Anda di halaman 1dari 19

Hewlett-Packard

Resume Metode Seismik


WAVELET
Bella Dinna Safitri - 115090700111002

2013

Program Studi Geofisika – Universitas Brawijaya, Malang


Wavelet

A. Konsep Dasar Wavelet


Dalam survey seismik digunakan perambatan gelombang seismik untuk
mengetahui gambaran bawah permukaan. Pulsa seismik merambat melewati batuan
dalam bentuk gelombang elastis yang mentransfer energi menjadi pergerakan partikel
batuan. Dimensi dari gelombang elastik atau gelombang seismik jauh sangat besar
dibandingkan dengan dimensi pergerakan partikel batuan tersebut. Meskipun begitu,
penjalaran gelombang seismik dapat diterjemahkan dalam bentuk kecepatan dan
tekanan partikel yang disebabkan oleh vibrasi selama penjalaran gelombang tersebut.
Wavelet adalah gelombang mini atau ’pulsa’ yang memiliki komponen amplitude,
panjang gelombang, frekuensi, dan fasa. Wavelet dikenal dengan gelombang yang
merepresentasikan satu reflektor yang terekam oleh satu geophone.
Ada dua properti penting dalam sebuah wavelet, yaitu polaritas dan fase :
1. Polaritas
Terdapat dua jenis polaritas dalam wavelet, yaitu polaritas normal (normal
polarity) dan terbalik (reverse polarity). Saat ini terdapat dua jenis konvesi
polaritas : standar SEG (Society of Exporation Geophysicist) dan standar Eropa.
Gambar 1 dan gambar 2 menunjukkan Polaritas Normal dan Polaritas 'Reverse'
untuk sebuah wavelet fasa nol (zero phase) dan fasa minimum (minimum phase)
pada kasus Koefisien Refleksi atau Reflection Coefficient (KR atau RC) meningkat
(RC positif) yang terjadi pada contoh batas air laut dengan dasar laut/lempung.

Gambar 1 Polaritas normal dan polaritas reverse pada wavelet


berdasarkan konvensi standar SEG

1
Pada standar SEG, polaritas normal didefinisikan sebagai :
a. Sinyal seismik positif akan menghasilkan tekanan akustik positif pada hidrofon
di air atau pergerakan awal ke atas pada geofon di darat dan
b. Sinyal seismik yang positif akan terekam sebagai nilai negatif pada tape,
defleksi negatif pada monitor dan trough pada penampang seismik.
Oleh karena itu, dengan menggunakan standar SEG, penampang seismik yang
menggunakan konvensi SEG akan didapatkan :
a. Pada bidang batas refleksi di mana AI2 > AI1 akan berupa trough dan
b. Pada bidang batas refleksi di mana AI2 < AI1 akan berupa peak.
Pada polaritas normal, kenaikan impedansi akustik akan digambarkan sebagai
lembah (trough) pada trace seismik, sedangkan pada polaritas negatif, kenaikan
impedansi akustik akan dilambangkan dengan puncak (peak) pada trace seismik
(berdasarkan konvensi SEG, Yilmaz, O., 1990).

Gambar 2. Polaritas normal dan polaritas reverse pada wavelet


berdasarkan konvensi standar Eropa

2. Fase
Terdapat empat macam jenis fase dalam wavelet (gambar 3), yaitu fase minimum
(minimum phase), fase nol (zero phase), fase maksimum (maximum phase) dan
fase campuran (mix phase). Tapi yang paling banyak dipakai didalam pengolahan

2
data dan interpretasi seismik adalah wavelet fase minimum dan fase nol (Prihadi, S,
2004).

Gambar 3. Jenis-jenis wavelet (1) Zero phase (2) Maximum phase


(3) Minimum phase (4) Mixed phase

a. Zero phase wavelet


Zero phase wavelet (wavelet fase nol) disebut juga dengan Wavelet Ricker
(gambar 4). Wavelet Ricker mengandung satu puncak (peak) dan dua lembah
(trough) atau sidelobes. Energi yang berhubungan dengan kontras AI berpusat
pada peak bagian tengah, sehingga memiliki bentuk gelombang simetris.
Wavelet Ricker hanya tergantung kepada frekuensi puncak pada spektrum
amplitudonya atau inverse dari periode dominan pada dominan pada domain
waktu (periode dominan bisa diukur dari waktu antara lembah ke lembah).

