampai 10 hari sebelum ovulasi. Proses
sintesis asam lemak di hati yang dikontrol oleh hormon estrogen, kemudian oleh
darah diakumulasikan di ovarium sebagai folikel atau ovum yang dinamakan yolk
(kuning telur). Folikel dikelilingi oleh pembuluh darah, kecuali pada bagian
stigma. Apabila ovum sudah masak, stigma akan robek sehingga terjadi ovulasi.
2.2.2 Oviduct
Pembentukan telur ayam sekirar 25,25 jam, dan pada unggas berkisar
antara 24-30 jam. Oviduk dibagi lima bagian yaitu infundibulum (funnel atau tuba
menangkap ovum yang telah masak dan kemudian masuk ke lubang ostium
panjangnya sekitar 3,5 inci (9 cm). Yolk tinggal dibagian ini hanya untuk periode
kontraksi oviduk.
B. Magnum
panjangnya sekitar 13 inci (33 cm). diperukan waktu sekitar 3 jam bagi telur yang
sedang berkembang untuk melalui magnum. Albumen pada sebutir telur terdiri
(57,0%), putih encer dalam (17,3%). Dan putih telur encer bagian luar (23,0%).
Keempat lapisa tersebut diproduksi pada magnum, tetapi putih teur encer luar
(outer thin white) tidak lengkap sampai air ditambahkan di uterus (Suprijatna,
2005).
Chalazae dapat terlihat seperti dua pita yang berbelit dan memanjang dari
ujung yolk melalui albumen. Lilitan dengan arah yang berlawanan dari chalazae
dimaksudkan untuk memelihara yolk tetap berada di pusat setelah telur keluar.
Putih telur yang kental merupakan bagian terbesar dari albumen telur. Jumlah
putih telur kental (thick white) yang dihasilkan cukup besar. Putih telur kenta dan
2005)
C. Isthmus
Isthmus merupakan tempat pembentukan kerabang tipis dan tempat terjadi
plumping, kandungan pada masa ini tidak secara lengkap mengisi membran
kerabang dan telur menyerupai sebuah kantung hanya sebagian terisi air
Panjang saluran isthmus adalah 10 cm dan telur berada di sini berkisar 1 jam 15
menit sampai 1,5 jam. Isthmus bagian depan berdekatan dengan magnum
untuk membentuk rongga udara (air cell). Daerah pemisahan biasanya di bagian
ujung tumpul telur. Ketika telur pertama dikeluarkan, tidak ada rongga udaranya.
Namun, setelah telur berumur agak lama dan kandungan interior mengalami
udara sekitar 0,7 inci (1,8 cm). besar rongga udara merupakan indikator umur
dari luar oleh organisme seperti bakteri, selain itu membantu mencegah
kandungan telur dari evaporasi yang terlalu cepat dan melindungi isi telur
(Suprijatna, 2005).
D. Uterus
Uterus atau disebut juga glandula kerabang telur, panjangnya 10 cm. pada
bagian ini terjadi dua fenomena, yaitu hidratasi putih telur atau plumping,
kemudian terbentuk kerabang telur. Warna kerabang telur yang terdiri atas sel
phorpyirin akan terbentuk di bagian ini pada akhir mineralisasi kerabang telur.
Lama mineralisasi antara 20 sampai 21 jam (Yuwanta, 2004). Antara uterus dan
vagina terdapat junction utero vaginal (JUV) atau sperm storage tubule (SST)
sebagai tempat transit dari spermatozoa sebelum mencapai leher infundibulum
(Yuwanta, 2010). Selain pigmen coklat phorphyrin, warna telur pada burung
dengan bercak-bercak hitam, coklat dan biru. Pigmen dari kulit telur puyuh
Sekelompok kecil kalsium terlihat pada membrane kerabang luar (outer shell
atas daerah awal untuk membentuk kerabang bagian dalam (inner shell
membrane). Kerabang telur yang lengkap disusun dari hampir seluruhnya kalsit
(Suprijatna, 2005).
