Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Modal suatu perusahaan merupakan setoran harta dari pemilik

suatu perusahaan. Setoran tersebut dapat berupa uang tunai atau

harta lain. Di dalam suatu perusahaan yang berbentuk perusahaan

perseorangan modal pemilik terdiri dari suatu akaun modal. Pada

perusahaan yang terbentuk firma, modal pemilik dipecah pada

beberapa akun modal pemilik, sesuai dengan jumlah anggota firma

tersebut.

Dari segi perusahaan, modal merupakan kewajiban perusahaan

kepada pemilik perusahaan. Sedangkan dari segi pemilik perusahaan,

modal adalah bagiann hak pemilik atas kekayaab bersih perusahaan

(harta dikurangi kewajiban).

Di dalam suatu perusahaan perorangan modal terdiri atas modal

pemilik tunggal; laba yang diperoleh dalam suatu periode dan

tambahan setoran modal akan menambah saldo modal, kerugian yang

diderita dalam suatu periode dan pengambilan prive akan mengurangi

saldo modal.

Di dalam suatu firma (partnership) modal terdiri atas modal lebih

dari satu partner.Modal masing-masing partner akan bertambah

dengan adanya pembagian laba atau tambahan setoran modal dan


akan berkurang dengan adanya pembagian kerugian atau

pengambilan prive.

Aktivitas investasi (investing activity) adalah pembelian dan

penjualan tanah, bangunan, peralatan, serta aktiva lain yang

umumnya tidak ditahan untuk dijual kembali. Investasi pada umumnya

merupakan bagian dari strategi jangka panjang. Investasi dalam surat

berharga dapat merupakan penanaman modal dalam surat berharga

yang termasuk aktiva lancar maupun bukan aktiva lancar.

Modal dan investasi lainnya merupakan hal yang sangat penting

bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatan perusahaannya.

Auditor dalam melakukan pemeriksaan terhadap modal atau ekuitas

tersebut memerlukan suatu prosedur. Oleh karena itu, dalam makalah

ini akan membahas mengenai prosedur pemeriksaan ekuitas.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah

adalah “Bagaimana prosedur pemeriksaan modal/ekuitas?

C. TUJUAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan

yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah “Untuk mengetahui apa

saja prosedur pemeriksaan modal/ekuitas”.


BAB II

PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Sifat dan Contoh Ekuitas

Dari segi perusahaan, modal merupakan kewajiban

perusahaan kepada pemilik perusahaan. Sedangkan dari segi

pemilik perusahaan, modal adalah bagian dari hak pemilik atas

kekayaan bersih perusahaan (harta dikurangi kewajiban).

Didalam suatu perusahaan perorangan modal terdiri dari

modal pemilik tanggal, laba yang diperoleh dalam suatu periode

dan tambahan setoran modal akan menambah saldo modal,

kerugian yang diderit adalam suatu periode dan pengambilan prive

akan mengurangi saldo modal.

Dalam suatu firma modal terdiri dari modal lebih dari satu

fatner. Modal masing-masing fatner akan bertambah dengan

adanya pembagian laba atau tambahan modal setor akan

berkurang dengan adanya pembagian kerugian atau pengambilan

prive.

Dalam badan hukum yang berbentuk koperasi, modal

pokoknya adalah simpanan pokok anggota yang tidak dapat

dipindahtangankan dan dapat diambil kembali pada saat seseorang

anggota mengundurkan diri. Kekayaan bersih koperasi adalah


simpanan pokok, simpanan lain, pinjaman-pinjaman hasil usaha

termasuk cadangan.

Dalam badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas (PT),

permodalannya (ekuitas) terdiri dari :

1. Modal menurut akte pendirian yang telah disahkan menteri

Kehakiman dan HAM:

a. Modal dasar (authorized capital);

b. Modal ditempatkan (issue capital);

c. Modal disetor (paid-uo/paid in capital).

Modal yang berasal dari sumbangan (donated capital) bisa

dilaporkan sebagai bagian daro tambahan modal disetor.