Gambar 4. Wavelet Ricker dengan frekuensi 20, 30 dan 40Hz


dan fasa = 0 (zero phase)

3
Secara matematis, Wavelet Ricker didefinisikan dengan persamaan (1) :

(1)
Dimana f adalah frekuensi, dt adalah interval sampling, t adalah waktu
dan t0 adalah waktu awal.
b. Wavelet fase maksimum
Energi terpusat pada pada akhir wavelet.
c. Wavelet fase minimum
Wavelet fase minimum memiliki peak terletak di bagian depan. Energi yang
berhubungan dengan batas AI terletak pada onset atau pada bagian depan
sedikit mungkin dengan titik referensi nol (t = 0) dan tidak ada energi sebelum
t = 0.
d. Wavelet fase campuran (mixed)
Energi tidak terpusat pada bagian depan / belakang wavelet.
Jenis wavelet yang paling sering digunakan adalah wavelet fase nol dan wavelet
fase minimum. Namun, dibandingkan dengan wavelet fase minimum, wavelet fase
nol lebih menguntungkan. Wavelet fase nol dengan puncak tunggal pada arrival
time, dengan ekor seminim mungkin, akan memudahkan interpreter dalam
melakukan penentuan waktu refleksi sehingga proses interpretasi kecepatan
(picking) – dalam rekaman hiperbolik reflektor pada gather – menjadi lebih mudah
dan akurat. Selain itu, untuk spektrum amplitudo yang sama akan memberikan
bentuk gelombang yang lebih sempit, sehingga amplitudonya akan lebih besar
daripada dengan fase minimum yang menyebabkan nilai rasio Signal to Noise ratio
(S/N) nya juga makin besar.
Dalam mengestimasi bentuk wavelet untuk interpretasi seismik, dilakukan
beberapa tahapan pemrosesan wavelet. Pemrosesan wavelet merupakan sebuah
kumpulan proses yang merubah bentuk atau pulsa gelombang dalam data seismik,
sehingga lebih mudah untuk diinterpretasikan. Beberapa tahap pemrosesan wavelet
adalah sebagai berikut :
1. Tahap pertama, mengestimasi bentuk atau fase dan spektrum amplitudo wavelet
dan

4
2. Tahap kedua, mendesain operator matematika atau filter yang diterapkan ke data
seismik dan merubah bentuk wavelet tersebut menjadi wavelet sesuai yang
dibutuhkan.
B. Analisis Wavelet
Sebuah gelombang (wave) (gambar 5) biasanya didefinisikan sebagai sebuah fungsi
osilasi dari waktu (space), misalnya sebuah gelombang sinusoidal. Sebuah wavelet
merupakan gelombang singkat (small wave) yang energinya terkonsentrasi pada suatu
selang waktu untuk memberikan kemampuan analisis transien, ketidakstasioneran,
atau fenomena berubah terhadap waktu (timevarying). Karakterisktik daripada
Wavelet antara lain adalah berosilasi singkat, translasi (pergeseran) dan dilatasi (skala).
Berikut ini akan diperlihatkan gambar dari sebuah sinyal biasa dan sinyal wavelet.

Gambar 5. Bentuk Gelombang;(a) Sinyal Sinus (b) Sinyal Wavelet

Secara sederhana, translasi (pergeseran) pada Wavelet bermaksud untuk


menggeser permulaan dari sebuah wavelet. Secara matematis, pergeseran sebuah
fungsi f(t) dengan k direpresentasikan dengan f(t-k) gambar 6 berikut ini :

Gambar 6. (a) Fungsi Wavelet ψ(t) (b) Fugsi Wavelet Yang Digeser ψ(t-k)

Skala (dilatasi) dalam sebuah wavelet berarti pelebaran atau penyempitan wavelet.
Seperti yang terlihat pada gambar 7 :