Sumber kalsium untuk kerabang telur didapat dari pakan dan tulang
langsung dari pakan, tetapi beberapa berasal dari timbunan kalsium tulang
medulair, terutama pada malam hari bila ayam tidak makan (Suprijatna, 2005).
E. Vagina
menit setelah peneluran akan terjadi ovulasi. Telur yang berada di dalam vagina
dilapisi oleh mucus. Mucus ini menyumbat pori kerabang, dengan demikian
Pada ayam, selama produksi telur, panjang vagina sekitar 4,7 inci (12 cm).
telur melalui oviduk akan keluar dengan ujung yang runcing terlebih dahulu.
Apabila ayam tidak terganggu atau ketakutan, telur akan berputar secara
horizontal sebelum oviposisi (pengeluaran telur) dan akan keluar dengan ujung
memungkinkan bagi otot uterus untuk menekan keluar pada permukaan yang
PEMBAHASAN
Saluran reproduksi betina terdiri dari dua, yaitu ovarium dan oviduk.
uterus, dan vagina. Hal tersebut sebanding dengan pernyataan Sudaryani (1996)
oviduk dibagi lima bagian yaitu infundibulum (funnel atau tuba falopii), magnum,
4.2.1 Ovarium
2000-4000 buah ova dan menyatu seperti untaian buah anggur. Hal tersebut
berbeda dengan pernyataan Yuwanta (2004), bahwa jumlah sel telur dapat
mencapai lebih dari 12000 buah. Menurut hasil pengamatan, jumlah ova tidak
mencapai ribuan, dan ukuran-ukuran ova sangat kecil sekali, hal ini dikarenakan
Ova yang dibungkus oleh selaput yang berpembuluh darah disebut dengan
folikel, sedangkan yang tidak berpembuluh darah disebut dengan stigma . Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Yuwanta (2004), bahwa folikel dikelilingi oleh
pembuluh darah, kecuali pada bagian stigma. Apabila ovum sudah masak, stigma
4.2.2 Infundibulum
Setelah sel telur masak maka akan terjadi ovulasi, sel telur tersebut akan
ditangkap oleh infundibulum, tepatnya oleh ostium. Pada hasil pengukuran ayam
dara, panjang infundibulum yaitu 1 cm atau 7,14% dari seluruh panjang saluran
reproduksi, ukuran tersebut sangat berbeda dengan ukuran yang seharusnya yaitu
sekitar 9 cm. Proses yang terjadi pada bagian infundibulum yaitu sekitar 15 menit,
panjangnya sekitar 3,5 inci (9 cm). Yolk tinggal dibagian ini hanya untuk periode
4.2.3 Magnum
Setelah dari infundibulum, telur akan didorong dan masuk kedalam bagian
oviduk ainnya yaitu magnum, magnum ini merupakan bagian oviduk terpanjang.
Menurut Suprijatna (2005), panjang magnum sekitar 13 inci (33 ccm). Hal
tersebut tidak sesuai dengan hasil pengamatan, karena ayam yang diukur masih
belum masuk fase produksi maka panjang bagian magnum hanya 4 cm atau
28,57% dari seluruh panjang saluran reproduksi. Namun jika dilihat dari angka
Fungsi dari magnum ialah untuk mensekresikan albumen atau putih telur.
Di dalam albumen ada tiga bagian, yaitu chalazae, thick, dan thin albumen.
Chalazae berbentuk sepeti spiral dan terdapat di kedua sisi. Fungsi dari chalazae
ini yaitu untuk mempertahankan keadaan yolk agar tetap berada ditengah saat teur
dikeluarkan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Suprijatna (2005), chalazae
dapat terlihat seperti dua pita yang berbelit dan memanjang dari ujung yolk
dimaksudkan untuk memelihara yolk tetap berada di pusat setelah telur keluar.
