Anda di halaman 1dari 10

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Saluran Reproduksi Unggas Betina

2.2.1 Ovarium

Ovarium merupakan tempat sintesis hormon steroid seksual,

gametogenesis, dan perkembangan serta pemasakan kuning telur (folikel). Pada

unggas ovarium disebut folikel. Bentuknya seperti buah anggur dan terletak pada

rongga perut berdekatan dengan ginjal kiri dan bergantung pada ligamentum

meso-ovarium. ,ovarium pada unggas dinamakan juga folikel. Besar ovarium pada

saat ayam menetas 0,3 gram kemudian mencapai panjang 1,5 cm pada ayam

betina umur 12 minggu dan mempunyai berat 60 gram pada tiga minggu sebelum

dewasa kelamin (Yuwanta, 2004).

Jumlah sel telur dapat mencapai lebih dari 12000 buah. Namun, sel telur

yang mampu masak hanya beberapa buah saja (pada ayam dara dapat mencapai

jutaan buah). Folikel akan masak pada 9 sampai 10 hari sebelum ovulasi. Proses

pembentukan ovum dinamakan vitelogeni (vitelogenesis), yang merupakan

sintesis asam lemak di hati yang dikontrol oleh hormon estrogen, kemudian oleh

darah diakumulasikan di ovarium sebagai folikel atau ovum yang dinamakan yolk

(kuning telur). Folikel dikelilingi oleh pembuluh darah, kecuali pada bagian

stigma. Apabila ovum sudah masak, stigma akan robek sehingga terjadi ovulasi.

Robeknya stigma dikontrol oleh hormon LH (Yuwanta, 2004).

2.2.2 Oviduct

Pembentukan telur ayam sekirar 25,25 jam, dan pada unggas berkisar

antara 24-30 jam. Oviduk dibagi lima bagian yaitu infundibulum (funnel atau tuba

falopii), magnum, isthmus,uterus (shell gland), dan vagina (Sudaryani, 1996).


A. Infundibulum

Fungsi infundibulum adalah menangkap ovum (yolk) dan tempat

terjadinya fertilisasi. Pada infundibulum terdapat fimbriae yang berfungsi untuk

menangkap ovum yang telah masak dan kemudian masuk ke lubang ostium

abdominale (Yuwanta, 2004). Menurut Suprujatna (2005), apabila berfungsi,

panjangnya sekitar 3,5 inci (9 cm). Yolk tinggal dibagian ini hanya untuk periode

yang singkat, sekitar 15 menit, kemudian didorong melalui oviduk dengan

kontraksi oviduk.

B. Magnum

Magnum adalah bagian oviduk yang menswekresikan albumen dan

panjangnya sekitar 13 inci (33 cm). diperukan waktu sekitar 3 jam bagi telur yang

sedang berkembang untuk melalui magnum. Albumen pada sebutir telur terdiri

dari empat lapisan. Masing-masing adalah chalazae (27,0%), putih kental

(57,0%), putih encer dalam (17,3%). Dan putih telur encer bagian luar (23,0%).

Keempat lapisa tersebut diproduksi pada magnum, tetapi putih teur encer luar

(outer thin white) tidak lengkap sampai air ditambahkan di uterus (Suprijatna,

2005).

Chalazae dapat terlihat seperti dua pita yang berbelit dan memanjang dari

ujung yolk melalui albumen. Lilitan dengan arah yang berlawanan dari chalazae

dimaksudkan untuk memelihara yolk tetap berada di pusat setelah telur keluar.

Putih telur yang kental merupakan bagian terbesar dari albumen telur. Jumlah

putih telur kental (thick white) yang dihasilkan cukup besar. Putih telur kenta dan

encer berfungsi sebagai peredam guncang utuk embrio nantinya (Suprijatna,

2005)

C. Isthmus
Isthmus merupakan tempat pembentukan kerabang tipis dan tempat terjadi

plumping, kandungan pada masa ini tidak secara lengkap mengisi membran

kerabang dan telur menyerupai sebuah kantung hanya sebagian terisi air

(Suprijatna, 2005). Isthmus mensekresikan membran shell atau selaput telur.

Panjang saluran isthmus adalah 10 cm dan telur berada di sini berkisar 1 jam 15

menit sampai 1,5 jam. Isthmus bagian depan berdekatan dengan magnum

berwarna putih, sedangkan 4 cm terakhir di isthmus mengandung banyak

pembuluh darah sehingga memberikan warna merah (Yuwanta, 2004).