5
Gambar 7. (a) Nilai Skala Kecil (b) Nilai Skala Besar

Sebuah faktor skala dapat dinyatakan sebagai α. Apabila α diperkecil maka wavelet
akan menyempit dan terlihat gambaran mendetail namun tidak menyeluruh,
kebalikannya apabila a diperbesar maka wavelet akan melebar dan terlihat gambaran
kasar, global namun menyeluruh. Dengan menggunakan wavelet pada skala resolusi
yang berbeda, akan diperoleh gambaran keduanya, yaitu gambaran mendetail dan
menyeluruh. Selain itu, terdapat korespondensi antara skala pada wavelet dengan
frekuensi yang dianalisa oleh wavelet. Nilai skala yang kecil berkorespondensi dengan
frekuensi tinggi (high frequency) sedangkan nilai skala yang besar berkorespondensi
dengan frekuensi rendah seperti pada gambar 8 :

Gambar 8. Hubungan waktu dan frekuensi pada wavelet

Tahap pertama analisis wavelet adalah menentukan tipe wavelet, yang disebut
dengan mother wavelet atau analysing wavelet, yang akan digunakan. Hal ini perlu
dilakukan karena fungsi wavelet sangat bervariasi dan dikelompokkan berdasarkan
fungsi dasar masing-masing. Data seismik, yang secara alami tidak stasioner,

6
mempunyai berbagai kandungan frekuensi dalam domain waktu. Dekomposisi waktu-
frekuensi (yang juga disebut sebagai spectral decomposition) dari data seismik
merupakan atribut seismik yang bertujuan untuk mencirikan tanggap frekuensi yang
tergantung waktu dari batuan dan reservoir bawah permukaan. Dekomposisi spektral
(gambar 9) merupakan salah satu teknik analisa sinyal dalam interpretasi data seismik.
Hal tersebut biasanya dilakukan menggunakan transformasi Fourier (gambar 10) untuk
perhitungan spektrum amplitudo masing-masing jejak dari jendela waktu yang pendek
yang meliputi semua zona interest. Analisa fourier biasa atau transformasi 1D
menghasilkan sinyal dari domain waktu menjadi domain frekuensi. Spektrum
amplitudo tersebut dikontrol oleh satuan geologi, sehingga satuan-satuan dengan sifat
dan/atau ketebalan batuan yang berbeda akan menunjukkan tanggap amplitudo yang
berbeda. Jika dekomposisi sinyal dihitung untuk seluruh jejak pada volume seismik 3D
dan direpresentasikan dalam bentuk peta (biasanya sebagai slice frekuensi), peta yang
dihasilkan menunjukkan kemampuan bervariasi secara lateral.

Gambar 9. Proses dekomposisi spektral

Gambar 10. Ilustrasi dekomposisi sinyal menggunakan transformasi Fourier


(Nissen, S.E., 2002)

7
Chakraborty dan Okaya (1995) menjelaskan bahwa analisis sinyal tidak stasioner
seperti sinyal seismik dengan menggunakan perangkat lunak yang berbasis pada
Transformasi Fourier, seringkali tidak bisa memberikan informasi keadaan bawah
permukaan yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan oleh adanya kelemahan dari
perangkat lunak yang berbasis pada Transformasi Fourier tersebut. Transformasi
Fourier tidak dapat mengamati saat terjadinya sinyal dengan frekuensi tertentu. Para
ilmuwan mengembangkan analisa fourier biasa yang menghasilkan sinyal 2D dalam
waktu dan frekuensi, kemudian melakukan short-time window setelah dilakukan
transformasi fourier. Metode ini dikenal dengan nama Short-Time Fourier Transform
(STFT). Cohen (1995) menjelaskan bahwa Short Time Fourier Transform (STFT)
menghasilkan spektrum waktu-frekuensi dengan menggunakan Transformasi Fourier
pada window waktu yang dipilih. Pada STFT, resolusi waktu-frekuensi disesuaikan pada
seluruh ruang waktu-frekuensi dengan panjang window yang dipilih sebelumnya. Oleh
karena itu resolusi pada analisis data seismik menjadi tergantung pada pengguna
panjang gelombang tertentu atau bersifat subjektif.
Lebih dari dua dekade terakhir, transformasi wavelet diaplikasikan pada berbagai
ilmu pengetahuan dan teknik. Transformasi Wavelet memiliki kemampuan untuk
menganalisa suatu data dalam domain waktu dan domain frekuensi secara simultan.
Analisa data pada transformasi Wavelet dilakukan dengan membagi (dekomposisi)
suatu sinyal ke dalam komponen-komponen frekuensi yang berbeda-beda dan
selanjutnya masing-masing komponen frekuensi tersebut dapat dianalisa sesuai dengan
skala resolusinya. Hal ini seperti proses filtering, dimana sinyal dalam domain waktu
dilewatkan ke dalam filter highpassdan lowpass dan memisahkan komponen frekuensi
tinggi dan frekuensi rendah. Wavelet merupakan sebuah fungsi variable real t, diberi
notasi ψt dalam ruang fungsi L^2(R). fungsi ini dihasilkan oleh parameter dilatasi dan
translasi, yang dinyatakan dalam persamaan (2) :