Thick albumen atau putih telur yng lebih kental dan thin albumen yaitu bagian
putih teur yang lebih encer, kedua bagian tersebut berfungsi untuk melindungi
atau meredam guncangan terhadap yolk. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Suprijatna (2005), putih telur kenta dan encer berfungsi sebagai peredam guncang
C. Isthmus
selanjutnya telur mengalami pelapisan oleh selaput tipis yang disebut dengan shell
membrane. Menurut hasil pengamatan bagian isthmus ayam dara yaitu 2,5 cm
atau 17,86%, hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Suprijatna (2005),
bahwa isthmus merupakan bagian yang pendek, sekitar 4 inchi (10 cm).
Selaput keabang atau shell membrane terbagi menjadi dua, yaitu inner
shell membrane atau selapu tipis yang menempel pada albumen, dan outer shell
membrane yang menempel pada kerabang telur. Diantara inner shell membrane
dan outer shell membrane terdapat rongga udara pada ujung telur yang tumpul,
hal tersebut berfungsi sebagai pasokan oksigen untuk embrio nantinya, sedangkan
penetrasi dari luar oleh organisme seperti bakteri, selain itu membantu mencegah
kandungan telur dari evaporasi yang terlalu cepat dan melindungi isi telur.
D. Uterus
untuk fungsi pertahanan telur atau bisa dikatakan sebagai gerbang utama.
Hasil pengukuran pada ayam dara, ukuran uterusnya yaitu 3,5 cm atau
25% dari seluruh ukuran oviduk. Hasil tersebut tidak sesuai dengan pernyataan
Yuwanta (2004), uterus atau disebut juga glandula kerabang telur, panjangnya 10
cm.
waktu yang diperlukan sekitar 18-20 jam. Kalsifikasi terbentuk oleh kasium,
kalsium didapatkan dari pakan jika pakan tidak memenuhi kebutuhan kalsium
unggas, maka akan didapatkan dari medullary bone, biasanya terjadi peda malam
hari saat ternak tidak sedang makan dan kendungan kalsium dalam tubuh kurang.
telur didapat dari pakan dan tulang tertentu. Secara normal, sebagian kalsium
untuk pembentukan telur berasal langsung dari pakan, tetapi beberapa berasal dari
timbunan kalsium tulang medulair, terutama pada malam hari bila ayam tidak
makan.
Warna yang ditampilkan pada telur disebabkan oleh pigmen, warna coklat
disebabkan oleh pigmen warna porphyrin, warna putih totol hitam seperti pada
telur puyuh disebabkan oleh pigmen warna ooporphyrin, dan warna biru pada
telur asin disebabkan oleh pigmen warna biliverdin. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Nugroho (1990), selain pigmen coklat phorphyrin, warna telur pada
burung puyuh bermacam-macam, yaitu coklat tua, biru, putih, dan kekuning-
kuningan, dengan bercak-bercak hitam, coklat dan biru. Pigmen dari kulit telur
E. Vagina
didalam vagina ini terjadi pemutaran telur dari yang asalnya ujung lancip dibawah
menjadikan ujung yang tumpul di bawah. Sehingga ketika telur keluar ujung
tumpul yang terlebih dahulu dan memperikan adanya tekanan sehingga telur
pengukuran pada ayam dara didapatkan ukuran vagina yaitu 3 cm atau 21.43%
telur akan keluar melalui kloaka bagian reproduksi atau proctodeum. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Suprijatna (2005), pada ayam, selama produksi telur,
panjang vagina sekitar 4,7 inci (12 cm). telur melalui oviduk akan keluar dengan
ujung yang runcing terlebih dahulu. Apabila ayam tidak terganggu atau ketakutan,
telur akan berputar secara horizontal sebelum oviposisi (pengeluaran telur) dan
DAFTAR PUSTAKA
Yuwanta, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Nugroho, E dan I. G. K. Mayun. 1990. Budidaya Burung Puyuh. Eka Offset.
Semarang.