Anda di halaman 1dari 17

Laporan Kasus

PSORIASIS VULGARIS

Oleh:
Made Arya Wiryanatha (0902005007)
I Ketut Agus Suanjaya (0902005157)
I Gst Ayu Harry Sundariyati (0902005162)

Pembimbing:
dr. I Ketut Suteja Wibawa, Sp.KK, M.Kes

LABORATORIUM/SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA/
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BULELENG
BULELENG
2014

i
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .........................................................................................


DAFTAR ISI ......................................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................
2.1 Definisi & Epidemiologi.........................................................................
2.2 Etiopatogenesis........................................................................................
2.3 Gambaran Klinis......................................................................................
2.4 Pemeriksaan Laboratorium......................................................................
2.5 Diagnosis..................................................................................................
2.6 Diagnosis Banding..................................................................................
2.7 Penatalaksanaan.......................................................................................
2.8 Prognosis..................................................................................................
BAB 3. LAPORAN KASUS .............................................................................
3.1 Identitas pasien ......................................................................................
3.2 Anamnesis .............................................................................................
3.3 Pemeriksaan fisik ..................................................................................
3.4 Resume................................................................................................... 10
3.5 Diagnosis banding.................................................................................. 10
3.6 Diagnosis kerja.......................................................................................
3.7 Penatalaksanaan......................................................................................
3.8 Prognosis................................................................................................
BAB 4. PEMBAHASAN................................................................................... 12
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 14
5.1 Kesimpulan............................................................................................ 14
5.2 Saran...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 15

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

Psoriasis merupakan kelainan kulit yang termasuk golongan dermatosis


eritroskuamosa dengan gambaran lesi kulit yang khas berupa plak kemerahan dengan
skuama berwarna. Penyakit ini merupakan inflamasi kronis yang multisistemik dan
tidak menular. Pasien dengan psoriasis memiliki predisposisi penyakit genetik dengan
daerah predileksi meliputi kulit pada bagian siku, lutut, kepala, lumbosakral, celah
intergluteal, dan glans penis. Penyebabnya masih belum jelas, biasanya lebih banyak
mengenai usia dewasa muda, frekuensi pria dan wanita hampir sama. Insiden pada
orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Meskipun penyakit
ini tidak menyebabkan kematian, tetapi menyebabkan gangguan kosmetik, terlebih-
lebih mengingat perjalannya menahun dan residif.

1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi &Epidemiologi


Psoriasis Vulgaris merupakan penyakit autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai
dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar, berlapis-
lapis dan transparan; disertai dengan fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner.1,2
Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Insiden pada orang kulit putih lebih tinggi
daripada penduduk kulit berwarna. Di Eropa dilaporkan sebanyak 3-7%, di Amerika
1-2%, sedangkan di Jepang 0,6%. Pada bangsa kulit hitam, misalnya di Afrika, jarang
dilaporkan, demikian pula bangsa Indian di Amerika. Insiden pada pria agak lebih
banyak daripada wanita, psoriasis terdapat pada semua usia tetapi umumnya pada
orang dewasa.1,2

2.2 Etiopatogenesis
Penyebab pasti Psoriasis Vulgaris adalah belum jelas. Faktor yang diduga
menimbulkan penyakit ini antara lain genetik, imunologik, dan beberapa faktor
pencetus lainnya seperti stres psikis, infeksi lokal, truma, gangguan metabolik, obat,
juga alkohol dan merokok.2,3,4 Kepustakaan menunujukan bahwa seseorang dengan
orang tua tidak menderita psoriasis, resiko untuk mengalami psoriasis adalah sebesar
12%, sedangkan jika salah seorang orang tuanya menderita psoriasis, resiko
seseorang untuk menderita psoriasis meningkat menjadi 34% - 39% dan jika kedua
orang tua menderita penyakit ini maka probalitasnya menjadi 60%.4
Secara imunologik, psoriasis merupakan reaksi imun kompleks yang
melibatkan komponen sel inflamatori berupa elemen innate immune system dan
adaptive immune systems disertai dengan adanya proliferasi dan diferensiasi sel
keratinosit. Aktivasi antigen presenting cells mengakibatkan perkembangan sel T
yang akan segera bermigrasi menuju sel kulit yang terlibat. Pada hiperparakeratosis
epidermal yang terjadi, terdapat angiogenesis yang menyebabkan abnormalitas

