A. LATAR BELAKANG
Dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand
Desain I Reformasi Birokrasi ditegaskan bahwa visi reformasi birokrasi
adalah "Menjadi Pemerintahan Kelas Dunia (World Class Governance)".
Lebih lanjut, dalam rumusan lebih rinci, visi reformasi birokrasi adalah:
"Terwujudnya birokrasi pemerintahan yang profesional dan berintegritas
tinggi, yang mampu menyelenggarakan pelayanan prima dan manajemen
pemerintahan demokratis dalam rangka mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik pada tahun 2025".
Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan
pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi),
ketatalaksanaan (business process) dan sumber daya manusia aparatur.
Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance). Selain itu dengan sangat pesatnya
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan informasi reformasi birokrasi
juga menuntut birokrasi pemerintahan untuk melakukan e-government.
Dalam konteks penguatan tata kelola pemerintahan sebagaimana
diuraikan di atas, maka dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara ditegaskan potret dalam manajemen ASN adalah
pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki
nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Dalam konteks mewujudkan Good Government, salah satu hal yang perlu
diperkuat adalah peningkatan kualitas pembangunan manusia. Karena itu, salah
1
satu prioritas Pemerintah (dalam Sembilan Agenda Prioritas atau Nawacita)
dalam mendorong pembangunan manusia Indonesia adalah melakukan
revolusi karakter bangsa atau revolusi mental, dengan sasaran meningkatkan
integritas, meningkatkan etos kerja dan meningkatkan gotong royong. Khusus
untuk pembangunan karakter aparatur dilakukan melalui kebijakan reformasi
birokrasi pemerintahan.
Sampai dengan saat ini, revolusi mental belum berjalan efektif baik
di Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penguatan dan upaya yang intens untuk merubah mental dan
perilaku ASN. Sehingga kinerja dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan
ASN memberi efek pada pencapaian sasaran. Melihat kondisi ini, perlu
upaya dan pilihan instrumen untuk mendorong perubahan sikap, karakter ASN
dalam melaksanakan tugas pekerjaannya sehingga bermuara pada perbaikan
perilaku (termasuk perilaku dalam memberikan pelayanan).
Dalam konteks perubahan sikap dan karakter ASN untuk berkinerja dan
berprestasi tinggi, maka Pemerintah Provinsi Gorontalo menerapkan Sistem
Pengukuran Prestasi Kerja (Siransija) ASN dengan menggunakan 3 (tiga) unsur
dalam Revolusi Mental yaitu Integritas, Etos Kerja dan Gotong Royong.
Dalam rangka implementasi Penilaian Prestasi Kerja (Siransija) di atas,
maka perlu dibuatkan Standar Operating Prosedur yang memuat kerangka umum
penilaian sebagai panduan manual bagi seluruh SKPD untuk melaksanakan
pengukuran prestasi kerja PNS.
B. DASAR HUKUM
Standar Operating Prosedur ini merupakan petunjuk teknis atas Peraturan
Gubernur Provinsi Gorontalo Nomor 50 Tahun 2016 tentang Sistem Pengukuran
Prestasi Kerja Aparatur Sipil Negara Berbasis Revolusi Mental di Lingkungan
Pemerintah Provinsi Gorontalo.
2
C. TIM PELOPOR
Seluruh SKPD wajib membentuk tim pelopor, melalui Biro Hukum Setda
Provinsi Gorontalo dan minimal berjumlah 5 orang maksimal berjumlah 9
orang. Tim pelopor bertugas dalam memfasilitasi dan mengajukan penilaian
Siransija.
Hasil penilaian kinerja seperti disajikan pada Tabel III.1 di atas dijadikan
dasar perhitungan tunjangan kinerja yang akan dibayarkan kepada masing-
masing PNS sebagaimana Tabel III.2 di bawah ini.
3
E. PENGUKURAN KINERJA
Sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 50 Tahun 2016, kinerja
berbasis Revolusi Mental yang dinilai mencakup tiga indikator utama Integritas,
Etos Kerja, dan Gotong Royong, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Integritas
Dari tiga indikator utama, Integritas diberi bobot 40% dengan sub
indikator terdiri dari:
a. Absensi, dengan bobot 75%
b. LHKPN/LHKASN, dengan bobot 10%
c. SPT, dengan bobot 5%
d. Temuan, dengan bobot 5%, dan
e. Pakta Etika Perilaku ASN, dengan bobot 5%
2. Etos kerja
Dari tiga indikator utama, Etos Kerja diberi bobot 70% dengan sub
indikator terdiri dari:
a. Pencapaian SKP, dengan bobot 70%
b. Pencapaian Target Fisik berdasarkan Data E-Monev, dengan bobot
30%.