2. Treasury Stock (saham perusahaan yang sudah beredar lalu

dibeli kembali oleh perusahaan).

3. Premium (agio) atau Discount (Disagio) dari penjualan saham

baik saham biasa (common stock) maupun saham preferen

(preffered stock).

4. Selisih kurs atas modal disetor.

5. Selisih penilaian kembali aktiva tetap, untuk perusahaan yang

melakukan revaluasi aktiva tetap berdasarkan peraturan

pemerintah.

6. Retained Earnings (Laba ditahan/sisa laba tahun lalu) atau

Deficit/Accumulated Losses (sisa rugi tahun lalu).


Beberapa hal yang harus diperhatikan mangenai pemeriksaan

ekuitas:

1. Jika akte pendirian suatu PT belum mendapat pengesahan dari

menteri kehakiman dan HAM menurut undang-undang perseroan

terbatas no.1 tahun 1995, yang mulai berlaku tanggal 7 maret

1996, transaksi hukum perusahaan (perjanjian- perjanjian yang

dibuat perusahaan) belum dianggap sah.

2. Modal Disetor dan Modal Ditempatkan tidak dapat melebihi

Modal Dasar. Jika modal disetor melebihi modal dasar maka

harus dilakukan perubahan akte pendirian yang harus disahkan

oleh menteri kehakiman dan HAM.

Akte pendirian yang telah disahkan Menteri Kehakiman dan HAM

akan diumumkan dalam berita negara (lembaran negara).

Selama perubahan akte belum disahkan Menteri kehakiman dan

HAM, kelebihan modal disetor atas modal dasar dilaporkan

sebagai hutang pemegang saham.

3. Modal yang tercantum di neraca adalah Modal Disetor.

Contohnya :

Modal Dasar 100.000 lembar saham biasa = Rp. 1.000.000.000,

(nilai nominal Rp. 10.000,- per lembar saham)

Modal ditempatkan 50.000 lembar saham biasa = Rp.

500.000.000,-

Modal Disetor 50% dari modal ditempatkan = Rp. 250.000.000,-


Jumlah yang tercantum dineraca adalah sebesar

Rp.250.000.000,-

Tujuan pembelian kembali saham (treasury stock) adalah :

a. Untuk meningkatkan harga pasar saham perusahaan

b. Untuk dibagikan sebagai saham bonus kepada para manajer

dan pegawai perusahaan.

Perlu diperhatikan bahwa treasury stock tidak berhak atas

pembagian dividen. Karena itu jika suatu perusahaan yang

memiliki treasury stock membagikan cash dividend. Maka maka

dividen per saham akan menjadi lebih besar.

Misalkan suatu perusahaan yang modal disetornya terdiri dari

100.000 lembar saham dan treasury stocknya 20.000 lembar

saham, membagikan cash dividend sebesar Rp. 20.000.000,-

karena ada treasury stock, maka dividen per sahamnya adalah :

Rp. 20.000.000

----------------------- = Rp.250,-

100.000 – 20.000

Jika treasury stock tidak ada, maka dividen per saham adalah :

Rp.20.000.000

-------------------- = Rp.200,-

100.000

Dengan lebih tingginya dividen per saham, diharapkan harga

pasar saham bisa mengikat.


4. Jika akumulasi kerugian suatu perusahaan mencapai 50% dari

modal disetor, perusahaan harus melaporkan hal tersebut ke

pengadilan negeri untuk diumumkan dalam berita negara.

Jika akumulasi kerugian perusahaan mencapai 75% dari modal

disetor, maka menurut kitab undang-undang Hukum Dagang

(KUHD) di Indonesia, secara hukum perusahaan harus bubar

dan kalau masih diteruskan beroperasi maka para manajer harus

bertanggungjawab atas kewajiban perusahaan kepada pihak

ketiga jika suatu saat perusahaan dibubarkan. Karena hal ini

menyangkut kelangsungan hidup perusahaan ( going concern)

maka akan mempengaruhi opini yang diberikan KAP terhadap

kewajaran laporan keuangan perusahaan secara keseluruhan.