2
kapiler pada lapisan dermis bagian atas, infiltrate limfositik, serta adanya perubahan
histopatologi yang ditandai dengan influks neutrofil yang akan membentuk abses
steril pada epidermis (abses Munro).
Pada psoriasis terjadi perubahan morfologik dan kerusakan sel epidermis akan
menimbulkan akumulasi sel monosit dan limfosit pada puncak papil dermis dan di
dalam stratum basalis sehingga menyebabkan pembesaran dan pemanjangan papil
dermis. Sel epidermodermal bertambah luas, lipatan di lapisan bawah stratum
spinosum bertambah banyak. Proses ini menyebabkan pertumbuhan kulit lebih cepat
dan masa pertukaran kulit menjadi lebih pendek dari normalnya 28 hari menjadi 3-4
hari. Stratum granulosum tidak terbentuk dan di dalam stratum korneum terjadi
parakeratosis.
Stres psikis merupakan faktor pencetus utama, selain itu trauma (fenomena
Kobner, garukan, pembedahan) dapat menyebabkan terjadinya lesi psoriasis di tempat
yang terkena. Khusus faktor pencetus dari Scalp Psoriasis adalah garukan pada kulit
kepala, cara menyisir rambut dan bahan bahan iritan misalnya cat rambut maupun
bahan kosmetik rambut lainnya, sehingga predileksi Scalp Psoriasis pada umumnya
pada daerah perbatasan kulit kepala yang berambut dan tidak berambut misalnya di
dahi, kepala belakang dan post auricular. Obat-obatan yang dapat menyebabkan
eksaserbasi adalah beta-adrenergic blocking agents, litium, anti malaria, IFN α dan γ,
ACE inhibitor dan penghentian mendadak kortikosteroid sistemik. Gangguan
metabolik seperti hipokalemia dan dialisis juga dapat menjadi faktor pencetus. Infeksi
lokal, khususnya oleh Streptococcus, dikatakan dapat mencetuskan kumatnya Scalp
Psoriasis. Paparan terhadap sinar matahari dapat menjadi faktor pencetus, walaupun
pada 10% kasus memberikan keuntungan.3

2.3 Gambaran Klinis


Pada penderita psoriasis keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis
yang menjadi eritroderma. Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Tempat
predileksinya pada skalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas
bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral. Kelainan kulit

3
terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya.
Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema
yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis,
kasar dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan bervariasi:
lentikuler, numular atau plakat, dapat berkonfluensi.
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin (kaarsvlek phenomena), Auspitz
dan Kobner (isomorfik). Kedua fenomena yang disebut lebih dahulu diangggap khas,
sedangkan ynag terakhir tak khas, hanya kira-kira 47% yang positif dan didapati pula
pada penyakit lain, misalnya liken planus dan veruka plana juvenilis. Pada fenomena
tetesan lilin ialah skuama dikerok, maka akan timbul garis-garis putih pada goresan
seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Sedangkan pada
fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh
papilomatosis yaitu dengan dikerok terus secara hati-hati sampai ke dasar skuama.
Truma pada kulit penderita psoriasis misalnya garukan, dapat menyebabkan kelainan
psoriasis dan disebut fenomena Kobner yang timbul kira-kira setelah 3 minggu.