Shell membrane terdapat dua bagian, membrane keduanya dipisahkan

untuk membentuk rongga udara (air cell). Daerah pemisahan biasanya di bagian

ujung tumpul telur. Ketika telur pertama dikeluarkan, tidak ada rongga udaranya.

Namun, setelah telur berumur agak lama dan kandungan interior mengalami

dehidrasi, diameter dan kedalaman rongga udara bertambah. Diemeter rongga

udara sekitar 0,7 inci (1,8 cm). besar rongga udara merupakan indikator umur

telur. Membrane kerabang berperan sebagai suatu pertahanan terhadap penetrasi

dari luar oleh organisme seperti bakteri, selain itu membantu mencegah

kandungan telur dari evaporasi yang terlalu cepat dan melindungi isi telur

(Suprijatna, 2005).

D. Uterus

Uterus atau disebut juga glandula kerabang telur, panjangnya 10 cm. pada

bagian ini terjadi dua fenomena, yaitu hidratasi putih telur atau plumping,

kemudian terbentuk kerabang telur. Warna kerabang telur yang terdiri atas sel

phorpyirin akan terbentuk di bagian ini pada akhir mineralisasi kerabang telur.

Lama mineralisasi antara 20 sampai 21 jam (Yuwanta, 2004). Antara uterus dan

vagina terdapat junction utero vaginal (JUV) atau sperm storage tubule (SST)
sebagai tempat transit dari spermatozoa sebelum mencapai leher infundibulum

(Yuwanta, 2010). Selain pigmen coklat phorphyrin, warna telur pada burung

puyuh bermacam-macam, yaitu coklat tua, biru, putih, dan kekuning-kuningan,

dengan bercak-bercak hitam, coklat dan biru. Pigmen dari kulit telur puyuh

berasal dari oophorphyrin dan biliverdin (Nugroho, 1990).

Kalsifikasi kerabang telur dimulai segera sebelumtelur msuk ke uterus.

Sekelompok kecil kalsium terlihat pada membrane kerabang luar (outer shell

membrane) sebelum telur meninggalkan isthmus. Kerabang pertama ditimbun di

atas daerah awal untuk membentuk kerabang bagian dalam (inner shell

membrane). Kerabang telur yang lengkap disusun dari hampir seluruhnya kalsit

(CaCO3) dengan sedikit penimbunan sodium, potassium, dan magnesium

(Suprijatna, 2005).

Sumber kalsium untuk kerabang telur didapat dari pakan dan tulang

tertentu. Secara normal, sebagian kalsium untuk pembentukan telur berasal

langsung dari pakan, tetapi beberapa berasal dari timbunan kalsium tulang

medulair, terutama pada malam hari bila ayam tidak makan (Suprijatna, 2005).

E. Vagina

Di dalam vagina terjadi pembentukan kutikula. Telur melewati vagina

dengan cepat yaitu 3 menit, kemudian telur dikeluarkan (oviposition) dan 30

menit setelah peneluran akan terjadi ovulasi. Telur yang berada di dalam vagina

dilapisi oleh mucus. Mucus ini menyumbat pori kerabang, dengan demikian

pencemaran bakteri dapat dihindari (Yuwanta, 2004).

Pada ayam, selama produksi telur, panjang vagina sekitar 4,7 inci (12 cm).

telur melalui oviduk akan keluar dengan ujung yang runcing terlebih dahulu.

Apabila ayam tidak terganggu atau ketakutan, telur akan berputar secara
horizontal sebelum oviposisi (pengeluaran telur) dan akan keluar dengan ujung

tumpul. Perputaran tersebut membutuhkan waktu kurang dari 2 menit dan

memungkinkan bagi otot uterus untuk menekan keluar pada permukaan yang

lebih luas selama oviposisi (Suprijatna, 2005).

PEMBAHASAN

4.2 Saluran Reproduksi Betina

Saluran reproduksi betina terdiri dari dua, yaitu ovarium dan oviduk.

Oviduk terbagi lagi ke dalam lima bagian, yang masing-masing mempunyai

fungsi berbeda, lima bagian tersebut adalah infundibulum, magum, isthmus,

uterus, dan vagina. Hal tersebut sebanding dengan pernyataan Sudaryani (1996)

oviduk dibagi lima bagian yaitu infundibulum (funnel atau tuba falopii), magnum,

isthmus,uterus (shell gland), dan vagina.