Kedua hal tersebut diatas (kerugian mencapai 50% atau 75%

dari modal disetor) harus diungkapkan dalam catatan atas

laporan keuangan. Namun sejak berlakukannya Undang-undang

No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, ketentuan

tersebut tidak berlaku lagi.

5. Menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia

(SAK) aktiva tetap harus dicatat/disajikan dalam neraca

berdasarkan harga perolehannya (acquisition cost).

Namun demikian jika ada peraturan pemerintah yang

memperbolehkannya, perusahaan dapat melakukan evaluasi

aktiva tetap. Pengaruh dari dilakukannya revaluasi aktiva tetap


adalah nilai aktiva tetap meningkat dan kenaikan nilai tersebut

dicatat disisi kredit sebagai “selisih penilaian kembali aktiva

tetap” yang nantinya, dengan persetujuan kantor pelayanan

pajak dapat dikonversikan sebagai modal. Atas selisih penilaian

kembali aktiva tetap dikenakan PPh 10%.

6. Adjustment ke Retained earnings (deficit) hanya diperbolehkan

jika menyangkut laba rugi tahun lalu yang jumlahnya material

(besar) atau menyangkut pembayaran pajak yang berasal dari

STP (Surat Tagihan Pajak). Atau SKPKB (Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar) walaupun jumlahnya kecil.

7. Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng), harus

menggunakan nilai wajar aktiva bukan kas yang diserahkan

(disetor), yaitu nilai appraisal yang disetujui Dewan Komisaris

untuk PT yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek, atau nilai yang

disepakati oleh dewan komisaris dan penyetor bentuk barang.

8. Waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan ekuitas biasanya

tidak banyak, kecuali jika :

a. Perusahaan banyak membuat koreksi retained earnings

(deficit) sehingga auditor harus memeriksa koreksi tersebut

secara rinci (detailed).

b. Perusahaan dalam proses go public.


2. Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectivies) Ekuitas

1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas

ekuitas, termasuk internal control atas transaksi jual beli saham,

pembayaran deviden dan sertifikat saham.

2. Untuk memeriksa apakah struktur ekuitas yang tercantum di

neraca sudah sesuai dengan apa yang tercantum di akta

pendirian perusahaan.

3. Untuk memeriksa apakah izin-izin yang diperlukan dari

pemerintah yang menyangkut ekuitas (misalkan dari Departemen

Kehakiman dan HAM, BKPM, BKPMD, BAPEPAM, KPP dan SK

Presiden RI) telah dimiliki oleh perusahaan.

4. Untuk memeriksa apakah perubahan terhadap ekuitas telah

mendapat otorisasi baik dari pejabat perusahaan yang

berwenang (direksi, dewan komisaris), rapat pemegang saham

(RUPS) maupun dari instansi pemeritah.

5. Untuk meeriksa apakah setiap perubahan pada Retained

Earnings atau Accumulated Losses didukung oleh bukti-bukti

yang sah.

6. Untuk memeriksa apakah penyajian ekuitas di neraca sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK)

dan hal-hal yang penting sudah diungkapkan dalam catatan atas

laporan keuangan.
Penjelasan atas Tujuan Pemeriksaan Ekuitas :

1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas

ekuitas.

Beberapa ciri dari internal control yang baik atas ekuitas :

a. Setiap perubahan modal (penambahan atau pengurangan)

harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang

dan instansi pemerintah.

Untuk perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT),

setiap perubahan harus melalui perubahan akta pendirian dan

pengesaan dari Menteri Kehakiman dan HAM.

Untuk perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman

modal dalam negeri (PMDN) harus diotorisasi oleh Badan

Koordinasi Penanaman Modal dalam Negeri, untuk PMA

harus diotorisasi oleh BKPM dan disetujui oleh Presiden

Republik Indonesia melalui SK Presiden.

Untuk perusahaan yang (akan) go public harus mendapat

persetujuan dari Ketua Bapepam.

b. Pembagian dan pembayaran dividen harus diotorisasi oleh

pejabat perusahaan yang berwenang.

Besarnya dividen yang akan dibagikan, diusulkan oleh Direksi

Perusahaan dan disahkan dalam RUPS.