2.4 Pemeriksaan Laboratorium


Pada pemeriksaan histopatologi didapatkan gambaran hiperkeratosis, parakeratosis,
akantosis, papilomatosis dan hilangnya stratum granulosum. Pada stratum spinosum
terdapat kelompok leukosit yang disebut dengan abses Munro dan ditemukan pula
papilomatosis dan vasodilatasi subepidermis. Pemeriksaan darah rutin juga kadang
dilakukan untuk mencari penyakit infeksi, pemeriksaan gula darah, kolesterol untuk
penyakit diabetes mellitus.1

2.5 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan gambaran klinis yang khas, yaitu makulo-
papula eritema dengan batas tegas, ditutup skuama kasar, putih mengkilat seperti
perak, disertai adanya fenomena bercak lilin dan tanda Auspitz.3Bila gambaran klinis
kurang jelas, dilakukan pemeriksaan histopatologi.3 Derajat penyakit ditentukan
dengan menggunakan psoriasis area severity index (PASI). Pasi dihitung dengan

4
menilai area tubuh yang berisi lesi dan intensitas lesi (dengan menilai warna,
ketebalan, dan penglupasan) dimana psoriasis diklasifikasi menjadi tiga yakni:
 Psoriasis ringan: PASI < 8, luas lesi <5% dari permukaan kulit
 Psoriasis sedang: PASI 8-12, luas lesi 5-20% dari permukaan kulit
 Psoriasis berat: PASI >12, luas lesi >20%, komplikasi pustular psoriasis,
mengenai telapak tangan dan kaki, tidak responsif dengan kortikosterid
topikal

2.6 Diagnosis Banding


Ada beberapa diagnosis banding dari psoriasis. Pada stadium penyembuhan dari
psoriasis dapat terjadi eritema yang hanya terdapat pada pinggir lesi yang menyerupai
dermatofitosis. Hal ini dapat dibedakan dari keluhan yakni pada dermatofitosis pasien
merasa sangat gatal dan ditemukan hifa pada pemeriksaan mikroskopik. Sifilis
stadium II dapat juga menyerupai psoriasis dan disebut sebagai sifilis psoriasiforis.
Pada sifilis terdapat coitus suspectus, pembesaran getah bening menyeluruh, dan tes
serologik yang positif. Lesi psoriasis juga menyerupai lesi dermatitis seboroik, tetapi
pada dermatitis seboroik skwama akan tampak berminyak dan berwarna kekuningan.
Selain itu predileksi terjadi pada daerah seboroik.

2.7 Penatalaksanaan
Dalam kepustakaan terdapat banyak cara pengobatan. Pengobatan psoriasis ada 2
macam meliputi pengobatan topikal dan sistemik.1,2 Pengobatan Topikal diindikasikan
pada psoriasis ringan dan sedang. Sediaan topikal yang digunakan antara lain:
 Salep campuran asam salisilat 3-5% dan tar (LCD 3-5%)
 Antralin 0.2-0.6% salep/krim. Mempunyai efek antiinflamasi dan
menghambat proliferasi keratinosit. Efek sampingnya adalah bersifat
iritasi dan mewarnai kulit dan pakaian.
 Kortikosteroid topikal potensi sedang hingga tinggi sebagai anti inflamasi
dan anti mitosis. Jika telah terjadi perbaikan potensinya dan frekuensinya

5
dikurangi.
 Kalsipotriol krim
Pengobatan sistemik diindikasi pada psoriasi berat. Sediaan untuk pengobatan
sistemik antara lain:
 Metrotreksat 7.5-25 mg p.o/minggu selama 4-6 minggu
 Retinoid berupa acitretin 0.3-1 mg/kg/hari selama 2-4 bulan
Pengobatan sistemik dapat dikombinasi dengan fototerapi dengan menggunakan
narrow band UVB atau broad band UVB atau menggunakan fotokemoterapi
memakai psoralen (PUVA).
Antihistamin dapat diberikan untuk pengobatan simptomatik yakni untuk
mengurangi rasa gatal dan steroid sistemik hanya digunakan apabila terjadi
eritroderma atau psoriasis pustola generalisata.
Selain itu dilakukan juga eksplorasi untuk mencari infeksi lokal atau sistemik.
Apabila ditemukan maka infeksinya diobati. Pasien juga perlu diedukasi untuk
mengurangi stres atau mengurangi trauma fisik dengan mengenakan bantalan pada
daerah yang sering terbentur atau mengalami truma tekan.