(2)
dimana :
a = parameter dilatasi
b = parameter translasi

8
R = mengkondisikan nilai a dan b dalam nilai integer
2^j = parameter dilatasi ( paramater frekuensi atau skala)
k = parameter waktu atau lokasi ruang
Z = mengkondisikan nilai j dan k dalam nilai integer

Fungsi wavelet pada persamaan (3) dikenalkan pertama kali oleh Grossman dan
Morlet, sedangkan persamaan (4) oleh Daubechies. Pada fungsi Grossman-Morlet, dan,
sedangkan pada fungsi Daubechies, parameter dilatasi diberikan oleh 2j dan parameter
translasi oleh k. Kedua fungsi ψ dapat dipandang sebagai mother vavelet, dan harus
memenuhi kondisi seperti persamaan (3) :

(3)
yang menjamin terpenuhinya sifat ortogonalitas vector. Pada dasarnya, transfomasi
wavelet dapat dibedakan menjadi dua tipe berdasarkan nilai parameter translasi dan
dilatasinya, yaitu transformasi wavelet kontinu (continue wavelet transform), dan
diskrit (discrete wavelet transform). Transformasi wavelet kontinu ditentukan oleh
nilai parameter dilatasi (a) dan translasi (b) yang bervariasi secara kontinu, dimana a,b
elemen bilangan R, dan a tidak sama dengan 0.
Castagna et. al. (2003) mengenalkan analisis spektral sesaat (ISA) berbasis
transformasi wavelet (Matching Pursuit Decomposition) dengan metode dekomposisi
spektral lainnya termasuk Fast Fourier Transform (FFT), Discrete Fourier Transform
(DFT), dan Maximum Entropi Method (MEM). Mereka membuktikan bahwa ISA dapat
mencapai lokalisasi waktu dan frekuensi yang memuaskan dan juga dapat menghidari
masalah windowing.
Beberapa perbedaan antara Transformasi Fourier dan Transformasi Wavelet
adalah sebagai berikut (gambar 11 dan tabel 1) :

Gambar 11. (a) Transformasi Fourier (b) Transformasi Wavelet

9
Tabel 1. Perbedaan antara Transformasi Fourier dan Transformasi Wavelet

Sinyal refleksi menunjukkan adanya bidang batas antar dua medium. Pada medium
yang tebal direpresentasikan oleh frekuensi sinyal seismik yang rendah, sementara
medium yang tipis direpresentasikan oleh frekuensi sinyal tinggi. Pemilihan sinyal-
sinyal refleksi pada frekuensi yang tepat dan penggabungan kembali sinyal terpilih akan
menghasilkan sinyal seismik yang bebas noise (baik noise karena akuisisi maupun
pengolahan data yang tidak tepat) dan tetap mengandung informasi refleksi.