Untuk perusahaan go public selama tiga tahun berturut-turut

tidak membagikan deviden, akan dikenakan sangsi oleh


Bapepam, yaitu harus delisting (Dikeluarkan dari bursa

saham).

Dividen yang dibagikan perusahaan bisa dalam bentuk : cash

dividen, stock dividen, property dividend dan liquidating

dividend.

Contoh jurnal entry untuk pembagian dan pembayaran dividen

(perusahaan yang menerima dividen memiliki minority interest

dan mencatat investasinya dengan cost method) :

Perusahaan Yang Perusahaan Yang


Membagi Dividen Menerima Dividen
Saat Deklarasi Dividen :
Dr. Dividen Kas (RE)

Cr. Hutang Dividien


Dividen Kas
Saat Pembayaran Dr. Dividen Kas
Dividen :
Dr. Hutang Dividen Cr. Pendapatan
Dividen
Cr. Cash
Saat Deklarasi Dividen :
Dr. Dividen Saham
(RE)

Cr. Hutang Dividen


Dividen
Saham
Saat Pembayaran
Dividen : - No Entry -
Dr. Hutang Dividen

Cr. Paid In Capital


Dalam hal ini pembagian dividen saham, jumlah stockholders’

equity tidak berubah, karena retained earnings berkurang dan

paid in capital bertambah dalam jumlah yang sama.

c. Digunakannya biro administrasi efek (stock transfer agent)

untuk mengurus pengadministrasian saham dan pembayaran

deviden, terutama untuk perusahaan yang sudah go public.

Dengan adanya biro tersebut, perusahaan tidak direpotkan

dalam pencatatan mutasi saham yang sudah dijual ke

masyarakat.

d. Setiap perubahan (adjustment) retained earnings/deficit

diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang dan

didukung oleh bukti-bukti yang lengkap.

2. Untuk memeriksa apakah struktur ekuitas yang tercantum di

neraca sudah sesuai dengan apa yang tercantum di akta

pendirian perusahaan.

Maksudnya bahwa jumlah modal dasar, modal ditempatkan dan

modal disetor, baik dalam jumlah lembar saham maupun nilai

nominal yang tercantum di akta pendirian harus sesuai dengan

jumlah yang tercantum di neraca.

Selain itu auditor harus memeriksa dan yakin bahwa modal

disetor betul-betul sudah disetor oleh pemegang saham.

3, 4 dan 5 sudah cukup jelas.


6. Untuk memeriksa apakah penyajian ekuitas di neraca dan

catatan atas laporan keuangan sudah sesuai dengan SAK.

B. ANALISIS MASALAH

Prosedur pemeriksaan Ekuitas yang disarankan adalah sebagai

berikut :

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas ekuitas dan transaksi jual

beli saham, pembagian dan pembayaran dividen dan sertifikat

saham.

2. Minta copy dari akta pendirian, SK Pengesahan Menteri Kehakiman

dan HAM, SK BKPM/BKPMD, SK Bapepam, SK Presiden, untuk

disimpan dalam permanent file.

3. Cocokkan data yang ada dalam akta pendirian tersebut dengan

modal yang tercantum di neraca dan penjelasan dalam catatan atas

laporan keuangan.

4. Untuk perusahaan yang baru didirikan dan perusahaan yang

mempunyai tambahan setoran modal dalam periode yang

diperiksa, periksalah bukti setoran dan bukti pembukuan lainnya

serta otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang dan

instansi pemerintah.

5. Jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan :

- Beberapa modal dasar, modal ditempatkan, modal disetor serta

premium dan discount dari penjualan saham.


- Jenis saham yang dimiliki perusahaan, berapa jumlah common

stock dan preferred stock baik dalam jumlah lembar maupun

nilai nominalnya.

- Rincian pemegang saham.

6. Periksa dokumenk pendukung dari setiap perubahan dalam

perkiraan retained earnings/deficit, untuk mengetahui apakah

perubahan tersebut sudah diotorisasi oleh pejabat perusahaan

yang berwenang dan apakah adjustment ke retained

earnings/deficit memang reasonable dan jumlahnya cukup materil.