4.2.1 Ovarium

Ovarium berfungsi sebagai penghasil ova. Ovarium disusun kurang lebih

2000-4000 buah ova dan menyatu seperti untaian buah anggur. Hal tersebut

berbeda dengan pernyataan Yuwanta (2004), bahwa jumlah sel telur dapat

mencapai lebih dari 12000 buah. Menurut hasil pengamatan, jumlah ova tidak

mencapai ribuan, dan ukuran-ukuran ova sangat kecil sekali, hal ini dikarenakan

ayam tersebut belum masuk ke fase produksi atau masih dara.

Ova yang dibungkus oleh selaput yang berpembuluh darah disebut dengan

folikel, sedangkan yang tidak berpembuluh darah disebut dengan stigma . Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan Yuwanta (2004), bahwa folikel dikelilingi oleh
pembuluh darah, kecuali pada bagian stigma. Apabila ovum sudah masak, stigma

akan robek sehingga terjadi ovulasi.

4.2.2 Infundibulum

Setelah sel telur masak maka akan terjadi ovulasi, sel telur tersebut akan

ditangkap oleh infundibulum, tepatnya oleh ostium. Pada hasil pengukuran ayam

dara, panjang infundibulum yaitu 1 cm atau 7,14% dari seluruh panjang saluran

reproduksi, ukuran tersebut sangat berbeda dengan ukuran yang seharusnya yaitu

sekitar 9 cm. Proses yang terjadi pada bagian infundibulum yaitu sekitar 15 menit,

hal tersebut sesuai dengan pernyataan Suprijatna (2005), apabila berfungsi,

panjangnya sekitar 3,5 inci (9 cm). Yolk tinggal dibagian ini hanya untuk periode

yang singkat, sekitar 15 menit.

4.2.3 Magnum

Setelah dari infundibulum, telur akan didorong dan masuk kedalam bagian

oviduk ainnya yaitu magnum, magnum ini merupakan bagian oviduk terpanjang.

Menurut Suprijatna (2005), panjang magnum sekitar 13 inci (33 ccm). Hal

tersebut tidak sesuai dengan hasil pengamatan, karena ayam yang diukur masih

belum masuk fase produksi maka panjang bagian magnum hanya 4 cm atau

28,57% dari seluruh panjang saluran reproduksi. Namun jika dilihat dari angka

dan jumlah presentase hasil pengamtan, magnum menunjukkan angka terbesar,

hal tersebut menyatakan bahwa magnum merupakan bagian terpanjang dari

saluran reproduksi betina.

Fungsi dari magnum ialah untuk mensekresikan albumen atau putih telur.

Di dalam albumen ada tiga bagian, yaitu chalazae, thick, dan thin albumen.

Chalazae berbentuk sepeti spiral dan terdapat di kedua sisi. Fungsi dari chalazae

ini yaitu untuk mempertahankan keadaan yolk agar tetap berada ditengah saat teur
dikeluarkan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Suprijatna (2005), chalazae

dapat terlihat seperti dua pita yang berbelit dan memanjang dari ujung yolk

melalui albumen. Lilitan dengan arah yang berlawanan dari chalazae

dimaksudkan untuk memelihara yolk tetap berada di pusat setelah telur keluar.

Thick albumen atau putih telur yng lebih kental dan thin albumen yaitu bagian

putih teur yang lebih encer, kedua bagian tersebut berfungsi untuk melindungi

atau meredam guncangan terhadap yolk. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

Suprijatna (2005), putih telur kenta dan encer berfungsi sebagai peredam guncang

utuk embrio nantinya.

C. Isthmus

Setelah mengalami penambahan lapisan putih telur pada isthmus,

selanjutnya telur mengalami pelapisan oleh selaput tipis yang disebut dengan shell

membrane. Menurut hasil pengamatan bagian isthmus ayam dara yaitu 2,5 cm

atau 17,86%, hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Suprijatna (2005),

bahwa isthmus merupakan bagian yang pendek, sekitar 4 inchi (10 cm).