2.8 Prognosis
Meskipun psoriasis tidak menyebabkan kematian, tetapi bersifat kronis dan residif.
Belum ada cara yang efektif dan memberi penyembuhan yang sempurna.1,2

6
BAB 3
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas
Nama : MAH
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jln. Pulau Samosir
Pekerjaan : Guru
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Status perkawinan : Menikah
Tanggal pemeriksaan : 5 Mei 2014

3.2 Anamnesis
Keluhan utama :
Bercak keputihan di lutut kiri dan ibu jari kaki kanan

Riwyat Penyakit Sekarang:


Penderita mengeluh terdapat bercak berwarna keputihan semenjak satu tahun yang
lalu. Bercak putih muncul di lutut kiri pasien. Bercak pertama kali muncul berwarna
merah dan berukuran kecil kemudian tanpa disadari bercak bertambah besar dan
ditutupi sisik berwarna putih. Pasien juga mengaku muncul bercak yang sama di ibu
jari kaki kanan. Pasien mengaku tidak tahu kapan tepatnya bercak di ibu jari kaki
kanannya muncul tetapi pasien mengatakan bercak itu belum ada saat keluhan di lutut
kirinya muncul. Pasien juga mengaku terdapat rasa gatal pada lutut kiri.
Pasien mengaku merasa sedikit gatal bersamaan dengan munculnya bercak.
Rasa gatal dirasakan pada lutut kiri. Rasa gatal muncul sewaktu-waktu. Gatal

7
dikatakan tidak sampai menganggu aktivitas atau saat beristirahat. Awalnya gatal
muncul secara tiba-tiba di lutut kiri terutama saat beristirahat dan menghilang dengan
sendiri beberapa jam kemudian. Rasa gatal dikatakan tidak memberat pada saat
berkeringat dan dirasakan sedikit membaik apabila digaruk. Pasien mengaku saat
menggaruk kadang-kadang hingga mengkelupas dan terlihat bintik-bintik berwarna
merah. Pasien menyangkal ada rasa nyeri dan panas pada daerah bercak di kakinya.
Pasien juga menyangkal adanya riwayat demam, riwayat kontak dengan bahan
tertentu, ataupun riwayat alergi.

Riwayat pengobatan :
Pasien pernah mengalami keluhan yang sama pada lutut kanannya sejak 5 tahun yang
lalu. Penderita awalnya mendapatkan pengobatan terhadap penyakitnya ini di
puskesmas kemudian rutin kontol di poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Singaraja.
Pasien dikatakan mengalami psoriasis dan diberikan salep. Bercak pada lutut
kanannya dikatakan sempat membaik setelah mendapatkan pengobatan dan muncul
kembali beberapa tahun kemudian dan saat ini keluhan pasien di lutut kanannya
sudah membaik.

Riwayat penyakit terdahulu :


Sebelumnya penderita tidak pernah mengalami keluhan yang sama. Pasien tidak
memiliki riwayat asma, riwayat penyakit lain seperti kencing manis, penyakit hati,
dan ginjal disangkal.

Riwayat penyakit dalam keluarga :


Pasien mengaku Ibu dan adiknya mengalami keluhan yang sama yaitu timbul bercak
putih pada kulitnya dan tidak terlalu gatal. Ibunya mengalami sekitar sepuluh tahun
yang lalu sedangkan adiknya sekitar enam bulan yang lalu

8
Riwayat sosial :
Penderita sudah menikah dan sekarang bekerja sebagai guru. Riwayat merokok dan
minum-minuman beralkohol tidak ada. Pasien mengaku sering bersimpuh karena
untuk melaksanakan persembahyangan.