7. Seandainya ada pembagian dividen, periksa apakah :

- Dividen dibagika dala betuk cash dividend, stock dividend, atau

property dividend.

- Pencatatannya sudah benar (baik pada waktu deklarasi dividen

maupun pada saat pembayaran dividen)

- Sudah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang

(melalui notulen rapat direksi dan rapat umum pemegang

saham).

- Aspek perpajakannya sudah sesuai dengan peraturan

perpajakan yang berlaku.

8. Periksa apakah akumulasi kerugian perusahaan (accumulated

losses/deficit) sda melebihi modal disetor, kalau ini terjadi

pertimbangan going concern perusahaan.


9. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi ke pemegang saham

atau biro administrasi efek (stock transfer agent).

10. Seandainya ada treasury stock;

- Periksa bukti pembelian dan otorisasinya.

- Periksa bukti penjualannya dan otorisasinya (jika treasur stock

dijual kembali)

- Tanyakan kepada manajemen tujuan pembelian treasury stock

(apakah untuk memperbaiki harga pasar saham perusahaan

atau untuk dibagikan sebagai saham bonus)

- Perhatikan bahwa treasury stock tidak berak atas pembagian

deviden.

11. Periksa apakah penyajian ekuitas di neraca dan catatan atas

laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum di Indonesia (SAK).

12. Buat kesimpulan mengenai kewaaran ekuitas.

Penjelasan Prosedur Audit

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas ekuitas.

Untuk mempelajari dan mengevaluasi internal control atas ekuitas

biasanya diguakan internal control questionnares (ICQ) atau

penjelasan narrative.

Prosedur 2 dan 3 sudah cukup jelas.


4. Periksa bukti setoran dan otorisasi untuk penambahan setoran

modal.

Caranya lihat buku besar untuk perkiraan modal, periksa apakah

ada transaksi kredit dalam perkiraan tersebut. Jika ada periksa

apakah voucher referencenya berapa journal vocher atau bukti

penerimaan kas/bank.

Jika referencenya bukti penerimaan kas/bank berarti setoran modal

dilakukan dalam bentuk uang tunai (fresh money) dan auditor harus

memeriksa bukti penerimaan kas atau kredit nota dari bank.

Jika referencenya journal voucher, berarti setoran modal dilakukan

dalam bentuk aktiva non cash, misalnya aktiva tetap, persediaan,

surat berharga dan lain-lain (dalam bentuk inbreng).

Dalam hal ini auditor harus memeriksa journal voucher dan bukti

pendukungnya, biasanya jika disetor dalam bentuk inbreng ada

laporan dari appraisal mengenai nilai aktiva non cash yang

dijadikan setoran modal.

Periksa apakah setoran modal dalam bentuk tunai, beberapa waktu

kemudian ditarik kembali oleh pemegang saham dan oleh

perusahaan dicatat sebagai piutang pemegang saham.

Berdasarkan UU Perseroan Terbatas No. 1 Tahun 1995, hal

tersebut tidak diperbolehkan dan dari segi peraturan pajak jika ada

piutang pemegang saham akan dikenakan pajak penghasilan atas

bunga.
Selain itu perusahaan go public bisa menambah modal disetornya

dengan melakukan right issue, yaitu mengeluarkan tambahan

saham ditempatkan yang hak utama untuk membelinya diberikan

kepada pemegang saham lama (misalnya setiap pemegang 3

saham lama diberi hak untuk membeli 1 saham baru). Jika

pemegang saham lama tidak ingin menggunakan haknya, hak

tersebut bisa dialihkan ke pihak lain.

5. Jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan besarnya modal, jenis

saham dan rincian pemegang saham.

6. Periksa dokumen pendukung dari setiap perubahan dalam

perkiraan retained earnings/deficit.

Caranya periksa buku besar untuk perkiraan retained

earnings/deficit, apakah ada transaksi debit dan transaksi kredit.

Jika ada periksa voucher referencenya dan bukti pendukungnya.