3. Gotong Royong
Dari Gotong Royong diberi bobot 10% dengan 2 (dua) sub indikator,
sebagai berikut:
a. Keikutsertaan dalam Kegiatan Kebersamaan, dengan bobot 3%.
b. Keikutsertaan dalam kegiatan Apel Pagi dan Apel Sore 7%.
F. PERHITUNGAN KINERJA
Perhitungan kinerja bagi setiap PNS untuk masa kinerja tertentu
dilakukan dengan prosedur berikut:
1. Integritas
a. Absensi Kehadiran
4
Tujuan penilaian absensi kehadiran adalah untuk menentukan
kinerja bagi PNS terkait sesuai dengan tingkat kehadiran di kantor
sesuai dengan waktu kerja.
Prosedur penilaian absensi kehadiran, sebagai berikut:
No Penanggung
Kegiatan Output
. Jawab
1. Data absensi kehadiran bisa bersumber dari
absensi manual atau bersumber dari finger
print yang ada di masing-masing
SKPD/Unit Kerja.
Jika mesin finger print sudah terkoneksi
dengan aplikasi Siransija, maka kinerja
secara otomatis dinilai melalui Aplikasi
Siransija.
5. PNS yang terkena penalti sebagaimana Surat Tugas PNS Ybs dan
angka 4, karena mendapat tugas dari atau Surat Tim Pelopor
Pimpinan baik pada pagi hari maupun sore Keterangan
hari sehingga tidak sempat absen,
menyampaikan info ke Tim Pelopor dan
disertai bukti (surat tugas atau surat
5
keterangan dari Pimpinan SKPD atau atasan
langsung).
b. LHKPN/LHKASN
Tujuan penilaian LHKPN/LHKASN adalah untuk menilai
kepatuhan pejabat dan pegawai terhadap penyelenggaran/penyediaan
dokumen LHKPN/LHKASN sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Prosedur penilaian penyelenggaraan LHKPN/LHKASN, sebagai
berikut:
No Penanggung
Kegiatan Output
. Jawab
1. Penyelenggaraan LHKPN dan LHKASN
(salah satu saja). LHKPN diselenggarakan
oleh yang wajib mengisi LHKPN dan
LHKASN.
2. ASN atau Tim Pelopor mengisi formulir Softcopy PNS Ybs atau
LHKPN dan LHKASN (file dapat diunduh Formulir Tim Pelopor
di http://bkppd.gorontaloprov.go.id/). LHKPN dan
LHKASN)
6
4. Surat Tanda Terima Asli, disampaikan Surat Tanda PNS Ybs dan
Kepada Tim Pelopor Siransija SKPD. Terima Tim Pelopor
No Penanggung
Kegiatan Output
. Jawab
1. SPT adalah SPT tahunan Pph orang pribadi
tahun pajak 2016.
7
4. Masing-masing PNS mendapatkan tanda- Tanda Terima PNS Ybs
terima SPT dari Kantor Pajak Pratama dan SPT
tanda-terima SPT disampaikan ke Tim
Pelopor SKPD.
d. Etika Perilaku
Tujuan penilaian Etika Perilaku adalah untuk menilai kepatuhan
pejabat dan pegawai terhadap kode etik perilaku sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Prosedur penilaian Etika Perilaku, sebagai berikut:
No Penanggung
Kegiatan Output
. Jawab
1. PNS harus mematuhi kode etik sebagai
Pegawai Negeri Sipil. Jika PNS yang
bersangkutan mematuhi kode etik dimaksud,
maka PNS yang bersangkutan akan
memperoleh nilai kinerja 5 selama tidak
melanggar kode etik.