3.3 Pemeriksaan Fisik


Status Present :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 88 x/menit reguler
Respirasi : 22 x/menit
Temperatur : 36,8 o C
Status General :
Kepala : Normocephali
Mata : Anemia -/-, ikterus -/-
THT : Dalam batas normal, pembesaran KGB (-)
Thoraks : Cor : S1 S2 normal, reguler, murmur (-)
Pulmo : vesikuler +/+, rhonci -/-, wheezing -/-
Abdoment : Bising usus (+) Normal, distensi (-), hepar dan lien tidak teraba
Ektremitas : Hangat +/+, Edema -/-, CRT <2 detik, terdapat lesi pada lutu kiri dan
kanan sesuai dengan status dermatologi
Status Dermatologi :
Lokasi : lutut kanan, digiti I kaki kanan dan lutut kiri
Effloresensi : plak eritema batas tegas bentuk bulat sampai lonjong dengan
diameter 1,5 – 3,5 cm, terdapat skuama kasar berwarna putih
diatasnya. Fenomena tetesan lilin (+)

9
Gambar 1. Lesi pada lutut kanan, lutut kiri, dan ibu jari kaki kanan pasien

3.5 Resume
Penderita laki-laki, 54 tahun, dikeluhkan timbul bercak keputihan pada lutut kiri dan
ibu jari kaki kanan sejak 1 tahun yang lalu, awal gejala muncul bercak kemerahan di
lutut kanan kemudian bercak tersebut muncul pada lutut kiri, terasa sedikit gatal. Ibu
dan adik pasien mengeluh keluhan yang sama seperti pasien yaitu ada bercak
keputihan yang terasa sedikit gatal. Riwayat pengobatan dapat dibawa ke puskesmas
dan sekarang rutin kontrol di poliklinik Kulit dan Kelamin RSU Singaraja.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan statust presen dan general dalam batas
normal.Pada status dermatologi didapatkan pada ibu jari kaki kanan, lutut kanan dan
kiriterdapat effloresensi plak eritema batas tegas bentuk bulat sampai lonjong dengan
diameter 1,5 – 3,5 cm, terdapat skuama kasar berwarna putih diatasnya, ditemukan
fenomena tetesan lilin.

3.4 Diagnosis Banding


 Psoriasis Vulgaris

10
 Tinea Pedis

3.6 Diagnosis Kerja


Psoriasis Vulgaris

3.7 Penatalaksanaan
Pengobatan medikamentosa
1. Topikal :
- Asam salisilat 3%
- Asam benzoat 6%
- Olium Cadini 9%
- Betamethason cr gr 30
- Vaselin Album ad 60
2. Sistemik :
- Loratadine 10 mg 1x1 P.O.
KIE :
 Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya, dari
jenis penyakit, penyebab, perjalanan penyakit sampai prognosisnya
 Cara penggunaan obat, kontrol kembali jika obat habis untuk
mengevaluasi pengobatan.

3.8 Prognosis
Dubius ad bonam

11
BAB 4
PEMBAHASAN

Pasien didiagnosis dengan psoriasis vulgaris berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan


fisik. Pasien merupakan laki-laki berusia 54 tahun yang datang dengan keluhan
bercak putih di lutut kiri dan ibu jari kaki kanan sejak 1 tahun yang lalu. Bercak ini
awalnya berwarna kemerahan kemudian seperti ditutupi oleh sisik putih. Pasien
kadang-kadang merasa gatal yang dirasa tidak terlalu mengganggu di daerah
bercaknya. Dari gejala yang dialami oleh pasien diagnosis mengarah pada psoriasis
vulgaris yang secara definisi merupakan penyakit autoimun, bersifat kronik dan
residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama
kasar, berlapis-lapis dan transparan. Kondisi yang residif dan kronik ditunjukan dari
pengakuan pasien yang sudah pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya
pada lutut kanan kira-kira 5 tahun yang lalu dan masih menjalani pengobatan hingga
saat ini. Pasien juga mengaku adik dan ibunya juga mengalami keluhan yang sama
dengan dirinya tidak pada waktu yang berdekatan dengan pasien. Hal ini menunjukan
kemungkinan penyakit yang dialami pasien berhubungan dengan faktor genetik yang
merupakan salah satu faktor resiko dari psoriasis.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan lesi di lutut kanan, lutut kiri, dan ibu jari kaki
kanan dengan effloresensi plak eritema batas tegas bentuk bulat sampai lonjong
dengan diameter 1,5 – 3,5 cm, terdapat skuama kasar berwarna putih diatasnya,
ditemukan fenomena tetesan lilin. Adanya pengakuan dari pasien yang mengakatakan
saat sisiknya terangkat akibat garukan terdapat bintik berwarna merah kemungkinan
menunjukan tanda auspitz yang positif. Hal ini merupakan gejala klinis dari psoriasis
vulgaris selain itu lokasi lesi sesuai dengan daerah predileksi dari psoriasis vulgaris.
Lesi terjadi di 30 persen dari aera tungkai dengan nilai PASI sebesar 7.2 yang artinya
pasien mengalami psoriasis ringan. Selain itu lesi pada lutut kanan pasien diakui