10
Mekanisme dekomposisi sinyal pada frekuensi-frekuensi refleksi dan
penggabungan kembali (superposisi) sinyal terdekomposisi disebut sebagai analisis
multi-resolusi. Untuk mendapatkan hasil dekomposisi yang bagus dan tidak menggeser
fase, dibutuhkan piranti yang tepat. CWT digunakan sebagai solusi atas keterbatasan
STFT dalam menentukan lebar window. Proses analisis time-frekuensi dilakukan
dengan cara mengkonvolusi sinyal dengan wavelet, resolusi frekuensi diperoleh dengan
mendilatasi wavelet menggunakan skala tertentu dan resolusi waktu diperoleh dengan
mentranslasi wavelet dengan faktor translasi tertentu. Penentuan inilah menjadikan
metode Continous Wavelet Transform (CWT) (gambar 12) dapat dipakai sebagai filter
untuk mendekomposisi sinyal-sinyal pada frekuensi yang dikehendaki tanpa menggeser
fase dan memiliki resolusi yang bagus (Nurcahya dan Brotopuspito, 2004).

Gambar 12. CWT dari Lunar Landscape

Padmono, dkk (2004) membuat atribut seismik berbasis dekomposisi sinyal dalam
domain waktu-frekuensi menggunakan transformasi wavelet kontinyu untuk
mendeteksi keberadaan anomali hidrokarbon. Analisis multi-resolusi data seismik 3D
menggunakan transformasi wavelet kontinyu dengan metode dekomposisi
(penguraian) data seismik pada pita-pita frekuensi tertentu dan superposisi
(penggabungan kembali) data seismik terdekomposisi dilakukan oleh Sudarmaji, dkk
(2004). Data seismik terdekomposisi ini kemudian digunakan untuk menganalisis

11
atribut sesaat seismik 3D untuk deteksi karakter litologi dan struktur. Supeno dan Jaya
(2004) melakukan reduksi noise koheren yang terdapat pada data seismik dengan
menggunakan transformasi wavelet dalam representasi multiresolusi guna
mendapatkan event reflektor yang lebih jelas.
Untuk melakukan transformasi wavelet diperlukan dua buah filter (gambar 13),
yaitu high pass filter dan low pass filter. Satu sistem tersebut dinamakan filter bank
structure. Filter digital yang digunakan adalah jenis FIR filter .

Gambar 13. (a) Gambar sinyal tanpa filter. (b) gambar sinyal setelah dekomposisi

Dalam suatu balok diagram, proses dekomposisi spektral dapat digambarkan


seperti gambar 14 berikut :

Gambar 14. Struktur filter bank dan blok diagram dekomposisi

Wavelet merupakan persamaan matematis yang memisahkan sinyal ke dalam


frekuensi yang berbeda kemudian selanjutnya menganalisis masing–masing komponen
dengan suatu resolusi yang disesuaikan dengan skala. Analisis pada wavelet pada

12
dasarnya adalah pergeseran dan penskalaan suatu bentuk energi terbatas, yang
dinamakan mother wavelet (ψ(t)) terhadap sinyal yang diinginkan.
Secara sederhana, transformasi wavelet yang diwujudkan dalam dekomposisi sinyal
masukan dua bentuk gelombang yang berbeda yang sesuai dengan filter masing–masing
gelombang. Low pass filter menghasilkan bentuk gelombang yang disebut dengan
aproksimasi dan high pass filtermenghasilkan gelombang acak yang disebut detail.
Pembentukan gelombang tersebut menggunakan pendekatan analisis resolusi jamak
terhadap frekuensi yang berbeda. Resolusi adalah pemisahan dari setiap sinyal yang
berubah–ubah, menjadi bobot (skala) cuplikan yang digeser. Jadi analisis resolusi jamak
berhubungan dengan penskalaan wavelet.
Gelombang hasil dari filtrasi high pass filter akan diperlebar oleh salah satu fungsi
translasi dengan fungsi penskalaan tertentu yang disebut dengan mother wavelet.
Setelah melalui tahapan dekomposisi akan dilakukan sintesis (pembentukan kembali)
pada koefesien–koefesien wavelet tersebut. Pada prosesnya sebelum difilter, koefesien–
koefesien wavelet dicuplik maju atau dilakukan perpanjangan komponen sinyal dengan
menyisipkan bit–bit nol antara cuplikan terlebih dahulu.
Pada pemodelan noise (gambar 15) sesungguhnya diasumsikan sinyal yang hendak
dianalisis adalah:

(4)
Dengan sinyal X merupakan sinyal yang masih terdapat noise , S merupakan sinyal EKG,
dan G merupakan noise yang ditambahkan serta nmerupakan titik cuplikan.