8
4. Penilaian pelanggaran etika perilaku Bukti BAP
dibuktikan oleh:
a. Surat Penahanan/BAP oleh pihak yang
berwajib (Kepolisian dan Lembaga
Hukum Lainnya).
b. Bukti BAP yang diterbitkan oleh Satpol-
PP.
c. Bukti BAP yang diterbitkan oleh APIP.
d. Bukti BAP yang diterbitkan oleh Kepala
SKPD atau atasan langsung.
e. Temuan Pemeriksaan
Tujuan penilaian Temuan Pemeriksaan adalah untuk menilai
kepatuhan pejabat dan pegawai terhadap pengelolaan keuangan dan
BMD sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Prosedur penilaian Temuan Pemeriksaan, sebagai berikut:
No Penanggung
Kegiatan Output
. Jawab
1. PNS harus mematuhi peraturan perundangan
terhadap pengelolaan keuangan dan BMD.
Jika PNS yang bersangkutan mentaati
peraturan perundangan, maka PNS yang
bersangkutan akan memperoleh nilai kinerja
5.
9
merugikan keuangan daerah dan Aset
Daerah yang dibebankan kepada individu
berdasarkan hasil pemeriksaan APIP dan
BPK baik pemeriksaan reguler maupun
pemeriksaan kasus.
2. Etos Kerja
a. SKP (Sasaran Kinerja Pegawai)
Tujuan Penilaian SKP adalah untuk menentukan pencapaian
kinerja bagi PNS terkait dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
masing-masing.
Prosedur Penilaian SKP, sebagai berikut:
No Penanggung
Kegiatan Output
. Jawab
1. Setiap pegawai membuat SKP bulanan pada Dokumen PNS
akhir bulan sebelum masa penilaian kinerja. SKP
10
membuat rincian kegiatan bulanan ke dalam kegiatan
kegiatan harian. harian
No Penanggung
Kegiatan Output
. Jawab
1. Produktifitas dinilai berdasarkan hasil
evaluasi pada e-monev.
11
3. Untuk DAK, jika realisasi keuangan 0 %
sebagai akibat belum ditransfer dari pusat,
maka realisasi keuangan sama dengan %
realisasi fisik.
12
13. Nilai akhir adalah rata-rata capaian fisik dan
keuangan dikali bobot 30%, sebagaimana
pada Lampiran 8.
3. Gotong Royong
a. Kerjasama pada Kegiatan Bersama
Tujuan penilaian Kerjasama pada Kegiatan Bersama adalah
untuk menentukan pencapaian kinerja bagi PNS terkait kontribusi
terhadap kebersamaan (rasakorsa).
Prosedur penilaian Kerjasama pada Kegiatan Bersama, sebagai
berikut:
No Penanggung
Kegiatan Output
. Jawab
1. Badan Kepegawaian Daerah, menerbitkan BKD
surat penetapan kegiatan bersama yang
direncanakan diikuti oleh seluruh PNS di
Lingkungan Pemerintah Provinsi Gorontalo,
melalui Surat Sekretaris Daerah.
13
Administrator.
Penanggung
No Kegiatan Output
Jawab
1. Badan Kepegawaian Daerah, menerbitkan BKD
surat ketentuan pelaksanaan Apel Pagi dan
Apel Sore ke seluruh SKPD, melalui
Sekretaris Daerah.
14
dan Apel Sore sesuai waktu yang telah SKPD/Unit
ditetapkan dalam Surat Sekretaris Daerah. Kerja
G. KETENTUAN LAINNYA
1. Penilaian Etika Perilaku Berdasarkan poin-poin yang tertuang dalam Pakta
Etika Perilaku pada Lampiran 11.
15
2. Penjatuhan hukuman disiplin terhadap Penilaian Prestasi Kerja berpedoman
pada Peraturan Gubernur Gorontalo Nomor 5 Tahun 2017 tentang
Tunjangan Kinerja Daerah.
3. PNS yang melanggar etika perilaku dan mendapat hukuman disiplin, maka
dikenakan aturan sesuai dengan hukuman disiplin.
4. Sekretariat/KTU masing-masing SKPD/Unit Kerja menyiapkan papan
kontrol kegiatan harian PNS.
5. Penyusunan dan penetapan target SKP bulanan dilaksanakan pada akhir
bulan sebelum masa penilaian.
6. SKPD menyampaikan usul nama-nama Tim Pelopor ke Biro Hukum dan
Organisasi untuk ditetapkan dengan SK Gubernur Gorontalo.
16