12
membaik dengan obat topikal yang diberikan sebelumnya yang artinya lesi masih
responsif tanpa pemberian obat golongan immunosupresan.
Pasien juga di diagnosis banding dengan tinea pedis karena gambaran lesi eritema
dan skuamasi yang menahun. Tetapi hal ini dibedakan dari psoriasis vulgaris karena
pada tinea biasanya gatal menjadi keluhan utama dari pasien dan lesi biasanya
terdapat sentaral healing serta aktif di bagian pinggirnya. Selain itu adanya fenomena
tetesan lilin dan tanda auspitz memperkuat kemungkinan diagnosa ke arah psoriasis
vulgaris.
Pengobatan medikamentosa pada pasien ini diberikan secara topikal karena
psoriasis yang dialami pasien dalam stadium ringan berdasarkan PASI. Pengobatan
topikal yang disarankan berupa kortikosteroid potensi sedang hingga tinggi. Pada
pasien ini yang diberikan adalah preparat ter yaitu ter kayu (oleum kadini 9%) yang
ditambahkan asam salisilat 3%, asam benzoat 6%, betamethason cream merupakan
kortikosteroid potensi tinggi dan sebagai vehikulumnya digunakan vaselin, karena
penetrasi obat ini paling baik dalam bentuk salep. Khasiat kombinasi ini adalah
sebagai antipruritus, keratoplastik, akantoplastik, vasokonstriksi dan antiradang.
Selain itu kombinasi obat tersebut juga ditujukan untuk memperbesar efek
antimitosis, oleh karena pada psoriasis pembentukan epidermis (turn over time) lebih
cepat hanya 3-4 hari sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari. Selain itu pasien
diberikan loratadine sebagai terapi simptomatik oleh karena pasien mengeluh gatal.
Apabila gatal berkurang, infeksi sekunder dapat dicegah karena pasien tidak
menggaruk daerah yang gatal. Selain pengobatan KIE kepada pasien juga sangat
penting. Prognosis psoriasis vulgaris pada pasien ini baik walaupun tidak terjadi
penyembuhan yang sempurna.

13
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Psoriasis Vulgaris adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan
residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama
kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, Kobner.
Faktor pencetusnya antara lain faktor genetik, imunologik, dan beberapa faktor
lainnya seperti stres psikis, infeksi fokal, trauma, gangguan metabolik, dan obat.
Penyakit ini tidak menyebabkan kematian tetapi tidak dapat disembuhkan dengan
sempurna.

5.2 Saran
Dalam pengobatan Psoriasis Vulgaris, selain pengobatan secara farmakologis, juga
penting adanya KIE terhadap penderita mengenai penyakitnya sehingga penderita
dapat selalu menjaga kesehatan fisiknya agar tidak terlalu capek dan cukup istirahat
serta mmenghindari faktor-faktor pencetus yang dapat menimbulkan penyakitnya
tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi. Dkk.: Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta (2007).
2. Siregar, R. S.: Atlas Berwarna Saripati penyakit Kulit. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta (1996).
3. Sularsito, Sri Adi. Dkk.: Dermatologi Praktis. Perkumpulan Ahli Dermato –
Venereologi Indonesia, Jakarta (1986).
4. Wirya Duarsa. Dkk.: Pedoman Diagnosis Dan Terapi Penyakit Kulit Dan Kelamin
RSUP Denpasar. Lab/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana, Denpasar (2011).

15

Anda mungkin juga menyukai