Gambar 15. Blok diagram sintesis

Sebagai contoh salah satu transformasi wavelet yang merepresentasikan sinyal


dalam domain waktu dan frekuensi adalah Discrete Wavelet Transform (DWT).

13
Berdasarkan fungsi mother wavelet, bahwa fungsi wavelet penganalisa untuk
transformasi wavelet ditunjukkan oleh persamaan (5) berikut :

(5)
aj,k , ini merupakan discrete wavelet transform dari fungsi f(t) yang dibentuk oleh inner
product antara fungsi wavelet induk dengan f(t) :

(6)
sehingga f(t) disebut sebagai inverse discrete wavelet transform dapat dinyatakan
dengan persamaan 7 :

(7)
Pada DWT, suatu resolusi sinyal dapat diubah dengan menggunakan teknik filtering
(analisa filter bank). Jadi, proses transformasi pada wavelet ini pertama kali dapat
diwakili dengan proses melewatkan sinyal asli ke dalam low pass filter (LPF) dan high
pass filter (HPF). Setelah itu, nilai skala dari wavelet dapat dirubah dengan
menggunakan operasi upsampling dan down sampling. Karena bersifat multiresolusi,
maka model Wavelet dapat dengan mudah digeneralisasi ke ukuran dimensi lain
dimana n > 0. Pada umumnya, suatu sinyal seperti suara ditransformasikan dengan
Transformasi Wavelet Diskrit satu dimensi (1D-DWT), sedangkan untuk pengolahan
citra dua dimensi, menuntut model wavelet juga diturunkan dalam bentuk dua dimensi
(2D-DWT), sehingga dapat diimplementasikan untuk memproses citra digital.
Transformasi Wavelet Diskrit Maju (Forward DWT)
Pada bagian ini dilakukan proses dekomposisi , yakni menguraikan sinyal asli ke
dalam komponen-komponen aslinya. Proses dekomposisi pada 1 dimensi digambarkan
sebagai berikut (gambar 16) :

Gambar 16. Transformasi wavelet dengan dekomposisi sebanyak n kali

14
Pemfilteran urutan sinyal input didapat dengan mengkonvolusikan urutan tersebut
dengan sekelompok bilangan lain yang disebut koefisien – koefisien filter,
tapis, weights, atau respon impuls. Untuk urutan masukan x(n) dan koefisien – koefisien
filter h(n), urutan keluaran dari filter y(n) diberikan oleh persamaan (8) :

(8)
Dan keluaran dari HPF dan LPF setelah dilakukan down-sampling dengan faktor 2
berturut-turut (persamaan 9) :

(9)
Pada proses down sampling maka akan terjadi penurunan sampling rate karena
beberapa komponen (sampel) sinyal dihilangkan. Jumlah sampel pada keluaran down
sampling adalah sebagian dari jumlah sampel masukannya.
Transformasi Wavelet Diskrit Balik (Invers DWT)
Trasnformasi ini merupakan kebalikan dari transformasi wavelet maju. Pada tahap
ini dilakukan proses rekonstruksi yakni proses mengembalikan kembali komponen-
kompone frekuensi menjadi sinyal semula melalui proses upsampling dan pemfilteran
dengan koefisien-koefisien filter balik. Proses rekonstruksi pada satu dimensi
digambarkan pada gambar 17 :

Gambar 17. Inverse transformasi wavelet dengan rekonstruksi sebanyak n kali

Dengan cara yang sama dengan proses dekomposisi dan menggunakan koefisien
yang sama, proses rekonstruksi dilakukan dengan melakukan konvolusi yang kemudian
diikuti oleh proses up sampling dengan faktor 2. Proses upsampling dilakukan untuk
mengembalikan dan menggabungkan sinyal seperti semula. Proses ini dilakukan