Jika perusahaan membayar kekurangan penyetoran pajak untuk

tahun-tahun yang lalu, berikut dendanya, berdasarkan SKPKB

(Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar), atau STP (Surat Tagihan

Pajak), maka voucher referencenya berupa bukti pengeluaran

kas/bank dan bukti pendukungnya adalah SSP (Surat Setoran

Pajak).

Jika koreksi ke Retained earnings/deficit berasal dari koreksi yang

menyangkut pendapatan atau biaya tahun-tahun yang lalu, harus


diperiksa kewajaran alasannya dan kelengkapan bukti pendukung

serta otorisasinya dan jumlah harus material.

Jika jumlahnya tidak material, harus dibebankan atau dikreditkan ke

laba rugi tahun berjalan.

Prosedur no.7 sudah cukup jelas

8. Periksa apakah akumulasi kerugian perusahaan sudah melebihi

modal disetor.

Jika hal ini terjadi, auditor harus menjelaskan kepada klien bahwa

hal ini mempengaruhi keyakinan auditor terhadap kelangsungan

hidup perusahaan (going concern).

Dalam hal ini auditor tidak dapat memberikan unqualified opinion

(pendapat wajar tanpa pengecualian) karena going concern

perusahaan diragukan. Namun jika manajemen dapat meyakinkan

auditor bahwa dalam waktu singkat akan dilakukan tambahan

setoran modal atau di tahun-tahun berikutnya, perusahaan akan

dapat meningkatkan efisiensi dan labanya, maka bisa saja auditor

memberikan unqualified opinion.

9. Pertimbangkan konfirmasi ke pemegang saham atau Biro

Administrasi Efek.

Untuk perusahaan yang belum go public harus dipertimbangkan

atau ditanyakan dulu ke klien apakah ada pemegang saham yang

keberatan jika dikirimi konfirmasi. Sedangkan untuk perusahaan

yang sudah go public, konfirmasi bisa dikirimkan ke Biro


administrasi efek yang ditugaskan oleh klien untuk mengelola

administrasi sahamnya.

10. Periksa treasury stock

Auditor perlu mengingat bahwa pembelian treasury stock biasanya

dicatat dengan menggunakan cost method.

Pada saat treasury stock dijual kembali akan timbul paid in capital

trom sale of treasury stock, sebesar selisih antara harga jual dan

harga beli dari treasury stock tersebut.

11. Periksa apakah penyajian ekuitas sudah sesuai dengan SAK.

12. Buat kesimpulan mengenai kewajaran ekuitas.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari segi perusahaan, modal merupakan kewajiban perusahaan

kepada pemilik perusahaan. Sedangkan dari segi pemilik

perusahaan, modal adalah bagian dari hak pemilik atas kekayaan

bersih perusahaan (harta dikurangi kewajiban).

Dalam badan hukum yang berbentuk koperasi, modal pokoknya

adalah simpanan pokok anggota yang tidak dapat dipindahtangankan

dan dapat diambil kembali pada saat seseorang anggota

mengundurkan diri. Salah satu tujuan dari pemeriksaan ekuitas adalah

untuk memeriksa apakah penyajian ekuitas di neraca dan catatan atas

laporan keuangan sudah sesuai dengan SAK.adapun prosedur yang

penting dalam pemeriksaan ekuita adalah kesimpulan mengenai

kewajaran ekuitas.

B. SARAN

Adapun saran yang diberikan penulis adalah sebagai berikut:

1. Seharusnya setiap auditor mampu memahami dan menjalankan

prosedur audit ekuitas/Modal.

2. Dalam melakukan pemeriksaan terhadap ekuitas/Modal,

pengujian terhadap internal control dan keberadaan transaksi

sangat diperlukan.
DA FTAR PUSTAKA

Agoes, Soekrisno, 2014, Auditing, Edisi 4, Buku 2, Salemba empat:

Jakarta.

Atom, 2010, Pemeriksaan Ekuitas, http://audit-auditing.blogspot.co.id,

Diakses Tanggal 15 November 2016.

Anda mungkin juga menyukai