Selaput keabang atau shell membrane terbagi menjadi dua, yaitu inner

shell membrane atau selapu tipis yang menempel pada albumen, dan outer shell

membrane yang menempel pada kerabang telur. Diantara inner shell membrane

dan outer shell membrane terdapat rongga udara pada ujung telur yang tumpul,

hal tersebut berfungsi sebagai pasokan oksigen untuk embrio nantinya, sedangkan

selaput kerabang berfungsi sebagai penangkal agar tidak masuknya

mikroorganisme seperti bakteri. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Suprijatna

(2005), bahwa membran kerabang berperan sebagai suatu pertahanan terhadap

penetrasi dari luar oleh organisme seperti bakteri, selain itu membantu mencegah

kandungan telur dari evaporasi yang terlalu cepat dan melindungi isi telur.
D. Uterus

Proses telur selanjutnya terjadi di uterus, yaitu kalsifikasi atau

pengkerabangan. Telur yang telah di lapisi oleh selaput telur selanjutnya

mengalami pelapisan oleh kerabang telur. Kerabang merupakan pertahanan utama

untuk fungsi pertahanan telur atau bisa dikatakan sebagai gerbang utama.

Hasil pengukuran pada ayam dara, ukuran uterusnya yaitu 3,5 cm atau

25% dari seluruh ukuran oviduk. Hasil tersebut tidak sesuai dengan pernyataan

Yuwanta (2004), uterus atau disebut juga glandula kerabang telur, panjangnya 10

cm.

Pengkerabangan ini merupakan proses terlama untuk pembentukan telur,

waktu yang diperlukan sekitar 18-20 jam. Kalsifikasi terbentuk oleh kasium,

kalsium didapatkan dari pakan jika pakan tidak memenuhi kebutuhan kalsium

unggas, maka akan didapatkan dari medullary bone, biasanya terjadi peda malam

hari saat ternak tidak sedang makan dan kendungan kalsium dalam tubuh kurang.

Sebanding dengan pernyataan Suprijatna (2005), Sumber kalsium untuk kerabang

telur didapat dari pakan dan tulang tertentu. Secara normal, sebagian kalsium

untuk pembentukan telur berasal langsung dari pakan, tetapi beberapa berasal dari

timbunan kalsium tulang medulair, terutama pada malam hari bila ayam tidak

makan.

Warna yang ditampilkan pada telur disebabkan oleh pigmen, warna coklat

disebabkan oleh pigmen warna porphyrin, warna putih totol hitam seperti pada

telur puyuh disebabkan oleh pigmen warna ooporphyrin, dan warna biru pada

telur asin disebabkan oleh pigmen warna biliverdin. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Nugroho (1990), selain pigmen coklat phorphyrin, warna telur pada

burung puyuh bermacam-macam, yaitu coklat tua, biru, putih, dan kekuning-
kuningan, dengan bercak-bercak hitam, coklat dan biru. Pigmen dari kulit telur

puyuh berasal dari oophorphyrin dan biliverdin.

E. Vagina

Di dalam vagina ini merupakan proses terakhir dari pembentukan telur,

didalam vagina ini terjadi pemutaran telur dari yang asalnya ujung lancip dibawah

menjadikan ujung yang tumpul di bawah. Sehingga ketika telur keluar ujung

tumpul yang terlebih dahulu dan memperikan adanya tekanan sehingga telur

mudah untuk dikeluarkan. Pemutaran ini disebut dengan oviposisi. Hasil

pengukuran pada ayam dara didapatkan ukuran vagina yaitu 3 cm atau 21.43%

dari keseluruhan ukuran oviduk.

Oviposisi telur berlngsung singkat yaitu sekitar 2 menit dan selanjutnya

telur akan keluar melalui kloaka bagian reproduksi atau proctodeum. Hal tersebut

sesuai dengan pernyataan Suprijatna (2005), pada ayam, selama produksi telur,

panjang vagina sekitar 4,7 inci (12 cm). telur melalui oviduk akan keluar dengan

ujung yang runcing terlebih dahulu. Apabila ayam tidak terganggu atau ketakutan,

telur akan berputar secara horizontal sebelum oviposisi (pengeluaran telur) dan

akan keluar dengan ujung tumpul.

DAFTAR PUSTAKA

Suprijatna, Edjeng; U. Atmomarsono; dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar

Ternak Unggas. Swadaya. Bandung.

Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

Yuwanta, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.
Nugroho, E dan I. G. K. Mayun. 1990. Budidaya Burung Puyuh. Eka Offset.

Semarang.

Anda mungkin juga menyukai