15
dengan menyisipkan sebuah kolom berharga nol diantara setiap kolom dan melakukan
konvolusi pada setiap baris dengan sebuah filter satu dimensi. Filter yang digunakan
pada transformasi ini adalah filter LPF dan HPF yang mempunyai hubungan khusus
terhadap filter-filter pada sisi dekomposisi. Koefisien-koefisien filter tersebut akan
membentuk suatu kumpulan filter (filter bank), sehingga harus memiliki hubungan
rekonstruksi sempurna (perfect reconstruction), yang berarti bahwa sinyal hasil
transformasi wavelet balik harus sama dengan sinyal asli sebelum transformasi
dilakukan . Untuk memenuhi persyaratan ini, maka koefisien pada filter
dekomposisi h(n) dan filter konstruksig(n) diberikan oleh persamaan (10) :

(10)
Proses rekonstruksi dengan level (skala) banyak didapat dengan melakukan iterasi dari
struktur dasar sehingga didapat lowpass residue yang bersesuaian untuk masing-
masing tingkat.
Transform Wavelet Packet
Wavelet packet tarnsform adalah jenis wavelet transform dengan pembagian
subband yang lebih menyeluruh. Dalam artian jika pada wavelet transform hanya
dilakukan iterasi pada cabang low pass, sedangkan pada wavelet packet transform
iterasi juga dilakukan pada cabang high pass sehingga menghasilkan subband yang
lebih banyak dengan resolusi yang tinggi. Adapun cara iterasi yang digunakan sama
dengan dekomposisi pada wavelet transform yakni filtering n down sampling. Dapat
diilustrasikan pada gambar 18 jika dilakukan iterasi pada kedua cabang (low pass dan
high pass) :

Gambar 18. Transformasi wavelet dengan dekomposisi sinyal sebanyak n kali

16
Pada komposisinya akan dilakukan cara sebaliknya seperti terlihat pada ilustrasi
gambar 19 berikut ini :

Gambar 19. Transformasi wavelet dengan komposisi sinyal sebanyak n kali

Wavelet Daubechies
Wavelet Daubechies (gambar 20) merupakan salah satu filter wavelet yang dapat
digunakan dalam analisis wavelet. Daubechies memiliki orde yang menggambarkan
jumlah koefisien filternya. Sifat polinomial yang dimiliki oleh wavelet akan berpengaruh
dalam penentuan jumlah koefisien filter wavelet. Semakin besar jumlah filter yang
dimiliki oleh suatu wavelet filter daubechies, maka semakin baik filter tersebut dalam
melakukan pemilihan frekuensi. Untuk Daubechies orde N (db–N), maka Daubechies
tersebut memiliki ukuran koefisien filter 2N.

Gambar 20. Family wavelet Daubechies

17
De–noising
Denoising adalah cara menghilangkan atau mereduksi sinyal noise sekecil mungkin
untuk mendapatkan visualisasi sinyal asli. Konsep yang digunakan dalam men–
denoise sinyal adalah menghilangkan atau men–threshold terhadap komponen
dari wavelet yang berfrekuensi tinggi atau yang disebut dengan koefesien detail.
Sehingga sinyal keluaran yang ditampilkan setelah melewati filter bank adalah sinyal
aproksimasi atau gabungan dari aproksimasi dan detail yang telah
mengalami thresholding.
FIR (Finite Inpulse Response) merupakan kumpulan respon impuls yang memiliki
jumlah atau jangka waktu yang terbatas. FIR filter secara umum bersifat non – rekursif,
yaitu tidak dipengaruhi oleh keluaran sistem sebelumnya, sedang keluaran dari sistem
tersebut hanya bergantung pada masukan sekarang dan masukan sebelumnya (gambar
21).

Gambar 21. Output pada FIR filter pada orde N dijumlahkan


sesuai dengan nilai pada register

FIR Filter menyatakan bahwa akibat dari transien pada keluaran filter akan hilang
begitu saja. Berikut gambar aliran sinyal FIR yang digambarkan secara nonrekursif.
Filter tersebut hanya terdiri dari banyak tap atau gerbang pada tingkatan delay. Unit
respon impuls sebanding dengan banyaknya gerbang. Berikut persamaan FIR filter
(persamaan 11) :

(11)

18

Anda mungkin juga menyukai